Anda di halaman 1dari 7

NAMA : TARISSAH JANUARTI

NIM : 061930400575

NO ABSEN : 19

KELAS : 2KA

MK : PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH

PENGUKURAN KEBISINGAN

Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika kita
berteriak suara kita lebih kuat daripada berbisik, sehingga teriakan itu memiliki
energi lebih besar untuk mencapai jarak yang lebih jauh. Unit untuk mengukur
intensitas bunyi adalah desibel (dB). Skala desibel merupakan skala yang bersifat
logaritmik. Penambahan tingkat desibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang
cukup besar. Contoh, jika bunyi bertambah 3 dB, volume suara sebenarnya
meningkat 2 kali lipat.

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan
desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai,
suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker,
kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses
produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
pendengaran.

Kebisingan bisa menggangu karena frekuensi dan volumenya. Sebagai


contoh, suara berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari suara berfrekuensi rendah.
Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring
dengan bantuan alat:

 Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi paparan)


 Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan dan
untuk menganalisis dampak paparan pada pekerja.

Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain Pertama,


sound level meter. Alat ukur ini dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat
kebisingan dengan batas terendah 30 desibel (dB) dan batas tertinggi 130 desibel (dB)
dan frekuensi antara 20 Hz dan 20 kHz. Kedua, octave band analyzers. Alat ini terdiri
atas sejumlah filter yang dapat membagi-bagi tingkat octave suara. Ketiga, narrow
band analyzers. Alat ini dipergunakan untuk mengukur frekuensi yang berbeda-beda.
Keempat, impact noise analyzer. Alat ukur ini digunakan untuk menentukan
intensitas kebisingan pada waktu dan tempat tertentu.Untuk permasalahan bising
kebanyakan sound level meter dan octave band analyzer sudah cukup banyak
memberikan informasi.

Sound Level Meter (SLM)

Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan. SLM


terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik termasuk attenuator, 3 jaringan
perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier. Tiga jaringan tersebut
distandarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan
yang terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap
suara bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga kurang
sensitif terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas yang rendah. Pada
tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon manusia terhadap berbagai
frekuensi. Tiga pembobotan tersebut berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan
respon manusia.

Octave Band Analyzer (OBA)

Saat bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang berbeda-beda, oktaf
yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di SLM tetap berupa nilai tunggal.
Hal ini tentu saja tidak representatif. Untuk kondisi pengukuran yang rumit
berdasarkan frekuensi, maka alat yang digunakan adalah OBA. Pengukuran dapat
dilakukan dalam satu oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu
oktaf, dapat digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,5 –
75, 75-150, 300-600,600-1200, 1200-2400, 2400-4800, dan 4800-9600 Hz.

Kebisingan dapat dikategorikan berdasarkan kontinuitas, intensitas, dan spektrum


frekuensi suara.

1) Steady state and narrow band noise


Adalah jenis kebisingan yang terus-menerus dengan spektrum suara yang sempit,
misalnya suara mesin dan kipas angin.

2) Nonsteady state and narrow band noise

Adalah jenis kebisingan yang terjadi tidak terus-menerus dengan spektrum suara yang
sempit, misalnya suara mesin gergaji dan katup uap.

3) Intermitten noise

Adalah jenis kebisingan yang terjadi sewaktu-waktu dan terputus-putus, misalnya


suara pesawat terbang dan kereta api.

3) Impulsive noise

Adalah jenis kebisingan yang memekakkan telinga, misalnya suara tembakan


senapan, meriam, dan ledakan bom.

Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk
sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai
Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan
merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8
jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai
berikut

No. TINGKAT KEBISINGAN PEMAPARAN


(dBA)
HARIAN
1. 85 8 jam
2. 88 4 jam
3. 91 2 jam
4. 94 1 jam
5. 97 30 menit
6. 100 15 menit

Zona Kebisingan

Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan

Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS,
tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.

Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat


Pendidikan dan rekreasi.

Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran,


Perdagangan dan pasar.

Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik,


stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.

Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)

Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari

Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai pelindung


telinga (earmuff dan earplug)

Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff


Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug

PengaruhKebisinganTerhadapKesehatan
Seperti halnya jenis pencemaran lainnya, kebisingan berpengaruh bagi kesehatan
manusia, antara lain menyebabkan bertambahnya tingkat kepekaan tubuh, sistem
kardiovaskular, tekanan darah, dan denyut jantung. Terlalu sering bersinggungan
dengan kebisingan dalam waktu yang lama dapat menurunkan konsentrasi dan
kelelahan.
Pengaruh yang paling nyata dari kebisingan bagi kesehatan ialah gangguan, bahkan
kerusakan, organ pendengaran. Pengaruh kebisingan terhadap organ pendengaran
sebenarnya bersifat sementara, masih dapat disembuhkan. Namun apabila seseorang
telah terlalu sering berada di tempat yang bising dan tergaduh maka akibatnya akan
lebih parah dan berubah menjadi kerusakan permanen.

Pengendalian kebisingan

Berikut ini cara mengendalikan kebisingan tersebut:

1. Pengurangan kebisingan pada sumbernya

Hal ini bisa dilakukan dengan menempelkan alat peredam suara pada alat yang
bersangkutan. Pada waktu sekarang penelitian dan perencanaan yang disertai
teknologi modern, mesin-mesin baru yang mutakhir tidak lagi banyak menimbulkan
kebisingan. Suara yang ditimbulkan juga suda tidak lagi mengganggu dan
membahayakan lingkungan.

2. Penembatan penghalang pada jalan transmisi

usaha ini dilakukan dengan jalan mengadakan isolasi ruangan atau alat-alat penyebab
kebisingan dengan jalan menempatkan bahan-bahan yang mampu menyerap suara
sehingga suaara-suara yang keluar tidak lagi merupakan gangguan bagi ligkungan.
3. Pemakaian sumbat atau tutup telinga

Cara ini terutama dianjurkan kepaa orang yang berada di sekitar sumber kebisingan
yang tidak dapat dikendalikan, seperti ledakan. Alat penyumbat telinga ini bisa
mengurangi intensitas kebisingan kurang lebih 24 dB.

Selain itu, bagi orang yang bekerja di ruangan dengan kebisingan di atas 100 dB
diharuskan memakai tutup telinga

Anda mungkin juga menyukai