Anda di halaman 1dari 18

ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN

“ Manajemen Mutu Terpadu (MMT) “

Disusun oleh :

Kelompok 4 / Agribisnis A

Ni Made Suwinasih 1806511011


Ayu Suka Dewi 1806511028

Ni Luh Putu Sindiasih 1806511030

Areta Rizka Ayu Prasanti 1806511032


Louis Christian 1806511044
Firstnanda Ashry Rizkyta 1806511053
Anak Agung Istri Agung Peradnya Dewi 1806511107
Munson Pandiangan 1806511155

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga paper
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih atas
bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan materi maupun
pikirannya dalam penyusunan paper yang berjudul “Manajemen Mutu Terpadu (MMT)”.
Harapan kami, semoga paper ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kami
penulis maupun para pembaca sekalian. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam paper ini,. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
paper ini.

Denpasar, 4 Desember 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2

3
1.1 Latar Belakang........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Definisi MMT (Manajemen Mutu Terpadu)........................................3
2.1.1 Konsep dasar Manajemen Mutu terpadu......................................4
2.1.2 Prinsip – prinsip manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. 5
2.2 Pengertian Mutu......................................................................................6
2.3 Dimensi Mutu..........................................................................................7
2.4 Peningkatan Mutu...................................................................................9
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan, mutu menjadi kata
kunci bagi perkembangan suatu perusahaan. Keberhasilan dalam memenangkan kompetisi
banyak ditentukan oleh kemampuan dalam mengelola dan meningkatkan sumber daya yang
dimiliki, tidak terkecuali dalam sektor jasa konstruksi. Penerapan manajemen mutu
diperlukan dalam mewujudkan peningkatan mutu produk/layanan yang dihasilkan,
mengontrol biaya-biaya, mengurangi kerusakan dan cacat pada produk, meningkatkan
kepuasan konsumen, dan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Sebuah perusahaan
harus menyadari bahwa untuk bersaing di pasar global, perusahaan harus dapat menunjukkan
kemampuannya dalam memenuhi tuntutan pasar. Jika tingkat kepuasan pelanggan terhadap

4
pemakaian produk dan layanan cukup tinggi, maka perusahaan tersebut dapat bertahan dalam
ekonomi pasar global. Penerapan sistem manajemen mutu dapat memberikan berbagai nilai
tambah bagi perusahaan, antara lain, meminimalkan produk yang tidak memenuhi
persyaratan yang berarti pula mengurangi pekerjaan ulang yang akhirnya mengoptimalkan
marjinal keuntungan, dan meningkatkan produktivitas kerja yangdapat meningkatkan
efisiensi perusahaan (Suardi, 2001).
Sistem Manajemen Mutu berbasiskan ISO 9001:2008 dalam jasa konstruksi Indonesia
pada saat ini merupakan prioritas utama dalam kegiatan konstruksi mengingat penerapan
sistem manajemen mutu ISO telah menjadi kebijakan Departemen Pekerjaan Umum yang
ditetapkan sejak tahun 2001. Tujuan kebijakan tersebut adalah mengupayakan dan
mewujudkan kualitas produk hasil pekerjaan konstruksi sesuai harapan dan kebutuhan
masyarakat. Disamping itu, penerapan sistem manajemen mutu ISO dan sertifikasinya bagi
parapenyedia jasa telah menjadi tuntutan dalam menghadapi pasar global yang semakin
kompetitif (Garpenz, 2001).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Manajemen Mutu Terpadu (MMT)?
b. Apakah pengertian dari mutu?
c. Apa yang menjadi dimensi mutu?
d. Bagaimana cara peningkatan mutu?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
b. Untuk mengetahui pengertian dari mutu
c. Untuk mengetahui dimensi mutu
d. Untuk mengetahui cara peningkatan mutu

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi MMT (Manajemen Mutu Terpadu)

Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM) merupakan suatu sistem


nilai yang mendasar dan komperhensip dalam mengelola organisai dengan tujuan meningkatkan
kinerja secara berkelanjutan dalam jangka panjang dengan memberikan perhatian secara khusus pada
tercapainya kepuasan pelanggan dengan tetap memperhatikan secara memadai terhadap terpenuhinya
kebutuhan seluruh stakeholders organisasi yang bersangkutan. Masalah kualitas dalam MMT
menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak dalam organisasi. Karena itu,
pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensip dengan melibatkan semua pihak
yang berkepentingan dengan produk yang dihasilkan. Masalah kualitass juga tidak lagi dimaknai dan
dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya kepuasan konsumen
atau pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor non fisik, semisal budaya organisasi,

5
gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan factor-faktor ini akan mengakibatkan kualitass
pelayanan menjadi lebiih meningkat dan bermakna.

Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM) dapat diartikan sebagai


perpaduan semua fungsi dari organisasi ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep
kualitas, teamwork, produktivitass, dan pengertian serta kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam
Pawitra, 1993: 135). Menurut Juran dan Ishikawa, MMT adalah upaya organisasi menilai kembali
cara-cara, kebiasaan, praktik, dan aktivitas yang ada dan kemudian secara inovatif memfungsikan
seluruh sumber dayanya kedalam proses lintas fungsi yang mengabdi pada kepentingan klien,
sehingga organisasi mampu mencapai visi  dan misinya. Pendapat lain dikemukakan oleh Sugeng
Pinando (2001) yang menyatakan bahwa MMT merupakan aktivitas yang berusaha untuk
mengoptimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan yang terus menerus atas produk, jasa,
manusia, proses, dan llingkungannya. Disamping itu, Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana juga
mengatakan bahwa MMT merupakan sistem  manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi
usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
MMT juga diasumsikan sebagai suatu filosofi manajemen yang melembagakan sumber daya yang
ada, terencana, berkesinambungan dan mengasumsikan peningkatan kualitas dari hasil semua
aktivitas yang terjadi dalam organisasi:

bahwa semua fungsi manajemen yang ada dan semua tenaga untuk berpartisipasi dalam proses
perbaikan.

Dengan peningkatan sistem kualitas dan budaya kualitas, proses MMT bermula dari pelanggan
dan berakhir pada pelanggan pula. Proses MMT memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan
dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi
barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). konsep
MMT pada dasarnya adalah menekankan pada kepuasan pelanggan dan pelayanan yang bermutu.
Dalam dunia pendidikan, manfaat penerapan MMT adalah perbaikan, pelayanan, pengurangan, biaya,
dan kepuasan pelanggan. Perbaikan progresif dalam system manajemen dan kualitas pelayanan
menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Sebagai tambahan, manfaat lain yang bisa dilihat
adalah peningkatan keahlian, semangat dan rasa percaya diri di kalangan staff pelayanan public,
perbaikan hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya, peningkatan akuntabilitas dan
transparansi pemerintah serta peningkatan produktivitas dan efisiensi pelayanan publik.

2.1.1 Konsep dasar Manajemen Mutu terpadu


Definisi mengenai MMTP mencakup dua komponen yakni apa dan bagaimana
menjalankan MMTP. Dalam MMTP, pelanggan adalah yang berkuasa atau sebagai raja yang
harus dilayani dengan sebaik-baiknya. MMTP menurut beberapa tokoh. Menurut West
Burham, MMTP adalah semua fungsi dari organisasi sekolah ke dalam falsafah holistis yang
dibangun berdasarkan konsep mutu, kerta tim, produktivitas, dan prestasi, serta kepuasan
pelanggan. MMTP menurut Sallis, ialah Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (Total
Quality Management) di Sekolah menciptakan budaya mutu dimana tujuan setiap anggota
ingin menyenangkan pelanggannya, dan di mana struktur organisasinya mengizinkan untuk
mereka berbuat seperti itu. MMTP ialah suatu sistem manajemen yang menyangkut mutu
sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh
anggota organisasi.MMTP adalah totalitas yang memerintahkan setiap orang dalam
organisasi dilibatkan dalam upaya melakukan peningkatan atau perbaikan. MMTP diartikan

6
sebagai setiap orang dalam lembaga apa pun yang status, posisi, dan perannya adalah manajer
dari tanggung jawab yang dimilikinya. MMTP menyangkut filosofi dan metodologi.
Filosofinya ialah pola pikir untuk mengadakan perbaikan terusmenerus, dan metodologinya
ialah menjelaskan alat-alat dan teknik-teknik seperti curah pendapat dan analisis medan
kekuatan yang digunakan sebagai sarana untuk melakukan perbaikan terus-menerus.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa MMTP ialah budaya peningkatan mutu
pendidikan secara terusmenerus, fokus pada pelanggan sekolah, keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.
Untuk menghasilkan mutu, menurut Slamet (dalam Bresman, 2009: 79) terdapat empat
usaha mendasar yang harus dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan, yaitu:

1. Menciptakan situasi “menangmenang” (win-win solution) dan bukan situasi “kalah-


menang” diantara pihak yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan (stakeholders).
Dalam hal ini terutama antara pimpinan lembaga dengan staf lembaga harus terjadi kondisi
yang saling menguntungkan satu sama lain dalam meraih mutu produk/jasa yang dihasilkan
oleh lembaga pendidikan tersebut.
2. Perlu ditumbuhkembangkan motivasi instrinsik pada setiap orang yang terlibat dalam
proses meraih mutu. Setiap orang dalam lembaga pendidikan harus tumbuh motivasi bahwa
hasil kegiatannya mencapai mutu tertentu yang meningkat terus menerus, terutama sesuai
dengan kebutuhan dan harapan pengguna/langganan.
3. Setiap pimpinan harus berorientasi pada proses dan hasil jangka panjang. Penerapan
manajemen terpadu dalam pendidikan bukanlah suatu proses perubahan jangka pendek.
Penerapan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan bukanlah suatu proses perubahan
jangka pendek, tetapi usaha jangka panjang yang konsisten dan terus menerus.
4. Dalam menggerakkan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk mencapai mutu yang
ditetapkan, haruslah dikembangkan adanya kerjasama antar unsur-unsur pelaku proses
mencapai hasil mutu. Janganlah diantara mereka terjadi persaingan yang mengganggu proses
mencapai hasil mutu tersebut. Mereka adalah satu kesatuan yang harus bekerjasama dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain untuk menghasilkan mutu sesuai yang diharapkan.
Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain
adalah merupakan usaha “jasa” yang memebrikan pelayanan kepada pelanggannya yang
utamanya yaitu kepada mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut.

2.1.2 Prinsip – prinsip manajemen mutu terpadu dalam pendidikan


Menurut Dean sebagaimana dikutip oleh Ali Djamhuri (2001:8) prinsip umum
Manajemen Mutu Terpadu meliputi:

1. Organisai yang memfokuskan pada ketercapaian kepuasan pelanggan (Customer Focus


Organization). Organisasi dalam hal ini manajemen harus dapat mengoptimalkan seluruh
potensi dan sumber daya organisasi dan sistem yang ada untuk menciptakan aktivitas
terhadap tercapainya kepuasan pelanggan. Tercapainya kepuasan pelanggan meliputi seluruh
stakeholders, baik yang berada didalam organisasi maupun di luar organisasi.
2. Kepemimpinan (Leadership) Kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi
pihak lain untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karenanya pemimpin harus memiliki visi

7
dan misi yang jelas, sehingga keduanya dapat dituangkan dalam kebijakan yang akan
diambil.
3. Keterlibatan seluruh partisipan organisasi (People Organization) Seluruh komponen di
dalam suatu organisasi harus dilibatkan. Artinya seluruh sitivitas organisasi harus selalu
berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Perbaikan bukan hanya dari pihak
kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, tetapi semua sivitas sekolah harus memiliki
komitmen untuk melakukan perbaikan. Dengan kata lain semua sivitas sekolah harus
dilibatkan dalam upaya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para pelanggan.
4. Pendekatan yang menekankan pada perbaikan proses (Process Approach) Kurangnya
dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan MMT berasumsi bahwa output akhir
suatu organisasi tidak semata-mata dilihat secara parsial, tetapi suatu proses yang panjang.
Proses tersebut dilakukan secara sadar oleh setiap individu. Kegiatan tersebut juga dilakukan
saling terkait satu dengan lainnya sehingga menghasilkan outputorganisasi. Jelassnya tamatan
atau lulusan bukan semata-mata produk tenaga akademik, atau karyawan sajak, tetapi
menyangkut proses yang melibatkan tenaga akademik, karyawan, kepala sekolah, murid,
orang tua, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat luas, yang tentu saja proporsinya berbeda
satu sama lainnya.
5. Penerapan manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem (System Approach)
Dalam konteks organisasi, upaya menyempurnakan proses tertentu harus dikaitkan dengan
proses lainnya. Oleh karena pihak-pihak yang terkait dengan proses tersebut merupakan
tangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Tuntutan peningkatan kualitas pembelajaran tidak
dapat dilakukan oleh tenaga pengajar semata, tetapi harus pula melibatkan aspek
ketatausahaan, kepemimpinan, fassilitas, dan penciptssn organisasi yang optimal atau
mendukung.
6. Langkah perbaikan yang dilakukan secara terus menerus (Continual Improvement atau
Kaizen) Inti perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan adalah adanya
human resources empowerment baik bagi tenaga edukatif maupun administratif. Realitas
menunjukkan belum seluruhnya pemimpin organisasi menyadari arti pentingnya
pemberdayaan tenaga akademik dan administratif. Para pimpinan sering lebih mementingkan
pengembangan fasilitas atau pegembangan fasilitas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
anggaran pendidikan dan pelatihan untuk kedua tenaga tersebut tidak setidak-tidaknya kurang
berimbang dibandingkan dengan anggaran pembangunan fisik.

2.2 Pengertian Mutu


Kata mutu memiliki banyak definisi yang berbeda, dari yang konvensional sampai
yang lebih strategik. Pengertian mutu ditinjau dari definisi konvensional pada umumnya
menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti: performansi, keandalan,
mudah dalam penggunaan, dan sebagainya. Sedangkan pengertian mutu ditinjau dari definisi
strategik menyarankan bahwa mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan
atau kebutuhan pelanggan. (Gasperz, 2006).

Di samping pendapat tersebut para pakar mutu telah mencoba mendefinisikan mutu sebagai
berikut (Tjiptono dan Diana, 2003):

8
1. Menurut Joseph Juran, mutu adalah kecocokan pengguna produk (fitness for use) untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

2. Menurut Philip B. Crosby, mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan
standar yang disyaratkan atau distandarkan.

3. Menurut Feigenbaum, mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer


satisfaction).

4. Menurut Garvin, mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan atau konsumen. Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa elemen yang
membahas mengenai definisi mutu/kualitas yang diterima secara universal dan dari definisi
yang telah ada dapat dilihat beberapa persamaannya diantaranya adalah:

a. Mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

b. Mutu mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.

c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah.

2.3 Dimensi Mutu


Delapan dimensi mutu adalah (Hansen dan Mowen, 1994: 433-434):

1. Kinerja (Performance), merupakan tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi


produk
2. Estetika (Aesthetic), berhubungan dengan penampilan wujud produk
3. Kemudahan perawatan dan perbaikan (service ability), berhubungan dengan tingkat
kemudahan merawat dan memperbaiki produk
4. Keunikan (features), menunjukan karakteristik produk yang berbeda secara fungsional
dari produk sejenis.
5. Reliabilitas (Reliability), berhubungan dengan probabilitas produk dan jasa menjalankan
fungsi dimaksud dalam jangka waktu tertentu.
6. Durabilitas (Durability), menunjukan umur manfaat dari fungsi produk.
7. Tingkat kesesuaian (Quality of conformance), menunjukan ukuran mengenai apakah
sebuah produk atau jasa telah memenuhi spesifikasinya.
8. Pemanfaatan (fitness of use), menunjukan kecocokan dari sebuah produk menjalankan
fungsi-fungsi sebagaimana yang diiklankan.
Dalam konteks manufaktur, Tjiptono (2003) mendeskripsikan dimensi mutu ke dalam
delapan jenis dimensi sebagai berikut :

1. Performa (performance), yaitu dimensi mutu tentang funngsi utama dari produk/jasa yang
dimilikinya. Sebagai contoh, mobil gampang distarter, dapat jalan dengan normal, dapat di
rem dengan baik. Dengan kata lain, semua konponen dasar mobil dapat berfungsi dengan
baik sehingga mobil berjalan dan berhenti sesuai dengan yang diinginkan pengemudinya.

9
Di bidang pendidikan, misalnya lulusan berkerja di perusahaan dengan tanggung jawab
dan disiplin yang tinggi, gaji yang memadai, dan kenaikan karir yang lancar. Di bidang
pendidikan dimensi mutu tentunya merujuk pada output satuan pendidikan. Dalam
spektrum nasional, maka dimensi pendidikan tentunya merujuk kepada Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 31 ayat 3, output pendidikan adalah manusia yang beriman dan takwa
serta berakhlak mulia, cerdas dalam berkehidupan dan berbangsa. Secara operasional
produk mutu pendidikan adalah output dari satuan pendidikan, yaitu standar kompetensi
lulusan (SKL) sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia, Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk setiap jalur dan jenjang satuan pendidikan dasar dan menengah.
2. Tambahan fitur (features ), yaitu dimensi mutu tentang tambahan fungsi-fungsi dasar
sehingga produk/jasa tersebut menjadi lebih nyaman, praktis, dan ekonomis. Contoh dari
dimensi ini adalah AC, power steering, power window, remote control dalam mobil. Di
satuan pendidikan, tambahan fitur dapat berupa antara lain, ketrampilan menari tarian
daerah sebagai hasil dari kegiatan ekstra kurikuler, kemampuan berbahasa Mandarin
secara lisan dan tertulis dengan sertifikat dari Lembaga bahasa yang terakreditasi.
3. Keandalan (reliability), yaitu dimensi mutu tentang tetap berfungsinya produk/jasa walau
dalam keadaan sulit, misalnya mobil tetap jalan dengan baik, tidak mogok walau di jalan
berliku, nanjak, berbatu-batu. Andal dapat juga berarti dapat dipercaya. Di satuan
pendidikan contohnya antara lain, proses belajar di sekolah termasuk nilai ujian sekolah
atau hasil evaluasi sekolah handal atau dapat dipercaya. Pengguna lulusan percaya nilai
raport dan ujian termasuk ujian kompetensinya untuk sekolah kejuruan mencerminkan
kompetensi yang dipunyai lulusan dan dapat diandalkan untuk memprediksi kemampuan
lulusan di tempat kerja.
4. Konformitas (conformance to requirement), yaitu memenuhi kebutuhan atau harapan
pelanggan dan bahkan memenuhi standar produk/jasa yang berlaku, misalnya ukuran
karakteristik produk/jasa sesuai standar internasional sehingga produk tersebut compatible
dengan produk lain. Misalnya, printer merek X dapat digunakan untuk berbagai jenis
komputer. Contoh di bidang pendidikan, antara lain kompetensi lulusan SMK sesuai
dengan kebutuhan pengguna dan standar industri, sedangkan untuk lulusan SMA dasar-
dasar matematika yang dikuasai memadai untuk bekal mengikuti kuliah matamatika di
perguruan tinggi.
5. Daya tahan (durability), yaitu mutu yang berhubungan dengan lamanya masa bertahan
suatu produk/jasa. Misalnya bola lampu dapat menyala selama satu bulan terus menerus.
Dalam bidang pendidikan, dimensi mutu daya tahan ini dapat jadi berupa kegigihan, daya
juang lulusan unutk sukses dalam bekerja atau kuliah. Dapat juga, misal lulusan dari
sekolah di bawah Yayasan Ma’arif, Muhammadiyah, Kanisius dan sebagainya, mampu
memegang teguh nilai-nilai ajaran agamanya masing-masing terhadap pengaruh nilai asing
yang tidak sesuai nilai-nilai kebangsaan walau tetap mengakomodasi nilai-nilai yang baik
dari luar.
6. Kemampuan pelayanan (service ability), yaitu dimensi mutu dalam hal kecepatan,
ketepatan, kepraktisan pelayanan, misalnya teknisi mendatangi ke lokasi dimana mobil
mengalami mesin mogok untuk, gratis servis selama satu tahun. Di satuan pendidikan
dimensi ini dapat berupa kelengkapan dan pelayanan perpustakaan yang baik dalam proses

10
belajar mengajar. Dapat juga, sekolah atau perguruan tinggi mampu mengemas program
sesuai yang dibutuhkan masyarakat atau bahkan mengarahkannya menuju masyarakat
yang madani.
7. Estetika (aesthetics), yaitu dimensi mutu produk/jasa dalam hal keindahan, keanggunan,
seni. Di satuan pendidikan yang bermutu dalam dimensi ini dapat berupa komplek
pendidikan yang bersih, indah, dan berkesenian.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu spesifikasi produk/jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan sama atau bahkan melebihi spesifikasi yang dipersepsikan oleh
pengguna. Perbedaan persepsi terhadap mutu antara pihak pelanggan/klien dan institusi
produsen/penyedia biasanya disebabkan oleh kriteria dan permintaan klien yang sangat
tinggi, padahal produsen belum dapat menghasilkan produk sesuai dengan kriteria yang
diminta.

2.4 Peningkatan Mutu

Peningkatan Mutu terpadu disini dapat melalui salah satu mutu yaitu dalam
mutu pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu dilihat dari banyak sisi.
Telah banyak pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan
solusi mengatasi kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Hadis dan Nurhayati
(2010:3) menjelaskan dalam persfektif makro banyak faktor yang mempengaruhi mutu
pendidikan, diantaranya faktor kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas pendidikan,
aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
kegiatan proses belajar mengajar, aplikasi metode, strategi dan pendekatan pendidikan
yang mutakhir dan modern, metode evaluasi pendidikan yang tepat, biaya pendidikan
yang memadai, manajement pendidikan yang dilaksanakan secara profesional,
sumberdaya manusia para pelaku pendidikan yang terlatih, berpengetahuan,
berpengalaman dan professional.

Mutu adalah hal yang esensial sebagai bagian dalam proses pendidikan. Proses
pembelajaran adalah tujuan organisasi pendidikan. Mutu pendidikan adalah mutu lulusan
dan pelayanan yang memuaskan pihak terkait pendidikan. Mutu lulusan berkaitan dengan
lulusan dengan nilai yang baik (kognitid, apektif, dan psikomotorik) diterima melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi yang berkualitas dan memiliki kepribadian yang baik.
Sedangkan mutu pelayanan berkaitan dengan aktivitas melayani keperluan peserta didik,
guru dan pegawai serta masyarakat secara tepat dan tepat sehingga semua merasa puas
atas layanan yang diberikan oleh pihak sekolah.

Taylor, West dan Smith (2006) pada lembaga CSF (Central for the School of the
Future) Utah State University mengungkapkan indikator sekolah bermutu adalah: 1)
dukungan orang tua, 2) kualitas pendidik, 3) komitmen peserta didik, 4) kepemimpinan
sekolah, 5) kualitas pembelajaran, 6) manajemen sumber daya di sekolah 7) kenyamanan
sekolah. Di samping kriteria diatas, Sitompul (2006: 57) menambahkan kualitas
pendidikan yang berhasil ditandai dari :

1. Tingginya rasa kepuasan pengajaran, termasuk tingginya pengharapan murid,

11
2. Tercapainya target kurikulum pengajaran,
3. Pembinaan yang sangat baik terhadap spiritual, moral, social dan pengembangan
budaya pengajar,
4. Tidak ada murid yang bermasalah dalam kejiwaan atau resiko emosional
5. Tidak ada pertentangan antara hubungan murid dengan para guru/ staf.

Dari berbagai pandangan, kriteria serta indikator yang di paparkan diatas maka dapat
kita ambil kesimpulan bahwa pendidikan/ sekolah yang bermutu dapat ditingkatkan
apabila sekolah memiliki : 1) dukungan dari pemerintah, 2) Kepemimpinan Kepala
sekolah yang efektif, 3) Kinerja guru yang baik, 4) kurikulum yang relevan, 5) lulusan
yang berkualitas, 6) dukungan masyarkat dan orang tua siswa. Untuk lebih jelasnya
berikut ini di paparkan masing-masing indikator tersebut.

1. Dukungan Pemerintah
Salah satu amanat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara Indonesia
harus dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa adalah dengan cara meningkatkan mutu pendidikan serta pemerataanya pada
setiap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tidak dapat dipungkiri
sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha peningkatan
mutu pendidikan. Misalanya peningkatan anggran pendidikan 20% dari APBN dan
APBD, bantuan operasional sekolah (BOS), sertifikasi guru dan peningkatan
kesejahteraannya, standarisasi dan akreditasi sekolah serta berbagai kebijakan lainnya.
Pemerintah memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Indonesia, mulai dari ketersediaan sarana dan prasarana sampai pada guru-guru yang
berkualitas. Pemerintah baik pusat maupun daerah memiliki perannya masing-masing.
Sagala (2011:83) mengungkapkan adanya dukungan pemerintah pusat kaitannya dengan
standarisasi, dukungan pemerintah provinsi dan kabupaten/ kota kaitanyya dengan
pelayanan anggaran dan fasilitas sekolah. Selain penyediaan sarana dan sumberdaya
manusia, peranan lainnya dari pemerintah yang tak kalah pentingnya ialah memastikan
bahwa penyelenggaran pendidikan bebas dari kepentingan, intervensi serta hal-hal lainya
yang dapat menggangu dan menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang bermutu.
Untuk itu maka diperlukan komitmen yang kuat dan dan berkelanjutan dari pemerintah
baik pemerintah pusat, provinsi maupun daerah.

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah


Layaknya kepemimpinan dalam organisasi lainnya baik profit maupun non profit
dalam organisasi pendidikan kepemimpinan juga merupakan faktor utama dalam
meningkatkan kefektifan organisasinya/ sekolahnya. Dalam dunia pendidikan atau yang
lebih spesifiknya di sekolah, pemimpinnya disebut dengan Kepala Sekolah atau Kepala
Madrasah. Sebagai pemimpin di dalam sekolah maka Kepala Sekolah dituntut agar dapat
menciptakan sekolah yang bermutu apalagi pada zaman sekarang ini yang serba dinamis
dan perubahan-perubahan harus direspon cepat agar dapat mengikuti perkembangan

12
zaman serta tuntutan stakeholder pendidikan sehingga menciptakan lulusan-lulusan
terbaik. Sebagaimana yang diungkapakan oleh Bush (2008: 1) “there is great interest in
educational leadership in the early part of the twentyfirst century. This is because of the
widespread belief that the quality of leadership makes a significant difference to school
and student outcomes. In many parts of the world, including both developed and
developing countries, there is recognition that schools require effective leaders and
managers if they are to provide the best possible education for their students and
learners”.

Pendapat ini memberikan keyakinan yang luas bahwa kualitas kepemimpinan


membuat akan memberikan perbedaan yang signifikan terhadap sekolah dan siswa
(output). Diberbagai belahan dunia, termasuk negara maju maupun negra berkembang,
ada pengakuan bahwa sekolah memerlukan para pemimpin yang efektif jika mereka
berkeinginan untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi peserta didik mereka.

Hammond dkk (2010: 14) menyatakan pentingnya kepemimpinan untuk sekolah


dan perbaikan instruksional telah didokumentasikan dengan baik. Penelitian sebelumnya
telah menunjukkan bahwa para pemimpin dapat mempengaruhi hasil belajar kelas melalui
dua jalur utama. Jalur pertama melibatkan praktek kepemimpinan yang secara langsung
mempengaruhi belajar mengajar, misalnya, melalui dukungan pengembangan guru. Yang
kedua meliputi kegiatan yang secara tidak langsung mempengaruhi praktek dengan
menciptakan kondisi organisasi di sekolah yang kondusif untuk perubahan positif.
Masingmasing jalur telah dikaitkan dengan hasil prestasi siswa.

Sebagai pemimpin/ manajer dalam pendidikan kepala sekolah dituntut memilki


intelegensia yang tinggi dalam menjalankan roda organisasinya/ sekolah. Kydd, Crawford
dan Riches (2004) dalam Siahaan dkk (2006: 109-111) menyatakan intelegensia
manajerial/ kepala sekolah yang harus di miliki kepala sekolah adalah sebagai berikut: (1)
mencipta, (2) merencanakan, (3) mengorganisasikan, (4) berkomunikasi, (5) memotivasi,
(6) mengevaluasi. Enam intelegensia tersebut merupakan mutlak diperlukan oleh kepala
sekolah untuk mencapai tujuan sekolah yang efektif dan efisien.

Jadi, dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan


merupakan proses pemimpin mempengaruhi pengikut untuk: (1) menginterpretasikan
keadaan (lingkungan sekolah); (2) memilih tujuan sekolah; (3) pengorganisasian kerja
dan memotivasi pengikut untuk mencapai tujuan sekolah; (4) mempertahankan kerjasama
dan tim kerja; (5) mengorganisasi dukungan dan kerjasama orang dari luar sekolah.
Dalam lingkungan pendidikan, secara spesifik kepemimpinan pendidikan dimaknai
sebagai kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan
pendidikan.

3. Kinerja Guru
Guru merupakan ujung tombak dalam pendidikan (proses pembelajaran), karena
guru orang yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Untuk itu guru harus mampu
bekerja dengan baik sehingga peserta didik yang dihasilkan akan memilki kompetensi
yang sesuai dengan harapan. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
13
Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan
baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah
kompetensi.

Dalam proses pendidikan guru memiliki peranan sangat penting dan strategis
dalam membimbing pesserta didik kearah kedewasaan, kematangan dan kemandirian,
sehingga guru sering dikatakan ujung tombak pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya
seorang guru tidak hanya menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan teknis edukatif
tetapi memiliki juga kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga
menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat (Sagala, 2011:
99).

Dalam undang-undang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 pasal 8, guru yang
baik dituntut memiliki empat (4) kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.

Kinerja Guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen


sekolah baik kepala sekolah, budaya/iklim sekolah, guru, karyawan, maupun anak didik.
Pidarta (2005: 179) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya antara lainyaitu : 1) kepemimpinan Kepala
sekolah, 2) budaya/ iklim sekolah, 3) harapan-harapan, dan 4) kepercayaan personalia
sekolah.

Kinerja guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah sistem mulai
dari input, proses dan output, dalam upaya pencapaian tujuan suatu lembaga pendidikan.
Oleh karena itu, upaya peningkatan kinerja guru dari segi profesionalisme sebagai tenaga
pendidik mutlak diperlukan.

4. Kurikulum Yang Relevan


Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003
dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pentingnya kurikulum yang baik dan relevan sebagai salah satu upaya dalam
peningkatan mutu pendidikan. Namun dalam penggunaaan/ pengembangannya kurikulum
tidak dapat diadopsi secara keseluruhan dari tempat/ Negara lainnya walaupun Negara
tersebut memiliki pendidikan yang sangat bermutu. Hal ini dikarenakan berbedanya
harapan dan tujuan tentang pendidikan yang bermutu dari masing-masing Negara.
Sudarsyah dan Nurdin (2010:191) mengungkapkan landasan pokok dalam pengembangan
kurikulum dikelompokkan dalam empat jenis yaitu landasan filosofis, landasan
psikologis, landasan sosiologis, dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

14
Pengembangan kurikulum merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan
dalam upaya pencapain tujuan pendidikan. Hal ini dilakukan guna merelevansikan/
menyelarasakan antara mutu lulusan dengan perkembangan/ tuntutan zaman.

Pada tahun 2013 pemerintah Indonesia melalui kementerian pendidikan dan


kebudayan mengeluarkan kebijakan yakni merubah kurikulum 2006 atau Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013. Alasan utama pemerintah
merubah kurikulum yakni meneyesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 di sektor pendidikan. Perubahan kurikulum
dilakukan untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah agar peserta didik
mampu bersaing di masa depan (relevansi). Alasan lain dilakukannya perubahan
kurikulum adalah kurikulum sebelumnya dianggap memberatkan peserta didik. Terlalu
banyak materi pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik, sehingga malah
membuatnya terbebani. Perubahan kurikulum ini juga melihat kondisi yang ada selama
beberapa tahun ini. KTSP yang memberi keleluasaan terhadap guru membuat kurikulum
secara mandiri untuk masing-masing sekolah ternyata tak berjalan mulus. Salah satu isu
dalam perubahan kurikulum ini yakni relevansi antara kurikulum yang diajarkan dengan
tantangan masa depan yang akan dihadapi oleh anak-anak bangsa Indonesia guna
persiapan mengahadapi persaingan global. Pencapaian tujuan pendidikan merupakan
fungsi dari kurikulum. Untuk itu kurikulum yang dibangun harus memilki relevansi
dengan tujuan pendidikan dan perkembangan zaman.

5. Lulusan Yang Berkualitas


Lulusan yang berkualitas/ bermutu merupakan tujuan utama dalam pendidikan. Sesuai
dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan pada Pasal 3 menegaskan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Lulusan yang bermutu tidak hanya bila siswa/ lulusan memilki


kemampuan/kompetensi hanya pada aspek kognitif saja, tetapi semua aspek yakni
kognitif, psikomotorik, dan afektif, hal ini sesuai dengan PP 32 tahun 2013 tentang
standart nasional pendidikan pasal 25 ayat 4 dinyatakan standar kompetensi lulusan
sebagaimana mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

6. Dukungan Orang Tua Dan Masyarakat


Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua elemen bangsa, mulai dari
pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha dan industri (DUDI), dan seluruh lapisan
masyarakat. Masayakarakt adalah orang-orang yang bersentuhan langsung dengan dunia

15
pendidikan untuk itu masyarakat dan orang tua memiliki peranan penting dalam kemajuan
pendidikan. Tanpa dukungan masyarakat pendidikan tidak akan berhasil dengan maksimal.

Dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


disebutkan beberapa peran yang dapat dilakukan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan, yang diatur dalam pasal 54 ayat1, peran serta masyarakat dalam pendidikan
meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanaan
pendidikan. Kemudian dalam pasal 2 dinyatakan bahwa masyarakat dapat berperan serta
sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil pendidikan. Sedangkan hak dan kewajiban
masyarakat diatur dalam pasal 8 dan 9, masyarakat berhak untuk berperan serta dalam
perencanan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Masyarakat wajib
memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.

Selain dalam UU Sisdiknas di atas, dalam Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 1992
tentang Peranserta Masyarakat dalam pendidikan pada pasal 3 disebutkan bahwa partisipasi
masyarakat dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti: a) pendirian dan
penyelenggaraan pendidikan; b) pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan; c)
pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli; c) pengadaan dan/ atau penyelenggaraan
program pendidikan yang belum dilaksanakan pemerintah menunjang pendidikan nasional;
d) pengadaan dana dan pemberian bantuan lainnya; e) pengadaan dan pemberian bantuan
sarana belajar; e) pemberian kesempatan untuk magang; f) pemberian pemikiran dan
pertimbangan; g) pemberian bantuan manajemen dan; h) pemberian bantuan dalam bentuk
kerjasama.

Secara umum dapat dilihat bahwa tujuan adanya kerjasama orangtua dan masyarakat
dengan sekolah adalah usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Besarnya peranan yang
harus dilakukan/ diambil oleh masyarakat dan orangtua tentu bermaskud untuk pencapain
mutu pendidikan. Hal ini tentunya harus terus diupayakan dan terus ditingkatkan oleh pihak
sekolah. Sekolah harus mampu menjaga hubungan bak dan harmonis dengan masyarakat dan
orangtua guna membantu usaha-usaha sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
MMT ialah suatu sistem manajemen yang menyangkut mutu sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. MMT
adalah totalitas yang memerintahkan setiap orang dalam organisasi dilibatkan dalam upaya

16
melakukan peningkatan atau perbaikan. Penerapan konsep manajemen mutu terpadu ini
berarti mengutamakna pelayanaan terhadap pelajar dalam meningkatkan mutu lulusan, atau
upaya perbaikan sekolah secara komprehensif. Didalamnya tentu harus ada upaya terpadu
dalam meperbaiki kultur sekolah dan hal itu dimulai dari tindakan manajemen. Penerapan
manajemen mutu terpadu dalam pendidikan melewati beberapa proses sejak dari persiapan,
perencanaan, dan pelaksanaan mutu jasa layanan pendidikan yang diharapkan para pelanggan
pendidikan. Pemenuhan harapan pelanggan pendidikan menjadi paradigma manajemen mutu
yang harus terpenuhi , sehingga mereka yang putus sekolah dan pengangguran bisa diperkecil
dalam dunia pendidikan kita.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suwignyo, 2008. Pendidikan Tinggi & Goncangan Perubahan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Ahmad Tafsir, 2011. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sutrisno & Muhyidin Albarobis, 2012. Pendidikan
Islam Berbasis Problem Sosial. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Husaini Usman, 2014.
Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT Bumi

Aksara Oemar Hamalik, 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:

17
PT Remaja Rosdakarya. Erra Yusmina. (2014). IMPLEMENTASI MANAJEMEN
MUTU TERPADU DALAM PENINGKATAN KINERJA SEKOLAH PADA SMK
NEGERI 1 BANDA ACEH. Pedadogi, 4(2), 11. Retrieved from
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JAP/ article/view/2520/2367

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=526228&val=10768&title=MANAJEMEN%20PENINGKATAN%20MUTU
%20PENDIDIKAN

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/a122eebb367a032a441c26d607b74176.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai