dan
GANGGUANNYA
KELAINAN TELINGA LUAR
Perikondritis
• Radang pada tulang rawan daun
telinga
• Etiologi : trauma, pasca operasi
telinga (mastoiditis), komplikasi
pseudokista (akumulasi cairan
serosa)
• Pengobatan dg AB
• Komplikasi : tulang rawan hancur
menciut serta keriput shg terjadi
telinga lisut (Cauliflower Ear)
Pseudokista
• Adanya cairan kekuningan di antara
tulang rawan, daun telinga dan
perikondrium
• Klien tdk merasakan nyeri dan
adanya benjolan di daun telinga yg
tdk tau penyebabnya
• Tindakan : pungsi steril, balut tekan
dan di gips selama seminggu
OTALGIA
Rasa nyeri pada telinga.
Gejala yang timbul akibat dari iritasi lokal
pindahan dari laring atau faring
N V,VII,IX,X
IMPAKSI SERUMEN
Penumpukan serumen di liang kanalis
externus (MAE)
Penatalaksanaan
– Irigasi Telinga
– Penghisapan
– Penatalaksanaan :
• Terapi dg AB Broad Spectrum
• Miringotomi (Timpanotomi)
• Membrana timpani dianastesi lokal (fenol atau
iontoforesis)
• Insisi akan sembuh dalam 24 atau 72 jam
ASUHAN KEPERAWATAN
OTITIS MEDIA KRONIK
PENGERTIAN
Otitis Media : peradangan sebagian atau
seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid
Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada
anak-anak dan juga pada orang dewasa
Otitis media kronik adalah peradangan kronik
yang mengenai mukosa dan struktur tulang di
dalam kavum timpani
ETIOLOGI
Streptococcus.
Stapilococcus.
Diplococcus pneumonie.
Hemopilus influens.
Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.
Gram Negatif : Proteus, Psedomonas,
E. Coli.
Kuman aerob : TBC paru.
DIAGNOSIS
Anamnesis
– Otorea terus menerus / kumat – kumatan
lebih dari 6 – 8 minggu
– Pendengaran menurun (Tuli)
Pemeriksaan
– Tipe tubotimpanal (Hipertrofi, benigna/tipe
aman/tipe mukosa)
• Perforasi sentral
• Mukosa menebal
• Audiogram: Tuli konduktif dengan “air bone
gab” sebesar 30 dB (N : <20 dB)
• X – foto mastoid : Sklerotik (berongga)
Lanjutan................
– Tipe degeneratif
• Perforasi sentral besar
• Granulasi atau polip pada mukosa kavum
timpani
• Audiogram : tuli konduktif/campuran dengan 50
– 60 dB (N : <20 dB)
• X-foto mastoid : sklerotik
– Tipe metaplastik (atikoantral, maligna/tipe
bahaya/mengganas)
• Perforasi atik atau marginal
• Terdapat kolesteatoma (kista jar.epitel)
• Destruksi (perusakan) tulang pada MT
• Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan
60 dB atau lebih (N : <20 dB).
• X- foto mastoid : sklerotik/rongga
Lanjutan...............
Pemeriksaan keseimbangan :
– Romberg test : berdiri, lengan dilipat pada dada,
mata ditutup, orang normal dapat berdiri > 30 detik
– Stepping test : berjalan ditempat 50 langkah, bila
tempat berubah melebihi jarak 1 meter dan badan
berputar lebih dari 30º berarti sudah terdapat
gangguan
– Posturografi : alat pemeriksaan keseimbangan
secara obyektif dan kuantitatif kemampuan postural
seseorang
MABUK PERJALANAN
Gangguan keseimbangan yang disebabkan
gerakan konstan, seperti terjadi pada
penumpang kapal laut atau perahu
Gejala yang muncul : berkeringat, pucat, mual,
dan muntah
Manifestasi ini dapat menetap beberapa jam
setelah stimulasi berhenti
Penatalaksanaan :
– Antihistamin (Dramamine, Bonine)
– Pasien harus diperingatkan menghindari potensial
aktivitas berbahaya, seperti mengendarai mobil.
TINITUS
Gangguan pendengaran dengan keluhan
perasaan mendengar bunyi tanpa ada
rangsang bunyi dari luar (mendenging,
menderu, mendesis, atau yang lain)
Pembagian :
– Tinitus obyektif (didengar penderita & pemeriksa)
– Tinitus subyektif (didengar penderita)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
anamnesis adalah lama serangan Tinitus
Lanjutan……………..
Tinitus berlangsung dalam waktu 1
menit maka biasanya akan hilang
dengan sendirinya
Tinitus berlangsung dalam waktu 5
menit maka merupakan tanda patologik
Pemeriksaan fisik THT dan Otoskopi
harus secara rutin dilakukan,
pemeriksaan penala, audiometri nada
murni, audiometri tutur (bisik).
LABIRINITIS
Merupakan inflamasi telinga dalam yang
disebabkan oleh bakteri maupun virus
Labirinitis bakterial (jarang) : terjadi sbg
komplikasi meningitis bakterial
Labirinitis viral (sering) : mempengaruhi
keseimbangan dan pendengaran, virus
gondongan, rubela, dan influenza serta
penyakit viral saluran nafas diketahui sbg
penyebab
Ditandai awitan mendadak : vertigo yg
melumpuhkan, biasanya disertai mual dan
muntah, kehilangan pendengaran dan mungkin
tinitus
Episode pertama biasanya serangan mendadak
paling berat, yg biasanya terjadi selama periode
beberapa minggu – bulan yg > ringan
Pengobatan
– Labirinitis bakterial : AB, penggantian cairan, dan
pemberian supresan vestibuler serta antiemetik
– Labirinitis viral : simtomatik dg menggunakan obat
antiemetik dan antivertigo
TES GARPUTALA
INTERPRETASI
OBAT TETES TELINGA
IRIGASI TELINGA
TES AUDIOMETRI
Tes Suara Manusia
Test suara Konversasi
Suara manusia stimulus bunyi paling
alamiah untuk fungsi sosial
pendengaran (komunikasi)
test paling tepat
Tetapi banyak kelemahan stimulus
suara kurang stabil (intensitas &
Frequensi)
Butuh ruang periksa 200 m
Intensitas bicara kurang
Test suara bisik
Sering dipakai & lebih stabil (ruangan)
Syarat-syarat:
a) Ruang sunyi, tidak ada echo panjang minimal 6 m
b) Pemeriksa
• Membisikan kata-kata dengan udara cadangan paru saat ekspirasi
biasa
c) Klien
• Mata ditutup
• Telinga yang diperiksa dihadapkan ke pemeriksa, yang tidak
diperiksa ditutup & dimasking dengan tragus ke MAE oleh asisten/
kapas + Glicerin
• Mengulang kata-kata pemeriksa dengan keras dan jelas
d) Kata-kata yang dibisikan
• 1 atau 2 suku kata untuk menghindari menebak
• dikenal Klien (bukan bahasa asing)
• tidak boleh disingkat: KMS, KKN
• kata benda/ kata kerja
Pelaksanaan
Pasien ditempat, pemeriksa berpindah-
pindah (1, 2, 3, 4, 5, 6 m)
Mulai jarak 1 m pemeriksa membisikan
5/10 kata bila semua kata benar mundur 2
m bisikan kata yang sama bila jawab benar
mundur 4-5 m (hanya dapat mndengar 80
% jarak tajam yang sesungguhnya)
Untuk memastikan tes ulang pada jarak 3
m bila benar semua maju 2-1 m)
Interpretasi Hasil
Kuantitatif (Leucher)
6 meter : normal
4-6 meter: tuli ringan/ Praktis norum
1-4 meter: tuli sedang
<1m : tuli berat
Berteriak didepan telingan tidak
mendengar : tuli total
kualitatif
Tidak dapat medengar huruf lunak
(frekuensi rendah) tuli konduksi
misal: SUSU terdengar S-S
Tuli sensori neural : tidak dapat
mendengar huruf desis (freq. : tinggi)
misal SUSU terdengar U-U
Suara Bisik Modifikasi
Dipakai untuk skrining
Menyederhanakan tes suara bisik
Pelaksanaan :
• Dilakukan di ruang kedap suara
• Pemeriksa duduk dibelakang klien sambil
melakukan masking
• Bisikan 10 kata dengan intensitas suara lebih
rendah
• Untuk memperpanjang jarak jauhkan mulut
pemeriksa dari klien
• Bila mendengar 80 % normal
Test Garpu tala
Frekuensi garpu tala yang dipakai 64, 128, 256,
512, 1024, 2048, 4096
Menentukan batas atas & batas bawah
1. Bunyikan GT secara lunak dengan menyentuhkan
kedua ujungnya
2. Lalu pangkal dipegang dekatkan di muka MAE
dengan posisi ke dua kakinya sejajar garis lurus
yang menghubungkan MAE kanan dan kiri
3. Semua GT dibunyikan mulai dari (F 64-4096) dan
catat ada yang di dengar
4. Dikatakan batas atas turun kalau nada-nada
tinggi tidak dapat didengar tuli sensori
5. Batas bawah naik bila nada-nada rendah tidak
dapat didengar tuli konduksi
Schwabach
Dasar : Gelombang dalam endolymph selain
digerakan oleh getaran dari udara juga
digerakan oleh getaran dari tulang.
Maksud : Membandingkan daya transport
melalui tulang antara orang normal
(pemeriksa dengan pasien)
Tehnik : GT yang dipakai 512, 1024, 2048,
256 Hz
GT 512 Hz disentuh dengan keras lalu
tangkai diletakkan tegak lurus pada planum
mastoid pemeriksa sampai pemeriksa tidak
dengar lagi. Kemudian cepat-cepat tangkai
GT diletakkan pada planum mastoid pasien
Kemungkinan :
a) pasien masih mendengar dikatakan swabach
memanjang (tuli konduksi)
b) pasien tidak mendengar hal ini pemeriksaan di balik GT
disentuh dengan keras lalu diletakan tegak lurus pada
planum mastoid Px
bila PX tidak mendengar lagi GT diletakan pada planum
mastoid pemeriksa:
• Bila pemeriksa tidak mendengar lagi Px normal
swabachnya
• Bila doter masih mendengar berarti swabachnya
memendek tuli persepsi
• Pada orang normal F 256/512 dapat didengar melalui
tulang + 70 detik
• Bila mendengar > lama (> 70 detik) tuli konduksi
• Bila mendengar > pendek tuli sensori
Webber
Dasar: - Getaran melalui tulang di hantaran ke
segala jurusan
- Bila ada halangan (Pus Granulasi) maka
pus tsb ikut bergetar shg. mengalami
lateralisasi
Maksud: Membandingkan hantaran tulang ke dua
telinga
Tehnik : GT 512/ 256 Hz dibunyikan dengan keras
• Letakkan tegak lurus pada garis median pada
(vertex, kening, Rahang atas)
• Tanyakan telingan mana yang terdengar lebih keras
• Normal didengar sama keras kadang tidak dapat
menentukan, terasa seluruh kepala
Contoh Webber
Bila ada lateralisasi kekanan maka secara
teoritis ada 5 kemungkinan
1. Tuli konduksi kanan, kiri normal
2. Tuli konduksi kanan kiri tetapi kanan lebih
berat
3. Tuli persepsi kiri, telingan kanan normal
4. Tuli persepsi kanan & kiri tetapi lebih berat
kiri
5. Tuli konduksi kanan, tuli persepsi kiri
Rinne
Dasar: Hantaran melalui TL > cepat dari
pada melalui udara.
- Getaran > Pendek melalui tulang
Contoh : GT 256/512
• Getaran melalui udara didengar selama
140"
• Melalui tulang 70"
Maksud : Membandingkan hantaran melalui
tulang dan udara salah satu
telinga pasien
Tehnik : GT 512 Hz dibunyikan dengan
keras
• Tungkai GT dipancangkan tegak lurus pada
planum mastoid klien disini terjadi hantaran
melalui tulang
• Bila Px sudah tidak mendengar GT di bawa
kemuka MAE dengan jarak 1 cm (hantaran
udara). Pada keadaan normal masih terdengar
Rhine +
• Bila tidak mendengar lagi disebut Rhine test -
tuli konduksi
• Pasien tidak mendengar lagi tetapi mendengar
telingan yang tidak di test Rhine Pseudo
negatif/ False Rine