A. Defenisi Kebisingan
Bising Dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif [ peningkatan ambang pendengaran ]
maupun secara kwalitatif [ penyempitan spektrum pendengaran ], berkaitan dengan
faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai "suara yang tak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau
yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106 [IEC60050-801] kosa kata elektro-teknik
Internasional Bab 801: Akustikal dan elektroakustik)".
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan
ketulian.
Gangguan Pendengaran
Adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam
melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan.
Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan
menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai berikut:
Gradasi
Parameter
Normal
Sedang
Menengah
Berat
Sangat berat
Tuli Total
85 dB
88 dB
91 dB
97 dB
100 dB
B. Jenis Kebisingan
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:
1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap
dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya
mesin, kipas angina, dapur pijar.
2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif
tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada prekuensi 500,
1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.
3. Bising terputus-putus (Intermitten). Bising di sini tidak terjadi secara terus menerus,
melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di
lapangan terbang.
4. Bising Implusif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB
dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya
tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
5. Bising Implusif berulang. Sama dengan bising implusif, hanya saja disini terjadi
secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.
pendengaran
Uraian
Perubahan ambang batas sementara akibat
kebisingan, Perubahan ambang batas permanen
akibat kebisingan.
badaniah
Akibat-akibat
fisiologis
Gangguan
emosional
Kejengkelan, kebingungan
Akibat-akibat
Gangguan gaya
psikologis
hidup
Gangguan
pendengaran
1. Tujuan Program
Umum
Meningkatkan produktifitas kerja melalui pencegahan ketulian akibat bisingdi
tempat kerja dengan melaksanakan program konservasi pendengaran yang
melibatkan seluruh unsur dalam perusahaan.
Khusus
Mengetahui tingkat kebisingan pada lokasi kerja sesuai karakteristik kegiatanya.
Meningkatkan upaya pencegahan ketulian akibat bising melalui upaya
mengurangi paparan terhadap pekerja, baik secara teknis maupun administratif.
Deteksi dini adanya kasus Noise Induced Hearing Loss dan mencegah
Temporary Threshold Shift (TTS) yang timbul menjadi permanen.
Meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai kebisingan dan pengaruh
terhadap kesehatan.
2. Mamfaat
Bagi Perusahaan:
Sesuai dengan perundangan yang berlaku (taat hukum).
Meningkatkan kinerja (produktifitas) dan efisiensi.
Meningkatkan moral dan kepuasan pekerja sehingga terbina hubungan baik.
Mengurangi angka kecelakaan, kesakitan, hilangnya hari kerja, menurunkan turn
over rate serta absenteeism (loss time).
Menekan biaya kesehatan akibat preventable diseases serta klaim kompensasi.
Menghindari terjadinya kehilangan tenaga kerja yang terampil dan skilled.
Bagi Karyawan:
Mencegah terjadinya ketulian akibat bising yang bersifat menetap dan
irreversible.
Bisa mengurangi stress.
Mamfaat bersama:
Membangun komitmen untuk selalu bersama-sama memperhatikan keselamatan
dan kesehatan kerja.
Meningkatkan Safety Awarness dikalangan karyawan.
Perubahan perilaku yang tumbuh nantinya akan menjadi gaya hidup positif yang
tidak hanya mendukung program konservasi pendengaran saja, namun juga akan
membawa perubahan perilaku yang positif dalam permasalahan kesehatan
lainnya, seperti mengurangi kebiasaan merokok serta gaya hidup sehat lainnya.
c. Pengendalian Kebisingan
Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap:
Terhadap Sumbernya dengan cara:
Desain akustik, dengan mengurangi vibrasi, mengubah struktur dan lainnya.
Substitusi alat
Mengubah proses kerja
Terhadap Perjalanannya dengan cara:
Jarak diperjauh
Akustik ruangan
Enclosure
Terhadap penerimanya dengan cara:
Alat pelindung telinga
Enclosure (mis.dalam control room)
Administrasi dengan rotasi dan mengubah schedule kerja.
Selain dari ketiga di atas, dapat juga dilakukan dengan melakukan:
Pengendalian secara Teknis (Engineering control) dengan cara:
Pemilihan equipment / process yang lebih sedikit menimbulkan bising.
Dengan melakukan perawatan (Maintenance).
Melakukan pemasangan penyerap bunyi.
Mengisolasi dengan melakukan peredaman (material akustik).
Menghindari kebisingan
Pengendalian secara Administratif (Administartive control) dengan cara:
Melakukan shift kerja
Mengurangi waktu kerja
Melakukan tranning
g. Evaluasi Program
Penting dilakukan disini adalah antara lain:
o
Buat check list yang spesifik untuk masing-masing daerah kerja untuk
meyakinkan apakah semua komponen program telah ditindak lanjuti sesuai
standart yang berlaku. (Daftar check list terlampir)
Untuk pengembangan kedepan perlu dilihat adanya faktor-faktor baik yang
Faktror Penghambat
Belum nampak adanya suatu komitmen bersama untuk mengatasi hal ini, menambah
sebab kegagalannya program konservasi pendengaran ini
Pihak karyawan yang terpapar, yaitu kurangnya pemahaman bahwa pajanan
kebisingan untuk jangka waktu lama akan membawa dampak yang buruk
terhadap kesehatan dan kurangnya kesadaran tentang penggunaan APD.
Pihak pimpinan dan pengawasan kerja, adanya pemahaman yang kurang atau
keliru serta sikap dan perilaku yang tidak mendukung.
Kerjasama lintas departemen, semua pihak tidak bertanggung jawab serta
kurang merasa terlibat dengan program ini.
PENUTUP
Modul kebisingan dan Program Konservasi Pendengaran (Hearing Conservation
Program) diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan bagi Pembina dalam
pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjadikan pengetahuan dan
pendidikan kesehatan kepada pekerja mengenai kebisingan dan pengaruhnya terhadap
kesehatan. Selain itu, modul ini diharapkan menjadi bahan acuan bagi pengurus panitia
Pembina keselamatan dan kesehatan kerja di masing-masing perusahaan untuk
menyebar luaskan arti dan mamfaat Program Konservasi Pendengaran dalam mencegah
terjadinya gangguan kesehatan yang berdampak pada gangguan pendengaran.
KESIMPULAN
1. Kebisingan merupakan penyakit akibat kerja yang mana dapat merugikan
kesehatan yang berdampak pada gangguan pendengaran dan bila pemaparan
dalam waktu yang lama akan menyebabkan ketulian.
2. Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap sumbernya,
perjalanannya dan penerimanya. Selain itu dapat juga dengan melakukan
pengendalian
secara
teknis
(Engineering
control),
pengendalian
secara
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan, RI. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Oleh Pusat Kesehatan
Kerja. Jakarta. http://www.depkes.go.id/index/articles.html
KCM (Kompas Cyber Media). Kesehatan. Kebisingan dan Getaran Bisa Akibatkan
Kecelakaan Kerja. Jakarta. http://www.kompas.com/kesehatan/index.html
KCM (Kompas Cyber Media). Iptek. Mengukur Kebisingan dan Getar di Tempat
Kerja. Jakarta. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0309/05/iptek/index.html
Nainggolan Bilman Ir. Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja. Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara: Medan.
Top page. Kebisingan dan Getaran dan Pengertian Dasar Tentang Kebisingan .
http://www.menlh.go.id/apec_vc/osaka/eastjava/noise_id/index/articles.html
STUDI KASUS
Jakarta, Kompas - Pajanan bising dan getar terus- menerus bisa mengganggu
pendengaran dan keseimbangan. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia perlu
menerapkan peraturan perlindungan kerja dan pemantauan ketat, termasuk melindungi
fungsi pendengaran dan keseimbangan untuk mencegah penyakit akibat kerja dan
terjadinya kecelakaan kerja.
Tempat kerja yang bising dan penuh getaran bisa mengganggu pendengaran dan
keseimbangan para pekerja. Gangguan yang tidak dicegah maupun diatasi bisa
menimbulkan kecelakaan, baik pada pekerja maupun orang di sekitarnya. Masalah ini
perlu lebih diperhatikan untuk menghindarkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Demikian antara lain isi di-sertasi dr Jenny Bashiruddin (44) dari Bagian Telinga
Hidung Tenggorok (THT) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), yang memaparkan hasil penelitiannya terhadap
350 pengemudi bajaj di Jakarta, Rabu (14/8). Bunyi dan getaran bajaj diukur dengan
Octave band analyzer dan vibrasimeter. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis THT,
tinggi dan berat badan, tekanan darah, dan gula darah. Sedangkan fungsi keseimbangan
dan pendengaran diukur dengan posturografi dan audiometri.
Dari penelitian itu diketahui bahwa intensitas bising bajaj berkisar antara 64 dB
(desibel) sampai 96 dB, atau rata-rata 91 dB. Sedang rata-rata akselerasi getar 4,2 m/dt2.
"Semua nilai itu melebihi ambang batas keamanan yang direkomendasikan oleh
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), yaitu intensitas bising rata-rata tidak lebih dari 85 dB selama delapan
jam per hari atau 40 jam per minggu, serta akselerasi getaran tidak lebih dari 4 m/dt2.
Akibatnya, 72,28 persen pengemudi bajaj yang diteliti mengalami gangguan kesehatan,"
papar Jenny. Rinciannya, pengemudi yang mengalami gangguan keseimbangan dan
pendengaran 27,43 persen, gangguan pendengaran 17,14 persen, dan gangguan
keseimbangan 27,71 persen. Yang masih sehat hanya 27,72 persen.
Gangguan keseimbangan dan pendengaran dipengaruhi faktor usia lebih dari 40 tahun,
masa kerja lebih dari sembilan tahun, jam kerja per hari lebih dari delapan jam, bekas
perokok berat dan kegemukan. Gangguan keseimbangan dipengaruhi hal yang sama,
hanya masa kerjanya lima sampai sembilan tahun, sedangkan gangguan pendengaran
hanya dipengaruhi oleh faktor usia lebih dari 40 tahun. Bising dan getaran bisa merusak
koklea di telinga dalam sehingga mengganggu pendengaran. kerusakan yang
ditimbulkan
pada
saraf
vestibuler
ditelinga
dalam,
menyebabkan
gangguan
keseimbangan.
Berdasarkan faktor-faktor yang didapat pada penelitian, Jenny menyusun Skor Risiko
Gangguan Pendengaran dan Keseimbangan. Skor itu bisa dimanfaatkan untuk
menskrining pekerja di pelbagai bidang lain yang berada di lingkungan bising dan
getaran sebagai upaya mencegah gangguan pendengaran dan keseimbangan.
Jenny meneliti gangguan pendengaran dan keseimbangan akibat kerja mengingat
masalah ini belum mendapat perhatian penuh. Padahal, gangguan ini menempati urutan
pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa dengan proporsi 35
persen. Di pelbagai industri di Indonesia, angka ini berkisar antara 30-50 persen.
Seiring dengan kebutuhan pembangunan, penggunaan peralatan industri yang
menimbulkan bising dan getaran di negara berkembang, termasuk Indonesia, makin
lama akan makin bertambah. Hal ini perlu diantisipasi untuk mencegah kerugian
sumber daya manusia dengan melakukan pemeriksaan pekerja serta mengurangi
gangguan dengan menyediakan alat pelindung pendengaran serta peredam getaran. (atk)