TRAUMA MAXILLOFACIAL
DOSEN PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul
Trauma Maxillofacial.
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Pada Kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh
dosen dalam mata kuliah Radiologi FK UWKS atas bimbingannya.
Kami menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu diharapkan bantuan dari dokter pembimbing serta rekan-rekan mahasiswa
untuk memberikan saran dan masukan yang berguna bagi kami. Terlepas dari
segala kekurangan yang ada, kami berharap referat ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembacanya.
2
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ............................................................................................................... 1
Kata Pengantar .............................................................................................. 2
Daftar Isi ........................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................ 4
ISI
I. Definisi ................................................................................... 5
II. Pembagian Fraktur Trauma Maxillofacial ............................. 5
III. Membaca Radiologi Trauma Maxillofacial ........................... 8
IV. Posisi Foto untuk Trauma Maxillofacial ............................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 28
3
PENDAHULUAN
4
ISI
I. DEFINISI
Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksayang mengenai wajah dan
jaringan sekitarnya (Kumala P, 1998). Trauma pada jaringan maksilofasial dapat
mencakup jaringan lunak dan jaringan keras. Yang dimaksud dengan jaringan
lunak wajah adalah jaringan lunak yang menutupi jaringan keras wajah.
Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan keras wajah adalah tulang kepala
yang terdiri dari (Obuekwe, 2003) :
1. Tulang hidung
2. Tulang arkus zigomatikus
3. Tulang mandibula
4. Tulang maksila
5. Tulang rongga mata
6. Gigi
7. Tulang alveolus
II. PEMBAGIAN FRAKTUR TRAUMA MAXILLOFACIAL
a. Menurut Tipe
1. Simple
Simple atau Closed merupakan fraktur yang tidak menimbulkan luka
terbuka keluar baik melewati kulit ataupun mukosa (Saleh. 2016).
2. Compound
Compound atau Open merupakan fraktur yang disertai dengan luka luar
termasuk kulit, mukosa , yang berhubungan dengan patahnya tulang
(Saleh. 2016).
3. Greenstick
Greenstick merupakan fraktur dimana salah satu korteks tulang patah,
satu sisi lainnya melengkung. Fraktur ini biasa terjadi pada anak-anak
(Saleh. 2016).
4. Undisplaced
Fraktur undisplaced merupakan kondisi dimana garis patah komplit tetapi
ke-2 fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh (Saleh. 2016).
5. Displaced
Fraktur displaced adalah kondisi terjadinya pergeseran fragmen-fragmen
fraktur yang juga disebut lokasi fragmen. Terbagi atas:
5
• Dislokasi ad longitudinal cum contractionum: pergeseran searah sumbu
dan overlapping.
• Dislokasi ad axim: pergeseran yang membentuk sudut.
• Dislokasi ad latus: pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauh
(Saleh. 2016).
6
mengalami fraktur maka keseluruhan maksila akan
bergeser terhadap basis kranium (Pramesthi, 2015)
c) Fraktur Le Fort III
Selain pada pterygomaxillary buttress, fraktur terjadi pada
zygomatic arch berjalan ke sutura zygomaticofrontal
membelah lantai orbital sampai ke sutura nasofrontal.
Garis fraktur seperti itu akan memisahkan struktur
midfasial dari kranium sehingga fraktur ini juga disebut
dengan craniofacial dysjunction. Maksila tidak terpisah
dari zygoma ataupun dari struktur nasal. Keseluruhan
rangka wajah tengah lepas dari basis kranium dan hanya
disuspensi oleh soft tissue. (Pramesthi, 2015)
3) Zygoma
Zygomaticomaxillary complex (ZMC) memainkan peran penting
pada struktur, fungsi, dan estetika penampilan dari wajah. ZMC
memberikan kontur pipi normal dan memisahkan isi orbita dari
fossa temporal dan sinus maksilaris. Zygoma merupakan letak
dari otot maseter, dan oleh karena itu berpengaruh terhadap proses
mengunyah.
Fraktur ZMC menunjukkan kerusakan tulang pada empat dinding
penopang yaitu zygomaticomaxillary, frontozygomatic (FZ),
zygomaticosphenoid, dan zygomaticotemporal. Fraktur ZMC
merupakan fraktur kedua tersering pada fraktur fasial setelah
fraktur nasal (Pramesthi, 2015)
4) Proc. Alveolaris
c. Lower Third Face (Mandibula)
Mandibula mengelilingi lidah dan merupakan satu-satunya tulang
kranial yang bergerak. Pada mandibula, terdapat gigi-geligi bagian
bawah dan pembuluh darah, otot, serta persarafan. Mandibula
merupakan dua buah tulang yang menyatu menjadi satu pada simfisis.
Mandibula terhubung dengan kranium pada persendian
temporomandibular (TMJ). Fungsi yang baik dari mandibula
menentukan gerakan menutup dari gigi. Fraktur mandibula dapat
mengakibatkan berbagai variasi dari gangguan jangka pendek
7
maupun panjang yaitu nyeri TMJ, gangguan mengatupkan gigi,
ketidakmampuan mengunyah, gangguan salivasi, dan nyeri kronis.
Fraktur mandibula diklasifikasikan sesuai dengan lokasinya dan
terdiri dari simfisis, badan, angle, ramus, kondilar, dan subkondilar
(Saleh, 2016).
2. Multiple (Combined)
Merupakan kombinasi lebih dari satu fraktur. Misalnya, Fraktur
orbitozygomaticus complex, Le Fort IV (Kombinasi Le Fort III dengan
Fraktur Os Frontal dan Temporal).
8
Fraktur pada Foto Radiologi tersebut meliputi :
Fraktur tulang nasal : terjadi gangguan aliran (passage) dr sinus ke cavum nasi.
Fraktur tulang frontalis : dimana terdapat sinus frontalis.
Fraktur arkus zygomatikus : Dimana terlibat sinus maksilaris.
Fraktur yg meliputi ethmoid / maksilaris atau keduanya.
Fraktur os.frontalis perselubungan pada sinus frontalis oleh karena
perdarahan (adanya fraktur salah satu dengan sinus) atau gangguan aliran
(drainase) pada daerah bagian bawah sinus frontalis.
9
Kadang pada foto AP / PA tidak jelas tanda fraktur pada dinding sinus
frontalis. Pada foto lateral akan tampak fraktur karena tekanan(depressed
fracture) dimana tampak defect pada dindig anterior sinus frontalis dan terlihat
sebagai fragmentasi tulang yang tertekan kedalam sinus.
Gambaran depressed fracture kadang susah di deteksitertutup oleh bayangan
perdarahan & edemapemeriksaan ulang 2-3 minggu.
Dilaporkan ke bedah plastik untuk rekonstruksi.
Trauma mukamisalkan oleh karena kasti (basket), tinju dan lain-lain sering
terjadi kerusakan orbita.
Daerah paling lemah pada orbita1/3 tengah dasar orbita oleh karena terdapat
foramen intra-orbital dan kanalis orbitalisterjadi enofthalmus akut, herniasi
jaringan lunak orbita kedalam sinus ethmoidalis, sinus frontalis atau disertai
fraktur pada daerah ethmoid dan frontalis, sehingga pasien mengeluh diplopia.
Foto polosgaris fraktur disekitar orbita dan perselubungan sinus ethmoidalis
dan frontalis.
Fraktur kompleks yaitu fraktur yang mengenai beberapa tulang yang sering
terjadi (Goodison, 2004)
a. Fraktur naso-orbital-ethmoid
b. Fraktur trimalar (tripod).
c. Fraktur Le Fort.
A. Fx Naso-orbital-Ethmoid
Oleh karena benturan kuat pada dasar hidung yang menekan os nasal
ke belakangsinus ethmoidalis kollaps (fraktur accordion). Terjadi Rinorhoe
cairan CSF.
10
- Foto Lateral Fx os nasal, perselubungan sinus ethmoidalis.
- CT Scan coronalkollpas sinus ethmoidalis.
(Khan, 2013)
CT Scan Potongan Coronal
11
CT Scan dan CT Scan 3 D
C. Fraktur Le fort.
- Fx kompleks meliputi tulang – tulang muka (fasial) yang sering
terjadi kecelakaan mobil.
12
- Pemeriksaan radiologifoto polos muka & CT Scan untuk
memeperlihatkan luas daerah yang terkena dan tulang apa saja yang
fraktur untuk keselamatan pasien & untuk bedah plastik.
Jenis-Jenis fraktur le fort :
1. Le fort I (transversal)
Fraktur yg berjalan transversal melalui maksila & dasar nasal, biasanya
diatas palatum durum, palatum durum mengapung(floating palate)
bergeser ke posteriormaloklusi.
(Khan, 2013)
13
Gambar fraktur Le fort II
14
Fraktur Le Fort
15
CT Scan 3 D Fraktur Le fort
16
b. Posisi AP, untuk melihat fraktur dari :
- Angulus
- Ramus
- Sebagian Corpus
- Condylus
17
18
c. Posisi Lateral, untuk melihat fraktur :
- Nasal
- Maxilla
Kriteria gambaran radiologi yang baik pada posisi lateral (Moeller TB,
2009) :
Visualisasi lengkap dari seluruh tengkorak
Kedua temporomandibular joints superimposed
Sella linear (2) (tidak ada garis ganda)
Clinoid processes superimposed (3)
19
d. Posisi Water’s/ Occipito Mental, untuk melihat :
- Maxilla
- Zygoma
- Septum Nasi
- Alveolus
- Simfisis mandibula
Kriteria gambaran radiologi yang baik pada posisi water’s (Moeller
TB, 2009) :
20
Kedua orbita simetris (1)
Superior petrous ridges (3) below antral floors (2)
Sinus sphenoid (4) terproyeksi melalui mulut yang terbuka
21
22
e. Posisi Towne, untuk melihat :
- Fraktur ramus dan condylus
- Os. Maxilla
- Os. Zygoma
Posisi towne diambil denga berbagai variasi sudut angulasi antara 30-60
ke arah garis orbitomeatal. Sentrasi dari depan kira-kira 8 cm di atas
glabela dari foto polos kepala dalam bidang midsagital. Proyeksi ini
adalah posisi yang paling baik untuk menganalisis dinding posterior sinus
maksilaris, fisura orbita inferior, kondilus mandibularis, dan arkus
zigomatikus posterior (Rachman, 2005).
23
f. Foto TMJ (Temporo Mandibular Joint), untuk melihat :
- Posisi mulut saat membuka dan menutup
- Fraktur dan dislokasi. Adanya dislokasi ditandai dengan caput
condylus mandibula yang keluar dari meniscus persendian dan berada
di depan eminentia articularis.
24
g. Foto Basis cranii/basal view/proyeksi submento vertex
Posisi submento vertex diambil dengan meletakkan film pada vertex,
kepala pasien menengadah sehingga garis infraorbito meatal sejajar dengan
film. Sentrasi tegak lurus kaset dalam bidang midsagital melalui sella tursika
ke arah verteks. Banyak variasu-variasi sudut sentrasi pada posisi
submentoverteks, agar mendapatkan gambaran yang baik pada beberapa
bagian basis kranii, khususnya sinus frontalis dan dinding posterior sinus
maksilaris (Rachman, 2005).
Kriteria gambaran radiologi yang baik pada posisi water’s (Moeller
TB, 2009) :
Symmetrical base of the skull
Mandible projected over frontal sinuses
Condilus mandibula terproyeksi simetris
Foramen ovale dan spinosum terlihat
25
26
27
DAFTAR PUSTAKA
Rachman DM. 2005. Sinus Paranasal dalam Radiolodi Diagnostik. Edisi Kedua.
FKUI- RSCM. Jakarta.
Rantam BA. 2017. Profil Fraktur Maxillofacial pada Pasien yang Dirawat di RSUD
Dr Soetomo Periode Januari 2015-Desember 2015. Universitas Airlangga
Saleh, Edwyn. 2016. Fraktur Maxilla dan Tulang Wajah Sebagai Akibat Trauma
Kepala. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
28