Anda di halaman 1dari 28

Oleh :

Herdiansyah

DEPARTEMEN IKTHT-KL FK UNDIP/SMF IK THT-KL


RSUP DR. KARIADI SEMARANG
 Menguasai anatomi, topografi, fisiologi telinga.
 Mampu menjelaskan etiologi dan macam-
macam radang telinga tengah.
 Mampu menjelaskan patofisiologi, komplikasi,
gambaran klinis, serta mendiagnosis kasus
radang telinga tengah.
 Dapat membuat perencanaan tatalaksana
penderita radang telinga tengah (follow-up
selanjutnya).
 Melakukan tindakan pembedahan pada
radang telinga tengah.
 Mampu menjelaskan komplikasi dan
penanganan radang telinga tengah.
 Mampu melakukan perawatan praoperatif
(memberikan penjelasan kepada penderita dan
keluarga, informed concent) dan perawatan
pasca-operasi serta mampu mengatasi
komplikasi yang terjadi.
Otitis Otitis
Media Media
Akut Kronik

•Onset yang
cepat
•Tanda : -Infeksi
Hiperemis, Kronik
bulging MT, -Perforasi MT
eritema dan -Keluar Sekret
perforasi akut (≥ 2 bulan)
MT dengan
othorea
•Gejala: Otalgia,
iritabilitas dan
demam
 Kejadian otitis media dipengaruhi oleh berbagai faktor:
- usia - gizi
- tingkat sosio-ekonomi - faktor imunitas
- kekerapan menderita infeksi saluran napas atas
(ISPA).
 Stadium OMA:

1. Stadium Oklusi Tuba


2. Stadium Hiperemis (Presupurasi)
3. Stadium Supurasi
4. Stadium Perforasi
5. Stadium Resolusi
 Gejala dan tanda klinik tergantung stadium OMA
 Bila tidak sembuhan sempurna, berlanjut
menjadi:
• otitis media efusi (OME) atau
• otitis media supuratif kronik (OMSK):
OMSK tanpa Kolesteatoma (tipe mukosa/ tipe jinak)
OMSK dengan kolesteatoma (tipe tulang), ditandai
dengan adanya kolesteatoma.

 Diagnosis otitis media ditegakkan berdasarkan:


• pemeriksan otoskopi/ otomikroskopi.
• pemeriksaan penala serta pemeriksaan audiometri
untuk gangguan pendengaran
• Pemeriksaan penunjang →pemeriksaan radiologi :
konvensional maupun tomografi komputer.
 Komplikasi otitis media:
• Intratemporal → gangguan pendengaran, destruksi
tulang & paresis fasialis
• Intrakranial → meningitis, ensefalitis, hidrosefalus,
trombosis sinus lateralis, abses ektradura

 Tatalaksana: terapi konservatif atau operatif


 Definisi:
Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum dan sel mastoid

 Faktor Presdiposisi:
1. Pertahanan tubuh terganggu
2. Sumbatan tuba Eustachius
3. Infeksi saluran napas atas
4. Bentuk anatomi tuba
5. Alergi

PATOGENESIS
o Faktor utama : gangguan fungsi tuba
o Fungsi tuba sebagai : equalizer, proteksi TT, fungsi ventilasi
tidak berjalan baik→Tekanan negatif TT → transudasi
cairan hingga supurasi
 Stadium OMA:
1) stadium oklusi tuba
2) stadium hiperemis (presupurasi)
3) stadium supurasi
4) stadium perforasi
5) stadium resolusi

 Keluhan dan gejala klinik tergantung dari stadium tersebut

 Gejala Klinis
• Rasa nyeri dalam telinga (otalgia)
• Demam
• Riwayat batuk dan pilek
• Rasa penuh ditelinga atau kurang dengar
 Terapi
Tergantung dari stadiumnya
1) Stadium Oklusi : obat tetes hidung HCL efedrin 0,5%,
antibiotik.
2) Stadium Hipermis (presupurasi) : antibiotik (gol.
ampicillin atau penisilin), analgetik & obat tetes hidung.
3) Stadium Supurasi : antibiotika, obat-obat simptomatik,
miringotomi.
4) Stadium Perforasi : H2O2 3% selama 3-5 hari & antibiotik.

 Komplikasi
 Absess subperiosteal
 Meningitis
 Abses Otak
 Definisi
Infeksi kronis di telinga tengah dgn perforasi
membran timpani & sekret yg keluar dari telinga
tengah lebih dari 2 bln, terus menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening
atau berupa nanah.

 OMSK terdiri 2 tipe yaitu:


 OMSK tanpa Kolesteatoma ( tipe tubotimpanal/ tipe
mukosa)
 OMSK dengan Kolesteatoma (tipe atikoantral, tipe
tulang).
 Peradangan terbatas pada mukosa & biasanya tidak
mengenai tulang.
 Perforasi terletak di sentral, jarang menimbulkan
komplikasi yg berbahaya.
 Tidak terdapat kolesteatoma.
 Terdiri atas: - fase tenang (kering)
- fase aktif

Pemeriksaan penunjang
 Kultur dan tes resistensi
 foto mastoid (posisi Schuller),
 CT scan temporal (jika perlu dan memungkinkan)
 audiometri.
 Terapi
o konservatif (bila sekret keluar terus diberi H2O2 3
%)
o antibiotik
o obat tetes telinga (dengan pertimbangan)
o operasi: timpanoplasti dgn atau tanpa
mastoidektomi (bila perforasi masih menetap setelah
3 bln pengobatan medikamentosa)
 Ditandai dgn perforasi yg letaknya marginal
atau di atik,
 Dapat mengenai tulang, disertai kolesteatoma,
sering menimbulkan komplikasi berbahaya.

 Pemeriksaan penunjang:
• Kultur dan tes resistensi
• foto mastoid (posisi Schuller)
• CT scan temporal (jika perlu & memungkinkan)
• audiometri.
 Terapi:
• Operasi (Algoritma 3)
 Komplikasi:
 Intrakranial: Abses ekstradural, abses subdural
(empiema), tromboflebitis sinus sigmoudeus/sinus
lateral, meningitis, abses otak, hidrosefalus otitis
 Intratemporal: Gangguan pendengaran, paralisis
fasial, labirinitis.
 Tatalaksana OMSK tipe bahaya dgn
komplikasi intrakranial dpt dilihat di
Algoritma 4.
 Pasien : Ny. K
 Keluhan utama Kurang dengar
 RPS : Kurang dengar sejak 1 tahun, telinga
terasa penuh +/+, gembrebeg -/-, berdengung
-/-. Riwayat keluar cairan dari telinga
+/+(kuning, kental) namun sudah tidak
pernah kambuh sejak 8 bulan lalu. Nyerikepala
-/-, nyeritelinga -/-, batuk -, pilek -
 RPD :
HT,DM,Alergi dan penyakit kronik lain disangkal
 RPK

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini


 RSE

Kesan sosial ekonomi cukup


 Pemeriksaan fisik :
Telinga :CAE : edem-/-, Discaj -/-
MT : Intak/ perforasi sentral 20% tepi tebal,
tunggal, RC +/-
 Audiometri
Kesan :
 Telinga Kanan: CHL derajatringan-sedang
(PTA = 40 dB)
 Telinga Kiri : CHL derajatringan (PTA = 27,5
dB)
 Diagnosis :
 OMSK tanpa kolesteatoma telinga kiri (OMK
Dry Ear telinga kiri)
 Program : Timpanoplasty
TERIMA KASIH
Wassalam

Anda mungkin juga menyukai