SISTEM THT
Data Demografi
Biodata Klien : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama.
Alamat / Tempat Tinggal : Apakah klien bertempat tinggal pd
lingkungan yang memiliki resiko untuk terjadinya gangguan
pada sistem pendengaran dan wicara : Misal lingkungan yang
bising, lingkungan kumuh, status sosial ekonomi yang rendah,
lingkungan berdebu dan lingkungan dengan kelembaban
udara yang tinggi.
Sosial Ekonomi : Pendapatan klien, bekerja pada lingkungan
bising dan tidak menggunakan alat pelindung dsb. Status
sosial ekonomi yang reddah sebagai resiko tinggi terjadinya
ISPA dan infeksi telinga tengah, Sosial ekonomi tinggi terkait
dengan sering naik pesawat, kebiasaan diving dll.
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
- Pendengaran menurun, tinitus (bising berdering), gatal,
tidak nyaman, nyeri, vertigo dll
Riwayat penyakit sekarang
• Munculnya keluhan (kapan, mendadak, progresive)
• Sifat keluhan (pusing, vertigo, hilang keseimbangan)
• Kapan terjadi? Saat ispa, setelah naik pesawat, berenang,
ada ledakan/ suara keras?
• Adakah gejala lain: mual, muntah
• Otore (pengeluaran darah): bentuk, warna, bau
Riwayat kesehatan yg lalu
• Apakah sering ispa, alergi pd hidung, sinusitis dll
• Usia berapa dapat bicara, hoby renang
• Riwayat operasi, trauma kepala
• Adakah perubahan pola bicara:
• Apakah terserang infeksi saat hamil dan setelah lahir
• Penggunaan obat-obatan ototoxic (yg bisa membuat tinitus)?
Riwayat kesehatan Ibu
• Sakit saat hamil, trimester berapa?
• Obat-obatan dikonsumsi saat hamil?
Riwayat tumbang
• Usia kehamilan saat bayi lahir?
• Usia dapat bicara
• Perubahan perilaku
• Cacat bawaan saat dilahirkan
• Pertolongan persalinan?
Riwayat sosial
Perilaku anak dalam kelompok
Anggota keluarga punya masalah pendengaran?
Perhatian anak disekolah (kelas khusus, Hear aid
type (alat bantu dengar), lama penggunaan)
Riwayat Psikologis
Perasaan klien ttg kelainan pendengaran,
penyesuaian diri
Perubahan sikap dan kepribadian, kemampuan
komunikasi, menurunya kepekaan terhadap
lingkungan dan kemampuan melindungi diri
Reaksi keluarga terhadap masalah menurun
pendengaran
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
T : Tensi @ Kesadaran :
N : Nadi KU : lemah ?
R : Respirasi gelisah ?
S : Suhu kejang ?
Neurologis
Nystagmus (gerakan ritmik tanpa kontrol pd
mata), ataksia (kelemahan koordinasi otot)
Gangguan keseimbangan
Kejang, meningeal sign (tanda kelainan saraf
otak)
Status lokalis
Aurikel (daun telinga) : Bentuk, letak, massa, lesi
MAE : Potensi, otore (jenis, warna, konsistensi, bau),
cerumen, hyperemi, abses/ furencle
Membran timpani
Perforasi, hyperemi, bulging (penonjolan) retraksi ke
medial, colesteatoma (penumpukan kantung epitel pd
telinga tengah)
Antrum mastotid (rongga telinga): Abces, hyperemi,
nyeri perabaan
Hearing aid
Kemampuan Pendengaran
0-3 bulan
• Reaksi terhadap bunyi ? (bel alrm)
• Terkejut bila ada rangsangan bunyi?
• Melihat ke arah bunyi ?
3-12 bulan
• Pergerakan kepala mencari sumber bunyi
• Lebih dari 1 tahun
• Reaksi terkejut masih ada?
• Telah lebih baik menanggapi suara-suara lembut
• Usia 2 tahun berespon terhadap pertanyaan sederhana
Usia > 3 tahun
• Dapat dilakukan tes audiometri
• Test penala (Rinne, webber, schwabach)
• Test vestibuler: kursi putar (tes keseimbangan)
Pemeriksaan Diagnostik
Kuantitatif (Leucher)
6 meter : normal
4-6 meter : tuli ringan/ Praktis norum
1-4 meter : tuli sedang
<1m : tuli berat
Berteriak didepan telingan tidak mendengar : tuli
total
kualitatif
Tidak dapat medengar huruf lunak (frekuensi
rendah) tuli konduksi misal: SUSU terdengar
S-S
Tuli sensori neural : tidak dapat mendengar
huruf desis (freq. : tinggi) misal SUSU terdengar
U-U
Suara Bisik Modifikasi
Dipakai untuk skrining
Menyederhanakan tes suara bisik
Pelaksanaan :
• Dilakukan di ruang kedap suara
• Pemeriksa duduk dibelakang klien sambil melakukan
masking
• Bisikan 10 kata dengan intensitas suara lebih rendah
• Untuk memperpanjang jarak jauhkan mulut pemeriksa
dari klien
• Bila mendengar 80 % normal
Test Garpu tala
Frekuensi garpu tala yang dipakai 64, 128, 256, 512, 1024,
2048, 4096
Menentukan batas atas & batas bawah
1. Bunyikan GT secara lunak dengan menyentuhkan kedua
ujungnya
2. Lalu pangkal dipegang dekatkan di muka MAE dengan
posisi ke dua kakinya sejajar garis lurus yang
menghubungkan MAE kanan dan kiri
3. Semua GT dibunyikan mulai dari (F 64-4096) dan catat
ada yang di dengar
4. Dikatakan batas atas turun kalau nada-nada tinggi tidak
dapat didengar tuli sensori
5. Batas bawah naik bila nada-nada rendah tidak dapat
Schwabach
Dasar : Gelombang dalam endolymph selain
digerakan oleh getaran dari udara juga digerakan
oleh getaran dari tulang.
Maksud : Membandingkan daya transport melalui
tulang antara orang normal (pemeriksa dengan
pasien)
Tehnik : GT yang dipakai 512, 1024, 2048, 256 Hz
GT 512 Hz disentuh dengan keras lalu tangkai
diletakkan tegak lurus pada planum mastoid
pemeriksa sampai pemeriksa tidak dengar lagi.
Kemudian cepat-cepat tangkai GT diletakkan pada
planum mastoid pasien
Kemungkinan :
a) pasien masih mendengar dikatakan swabach memanjang (tuli
konduksi)
b) pasien tidak mendengar hal ini pemeriksaan di balik GT
disentuh dengan keras lalu diletakan tegak lurus pada planum
mastoid Px
bila PX tidak mendengar lagi GT diletakan pada planum
mastoid pemeriksa:
• Bila pemeriksa tidak mendengar lagi Px normal
swabachnya
• Bila doter masih mendengar berarti swabachnya
memendek tuli persepsi
• Pada orang normal F 256/512 dapat didengar melalui tulang +
70 detik
• Bila mendengar > lama (> 70 detik) tuli konduksi
Webber
Dasar: - Getaran melalui tulang di hantaran ke
segala jurusan
- Bila ada halangan (Pus Granulasi) maka
pus tsb ikut bergetar shg. mengalami
lateralisasi
Maksud: Membandingkan hantaran tulang ke dua telinga
Tehnik : GT 512/ 256 Hz dibunyikan dengan keras
• Letakkan tegak lurus pada garis median pada (vertex,
kening, Rahang atas)
• Tanyakan telingan mana yang terdengar lebih keras
• Normal didengar sama keras kadang tidak dapat
menentukan, terasa seluruh kepala
Contoh Webber