Anda di halaman 1dari 36

Makalah

Total Quality Management dan Gugus Kendali Mutu

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Ainul Latifah 061930400075


Tarissah Januarti 061930400575

Kelas : 4 KA

DOSEN PENGAMPU : Ir. Jaksen M. Amin M.Si.

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK


KIMIA JURUSAN TEKNIK
KIMIA POLITEKNIK NEGERI
SRIWIJAYA 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Proses Industri Kimia dengan judul “Total Quality Management dan
Gugus Kendali Mutu”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi.
Akhir kata atas segala kekurangan dan kesalahannya, penulis mohon
maaf dan semoga makalah ini akan berguna bagi kita semua.

Palembang, Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan Penulisan........................................................................................2

D. Manfaat Penulisan......................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................4

2.1 Pendahuluan.............................................................................................4

2.1.1 Pengertian Total.............................................................................4

2.1.2 Pengertian Kualitas........................................................................4

2.1.3 Pengertian Manajemen..................................................................4

2.1.4 Pengertian GKM............................................................................4

2.2 Total Quality Mangement (TQM)...........................................................6

2.2.1 Pengertian TQM............................................................................6

2.2.2 Sejarah Perkembangan TQM.........................................................8

2.2.3 Karakteristik TQM.......................................................................13

iii
2.2.4 Manfaat TQM..............................................................................13

2.2.5 Perbedaan TQM dengan Teknik Metode lain..............................14

2.2.6 Prinsip - Prinsip TQM.................................................................15

2.2.7 Piranti atau Alat TQM.................................................................15

2.3 Gugus Kendali Mutu (GKM).................................................................................17

2.3.1 Pengertian GKM..........................................................................17

2.3.2 Sejarah GKM...............................................................................21

2.3.3 Kegiatan unit GKM sarana pengendalian mutu...........................22

2.3.4 Penggunaan 8 Langkah dan 7 Alat..............................................23

2.3.5 Perangkat GKM...........................................................................23

2.3.6 Faktor penyebab kegagalan GKM...............................................26

2.4 Definisi dan Pandangan Terhadap Biaya Kualitas.................................................26

2.4.1 Perspektif Terhadap Kualitas.......................................................26

2.4.2 Dimensi Kualitas.........................................................................26

2.4.3 Sumber Kualitas...........................................................................28

2.4.4 Biaya Kualitas..............................................................................28

iv
BAB III : PENUTUP.............................................................................................30

3.1 Kesimpulan............................................................................................30

v
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi, kunci untuk meningkatkan daya saing perusahaan
adalah kualitas. Perusahaan yang mampu menghasilkan produk (barang dan
atau jasa) berkualitas yang dapat memenangkan persaingan global.
Dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan, terjadi berbagai
perubahan dalam hampir semua aspek, misalnya dalam aspek ekonomi,
politik, sosial budaya, teknologi, hukum, hankam, dan aspek lainnya. Berbagai
tren baru dalam lingkungan manufaktur membawa dampak terhadap kualitas.
Kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung pada kemampuan
untuk memberi respons terhadap perubahan-perubahan tersebut secara efektif.
Umumnya perubahan yang terjadi disebabkan oleh berbagai kekuatan yang
ada, baik internal maupun eksternal. Ada empat kekuatan eksternal utama,
yaitu karakteristik demografi, kemajuan teknologi, perubahan pasar, dan
tekanan sosial serta politik. Kekuatan internal bisa dipengaruhi oleh masalah
sumber daya manusia dan perilaku atau keputusan manajerial.
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu konsep
manajemen modern yang berusaha untuk merespons secara tepat terhadap
setiap perubahan yang ada, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal
maupun internal. TQM lebih berfokus pada tujuan perusahaan untuk melayani
kebutuhan pelanggan dengan memasok barang dan jasa yang memiliki kualitas
setinggi mungkin.
TQM merupakan paradigma baru dalam menjalankan strategi yang
berupaya memaksimumkan daya saing perusahaan melalui perbaikan secara
berkesinambungan atas kualitas produk, sumber daya manusia, proses dan
lingkungan organisasi/perusahaan.
Kehadiran TQM sebagai paradigma baru menuntut komitmen jangka
panjang dan perubahan total atas paradigma manajemen tradisional. Perlunya
perubahan total dikarenakan cara menjalankan bisnis dengan TQM berbeda
sekali dengan cara tradisional.

1
Gugus kendali mutu, merupakan mekanisme formal dan dilembagakan
guna mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada
partisipasi dan kretivitas di antara SDM sebagai karyawan/pegawai baik dalam
organisasi pemerintah maupun swasta. Kelompok kecil pegawai terlibat dalam
suatu proses pengkajian bersama untuk menyikapinya, dan memecahkan
persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Upaya untuk meingkatkan mutu dan produktivitas serta kinerja suatu
satuan kerja baik dunia usaha maupun birokrasi,perlu dilaksanakan terus
menerus sedemikian sehingga dapat berfungsi dan mencapai tujuan secara
optimal. Sejak dahulu,terutama di Eropa dan Amerika Serikat dikembangkan
konsep manajemen dan organisasi yang bertujuan menungkatkan kinerja
organisasi. Antara lain dapat dikemukakan adalah konsep Max Weber tentang
birokrasi. Konsep Taylor tentang Manajemen Ilmiah,Fanyol dengan empat
belas prinsip,serta konsep perilaku manusia yang mengutamakan motivasi dan
pendekatan demokrasi. Konsep serta prinsip organisasi dan manajemen ini,
telah mampu menungkatkan efisiensi dan organisasi baik pada perusahaan,
pemerintah, dan organisasi social

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan TQM dan GKM ?


2. Bagaimana sejarah dari TQM dan GKM ?
3. Apa yang dimaksud dengan Biaya kualitas,Dimensi kualitas ?
4. Apa saja pendapat dari para ahli tentang TQM dan GKM ?
C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian dari TQM dan GKM


2. Menjelaskan sejarah dari TQM dan GKM
3. Menjelaskan maksud dari Biaya kualitas, Dimensi kualitas dll
4. Menjelaskan pendapat dari para ahli tentang TQM dan GKM
D. Manfaat Penulisan

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai TQM dan GKM

2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dari sejarah TQM dan GKM

2
3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Biaya kualitas,
Dimensi kualitas dll

4. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pendapat dari para


ahli mengenai TQM dan GKM

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan
2.1.1 Pengertian total
Menunjukkan bahwa TQM merupakan strategi organisasional
menyeluruh yang melibatkan semua jenjang dan jajaran manajemen dan
karyawan. Setiap orang terlibat dalam proses TQM. Lebih lanjut, kata
“total” berarti bahwa TQM mencakup tidak hanya pengguna akhir dan
pembeli eksternal saja, tetapi juga pelanggan internal, pemasok bahkan
personalia yang mendukung.
2.1.2 Pengertian kualitas
Bukan berarti sekedar produk bebas cacat, tetapi TQM lebih
menekankan pelayanan kualitas. Kualitas didefinisikan oleh pelanggan,
bukan organisasi atau manajer departemen pengendalian kualitas.
Kenyataan bahwa ekspektasi pelanggan bersifat individual, tergantung
pada latar belakang sosial ekonomis dan karakteristik demografis,
mempunyai implikasi penting : kualitas bagi seorang pelanggan
mungkin tidak sama bagi pelanggan lain.
2.1.3 Pengertian Manajemen
Mengandung arti bahwa TQM merupakan pendekatan
manajemen, bukan pendekatan teknis pengendalian kualitas yang sempit.
Pendekatan TQM sangat berorientasi pada manajemen orang.
Implementasi TQM mensyaratkan berbagai perubahan organisasional
dan manajerial total dan fundamental, yang mencakup misi, visi,
orientasi strategic, dan berbagai praktek manajemen vital lainnya.
2.1.4 Pengertian GKM “Gugus Kendali Mutu”
Istilah Gugus Kendali Mutu (GKM) pertama kali lahir sebagai
respon terhadap munculnya persoalan “krisis produktivitas”. Fenomena
ini pertama kali mencuat di dunia industri yang melibatkan negara-
negara industri terutama di Jepang dan Amerika pada tahun 1970-an dan
1980-an.

4
Peningkatan produktivitas bisa dilakukan dengan berbagai
pendekatan antara lain meningkatkan efisiensi di bidang input atau
meningkatkan hasil per satuan unit input yang digunakan dalam proses
itu. Efisiensi input bisa dilakukan dengan menekan biaya produksi
terutama biaya tenaga kerja. Namun pendekatan ini diragukan
keberhasilannya karena hal itu akan berarti menurunkan standar hidup
buruh, oleh karenanya jika pendekatan ini dilakukan malah akan
menyebabkan kontra produktif. Pengalaman di Jepang untuk
meningkatkan produktivitas ini adalah dengan mengintroduksi
penggunaan robot terutama bagi pekerjaan yang dilakukan berulang-
ulang, berbahaya dan pekerjaan yang kurang disenangi. Namun cara itu
bagi Amerika Utara dianggap akan menyebabkan kehilangan pekerjaan.
Munculnya berbagai persoalan tersebut pada akhirnya membawa solusi
dengan memberikan perhatian pada faktor manusia. Bagaimana
mengarahkan karyawan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai
kepuasan yang lebih besar, memperoleh motivasi yang lebih tinggi dan
dengan demikian menjadi lebih produktif? Kuncinya terletak dalam
partisipasi karyawan pada semua tingkatan dalam organisasi dalam
proses pengambilan keputusan. Sehingga muncull konsep “Gugus
Kendali Mutu” (GKM) atau disebut juga Quality Control Circle (QCC).
Sejalan dengan arus globalisasi, istilah GKM atau QCC semakin sering
digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam upaya menuju Total
Quality Management (TQM) atau manajemen kualitas terpadu. Suatu
sistem manajemen kualitas merupakan sekumpulan prosedur
terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manjemen sistem
yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk
terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Istilah Manajemen
Mutu/Kualitas dewasa ini lazim dan merupakan metoda yang biasa
digunakan oleh manajer untuk memberikan bukti pengendalian yang
diperlukan untuk memuaskan pelanggan dan kebutuhan pemegang
saham. Elemen yang mendasar dalam manajemen mutu adalah
pemecahan masalah, yang keberadaannya harus dipahami secara

5
sungguh-sungguh
Persoalannya adalah bagaimana meyakinkan para karyawan/staf
untuk merubah pemikiran dasar tentang bagaimana harus bekerja,
bagaimana keputusan harus diambil, dan bagaimana mereka harus
berinteraksi antara satu dengan yang lain, di dalam maupun di luar
organisasi. Dalam situasi sumberdaya yang sangat terbatas, padahal
komitmennya semakin meningkat diharapkan GKM dapat menjadi salah
satu jawaban untuk masalah tersebut.

2.2 Total Quality Management (TQM)


2.2.1 Pengertian TQM
Total Quality Management (TQM) merupakan sistem manajemen
dalam suatu organisasi yang dirancang untuk mengangkat kualitas
dengan melakukan pengendalian kualitas baik pengendalian kualitas pra
proses, pengendalian kualitas selama proses berlangsung dan
pengendalian kualitas terhadap produk yang dihasilkan. Kualitas
dimaksudkan sebagai strategi usaha seluruh anggota organisasi, juga
untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui per-baikan terus
menerus atas produk,jasa,manusia,proses dan lingkungannya.
Pengertian kualitas yang diambil dari “American Society for Quality
Control” (Kotler: 1994) bahwa: “Quality is the totality of features and
characteristics of a product or service that bear on its ability to satisty
stated of implied needs.
Definisi di atas berkonotasi kepada pelanggan. Produk bermutu
kalau dapat memuaskan para pelanggan yang mengkonsumsi produk
tersebut. Dalam hal kualitas dianggap layak, maka diperlukan suatu
produk untuk dapat memenuhi dimensi-dimensi berikut ini:
1. Performance: seberapa cocok produk itu digunakan sesuai dengan
fungsi pemenuhan kebutuhannya
2. Features: konten dari produk yang membedakannya dari produk lain

3. Reliability: seberapa lama produk itu dapat bertahan dari kerusakan

6
4. Conformance: sejauh mana produk dapat dikembangkan oleh
konsumen itu sendiri.
5. Durability: seberapa lama produk dapat digunakan sampai benar
benar tidak dapat dipakai lagi
6. Serviceability, speed, cost, easy to repair: ada tidaknya servis center
dan seberapa banyak biaya yang dikeluarkan konsumen untuk itu.
7. Esthetic: nilai keindahan dari produk, termasuk dalam definisi ini
adalah tampilan fisik produk.
8. Percieved quality: kesan yang membekas dari produk pada
pemikiran konsumen.

⚫ Dalam wikipedia, Total Quality Management (TQM) dikatakan


sebagai “Strategi manajemen yang ditujukan untuk menanamkan
kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi.”

⚫ Sesuai dengan definisi dari ISO, bahwa TQM adalah: "Suatu


pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada
kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan
untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta
memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta
masyarakat."
⚫ Feigenbaum (1991) memberikan definisi yang lengkap atas TQM:
"Sistem kualitas total dijelaskan sebagai salah satu yang merangkum
keseluruhan siklus kepuasan pelanggan dari interpretasi keperluannya
terutama pada tahap pemesanan, melalui pasokan produk atau jasa
dari harga ekonominya dan pada persepsinya dari produk setelah dia
telah menggunakannya sepanjang perioda waktu".
⚫ Fandy Tjipto (1996) mendefinisikan TQM sebagai berikut: “Suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan

TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi

7
pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik
dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan
suatu organisasi. Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan,
kebutuhan, dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input
dalam organisasi untuk memproduksi barang atau jasa yang pada
gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output).

2.2.2 Sejarah Perkembangan Total Quality Management (TQM)

Perkembangan Total Quality Management (TQM)/Manajemen


Mutu Terpadu pada mulanya sebagai suatu sistem perkembangan di
Amerika Serikat.

Buah pikiran mereka pada mulanya kurang diperhatikan oleh


masyarakat, khususnya masyarakat bisnis. Namun, beberapa dari
mereka merupakan pemegang kunci dalam pengenalan dan
pengembangan konsep mutu. Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam
manajemen terpadu telah dihargai di seluruh dunia.
Adapun konsep-konsep mereka tentang mutu terpadu secara
garis besar dapat dikemukakan berikut ini.
1. F.W. Taylor (1856-1915)
Seorang insinyur yang mengembangkan satu seri konsep yang
merupakan dasar dari pembagian kerja (division of work). Ia
melakukan analisis dengan pendekatan gerak dan waktu (time and
motion study) untuk pekerjaan manual dan memperoleh gelar “Bapak
Manajemen Ilmiah” (The Father of Scientific Management). Dalam
bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori
manajemen, yaitu sebagai berikut:
 Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus
diselesaikan dalam satu hari
 Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk
menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya.
 Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi

8
maksimal.
 Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak
mencapai sasaran yang telah ditentukan (personal loss).
Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja.
Dengan demikian, dia memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab
untuk memperbaiki kerja.

2. Shewart (1891-1967)
Seorang ahli statistik yang bekerja pada “Bell Labs” selama
periode 1920-1930. Dalam bukunya The Economic Control of Quality
Manufactured Products, diperoleh suatu kontribusi yang menonjol
dalam usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil pengolahan. Dia
mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan dan
variasi dapat dimengerti melalui penggunaan alat statistik yang
sederhana. Sampling dan probabilitas digunakan untuk membuat
control chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu, untuk
memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak. Penemuan
Shewhart sangat menarik bagi Deming dan Juran, yaitu kedua sarjana
ahli dalam bidang statistik.
3. Edward Deming
Lahir tahun 1900 dan mendapat Ph.D. pada 1972 sangat
menyadari bahwa ia telah memberikan pelajaran tentang pengendalian
mutu secara statistik kepada para insinyur bukan kepada para manajer
yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Katanya “Quality is
not determined on the shop floor but in the executive suite”. Pada
tahun 1950 beliau diundang oleh “The Union to Japanese Scientists
and Engineers (JUSE)” untuk memberikan ceramah tentang
mutu/kualitas. Pendekatan Deming dapat disimpulkan sebagai berikut.
 Quality is primarily the result of senior management actions and not
the results of actions taken by workers.
 The system of work that determines how work is performed and only
managers can create system.

 Only manager can allocate resources, provide training to workers,

9
select the equipment and tools that worekers use, and provide the
plant and environment necessary to achieve quality.
 Only senior managers determine the market in which the firm will
participate and what product or service will be solved.
4. Prof. Juran
Ia mengunjungi Jepang pada tahun 1945. Di Jepang Juran
membantu pimpinan Jepang di dalam menstrukturisasi industri
sehingga mampu mengekspor produk ke pasar dunia. Ia membantu
Jepang untuk mempraktikkan konsep mutu dan alat- alat yang
dirancang untuk pabrik ke dalam suatu seri konsep yang menjadi
dasar bagi suatu “management process” yang terpadu. Juran
mendemonstrasikan tiga proses manajerial untuk mengelola keuangan
suatu organisasi yang dikenal dengan trilogy Juran, yaitu finance
planning, financial control, financial improvement. Adapun perincian
trilogi itu sebagai berikut:
 Quality planning, yaitu suatu proses yang mengidentifikasi
pelanggan dan proses yang akan menyampaikan produk dan jasa
dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer
pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna
memuaskan pelanggan.
 Quality control, yaitu suatu proses di mana produk benar-benar
diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-
kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah
diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak
segera diperbaiki.
 Quality improvement, yaitu suatu proses di mana mekanisme yang
sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai
berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-sumber,
menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu,
melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu, dan pada
umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar
mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya.

10
Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu terpadu atau
TQM sudah muncul di daratan Amerika dan Jepang. Kebangkitan
Jepang dalam bidang industri terjadi setelah kekalahan perang dunia
kedua yaitu dimulai dengan pembangunan sistem kualitas modern.
Pembangunan sistem itu dipicu oleh W.Edward Deming yang
berbicara di depan para ilmuwan dan insinyur Jepang pada tahun 1950.
Deming mengemukakan bahwa proses industri harus dipandang sebagai
suatu perbaikan yang terus menerus (Continuous quality improvement)
yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide untuk menghasilkan
suatu produk, pengembangan produk, proses produksi sampai dengan
distribusi kepada pelanggan; seterusnya berdasarkan informasi sebagai
umpan balik yang dikumpulkan dari konsumen dari produk ide-ide
untuk menciptakan produk baru atau meningkatkan kualitas produk
lama beserta proses produksi yang ada saat ini.
Terpicu oleh pemikiran Deming maka tercapai keberhasilan
yang dramatis dari industri Jepang dalam meningkatkan manajemen
kualitas. Jepang mempelajari perusahaan-perusahaan industri kelas
dunia yang berhasil, sehingga menghasilkan suatu konsep yang
dinamakan Total Quality Management (TQM). Di Jepang, TQM
dirangkum menjadi empat langkah, yaitu sebagai berikut.
 Kaizen: difokuskan pada improvisasi proses berkelanjutan
(continuous Improvement) sehingga proses yang terjadi pada organisasi
menjadi visible (dapat dilihat), repeatable (dapat dilakukan secara
berulang-ulang), dan measurable (dapat diukur).
 Atarimae Hinshitsu: berfokus pada efek intangible pada proses dan
optimisasi dari efek tersebut.
 Kansei: meneliti cara penggunaan produk oleh konsumen untuk
peningkatan kualitas produk itu sendiri.
 Miryokuteki Hinshitsu: manajemen taktis yang digunakan dalam
produk yang siap untuk diperdagangkan.

11
⚫ Inspection adalah pemeriksaan secara seksama terhadap suatu
produk yang dihasilkan apakah sesuai dengan standar dan aturan yang
telah ditetapkan padanya.Inspeksi atau Inspection adalah menguji
produk-produk yang akan dikirim ke pelanggan untuk memastikan tidak
ada yang cacat dan sesuai dengan persyaratan kualitas yang telah
ditentukan. Inspection (Inspeksi) diperlukan untuk memastikan kualitas
produk yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan dan standarnya
sehingga kepuasan pelanggan dapat terjaga dengan baik. Selain
mengendalikan kualitas dan menjaga kepuasan pelanggan, Inspeksi juga
dapat mengurangi biaya-biaya manufakturing akibat buruknya kualitas
produksi seperti biaya pengembalian produk dari pelanggan, biaya
pengerjaan ulang dalam jumlah banyak dan biaya pembuangan bahan
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
⚫ Quality Control adalah aktivitas memelihara dan memperbaiki
produk dan service Yang menjadi tanggung jawab seluruh karyawan
atau pihak yg terlibat. Tugas QC dalam industri adalah memeriksa
secara visual untuk bisa menguji produk. Pemeriksaan suatu produk
dapat berlangsung sebelum, selama dan setelah proses dalam produksi.
Suatu perusahaan dapat menentukan standar kualitas, proses dan
prosedur internal masing-masing dan mengembangkannya dari waktu
ke waktu, kemudian pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder)
tersebut diminta untuk mengikutinya. Proses untuk memastikan semua
pihak yang berkepentingan tersebut mengikuti dan mematuhi standar
dan prosedur yang ditentukan inilah disebut dengan proses
pengendalian kualitas atau Quality Control.Quality Control ini berkaitan
dengan kegiatan operasional dan teknik yang digunakan untuk
memenuhi persyaratan kualitas. Tujuan utama Pengendalian Kualitas
atau Quality Control adalah memastikan bahwa produk yang akan
dikirimkan ke pelanggan adalah bebas dari cacat dan dapat diterima
sesuai dengan persyaratan kualitas yang ditentukan. Jika ditemukan
produk yang cacat maka diperlukan tindakan perbaikan yang sesuai.
⚫ Quality Assurance (QA) atau jika diterjemahkan langsung ke

12
dalam bahasa Indonesia adalah “Penjaminan Kualitas”. Istilah
“Assurance” atau “Jaminan” menyatakan suatu kepastian ataupun
kepercayaan terhadap produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.
Quality Assurance (QA) menjamin kualitas produk yang dihasilkan dan
memastikan proses pembuatan produk tersebut sesuai dengan standar
dan persyaratan yang telah ditentukan. Quality Assurance merupakan
suatu pendekatan yang berbasis PROSES (process base approach) yang
tujuan utamanya adalah mencegah produk cacat mulai dari tahap
perencanaan (planning) hingga tahap pengiriman produk ke pelanggan
sehingga menghindari terjadi pengerjaan ulang (rework) dan keluhan
pelanggan yang akan merugikan reputasi perusahaan serta pengeluaran
biaya-biaya akibat kualitas yang buruk. Quality Assurance adalah
proses yang pro-aktif yaitu melakukan penekanan terhadap
perencanaan, dokumentasi dan penentuan panduan kualitas pada awal
proyek dimulai untuk memahami persyaratan dan standar kualitas yang
diharapkan. Setelah semua persyaratan dan standar kualitas yang
diinginkan tersebut di-identifikasikan, maka diperlukan pengembangan
perencanaan untuk memenuhi persyaratan dan standar kualitas yang
diinginkan tersebut.
⚫ Total Quality Management dapat didefinisikan dari tiga kata yang
membentuknya, yaitu Total (keseluruhan), Quality (kualitas/derajat
keunggulan barang dan jasa), Management (tindakan, seni, cara
menangani, pengendalian).

2.2.3 Karakteristik Total Quality Management


1. Pelanggan (Internal dan Eksternal)
2. Obsesi terhadap kualitas
3. Pendekatan ilmiah
4. Komitmen jangka panjang
5. Kerjasama tim
6. Perbaikan sitem berkelanjutan
7. Pendidikan dan pelatihan

13
8. Kebebasan terkendali
9. Kesatuan tujuan
10. Keterlibatan dab pemberdayaan karyawan

2.2.4 Manfaat Total Quality Management

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan TQM


khususnya bagi pelanggan perusahaan maupun bagi staf dan karyawan.
Manfaat tersebut didasarkan pada sistem kerja dari program TQM yang
berlandaskan pada perbaikan berkesinambungan atau berkelanjutan. Hal
ini akan mengurangi berbagai bentuk pemborosan dan meningkatkan
kepuasan pelanggan. Kedua faktor itu pada akhirnya akan meningkatkan
profit atau keuntungan.
1.Harga produk yang lebih tinggi
2.Meningkatkan pangsa pasar
3.Meningkatkan penghasilan/ Laba
4.Mengurangi biaya operasional
5.Meningkatkan Output yang bebas dari kerusakan
6.Perbaikan kualitas
7.Memperbaiki posisi persaingan

Manfaat TQM bagi perusahaan adalah:


1. Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
2. Staff lebih termotivasi
3. Produktivitas meningkat
4. Biaya turun (cost reduction)
5. Produk cacat berkurang
6. Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat
7. Membantu terciptanya team work
8. Membuat perusahaan lebih sensitive terhadap kebutuhan pelanggan
9. Hubungan antara staff departemen yang berbeda lebih mudah

Manfaat TQM bagi customer/pelanggan adalah:


1. Pelanggan lebih diperhatikan

14
2. Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk ataupun
pelayanan
3. Kepuasan pelanggan terjamin

2.2.5 Perbedaan TQM dengan Teknik Metode lainnya


Aspek TQM Metode Manajemen Lain

Asal Intelektual Teori statistik: Analisi Ilmu Sosial : Ekonomi


sampling dan varians Mikro, Psikologi dan
Sosiologi
Sumber Inovasi Insiyur Industri dan Sekolah Bisnis
Fisikawan yang berkerja terkemuka dan
disektor industri dan Perusahaan Konsultan
lembaga pemerintahan Manajemen
Asal Negara Internasional : Amerika Serikat,
Kelahiran dikembangkan di USA, kemudian di transfer secara
kemudian ditransfer ke internasional
Jepang setelah itu tersebar
ke Amerika Utara dan
Eropa
Proses Populist : Perusahaan- Hieraki : dari perusahaan-
Penyebaran perusahaan kecil dan perusahaan industri
manajer madya terkemuka ke
memainkan peranan yang perusahaan-perusahaan
menonjol yang lebih kecil dan
kyrang menoniol; dan
dalam perusahaan dari
manjemen puncak ke
manajemen bawahnya.

2.2.6 Prinsip-Prinsip Total Quality Management (TQM)


bersumber dari atas ke bawah dan beroperasi dari bawah ke atas
bila diinginkan berjalan efektif, ini bisa dicapai bila organisasi menganut
system desentralisasi

15
2.2.7 Piranti atau Alat TQM
Penerapan Total Quality Management dipermudah oleh beberapa
piranti, yang sering disebut “alat TQM”. Alat-alat ini membantu kita
menganalisis dan mengerti masalah-masalah serta membantu membuat
perencanaan. Delapan alat TQM yang diuraikan adalah sebagai berikut:
1. Curah pendapat (sumbang saran) – Brainstorming
Curah pendapat adalah alat perencanaan yang dapat digunakan
untuk mengembangkan kreativitas kelompok. Curah pendapat dipakai,
antara lain untuk menentukan sebab-sebab yang mungkin dari suatu
masalah atau merencanakan langkah-langkah suatu proyek
2. Diagram alur (bagan arus proses) – Flow Chart
Bagan arus proses adalah satu alat perencanaan dan analisis yan
digunakan, antara lain untuk menyusun gambar proses tahap demi
tahap untuk tujuan analisis, diskusi, atau komunikasi dan menemukan
wilayah- wilayah perbaikan dalam proses.
3 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu alat analisis yang digunakan
untuk menganalisis masalah-masalah dengan kerangka Strengths
(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan
Threats (ancaman).
4 Ranking preferensi
Alat ini merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan
untuk memilih gagasan dan pemecahan masalah di antara beberapa
alternatif.
5 Analisis tulang ikan
Analisis tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-

16
akibat) merupakan alat analisis, antara lain untuk mengkategorikan
berbagai sebab potensial dari suatu masalah dan menganalisis apa yang
sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.
6 Penilaian kritis
Penilaian kritis adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan
untuk memeriksa setiap proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat
ini membantu kita untuk memikirkan apakah proses itu memang
dibutuhkan, tepat, dan apakah ada alternatif yang lebih baik.
7 Benchmarking

Benchmarking adalah proses pengumpulan dan analisis data


dari organisasi kita dan dibandingkan dengan keadaan di dalam
organisasi lain. Hasil dari proses ini akan menjadi patokan untuk
memperbaiki organisasi kita secara terus menerus. Tujuan
benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan
sehingga menjadi yang terbaik.
8 Diagram analisis medan daya (bidang kekuatan)
Diagram medan daya merupakan suatu alat analisis yang dapat
digunakan, antara lain untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam
mencapai suatu sasaran dan mengidentifikasi berbagai sebab yang
mungkin serta pemecahan dari suatu masalah atau peluang.

2.3 Gugus Kendali Mutu


2.3.1 Pengertian Gugus Kendali Mutu (GKM)
GKM adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri dari 3 - 8
orang dari unit kerja yang sama, yang dengan sukarela secara berkala
dan berkesinambungan mengadakan pertemuan untuk melakukan
kegiatan pengendalian mutu ditempat kerjanya dengan menggunakan
alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah. GKM merupakan
bagian integral dari PMT dalam suatu organisasi.
Tujuan penerapan GKM antara lain :
1. Peningkatan mutu dan peningkatan nilai tambah

17
2. Peningkatan produktivitas sekaligus penurunan biaya
3. Peningkatan kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai target
4. Peningkatan moral kerja dengan mengubah tingkah laku
5. Peningkatan hubungan yang secara baik antara atasan dan bawahan
6. Peningkatan keterampilan dan keselamatan kerja
7. Peningkatan kepuasan kerja
8. Pengembangan tim dan (Gugus Kendali Mutu)

Pengertian Gugus Kendali Mutu menurut ahli di bidang tersebut


sebagai sub bahasannya.
1. Hasibuan (2005:232) mengemukakan sebagai berikut: “ gugus kendali
mutu adalah kelompok kecil dari lingkup kerja dengan sukarela melakukan
kegiatan pengendalian dan perbaikan secara berkesinambungan dengan
mengunakan tekhnik tekhnik quality control “. Sehubungan dengan uraian
tersebut, berikut ini dikemukakan bahwa bagaimanapun rendahnya
kedudukan seseorang dalam suatu organisasi,sesungguhnya mereka ingin
membanggakan organisasi tempat kerjanya tersebut. Bersama-sama
mereka sebagai SDM organisasi tentunya ingin pula menunjukan peranan
mereka kepada organisasi tempat mereka bekerja. Namun dangan
kenyataan yang demikian itu, kurang atau bahkan tidak disadari oleh
kebanyakan penguasa organisasi tersebut.

2.3.2 Sejarah Gugus Kendali Mutu


Sejak dahulu, terutama di Eropa dan Amerika Serikat
dikembangkan konsep manajemen dan organisasi yang bertujuan
menungkatkan kinerja organisasi. Antara lain dapat dikemukakan adalah
konsep Max Weber tentang birokrasi. Konsep Taylor tentang
Manajemen Ilmiah,Fanyol dengan empat belas prinsip,serta konsep
perilaku manusia yang mengutamakan motivasi dan pendekatan
demokrasi. Konsep serta prinsip organisasi dan manajemen ini, telah
mampu meningkatkan efisiensi dan organisasi baik pada perusahaan,
pemerintah, dan organisasi sosial. Total Quality Control (pengendalian

18
mutu terpadu) diprakrasai oleh Dr.J.M. Juran dan Dr.E.W. deming dan
dikembangkan di Jepang oleh Kaora Ishitawa dengan menerapkan
Quality Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu

Pendapat dari para ahli mengenai Gugus

a. Kendali Mutu 1. Saydam (2000: 573)


“Tujuan gugus kendali mutu dapat pula diterjemahkan sebagai
keuntungan yang diperoleh dengan adanya kegiatan gugus kendali
mutu dalam perusahaan atau organisasi. Tujuan gugus kendali mutu
tersebut adalah :
1. Meningkatkan ketelibatan karyawan pada permasalahan
pekerjaan, dan upaya pemecahannya
2. Menggalang kerja sama kelompok (team work) yang lebih
efektif
3. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
4. Meningkatkan pengembangan SDM baik pribadi maupun
kepemimpinannya
5. Menanamkankesadaran bahwa mencegah lebih penting
dari pada memperbaiki
6. Mengurangi kesalahan dan meningkatkan mutu
7. Meningkatkan motivasi dan komunikasi dalam kelompok
8. Menciptakan hubungan kerja antara atasan dan bawahan yang
lebih serasi
9. Meningkatkan pengendalian dan pengurangan biaya”.
b. Terry dalam Winardi (1986: 163)

“Perencanaan (planning) adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha


menghubung- hubungkan antara fakta yang satu dengan fakta yang
lain; kemudian mebuat perkiraan dan peramalan keadaan dan
permusan tindakan untuk masa yang akan datang yang sekiranya
diperlukan untuk mencapai hasil yang dihendaki”.

Dengan demikian, perencanaan tugas adalah tindakan memilih dan


menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan

19
asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal
memvisualisasi serta merumuskan aktivitas-aktivitas tugas yang
diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang
diinginkan.
c. Jones (1984: 165)

“implementation is a process of getting additional resources so as to


figure out what is to be done”.Implementasi rencana tugas adalah
bentuk tindakan yang berinteraksi dengan aktivitas tugas.

d. Burhan (1994: 274)

“proses menjamin pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan


rencana yang ada”. Pengendalian rencana tugas adalah proses
penilaian hasil pelaksanaan dan tindakan koreksi kalau pelaksanaan
rencana kerja berbeda dengan apa yang direncanakan. Lebih lanjut
Burhan (1994: 275) mengemukakan, bahwa, proses penilaian rencana
tugas tersebut, mencangkup tiga tahap pokok, yaitu menetapkan
standar, mengukur pelaksanaan terhadap standar, dan mengoreksi
penyimpangan- penyimpangan dari standar.

Gugus kendali mutu ini juga bertujuan menggalang kerja sama


kelompok. Dalam kaitan ini adalah dalam rangka meningkatkan peran
masing-masing pegawai dalam mencapai tujuan bersama antara lain
dengan melakukan transformasi peran individu yang menuntut
kemampuan, cara kerja, cara piker, dan peran baru pegawai.
Membentuk tim kerja dan komunikasi yang terbuka dengan seluruh
pegawai adalah sangat penting sekali bagi organisasi, karena dengan
tim kerja pegawai tidak hanya dalam menyelesaikan tugas tetapi juga
sharing knowledge.
e. Menurut Hasibuan (2007: 233)

untuk mencapai keberhasilan maka program gugus kendali mutu harus


mentapkan sasaran-sasaran dengan jelas antara lain :
1. Pengembangan diri

20
2. Pengembangan bersama

3. Perbaikan mutu

4. Perbaiakan komunikasi dan sikap

5. Pengembangan tim dan produktivitas kerja

6. Mengurangi keluhan dan absensi

7. Memperbaiki kedisiplinan dan pertisipasi positif karyawan

8. Meningkatkan loyalitas dan kepuasan karyawan

9. Memperkuat kerja sama antara semua tingkatan dalam


perusahaan

10. Meningkatkan afisiensi dan keselamatan kerja.


f. Hamzah (1991: 35)

“mempertinggi semangat juang. Semangat juang erat hubungannya


dengan lingkungan umum hubungan manusia. hubungan manusia
yang tidak baik dan semangat juang yang rendah akan menjauhkan
pencapaian tiap sasaran.” Dan selanjutnya Hamzah mengemukakan
terkait dengan sasaran gugus kendali mutu , yaitu “memperluas
cara berpikir dan penghasilan yang lebih baik”.

Di kemukakan bahwa peran anggota gugus kendali mutu terhadap


keberhasilan gugus kendali mutu ini adalah:
1. Menghadiri dan aktif dalam setiap pertemuan gugus kendali
mutu

2. Menjadi penyimak yang baik dalam pertemuan

3. Menyumbang saran-saran untuk pemecahan masalah

4. Aktif dalam setiap analisis masalah

5. Mengumpulkan data yang diperlukan

6. Memelihara kerja sama yang baik antaranggota

7. Melaksanakan semua program kegiatan gugus kendali mutu

21
8. Berusaha mengembangkan potensi diri

9. Melaksanakan konsep-konsep dan teknik-teknik gugus kendali


mutu

2.3.3 Kegiatan unit GKM Sarana Pengendalian Mutu

Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu ini, GKM


memutar roda Deming (PDCA) dan melakukan 8 langkah dan 7 alat
secara berkesinambungan yaitu:
A. Delapan Langkah

P berarti “Planning” (Perencanaan)


meliputi 4 langkah yaitu:

L1 : Menentukan pokok masalah

L2 : Membahas penyebab

22
L3 : Menguji penyebab

L4 : Menyusun rencana
penanggulangan

D berarti “Do” (Pelaks

L5 : Pelaksanaan penaggu

C berarti “Check” (Meneliti Hasil) meliputi 1


langkah

yaitu: L6 : Meneliti hasil

A berarti “Action” (Tindakan) meliput 2


langkah yaitu:

L7 : Standarisasi
L8 : Langkah berikutnya

B. 7 alat / 7 Basic Tools terdiri dari


1. Check Sheet
2. Statifikasi
3. Diagram Pareto
4. Diagram Sebab Akibat
5. Histogram
6. Scater Diagram
7. Control Chart

2.3.4 Penggunaan 8 Langkah dan 7 Alat

23
2.3.5 Perangkat GKM
Perangkat-perangkat GKM adalah Fasilitator, Ketua GKM,
Anggota dan Pimpinan Organisasi. Setiap perangkat tersebut mempunyai
tugas dan fungsi masing-masing sebagai berikut
1. Fasilitator
Fasilitator adalah seorang pembimbing dalam memecahkan
persoalan/masalah yang dihadapi dan sekaligus meribah sikap mental
para karyawan khususnya anggota GKM diperusahaan yang
bersangkutan, agar para karyawan menyadari sepenuhnya bahwa
seluruh karyawan wajib menjaga dan meningkatkan mutu produk dari
perusahaannya. Tugas utama yang harus dilakukan oleh seorang
fasilitator adalah :

a. Memilih objek perusahaan industri/pedagang kecil untuk


komoditi tertentu, kemudian membentuk dan membimbing GKM

24
yang telah dipilihnya

b. Mengarahkan aktivitas GKM dalam berbagai tahap yaitu :


1) Permulaan 2)Latihan 3)Pengembangan 4)Pendewasaan
5)Penutupan
c. Membimbing GKM untuk mengadakan pertemuan kelompok
secara periodic sekurang-kurangnya sekali dalam satu minggu
guna mencari masalah pokok dan mencari pemecahan masalah
tersebut hingga tuntas.
d. Memberikan cara-cara menetapkan judul/masalah, mencari
penyebab (diagram tulang ikan), pemecahan masalah (8 langkah
7 alat), pembuatan risalah dan presentasi
e. Memberikan saran-saran pemecahan masalah apabila terjadi
kemacetan
f. Mencari ide-ide
g. Melakukan evaluasi terhadap hasil GKM dalam rangka
penyempurnaan/seleksi kelompok GKM, dan untuk
melaksanakan tindak lanjut program selanjutnya.
h. Mengorganisir pertemuan-pertemuan informal
i. Mendampingi kelompok GKM selama mengikuti Konvensi.
j. Membuat laporan kegiatan GKM kepada Koordinator Fasilitator

Seorang Fasilitator adalah yang telah memperoleh pelatihan


Fasilitator dan memiliki pengetahuan tentang pekerjaan dalam
organisasi perusahaan industri/perusahaan dagang, antara lain :
1. Operasi dari perusahaan industri/dagang
2. Jasa produksi
3. Hubungan dengan penjualan/pembelian
4. Manajemen perusahaan
2. Ketua Gugus, dengan tugas :
a. Membuat rencana untuk pertemuan
b. Membangkitkan semangat kegiatan kelompok
c. Menyimpulkan

25
d. Menjaga kontinuitas kerja kelompok dengan cara memelihara
koordinasi yang harmonis
e. Menyimpulkan hal apa yang harus dilakukan untuk pertemuan
berikutnya
f. Bertanggung jawab atas catatan-catatan kegiatan kelompok yang
dipimpinnya dengan menggunakan sebuah agenda (Recording &
Filling) dan membuat segala sesuatunya menjadi jelas dengan
menggunakan flip charts
g. Bekerja berdasarkan masalah para anggota dan kritik terhadap
kelompok
h. Menjaga agar rapat-rapat berjalan dalam jalur (tata tertib) yang
betul
i. Menjadi perantara utama (Key Link) antara kepentingan anggota
kelompok dan atasan (manajemen).
j. Bertanggungjawab atas kekompakan kelompok.
k. Mengatur waktu secara baik serta memulai dan mengakhiri
pertemuan tepat pada waktunya
l. Perlihatkan kesungguhan hati dan perhatian yang penuh terhadap
proses kendali mutu

3. Anggota Gugus, dengan tugas :


a. Menghadiri semua pertemuan kelompok dan menyenangi
pekerjaan
b. Mempelajari metoda statistik dalam rangka penerapan Delta (8
langkah dan 7 alat).
c. Hadir dalam setiap pertemuan tepat pada waktunya serta
mengikuti peraturan tata tertib dan kebijaksanaan GKM
d. Berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah
e. Mempromosikan program GKM dan membantu menarik
anggota baru masuk gugus

4. Pimpinan Organisasi, Peranan Pimpinan organisasi adalah sebagai

26
pengarah yang meliputi kegiatan :
a. Memberi pengarahan kepada karyawan tentang manfaat GKM
dan mempromosikan program GKM
b. Menentukan arah dan tujuan pembentukan GKM
c. Menyusun wadah organisasi dan menyiapkan sarana GKM
d. Memberikan petunjuk pelaksanaan GKM
e. Mendorong kegiatan-kegiatan GKM
f. Memilih dan mengangkat fasilitator
g. Memotivator seluruh kegiatan GKM
h. Menghadiri pertemuan dan meninjau secara tetap
i. Menjaga agar program tetap menarik dan menyenangkan bagi
anggota gugus
j. Mendapatkan bahan latihan dan menambahkan bahan baru untuk
mempertinggi pengetahuan/wawasan bagi para anggota GKM
k. Menilai dan memberikan hadiah dan penghargaan

2.3.6 Faktor Penyebab Kegagalan GKM


1. Kurang dukungan pimpinan
2. Kurang dukungan sumber daya
3. Kurang pemahaman konsep GKM
4. Tidak ada program diklat
5. Tujuan program tidak digariskan secara jelas
6. Kurang informasi dan publikasi (promosi)
7. Adanya praktik dan struktur ketidakadilan
8. Adanya anggapan GKM tidak cocok

2.4 Definisi dan Pandangan Terhadap Biaya Kualitas


Kualitas merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain
(pemasaran, sumber daya manusia, keuangan dan lain-lain). konsep kualitas
bersifat menyeluruh, baik produk maupun prosesnya. Kualitas produk
meliputi kualitas bahan baku dan barang jadi, sedangkan kualitas proses
meliputi kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi

27
perusahaan munakfaktur dan proses penyediaan jasa atau pelayan bagi
perusahaan jasa.
2.4.1 Perspektif Terhadap Kualitas
David Garvin mengidentifikasi adanya 5 alternatif perspektif kualitas
yaitu :
1. Transcendental Approach, Dirasakan tetapi sulit didefinisikan
2. Product-based Approach, Karakteristik produk
3. User-based Approach, Tergantung konsumen
4. Manufacturing-based Approach, Merupakan persyaratan/spesifikasi
5. Value-based Approach, Ditinjau dari segi nilai dan harga

2.4.2 Dimensi Kualitas


1. Performance (Kinerja)
Performance atau Kinerja merupakan Dimensi Kualitas
yang berkaitan dengan karakteristik utama suatu produk.
Contohnya sebuah Televisi, Kinerja Utama yang kita kehendaki
adalah kualitas gambar yang dapat kita tonton dan kualitas suara
yang dapat didengar dengan jelas dan baik.

2. Features (Fitur)
Features atau Fitur merupakan karakteristik pendukung atau
pelengkap dari Karakteristik Utama suatu produk. Misalnya pada
produk Kendaraan beroda empat (mobil), Fitur-fitur pendukung
yang diharapkan oleh konsumen adalah seperti DVD/CD Player,
Sensor atau Kamera Mundur serta Remote Control Mobil.

3. Reliability (Kehandalan)
Reliability atau Kehandalan adalah Dimensi Kualitas yang
berhubungan dengan kemungkinan sebuah produk dapat bekerja
secara memuaskan pada waktu dan kondisi tertentu.

4. Conformance (Kesesuaian)
Conformance adalah kesesuaian kinerja dan kualitas produk
dengan standar yang diinginkan. Pada dasarnya, setiap produk

28
memiliki standar ataupun spesifikasi yang telah ditentukan.

5. Durability (Ketahanan)
Durability ini berkaitan dengan ketahanan suatu produk
hingga harus diganti. Durability ini biasanya diukur dengan umur
atau waktu daya tahan suatu produk.

6. Serviceability
Serviceability adalah kemudahan layanan atau perbaikan
jika dibutuhkan. Hal ini sering dikaitkan dengan layanan purna jual
yang disediakan oleh produsen seperti ketersediaan suku cadang
dan kemudahan perbaikan jika terjadi kerusakan serta adanya pusat
pelayanan perbaikan (Service Center) yang mudah dicapai oleh
konsumen.

7. Aesthetics (Estetika/keindahan)
Aesthetics adalah Dimensi kualitas yang berkaitan dengan
tampilan, bunyi, rasa maupun bau suatu produk. Contohnya bentuk
tampilan sebuah Ponsel yang ingin dibeli serta suara merdu musik
yang dihasilkan oleh Ponsel tersebut.

8. Perceived Quality (Kesan Kualitas)


Perceived Quality adalah Kesan Kualitas suatu produk yang
dirasakan oleh konsumen. Dimensi Kualitas ini berkaitan dengan
persepsi Konsumen terhadap kualitas sebuah produk ataupun
merek. Seperti Ponsel iPhone, Mobil Toyota, Kamera Canon,
Printer Epson dan Jam Tangan Rolex yang menurut Kebanyakan
konsumen merupakan produk yang berkualitas.

2.4.3 Sumber Kualitas


1. Program, Kebajikan dan Sikap
2. Sistem Informasi
3. Desain Produk
4. Kebijakan Produksi

29
5. Manajemen Vendor

2.4.4 Biaya Kualitas


Biaya Kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan
terjadi karena kualitas yang buruk. Jadi, biaya kualitas adalah biaya
yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan
dan pencegahan kerusakan.
Biaya Kualitas digolongkan menjadi 4 yaitu:

1. Biaya Pencegahan (Preventive Cost)

a. Biaya Pelatihan (Training Cost)


b. Proses Capability Studies (Penelitian Kapabilitas Proses)
c. Vendor Survey
d. Quality Planning and Design
2. Biaya Penilaian(Appraisal Cost)
a. Segala Jenis Pengujian (testing) dan Inspeksi
b. Pembelian Peralatan Pengujian dan Inspeksi
c. Peninjauan Kualitas dan Audit (Quality Audit and Review)
d. Biaya Laboratorium
3. Biaya Kegagalan(Failure Cost)Internal
a. Biaya Scrap dan pengerjaan ulang (Rework)
b. Biaya Perubahan Desain (Design Change)
c. Biaya Kelebihan Persedian (Excess Inventory Cost)
d. Biaya Pembelian Bahan
4. Biaya Kegagalan(Failure Cost)Eksternal
a. Biaya Purna Jual / Jaminan (Warranty)
b. Biaya Pengembalian Produk (Return and Recall)
c. Biaya Penangan Keluhan Pelanggan
d. Biaya
Ga
nti
Ru

30
gi

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
TQM merupakan paradigma baru dalam menjalankan strategi
yang berupaya memaksimumkan daya saing perusahaan melalui perbaikan
secara berkesinambungan atas kualitas produk, sumber daya manusia,
proses dan lingkungan organisasi/perusahaan.
TQM telah dikembangkan di banyak negara dengan tujuan
membantu organisasi untuk mencapai kinerja yang sempurna, terutama
dalam memberikan kepuasan pelanggan, yang berdampak terhadap
loyalitas pelanggan dan pangsa pasar yang lebih luas, sehingga dapat
meningkatkan profitabilitas dengan cara melakukan perbaikan kualitas
secara terus menerus. Dan semua manfaat tersebut dapat meningkatkan
daya saing perusahaan untuk tetap survive.
gugus kendali mutu adalah kelompok kecil dari lingkup kerja
dengan sukarela melakukan kegiatan pengendalian dan perbaikan secara
berkesinambungan dengan mengunakan tekhnik tekhnik
quality control (Hasibuan 2005:232)
Total Quality Control (pengendalian mutu terpadu) diprakrasai
oleh Dr.J.M. Juran dan Dr.E.W. deming dan dikembangkan di Jepang oleh
Kaora Ishitawa dengan menerapkan Quality Control Circle (QCC) atau
Gugus Kendali Mutu
Dalam gugus kendali mutu diperlukan peningkatan keterlibatan
pegawai pada permasalahan pekerjaan baik dalam merencanakan tugas,
mengimplementasikan rencana tugas serta mengendalikan rencana tugas

31

Anda mungkin juga menyukai