Anda di halaman 1dari 80

TELINGA

dan
GANGGUANNYA
KELAINAN TELINGA LUAR
Perikondritis
• Radang pada tulang rawan daun
telinga
• Etiologi : trauma, pasca operasi
telinga (mastoiditis), komplikasi
pseudokista (akumulasi cairan
serosa)
• Pengobatan dg AB
• Komplikasi : tulang rawan hancur
menciut serta keriput shg terjadi
telinga lisut (Cauliflower Ear)
Pseudokista
• Adanya cairan kekuningan di antara
tulang rawan, daun telinga dan
perikondrium
• Klien tdk merasakan nyeri dan
adanya benjolan di daun telinga yg
tdk tau penyebabnya
• Tindakan : pungsi steril, balut tekan
dan di gips selama seminggu
OTALGIA
Rasa nyeri pada telinga.
Gejala yang timbul akibat dari iritasi lokal
pindahan dari laring atau faring

N V,VII,IX,X
IMPAKSI SERUMEN
 Penumpukan serumen di liang kanalis
externus (MAE)
 Penatalaksanaan
– Irigasi Telinga
– Penghisapan

Apabila serumen mengental / keras bisa diberikan tetes


gliserin hangat, minyak mineral, hidrogen peroksida
perbandingan setengah selama 15-30 menit lalu
diangkat
Benda Asing Di Liang Telinga
 Benda asing bisa berupa benda mati atau
benda hidup, binatang, komponen tumbuh-
tumbuhan atau mineral
 Ada tiga metode standar pengambilan benda
asing :
– Irigasi
– Pengisapan
– Instrumentasi (pembedahan)
 Bila klien tdk keoperatif maka sebaiknya
dilakukan anastesi umum
Lanjutan...............
 Apabila benda asingnya binatang
maka, harus dimatikan terlebih
dahulu sebelum dikeluarkan.
Biasanya cukup dg memasukkan
tampon basah ke liang telinga lalu
meneteskan cairan (rivanol) ± 10
menit. Kemudian diirigasi atau dg
pinset.
Otitis Eksterna Akut
 Otitis Eksterna Sirkumskripta (furunkel =
bisul) 1/3 luar liang telinga
– Staphylococcus Aureus/Albus
– Gejala : rasa nyeri yg sangat hebat, nyeri dpt
timbul saat membuka mulut.
– Penatalaksanaan terapi : bila abses diaspirasi
secara steril dan diberi salep Polymixin atau
Bacitracin. Dinding furunkel tebal, dilakukan
insisi dan dipasang drain.
 Otitis Eksterna Difus (menyebar)
– Biasanya mengenai kulit dua pertiga dalam
– Kulit liang telinga tampak hiperemis (kemerahan)
dan edema yg tdk jelas batasnya
– Kuman penyebab golongan Pseudomonas,
Staphylococcus albus, Escheria coli
– Gejala : rasa nyeri yg sangat hebat, nyeri dpt
timbul saat membuka mulut, kadang terdapat
sekret
– Tindakan : pemasangan tampon yg mengandung
AB ke liang telinga
 Otomikosis
 Merupakan infeksi pada kanalis akustikus
eksternus yg di sebabkan oleh jamur
– Mudah timbul karena kelembaban yg
tinggi
– Jamur Aspergilus
– Gejala : rasa gatal, rasa penuh di liang
telinga, tapi juga sering tanpa keluhan
– Penatalaksanaan :
• Bersihkan liang telinga
• Teteskan larutan asam asetat 2-5 %
• Bisa juga dg salep topikal anti jamur
 Infeksi Kronis Liang Telinga
– Infeksi karena jamur atau bakteri yg tidak
diobati dg baik dan tuntas, trauma berulang,
adanya benda asing, penggunaan cetakan
(mould) pada alat bantu dengar (Hearing Aid)
– Akibat : terjadi penyempitan oleh
pembentukan sikatriks
– Penatalaksanaan : operasi rekonstruksi liang
telinga
GANGGUAN TELINGA
TENGAH
Perforasi Membran Timpani
 Etiologi : trauma atau jamur
 Selama infeksi MT dpt mengalami ruptur
(bila tekanan dlm telinga tengah > tekanan
atmosfer dlm kanalis auditorius)
 Penatalaksanaan :
– Selama proses penyembuhan harus terlindung
dari air
– Perforasi yg menetap harus dg pembedahan
– Timpanoplasti/Miringotomo (rekonstruksi MT) u/
mencegah potensial infeksi dari air atau
keinginan memperbaiki pendengaran pasien
Otitis Media

 Otitis Media Akut


– Masuknya bakteri patogenik ke dlm telinga
tengah (Streptococcus Pneumoniae,
Hemophylus Influenzae, dan Moraxella
Catarrhalis)
– Masuknya bakteri melalui Tuba Eustachii akibat
kontaminasi sekresi dalam nasofaring
– Gejala : otalgia, otorea, demam, kehilangan
pendengaran dan tinitus, membrana timpani
tampak merah dan menggelembung
Lanjutan....................

– Penatalaksanaan :
• Terapi dg AB Broad Spectrum
• Miringotomi (Timpanotomi)
• Membrana timpani dianastesi lokal (fenol atau
iontoforesis)
• Insisi akan sembuh dalam 24 atau 72 jam
ASUHAN KEPERAWATAN
OTITIS MEDIA KRONIK
PENGERTIAN
 Otitis Media : peradangan sebagian atau
seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid
 Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada
anak-anak dan juga pada orang dewasa
 Otitis media kronik adalah peradangan kronik
yang mengenai mukosa dan struktur tulang di
dalam kavum timpani
ETIOLOGI
 Streptococcus.
 Stapilococcus.
 Diplococcus pneumonie.
 Hemopilus influens.
 Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.
 Gram Negatif : Proteus, Psedomonas,
E. Coli.
 Kuman aerob : TBC paru.
DIAGNOSIS
 Anamnesis
– Otorea terus menerus / kumat – kumatan
lebih dari 6 – 8 minggu
– Pendengaran menurun (Tuli)
 Pemeriksaan
– Tipe tubotimpanal (Hipertrofi, benigna/tipe
aman/tipe mukosa)
• Perforasi sentral
• Mukosa menebal
• Audiogram: Tuli konduktif dengan “air bone
gab” sebesar 30 dB (N : <20 dB)
• X – foto mastoid : Sklerotik (berongga)
Lanjutan................
– Tipe degeneratif
• Perforasi sentral besar
• Granulasi atau polip pada mukosa kavum
timpani
• Audiogram : tuli konduktif/campuran dengan 50
– 60 dB (N : <20 dB)
• X-foto mastoid : sklerotik
– Tipe metaplastik (atikoantral, maligna/tipe
bahaya/mengganas)
• Perforasi atik atau marginal
• Terdapat kolesteatoma (kista jar.epitel)
• Destruksi (perusakan) tulang pada MT
• Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan
60 dB atau lebih (N : <20 dB).
• X- foto mastoid : sklerotik/rongga
Lanjutan...............

– Tipe campuran (degeneratif, metaplastik)


• Perforasi marginal besar atau total
• Granulasi dan kolesteatoma (kista jar.epitel)
• Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan
60 dB atau lebih (N : <20 dB)
• X- foto mastoid : sklerotik / rongga

 Pemeriksaan tambahan : Pembuatan audiogram


dan X- foto mastoid
PENGKAJIAN
 Pengumpulan data
– Riwayat
• Identitas Pasien
• Riwayat adanya kelainan nyeri
• Riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang
• Riwayat alergi
• OMA berkurang
– Pengkajian Fisik
• Nyeri telinga
• Perasaan penuh dan penurunan pendengaran
• Suhu Meningkat
• Malaise
• Nausea Vomiting
• Vertigo
• Otore (pengeluaran darah)
• Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium
– Pengkajian Psikososial
• Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
• Aktifitas terbatas
• Takut menghadapi tindakan pembedahan
– Pemeriksaan Laboratorium
– Pemeriksaan Diagnostik
• Tes Audiometri : ambang pendrn menurun
• X ray : terhadap kondisi patologi
• Misal : Cholesteatoma, peradangan mastoid
– Pemeriksaan pendengaran
• Tes suara bisikan
• Tes garputala
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Nyeri kronis : proses peradangan
 Gangguan persepsi / sensori : kerusakan pada telinga
tengah
 Intoleransi aktifitas : dengan pembatasan gerak
 Ansietas : kurangnya pengetahuan mengenai
pengobatan dan pencegahan kekambuhan
 Isolasi sosial : otore
 Resiko cedera : terjadi presepsi pendengaran
Intervensi Keperawatan
 Memberikan rasa nyaman
 Mengurangi rasa nyeri
– Beri aspirin/analgesik sesuai instruksi
– Kompres hangat di sekitar area telinga
– Atur posisi
– Beri sedatif sesuai indikasi (kolaborasi)
 Mencegah penyebaran infeksi
– Ganti balutan tiap hari sesuai keadaan
– Observasi tanda – tanda infeksi lokal
Lanjutan……………..
– Ajarkan klien tentang pengobatan
– Amati penyebaran infeksi pada otak :
• Menggigil, kaku kuduk
 Monitor gangguan sensori
– Catat status pendengaran
– Ingatkan klien bahwa vertigo dan nausea
dapat terjadi setelah radikal mastoidectomi
karena gangguan telinga dalam. Berikan
tindakan pengamanan.
– Perhatikan droping wajah unilateral atau mati
rasa karena perlukaan (injuri) saraf wajah
Lanjutan……………..
 Health Education
– Ajarkan klien mengganti balutan dan
menggunakan antibiotik secara kontinue
sesuai aturan
– Beritahu komplikasi yang mungkin terjadi dan
bagaimana melaporkannya
– Tekankan hal – hal yang penting yang perlu di
follow up, evaluasi pendengaran
Lanjutan……………..
 Terapi medik
– Antibiotik dan tetes telinga : Steroid
– Pengeluaran debris dan drainase pus untuk
melindungi jaringan dari kerusakan :
myringotomy (pembedahan MT)
 Intervensi bedah
– Indikasi jika terdapat cholesteatoma
– Indikasi jika terjadi nyeri, vertigo, paralise
wajah, kaku kuduk, (gejala awal meningitis
atau abses otak)
– Tipe prosedur
• Simpel, Radical, Posteronterior mastoiddectomi
GANGGUAN TELINGA
DALAM
GANGGUAN KESEIMBANGAN
 Alat Vestibuler (alat keseimbangan)
terletak di telinga dalam (labirin).
Dilindungi oleh tulang temporal.
 Keseimbangan dan orientasi tubuh
seseorang terhadap lingkungan
disekitarnya tergantung pada input
sensorik dari reseptor vestibuler di
labirin, organ visual dan proprioseptif
(orientasi keberadaan diri).
 Gejala yang muncul dapat berupa vertigo, rasa
mual (nausea), dan muntah (vomiting)
– Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan
pada kulit reaksinya berkeringat dingin

 Pemeriksaan keseimbangan :
– Romberg test : berdiri, lengan dilipat pada dada,
mata ditutup, orang normal dapat berdiri > 30 detik
– Stepping test : berjalan ditempat 50 langkah, bila
tempat berubah melebihi jarak 1 meter dan badan
berputar lebih dari 30º berarti sudah terdapat
gangguan
– Posturografi : alat pemeriksaan keseimbangan
secara obyektif dan kuantitatif kemampuan postural
seseorang
MABUK PERJALANAN
 Gangguan keseimbangan yang disebabkan
gerakan konstan, seperti terjadi pada
penumpang kapal laut atau perahu
 Gejala yang muncul : berkeringat, pucat, mual,
dan muntah
 Manifestasi ini dapat menetap beberapa jam
setelah stimulasi berhenti
 Penatalaksanaan :
– Antihistamin (Dramamine, Bonine)
– Pasien harus diperingatkan menghindari potensial
aktivitas berbahaya, seperti mengendarai mobil.
TINITUS
 Gangguan pendengaran dengan keluhan
perasaan mendengar bunyi tanpa ada
rangsang bunyi dari luar (mendenging,
menderu, mendesis, atau yang lain)
 Pembagian :
– Tinitus obyektif (didengar penderita & pemeriksa)
– Tinitus subyektif (didengar penderita)
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
anamnesis adalah lama serangan Tinitus
Lanjutan……………..
 Tinitus berlangsung dalam waktu 1
menit maka biasanya akan hilang
dengan sendirinya
 Tinitus berlangsung dalam waktu 5
menit maka merupakan tanda patologik
 Pemeriksaan fisik THT dan Otoskopi
harus secara rutin dilakukan,
pemeriksaan penala, audiometri nada
murni, audiometri tutur (bisik).
LABIRINITIS
 Merupakan inflamasi telinga dalam yang
disebabkan oleh bakteri maupun virus
 Labirinitis bakterial (jarang) : terjadi sbg
komplikasi meningitis bakterial
 Labirinitis viral (sering) : mempengaruhi
keseimbangan dan pendengaran, virus
gondongan, rubela, dan influenza serta
penyakit viral saluran nafas diketahui sbg
penyebab
 Ditandai awitan mendadak : vertigo yg
melumpuhkan, biasanya disertai mual dan
muntah, kehilangan pendengaran dan mungkin
tinitus
 Episode pertama biasanya serangan mendadak
paling berat, yg biasanya terjadi selama periode
beberapa minggu – bulan yg > ringan
 Pengobatan
– Labirinitis bakterial : AB, penggantian cairan, dan
pemberian supresan vestibuler serta antiemetik
– Labirinitis viral : simtomatik dg menggunakan obat
antiemetik dan antivertigo
TES GARPUTALA
INTERPRETASI
OBAT TETES TELINGA
IRIGASI TELINGA
TES AUDIOMETRI
Tes Suara Manusia
Test suara Konversasi
 Suara manusia stimulus bunyi paling
alamiah untuk fungsi sosial
pendengaran (komunikasi)

 test paling tepat

 Tetapi banyak kelemahan  stimulus
suara kurang stabil (intensitas &
Frequensi)
 Butuh ruang periksa 200 m
 Intensitas bicara kurang
Test suara bisik
 Sering dipakai & lebih stabil (ruangan)
 Syarat-syarat:
a) Ruang sunyi, tidak ada echo panjang minimal 6 m
b) Pemeriksa
• Membisikan kata-kata dengan udara cadangan paru saat ekspirasi
biasa
c) Klien
• Mata ditutup
• Telinga yang diperiksa dihadapkan ke pemeriksa, yang tidak
diperiksa ditutup & dimasking dengan tragus ke MAE oleh asisten/
kapas + Glicerin
• Mengulang kata-kata pemeriksa dengan keras dan jelas
d) Kata-kata yang dibisikan
• 1 atau 2 suku kata untuk menghindari menebak
• dikenal Klien (bukan bahasa asing)
• tidak boleh disingkat: KMS, KKN
• kata benda/ kata kerja
Pelaksanaan
 Pasien ditempat, pemeriksa berpindah-
pindah (1, 2, 3, 4, 5, 6 m)
 Mulai jarak 1 m pemeriksa membisikan
5/10 kata bila semua kata benar mundur 2
m bisikan kata yang sama bila jawab benar
mundur 4-5 m (hanya dapat mndengar 80
%  jarak tajam yang sesungguhnya)
 Untuk memastikan tes ulang pada jarak 3
m bila benar semua maju 2-1 m)
Interpretasi Hasil
 Kuantitatif (Leucher)
 6 meter : normal
 4-6 meter: tuli ringan/ Praktis norum
 1-4 meter: tuli sedang
<1m : tuli berat
 Berteriak didepan telingan tidak
mendengar : tuli total
kualitatif
 Tidak dapat medengar huruf lunak
(frekuensi rendah)  tuli konduksi
misal: SUSU terdengar S-S
 Tuli sensori neural : tidak dapat
mendengar huruf desis (freq. : tinggi)
misal SUSU terdengar U-U
Suara Bisik Modifikasi
 Dipakai untuk skrining
 Menyederhanakan tes suara bisik
 Pelaksanaan :
• Dilakukan di ruang kedap suara
• Pemeriksa duduk dibelakang klien sambil
melakukan masking
• Bisikan 10 kata dengan intensitas suara lebih
rendah
• Untuk memperpanjang jarak jauhkan mulut
pemeriksa dari klien
• Bila mendengar 80 % normal
Test Garpu tala
 Frekuensi garpu tala yang dipakai 64, 128, 256,
512, 1024, 2048, 4096
 Menentukan batas atas & batas bawah
1. Bunyikan GT secara lunak dengan menyentuhkan
kedua ujungnya
2. Lalu pangkal dipegang dekatkan di muka MAE
dengan posisi ke dua kakinya sejajar garis lurus
yang menghubungkan MAE kanan dan kiri
3. Semua GT dibunyikan mulai dari (F 64-4096) dan
catat ada yang di dengar
4. Dikatakan batas atas turun kalau nada-nada
tinggi tidak dapat didengar  tuli sensori
5. Batas bawah naik bila nada-nada rendah tidak
dapat didengar  tuli konduksi
Schwabach
 Dasar : Gelombang dalam endolymph selain
digerakan oleh getaran dari udara juga
digerakan oleh getaran dari tulang.
 Maksud : Membandingkan daya transport
melalui tulang antara orang normal
(pemeriksa dengan pasien)
 Tehnik : GT yang dipakai 512, 1024, 2048,
256 Hz
 GT 512 Hz disentuh dengan keras lalu
tangkai diletakkan tegak lurus pada planum
mastoid pemeriksa sampai pemeriksa tidak
dengar lagi. Kemudian cepat-cepat tangkai
GT diletakkan pada planum mastoid pasien
 Kemungkinan :
a) pasien masih mendengar dikatakan swabach
memanjang (tuli konduksi)
b) pasien tidak mendengar hal ini pemeriksaan di balik GT
disentuh dengan keras lalu diletakan tegak lurus pada
planum mastoid Px
 bila PX tidak mendengar lagi GT diletakan pada planum
mastoid pemeriksa:
• Bila pemeriksa tidak mendengar lagi  Px normal
swabachnya
• Bila doter masih mendengar  berarti swabachnya
memendek  tuli persepsi
• Pada orang normal F 256/512 dapat didengar melalui
tulang + 70 detik
• Bila mendengar > lama (> 70 detik) tuli konduksi
• Bila mendengar > pendek  tuli sensori
Webber
 Dasar: - Getaran melalui tulang di hantaran ke
segala jurusan
- Bila ada halangan (Pus Granulasi) maka
pus tsb ikut bergetar shg. mengalami
lateralisasi
 Maksud: Membandingkan hantaran tulang ke dua
telinga
 Tehnik : GT 512/ 256 Hz dibunyikan dengan keras
• Letakkan tegak lurus pada garis median pada
(vertex, kening, Rahang atas)
• Tanyakan telingan mana yang terdengar lebih keras
• Normal didengar sama keras kadang tidak dapat
menentukan, terasa seluruh kepala
Contoh Webber
 Bila ada lateralisasi kekanan maka secara
teoritis ada 5 kemungkinan
1. Tuli konduksi kanan, kiri normal
2. Tuli konduksi kanan kiri tetapi kanan lebih
berat
3. Tuli persepsi kiri, telingan kanan normal
4. Tuli persepsi kanan & kiri tetapi lebih berat
kiri
5. Tuli konduksi kanan, tuli persepsi kiri
Rinne
 Dasar: Hantaran melalui TL > cepat dari
pada melalui udara.
- Getaran > Pendek melalui tulang
 Contoh : GT 256/512
• Getaran melalui udara didengar selama
140"
• Melalui tulang 70"
 Maksud : Membandingkan hantaran melalui
tulang dan udara salah satu
telinga pasien
 Tehnik : GT 512 Hz dibunyikan dengan
keras
• Tungkai GT dipancangkan tegak lurus pada
planum mastoid klien  disini terjadi hantaran
melalui tulang
• Bila Px sudah tidak mendengar GT di bawa
kemuka MAE dengan jarak 1 cm (hantaran
udara). Pada keadaan normal masih terdengar
 Rhine +
• Bila tidak mendengar lagi disebut Rhine test -
 tuli konduksi
• Pasien tidak mendengar lagi tetapi mendengar
telingan yang tidak di test  Rhine Pseudo
negatif/ False Rine

Anda mungkin juga menyukai