04011281320020
Pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI (short increment sensitivity index), ABLB
(alternate binaural loudness balance), MLB (monoaural loudness balance), audiometri
Bekesy, audiometri tutur (speech audiometry), hasil menunjukkan adanya fenomena
rekrutmen (recruitment) yang patognomonik untuk tuli sensorineural klokea.
Rekrutmen adalah suatu fenomena pada tuli sensorineural koklea, di mana telinga yang tuli
menjadi lebih sensitive terhadap kenaikan intensitas bunyi yang kecil pada frekuensi tertentu
setelah terlampaui ambang dengarnya. Sebagai contoh orang yang pendengarannya normal
tidak dapat mendeteksi kenaikan bunyi 1 dB bila sedang mendengarkan bunyi nada murni
yang kontinyu, sedangkan bila ada rekrutmen dapat mendeteksi kenaikan bunyi tersebut.
Contoh sehari-hari pada orang tua yang menderita prebiskusis (tuli sensorineural kloke akibat
proses penuaan) bila kita berbicara dengan volume biasa dia mengatakan jangan berbisik,
tetapi bila kita berbicara agak keras dia mengatakan jangan berteriak, sedangkan orang yang
pendengarannya normal tidak menganggap kita tidak berteriak.
Orang yang menderita tuli sensorineural koklea sangat terganggu oleh bising latar belakang
(background noise), sehingga bila orang tersebut berkomunikasi di tempat yang ramai akan
mendapat kesulitan mendengar dan mengerti pembicaraan. Keadaan ini disebut sebagai
cocktail party deafness.
Apabila seorang yang tuli mengatakan lebih mudah berkomunikasi di tempat yang sunyi atau
tenang, maka orang tersebut menderita tuli sensorineural koklea.
Bagaimana patofisiologi pada kasus? (efek durasi, frekuensi dan intensitas kebisingan)
Telah diketahui secara umum bahwa bising menimbulkan kerusakan di telinga dalam.
Lesinya sangat bervariasi dari disosiasi organ Corti, rupture membrane, perubahan stereosilia
dan organel subseluler. Bising juga menimbulkan efek pada sel ganglion, saraf, membrane
tektoria, pembuluh darah dan stria vaskularis. Pada observasi kerusakan organ Corti dengan
mikroskop electron ternyata bahwa sel-sel sensor dan sel penunjang merupakan bagian yang
paling peka di telinga dalam.
Jenis kerusakan pada struktut organ tertentu yang ditimbulkan bergantung pada intensitas,
lama pajanan, dan frekuensi bising. Penelitian menggunakan intensitas bunyi 120 dB dan
kualitas bunyi nada murni sampai bising dengan waktu pajanan 1-4 jam menimbulkan
beberapa tingkatan kerusakan sel rambut. Kerusakan juga dapat dijumpai pada sel
penyangga, pembuluh darah, dan serat aferen.
Stimulasi bising dengan intensitas sedang mengakibatkan perubahan ringan pada silia dan
Hensens body, sedangkan stimulasi dengan intensitas yang lebih keras dengan waktu pajanan
yang lebih lama akan mengakibatkan kerusakan pada struktur sel rambut lain seperti
mitokondria, granula lisosom, lisis sel, dan robekan di membrane Reissner. Pajanan bunyi
dengan efek destruksi yang tidak begitu besar menyebabkan terjadinya floppy silia yang
sebagian masih reversible. Kerusakan silia menetap ditandai dengan fraktur rootlet silia
pada lamina retikularis.
Gangguan pendengaran akibat bising dapat terjadi akibat pajanan singkat terhadap suara yang
sangat keras (di atas 140 dB) atau suara keras di atas 85 dB selama selang waktu tertentu.
Bising dengan intensitas lebih dari 85 dB dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan
ketulian, oleh karena itu bising lingkungan kerja harus diusahakan lebih rendah dari 85 dB.
Hal ini dapat diusahakan dengan meredam sumber bunyi atau menggunakan alat pelindung
telinga.
Selain alat pelindung telinga terhadap bising dapat juga diikuti ketentuan pekerja di
lingkungan bising yang berintensitas lebih dari 85 dB tanpa menimbulkan ketulian, misalnya
dengan menggunakan table di bawah ini.
Tabel. Batas pajanan bising yang diperkenankan sesuai keputusan Menteri Tenaga Kerja
1999
FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam bentuk
gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong.
Energy getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui
membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative
antara membrane basilaris dan membrane tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia
sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40)
di lobus temporalis.