Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN TENTANG KUALITAS

Mata Kuliah : Total Quality Management (TQM)


Dosen Pengampu : Dr. Ichsan, M.Pd

DISUSUN OLEH :
NAMA : MISHBAHUL ANWAR
NIM : 4201922005

KELAS 6A MJP

PROGRAM STUDI D-IV MANAJEMEN PERKEBUNAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi rabbil


‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “PERKEMBANGAN PEMIKIRAN TENTANG KUALITAS” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ujian Akhir Semester dari Bapak Dr. Ichsan, M.Pd selaku dosen pada mata
kuliah Total Quality Management. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “PERKEMBANGAN PEMIKIRAN TENTANG
KUALITAS” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ichsan, M.Pd selaku
dosen pada mata kuliah Total Quality Management yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagikan sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 06 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 2
1.3 TUJUAN ................................................................................................ 2
1.4 METODE PENULISAN ........................................................................ 2
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN .............................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3


2.1 PERSPEKTIF TERHADAP KUALITAS ............................................... 3
2.2 DIMENSI KUALITAS ........................................................................... 4
2.3 PEMIKIRAN TENTANG KUALITAS...................................................
...............................................................................................................4
2.3.1 William Edwards Deming ............................................................... 4
2.3.2 Joseph M. Juran ............................................................................... 5
2.3.3 Philip B. Crosby............................................................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 8


3.1 KESIMPULAN ....................................................................................... 8
3.2 SARAN ................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kualitas menjadi faktor utama bagi konsumen sebelum memutuskan
membeli suatu produk (barang atau jasa). Produk dengan dengan
kualitas baik, tahan lama, dan handal akan menjadi referensi utama
bagi pelanggan ketika dia atau sahabatnya ingin memiliki produk
sejenis. Brand (merek) perusahaan produsen akan meningkat dan
semakin dikenal masyarakat. Sebaliknya, pengalaman seseorang
membeli produk dengan mutu yang mengecewakan (disadari atau tidak) dapat
menjadi ”iklan negatif” yang sangat tidak menguntungkan pihak produsen.
Cepat atau lambat, produk yang berkualitas rendah akan ditinggalkan oleh
konsumen.
Yang menarik, tingkat/standar konsumen akan kualitas suatu produk telah
berubah dari waktu ke waktu dengan tren yang terus meningkat, dimana
konsumen semakin selektif dan kritis. Pilihan merek produsen yang
banyak bisa saja menjadi salah satu penyebabnya. Ketika seorang konsumen
pernah kecewa pada suatu brang tertentu, maka sangat tersedia banyak
pilihan untuk beralih dan mencoba produk merek lain. Selain harga jual
yang kompetitif dan ketersediaan barang/produk ketika calon konsumen
ingin membeli, maka faktor kualitas/mutu adalah hal yang sangat
diperhatikan oleh setiap produsen baikyang bergerak pada industri
elektronik, otomotif, makanan, layanan jasa atau industri apa saja pun.
Buktinya?…Kalau kita masuk ke sebuah perusahaan (yang bergerak di bidang
apa pun) akan sangatjarang ditemukan struktur organisasi tanpa
bagian/departemen kualitas.
Hampir semua perusahaan (khususnya bidang manufaktur)
mempunyai bagian quality controlatau quality assurance atau apa pun
namanya. Bagian atau departemen ini bertanggung jawab terhadap
output produk yang dihasilkan dan dijual di pasar. Sesungguhnya manajemen
kualitas mencatat bahwa ada perubahan/evolusi yang terjadi di duniaindustri
di seluruh dunia yang berlangsung dari waktu ke waktu. Sistem manajemen
kualitas dimulai dengan dilakukannya inspeksi (inspection) pada tahun
1920-an, yang kemudian berkembang menjadi pengendalian kualitas (quality
control) tahun 1940-an. Tidak berhenti disini, pada tahun 1970-an kita
mengenal sistem penjaminan kualitas (qualityassurance), yang kemudian
dalam perkembangan terakhir dari sistem manajemen kualitas menjadi
manajemen kualitas terpadu atau manajemen kualitas total (total quality
management).
Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
dari makalah ini yang berjudul “PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
TENTANG KUALITAS”.

1
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimanakah perspektif terhadap kualitas?
2) Apa saja yang terdapat dalam dimensi kualitas?
3) Bagaimanakah pemikiran tentang kualitas?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan-tujuan dari makalah ini, antara lain sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui tentang perspektif terhadap kualitas.
2) Untuk mengetahui tentang dimensi kualitas.
3) Untuk mengetahui tentang pemiiran tentang kualitas.

1.4 METODE PENULISAN


Untuk menjawab rumusan masalah yang ada, penulis melakukan dari kajian
pustaka dari berbagai sumber. Data tersebut dikumpulkan dan disusun sehingga
membentuk kesatuan isi yang utuh sesuai dengan masalah yang dibahas.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Dalam penulisan makalah ini penulisan mencantumkan sistematika penulisan
yang terdiri dari tiga bab yaitu antara lain :
BAB I : PENDAHULUAN
Di dalam bab pendahuluan ini diuraikan secara singkat mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan sacara teoris mengenai pembahasan yang berhubungan
dengan materi yang dibahas secara keseluruhan.
BAB III : PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bab terakhir yng terdiri dari beberapa kesimpulan dan
saran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERSPEKTIF TERHADAP KUALITAS


Perspektif terhadap kualitas menurut David Garvin (dalam Lovelock, 1994) dan
Ross (1993) mengidentifikasi adanya lima alternatif perspektif kualitas yang biasa
digunakan, yaitu:
1. Transcendental Approach, Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan
atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang
ini biasanya diterapkan dalam seni music, drama, seni tari, dan seni rupa.
2. Product-based Approach, Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai
karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur.
Pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan
dalam selera, kebutuhan, dan preferensi individual.
3. User-based Approach, Pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas
tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling
memuaskan preferensi seseorang (misalnya perceived quality) merupakan
produk yang berkualitas paling tinggi.
4. Manufacturing-based Approach, Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian
spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang seringkali didorong oleh
tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Jadi, yang
menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan,
bukan konsumen yang menggunakannya.
5. Value-based Approach, pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai
dan harga. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relative, sehingga produk
yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.
Akan tetapi yang paling bernilai adalah produk atau jasa yang paling tepat
dibeli (best-buy)
Perbedaan pandangan terhadap kualitas sebagaimana diuraikan di atas dapat
bermanfaat dalam mengatasi konflik-konflik yang kadangkala timbul di antara para
manajer dalam departemen fungsional yang berbeda. Sebaiknya perusahaan
menggunakan perpaduan antara beberapa perspektif kualitas dan secara aktif
menyesuaikan setiap saat dengan kondisi yang ada.
Tabel 1. Contoh Konflik antara Departemen Fungsional
Fungsi Aspek kualitas yang mendapat perhatian utama.
Pemasaran Kinerja, keistimewaan, pelayanan, fokus pada perhatian
pelanggan.
Menekankan pendekatan user-based yang dapat menaikkan
biaya.
Perekayasaan Spesifikasi.
Menekankan pada pendekatan product-based.
Pemanufakturan Sama dengan spesifikasi.
Pengurangan biaya.

4
2.2 DIMENSI KUALITAS
Ada delapan dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin dan dapat digunakan
sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk
manufaktur. Dimensi-dimensi tersebut adalah:
1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder
atau
pelengkap.
3. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh
mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
direparasi;
penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi
produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Bila dimensi-dimensi di atas lebih banyak diterapkan pada perusahaan
manufaktur, maka berdasarkan berbagai penelitian terhadap beberapa jenis jasa,
Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985) berhasil mengidentifikasi lima kelompok
karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa,
yaitu :
1. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,
dan sarana komunikasi.
2. Kehandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu
para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
4. Jaminan (assurance), mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko, atau keragu-
raguan.
5. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, dan memahami kebutuhan para pelanggan.

2.3 PEMIKIRAN TENTANG KUALITAS


Tiga pakar utama yang merupakan pionir dalam pengembangan TQM. Mereka
adalah W. Edwards Deming, Joseph M. Juran, dan Philip B. Crosby.
2.3.1 William Edwards Deming
Banyak yang menganggap bahwa Deming adalah bapak dari gerakan total
quality management. Tahap-tahap dalam Siklus Deming terdiri dari:
a. Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan
produk (plan).
b. Menghasilkan produk (do).
c. Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (check).
d. Memasarkan produk tersebut (act).

5
e. Menganalisa bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam hal kualitas,
biaya, dan kriteria lainnya (analyze).
Empat Belas Point Deming (Deming’s Fourteen Points)
a. Ciptakan keajegan tujuan dalam menuju perbaikan produk dan jasa.
b. Adopsilah falsafah baru.
c. Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam membentuk mutu produk.
d. Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah
e. Perbaiki secara konstan dan terus-menerus sistem produksi dan jasa.
f. Lembagakan on the job training.
g. Lembagakan kepemimpinan.
h. Hapuskan rasa takut.
i. Hilangkan dinding pemisah antar departemen.
j. Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenag kerja.
k. Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran.
l. Hilangkan penghalang yang dapat merampok kebanggaan karyawan atas
keahliannya.
m. Giatkan program pendidikan dan self-improvement.
n. Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang untuk
mengerjakannya.
Deming’s Seven Deadly Diseases
Merupakan pandangan Deming terhadap faktor-faktor yang dapat merintangi
transformasi menuju bisnis berkualitas tingkat dunia, yakni:
a. Kurangnya keajegan tujuan untuk merencanakan produk dan jasa yang
memiliki pasar yang cukup untuk dapat mempertahankan perusahaan dalam
bisnis dan menyediakan lapangan kerja.
b. Penekanan pada laba jangka pendek.
c. Sistem pemeriksaan personal bagi para manajer dan manajemen
berdasarkan sasaran tanpa menyediakan metode-metode atau sumber daya
untuk mencapai sasaran tersebut.
d. Job hopping oleh para manajer.
e. Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam pengambilan
keputusan, hanya memberikan sedikit pertimbangan atau bahkan tidak sama
sekali terhadap apa yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui.
f. Biaya medis yang terlalu berlebihan.
g. Biaya hutang yang berlebihan, yang dikarenakan para pengacara yang
bekerja berdasarkan tarif kontingensi.

2.3.2 Joseph M. Juran


Juran yang memiliki dua gelar kesarjanaan (teknik dan hukum) ini
merupakan pendiri dari Juran Institute, Inc. di Wilton, Connecticut. Institut ini
bergerak dalam bidang pelatihan, penelitian, dan konsultasi manajemen kualitas.
Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok/sesuai untuk digunakan (fitness for
use), yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat
memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya. Pengertian cocok ini
mengandung lima dimensi utama yaitu kualitas desain, kualitas kesesuaian,
ketersediaan, keamanan, dan field use.
Juran’s Three Baasic Steps to Progress
Menurut Juran, ada tiga langkah dasar sebagai langkah yang harus diambil
perusahaan bila mereka ingin mencapai kualitas tingkat dunia yaitu:

6
a. Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang
dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak.
b. Mengadakan program pelatihan secara luas.
c. Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang
lebih tinggi.
Juran’s Ten Steps to Quality Improvement
Sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas menurut Juran, meliputi:
a. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk
melakukan perbaikan.
b. Menetapkan tujuan perbaikan.
c. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Menyediakan pelatihan.
e. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah.
f. Melaporkan perkembangan.
g. Memberikan penghargaan.
h. Mengkomunikasikan hasil-hasil.
i. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai.
j. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem regular
perusahaan.
The Juran Trilogy
Merupakan ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang utama, yaitu:
a. Perencanaan Kualitas.
b. Pengendalian Kualitas.
c. Perbaikan Kualitas.

2.3.3 Philip B. Crosby


Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan,
yang menentang tingkat kualitas yang dapat diterima secara statistic (acceptable
quality level). Ia juga dikenal dengan Quality Vaccine dan Crosby’s Fourteen
Steps to Quality Improvement Pandangan-pandangan Crosby dirangkumnya
dalam ringkasan yang ia sebut sebagai Dalildalil Manajemen Kualitas. Dalil-
dalil tersebut antara lain:
a. Definisi kualitas adalah sama dengan persyaratan.
b. Sistem kualitas adalah pencegahan
c. Kerusakan nol (zero defect) merupakan standar kinerja yang harus digunakan
d. Ukuran kualitas adalah price of non-conformance
Crosby’s Quality Vaccine
Terdiri atas tiga unsur, yaitu Determinasi (Determination), Pendidikan
(Education), dan Pelaksanaan (Implementation). Setiap perusahaan harus
diivaksinasi agar memiliki antibody untuk melawan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan (non-conformances). Ketidaksesuaian ini merupakan sebab,
sehingga harus dicegah dan dihilangkan. Dalam menyiapkan vaksinasi, suatu
perusahaan perlu membuat lima unsur, yaitu:
a. Integritas.
b. Sistem
c. Komunikasi
d. Operasi
e. Kebijakan
Crosby’s Fourteen Steps to Quality Improvement
Empat belas langkah untuk perbaikan kualitas menurut Crosby terdiri atas:

7
a. Menjelaskan bahwa manajemen bertekad meningkatkan kualitas untuk
jangka
panjang
b. Membentuk tim kualitas antar departemen
c. Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah saat ini dan masalah potensial
d. Menilai biaya kualitas dan menjelaskan bagaimana biaya itu digunakan
sebagai alat manajemen.
e. Meningkatkan kesadaran akan kualitas dan komitmen pribadi pada semua
karyawan.
f. Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah-masalah
yang
telah diidentifikasi.
g. Mengadakan program zero defects.
h. Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program kualitas
tersebut.
i. Mengadakan Zero Defects Day untuk meyakinkan seluruh karyawan agar
sadar akan adanya arah baru.
j. Mendorong individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi dan
tim.
k. Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen apa
hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapai tujuan
kualitas.
l. Mengakui/menerima para karyawan yang berpartisipasi
m. Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara terus-
menerus
n. Mengulangi setiap tahap tersebut, karena perbaikan kualitas adalah proses
yang tidak pernah berakhir.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas didapatkanlah kesimpulan yaitu biaya kualitas
merupakan biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian,
perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Dan kualitas dapat diukur berdasarkan
biayanya.
Dari beberapa pemikiran tiga pakar kualitas, ada sejumlah kesamaan
yang dikemukakan oleh para pakar, yaitu :
1) Inspeksi bukanlah jawaban atau kunci untuk melaksanakan perbaikan
kualitas.
2) Keterlibatan dan kepemimpinan manajemen puncak sangat penting dan
esensial dalam menciptakan komitmen dan budaya kualitas.
3) Program kualitas membutuhkan usaha dari seluruh bagian/pihak dalam
organisasi dan merupakan komitmen jangka panjang. Untuk itu dibutuhkan
pula pendidikan dan pelatihan.
4) Kualitas merupakan faktor primer, sementara scheduling merupakan faktor
tersebut.

3.2 SARAN
Sehubungan dengan hasil penulisan, kami menyampaikan beberapa saran-saran
sebagai berikut:
1) Diharapkan kepada berbagai lembaga pendidikan pada umumnya, untuk
mengimplementasikan Total Quality management, dalam upaya untuk
mengembangan pemikiran mengenai kualitas di Indonesia
2) Diharapkan kepada pemerintah menggunakan wewenangnya untuk
meminimalisir faktor-faktor teknis yang menyebabkan kualitas turun.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anita, Munif Arfan, dkk. 2021. Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas.


Makalah. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar.

Muhammad. 2012. Perkembangan pemikiran Mengenai


Kualitas, (http://muhammadavven-belajardesainweb.blogspot.com, di unduh
pada tanggal 06 Juni 2022).

Tholib, Abu., Desy Riskawati, dkk. 2014. Perkembangan Pemikiran Mengenai


Kualitas. Makalah. Universitas Muhammadiyah Gresik, Gresik.

Tjiptono, fandy. 2003. Total Quality Manajemen, Yogyakarta: Andi Offset.

Yovi, Stevanus., Anggraini Cyntia., dkk. 2018. Perkembangan Pemikiran Kualitas.


Makalah. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jawa Timur.

10

Anda mungkin juga menyukai