DISUSUN OLEH :
NAMA : MISHBAHUL ANWAR
NIM : 4201922005
KELAS 6A MJP
2022
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimanakah perspektif terhadap kualitas?
2) Apa saja yang terdapat dalam dimensi kualitas?
3) Bagaimanakah pemikiran tentang kualitas?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan-tujuan dari makalah ini, antara lain sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui tentang perspektif terhadap kualitas.
2) Untuk mengetahui tentang dimensi kualitas.
3) Untuk mengetahui tentang pemiiran tentang kualitas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 DIMENSI KUALITAS
Ada delapan dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin dan dapat digunakan
sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk
manufaktur. Dimensi-dimensi tersebut adalah:
1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder
atau
pelengkap.
3. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh
mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
direparasi;
penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi
produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Bila dimensi-dimensi di atas lebih banyak diterapkan pada perusahaan
manufaktur, maka berdasarkan berbagai penelitian terhadap beberapa jenis jasa,
Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985) berhasil mengidentifikasi lima kelompok
karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa,
yaitu :
1. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,
dan sarana komunikasi.
2. Kehandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu
para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
4. Jaminan (assurance), mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko, atau keragu-
raguan.
5. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
5
e. Menganalisa bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam hal kualitas,
biaya, dan kriteria lainnya (analyze).
Empat Belas Point Deming (Deming’s Fourteen Points)
a. Ciptakan keajegan tujuan dalam menuju perbaikan produk dan jasa.
b. Adopsilah falsafah baru.
c. Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam membentuk mutu produk.
d. Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah
e. Perbaiki secara konstan dan terus-menerus sistem produksi dan jasa.
f. Lembagakan on the job training.
g. Lembagakan kepemimpinan.
h. Hapuskan rasa takut.
i. Hilangkan dinding pemisah antar departemen.
j. Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenag kerja.
k. Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran.
l. Hilangkan penghalang yang dapat merampok kebanggaan karyawan atas
keahliannya.
m. Giatkan program pendidikan dan self-improvement.
n. Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang untuk
mengerjakannya.
Deming’s Seven Deadly Diseases
Merupakan pandangan Deming terhadap faktor-faktor yang dapat merintangi
transformasi menuju bisnis berkualitas tingkat dunia, yakni:
a. Kurangnya keajegan tujuan untuk merencanakan produk dan jasa yang
memiliki pasar yang cukup untuk dapat mempertahankan perusahaan dalam
bisnis dan menyediakan lapangan kerja.
b. Penekanan pada laba jangka pendek.
c. Sistem pemeriksaan personal bagi para manajer dan manajemen
berdasarkan sasaran tanpa menyediakan metode-metode atau sumber daya
untuk mencapai sasaran tersebut.
d. Job hopping oleh para manajer.
e. Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam pengambilan
keputusan, hanya memberikan sedikit pertimbangan atau bahkan tidak sama
sekali terhadap apa yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui.
f. Biaya medis yang terlalu berlebihan.
g. Biaya hutang yang berlebihan, yang dikarenakan para pengacara yang
bekerja berdasarkan tarif kontingensi.
6
a. Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang
dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak.
b. Mengadakan program pelatihan secara luas.
c. Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang
lebih tinggi.
Juran’s Ten Steps to Quality Improvement
Sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas menurut Juran, meliputi:
a. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk
melakukan perbaikan.
b. Menetapkan tujuan perbaikan.
c. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Menyediakan pelatihan.
e. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah.
f. Melaporkan perkembangan.
g. Memberikan penghargaan.
h. Mengkomunikasikan hasil-hasil.
i. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai.
j. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem regular
perusahaan.
The Juran Trilogy
Merupakan ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang utama, yaitu:
a. Perencanaan Kualitas.
b. Pengendalian Kualitas.
c. Perbaikan Kualitas.
7
a. Menjelaskan bahwa manajemen bertekad meningkatkan kualitas untuk
jangka
panjang
b. Membentuk tim kualitas antar departemen
c. Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah saat ini dan masalah potensial
d. Menilai biaya kualitas dan menjelaskan bagaimana biaya itu digunakan
sebagai alat manajemen.
e. Meningkatkan kesadaran akan kualitas dan komitmen pribadi pada semua
karyawan.
f. Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah-masalah
yang
telah diidentifikasi.
g. Mengadakan program zero defects.
h. Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program kualitas
tersebut.
i. Mengadakan Zero Defects Day untuk meyakinkan seluruh karyawan agar
sadar akan adanya arah baru.
j. Mendorong individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi dan
tim.
k. Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen apa
hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapai tujuan
kualitas.
l. Mengakui/menerima para karyawan yang berpartisipasi
m. Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara terus-
menerus
n. Mengulangi setiap tahap tersebut, karena perbaikan kualitas adalah proses
yang tidak pernah berakhir.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas didapatkanlah kesimpulan yaitu biaya kualitas
merupakan biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian,
perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Dan kualitas dapat diukur berdasarkan
biayanya.
Dari beberapa pemikiran tiga pakar kualitas, ada sejumlah kesamaan
yang dikemukakan oleh para pakar, yaitu :
1) Inspeksi bukanlah jawaban atau kunci untuk melaksanakan perbaikan
kualitas.
2) Keterlibatan dan kepemimpinan manajemen puncak sangat penting dan
esensial dalam menciptakan komitmen dan budaya kualitas.
3) Program kualitas membutuhkan usaha dari seluruh bagian/pihak dalam
organisasi dan merupakan komitmen jangka panjang. Untuk itu dibutuhkan
pula pendidikan dan pelatihan.
4) Kualitas merupakan faktor primer, sementara scheduling merupakan faktor
tersebut.
3.2 SARAN
Sehubungan dengan hasil penulisan, kami menyampaikan beberapa saran-saran
sebagai berikut:
1) Diharapkan kepada berbagai lembaga pendidikan pada umumnya, untuk
mengimplementasikan Total Quality management, dalam upaya untuk
mengembangan pemikiran mengenai kualitas di Indonesia
2) Diharapkan kepada pemerintah menggunakan wewenangnya untuk
meminimalisir faktor-faktor teknis yang menyebabkan kualitas turun.
9
DAFTAR PUSTAKA
10