Jenny Bashiruddin
Departemen THT FKUI-RSCM
Jakarta
•Sistem keseimbangan merupakan kordinasi
dari beberapa organ a.l : mata,proprioseptif,
labirin yang di integrasikan di pusat
Fungsi Keseimbangan merupakan kordinasi
berbagai organ
Peripheral
Involving structures not
part of the central
nervous system, most
frequently the inner ear
Baloh RW. Lancet 1998;352:1841–6. Mukherjee A et al. JAPI 2003;51:1095-101. Puri V, Jones E. J Ky Med Assoc
2001;99:316–21. Salvinelli F et al. Clin Ter 2003;154:341–8. Strupp M, Arbusow V, Curr Opin Neurol 2001;14:11–20.
Fisiology
GEJALA & TANDA
VESTIBULER
• Rasa berputar
• Episodik
• Gej. Otonom positip
• Ggn dengar YES/NO
• Pencetus gerak an kepala
• Tidak ada situasi pencetus
SENTRAL PERIFER
• Sifat serangan Bertahap • Sifat serangan mendadak
• Intensitas ringan/bertingkat • Intensitas berat
• Gerak kepala (-) • Pengaruh gerak kepala(+)
• Gej. Otonom (+) • Gej . Otonom dominan
• Ggn. Dengar/tinitus(-) • Ggn. Dengar & Tinitus (+)
• Gej. Fokal di otak(+) • Gej. Fokal di otak (-)
GEJALA OTONOM
• Berdebar-debar
• Berkeringat dingin
Pemeriksaan Cerebelum
- Past pointing test
- Finger noseTest
Pemeriksaan
Test Propioseptif
- Romberg Test
- Stepping test
Pemeriksaan Neurotology
- THT umum - N. III,IV,VI,VII,IX
- Otoscopy - Neck
- Audiometri - Hallpike Manoever
- Posturography - Positional Nystagmus
- Caloric Nystagmus - ENG
Gans Sensory Organization Performance Test
• N : Normal
NORMAL
• S : Sway
• F : Fall
• R : Right
• L : Left
N N N N N N N
ABNORMAL(CNS
-MULTIFAKTOR)
N N S F F F F
Gans Sensory Organization Performance Test
• N : Normal ABNORMAL(CNS
• S : Sway -MULTIFAKTOR)
• F : Fall
• R : Right
• L : Left
N N N N F F N
ABNORMAL-
VESTIBULER
N N N N N F R
Gans Sensory Organization Performance Test
• N : Normal
• S : Sway ABNORMAL-
• F : Fall VESTIBULER
• R : Right
• L : Left
N N N N N F N
Gans Sensory Organization Performance Test
• N : Normal ABNORMAL(CNS
• S : Sway -MULTIFAKTOR)
• F : Fall
• R : Right
• L : Left
N N N N F F N
ABNORMAL-
VESTIBULER
N N N N N F R
Refleks Vestibulo-Kolik (VCR)
• Berperanan
mempertahankan atau
menstabilkan kepala
melalui proprioseptor di
otot-otot daerah leher.
• Respons gerakan kepala
dirangsang oleh organ
otolit (utrikulus dan
sakulus) dan kanalis
semisirkularis.
HEAD IMPULSE (THRUST) TEST
• Pasien diminta menundukkan
kepala 30 derajat
• Kemudian pemeriksa
menggerakkan kepala pasien ke
kanan atau ke kiri (10 - 15 derajat)
tanpa diduga pasien, tetapi mata
tetap fokus ke target pusat (mis.
ke hidung pemeriksa)
• Perhatikan apakah ada gerakan
sakadik (lack of control) pada
mata pasien akibat kurangnya
fiksasi visual pada saat tes
• Berkurangnya fiksasi visual
behubungan dengan menurunnya
fungsi kanalis semisirkularis
ipsilateral (sisi lesi)
HEADSHAKE NYSTAGMUS (HSN)
• Pasien diminta untuk
menundukkan kepala 30
derajat
• Goyangkan kepala pasien ke
kanan dan ke kiri sejauh 45
derajat secepat mungkin (2-3
Hz) selama 30 detik atau 20 –
30 kali dengan mata terbuka
HASIL :
• Nistagmus horizontal arah ke
sisi sehat pada beberapa detik
pertama
• Nistagmus horizontal arah ke
sisi lesi terjadi 20 detik setelah
headshake
• HSN berkorelasi baik dengan
kelainan vestibuler perifer
TES DYNAMIC VISUAL ACUITY
• Pasien diminta untuk membaca
huruf pada Snellen eye chart
(seperti memeriksa visus mata),
tandai pada garis kemampuan
membaca maksimal
• Goyangkan kepala ke kanan
dan ke kiri pada kecepatan 2 Hz
(seperti tes headshake) sambil
pasien diminta membaca chart
tadi
• Kehilangan kemampuan
membaca lebih dari 2 garis
menandakan adanya hipofungsi
vestibuler bilateral
Tes Schellong (hipotensi
ortostatik)
– Pasien berada dalam posisi berbaring selama
10 menit
– Dilakukan pengukuran tekanan darah dan
denyut nadi
– Pengukuran diulang pada menit ke 1, 5, dan
10 setelah pasien berada dalam posisi berdiri
– Hasil POSITIF (setelah 10 menit):
• penurunan tekanan sistolik 21 mmHg
atau lebih
• penurunan tekanan nadi 16 mmHg atau
lebih
• peningkatan denyut nadi 21 kali per
menit atau lebih
Penatalaksanaan Gangguan
Keseimbangan
• Agar pengobatan efektif harus diketahui jenis dan penyebab
vertigo
• Tujuan terapi:
– Sesuai penyebabnya
• Medika mentosa
• Reposisi Kanal
• Pembedahan?
– Menatalaksana Gejalanya
• Medika mentosa
– Penatalaksanaan Jangka panjang Reorganisasi sistem syarafnya
• Latihan untuk rehabilitasi Vestibular
Baloh RW. Lancet 1998;352:1841–6. Hain TC, Uddin M. CNS Drugs 2003;17:85–100.
• Dengan penatalaksanaan yang tepat pasien
dapat sembuh sempurna, tetapi beberapa
pasien dapat kambuh kembali gejalanya dan
perlu latihan vestibuler teratur.
• Tujuan :
1. Mengatasi gangguan keseimbangan akibat
perubahan gerakan
2. Meningkatkan fungsi keseimbangan
3. Meningkatkan kualitas
Rehabilitasi
• Penatalaksanaan Gangguan keseimbangan tergantung
diagnosisnya ,rehabilitasi harus dilakukan secara
komprehensif
3 prinsip terapi :
1. Adaptasi,
2. Substitusi, mekanisme kompensasi,
3. Reposisi Canal untuk BPPV
VRT (Vestibular Rehabilitation Treatment)
Adaptasi
K Q
K Q
Head circles
Ball kicking
Jenny Bashiruddin
Departemen THT FKUI-RSCM
Jakarta
PENDAHULUAN
MASALAH KLINISI MASALAH PASIEN
Tinitus
Gg konsentrasi,cemas,
Penatalaksanaan insomia
PENDAHULUAN
• Definisi Tinitus (tinnire = bunyi) :
– Persepsi auditori yang tidak
diinginkan
– Henry : Persepsi bunyi tanpa
adanya sumber bunyi akustik
dari luar
– McFadden : Pengalaman
mendengar bunyi di
kepala/telinga secara sadar,
sumber tak diketahui
– Mooler dan Holgers : Sensasi
mendengar bunyi tanpa sumber
bunyi dari luar atau internal atau
stimulus elektrik
PENDAHULUAN
• Tinitus sering ditemukan di masyarakat
• Etiologi bervariasi, umumnya reversibel
• Mereda dalam detik - hari.
• Terjadi pada berbagai usia,
• 12 % usia > 60 tahun vs 5 % pada 20 –
30 tahun
– 5-15% menetap
– 1 – 3 % mengganggu
• Perkembangan pemahaman terhadap
etiopatogenesis dan neurofisiologi
tinitus pilihan tatalaksana adekuat
PENDAHULUAN
• Patologis :
– 5 menit
– > 1 kali dalam seminggu
• 3 Tipe tinitus :
– Objektif
– Subjektif
– Halusinasi auditori
Kondisi yang menyertai tinitus
• Hiperakusis
- Kondisi tidak nyaman/nyeri akibat adanya bunyi
• Misophonia
- Tidak suka kepada suatu bunyi, tergantung situasi
dan keadaan emosi
• Phonophobia
- Reaksi ketakutan yang ditimbulkan oleh suatu
bunyi
TINITUS OBYEKTIF
Berasal dari anggota tubuh
Dapat didengar oleh pemeriksa
Auskultasi
Vaskular
Neurologi
Temporomandibular joint
TINITUS SUBYEKTIF
• Penderita saja
• Banyak ditemukan
• Pendengaran N atau
terganggu
• Aktifitas abN sel-sel
rambut atau gangguan
jalur perifer n.auditori
HALUSINASI AUDITORI
• Persepsi mengenai suatu bunyi (suara
musik, orang berbicara)
• Biasanya disebabkan oleh tumor lobus
temporal dan gangguan kejiwaan
(skizofrenia)
DESKRIPSI BUNYI TINITUS
– Berdenging 37,5 %
– Berdengung 11,2 %
– Berderik 8,5 %
– Berdesis 7,8 %
– Bersiul 6,6 %
– Bergumam 5,3 %
– High pitch (+), > 3000 Hz
FISIOLOGI PENDENGARAN :
Konduksi-Transduksi-Transmisi-Prosesing
KOKLEA DAN SINAPS
ETIOLOGI TINITUS
• Kelainan telinga : luar dalam
• Obat ototoksik
• Pajanan bising, presbikusis
• Kel. Neurologis : multipel sklerosis, migraine
• Gg. Metabolik : hipertiroid, hiperlipidemia, defesiensi
vit B12
• Vaskuler : glomus tumor, bulbus jugularis
• Mioklonus palatum,spasme otot stapedius
• Psikogenik
ETIOLOGI TINITUS OBYEKTIF
Tinitus objektif
Idiopatik spasme
Arteri-Vena Malformasi
Bruit arteri Venous hums Palatomyoklonus muskulus
shunt arteri-vena
stapedius
ETIOLOGI TINITUS SUBYEKTIF
• Neurologic&otologic exam
• Differential diagnosis
• Subjective tinnitus vs Objective tinnitus
The severity of tinnitus can be described by :
– Constant or episodic
– Unilateral or bilateral
– The onset was sudden or gradual
– How long has it been present?
– Is associated hearing loss, vertigo or pain?
– Temporomandibular joint disorders?
• Effect of hearing loss
– Pure-tone audiometry
– ABR
– Speech audiometry
– Tone decay testing
– Impedance audiometry,acoustic reflexes
– Reflex decay testing
Audiological testing
• Pure-tone audiometry
– Ideal up to 12 kHz
• Matching of tinnitus
– Loudness matching measured in
dB on the vertical scale
– Pitch matching measured in
hertz on the horizontal scale
– Minimal masking level
– Residual tinnitus
Tinnitus Handicap Inventory (THI)
• Functional
• Emotional
• Catastrophic
• Scores points 4= yes,2= sometimes,0= no
(higher score corresponds to a greater
handicap
PENATALAKSANAAN TINITUS
• Berdasarkan model neuropatofisiologi
Jastreboff
• Tujuan : memicu dan menjaga reaksi habituasi
dan persepsi pada tinitus dan atau suara
lingkungan yang mengganggu.
• Metode pelaksanaan :
– Wawancara kategori pasien
– Konseling terpimpin sesuai kategori
– Terapi akustik
Kategori Kriteria Tipe TRT
0 Derajat gangguan tidak ada - ringan Konseling terpimpin
Onset akut Terapi akustik sewaktu – waktu
Tidak ada gangguan pendengaran &
hiperakusis
Auditorik Perifer
Suara yang dikenal
• Vasodilator : golongan –Serc, -Histine, Nimodipine
• Mecobalamin
• Anti kejang : gabapentin
• Psikoaktif :
– Memperbaiki depresi meningkatkan adaptasi
– Golongan antipsikotik risperidon
– Golongan benzodiazepin efek adiksi
• Tidak dianjurkan diberikan pada TRT, karena mengganggu
mekanisme adaptasi
• Gingko biloba
– Dosis : 240 mg 2x/hari, perbaikan mulai minggu ke-
6, efek maksimal 3 – 4 bulan
• Seng
– Yetisier (2000) : Suplementasi seng 220 mg/hari
selama 8 minggu pada pasien geriatri hanya efektif
apabila pasien terbukti mengalami hipozinkemia
• Metode : disuntikkan , tuba ventilasi + obat
tetes
• Pilihan : lidokain, steroid, aminoglikosida
• Steroid intratimpani mempunyai efektifitas 70
– 90 %, terutama pada pasien dengan penyakit
Meniere
• Gangguan vaskularisasi dan oksigenisasi
koklea gangguan pendengaran + tinitus
• Terapi hiperbarik meningkatkan kadar
oksigen 5 x
• Fanzca (2005) perbaikan skor VAS pasca
terapi 3,1 vs 0,4
• Lamm (2003) 50 penelitian klinis, 85,3 %
perbaikan
Summary