Disusun Oleh:
Nama NIM
Muhammad Yasyar A. 022019023
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Tanggap Darurat Unutk Kerusuhan” dapat saya
selesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas
dari Ibu Yusnita Handayani, S.K.M, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Teori
Dasar K3.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................... 3
BAB II ISI .................................................................................................................... 4
A. Persiapan Keadaan Darurat .......................................................................... 4
1. Pengertian Keadaan Darurat..................................................................... 4
2. Jenis Keadaan Darurat .............................................................................. 4
3. Penyebab Keadaan Darurat ...................................................................... 5
4. Elemen Persiapan Keadaan Darurat (Emergency Preparedness).............. 5
B. Tanggap Darurat Huru-Hara pada PT PLN (Persero) ..................................... 9
1. Tujuan ....................................................................................................... 9
2. Ruang Lingkup ........................................................................................... 9
3. Referensi ................................................................................................... 9
4. Defenisi ................................................................................................... 10
5. Tanggung Jawab ...................................................................................... 10
6. Uraian Prosedur ...................................................................................... 11
7. Lampiran ................................................................................................. 12
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 13
A. Kesimpulan .................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Yang menjadi inti dari makalah ini, kerusuhan (huru-hara) adalah
suatu situasi /kondisi yang tidak terkendali dan tidak dinginkan, yang
menimbulkan kepanikan, kekhawatiran dan mengakibatkan aktifitas kerja
terhenti.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja sekaligus meningkatkan produktivitas kerja. Hal
ini tercermin dalam pokok – pokok pikiran dan pertimbangan
dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu
bahwa tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan
dalam melakukan pekerjaan dan setiap orang lainnya yang berada di
tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Perkantoran BAB III subbab B terdapat system tanggap darurat untuk
berbagai kondisi darurat.
Perencanaan merupakan kata kunci untuk mencapai tujuan
tersebut, sehingga perencanaan dalam hal ini mempunyai peran yang luar
biasa. Perencanaan tanggap darurat tidak berarti hanya merencanakan
tindakan yang harus dilakukan pada saat terjadinya keadaan darurat saja,
akan tetapi juga meliputi tindakan pencegahan dan persiapan-persiapan
jika terjadi keadaan darurat, latihan dan simulasi tanggap darurat,
manajemen tanggap darurat, dan sampai pada pemulihan kondisi pasca
keadaan darurat.
Yang dapat dikategorikan dalam keadaan darurat (emergency)
adalah keadaan-keadaan yang tidak dapat ditangani dengan segera oleh
petugas pada waktu terjadinya insiden, menimbulkan
ancaman/keresahan yang selanjutnya dimungkinkan dapat
mengakibatkan korban jiwa, menimbulkan kerusakan harta benda dan
melukai manusia, menimbulkan kerusakan peralatan yang
membahayakan (terjadinya ledakan, kebakaran, dsb).
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
ISI
4
3. Penyebab Keadaan Darurat
5
keadaan darurat koordinator. Dalam membentuk tim
perencanaan keadaan darurat ini yang harus diperhatikan adalah:
(1) Kriteria sebagai coordinator.
(2) Tugas dan tanggung jawab coordinator perencanaan.
(3) Membentuk aggota komite yang disarankan terdiri dari
seluruh fungsi di dalam instalasi/unit operasi.
(4) Membentuk group/gugus tugas yang memiliki tanggung
jawab yang berbeda-beda.
(5) Setiap gugus yang dibentuk akan dikepalai oleh kepala gugus.
b. Analisis Respon Keadaan Darurat (Emergency Response Analysis)
Menurut ISRS (1994), rencana keadaan darurat harus sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Rencana juga harus menyangkut
penilaian terhadap risiko dan semua kemungkinan tipe keadaan
darurat yang akan terjadi. Analisis respon keadaan darurat
sebaiknya menyangkut:
(1) Kejadian bahaya yang besar dan efek terhadap kesehatan.
(2) Kerusakan bangungan yang besar termasuk kerugian biaya.
(3) Kerugian yang besar karena kejadian yang tidak diinginkan.
(4) Kebakaran, banjir, tornado, dan bahaya lainnya.
c. Rencana Keadaan Darurat.
Menurut ISRS (1994), hal-hal yang perlu diperhatika
dalam suatu rencana keadaan darurat adalah sebagai berikut:
(1) Prosedur Pelaporan.
(2) Sistem Evakuasi.
(3) Instruksi dan dokumentasi yang detail
(4) Pengendalian terhadap bahan-bahan/material berbahaya.
(5) Pemindahan atau perlindungan untuk perlengkapan atau
material yang bersifat vital/penting.
(6) Penetapan lokasi pusat pengendalian keadaan darurat.
(7) Rencana pencarian dan penyelamatan.
(8) Prosedur All Clear/pembersihan semua dan memulai kembali
bekerja.
6
(9) Prosedur untuk menginformasikan kepada seluruh pekerja
tentang keadaan darurat dan menjelaskan apa partisipasi
atau respon yang dapat mereka berikan.
(10)Pengawasan terhadap konstraktor/pengunjung.
(11)Nomor telepon keadaan darurat.
(12)Pendistribusian prosedur keadaan darurat.
(13)Latihan praktek keadaan darurat.
(14)Prosedur khusus pemadaman kebakaran.
(15)Pemberitahuan material berbahaya kepada petugas
pemadam kebakaran.
d. Persiapan Keadaan Darurat di Luar Perusahaan.
Menurut ISRS (1994), perusahaan harus memiliki rencana
pengendalian keadaan darurat di luar perusahaan yang
berdasarkan pada jenis bahaya yang paling mungkin terjadi.
Keadaan yang kemungkinan terjadi diluar persuhaan berupa
kecelakaan transportasi karyawan di jalan, tanah, laut, dan udara.
e. Pengendalian Sumber Energi
Menurut ISRS (1994) , persiapan keadaan darurat harus
mempunyai suatu system pengendalian terhadap sumber energy
yang meliputi:
(1) Program pengkodean dan pelabelan (dengan warna) terhadap
perangkat pusat pengendalian yang terdapat di suatu lokasi
kerja.
(2) Program tersebut dilengkapi dengan tujuan yang realistis dan
terjadwal.
(3) Personil yang dipilih harus sudah familier dengan lokasi dan
prosedur penghentian.
f. Sistem Perlindungan dan Penyelamatan.
Menurut ISRS (1994)m survey system perlindungan dan
penyelamatan harus termasuk audit komprehensif semua fasilitas
oleh seorang yang memnuhi syarat untuk menentukan system
penanggulanan kebakaran, system kebakaran, deteksi bahasa,
lampu keadaan darurat dan system tenaga, dan lain-lain,
7
termasuk juga perlengkapan penyelamatan yang harus ada di
tempat kerja.
g. Tim Tanggap Darurat
Menurut Syuhri Syahab (Syukri Sahab, Teknik Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja [Jakarta : PT Bina Sumber Daya
Manusia, 1997], hal 34), tim keadaan darurat yang harus dibentuk
dalam rangka penanggulangan keadaan darurat adalah:
(1) Tim penanggulangan kebakaran
(2) Tim evakuasi.
(3) Tim pencarian dan penyelamatan
(4) Tim bantuan darurat medik
(5) Tim penanggulangan kebocoran/tumpuhan bahan kimia.
(6) Tim pengendalian operasi gedung.
(7) Tim penghubung komunikasi internal dan eksternal.
(8) Tim teknis.
h. Sistem Pengkajian
Menurut ISRS (1994), pengkajian dilakukan terhadap
keseluruhan persiapan keadaan darurat dari aspek perencanaan
sampai dengan latihan keadaan yang sudah dilakukan. Hasil dari
pengkajian disampaikan kepada pihak yang terkait, yaitu:
(1) Manajemen.
(2) Karyawan
(3) Kontraktor
(4) Perusahaan sekitar.
(5) Masyarakat sekitar.
i. Pertolongan Pertama
j. Bantuan Dari Luar Yang Terorganisasi.
Menurut OSHA (1984), mitra dalam penanggulangan bencana
antara lain:
(1) Pemerintah.
(2) Pemilik (Owner).
(3) Masyarakat setempat dan kelompok peminat.
k. Rencara Pasca Kejadian
8
l. Komunikasi Keadaan Darurat.
m. Komunikasi Kepada Masyarakat
Menurut ISRS (1994), prosedur komunikasi dengan pemerintah
untuk evakuasi masyarakat harus dicantumkan termasuk di dalam
rencana keadaan darurat. Prosedur tersebut secara tuntas harus
menyangkut:
(1) Situasi dari persyaratan notifikasi dan evakuasi.
(2) Seseorang yang bertanggung jawab dari pemerintah.
(3) Nama, alamat, dan nomor telepon personil yang bertanggung
jawab harus dicantumkan.
(4) Batasan waktu harus dicantumkan.
1. Tujuan
2. Ruang Lingkup
3. Referensi
9
c. Undang-Undang Nomor : 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia,
d. Undang-Undang Nomor : 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
e. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
f. Keputusan Presiden RI Nomor : 63 Tahun 2004 tentang
Pengamanan Obyek Vital Nasional (OBVITNAS)
g. Keputusan Menteri ESDM RI Nomor : 3407.K / 07 / MEN / 2012
Tanggal : 21 Desember 2012 tentang Penetapan Obyek Vital
Nasional di Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral
h. Peraturan Kapolri Nomor : 24 Tahun 2007 tentang Sistem
Manajemen Pengamanan
i. Peraturan Kapolri Nomor : 8 Tahun 2010 tentang tata cara lintas
ganti dan cara bertindak dalam penanganan Huru Hara
j. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0250.P/DIR/2016 tentang
Pedoman Keselamatan Kerja di Lingkungan PT PLN (Persero)
k. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0251.P/DIR/2016 tentang
Pedoman Keselamatan Instalasi di Lingkungan PT PLN (Persero)
l. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0252.P/DIR/2016 tentang
Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan PT PLN (Persero)
m. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 134.K/DIR/2007 tentang
Kebijakan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) PT
PLN (Persero)
n. OHSAS 18001:2007
4. Defenisi
5. Tanggung Jawab
10
a. General Manager, Manajer Bidang, Manajer APP, APB, APD dan
Area bertanggung jawab atas penanganan bersama keadaan
darurat.
b. Seluruh Manajer dan Supervisor bersama staf di Transmisi JBTB,
Distribusi Jatim, Distribusi Bali, APB Jatim dan APB Bali
bertanggung jawab atas pelaksanaan bersama penanganan
darurat huru hara.
6. Uraian Prosedur
11
Kodim, Manajer Unit setempat akan menyatakan kondisi huru-
hara sudah dapat diatasi.
f. Apabila kondisi tidak terkendali dan dinyatakan tidak aman maka
kendali tetap berada di bawah aparat keamanan kepolisian
dengan kordinasi Koramil dan Kodim.
g. Segera dilakukan upaya pemulihan untuk normalisasi proses dan
normalisasi waktu/jam kerja karyawan.
7. Lampiran
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
12. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 134.K/DIR/2007 tentang
Kebijakan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) PT
PLN (Persero)
13. OHSAS 18001:2007
B. Saran
Sebagai penulis makalah ini, saya memiliki saran, jika ada keadaan
darurat yang terjadi di sekitar anda, jangan panic dan ikuti perintah dan
aturan yang ada. Walaupun anda tidak mengetahuinya, anda dapat
mengikuti perintah dari orang yang bertanggung jawab, biasanya
memakai baju bertanda.
14
DAFTAR PUSTAKA
David A. Colling, Industrial Safety and Health Management. New Jersey : Prentice
Hall, 1990.
Erkins, Jh, Emergency Planning and Response, Majalah Hiperkes dan Keselamatan
Kerja, Volume XXXI No 3, 1998.
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-NonDegree-4667-bab1.pdf
https://docplayer.info/30137469-Procedure-penanggulangan-keadaan-
darurat.html
https://konsulhiperkes.wordpress.com/2008/12/15/manajemen-tanggap-
darurat/
http://www.kesjaor.kemkes.go.id/documents/PMK_No._48_ttg_Standar_Kesela
matan_dan_Kesehatan_Kerja_Perkantoran_.pdf
15