Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2017


UNIVERSITAS PATTIMURA

GANGGUAN PENDENGARAN
AKIBAT BISING
Zulfiqar Ibrahim Muchsin (2017-84-041)
Pembimbing: dr. Rodrigo Limmon, Sp.THT-KL.MARS
PENDAHULUAN
Trauma akustik: ketulian akibat pajanan bising,
maupun tuli mendadak akibat ledakan hebat,
dentuman, tembakan pistol, serta trauma langsung ke
kepala dan telinga akibat satu atau beberapa pajanan
dalam bentuk energi akustik yang kuat dan tiba-tiba
Survey Multi Center Study di Asia Tenggara: Sri
Langka (8,8%), Myammar (8,4%), India (6,3%) dan
Indonesia (4,6%)
Tujuan mengetahui tentang gangguan pendengaran akibat
bising, terutama mengenai faktor penyebabnya, gambaran dari
penyakitnya, penanganan dan pencegahannya sehingga dapat
menambah wawasan bagi penulis dan pembaca.
ANATOMI TELINGA
FISIOLOGI PENDENGARAN
DEFINISI
Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing
loss) yang juga disebut sebagai trauma akustik, adalah
gangguan pendengaran perlahan atau mendadak yang
disebabkan oleh pajanan bising yang cukup keras atau
dalam jangka waktu yang cukup lama.
Tuli sensorineural
ETIOLOGI
Bising yang keras dan secara tiba-tiba / perlahan-lahan
karena suara ledakan bom, petasan, tembakan, konser,
dan telepon telinga (earphone)
Pemaparan bising yang sangat keras >150 dB (ledakan)
tuli sensorineural ringan sampai berat
Pemaparan singkat berulang ke bising keras intermitten
dalam batas 120-150 dB (pemaparan senjata api/ mesin
jet) merusak telinga dalam
Pemaparan kronis berupa bising keras pada pekerja
dengan intensitas bising >85 dB (mengendarai traktor/
mobil salju/ gergaji rantai) : penyebab tersering
Seseorang dapat terpapar bising >90 dB pada waktu
mendengarkan musik dari sistem suara stereofonik atau
panggung musik
PEMBAGIAN KEBISINGAN
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi
dan tenaga bunyi:
Audible noise (bising pendengaran). Bising ini disebabkan
frekuensi bunyi antara 31,5-8000 Hz.
Occupational noise (bising yang berhu-bungan dengan
pekerjaan). Disebabkan bunyi mesin di tempat kerja, mesin
ketik.
Impulse noise (bising impuls). Bising yang terjadi akibat
adanya bunyi menyentak misalnya pukulan palu, ledakan
meriam, tembakan bedil, dll.
PEMBAGIAN KEBISINGAN
Berdasarkan skala intensitas
Tingkat kebisingan Intensitas (dB) Batas dengar tertinggi

Menulikan 100-120 Mesin uap, meriam, halilintar


Peluit polisi, perusahan sangat gaduh, jalan hiruk
Sangat kuat 80-100
pikuk
Perusahaan, radio, jalan pada umumnya, kantor
Kuat 60-80
gaduh

Radio perlahan, percakapan kuat, kantor umumnya,


Sedang 40-60
rumah gaduh

Percakapan, auditorium, kantor perorangan, rumah


Tenang 20-40
tenang

Sangat tenang 0-20 Batas dengar terrendah, berbisik, bunyi daun


PATOFISIOLOGI
PROSES MEKANIK
Bunyi keras tiba2 Pergerakan Cairan Dalam Koklea Yang Begitu
Keras Robeknya Membran Reissner Percampuran Cairan Perilimfe
& Endolimfe Kerusakan Sel-sel Rambut
Pajanan bising Pergerakan Membran Basilaris Rusaknya Organ Korti
Percampuran Cairan Perilimfe & Endolimfe Kerusakan Sel-sel
Rambut

PROSES METABOLIK
Vasikulasi dan vakuolasi pada RE sel-sel rambut dan
pembengkakan mitokondria mempercepat rusaknya
membran sel dan hilangnya sel-sel rambut. Selama paparan
trauma akustik, jaringan di telinga dalam memerlukan
oksigen dan nutrisi lain dalam jumlah besar penurunan
tekanan O2 di dalam koklea konsumsi O2 akan
meningkat
PENGARUH BISING
PENGARUH AUDITORIAL
- Trauma akustik
- Noise-induced temporary threshold shift
- Noise-induced permanent threshold shift

PENGARUH NON-AUDITORIAL
gangguan komunikasi, gelisah, rasa tidak nyaman, gangguan
tidur, peningkatan tekanan darah dan sebagainya
MANIFESTASI KLINIS
kurang pendengaran yang dapat disertai oleh
tinitus (berdengung) ataupun tidak. Bila lebih
berat lagi maka disertai keluhan sukar
menangkap percakapan dengan volume suara
yang agak keras dan bila sudah sangat berat
maka percakapan yang keras juga sukar
dimengerti
DERAJAT KERUSAKAN TELINGA
Covel dan kawan kawan (Davis et al, 1953 ; Eldrege et al, 1958 1961)
menetapkan skala derajat kerusakan di dalam telinga dalam
Derajat
Kerusakan Telinga Keterangan
Dalam

1 Normal.
2 Masih dalam batas normal.
Edema ringan dan piknosis sel rambut, pergeseran ringan nukleus sel
3-4 rambut, pembentukan vakuola pada sel-sel penyangga, pergeseran
mesotelial dengan pembentukan lapisan tipis sel di atas membran basalis.
Edema makin hebat, hilangnya sebagian sel mesotelial, pembentukan giant
5-6
cilia.
Sebagian sel rambut hancur/hilang, sel mesotelial hilang, sel- sel penyangga
7
terlepas dari membran basalis.
8 Terjadi seluruh sel rambut dalam hilang, ruptur membran Reissner.

9 Seluruh organ corti kolaps, sehingga terpisah dari membran basalis.


DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Jenis onset hilangnya pendengaran atau berkurangnya pendengaran, apakah tiba-tiba atau
pelan-pelan (bertahap).
Sudah berapa lama dirasakan, Apakah hilangnya pendengaran tetap (tidak ada perubahan)
atau malah semakin memburuk.
Apa disertai dengan nyeri, otore, tinnitus (berdenging di telinga), telinga terasa tersumbat,
vertigo, atau gangguan keseimbangan.
Apakah kehilangan pendengarannya unilateral atau bilateral.
Apakah mengalami kesulitan berbicara dan mendengar di lingkungan yang bising.
Pada orang yang menderita tuli saraf koklea sangat terganggu oleh bising, sehingga bila
orang tersebut berkomunikasi di tempat yang ramai akan mendapat kesulitan mendengar
dan mengerti pembicaraan.
Ditanyakan juga apakah pemah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam
jangka waktu yang cukup lama biasanya 5 tahun atau lebih.
Pernahkah terpapar atau mendapat trauma pada kepala maupun telinga baik itu berupa
suara bising, suara ledakan, suara yang keras dalam jangka waktu cukup lama.
Apakah mempunyai kebiasaan mendengarkan headphone, mendengarkan musik dengan
volume yang keras. Apakah mengkonsumsi obat-obatan ototoksis dalam jangka waktu
lama.
DIAGNOSIS
2. Pemeriksaan Fisik: tidak ditemukan adanya kelainan
dari telinga luar hingga membran timpani
3. Pemeriksaan dengan Garpu Tala: tuli sensorineural
Tes Batas Atas & Batas Bawah : batas atas
menurun
Tes Rinne : Hasil positif
Tes Weber : Lateralisasi ke arah telinga sehat
Tes Schwabach : Schwabach memendek.
4. Pemeriksaan Audiometri: tuli sensorineural pada
frekuensi antara 3000-6000 Hz dan pada frekuensi
4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang
patognomonik untuk jenis ketulian akibat taruma
akustik
PENATALAKSANAAN
Gangguan pendengaran dengan kesulitan
berkomunikasi: menggunakan ABD (alat bantu
dengar) atau hearing aid
Gangguan pendengarannya lebih buruk:
psikoterapi, latihan pendengaran dengan alat
bantu dengar dibantu dengan membaca ucapan
bibir, mimik, anggota gerak badan, serta bahasa
isyarat agar dapat berkomunikasi
Rehabilitasi suara agar dapat mengendalikan
volume, tinggi rendah dan irama percakapan
Tuli bilateral berat yang tidak dapat dibantu
dengan alat bantu dengar: implan koklea
PENCEGAHAN
melindungi telinga secara langsung dengan memakai ear
muff (penutup telinga) atau penggunaan ear plugs (sumbat
telinga).
mengendalikan suara bising dari sumbernya dengan
memasang peredam suara dan menempatkan suara bising
(mesin) dalam ruangan yang terpisah dari pekerja.
perlu dilakukan tes pendengaran secara periodik pada
pekerja dan dilakukan analisa bising.
KOMPLIKASI
ketulian secara progresif hingga tuli total.

PROGNOSIS
Tuli sensorineural koklea yang sifatnya menetap dan tidak
dapat dapat diobati dengan obat maupun pembedahan,
prognosisnya kurang baik.
Oleh karena itu yang terpenting adalah pencegahan
terjadinya ketulian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai