RINOLOGI-ALERGI
Disusun Oleh :
Irmadela 41511914
Kamila Rahma Fauziah 4151191466
Bagus 41511914
Pembimbing:
Nurbaiti Nazarudin, dr., Sp.THT-KL., M.Kes.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I...................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................2
1.3 Manfaat..................................................................................2
BAB II..................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1.1 Definisi...................................................................................3
2.1.2 Klasifikasi...............................................................................3
2.1.7 Tatalaksana...........................................................................9
2.1.8 Komplikasi............................................................................10
2.1.9 Prognosis.............................................................................11
2.2.1 Definisi.................................................................................11
2.2.3 Tatalaksana.........................................................................12
2.2.4 Komplikasi............................................................................12
BAB III...............................................................................................13
iii
KESIMPULAN....................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
mengenai kelainan-kelainan pada hidung.
1.3 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi
penulis maupun pembaca mengenai kelainan pada hidung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
Deviasi septum menurut Mladina dibagi atas beberapa klasifikasi
berdasarkan letak deviasi, yaitu :
1. Tipe I : benjolan unilateral yang belum mengganggu aliran udara.
2. Tipe II : benjolan unilateral yang sudah mengganggu aliran udara, namun
masih belum menunjukkan gejala klinis yang bermakna.
3. Tipe III : deviasi pada konka media (area osteomeatal dan meatus media).
4. Tipe IV : “S” septum (posterior ke sisi lain, dan anterior ke sisi lainnya).
5. Tipe V : tonjolan besar unilateral pada dasar septum, sementara di sisi lain
masih normal
6. Tipe VI : tipe V ditambah sulkus unilateral dari kaudal-ventral, sehingga
menunjukkan rongga yang asimetri.
7. Tipe VII : kombinasi lebih dari satu tipe, yaitu tipe I-tipe VI.7
4. Sinekia
Deviasi atau krista septum bertemu dan melekat pada konka. Bentuk ini akan
menambah beratnya konka. 5
2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko
Deviasi septum umumnya disebabkan oleh trauma langsung dan biasanya
berhubungan dengan kerusakan pada bagian lain hidung seperti fraktur os nasal.
Pada sebagian pasien, tidak didapatkan riwayat trauma, sehingga terdapat teori
birth moulding. Posisi intra uterin yang abnormal dapat menyebabkan tekanan
pada hidung dan rahang atas, sehingga dapat terjadi pergeseran septum.
Demikian pula tekanan torsi pada hidung saat kelahiran dapat menambah trauma
pada septum. deviasi septum nasal dapat terlihat pada kasus bibir sumbing dan
langit-langit mulut dan pada mereka yang memiliki kelainan palatum gigi dan
dasar mulut. Setelah lahir, resiko terbesar ialah dari olahraga, misalnya olahraga
kontak langsung (tinju, karate, judo) dan tidak menggunakan helm atau sabuk
pengaman ketika berkendara.
Penyebab lainnya ialah ketidakseimbangan pertumbuhan. Tulang rawan
septum nasi terus tumbuh, meskipun batas superior dan inferior telah menetap,
juga karena perbedaan pertumbuhan antara septum dan palatum. Dengan
demikian terjadilah deviasi septum.7
2.1.4 Gejala Klinis
Keluhan yang paling sering pada deviasi septum nasi adalah sumbatan hidung.
Sumbatan dapat unilateral dan dapat pula bilateral, disebabkan karena pada sisi
deviasi terdapat konka hipotrofi, sedangkan pada sisi sebelahnya terjadi konka
yang hipertrofi, sebagai akibat mekanisme kompensasi. Keluhan lainnya ialah
rasa nyeri dikepala dan sekitar mata. Selain itu penciuman dapat terganggu,
apabila terdapat deviasi pada bagian atas septum. Deviasi septum dapat
menyumbat ostium sinus, sehingga merupakan faktor predisposisi terjadinya
sinusitis. Pada pasien dengan kelainan septum, sisi yang sempit akan
mengalami siklus sumbatan hidung yang berbeda, yang menyebabkan
perbedaan pada tahanan hidung total, sehingga pasien merasakan sumbatan
hidung yang berkala. Deviasi septum juga mengakibatkan kelainan pada sinus
paranasal akibat obstruksi yang menyebabkan gangguan ventilasi pada sinus.
Sehingga dapat menjadi faktor risiko terjadinya sinusitis.Gejala lain yang dapat
timbul adalah nyeri epistaksis. Terjadi perubahan aliran udara yang dapat
mempengaruhi tuba eustachius. Hal ini dapat terjadi karena adanya sumbatan
mekanik yang dapat terjadi secara intralumer dan eksraluminer. Deviasi septum
termasuk ke dalam obstruksi ekstraluminer.5,8
Jadi deviasi septum dapat menyebabkan satu atau lebih dari gejala berikut ini :
1. Sumbatan pada salah satu atau kedua nostril
2. Kongesti nasalis biasanya pada salah satu sisi
3. Perdarahan hidung (epistaksis)
4. Infeksi sinus (sinusitis)
5. Kadang-kadang juga nyeri pada wajah, sakit kepala, dan postnasal drip.
6. Mengorok saat tidur (noisy breathing during sleep), terutama pada bayi dan
anak.
Pada beberapa kasus, seseorang dengan deviasi septum yang ringan hanya
menunjukkan gejala ketika mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti
common cold. Dalam hal ini, adanya infeksi respiratori akan mencetuskan
terjadinya inflamasi pada hidung dan secara perlahan-lahan menyebabkan
gangguan aliran udara di dalam hidung. Kemudian terjadilah sumbatan/obstruksi
yang juga terkait dengan deviasi septum nasi. Namun, apabila common cold
telah sembuh dan proses inflamasi mereda, maka gejala obstruksi dari deviasi
septum nasi juga akan menghilang.5
Kelainan struktur akibat deviasi septum nasi dapat berupa:
A. Dinding Lateral Hidung
Terdapat hipertrofi konka dan bula ethmoidalis. Ini merupakan kompensasi yang
terjadi padasisi konka septum.
B. Maksila
Daya kompresi yang menyebabkan deviasi septum biasanya asimetri dan juga
dapat mempengaruhi maksila sehingga pipi menjadi datar, pengangkatan lantai
kavum nasi,distorsi palatum dan abnormalitas ortodonti. Sinus maksilaris sedikit
lebih kecil padasisi yang sakit.
C. Piramid Hidung
Deviasi septum nasi bagian anterior sering berhubungan dengan deviasi pada
piramid hidung.
D. Perubahan Mukosa
Udara inspirasi menjadi terkonsentrasi pada daerah yang sempit menyebabkan
efek kering sehingga terjadi pembentukan krusta. Pengangkatan krusta dapat
menyebabkan ulserasi dan perdarahan. Lapisan proteksi mukosa akan hilang
dan berkurangnya resistensi terhadap infeksi. Mukosa sekitar deviasi akan
menjadi edema sebagai akibat fenomena Bernouili yang kemudian menambah
derajat obstruksi.
2.1.5 Pemeriksaan Fisik
Deviasi septum dapat mudah terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior.
Penting untuk pertama-tama melihat vestibulum nasi tanpa spekulum, karena
ujung spekulum dapat menutupi deviasi bagian kaudal. Pemeriksaan seksama
juga dilakukan terhadap dinding lateral hidung untuk menentukan besarnya
konka. Piramid hidung, palatum dan gigi juga diperiksa karena struktur-struktur
ini sering terjadi gangguan yang berhubungan dengan deformitas septum.
Pemeriksaan nasoendoskopi dilakukan bila memungkinkan untuk menilai deviasi
septum bagian posterior atau untuk melihat robekan mukosa. Bila dicurigai