Anda di halaman 1dari 28

TUGAS RADIOLOGI

TRAUMA MAXILLOFACIAL

Disusun oleh : KELOMPOK 10

1. Putri Ummi Hanisah 15700087


2. Ni Nyoman Tri Anggastuti 15700089
3. Mirna Fauziah Lailly 15700091
4. Desak Gede Candra H 15700093
5. I Gede Rama Suarnanda 15700097

DOSEN PEMBIMBING :

dr. Hendro Siswanggono, Sp.Rad

dr. Anggraheny Soelistyaningtyas, Sp.Rad

dr. Sianny Suryawati, Sp.Rad

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul
Trauma Maxillofacial.
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Pada Kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh
dosen dalam mata kuliah Radiologi FK UWKS atas bimbingannya.
Kami menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu diharapkan bantuan dari dokter pembimbing serta rekan-rekan mahasiswa
untuk memberikan saran dan masukan yang berguna bagi kami. Terlepas dari
segala kekurangan yang ada, kami berharap referat ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembacanya.

Surabaya, Nopember 2018

2
DAFTAR ISI

Halaman

Judul ............................................................................................................... 1
Kata Pengantar .............................................................................................. 2
Daftar Isi ........................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................ 4
ISI
I. Definisi ................................................................................... 5
II. Pembagian Fraktur Trauma Maxillofacial ............................. 5
III. Membaca Radiologi Trauma Maxillofacial ........................... 8
IV. Posisi Foto untuk Trauma Maxillofacial ............................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 28

3
PENDAHULUAN

Fraktur maxillofacial adalah trauma fisik yang mengenai jaringan lunak


dan keras di daerah wajah. Trauma ini meliputi cedera rahang, cedera leher, dan
cedera wajah. Epidemiologi dan etiologi trauma maxillofacial sangat beragam.
Etiologi paling umum dari fraktur mxillofacial di Indonesia adalah kecelakaan lalu
lintas (KLL) (Rantam, 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bagian Bedah Kepala dan Leher
RSUD Dr Soetomo Surabaya oleh rantam (2017) dengan menggunakan rekam medis
pasien, dari total 61 sampel, rasio antara pasien pria dan wanita adalah 43:18, pasien
fraktur maxillofacial sebagian besar pada usia 20-29 tahun, jenis fraktur
maxillofacial yang paling umum pada pasien adalah fraktur mandibula (32,78%)
(Rantam, 2017).

4
ISI
I. DEFINISI
Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksayang mengenai wajah dan
jaringan sekitarnya (Kumala P, 1998). Trauma pada jaringan maksilofasial dapat
mencakup jaringan lunak dan jaringan keras. Yang dimaksud dengan jaringan
lunak wajah adalah jaringan lunak yang menutupi jaringan keras wajah.
Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan keras wajah adalah tulang kepala
yang terdiri dari (Obuekwe, 2003) :
1. Tulang hidung
2. Tulang arkus zigomatikus
3. Tulang mandibula
4. Tulang maksila
5. Tulang rongga mata
6. Gigi
7. Tulang alveolus
II. PEMBAGIAN FRAKTUR TRAUMA MAXILLOFACIAL
a. Menurut Tipe
1. Simple
Simple atau Closed merupakan fraktur yang tidak menimbulkan luka
terbuka keluar baik melewati kulit ataupun mukosa (Saleh. 2016).
2. Compound
Compound atau Open merupakan fraktur yang disertai dengan luka luar
termasuk kulit, mukosa , yang berhubungan dengan patahnya tulang
(Saleh. 2016).
3. Greenstick
Greenstick merupakan fraktur dimana salah satu korteks tulang patah,
satu sisi lainnya melengkung. Fraktur ini biasa terjadi pada anak-anak
(Saleh. 2016).
4. Undisplaced
Fraktur undisplaced merupakan kondisi dimana garis patah komplit tetapi
ke-2 fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh (Saleh. 2016).
5. Displaced
Fraktur displaced adalah kondisi terjadinya pergeseran fragmen-fragmen
fraktur yang juga disebut lokasi fragmen. Terbagi atas:

5
• Dislokasi ad longitudinal cum contractionum: pergeseran searah sumbu
dan overlapping.
• Dislokasi ad axim: pergeseran yang membentuk sudut.
• Dislokasi ad latus: pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauh
(Saleh. 2016).

b. Menurut Lokasi Fraktur


1. Single Fraktur
a. Upper Third Face
Fraktur sepertiga atas wajah mengenai tulang frontalis, regio supra
orbita, rima orbita dan sinus frontalis. Fraktur tulang frontalis
umumnya bersifat depressed ke dalam atau hanya mempunyai garis
fraktur linier yang dapat meluas ke daerah wajah yang lain (Saleh,
2016).
b. Middle Third Face
1) Septum Nasi
2) Maxilla
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Rene Le Fort,
terdapat tiga pola fraktur maksila, yaitu Le Fort I, II, dan III.
a) Fraktur Le Fort I
Fraktur Le Fort I dikenal juga dengan fraktur Guerin yang
terjadi di atas level gigi yang menyentuh palatum, meliputi
keseluruhan prosesus alveolar dari maksila, kubah
palatum, dan prosesus pterigoid dalam blok tunggal.
Fraktur membentang secara horizontal menyeberangi basis
sinus maksila. Dengan demikian buttress maksilari
transversal bawah akan bergeser terhadap tulang wajah
lainnya maupun kranium (Pramesthi, 2015)
b) Fraktur Le Fort II
Pukulan pada maksila atas atau pukulan yang berasal dari
arah frontal menimbulkan fraktur dengan segmen
maksilari sentral yang berbentuk piramida. Karena sutura
zygomaticomaxillary dan frontomaxillary (buttress)

6
mengalami fraktur maka keseluruhan maksila akan
bergeser terhadap basis kranium (Pramesthi, 2015)
c) Fraktur Le Fort III
Selain pada pterygomaxillary buttress, fraktur terjadi pada
zygomatic arch berjalan ke sutura zygomaticofrontal
membelah lantai orbital sampai ke sutura nasofrontal.
Garis fraktur seperti itu akan memisahkan struktur
midfasial dari kranium sehingga fraktur ini juga disebut
dengan craniofacial dysjunction. Maksila tidak terpisah
dari zygoma ataupun dari struktur nasal. Keseluruhan
rangka wajah tengah lepas dari basis kranium dan hanya
disuspensi oleh soft tissue. (Pramesthi, 2015)
3) Zygoma
Zygomaticomaxillary complex (ZMC) memainkan peran penting
pada struktur, fungsi, dan estetika penampilan dari wajah. ZMC
memberikan kontur pipi normal dan memisahkan isi orbita dari
fossa temporal dan sinus maksilaris. Zygoma merupakan letak
dari otot maseter, dan oleh karena itu berpengaruh terhadap proses
mengunyah.
Fraktur ZMC menunjukkan kerusakan tulang pada empat dinding
penopang yaitu zygomaticomaxillary, frontozygomatic (FZ),
zygomaticosphenoid, dan zygomaticotemporal. Fraktur ZMC
merupakan fraktur kedua tersering pada fraktur fasial setelah
fraktur nasal (Pramesthi, 2015)
4) Proc. Alveolaris
c. Lower Third Face (Mandibula)
Mandibula mengelilingi lidah dan merupakan satu-satunya tulang
kranial yang bergerak. Pada mandibula, terdapat gigi-geligi bagian
bawah dan pembuluh darah, otot, serta persarafan. Mandibula
merupakan dua buah tulang yang menyatu menjadi satu pada simfisis.
Mandibula terhubung dengan kranium pada persendian
temporomandibular (TMJ). Fungsi yang baik dari mandibula
menentukan gerakan menutup dari gigi. Fraktur mandibula dapat
mengakibatkan berbagai variasi dari gangguan jangka pendek

7
maupun panjang yaitu nyeri TMJ, gangguan mengatupkan gigi,
ketidakmampuan mengunyah, gangguan salivasi, dan nyeri kronis.
Fraktur mandibula diklasifikasikan sesuai dengan lokasinya dan
terdiri dari simfisis, badan, angle, ramus, kondilar, dan subkondilar
(Saleh, 2016).
2. Multiple (Combined)
Merupakan kombinasi lebih dari satu fraktur. Misalnya, Fraktur
orbitozygomaticus complex, Le Fort IV (Kombinasi Le Fort III dengan
Fraktur Os Frontal dan Temporal).

III. MEMBACA RADIOLOGI TRAUMA MAXILLOFACIAL


 Menilai :
- Ada / tidaknya fraktur yang menyebabkan gangguan fisiologis normal
sinus, mulut, dasar hidung dan orbita.
- Untuk rekonstruksi wajah / kosmetik.
- Foto polos muka dgn berbagai posisimemegang peranan penting
dlm mengevaluasi fraktur maksilofasial.
- CT ScanMemegang peranan lebih penting.
(Japardi, 2004)
 Fraktur pada tulang muka dpt dibagi atas :
1. Terjadi pada satu tulang.
2. Terjadi pada beberapa tulang (kompleks).
(Japardi, 2004)
 Struktur Anatomi

8
Fraktur pada Foto Radiologi tersebut meliputi :

 Fraktur tulang nasal : terjadi gangguan aliran (passage) dr sinus ke cavum nasi.
 Fraktur tulang frontalis : dimana terdapat sinus frontalis.
 Fraktur arkus zygomatikus : Dimana terlibat sinus maksilaris.
 Fraktur yg meliputi ethmoid / maksilaris atau keduanya.
 Fraktur os.frontalis  perselubungan pada sinus frontalis oleh karena
perdarahan (adanya fraktur salah satu dengan sinus) atau gangguan aliran
(drainase) pada daerah bagian bawah sinus frontalis.

9
 Kadang pada foto AP / PA tidak jelas tanda fraktur pada dinding sinus
frontalis. Pada foto lateral akan tampak fraktur karena tekanan(depressed
fracture) dimana tampak defect pada dindig anterior sinus frontalis dan terlihat
sebagai fragmentasi tulang yang tertekan kedalam sinus.
 Gambaran depressed fracture kadang susah di deteksitertutup oleh bayangan
perdarahan & edemapemeriksaan ulang 2-3 minggu.
 Dilaporkan ke bedah plastik untuk rekonstruksi.
 Trauma mukamisalkan oleh karena kasti (basket), tinju dan lain-lain sering
terjadi kerusakan orbita.
 Daerah paling lemah pada orbita1/3 tengah dasar orbita oleh karena terdapat
foramen intra-orbital dan kanalis orbitalisterjadi enofthalmus akut, herniasi
jaringan lunak orbita kedalam sinus ethmoidalis, sinus frontalis atau disertai
fraktur pada daerah ethmoid dan frontalis, sehingga pasien mengeluh diplopia.
 Foto polosgaris fraktur disekitar orbita dan perselubungan sinus ethmoidalis
dan frontalis.
 Fraktur kompleks yaitu fraktur yang mengenai beberapa tulang yang sering
terjadi (Goodison, 2004)
a. Fraktur naso-orbital-ethmoid
b. Fraktur trimalar (tripod).
c. Fraktur Le Fort.

A. Fx Naso-orbital-Ethmoid
Oleh karena benturan kuat pada dasar hidung yang menekan os nasal
ke belakangsinus ethmoidalis kollaps (fraktur accordion). Terjadi Rinorhoe
cairan CSF.

10
- Foto Lateral Fx os nasal, perselubungan sinus ethmoidalis.
- CT Scan coronalkollpas sinus ethmoidalis.
(Khan, 2013)
CT Scan Potongan Coronal

11
CT Scan dan CT Scan 3 D

B. Fraktur Trimalar (Tripod)


- Sirang pada petinju.
- Pukulan keras pada os.zygoma.
- Fraktur pada zygomatikomaksilar (insiden paling tinggi), lalu disusul
fraktur zygomatikotemporal & zygomatikofrontal.
- Pemeriksaan radiologiWaters dan CT Scan.
(Khan, 2013)

Pada gambar CT scan potongan axial diatas menunjukkan fraktur pada


zygomaticotemporal (tanda panah bagian bawah) dan zygomaticomaxillary
(panah pada bagian atas)

C. Fraktur Le fort.
- Fx kompleks meliputi tulang – tulang muka (fasial) yang sering
terjadi kecelakaan mobil.

12
- Pemeriksaan radiologifoto polos muka & CT Scan untuk
memeperlihatkan luas daerah yang terkena dan tulang apa saja yang
fraktur untuk keselamatan pasien & untuk bedah plastik.
Jenis-Jenis fraktur le fort :
1. Le fort I (transversal)
Fraktur yg berjalan transversal melalui maksila & dasar nasal, biasanya
diatas palatum durum, palatum durum mengapung(floating palate)
bergeser ke posteriormaloklusi.
(Khan, 2013)

Gambar fraktur Le fort I

2. Fraktur Le fort II (Piramidal)


Fraktur yang terjadi pada daerah mid fasial mulai dr os
zygomatikus sampai seluruh cranium. Garis fraktur berjalan menyilang
dasar hidung melalui bagian depan maksila, melalui dinding medial
orbita berjalan keatas dan bawah sampai menyilang dinding lateral
sinus maksilaris berakhir pada atap pterygoid akibatnya fragmen
midfasial bergeser ke belakang, seolah-olah wajah terbagi 2. (Khan,
2013)

13
Gambar fraktur Le fort II

3. Fraktur Le fort III (Disfungsi kraniofasial)


Fraktur berjalan melintang melalui daerah nasofrontal, turun
menyilang dinding orbita medial sesuai dengan garis Le fort II. (Khan,
2013)

Gambar fraktur Le Fort III

14
Fraktur Le Fort

CT Scan coronal Lefort I,II dan III

15
CT Scan 3 D Fraktur Le fort

IV. POSISI FOTO UNTUK TRAUMA MAXILLOFACIAL


a. Posisi Caldwell (occipitofrontal)
Proyeksi Caldwell dibuat dengan sinar yang diarahkan sekitar 250 di
bawah canthomeatal plane untuk memungkinkan visualisasi dasar orbital
yang berada diatas petrous ridge (Dolan dkk, 1984).

16
b. Posisi AP, untuk melihat fraktur dari :
- Angulus
- Ramus
- Sebagian Corpus
- Condylus

17
18
c. Posisi Lateral, untuk melihat fraktur :
- Nasal
- Maxilla
Kriteria gambaran radiologi yang baik pada posisi lateral (Moeller TB,
2009) :
 Visualisasi lengkap dari seluruh tengkorak
 Kedua temporomandibular joints superimposed
 Sella linear (2) (tidak ada garis ganda)
 Clinoid processes superimposed (3)

19
d. Posisi Water’s/ Occipito Mental, untuk melihat :
- Maxilla
- Zygoma
- Septum Nasi
- Alveolus
- Simfisis mandibula
Kriteria gambaran radiologi yang baik pada posisi water’s (Moeller
TB, 2009) :

20
 Kedua orbita simetris (1)
 Superior petrous ridges (3) below antral floors (2)
 Sinus sphenoid (4) terproyeksi melalui mulut yang terbuka

21
22
e. Posisi Towne, untuk melihat :
- Fraktur ramus dan condylus
- Os. Maxilla
- Os. Zygoma
Posisi towne diambil denga berbagai variasi sudut angulasi antara 30-60
ke arah garis orbitomeatal. Sentrasi dari depan kira-kira 8 cm di atas
glabela dari foto polos kepala dalam bidang midsagital. Proyeksi ini
adalah posisi yang paling baik untuk menganalisis dinding posterior sinus
maksilaris, fisura orbita inferior, kondilus mandibularis, dan arkus
zigomatikus posterior (Rachman, 2005).

23
f. Foto TMJ (Temporo Mandibular Joint), untuk melihat :
- Posisi mulut saat membuka dan menutup
- Fraktur dan dislokasi. Adanya dislokasi ditandai dengan caput
condylus mandibula yang keluar dari meniscus persendian dan berada
di depan eminentia articularis.

24
g. Foto Basis cranii/basal view/proyeksi submento vertex
Posisi submento vertex diambil dengan meletakkan film pada vertex,
kepala pasien menengadah sehingga garis infraorbito meatal sejajar dengan
film. Sentrasi tegak lurus kaset dalam bidang midsagital melalui sella tursika
ke arah verteks. Banyak variasu-variasi sudut sentrasi pada posisi
submentoverteks, agar mendapatkan gambaran yang baik pada beberapa
bagian basis kranii, khususnya sinus frontalis dan dinding posterior sinus
maksilaris (Rachman, 2005).
Kriteria gambaran radiologi yang baik pada posisi water’s (Moeller
TB, 2009) :
 Symmetrical base of the skull
 Mandible projected over frontal sinuses
 Condilus mandibula terproyeksi simetris
 Foramen ovale dan spinosum terlihat

25
26
27
DAFTAR PUSTAKA

Dolan, dkk. 1984. RadioGraphics. Volume 4, Number 4. University Hospitals &


Clinics, Iowa City, Iowa.
Goodisson, D., et al., 2004. Head Injury and Associated Maxillofacial Injuries. The
New Zealand Medical Journal 117
Japardi, I., 2004. Penatalaksanaan Cedera Kepala. Sumatera Utara: USU Press.
Khan, A.N., 2013. Imaging in Skull Fractures. Available From:
http://emedicine.medscape.com/article/343764-overview [Accessed on 11
November 2018].
Kumala P, dkk. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 25th ed. Dyah Nuswantari,
eds. Jakarta : EGC, hal : 413
Moeller TB, Reif E. 2009. Pocket Atlas of Radiographic Positioning. Edisi Kedua.
Thieme
Obuekwe ON, Ojo MA, Akpata O, Etetafia M. 2003. Maksilofacial trauma due to
road traffic accident in benin city, Nigeria. Annals Of African Medicine, Vol
2(2), hal: 58-63
Pramesthi, Emmy D.S. Yusuh, Muhtarum. 2015. Penatalaksanaan Fraktur
Maksilofasial dengan Menggunakan Mini Plat. SMF Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga/ RSUD dr. Soetomo Surabaya

Rachman DM. 2005. Sinus Paranasal dalam Radiolodi Diagnostik. Edisi Kedua.
FKUI- RSCM. Jakarta.

Rantam BA. 2017. Profil Fraktur Maxillofacial pada Pasien yang Dirawat di RSUD
Dr Soetomo Periode Januari 2015-Desember 2015. Universitas Airlangga

Saleh, Edwyn. 2016. Fraktur Maxilla dan Tulang Wajah Sebagai Akibat Trauma
Kepala. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai