ABSES SUBMANDIBULA
Oleh :
Joni Putra
Pembimbing :
dr. Rani Septrina., SpBP-RE
ABSES SUBMANDIBULA
PENDAHULUAN
Abses adalah rongga patologis yang berisi pus yang merupakan hasil dari reaksi
inflamasi pertahanan tubuh seperti makrofag, leukosit, netrofil dan bakteri. Abses biasanya
didahului dengan reksi inflamasi, tanda-tanda inflamasi antara lain : kalor, dolor, rubor,
tumor dan functio lesa. Proses infeksi yang terjadi dalam rongga mulut biasanya disebabkan
dengan infeksi odontogenik. Penyebaran infeksi odontogenik dapat terjadi melalui 2 jalan :
periapikal dan periodontal. Apabila daya tahan tubuh baik dan virulensi bakteri rendah
infeksi periapikal belum tentu diikuti dengan infeksi yang lebih lanjut. Penyebaran melalui
periapikal biasanya disebabkan karena nekrosis pulpa dan infeksi bakteri ke periapikal.
Penyebaran melalui jaringan periodontal karena poket periodontal yang dalam sehingga
bakteri dapat masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam, gigi vital yang terkena trauma dan
kontak oklusal yang berlebihan. Nekrosis pulpa dapat berlanjut menjadi infeksi aktif karena
merupakan jalan bagi bakteri masuk ke jaringan periapikal. Infeksi dapat menyebar ke segala
arah terutama daerah yang memiliki resistensi yang rendah. Eksudat purulen dapat menyebar
masuk ke medulla tulang yang dapat menyebabkan osteomielitis. Apabila terjadi perforasi ke
korteks dan menyebar secara difus ke jaringan lunak dapat mengakibatkan terjadinya
selulitis. Abses periapikal selanjutnya dapat menyebar menembus tulang sampai di bawah
periosteum dan timbul keadaan periostitis. Bila kemudian terjadi peristiwa supuratif dibawah
periosteum terbentuklah abses subperiosteum. Abses ini dapat berlanjut sampai berkumpul
dan sampai dibawah mukosa menjadi abses submukus. Abses dapat menyebar ke spasium
tertentu karena lokasi dari asal infeksi/ tempat perforasi, ketebalan struktur tulang dari
sumber infeksi serta letak otot yang membatasi spasia.
TINJAUAN PUSTAKA
Abses Submandibula
Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan
pus pada daerah submandibula.1,2 Pada umumnya sumber infeksi padaruang submandibu
la berasal dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe
submandibular. Dari penelitian yang dilakukan oleh Yang 3mengenai infeksi leher dalam
pada April 2001 sampai dengan Oktober 2006, ditemukan bahwa abses submandibular
merupakan kasus terbanyak (35%) diikuti oleh abses parafaring (20%), mastikator (13%)
dan peritonsilar (9%).
Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila.
Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot miohioid. Ruang
submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila
(lateral) oleh otot digastrikus anterior.2 Ruang mandibular dibatasi pada bagian
lateral oleh garis inferior dari badan mandibula, medial oleh perut anteriormusculus di
gastricus, posterior oleh ligament stylohyoid dan perut posterior dari
musculus digastricus, superior oleh musculus mylohyoid dan hyoglossus, daninferior ol
eh lapisan superficial dari deep servikal fascia. Ruang ini mengandung
glandula saliva sub mandibular dan sub mandibular lymphanodes.4
Namun ada pembagian lain yang tidak menyertakan ruang submandibuladan membagi
ruang submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila
saja. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya
sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher.2
Gambar 2
Submandibular space 2
Gambar 3.
Otot Milohioid yang memisahkan ruang sublingual dan submental2
Gambar 4.
Potongan vertikal ruang submandibula 3
Etiologi
Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe
submandibula, namun dapat pula kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lain.2
Sebanyak 61% kasus abses submandibula disebabkan oleh infeksi gigi.4.
Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar kedua dan ketiga dari
mandibula, jika apeksnya ditemukan di bawah perlekatan dari musculus
mylohyoid.6 Infeksi dari gigi dapat menyebar ke ruang submandibula melalui
beberapa jalan yaitu secara langsung melalui tepi myolohioid, posterior dari
ruang sublingual, periostitis dan melalui ruang mastikor.5
Sebagian besar abses intraoral dan yang sudah meluas ke
leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai bakteri, baik aerob maupun anaerob dan
fakulatif anaerob. Bakteri aerob yang sering ditemukan antara lain stafilokokus, streptokokus
sp, Haemofilus influenza, streptokokus pneumonia, Moraxtella Catarrhalis. Sedangkan
bakteri anaerob yang sering ditemukan adalah kelompok bakteri gram negatif seperti
7
Bacteroides, Prevotella maupun Fusobacterium. Umumnya bakteri yang paling sering
ditemukan Streptococus hemolitikus dan Staphyloccus aureus.
Patofisiologi
Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar kedua dan ketiga dari mandibula, jika
apeksnya ditemukan di bawah perlekatan dari musculus mylohyoid.3,6 infeksi dari gigi dapat
menyebar ke ruang submandibula melalui beberapa jalan yaitu secara langsung melalui
pinggir myolohioid, posterior dari ruang sublingual, periostitis dan melalui ruang mastikor.6
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan darah, didapatkan leukositosis.
2. Radiologis
- Rontgen panoramik.
Untuk melihat keterlibatan gigi sebagai focus infeksi.
Penatalaksanaan
1. Antibiotik
Pemberian antibiotic pada pasien abses subamndibula dapat dilakukan secara
parenteral, yaitu antibiotic kombinasi mencakup bakteri aerob dan anaerob. Secara
empiris kombinasi Ceftriaksonedan Metronidazole masihcukupbaik, sambil
menunggu hasil kultur.
Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka sensitifitas tinggi terhadap
terhadap ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, ceforazone, ceftriaxone, yaitu lebih dari
70%. Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih tinggi terutama untuk
kuman anaerob gram negatif. Antibiotik biasanya dilakukan selama lebih kurang 10 hari. 1,4
Komplikasi
Gambar 5.
Komplikasi Abses Submandibular 5
Prognosis
Pada umumnya prognosis abses submandibular baik apabila dapat didiagnosis secara
dini dan penanganan yang tepat. Pada fase awal dimana abses masih kecil maka tindakan
incise drainse dan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat menghasilkan penyembuhan
yang sempurna. Apabila terjadi mediastinitis, angka mortalitas mencapai 40-50% walaupun
dengan pemberian antibiotik.
Gambar 7. Rontgen Panoramik, tampak adanya gangrene pulpa gigi 47 dan impaksi gigi 48
Pasien di diagnosis Abses submandibula dextra et causa gangrene pulpa gigi 47,48.
Terapi dari bagian Bedah Mulut adalah Observasi vital signs, laboratorium rutin, PT, APTT,
GDS, O2 3 lpm nasal canule, IVFD RL Maintenance, Tapping pus (Kultur sensitivitas
antibiotik) R/ Ceftriaxone drip 1 g IV, Metronidazole 500 mg IV, Ranitidine Inj 50 mg IV,
Ketorolac inj 30 mg IV, Dexamethasone inj 8 mg IV, incisi drainase, aplikasi penrose drain,
aplikasi verban. Selanjutnya pasien berobat jalan di poli Bedah Mulut.
Gambar 8. Aspirasi pus, tampak pus sebanyak 2 cc untuk dilakukan
Kultur resistensi antibiotik
Gambar 10. Post Op, tampak penrose drain terpasang, bukaan mulut menjadi lebih lebar.
DAFTAR PUSTAKA