Anda di halaman 1dari 42

KEBISINGAN

( NOISE )

Yorissa Engeline Parinding


(140115147)
Sandi Harlan Pabisa (140115417)
Ari Pramono (140115424)
Karunia Paskah (140115628)
Andreas Joko Prasetyo
(140115636)
Karakteristik Suara
Terdapat 2 karakteristik utama yang
menentukan kualitas suatu bunyi atau
suara, yaitu (Sumamur, 2009) :

1.Frekuensi
Frekuensi dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik dengan satuan Herz
(Hz), yaitu jumlah gelombang bunyi yang
sampai ditelinga setiap detiknya. Sesuatu
benda jika bergetar menghasilkan bunyi
atau suara dengan frekuensi tertentu yang
merupakan ciri khas dari benda tersebut.
Biasanya suatu kebisingan terdiri atas
campuran sejumlah gelombang sederhana
dari aneka frekuensi. 2. Intensitas
Intensitas atau arus energi
per satuan luas biasanya
dinyatakan dalam suatu
satuan logaritmis yang
disebut Decibel (dB) yaitu
kekuatan bunyi dengan
frekuensi 1.000 Hz yang
tepat dapat didengar telinga
normal.
KARAKTERISTIK BUNYI PADA
KEBISINGAN
KEBISINGAN BUNYI AMBIEN : MERUPAKAN TOTAL KEBISINGAN
YANG TERJADI PADA SUATU AREA, HASIL KEBISINGAN YANG
SUMBERNYA DEKAT MAUPUN JAUH
KEBISINGAN BUNYI LATAR : TINGKAT KEBISINGAN PADA SUATU
AREA, TANPA ADANYA SUMBER NOIS YANG MUNCUL MENONJOL,
KEBISINGAN LATAR BELAKANG DAPAT DITERIMA TANPA
MENIMBULKAN GANGGUAN BERARTI DAN UMUMNYA BERADA PADA
TINGKAT MAKSIMUM 40dB
KEBISINGAN TOTAL : TINGKAT KEBISINGAN BER FLUKTUASI DALAM
6 Db DALAM KONDISI SLM YANG DIPASANG PADA POSISI SLOW
RESPON DAN PENGUKURANNYA DAPAT TERBACA SLM TERPASANG
PADA SLOW RESPONS SETELAH 10 DETIK
EFEK KEBISINGAN PADA MANUSIA (PSIKOLGIS DAN FISIOLOGIS)
http://library.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf
http://slideplayer.info/slide/3182996/
Kebisingan didefiniskan sebagai suara yang tak dikehendak, misalnya
yang merintangi terdenganya suara-suara, musik dsb, atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.

Gangguan Pendengaran
Adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan
dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahamu
pembicaraan. Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising
itu sendiri dapat ditentukan menggunkan parameter percakapan sehari-
hari. GRADASI PARAMETER

Normal Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan


biasa (6m)
Sedang Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai
jarak >1,5m
Menengah Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari
mulai jarak >1,5m
Berat Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak
pada jarak >1,5m
Sangat Berat Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak
pada jarak <1,5m
Tuli Total Kehilangan kemampuan pendengaran dalam
berkomunikasi
ANATOMI TELINGA DAN MEKANISME MENDENGAR

Telinga terdiri dari 3 bagian utama yaitu :


1. Telinga bagian luar
Telinga terdiri dari daun telinga dan liang telinga
(audiotory canal), dibatasi oleh membran timpani. Telingga
bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yang menampung
gelombang suara dan menyebabkan membran timpani
bergetar. Semakn tinggi frekuensi getaran semakin cepat
pula membran tersebut bergetar begitu juga pula sebaliknya.
2. Telinga bagian tengah
Terdiri atas osside yaitu 3 tulang kecil (tulang pendengaran
yang halus) Martil-Landasan-Sanggurdi yang berfungsi
memperbesar getaran dari membran timpani dan meneruskan
getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat
freksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea.
3. Telinga bagian dalam
Yang disebut dengan cochlea dan berbentuk rumah siput.
Cochlea mengandung cairan, didalamnya terdapat membran
basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang
merupakan reseptor pendengaran. Getaran dari oval window akan
diteruskan oleh cairan dalam cochlea, mengantarkan membran
basiler. Getaran ini merupan implus bagi organ corti yang
selanjutnya diteruskan ke otak melalui syaraf pendengar (nervus
cochlearis).
NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN
Nilai ambang batas kebisingan adalah angka db yang
dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila
bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu . Nilai ambang batas
untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas ntertinggi
dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar
yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam
sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu masimum bekerja
adalah :
JENIS-JENIS KEBISINGAN
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat di bagi atas:
1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatif tetap dalam batas <5 dB untuk periode ,5 detik berturut-turut.
Misalnya masin, kipas angin, dapu pijar.
2. Bising yang kontinyu dengan spektru frekuensi yang sempit. Bising ini
juga relatif tetap, akan tetapi ia hana mempunyai frekuensi tertentu saja
(pada frekuensi 500,1000, dan 4000 H). Misalnya gergaji serkuler, katup
gas.
3. Bising terputus-putus (intermitten). Bising disini tidak terjadi secara
terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara
lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang.
4. Bising Implusif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara
melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan
endengarnya. Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
5. Bising implusif berulang. Sama dengan bising implusif, hanya saja disini
terjadi berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi
atasa :

1. Bising yang menggangu (Irritating noise). Intetitas tidak terlalu


keras. Misalnya mendengkur
2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupan bunyi yang
menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini
akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja,
karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam
bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise). Adalah bunyi
ynag intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak
atau menurunkan fungsi pendengaran.
EFEK KEBISINGAN PADA MANUSIA
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan
nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada
bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, usah tidur, emosi dll. Pemaparan jangka waktu lama dapat
menimbulkan penyakit psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung
koroner dll.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,
bahkan mungkin terjadi kesalahan. Gangguan komunikasi ini secara tidak
langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan manusia, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda
bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan
produktifitas kerja.
4. Gangguan keseimbangan
Gangguan keseimbangan mengakibatkan gangguan fisologis seperti
kepala pusing, mual-mual, dll.
5. Gangguan terhadap pendengaran (ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising,
gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius
karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian
bersifat progesif atau awalnya bersifat sementara tapi bila terus menerus
JENIS-JENIS DAN AKIBAT
KEBISINGAN
TYPE URAIAN
Akibat-akibat badaniah :
Kehilangan Pendengaran Perubahan ambang batas
sementara akibat kebisingan.
Perubahan ambang batas
permanen akibat kebisingan.
Akibat-akibat fisiologis Rasa tidak nyaman atau stress
meningkat, tekanan darah
meningkat, sakit kepala, bunyi
dering.
Akibat-akibat psikologis :
Gangguan gaya hidup Gangguan tidur atau istirahat,
hilang konsentrasi waktu
bekerja, membaca dsb.
Gangguan Pendengaran Merintangi kemmapuan
mendengarkan TY, radio,
percakapan telpon, dsb.
Baku Tingkat Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha


atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.
Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang
dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB.
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat
kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari
usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
BAKU TINGKAT KEBISINGAN
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. KEP-48/MNLH/11/1996 tanggal 25 Nopember 1996
Tabel dibawah adalah NAB Kebisingan sesuai Permenaker No. 13/Men/X/2011
Kriteria Kebisingan (Noise Criteria)

Kriteria kebisingan (Noise Criteria) biasa juga disebut bunyi latar


yang diperkenankan agar aktivitas tidak terganggu. Kriteria
kebisingan adalah tingkat kebisingan terendah yang
dipersyaratkan untuk ruang tertentu menurut fungsi utamanya
(Prasasto Satwiko).
Pengukuran memakai angka penunjuk (indeks) dengan Sound
Level Meter (SLM) yang dipasang pada posisi angka penunjuk
dapat memudahkan pengguna dalam memahami pola
kebisingan pada area tersebut. Untuk mengukur tingkat
kebisingan dengan alat Sound Level Meter, perlu diketahui
beberapa istilah berikut (Mediastika, 2009):
Kebisingan latar belakang adalah tingkat kebisingan yang
terpapar terus menerus pada suatu area, tanpa ada sumber-
sumber bunyi yang muncul secara signifikan.
Kebisingan ambien adalah total kebisingan yang terjadipada
suatu area, meliputi kebisingan latar belakang dan kebisingan
lain yang muncul pada suatu waktu dengan tingkat keras
melebihi tingkat keras kebisingan latar belakang dan merupakan
hasil kompilsi kebisingan, baik yang sumbernya dekat maupun
Noise criteria (NC)
Merupakan suatu besaran pengukuran dalam akustik yang
artinya tingkat bising latar belakang yang dapat diterima di
dalam suatu ruangan. Bising latar belakang merupakan tingkat
bising pada ruangan yang bukan dari aktivitas manusia tetapi
karena pengaruh bising dari dalam ruangan (misalkan lampu dan
penyejuk udara) maupun dari luar seperti bising jalan raya dsb.
Merupakan nilai yang ditentukan berdasar kurva standar dari
background noise yang terukur dalam sebuah ruangan.
Background Noise
Pengukuran background noise digunakan untuk mengetahui NC
dari suatu ruangan. Berikut ini adalah kurva untuk menentukan
nilai NC seta tabel standard NC yang direkomendasikan untuk
beberapa ruangan dengan fungsi tertentu.

Sound Level Meter ( Alat Pengukur Intensitas Kebisi

Sound Level Metersendiri merupakan sebuah alat


yang digunakan untuk pengukuran suatu intensitas
suara.

Fungsi Sound Level Meter


Sound Level Meter digunakan untuk dapat mengukur
kebisingan antara 30 130 dB dalam satuan dBA
dari frekuensi antara 20 sampai 20.000Hz.
Penggunaan Sound Level Meter
Penggunaan Sound Level Meter biasanya dipakai dilingkungan pabrik, seperti untuk
menganalisa kebisingan dari peralatan dipabrik. Misalnya digunakan pada pabrik
pupuk, karena dipabrik pupuk terdapat alat yang berpotensi untuk menimbulkan
kebisingan seperti compressor, turbin, pompa drum, condenser dan lain lain.
Bagian-bagian Sound Level Meter
Bagian-bagian dari Sound Level Meter antara lain mikropon serta sebuah sirkuit
elektronik termasuk attenuator, skala indicator, 3 jaringan perespon frekuensi dan
juga amplifier. 3 jaringan tersebut telah distandarisasi sesuai dengan standar Sound
Level Meter, yang bertujuan untuk dapat memberikan pendekatan yang tepat dalam
pengukuran tingkat kebisingan total. Respon yang terjadi pada manusia terhadap
suara itu bermacam macam, hal itu sesuai dengan frekuensi dan juga intensitasnya.
Sound Level Meter memiliki sebuah panel LCD, yang merupakan sebuah perangkat
yang berdiri sendiri dan digunakan sebagai pembacaan pada alat ini.
Prinsip kerja Sound Level Meter
Prinsip kerja Sound Level Meter ialah didasarkan pada getaran yang terjadi. Apabila ada
objek atau benda yang bergetar, maka akan menimbulkan terjadinya sebuah perubahan
pada tekanan udara yang kemudian akan ditangkap oleh sistem peralatan, Lalu
selanjutnya jarum analog akan menunjukkan angka jumlah dari tingkat kebisingan yang
dinyatakan dengan nilai dB.
Pada umumnya SLM akan diarahkan ke sumber suara, setinggi telinga, agar bisa
menangkap kebisingan yang telah tercipta. Untuk keperluan mengukur nilai kebisingan
pada suatu ruang kerja, pencatatan dilaksanakan satu shift kerja penuh dengan beberapa
kali pencatatan dari SLM.
Cara penggunaan Sound Level Meter
Cara penggunaan Sound Level Meter seperti halnya alat elektronik lainnya yaitu
dengan menyalakan alat ini terlebih dahulu. Kemudian sebelum digunakan, perlu
dilakukannya pengecekan kalibrasi dari alat ini agar dapat memastikan nilai
akurasi pada alat ini sesuai dalam melakukan pengukuran nanti. Kalibrasi yang
ideal ialah 90% ke atas. Kalibrasikan alat dengan 114 dB (A) dengan
menggunakan alat kalibrasi yang dimasukkan ke microphone. Lalu tahap
selanjutnya ialah dengan menentukan range dan juga satuan yang akan
digunakan. Pada umumnya, digunakan satuan dB (decibel). Sesudah itu, pasang
wind screen pada microphone agar suara pada angin tidak ikut masuk di dalam
Sound Level Meter dan juga mencegah debu jika mengukur pada tempat kerja
yang terdapat debu debu dari kimia korosif supaya tidak merusak microphone.
Kemudian arahkan microphone ke arah dari sumber suara yang akan di ukur.
Lalu selanjutnya amati angka yang ada atau tertera pada layar Sound Level
Meter.
RANGKUMAN JURNAL MENGENAI KEBISINGAN

Bising merupakan semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
718/MENKES/PER/XI/1987 menyebutkan pembagian tingkat kebisingan menurut
empat zona (Wiyadi 1996) :
1. Zona A (Kebisingan antara 35 dB sampai 45 dB)
Zona yang diperuntukkan bagi penelitian, rumah sakit, tempat perawatan
kesehatan atau sosial dan sejenisnya.
2. Zona B (Kebisingan antara 45 dB sampai 55 dB)
Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan
sejenisnya.
3. Zona C (Kebisingan antara 50 dB sampai 60 dB)
Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar dan
sejenisnya.
4. Zona D (Kebisingan antara 60 dB sampai 70 dB)
Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bus dan
sejenisnya.
Tingkat bising yang terjadi pada masing masing kawasan berbeda beda. Untuk
itu perlu diketahui sumber - sumber kebisingapn yang terjadi di sekitar zona dan
bagaimana cara menangganinya karena hampir semua aspek kehidupan modern
menimbulkan bising utamanya pada zona B yang di peruntukkan bagi perumahan,
tempat pendidikan, dan rekreasi.
Sumber Kebisingan Zona B
1. Perumahan
Permasalahan yang saat ini menjadi isu di lingkungan perumahan adalah
peningkatan pencemaran udara dan kebisingan. Sumber kebisingan yang
dominan di lingkungan perumahan adalah berasal dari lalu-lintas kendaraan
bermotor. Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia semakin tahun semakin
meningkat, akibatnya lingkungan perumahan di perkotaan menjadi bising.
Kebisingan sendiri terkait dengan kepadatan lalu lintas. Kondisi ini ditambah
dengan penyediaan sarana jalan yang tidak memadai menjadikan lingkungan
perumahan menjadi jalan pintas ke jalan umum. Hal ini semakin menimbulkan
kebisingan di lingkungan perumahan. Kebisingan lalu lintas berasal dari suara
yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, terutama dari mesin kendaraan,
knalpot, klakson, serta akibat interaksi antara roda dengan jalan. Kendaraan berat
seperti (truk, bus) dan mobil penumpang merupakan sumber kebisingan utama di
jalan raya. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kebisingan lalu lintas
antara lain kecepatan kendaraan, volume lalu lintas, gradien jalan dan jenis
permukaan jalan.
2. Tempat pendidikan
Dalam proses kegiatan belajar mengajar sebuah sekolah maupun perguruan tinggi diperlukan
suasana yang tenang dan nyaman sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan sesuai
harapan. Namun kondisi tersebut sulit untuk diciptakan karena ada saja sumber kebisingan
suara yang di timbulkan oleh transportasi seperti kendaraan bermotor. Suara sepeda motor
yang ngebut tanpa memikirkan keselamatan pengguna jalan yang lain, suara klakson serta
suara knalpot motor. Kesulitan pengaturan kebisingan knalpot untuk motor karena konsumen
banyak yang mengganti knalpot mereka dengan bukan standar pabrikan.
Kebisingan di sekolah dapat dipengaruhi oleh lokasi pendirian gedung sekolah yang dekat
dengan sumber kebisingan seperti jalan raya, bandar udara, pasar dan sebagainya.
Sedangkan intensitas kebisingan tersebut dipengaruhi oleh jarak, waktu keberlangsungan dari
peningkatan emisi suara di suatu tempat dan begitu pun untuk lingkungan sekolah.

3. Tempat rekreasi
Saat ini banyak sekali ditemukan tempat tempat publik yang memiliki tingkat kebisingan
yang di bawah batas aman 80 desibel. Misalnya pada tempat rekreasi yang sering orang
orang kunjungi yaitu mal mal di kota besar. Hasil yang di peroleh rata rata tingkat
kebisingan yang di hasilkan adalah 94,4 128 desibel. Sementara ambang batas yang
diperkenankan hanya 70 dBA. Tentu saja kondisi ini sangat memprihatinkan bagi masyarakat
khususnya anak anak yang sering menghabiskan waktu berjam jam di tempat hiburan
tersebut. Perubahan perilaku menjadi mudah marah dan agresif, sehingga menjadi pemicu
tindak kekerasan yang kerap terjadi di ruang-ruang publik sebagai akibat dari kebisingan. Hal
tersebut diakibatkan oleh makin meningkatnya sumber-sumber polusi kebisingan di sekitar
kita, antara lain: meningkatnya penggunaan perangkat pengeras suara di ruang - ruang
publik kebisingan yang berasal dari mal, paparan suara bioskop, pertunjukan musik seperti
musik rock, pengeras suara di tempat tempat hiburan seperti ketika menggelar hajatan, di
rolling coster dan lain lain yang tidak mengindahkan ambang batas kebisingan serta
penataan akustik dari bangunan yang tidak memenuhi syarat.
Pengaruh Kebisingan Zona B
1. Perumahan
Pengaruh kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan masyarakat
antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan tindakan
demonstrasi, gangguan belajar, gangguan istirahat, gangguan sholat,
gangguan tidur dan gangguan lainnya. Dimana dominan sumber kebisingan di
lingkungan perumahan berasal dari lalu-lintas transportasi. Penduduk yang
tinggal di sekitar jalan raya (intensitas bising antara 65,3-76,1 dBA)
mempunyai risiko dan menderita ketulian pada frekuensi percakapan sebesar
26 kali lebih besar dari penduduk yang tidak terpapar kebisingan (53 dBA); dan
penduduk yang tinggal di pemukiman bising sekitar rel kereta api (63,3-69,9
dBA) mempunyai risiko menderita ketulian pada frekuensi percakapan 8 kali
lebih besar dari penduduk yang tidak terpapar kebisingan (< 55 dBA).
2. Tempat Pendidikan
Pengaruh yang nyata terhadap intensitas bising (bunyi) di lingkungan pendidikan antara lain penurunan
daya ingat / memori jangka pendek. Semakin tinggi intensitas kebisingan akan semakin menurun
memori jangka pendek terhadap seseorang utamanya bagi pelajar. Selain itu dapat menurunkan prestasi
belajar, berkurangnya konsentrasi belajar, dan juga menyebabkan masalah bersuara pada guru. Guru
yang mengajar di sekolah yang terpapar bising memiliki risiko kelelahan bersuara 3,4 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan guru di sekolah yang tidak terpapar bising, dan guru dengan intensitas suara yang
tinggi saat mengajar akan mengalami kelelahan bersuara 3,2 kali lebih sering dibandingkan guru dengan
intensitas suara rendah. Lingkungan sekolah yang bising menyebabkan guru harus berbicara dengan
suara yang keras agar dapat didengar sehingga berdampak pada kualitas suara.
Manifestasi kelelahan bersuara antara lain berupa penurunan kualitas suara, perubahan tinggi rendahnya
suara, kelelahan otot-otot pernapasan yang berperan pada produksi suara dan kelelahan neuromuskuler.
Gejala kelelahan bersuara yang sering ditemukan pada
guru antara lain: rasa kering di tenggorok, suara serak, cepat lelah saat bersuara dan terasa sakit saat
berbicara. Gejala ini secara langsung berhubungan dengan pemakaian suara yang berlebihan, faktor
lingkungan dan hidrasi selama berbicara

3. Tempat Rekreasi
Pengaruh yang disebabkan di tempat trekreasi dapat menimbulkan gangguan pendengaran yang dapat
diartikan sebagai perubahan pada tingkat pendengaran berakibat kesulitan dalam melaksanakan
kehidupan normal , biasanya dalam hal memahami pembicaraan. Secara kasar gradasi gangguan
pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari
sebagai berikut :
1. Tinnitus
Merupakan kondisi dimana telinga terus menerus berdenging akibat kebisingan yang beberapa jam dan
kembali ke pendengaran normal, tetapi juga dapat menjadi kondisi yang berlangsung lama.
2. Kehilangan pendengaran
Kondisi ini merupakan perasaan sedikit tuli yang bersifat sementara akibat suara yang begitu keras.
Pendengaran akan pulih dari trauma ini selama beberapa waktu dan jika kondisi ini terus berulang akan
menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
3. Tuli permanen
Kondisi ini dapat terjadi secara bertahap dan disebabkan oleh paparan kebisingan yang terus-menerus.
a. Tidak mendengarkan suara yang terlalu keras hingga di atas 100 desibel tanpa pelindung telinga
selama lebih dari 15 menit.
b. Hindari paparan suara yang terlalu keras hingga lebih dari 110 desibel. Paparan rutin yang
berlangsung lebih lama dari 1 menit dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen meskipun
baru sekali terpapar suara sekeras itu.
c. Gunakan pelindung telinga ketika menggunakan mesin-mesin yang mengeluarkan suara berisik
seperti pemotong rumput. Suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85-90 desibel juga berpotensi
merusak telinga.
d. Menjaga volume TV, radio dan handphone pada tingkat yang wajar.
e. Minimalkan penggunaan peralatan rumah tangga yang berisik dan pastikan mengenakan telinga
ketika harus menggunakannya.

Solusi Penanganan kebisingan diatas baku mutu yang telah di tetapkan :


1. Perumahan
Apabila sumber kebisingannya lalu lintas, penanganannya bisa dilakukan dengan :
a. Membuat jalur hijau dan penanaman pohon. Tanaman diyakini dapat mengurangi suara
bising, walau sejauh ini belum ada penelitian berapa besar tepatnya penurunan kebisingan
oleh sebuah pohon.
b. Memperbaiki / memperhalus permukaan jalan.
c. Meningkatkan kedisiplinan berlalulintas termasuk dalam pemasangan / penggunaan knalpot
dan klakson
d. Membatasi penggunaan kendaraan pribadi melalui penerapan pembatasan plat nomor
kendaraan yang dapat dioperasikan pada kawasan atau waktu tertentu.
e. Menerapkan congestion pricing, pengenaan tarif parkir yang tinggi pada kawasan-kawasan
CBD untuk memberikan disinsentif bagi pengguna kendaraan pribadi.
f. Menyediakan fasilitas untuk mendorong penggunaan sarana angkutan tak bermotor seperti
jalur sepeda, jalur pejalan kaki yang dapat mengurangi ketergantungan kepada kendaraan
bermotor.

Selain penanganan di atas, terdapat pengendalian kebisingan kendaraan bermotor dapat


dilakukan oleh tiga pihak yaitu; industry otomotif sebagai produsen kendaraan bermotor,
pemerintah sebagai regulator dan masyarakat sebagai pembeli dan pengguna kendaran
bermotor.
Pengendalian terhadap sumber bunyi
Salah satu cara yang tepat untuk mengatasi bising adalah dengan mengendalikan
sumber bising itu sendiri. Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa baku tingkat
kebisingan harus dipenuhi. Peraturan tersebut membatasi kebisingan yang boleh
dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi
modifikasi kendaraan bermotor yang dapat berpotensi menimbulkan kebisingan
seperti mengganti knalpot atau klakson kendaraan bermotor yang dapat mengganggu
pendengaran.
Pengendalian terhadap jalur bising
Pengendalian bising ini juga dapat dilakukan dengan memblokir jalur bising sehingga
bising tidak sampai pada pendengar. Pemblokiran jalur bising ini bisa dilakukan
dengan menggunakan barrier seperti dengan membuat penghalang hidup/
pepohonan, sebab di tengah kota saat ini tidak memungkinkan untuk membuat
tembok penghalang ataupun gundukan tanah. Kondisi akustik dalam gedung-gedung
yang terletak bersebelahan denganjalan haruslah dapat mengurangi bising tersebut.
Oleh karena itu gedung-gedung yang berada tepat di tepi jalan harus dibuat tertutup
untuk mengurangi bising dari lingkungan. Namun dengan kondisi yang tertutup
demikian sistem tata udara gedung juga perlu diperhatikan. Perkembangan teknologi
saat ini juga menghasilkan banyak penemuan-penemuan di bidang akustik. Pemilihan
dan pemakaian bahan atau material dari bangunan juga sangat mempengaruhi bising
yang sampai ke dalam ruangan. Dalam perkembangannya saat ini sudah banyak
material-material yang cukup baik untuk menyerap atau bahkan memantulkan total
bunyi yang lewat. Sehingga diharapkan pemakaian bahan-bahan penyerap bunyi
tersebut dapat menghambat dan mengurangi bising yang masuk ke dalam gedung.
Pengendalian terhadap penerima bising
Salah satu hal yang paling penting adalah mengendalikan penerima bising itu
sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara perencanaan yang baik terhadap tata
guna lahan. Misalkan dengan menempatkan tempat-tempat yang tidak boleh
terdapat bising sperti sekolah, tempat ibadah dan rumah sakit di tempat yang
tingkat kebisingannya tidak tinggi namun akses jalan harus tetap diperhatikan.
Baku mutu tingkat kebisingan di perumahan :
Pemerintah Indonesia, melalui SK Menteri Negara Lingkungan Hidup
No: Kep.48/MENLH/XI/1996, tanggal 25 November 1996, tentang kriteria
batas tingkat kebisingan untuk daerah pemukiman mensyaratkan tingkat
kebisingan maksimum untuk outdoor adalah sebesar 55dBA.

Tabel 3.4 : Baku Tingkat Kebisingan di Perumahan


Pemerintah juga membuat Penerapan MSSR atau Management System Sefety Riding yang
memberikan nilai tambah buat lingkungan dalam berkendaraan selain itu menyadari bagaimana
mengurangi dampak terhadap lingkungan dalam berkendaraan bermotor baik roda 2 atau roda 4 dan itu
suatu hal yang harus dipatuhi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 718/Menkes/Per/XI/19873, tentang
kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, persyaratan untuk wilayah B (wilayah yang
diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya) ditetapkan sebesar 45 dBA
(maksimum yang dianjurkan) sampai 55 dBA maksimum yang diperbolehkan).
2. Tempat Pendidikan
a. Interpretasinya semakin dekat responden dengan sumber bising, semaki besar kebisingan yang diterima,
sehingga dampak yang terjadi akan semakin besar, hal ini dikarenakan lingkungan sekolah tersebut
masih belum memadai dalam segi pembuatan bangunan. Untuk itu di perlukan penanganan yang tepat :
b. Seperti membangun penghalang/barier (tembok, tanaman, dll) yang dapat meredam atau mengurangi
kebisingan lalulintas agar tidak sampai pada pendengaran anak sekolah.
c. Melakukan pemasangan gorden pada jendela, penanaman pepohonan di halaman sekolah, pemasangan
karet atau busa pada pintu ruang kelas maupun ruang yang lainnya.
d. Melakukan penataan kembali penempatan (zoning) ruang belajar dan ruang administrasi. Untuk ruang
belajar sebaiknya ditempatkan di bagian belakang sampai tengah. Sedangkan di bagian depan
ditempatkan untuk layanan administrasi termasuk ruang guru dan kepala sekolah.
e. Penanganan kebisingan memerlukan perencanaan dinding dengan kombinasi material antara 1/8 sampai
dengan 1/4 kaca dan sisanya dengan bahan yang masih untuk mereduksi kebisingan dari luar bangunan
sebesar 26-29 dB. Presentasi material kaca masih memungkinkan mengingat, material kaca mampu
mengurangi kebisingan dari luar sebesar 20 dB.
Baku mutu tingkat kebisingan di tempat pendidikan :
Baku Mutu Tingkat Kebisingan yang dikeluarkan Menteri Negara Lingkungan Hidup
melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 48 tahun 1996. Untuk
lingkungan kegiatan sekolah atau sejenisnya tingkat kebisingan yang diiinkan
adalah 55 dB(A). untuk luar ruangan dan 30dB(A) - 35 dB(A) untuk dalam ruangan).

Tabel 3.5 : Baku Tingkat Kebisingan di Tempat Pendidikan


Ambang batas kebisingan di tempat pendidikan :
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 07/2009 pasal 1 angka 1 tentang
Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru yang di keluarkan pada
tanggal 6 April 2009. Peraturan ini menjelaskan secara rinci mengenai ambang
batas kebisingan. Berikut ini bunyinya Ambang batas kebisingan kendaraan
bermotor tipe baru adalah batas maksimum energi suara yang boleh dikeluarkan
langsung dari mesin dan/atau transmisi kendaraan bermotor tipe baru. Dalam
Permen LH tersebut disebutkan bahwa batas ambang kebisingan sepeda motor
terdiri atas, untuk tipe 80 cc ke bawah maksimal 85 desibel (db). Lalu, tipe 80-
175cc maksimal 90 db dan 175cc ke atas maksimal 90 db. Jadi, pengertian
Knalpot Standar pada saat ini, perdebatannya hanya didasarkan pada bentuk
yang dikeluarkan oleh pabrik, bukan didasarkan pada tingkat kebisingan yang
dikeluarkan oleh knalpot tersebut.
Ambang batas mengenai kebisingan knalpot motor yaitu Undang Undang No 22/2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) disebutkan bahwa untuk syarat kelaikan jalan, sepeda motor harus
memenuhi ambang kebisingan. dalam UU tersebut sudah ada aturan soal sanksi kebisingan. Pelanggar
aturan diancam sanksi pidana penjara maksimal satu bulan atau sanksi denda maksimal Rp 250 ribu.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah menerbitkan Peraturan Menteri No. 09 tahun 2009
tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan bermotor tipe baru yang bertujuan untuk:
1. Mengurangi beban pencemaran udara akibat dari kebisingan kendaraan bermotor di kota-kota di
Indonesia melalui peningkatan standard-standard Lingkungan hidup.
2. Mendorong industri kendaraan bermotor untuk meningkatkan teknologi dalam memproduksi
kendaraan.
3. Menginformasikan dan mendorong masyarakat untuk memilih kendaraan yang ramah lingkungan.

Ruang lingkup yang diatur dalam Permen LH tersebut adalah:


a. Ambang batas kebisingan kendaraa bermotor tipe aru
b. Metode uji kebisingan kendaraan bermotor tipe baru
c. Tata cara pelaporan uji kebisinga kendaraan bermotor tipe baru
Uji Kebisingan dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi di dalam negeri.
Laboratorium terakreditasi adalah laboratorium yang terakreditasi oleh lembaga akreditasi nasional dan
atau badan yang diakui secara internasional
Uji kebisingan kendaraan bermotor tipe baru merupakan bagian dari persyaratan teknis dan laik jalan
kendaraan bermotor.

3. Tempat Rekreasi
Untuk itu penanganan yang dapat dilakukan adalah :
1. Dengan membuat silence zone atau daerah tenang bebas suara klakson dan suara mesin motor atau
mobil. Pemerintah bisa menetapkan satu kawasan sebagai area percontohan misalnya pada taman
kota. Di wilayah yang sudah ditetapkan sebagai silence zone tidak boleh ada kendaraan bermotor yang
lewat. Hanya pejalan kaki atau pengguna sepeda saja yang boleh melintas. Silence zone dengan istilah
yang berbeda-beda sudah diterapkan di negara-negara maju. Mereka ingin menikmati hidup di kota
besar tanpa harus terkena polusi dan kebisingan yang mengganggu. Jalur jalan dan taman di kawasan
silence zone bisa dinikmati masyarakat yang membutuhkan ketenangan. Mereka bisa bersantai
bersama keluarga tanpa ada gangguan. Daerah ini bisa menjadi area rekreasi dan wisata gratis.
2. Pentingnya untukmemperhatikan perencanaan sistem interior seperti ventilasi pada auditorium di
gedung bioskop dan tempat pertunjukan, guna menghindari tingkat gangguan kebisingan yang
berlebihan.
3. Duduk sejauh mungkin dari panggung atau pengeras suara ketika menyaksikan pertunjukan musik.
4. Memakai earplug ( sumbat telinga) yang akan mencegah ini akan mengurangi kebisingan 10 30 dB.
5. Gunakan ear muffs atau penutup telinga; ini akan mengurangi kebisingan 20 40 dB.
6. Gunakan helm; ini akan mengurangi kebisingan 5 15 Db.
7. Jauhi sumber suara (speaker) jika anda seorang dugem sejati.
8. Peran orang tua dibutuhkan untuk mengawasi anak-anaknya agar tidak terlalu sering pergi ke pusat
arena permainan.
Ambang batas kebisingan di tempat rekeasi :
Tingkat kebisingan di tempat terbuka dan di lahan bervegetasi pada kawasan
Taman Monas sebagai tempat rekreasi telah rnelewati batas maksimum yang
diperkenankan (50 dBA-60 dBA), ditetapkan oleh Gubernur DKI dan telah melewati
nilai ambang batas (NAB) yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 48/MENLH/II/1996 sebagai
tempat rekeasi 70 dBA.

KESIMPULAN
1. Bising merupakan semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
2. Tingkat bising yang terjadi pada masing masing kawasan berbeda beda.
Untuk itu perlu diketahui sumber - sumber kebisingan yang terjadi di sekitar
zona dan bagaimana cara menangganinya karena hampir semua aspek
kehidupan modern menimbulkan bising.
3. Fluktuasi tingkat kebisingan yang di peruntukan pada kawasan pemukiman,
tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya saat ini di perkirakan sudah
melewati baku mutu lingkungan dimana penyumbang tingkat kebisingan
terbesar adalah bersumber dari arus kendaraan bermotor.
4. Penerapan peraturan perundangan tentang kebisingan dan dampaknya secara
tegas dan konsisten. Selain itu melakukan pembinaan dan pengawasan
dengan melakukan penyuluhan dan pemantauan kebisingan dan dampaknya
secara berkala yang melibatkan lintas program dan sektor terkait.
5. Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu
diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber bising,
penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit
buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat pelindung
diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Croome, D.J., and Mashrae, 1977, Noise Buildings and People, Pergamon
Press, Oxford.
Departement of Transport,1988, Calculation of Road Traffic Noise Levels,
HMSO, London
Menteri Lingkungan Hidup, 1996, Kep-48/MENKLH/1996 tentang Baku
tingkat kebisingan peruntukan kawasan/lingkungan.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004, Pedoman Prediksi
Kebisingan Akibat Lalu Lintas Pedoman Teknis No. 10-2004-B.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2005, Mitigasi Dampak
Kebisingan Akibat Lalu Lintas Jalan Pedoman Teknis No. 16-2005-B.
Hidayati, Nurul, 2007, Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan (Studi
Kasus Beberapa Zona Pendidikan di Surakarta), Dinamika Teknik Sipil,
Volume 7, Nomor 1, hal. 45 54
Sharp,C. and Jenning,T., 1976, Transport and the Environment, Leicester
University Press, Leicester. 300

Anda mungkin juga menyukai