Anda di halaman 1dari 4

BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis

Dari hasil inventaris masalah pada skenario diperoleh permasalahan sebagai berikut:

1. Tingginya prevalensi infeksi cacing tambang

2. Kebiasaan tidak menggunakan alas kaki

3. Kebiasaan buang air besar di sekitar rumah

4. Perilaku anak biasa bermain tanah

5. Tanah wilayah desa yang kering

6. Penyuluhan puskesmas kurang

Dari permasalahan tersebut dapat di identifikasi sebagai sebab adalah factor-faktor

kebiasaan tidak menggunakan alas kaki, kebiasaan buang air besar di sekitar rumah,

perilaku anak biasa bermain tanah, tanah wilayah desa yang kering dan penyuluhan

puskesmas yang kurang dan sebagai akibat adalah kejadian infeksi cacing tambang.

Hubungan sebab akibat tersebut dpat digambarkan seperti bagan fish bone.

Kaki merupakan bagian dari tubuh kita pertama yang melakukan kontak langsung

dengan tanah. Maka untuk menghindari masuknya telur atau larva cacing melalui

perantaraan kulit kaki perlu di lakukan upaya penggunaan alas kaki bagi para petani.

Infeksi oleh cacing Necator americanus merupakan infeksi cacing tambang yang terjadi

di daerah lembab, khususnya di daerah pedesaan, di mana sanitasi yang tidak memadai

dan kebiasaan tidak memakai alas kaki dapat menjadi penyebab infeksi cacing tersebut.

Perilaku defekasi (buang air besar) yang kurang baik dan di sembarang tempat

diduga menjadi faktor risiko dalam infeksi cacing tambang. Secara teoritik, telur cacing

tambang memerlukan media tanah untuk perkembangannya. Adanya telur cacing

tambang pada tinja penderita yang melakukan aktifitas defekasi di tanah terbuka semakin
memperbesar peluang penularan larva cacing tambang pada masyarakat di sekitarnya

(Sumanto, 2010).

Area pertanian merupakan lahan tanah yang relatif gembur karena seringnya

mengalami pengolahan oleh para petani untuk penanaman tanaman. Kondisi tanah yang

gembur ini sangat memungkinkan menjadi tempat perkembangbiakan cacing tambang,

mengingat cacing tambang berkembang biak pada tanah yang gembur, bercampur humus

dan terlindungi dari sinar matahari langsung. Lahan pertanian di desa tidak selalu berupa

tanah persawahan, tetapi juga berupa kebun. Kebun ini biasanya juga ditanami

pepohonan rindang yang akan membuat suasana tanah kebun menjadi teduh dan

sebagian tanah kebun tidak terkena sinar matahari secara langsung. Kondisi ini sangat

mendukung untuk perkembangbiakan cacing tambang (Sumanto, 2010).

Tanah merupakan media yang diperlukan oleh cacing tambang untuk

melangsungkan proses perkembangannya. Telur cacing tambang yang keluar bersama

feses pejamu (host) mengalami pematangan di tanah. Setelah 24 jam telur akan berubah

menjadi larva tingkat pertama (L1) yang selanjutnya berkembang menjadi larva tingkat

kedua (L2) atau larva rhabditiform dan akhirnya menjadi larva tingkat ketiga (L3) yang

bersifat infeksius. Larva tingkat ketiga disebut sebagai larva filariform. Larva filariform

dalam tanah selanjutnya akan menembus kulit terutama kulit tangan dan kaki. Adanya

kontak pejamu dengan larva filariform yang infektif menyebabkan terjadinya penularan

(Sumanto, 2010).

Anak usia sekolah merupakan kelompok rentan terinfeksi cacing tambang

karena pola bermain anak pada umumnya tidak dapat dilepaskan dari tanah, sementara

itu pada saat anak bermain seringkali lupa menggunakan alas kaki (Sumanto, 2010).

Kurangnya penyuluhan dari puskesmas mengenai bahaya dari infeksi cacing tambang

juga menyebabkan tingginya angka infeksi cacing tambang pada desa tersebut .
Proses Masukan

Kebiasaan tidak
menggunakan
alas kaki
Perilaku anak
biasa bermain
tanah
Kurangnya
penyuluhan
Perilaku buang
dari puskesmas
air besar
disekitar rumah Prevalensi
Infeksi
Cacing
Tambang

Tanah
wilayah desa
yang kering

Lingkungan

Diagram fish bone Terjadinya Infeksi Cacing Tambang di Desa Rejoso, Kecamatan

Karang Kabupaten Damai.

B. Pembahasan

Tingginya prevalensi infeksi cacing tambang di Desa Rejoso, Kecamatan Karang,

Kabupaten Damai seperti diilustrasikan dalam diagram di atas menunjukkan bahwa

terdapat faktor-faktor penyebab sebagai berikut :

1. Input

Ditinjau dari segi masukan (input) kejadian cacing tambang di Desa Rejoso

dipicu oleh faktor-faktor sebagai berikut:


a. Kebiasaan tidak menggunakan alas kaki

b. Perilaku anak biasa bermain tanah

c. Perilaku buang air besar di sekitar rumah

Kalau faktor-2 tsb sebagai pemicu ......lalu bagaimanasolusinya agar infeksi cacaing

tambang tidak meluas atau dapat ditekan??????

2. Proses

a. Kurangnya penyuluhan dari puskesmas

Apa solusinya kalau kurang penyuluhan dari Puskesmas???????????

3. Lingkungan

a. Tanah wilayah desa yang kering

Bagaimana pemecahannya? Agar cacing tambang tidak terjadi lagi? Lengkapi..............

Dapus :

Sumanto D. 2010. Faktor Risiko Infeksi Cacing Tambang pada Anak Sekolah (Studi Kasus
Kontrol di Desa Rejosari, Karangawen, Demak. Tesis.Program Studi Magister Epidemiologi
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai