Kebisingan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industrialisasi merupakan motor penggerak bagi peningkatan kemakmuran dan
menempati posisi sentral dalam kehidupan masyarakat modern terutama di negara maju.
Di negara berkembang, industri sangat esensial untuk memperluas landasan
pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat (Kristanto P, 2002).
Adanya industrialisasi terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk, hal ini dapat
dilihat dengan pertumbuhan penduduk dunia yang semakin pesat. Dengan adanya
teknologi/mesin-mesin yang semakin modern, meringankan dan mempermudah manusia
dalam memenuhi kebutuhannya. Namun di sisi lain, bila tidak dikelola dengan baik maka
menimbulkan dampak yang membahayakan manusia antara lain keselamatan jiwa,
kecacatan, penurunan kualitas lingkungan, penurunan derajat kesehatan dan kerugian
ekonomi. Keuntungan besar yang didapat dari kegiatan industri, apabila tidak dikelola
dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan maka keuntungan sering kali lebih
sedikit bila dibandingkan biaya sosial yang dikeluarkan untuk mengatasi dampak negatif.
Kerugian sosial ini sebagian besar merupakan kerugian yang ditimbulkan pada
lingkungan karena lingkungan sebagai penopang kehidupan generasi sekarang dan
generasi penerus. Bila lingkungan rusak, efek negatif yang ditimbulkan tidak hanya
dirasakan oleh generasi sekarang, tetapi juga dirasakan generasi mendatang bahkan efek
ke generasi mendatang bisa lebih besar dibandingkan yang dialami generasi sekarang.
B. Perumusan Masalah
Kebisingan dapat menyebabkan ketulian bagi tenaga kerja, sehingga diperlukan untuk
membahas tentang kebisingan di tempat kerja.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sumber bising ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI KEBISINGAN
Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
frekuensi pendengaran baik secara kuantitatif ( peningkatan ambang pendengaran) maupun
secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran) berkaitan dengan faktor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tak dikehendaki , misalnya yang
merintangi terdengarnya suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang
menghalangi gaya hidup. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara
yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat
menimbulkan ketulian.
B. SUMBER KEBISINGAN
mengganggu
pen-
dengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan
dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga,
alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga.
Di industri, sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Mesin Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin
b. Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan, atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda
gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain
c. Pergerakan udara, gas dan cairanKebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara,
gas, dan cairan dalamkegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur
cairan gas,outlet pipa, gas buang, jet. Flare boom, dan lain-lain.
C. KATEGORI KEBISINGAN
Berdasarkan
frekuensi
tingkat
tekanan
bunyi,
tingkat
bunyi
dan
te-
naga bunyi maka bising dibagi dalam tiga kategori yaitu audible noise, occupationalnoise,
dan impuls noise (Gabriel JF, 1996)
1. Audible noise (bising pendengaran), bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi atau
31,5 8.000 Hz.
2. Occupational noise (bising berhubungan dengan pekerjaan), bising yangdisebabkan
oleh bunyi mesin ditempat kerja.
3. Impuls Noise (impact noise = bising impulsive), bising yang terjadi akibatadanya
bunyi yang menyentak. Misalnya pukulan palu, ledakan, mriam,tambakan bedil dan
lainlain.
D. JENIS KEBISINGAN
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:
a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising inirelatif tetap
dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturutturut. Misalnya
mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga
relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja(pada frekuensi
500, 1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katupgas.
sangat
cepat
dan
biasanya
mengejutkan
pendengarnya.
NAB
Sedangkan menurut OSHA untuk batas waktu pemaparan bising yangdiperkenankan adalah
F. FAKT
OR
(stabil,
memahami
Jika peningkatan ambang dengar antara 4160 dB, disebut tuli sedang
Jika peningkatan ambang dengar antara 6190 dB, disebut tuli berat
Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB disebut tuli sangat berat Bising
menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis,
gangguan
psikologis,
gangguan
komunikasi
dan
ketulian,
atau
ada yang
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa
peningkatan
tekanan
darah,
peningkatan
nadi, basal
metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,susah tidur,
emosi dan lainlain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit,
psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lainlain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin
terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akanmengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya
dan tentunyaakan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja.
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis sepertikepala pusing,
mual dan lain-lain.
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising,gangguan terhadap
pendengaran adalah gangguan yang paling seiruskarena dapat menyebabkan hilangnya
pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat
sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar
akan menghilang secara menetap atau tuli.
Tuli dibagi menjadi beberapa yaitu sebagai berikut :
a. Tuli Sementara (Temporary Treshold Shift = TTS) Diakibatkan pemaparan terhadap
bising dengan intensitas tinggi,tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar
yang sifatnya sementara. Biasanya waktu pemaparan nya terlalu singkat. Apabila
kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup. Daya dengarnya akan
pulih kembali kepada ambang dengar semula dengar semula.
b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)Biasanya akibat waktu paparan yang
Beberapa
obat
dapat
memperberat
(pengaruh
Pengendalian kebisingan dapat dilakukan juga dengan pengendalian secara medis yaitu
dengan cara pemeriksaan kesehatan secara teratur.
Alat Pelindung Pendengaran
Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terkahir yangharus dilakukan. Alat
pelindung diri yang dipakai harus mampumengurangi kebisingan hingga mencapai level
TWA atau kurang dari itu,yaitu 85 dB. Ada 3 janis alat pelindung pendengaran, yaitu :
a. Sumbat telinga (Earplug), dapat mengurangi kebisingan 8-30 dB.Biasanya digunakan
untuk proteksi sampai dengan 100 dB.Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain :
Formable type,Costum molded ty\pe, Premoled type
b. Tutup telinga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 2540 dB.Digunakan untuk
proteksi sampai dengan 110 dB.
c. Helm (helmet), mengurangi kebisingan 4050 dB
Pendidikan dan Motivasi
Semua pekerja yang berhak mengikuti progam konservasi pendengaran, harus mendapatkan
pendidikan dan training yang cukup setiap tahun, baik yang terlibat langsung maupun tidak
pada program pemeliharaan pendengaran. pendidikan dan edukasi pada dasarnya sasarannya
adalah perilaku pekerja.
Halhal yang relevan dan harus ada dalam program pendidikan iniadalah sebagai berikut :
a. Standart penanganan dampak kebisingan akibat kerja yang rasionaldan jelas.
b. Dampak kebisingan terhadap pendengaran
c. Policy / kebijakan perusahaan dengan pengontrolan yang baik yangtelah dilaksanakan
maupun rencana kedepan
d. Audiometri yaitu menjelaskan bagaimana peranan audiometri dalam mencegah hilang
nya pendengaran akibat kebisingan, bagaimana melakukan test itu sendiri
interpretasinya sertaimplikasi yang timbul dari hasil test.
e. Tanggung jawab individual, dengan diskusi mengenai sumberkebisingan, bagaimana
mengontrolnya
serta
usaha
mencegahnyaagar
tidak
mengganggu
kesehatan
dikemudian hari.
Pencatatan dan pelaporan
Informasi yang harus tersimpan dalam pencatatan dan pelaporan yaitu :
a.
1.
2.
3.
4.
administrative
5. Data instalasi kontrol teknik secara lengkap beserta evaluasinya
6. Data perawatan mesin secara teratur
7. Data karyawan yang mendapatkan perlakuan secara administrativec. Data hasil
Audiometri
8. Data hasil pemeriksaan audiometri dari masingmasing karyawanlengkap dengan
nama, umur, job description, tanggal pelaksanaanaudiometri dsb.
9. Preemployment atau preexposure audiogram
10. Termination atau exit audiogram
11. Hasil review dari audiogram
12. Nama teknisi yang melaksanakan audiometri serta sertifikasi yangdimilikinya
pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak
menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas (NAB)
intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.
Sound level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda
bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap
oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter penunjuk.
Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogra, adalah chart
hasil pemeriksaan audiometer. Nilai Ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah
yang masih dapat didengar telinga.
I. PROGRAM KONSERVASI PENDENGARAN ( HEARING
PROGRAM)
CONSERVATION
Melakukan trainning
Langkah terakhir dalam pengendalian kebisingan adalah dengan menggunakan
alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff, dan helmet). Pengendalian kebisingan
dapat dilakukan juga dengan pengendalian secara medis yaitu dengan cara
pemeriksaan kesehatan secara teratur.
d. Alat Pelindung Pendengaran
Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terkahir yang harus
dilakukan. Alat pelindung diri yang dipakai harus mampu mengurangi kebisingan
hingga mencapai level TWA atau kurang dari itu, yaitu 85 dB. Ada 3 janis alat
pelindung pendengaran, yaitu :
Sumbat telinga (Earplug), dapat mengurangi kebisingan 8 30 dB. Biasanya
digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB. Beberapa tipe dari sumbat
telinga antara lain : Formable type, Costum molded ty\pe, Premoled type
Tutup telinga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 25 40 dB. Digunakan
untuk proteksi sampai dengan 110 dB.
Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40 50 dB
g. Evaluasi Program
Mereview apakah program pemeliharaan pendengaran diatas sudah dilakukan
secara menyeluruh dan juga kulaitas pelaksanaan masing masing komponennya.
Membandingkan baseline audiogram lainnya untuk menngukur keberhasilan
usaha pencegahan tersebut.
Identifikasikan apakah ada daerah yang dikontrol lebih lanjut.
Buat check list yang spesifik untuk masing masing daerah kerja untuk
meyakinkan apakah semua komponen program telah ditindak lanjuti sesuai
standart yang berlaku.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tak dikehendaki , misalnya yang
merintangi terdengarnya suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau
yang menghalangi gaya hidup. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah
bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan,
kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis meminta
kritik dan saran dari pembaca. Kebisingan di tempat kerja seharusnya di kendalikan
dengan baik agar dampak kronis yang ditimbulkan dapat ditanggulangi. Terima kasih atas
perhatian pembaca.