Anda di halaman 1dari 147

RENCANA AKSI NASIONAL 2022-2030

CUCI TANGAN
PAKAI SABUN
RENCANA AKSI NASIONAL 2022-2030

CUCI TANGAN
PAKAI SABUN
SAMBUTAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

Akses terhadap layanan air minum, sanitasi, dan kebersihan atau Water,
Sanitation, and Hygiene (WASH) yang aman bagi masyarakat, baik di rumah
tangga, sekolah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum lainnya merupakan hal
mendasar untuk memastikan pemenuhan hak dan martabat manusia secara
layak. Sebagai bagian dari WASH, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) memiliki
peran penting bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan serta mendukung
produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Mengingat pentingnya CTPS
inilah, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen dalam mencapai akses
CTPS 100% pada tahun 2030 dan mengintegrasikan CTPS sebagai salah
satu pilar dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan bagian dari
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

Ada beberapa tanda kemajuan yang signifikan pada pemenuhan akses CTPS
dalam beberapa tahun terakhir. Hingga Maret 2020, BPS telah mencatat
bahwa sebanyak 78,3 persen penduduk Indonesia telah memiliki akses ke fasilitas CTPS. Analisis terbaru
dari Profil Sanitasi Sekolah (2022) telah mengalami peningkatan akses fasilitas CTPS di satuan pendidikan
dari 41% menjadi 74%. Namun, masih terdapat tantangan yang dihadapi dalam memastikan perilaku
CTPS dapat dipraktikan oleh seluruh masyarakat dalam jangka panjang. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018
mengenai data perilaku CTPS, perilaku anggota keluarga yang melakukan praktik CTPS rata-rata hanya 60
persen dari keluarga yang memiliki sarana CTPS. Selain itu, data terbaru dari sistem pemantauan
kebersihan nasional menunjukkan bahwa hanya 50% tempat umum yang memiliki fasilitas CTPS yang
berfungsi.

Pada tahun 2030, Indonesia bersama dengan negara-negara di dunia berkomitmen untuk mencapai target
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Poin 6 yaitu Ketersediaan Akses Air Bersih, Sanitasi, dan Kebersihan
bagi semua pihak. Dalam mencapai target tersebut, tentunya kita membutuhkan perencanaan yang jelas
dengan memuat target-target yang harus dipenuhi. Perencanaan ini tentunya sudah diterjemahkan dalam
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2020-2024 sebagai acuan.
Namun, sayangnya RPJMN 2020-2024 hanya memuat target pada akses air bersih dan sanitasi.

Meskipun berbagai Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) terkait CPTS telah diterbitkan sebagai
usaha meningkatkan kondisi lingkungan yang mendukung bagi pelaksanaan praktik CTPS di semua tatanan,
CTPS belum termasuk di dalam kebijakan pembangunan nasional saat ini, mulai dari rencana strategis
jangka menengah sampai dengan kebijakan penganggaran tahunan. Tantangan lainnya yang juga dihadapi
ialah tidak adanya data CTPS yang terkonsolidasi dari semua tatanan di Indonesia sehingga menyebabkan
kurangnya data CTPS yang konsisten dan handal yang mempengaruhi kualitas perencanaan.

Untuk menjawab permasalahan ini, Rencana Aksi Nasional (RAN) CTPS telah disusun sebagai salah
dokumen peta jalan yang fokus pada pencapaian target CTPS 2022-2030. Penyusunan dokumen ini secara
teknis dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan didukung oleh UNICEF dan melibatkan kementerian
dan lembaga teknis terkait. Dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS 2022 - 2030 ini disusun untuk
memberikan kesamaan tujuan, kebijakan pelaksanaan, target dan rencana aksi rinci bagi setiap pemangku
kepentingan dalam rangka pencapaian akses CTPS untuk semua di tahun 2030. Serta, dokumen ini juga
memuat strategi dan rencana investasi yang dibutuhkan agar pencapaian target CTPS dapat dicapai secara
optimal sebagaimana yang diamanatkan pada target SDGs point 6.2

Dengan adanya dokumen RAN CTPS 2022, keterlibatan seluruh pemangku kepentingan menjadi sangat
penting dalam mengimplementasikan dokumen ini. Kolaborasi kuat dengan pendekatan pentahelix yang
terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, sector swasta, mitra pembangunan, institusi akademisi,
media, dan organisasi masyarakat sipil menjadi pondasi yang kuat dalam memperkuat mekanisme koordinasi
dalam rangka percepatan akses CTPS. Untuk melakukan tata Kelola efektif dalam pencapaian target CTPS.
Penyusunan dokumen RAN CTPS 2022-2030 ini bukanlah langkah akhir, namun menjadi langkah
awal bagi kita untuk bersama-sama mencapai target Pilar 2 STBM ini melalui membangun
sistem monitoring yang solid dengan fokus pada fasilitas publik, memastikan pesan-pesan dalam
National Call for Action 2020 dapat dicapai, serta kolaborasi dan kontribusi berbagai pihak untuk
penyediaan akses serta keberlanjutan layanan (operasi dan pemeliharaan).

Saya berharap rencana aksi nasional tentang kebersihan tangan ini dapat mempercepat upaya
yang ada dalam memastikan kebersihan tangan untuk semua menjadi kenyataan bagi setiap orang
Indonesia.

DR. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS


Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan
KATA PENGANTAR
KEMENTERIAN KESEHATAN

Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Rencana Aksi
Nasional CTPS telah tersusun sebagai peta jalan pencapaian target sasaran CTPS
dan akses sanitasi di Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2020-
2024. Rencana Aksi Nasional CTPS disusun dalam pencapaian target CTPS di
Indonesia selaras dengan target SDGs 2030 pada target ke 6.2. Oleh karena itu
Rencana Aksi Nasional CTPS di susun untuk periode 2022 sd 2030.
Peningkatan akses cuci tangan pakai sabun (CTPS) diyakini secara luas berkontribusi
signifikan terhadap penurunan angka kematian dan diare, serta berdampak positif
pada perkembangan anak usia dini. Beberapa jenis penelitian telah membuktikan
bahwa praktik CTPS terkait dengan penurunan risiko infeksi saluran pernapasan
seperti pneumonia dan COVID-19, serta penurunan endemik diare dan stunting
pada anak-anak. Dengan demikian, CTPS merupakan prioritas pembangunan utama
bagi Pemerintah Indonesia yang telah dibentuk dalam beberapa program nasional
seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS).

Penguatan komitmen dalam mewujudkan inisiatif “Kebersihan Tangan untuk Semua” diperlukan sebagai pondasi untuk
memimpin dan memobilisasi sumber daya dalam mengisi kesenjangan tersebut untuk mencapai target nasional
kebersihan tangan. Melalui Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun sedunia 2021 lalu, tiga belas kementerian dan
lembaga telah berkomitmen untuk bersama-sama mencapai target untuk akses kebersihan tangan universal pada
tahun 2030. Selain itu, sektor swasta dan mitra pembangunan telah dilibatkan untuk berkolaborasi secara strategis dalam
aksi panggilan nasional “Hand Hygiene for All”.

Untuk memperkuat kerja kolaboratif ini, peta jalan nasional tentang kebersihan tangan (atau Rencana Aksi Nasional CTPS)
2022 2030 telah dikembangkan untuk (1) menyelaraskan kebijakan berbagai pemangku kepentingan pada kegiatan CTPS
untuk meningkatkan dan mempertahankan akses bagi semua, (2) menyediakan koridor implementasi bagi berbagai
pemangku kepentingan untuk mencapai akses CTPS untuk semua, (3) menjadi dokumen acuan utama di antara para
pemangku kepentingan dalam proses perencanaan dan penganggaran tahunan mereka dalam mencapai akses CTPS.

Rencana Aksi Nasional CTPS ini dikembangkan melalui kombinasi pendekatan top-down dan bottom-up serta umpan
balik dari organisasi non-pemerintah. Dengan demikian, dokumen ini menggambarkan keadaan saat ini dari CTPS di
Indonesia, visi dan tujuan yang ingin dicapai, strategi untuk mencapai tujuan tersebut, perkiraan biaya pelaksanaan
Rencana Aksi Nasional, dan indikasi mobilisasi sumber daya dari berbagai pemangku kepentingan. Selain itu, rencana
aksi ini mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM untuk membahas CTPS pada
berbagai komponen kegiatan, terutama pada lingkungan yang mendukung, penciptaan permintaan, dan penyediaan
layanan di empat pengaturan utama seperti rumah tangga, sekolah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum.

Kami mengucapkan terima kasih kepada masing-masing kementerian/lembaga yang terkait dengan kegiatan CTPS
atas dukungannya seperti Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi, Kementerian Agama, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perdagangan,
Kementerian Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Gugus Tugas COVID-19. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi sehingga Rencana Aksi Nasional CTPS ini terselesaikan.

Kami berharap Rencana Aksi Nasional CTPS ini akan mempercepat pencapaian target nasional kebersihan tangan pada
tahun 2030.

dr. Anas Ma’ruf, M.K.M


Direktur Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan

4
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
KATA PENGANTAR
UNICEF INDONESIA
Indonesia has made substantial progress in providing access to basic water and basic
sanitation to millions of Indonesians since 2000. The progress in access to hand
hygiene, however, has been rather limited across all settings such as households,
institutions, and public places. Wide disparities in access exist across settings and
between regions. Hand washing with soap (HWWS) is widely recognized as one
of the most cost-effective measures for preventing the transmission of infectious
diseases. COVID19 has further reinforced the efficacy of hand hygiene as a first line
of defense against the spread of the virus. Hand hygiene, as a key component of the
Infection prevention measures enabled the safe resumption of learning in schools
in Indonesia.

HWWS is a key development priority of the Government of Indonesia (GoI) and is


the second pillar of the GoI’s National Sanitation and Hygiene Programme (STBM –
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) and the School Health Program (UKS). Further
in 2021, thirteen Ministers committed to universal hand hygiene access by 2030.
Since the beginning of the pandemic in 2020, there has been an increased investment in handwashing infrastructure
across all settings, though more prominently in schools. Data from the 2021 WASH in School profile shows a nearly 20%
increase in access to handwashing facilities in schools post COVID19.

UNICEF is supporting the GoI’s efforts in the development of a national Hand hygiene road map (National Action Plan-
Handwashing With Soap) 2022-2030 through wide ranging consultations with all key stakeholders. To enable hand
hygiene for all, we need individual behaviors to change on a massive scale, but we also need to improve access to the
products and services that enable new behaviors by making handwashing easy, convenient, and desirable. This includes
access to water supply and physical infrastructure, innovative and affordable handwashing solutions to suit different
contexts, and hand hygiene supplies like soap and alcohol-based hand rubs that are both available, affordable, and
desirable.

This national hand hygiene roadmap is a part of the national SDG6 plan initiated by the Government of Indonesia
with support from UNICEF and other partners. The hand hygiene roadmap has set realistic targets building on the
progress achieved thus far against the national targets and past efforts and learnings in the implementation of sanitation
programs. It articulates strategies, interventions, the roles and responsibilities of key stakeholders, the required enabling
environment, and investment needs to realize hand hygiene for all by 2030.

We sincerely commend the leadership of the Ministry of Health, the Government of Indonesia, and especially the
Directorate of Environmental Health in the development of this roadmap with contributions from other ministries and
agencies. We also acknowledge the contributions from local government, namely from West Nusa Tenggara, Aceh,
dan DI Yogyakarta, private sectors, development partners, and others who have provided valuable information to the
consultant during the drafting this roadmap.

We hope this national hand hygiene roadmap document will serve as a key reference document to all sector practitioners,
planners, and key decision makers including government agencies, development partners, academic institutions,
financing institutions, non-governmental organizations, and the private sector in their collective efforts to accelerate
making hand hygiene for all Indonesians a reality. Salam Sehat, Salam Indonesia!

Kannan Nadar
Chief of WASH
UNICEF Indonesia

6 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
UCAPAN TERIMA KASIH

Rencana Aksi Nasional Cuci Tangan Pakai Sabun (RAN-CTPS) 2022-2030 ini merupakan hasil kontribusi dan wawasan
yang dibagikan oleh sejumlah besar pemangku kepentingan di seluruh negeri. Ucapan terima kasih yang tulus
kepada Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan atas kepemimpinan dan bimbingannya dalam
penyusunan Rencana Aksi ini, dengan ucapan terima kasih khusus kepada dr. Anas Ma’ruf, M.K.M; drg. R. Vensya
Sitohang M. Epid; Ely Setyawati SKM, MKM; Ni Nengah Yustina Tutuanita, SKM, MKM; Aloysia Widysatuti, SKM,
M.Si, Sukarmi, SKM, MKM, Nurlaila, SKM, MKM, dan Ikha Purwandari, SKM, MKM.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada perwakilan Bappenas (Direktorat Perumahan dan Kawasan
Permukiman dan Direktorat Kesehatan Gizi Masyarakat), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
(Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah), Kementerian Agama
(Direktorat Kurikulum, Sarana, Prasarana, Kesiswaan dan Kelembagaan Madrasah), Kementerian Dalam Negeri
(Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah III), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(Direktorat Sanitasi dan Direktorat Air Minum), Kementerian Perdagangan (Direktorat Sarana, Distribusi, dan Logistik),
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (DirektoratTata Kelola Destinasi, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi
dan Infrastruktur dan Direktorat Standardisasi dan Sertifikasi Usaha), Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan), Kementerian Kesehatan (Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Kesehatan Keluarga, dan Direktorat Kesehatan
Kerja dan Olahraga), BNPB (Bidang Penanganan Darurat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Sekretariat
Satgas Covid-19 (Bidang Perubahan Perilaku), Kementerian Perhubungan (Direktorat Prasarana Transportasi Jalan),
Kementerian Ketenagakerjaan, dan Badan Pusat Stastistik atas kontribusinya yang berharga.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua individu dan perwakilan dari provinsi Nusa
Tenggara Barat, Aceh, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama Bappeda, dan Dinas Kesehatan serta perwakilan
kabupaten/kota dari ketiga provinsi tersebut yaitu dari Kabupaten Sumbawa Barat, Kota Banda Aceh, Kota Yogyakarta,
Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Sleman yang telah memberikan wawasan dan aspirasi pemerintah daerah
setempat melalui pertemuan konsultatif sub nasional. Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya juga
kepada rekan-rekan mitra pembangunan di USAID, WHO, IUWASH Plus, WVI, SPEAK dan perusahaan-perusahaan
swasta yang tergabung dalam Kemitraan Swasta Pemerintah Cuci Tangan Pakai Sabun (KSP-CTPS) atas kontribusi
dan wawasan mereka yang berharga yang membantu dalam penyusunan rencana aksi nasional ini.

Penyusunan RAN CTPS 2022-2030 ini disusun oleh Dhanang Tri Wuriyandoko, serta dikoordinir oleh Preetha
Prabhakaran (Spesialis WASH, UNICEF Indonesia). Penyusunan dokumen ini juga didukung dengan masukan
tambahan dari Kannan Nadar (Kepala WASH, UNICEF Indonesia). Terima kasih yang tulus kepada rekan-rekan
UNICEF Indonesia Eko Widodo, Rostia La Ode Pado, Muhammad Zainal, dan Maria Katherina Gnadia Liandy yang
telah memberikan dukungan dalam penyusunan dokumen ini.
DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan 17

1.1 Latar Belakang 18

1.2 Tujuan 19

1.3 Peraturan dan Kebijakan yang Mendukung 19

1.4 Pembaca Sasaran 19

1.5 Periode Perencanaan 20

1.6 Proses dan Ruang Lingkup 20

Bab 2 Analisis Situasi 23

2.1 Definisi yang Digunakan 24

2.1.1 Tingkat Layanan 24

2.1.2 Higiene Tangan dan CTPS 24

2.1.3 Persyaratan Kualitas Air 25

2.2 Sensus dan Proyeksi Penduduk 25

2.3 Lingkungan yang Mendukung 27

2.3.1 Kerangka Pengaturan 27

2.3.2 Kebijakan Pembangunan Nasional 27

2.3.3 Tata Kelola CTPS 31

2.3.4 Mekanisme Koordinasi CTPS 33

2.3.5 Pendanaan CTPS 35

2.3.6 Pemantauan dan Evaluasi 38

2.4 Peningkatan Kebutuhan 39

2.4.1 Pesan Komunikasi CTPS 39

2.4.2 Saluran Komunikasi 41

2.5 Pemenuhan Layanan 41

2.5.1 Keterbatasan Data 41

2.5.2 Tatanan Rumah Tangga 41

2.5.3 Tatanan Sekolah 43

2.5.4 Tatanan Fasilitas Kesehatan 44

2.5.5 Tatanan Fasilitas Umum 44

2.5.6 Pemenuhan Layanan 46

2.6 Jender dan Disabilitas 47


2.7 Ringkasan Temuan 48

8 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Bab 3 Visi dan Target 51

3.1 Visi 52
3.2 Target 52

3.2.1 Periode Pentahapan 52

3.2.2 Asumsi 52

3.2.3 Contoh Penetapan Target Provinsi 54

3.2.4 Target Nasional 2030 56

Bab 4 Strategi Implementasi 57

4.1 Tantangan 58

4.2 Strategi Pencapaian Seratus Persen Akses 59

Bab 5 Milestone Implementasi 69

5.1 Pendahuluan 70

5.2 Milestone Implementasi 70

5.3 Program Pembangunan 73

Bab 6 Analisis Biaya dan Mobilisasi Sumber Daya 79

6.1 Struktur Biaya 80

6.1.1 Berbagai Referensi 80

6.1.2 Struktur Biaya di Rencana Aksi 80

6.2 Analisis Biaya Pencapaian 100% Akses CTPS 82

6.2.1 Memperkirakan Biaya Satuan untuk CTPS 82

6.3 Perkiraaan Biaya Nasional 83

6.4 Potensi Mobilisasi Sumber Daya 84

6.4.1 Kategori biaya dan potensi sumber pendanaanya 84


6.4.2 Mobilisasi sumber daya 85

Daftar Pustaka 86

Lampiran 1 87

Lampiran 2 92

Lampiran 3 138

Lampiran 4 143

9
REN C A N A©
©AUUNICEF/UN0353518/Ijazah
KNSI CI EN A
F/USNI0O3N 5
A35L182/0Ij2az2ah- 2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
DAFTAR ISTILAH

SINGKATAN KETERANGAN
AACE Association of the Advancement of Cost Engineering
AKKOPSI Asosisasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BABS Buang Air Besar Sembarangan
BAU Business-as-Usual
Bappenas Badan Perencanaan Nasional
BAZNAS Badan Amil Zakat Nasional
BKF Badan Kebijakan Fiskal
BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPS Badan Pusat Statistik
BSN Badan Standarisasi Nasional
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CAPEX Capital Expenditure atau biaya investasi
Covid-19 Corona Virus Diseases - 2019
CSR Corporate Social Responsibility
CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun
DAK Dana Alokasi Khusus
Dapodik Data Pokok Pendidikan
DID Dana Insentif Daerah
EMIS Education Monitoring Information System
GCF The Green Climate Fund
GERMAS Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
JMP Joint Monitoring Program
JKN Jaminan Kesehatan Nasional
KSP-CTPS Kemitraan Swasta Pemerintah – Cuci Tangan Pakai Sabun
NDA National Designated Authority
NPSK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
OPEX Operational Expenditure atau biaya operasi dan pemeliharaan
Otsus Dana Otonomi Khusus
PFB Pooling Fund Bencana
PBI Penerima Bantuan Iuran
PHBS Perilaku Hidup Bersih Sehat
Pokja PPAS Kelompok Kerja Pembangunan Perumahan, Air Minum, dan Sanitasi
PNS Pegawai Negeri Sipil
Rifaskes Riset Fasilitas Kesehatan
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

10 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Satgas Satuan tugas
SDGs Sustainable Development Goals
STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
TPB Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
UNFCCC United Nations Framework Convention on Climate Change
UNFPA United Nation Population Fund
UNICEF United Nation Children’s Fund
WASH Water, Sanitation, and Hygiene
WHO World Health Organization
WSSLIC Water Supply and Sanitation for Low Income Communities

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Empat tatanan CTPS beserta penjelasannya 20

Tabel 2.1 Definisi tingkat layanan CTPS berdasarkan JMP dengan penyesuaian
untuk tatanan Fasilitas Umum 24

Tabel 2.2 Pemetaan kebijakan dan peraturan setingkat Menteri terkait CTPS 28

Tabel 2.3 Pemetaan kementerian/lembaga terkait CTPS di Indonesia 32

Tabel 2.4 Tiga belas kementerian/lembaga terkait CTPS 33

Tabel 2.5 Berbagai kegiatan tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana 37

Tabel 2.6 Rincian QR Peduli Lindungi yang terdaftar untuk setiap provinsi, per 19 Januari 2022 46

Tabel 2.7 Ringkasan temuan dan tantangan CTPS untuk setiap komponen 48

Tabel 3.1 Perhitungan rinci proyeksi CTPS Indonesia untuk tatanan rumah tangga 53

Tabel 3.2 Target nasional CTPS untuk berbagai tatanan 56

Tabel 4.1 Strategi untuk setiap tantangan CTPS yang teridentifikasi 60

Tabel 5.1 Matrik program pembangunan dalam rangka pencapaian 100% akses CTPS tahun 2030 74

Tabel 6.1 Kategori biaya CTPS berdasarkan studi tahun 2021 di 46 negara berkembang 80

Tabel 6.2 Kategori biaya yang digunakan dalam Rencana Aksi CTPS 80

Tabel 6.3 Ringkasan kebutuhan biaya CTPS di semua tatanan (nilai tengah) 83

Tabel 6.4 Potensi sumber pendanaan untuk setiap kategori biaya 84

Tabel 6.5 Indikasi mobilisasi sumber daya pencapaian akses CTPS 100% di seluruh tatanan 85

REN C A N A© AUKNSI CI ENF/AUSNI0O3N53A5L182/0Ij2az2a-h2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 11
DAFTAR TABEL DI LAMPIRAN
Tabel 0.1 Sembilan kategori biaya CTPS 94

Tabel 0.2 Sembilan kategori biaya CTPS, berketahanan iklim 95

Tabel 0.3 Construction Cost Index by Province, 2021 96

Tabel 0.4 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah
tangga (tingkat harga 2021) 97

Tabel 0.5 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah:
tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 98

Tabel 0.6 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: layanan terbatas
menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 98

Table 0.7 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas
kesehatan(tingkat harga 2021) 99

Tabel 0.8 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan
fasilitas umum (tingkat harga 2021) 99

Tabel 0.9 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah tangga
(tingkat harga 2021) 100

Tabel 0.10 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah:
tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 100

Tabel 0.11 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah:
layanan terbatas menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 101

Tabel 0.12 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas
kesehatan (tingkat harga 2021) 101

Tabel 0.13 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan
fasilitas umum (tingkat harga 2021) 102

Tabel 0.14 Biaya tahunan CTPS untuk setiap kategori biaya dalam pencapaian
100% akses di tatanan rumah tangga (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 104

Tabel 0.15 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan
rumah tangga (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 104

Tabel 0.16 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 107

Tabel 0.17 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 107

Table 0.18 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 110

Tabel 0.19 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah 110

12 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Tabel 0.20 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 113

Tabel 0.21 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 113

Tabel 0.22 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 116

Tabel 0.23 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah 116

Tabel 0.24 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 119

Tabel 0.25 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 119

Tabel 0.26 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 122

Tabel 0.27 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah 122

Tabel 0.28 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 125

Tabel 0.29 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 125

Tabel 0.30 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 128

Tabel 0.31 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah 128

Tabel 0.32 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 131

Tabel 0.33 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 131

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 13
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sebaran penduduk di enam wilayah Indonesia berdasarkan Sensus 2020 8

Gambar 2.2 Proyeksi penduduk Indonesia hingga tahun 2030 9


Gambar 2.3 Klasifikasi urusan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang 24/2014 11
Gambar 2.4 Anggaran kesehatan dan proporsinya di dalam APBN 14
Gambar 2.5 Pembagian anggaran kesehatan untuk berbagai kegiatan terkait kesehatan 15
Gambar 2.6 Tren alokasi anggaran kesehatan di berbagai kementerian/lembaga 15
Gambar 2.7 Materi dan pesan komunikasi CTPS dalam peringatan Hari CTPS Sedunia tahun 2020 20
Gambar 2.8 Waktu-waktu penting CTPS 20
Gambar 2.9 Pencegahan Covid-19 melalui GERMAS 20
Gambar 2.10 Materi promosi untuk fasilitas CPTS yang inklusif 21
Gambar 2.11 Tangkapan layar waktu penting CTPS menurut Kementerian Kesehatan
(Pedoman Cuci Tangan Pakai Sabun, 2020) 21
Gambar 2.12 Data historis akses CTPS di tatanan Rumah Tangga (sumber: BPS) 22
Gambar 2.13 Akses CTPS rumah tangga tahun 2020 disertai hasil Riskesdas 2018 23
Gambar 2.14 Perilaku CTPS berdasarkan pekerjaan menurut Riskesdas 2018 23
Gambar 2.15 Akses CTPS di tatanan sekolah tahun 2020 24
Gambar 2.16 Akses CTPS di tatanan Madrasah tahun 2020 24
Gambar 2.17 Akses CTPS di fasilitasi Kesehatan tahun 2019 25
Gambar 2.18 Tangkapan layar dari UNICEF 3M Monitoring, periode Januari 2022 26
Gambar 2.19 Sebaran QR points setiap provinsi di Indonesia 27
Gambar 3.1 Proyeksi akses nasional CTPS Indonesia untuk tatanan Rumah Tangga 33
Gambar 3.2 Proyeksi akses CTPS untuk tatanan rumah tangga di Aceh 35
Gambar 3.3 Proyeksi akses CTPS tatanan rumah tangga di Nusa Tenggara Barat 35
Gambar 3.4 Proyeksi akses CTPS tatanan rumah tangga di DI Yogyakarta 36
Gambar 5.1 Linimasa peristiwa politik utama dan kegiatan perencanaan di Indonesia hingga 2030 47
Gambar 5.2 Empat milestone untuk mencapai 100% akses tahun 2030 48
Gambar 6.1 Model 3, keran tanpa dilengkapi bak penampung air keramik (sink) 58
Gambar 6.2 Langkah-langkah untuk menentukan rentang biaya satuan 59
Gambar 6.3 Langkah-langkah dalam memperkirakan biaya CAPEX dan OPEX 60
Gambar 6.4 Prosentase kebutuhan biaya CTPS semua tatanan untuk mencapai 100% akses 61

14 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
DAFTAR GAMBAR DI LAMPIRAN

Gambar 1 Langkah-langkah menentukan rencang biaya satuan 69

Gambar 2 Langkah-langkah dalam perkiraan biaya CAPEX dan OPEX 69


Gambar 3 Inflasi bulanan dari tahun 2020 - 2021 72
Gambar 4 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan rumah tangga
(nilai tengah, dalam milyar rupiah) 77
Gambar 5 Persentase biaya total CTPS di tatanan rumah tangga 77
Gambar 6 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses (berketahanan iklim,
nilai tengah, dalam milyar rupiah) 78
Gambar 7 Persentase biaya total CTPS di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim) 79
Gambar 8 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan sekolah
(nilai tengah, dalam milyar rupiah) 80
Gambar 9 Persentase biaya total CTPS di tatanan sekolah 80
Gambar 10 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan sekolah
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 81
Gambar 11 Persentase biaya total CTPS di tatanan sekolah (berketahanan iklim) 82
Gambar 12 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan madrasah
(nilai tengah, dalam milyar rupiah) 83
Gambar 13 Persentase biaya total CTPS di tatanan madrasah 83
Gambar 14 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan madrasah
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 84
Gambar 15 Persentase biaya total CTPS di tatanan madrasah (berketahanan iklim) 84
Gambar 16 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan
(nilai tengah, dalam milyar rupiah) 86
Gambar 17 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas kesehatan 86
Gambar 18 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 87
Gambar 19 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim) 87
Gambar 20 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas umum
(nilai tengah, dalam milyar rupiah) 88
Gambar 21 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas umum 89
Gambar 22 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas umum
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 90
Gambar 23 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim) 90
Gambar 24 Tahapan penyusunan Rencana Aksi 95

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 15
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) diterima sebagai komitmen
global dunia pada Sidang Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-70 September 2015. Salah satu dari tujuh
belas tujuan TPB adalah memastikan seluruh manusia memiliki akses ke fasilitas sanitasi dan higiene sekaligus
mengakhiri praktik buang air besar sembarangan, dengan penekanan pada kebutuhan perempuan dewasa, gadis,
dan kelompok rentan (Tujuan 6.2). Indikator global 6.2.1 menyatakan bahwa akses universal ke fasilitas cuci tangan
dengan air dan sabun (atau Cuci Tangan Pakai Sabun – CTPS) perlunya dicapai, dengan menggunakan keberadaan
fasilitasi cuci tangan sebagai indikator pendekatan (proxy) untuk mengukur perilaku cuci tangan.

CTPS dikenal luas sebagai teknik dasar terpenting pencegahan penyebaran penyakit menular, dengan tingkat
keberhasilan 80% untuk pencegahan infeksi umum dan 45% berkaitan dengan pencegahan penyakit yang lebih
berat (USAID, 2021). Hal ini terjadi karena rata-rata manusia menyentuh wilayah muka dengan tangan sebanyak
23 kali setiap jam, termasuk menyentuh membran mukosa di hidung, mata, dan mulut. 1 Di dalam kasus COVID-19,
mekanisme ini dipercanya sebagai penyebab utama transmisi.

Praktik CTPS juga dihubungkan dengan penurunan risiko penyakit-penyakit berikut ini2:

» Penurunan risiko infeksi pernafasan akut sebesar 16-23 persen, dan menurunkan risiko pneunomia hingga
setengahnya,
» Pengurangan secara signifikan infeksi neonatal dan penurunan risiko diare endemik sebesar 48 persen, serta
» Mengurangi angka ketidahadiran siswa di sekolah (absenteeism) karena penyakit yang berkaitan dengan
pencernaan sebesar 29-57 persen.

Sebagai tambahan dari berbagai dampak positif berkaitan dengan kesehatan di atas, secara ekonomi CTPS
merupakan salah satu metode yang paling hemat biaya untuk pencegahan penyakit. Sebagai contoh, penyediaan
sarana CTPS di fasilitas kesehatan dapat dilakukan dengan biaya berkisar antara 0.90 – 2.50 USD, tergantung kondisi
masing-masing negara. Pengurangan biaya kesehatan hingga 15 kali lipatnya dapat dicapai melalui penguatan
kebijakan terkait CTPS.3

CTPS semakin penting dan relevan dengan kehidupan kita sekarang karena terkait erat dengan perubahan iklim.4
Tahun 2019, UN Water menyusun kertas kebijakan (policy brief) tentang Air dan Perubahan Iklim (Water and Climate
Change)5 dengan penekanan bahwa perubahan iklim dirasakan terutama melalui air sehingga berpengaruh juga
pada higiene, melalui hal-hal berikut:

» • Saat terjadi kelangkaan air, menjaga higiene yang memadai menjadi lebih sulit untuk dilakukan, dari mencuci
tangan hingga keseluruhan higiene dan pengelolaan kebersihan menstruasi,
» • Pada saat terjadi banjir, wabah penyakit seperti kolera akan menjadi tantangan yang serius untuk dihadapi,
dan
» • Peningkatan risiko penyakit menular merupakan akibat dari hari-hari yang semakin panas (peningkatan
suhu), peningkatan curah hujan, serta kelembapan yang semakin tinggi.

Mengingat peran penting CTPS di atas, Indonesia memandang sektor ini sebagai tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai Undang-Undang Nomor 23
tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dan sebagai upaya menyusun rencana yang sistematis pelaksanaan
gerakan CTPS di semua tingkatan pemerintahan dalam rangka pencapaian akses universal, Pemerintah Indonesia
meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) tahun 2017 melalui penerbitan Instruksi Presiden Nomor
1 tahun 2017 tentang GERMAS. Dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS 2022 - 2030 ini disusun untuk memberikan
kesamaan tujuan, kebijakan pelaksanaan, target dan rencana aksi rinci bagi setiap pemangku kepentingan dalam
rangka pencapaian akses CTPS untuk semua di tahun 2030.

1 Ijaz MK, Nims RW, Szalay S de, Rubino JR. Soap, water, and severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2): an ancient handwashing
strategy for preventing dissemination of a novel virus.
2 Claire & Dian, 2021, Situational Analysis Report, USAID.
3 OECD (2018), Stemming the Superbug Tide: Just A Few Dollars More, OECD Publishing, Paris. https://doi.org/10.1787/9789264307599-en As Quoted by
WHO - UNICEF report Hand Hygiene for All 2020.

4 The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) defines climate change as a change of climate which is attributed directly or
indirectly to human activity that alters the composition of the global atmosphere and which is in addition to natural climate variability observed over compa-
rable time periods.
5 https://www.unwater.org/app/uploads/2019/09/UN_Water_Policy_Brief_Climate_Change_and_Water_web.pdf

18 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
1.2 TUJUAN
Rencana Aksi CTPS ini memiliki empat (4) tujuan sebagai berikut:

» Harmonisasi kebijakan berbagai pemangku kepentingan terkait CTPS


dalam rangka meningkatkan akses dan menjamin keberlanjutan layanan,
» Rencana Aksi digunakan sebagai dasar kesepakatan antar pemangku
kepentingan dalam rangka pengembangan budaya CTPS,
» Menyediakan koridor pelaksanaan kegiatan CTPS berbagai pemangku
kepentingan untuk pencapaian akses bagi semua, serta
» Menjadi sebuah dokumen referensi dalam proses perencanaan dan
penganggaran rutin tahunan bagi berbagai pemangku kepentingan.

1.3 PERATURAN DAN KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG


Peraturan dan kebijakan yang mendukung upaya penyusunan Rencana Aksi ini disebutkan dalam daftar berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945 "Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan" dinyatakan di dalam
norma hukum tertinggi di Indonesia, UUD 1945, amandemen keempat, Pasal 28H paragraf pertama.

2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


a. Pasal 4 menyebutkan, "Setiap orang berhak atas kesehatan". Kesehatan, sebaimana hak atas untuk hidup, adalah
hak dasar yang tidak dapat diganggu gugat dalam kondisi apapun
b. Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan (Pasal 6)
c. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak
mempunyai risiko buruk bagi kesehatan (Pasal 163(1))
d. Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima persen) dari anggaran
pendapatan dan belanja negara di luar gaji (Pasal 171 (1))
e. Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh
persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji (Pasal 171 (2))
f. Besaran anggaran kesehatan diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang besarannya sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah (Pasal 171 (3)).
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
4. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1018/MENKES/PER/V/2011 tentang Strategi Adaptasi
Sektor Kesehatan terhadap Dampak Perubahan Iklim
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 035 tahun 2012 tentang Pedoman Identifikasi Faktor
Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Berita Negara Republik
Indonesia tahun 2020 Nomor 326)

1.4 PEMBACA SASARAN


Rencana Aksi CTPS ini menyasar beragam pembaca yang diharapkan mendapatkan manfaat dari dokumen, sesuai
dengan luasnya cakupan kegiatan CTPS. Secara khusus, Rencana Aksi ini diharapkan digunakan sebagai referensi
pelaksanaan kegiatan CTPS oleh berbagai kementerian dan lembaga pemerintah, mitra pembangunan sanitasi dan
higiene, kelompok masyarakat, lembaga non-pemerintah, serta kalangan dunia usaha.
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN 19
1.5 PERIODE PERENCANAAN
Telah disepakati pada konsultasi tingkat nasional dan sub-nasional bahwa
Rencana Aksi CTPS ini perlu memiliki periode perencanaan yang mencakup
periode TPB yaitu hingga tahun 2030, dengan permulaan pelaksanaan
tahun 2022. Karena periode perencanaan yang melampaui periode Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) saat ini yaitu 2020-2024,
maka pentahapan di dalam Rencana Aksi ini dilakukan mengikuti periode
RPJMN berikutnya.

1.6 PROSES DAN RUANG LINGKUP


Rencana Aksi CTPS disusun berdasarkan kombinasi pendekatan top-down
dan bottom-up, dengan memastikan diterimanya masukan dan saran dari
berbagai organisasi non-pemerintah. Menggabungkan dua pendekatan ini
penting dilakukan agar rencana aksi yang dihasilkan merupakan rencana yang
masuk akal (reasonable) dan dapat dilakukan (implementable). Lebih dari
sepuluh rapat konsultasi dengan berbagai kementerian/lembaga dilakukan
sebagai bagian pelaksanaan pendekatan top-down. Pendekaan bottom-up
dilakukan dengan melibatkan tiga provinsi sebagai bagian proses konsultasi
di tingkat sub-nasional untuk memastikan keselarasan antara keinginan
pemerintah pusat berdasarkan kondisi serta aspirasi pemerintah daerah
setempat. Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Daerah Istimewa Yogyakarta
dipilih berdasarkan kinerja baiknya dalam pelaksanaan STBM. Perwakilan
pemerintah kabupaten/kota juga turut berpartisipasi dalam kegiatan konsultasi
di tingkat sub-nasional ini. Lampiran dokumen ini memberikan penjelasan
rinci berbagai proses yang dilakukan dalam penyusunan Rencana Aksi.

Ruang lingkup pembahasan Rencana Aksi ini mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2014
tentang STBM, terutama terkait berbagai komponen dalam kegiatan CTPS. Peraturan Menteri Kesehatan ini
mengatur pelaksanaan STBM yang terbagi dalam tiga komponen:

» Lingkungan yang mendukung (enabling environment),


» Peningkatan kebutuhan (demand creation), dan
» Pemenuhan layanan (supply of service).

Sebagai tambahan atas tiga komponen CTPS di atas, Rencana Aksi ini membahas CTPS di empat tatanan atau
wilayah pelaksanaan kegiatan. Keempat tatanan CTPS berikut ini sejalan dengan pernyataan WHO dan UNICEF di
dalam Hand Hygiene for All 2020, yang menganjurkan dan mendorong pelaksaaan dan ketersediaan akses CTPS
secara universal untuk memerangi Corona Virus Diseases (Covid-19) dan sebagai upaya kesiapsiagaan menghadapi
potensi pandemi yang akan datang.6

Tabel 1.1 Empat tatanan CTPS beserta penjelasannya

Rumah tangga didefinisikan sebagai rumah tangga biaya sebagai diatur


RUMAH TANGGA pengertiannya oleh Badan Pusat Statistik (BPS)7, dan tidak termasuk rumah
tangga khusus.

Mencakup sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga menengah atas,


baik untuk sekolah umum maupun sekolah berbasis agama Islam (Madrasah)
SEKOLAH
yang terdaftar di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
dan Kementerian Agama. Pesantren tidak dibahas di dalam Rencana Aksi ini.

6 Pendekatan ini diulang kembali dalam rekomendasi WHO untuk memastikan ketersediaan akses CTPS bagi semua dalam rangka pencegahan penye-
baran Covid-19. Tersedia di laman https://www.who.int/publications/m/item/interim-recommendations-on-obligatory-hand-hygiene-against-transmis-
sion-of-covid-19
7 https://www.bps.go.id/istilah/index.html?Istilah%5Bberawalan%5D=R&Istilah_page=4

20 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2016 tentang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Pasal 1 menyebutkan bahwa fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
FASILITAS KESEHATAN maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat. Dan di Pasal 4 disebutkan sepuluh fasilitas pelayanan
kesehatan. Meski demikian, Rencana Aksi ini hanya membahas Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan
karena keterbatasan data dasar yang dimiliki saat ini.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/


MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakt di Tempat
dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan COVID-19 menyebutkan dua
belas jenis fasilitas umum, yaitu: i) Pasar dan sejenisnya, ii) Pusat Perbelanjaan/
Mall/Pertokoan dan sejenisnya, iii) Hotel/Penginapan/Homestay/Asrama dan
sejenisnya, iv) Rumah Makan/Restoran dan sejenisnya, v) Sarana dan Kegiatan
FASILITAS UMUM
Olahraga, vi) Moda Transportasi, vii) Stasiun/Terminal/Pelabuhan/Bandar Udara,
viii) Lokasi Daya Tarik Wisata, ix) Jasa Perawatan Kecantikan/Rambut dan
sejenisnya, x) Jasa Ekonomi Kreatif, xi) Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah,
dan xii) Jasa Penyelenggaraan Event/Pertemuan. Rencana Aksi ini mengikuti
pembagian kedua belas jenis fasilitas umum sebagaimana diatur ole Keputusan
Menteri Kesehatan ini.

Dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS memberikan penjelasan mengenai kondisi saat ini pengelolaan dan praktik
CTPS di Indonesia, visi dan tujuan yang ingin dicapai, strategi dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan ini, perkiraan
biaya pelaksanaan Rencana Aksi, serta indikasi mobilisasi sumber pendanaan dari berbagai pemangku kepentingan.
Topik-topik pembahasan ini disusun secara sistematis di dalam enam (6) bab dokumen Rencana Aksi Nasional
CTPS.

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 21
BAB 2

ANALISIS SITUASI
2.1 DEFINISI YANG DIGUNAKAN
2.1.1 TINGKAT LAYANAN
Tingkat layanan CTPS ditetapkan berdasarkan definisi yang ditetapkan oleh the Joint Monitoring Program (JMP),
yang membagi layanan CTPS ke dalam tiga tingkat layanan: basic service, limited service, dan no service. Ketiga
tingkat layanan tersebut diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia menjadi LAYANAN DASAR, LAYANAN TERBATAS,
dan TIDAK ADA LAYANAN. Hingga dokuman ini disusun, JMP memberikan definisi tingkat layanan di tiga tatanan:
rumah tangga, sekolah, dan fasilitas kesehatan. Rencana Aksi ini mengadopsi definisi tingkat layanan Rumah
Tangga untuk digunakan di tatanan fasilitas umum. Tabel 2-1 berikut menjelaskan definisi tingkat layanan untuk
setiap tatanan.

Tabel 2.1 Definisi tingkat layanan CTPS berdasarkan JMP dengan penyesuaian untuk tatanan Fasilitas Umum

Rumah Sekolah (termasuk Fasilitas Fasilitas


Tangga Madrasah) Kesehatan Umum
Layanan Ketersediaan fasilitas Ketersediaan Fasilitas cuci tangan Ketersediaan fasilitas
Dasar cuci tangan yang fasilitasi cuci tangan dilengkapi air dan cuci tangan yang
dilengkapi air dan yang dilengkapi sabun dan/atau dilengkapi air dan
sabun di rumah air dan sabun fasilitas cuci tangan sabun di tempat
berbahan dasar
alkohol di titik layanan
dan di dalam radius
5 meter dari toilet

Layanan Ketersediaan fasilitas Ketersediaan fasilitasi Fasilitas cuci tangan Ketersediaan fasilitas
Terbatas cuci tangan tanpa cuci tangan dengan air terdapat di titik layanan cuci tangan tanpa
dilengkapi sabun dan/ namun tanpa sabun atau tolilet, namun dilengkapi sabun dan/
atau air di rumah tidak di keduanya atau air di tempat

Tidak Ada Tidak terdapat fasilitas Tidak terdapat fasilitas Tidak terdapat Tidak terdapat fasilitas
Layanan cuci tangan di rumah cuci tangan atau fasilitas cuci tangan cuci tangan di tempat
terdapat fasilitas baik di titik layanan
cuci tangan tanpa maupun di toilet
dilengkapi air

Sumber: The Joint Monitoring Program

Fasilitas CTPS hanya dapat meningkatkan derajat kesehatan apabila fasilitas tersebut berfungsi sepenuhnya, yaitu
dilengkapi dengan air dan sabun, termasuk ketersediaan fasilitas cuci tangan di titik layanan dan dalam radius 5
meter dari toilet untuk fasilitas kesehatan. Mengacu pada definisi tingkat layanan di atas, keberfungsian sepenuhnya
ini termasuk di tingkat Layanan Dasar. Sebagai hasilnya, dalam penyusunan Rencana Aksi ini LAYANAN DASAR
diputuskan menjadi layanan minimum agar tujuan perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan dapat tercapai.

2.1.2 HIGIENE TANGAN DAN CTPS


State of the World’s Hand Hygiene: A Global Call to Action to Make Hand Hygiene a Priority in Policy and Practice
yang disusun WHO dan UNICEF menyatakan bahwan penggunaan handsanitizer berbahan dasar alkohol lebih
cepat, lebih mudah, dan lebih efektif dibandingkan mencuci tangan dengan air dan sabun untuk membersihkan
tangan. Dimana sabun dan air bersih tidak tersedia, Kementerian Kesehatan menyarankan penggunaan handsanitizer
berbahan alkohol8. Hasil efektif dapat dicapai dengan penggunaan handsanitizer denga kadar persentase volume
minimum 60% alkohol.

CTPS memiliki keuntungan berbeda dibandingkan dengan penggunaan handsanitizer. Sabun dan air dapat
menghilangkan segala jenis kuman dari tangan, sedangkan handsanitizer hanya mengurangi jumlah kuman yang
terdapat di kulit. Lebih lanjut, handsanitizer hanya dapat digunakan apabila tangan tidak kotor atau berminyak, dan
tidak terdapat darah atau cairan tubuh lainnya. Handsanitizer juga tidak dapat membunuh kuman seperti Norovirus,
Cryptosporidium, dan Clostridioides difficile, termasuk menghilangkan bahan kimia berbahanya seperti pestisida
8 Kementerian Kesehatan dan UNICEF, 2020, Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun

24 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
dan logam berat. Sehingga penggunaan handsanitizer tidak dapat sepenuhnya menggantikan fungsi fasilitas
CTPS dan hanya dapat digunakan sebagai fasilitas pelengkap, terutama pada saat air dan sabun tidak tersedia.
Sebagaimana yang dikonfirmasi oleh Bappenas, ketersediaan handsanitizer saja tidak terkategori atau terhitung
sebagai akses ke fasilitas CTPS. 9

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2014 tentang STBM, CTPS adalah praktik mencuci tangan
dengan air mengalir dan sabun. Dalam mendefinisikan air mengalir ini, BPS di dalam Pedoman Konsep dan Definisi
Susenas mendefisikan air mengalir sebagai air yang telah digunakan untuk mencuci tangan tidak digunakan
kembali. Menyangkut fasilitas CTPS, JMP 10 memberikan definisi sebagai fasilitas permanen maupun yang dapat
dipindah-pindah (mobile), meliputi keran air dengan bak, keran dan ember, tippy taps, dan kendi atau baskom yang
dikhususkan untuk mencuci tangan. Sabun meliputi sabun batang, sabun cair, detergen serbuk, dan air sabun,
namun tidak termasuk abu, tanah, pasir, serta agen pembersih lainnya.

Rencana Aksi menggunakan definisi cuci tangan sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Menteri
Kesehatan dengan penjelasan teknis, terutama terkait air mengalir, dari BPS di dalam pedoman Susenas.

2.1.3 PERSYARATAN KUALITAS AIR


Hingga dokumen ini selesai disusun tidak ditemukan pedoman yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan syarat
kualitas air yang layak untuk mencuci tangan. Namun, penelitian yang melihat keterkaitan antara kualitas air dengan
efektivitas cuci tangan yang dilakukan Matthew E. Verbyla et al. (2019) menemukan bahwa air yang tercemar E. Coli
sebesar 1,000/100 ml kemungkinan besar (>99.9%) efektif untuk mengurangi kontaminasi di tangan. Sehingga,
secara umum dapat dikatakan bahwa mencuci tangan meski dengan air tercemar, terkecuali air yang tercemar
berat, akan memberikan keuntungan bersih (net benefit) lebih besar daripada risiko terkontaminasinya tangan yang
berasal dari air tercemar.

Air dengan kadar pencemar E.Coli sebesar 1,000/100 ml setara dengan Kelas Dua kualitas air sungai, danau
dan sejenisnya menurut Lampiran V Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kelas Dua adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan untuk
peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, kualitas air untuk mencuci tangan tidak harus air memiliki kualitas layak (improved).
Air dengan kualitas tidak layak pun (unimproved) masih dapat digunakan dan memberikan dampak positif yang lebih
besar dari risikonya untuk mencuci tangan. Air yang termasuk kategori tidak layak adalah air yang bersumber dari
sumur gali tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi, dan air permukaan (sungai, danau dll).

Rencana Aksi ini menggunakan asumsi bahwa rumah tangga dan tatanan lainnya telah terhubung ke sistem
penyediaan air bersih, baik yang berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ataupun yang berasal dari
sistem penyediaan air lainnya (contohnya adalah sistem yang dikelola masyarakat salah satunya melalui program
Pamsimas) dengan kualitas minimum adalah kualitas air tidak layak sebagaimana dijelaskan di atas. Asumsi ini
dianggap cukup masuk akal untuk digunakan karena mengacu pada data BPS sebesar 90.78 persen rumah tangga
di Indonesia telah memiliki akses ke air yang layak di tahun 2021, meningkat sedikit dibandingkan kondisi tahun
2019 sebesar 89.27 persen.

2.2 SENSUS DAN PROYEKSI PENDUDUK


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
menyebutkan bahwa Indonesia terbagi atas 34 provinsi, 98 kota dan 416 kabupaten. 11 Terdapat 8,479 kelurahan dan
74,957 desa sebagai wilayah administrasi pemerintahan terendah.

Dari keseluruhan tingkat pemerintahan tersebut, BPS mencatat jumlah penduduk sebesar 270.20 juta berdasarkan
Sensus Penduduk 2020 dengan kepadatan penduduk rata-rata 141 jiwa/km2. Pulau Jawa masih merupakan wilayah
9 Dikonfirmasi oleh Direktorat Perumahan dan Permukiman, Bappenas, saat konsultasi nasional penyiapan Rencana Aksi CTPS ini di bulan September 2021.
10 Untuk informasi lebih rinci dapat mengunjungi laman https://washdata.org/monitoring/hygiene
11 Tanggal 30 Juni 2022, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Repulik Indonesia telah mensahkan tiga Undang-Undang pembentukan tiga provinsi baru di Papua.
Proses penyusunan payung hukum lain masih dilakukan termasuk yang berkaitan dengan kode dan data wilayah administrasi. Lihat laman berikut https://
www.dpr.go.id/berita/detail/id/39597/t/DPR+Sahkan+3+UU+Provinsi+Baru%2C+Puan%3A+Jaminan+Hak+Rakyat+Papua+dalam+Pemerataan+Pemban-
gunan

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 25
56,10%
(151,6 juta)

23,68%
(58,6 juta)

7,36% 6,15% 5,54% 3,17%


(19,9 juta) (15,0 juta)
(16,6 juta)
(8,6 juta)

JAWA SUMATERA SULAWESI KALIMANTAN BALI-NUSA MALUKU-


TENGGARA PAPUA

Gambar 2 1 Sebaran penduduk di enam wilayah Indonesia berdasarkan Sensus 2020

dengan jumlah penduduk terbesar dengan 151.60 juta jiwa atau setara 56.10 persen dari penduduk nasional, dengan
Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah secara berurutan merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terpadat.
Maluku dan Papua tercatat dihuni 8.60 juta jiwa, atau 3.17 persen dari penduduk Indonesia, yang merupakan wilayah
dengan jumlah penduduk terendah dibandingkan wilayah-wilayah lainnya. BPS juga merekam laju pertambahan
penduduk tahunan 1.25 persen dari periode sensus 2010 dan 2020. Sebaran penduduk untuk enam wilayah
Indonesia disajikan di Gambar 2-1 berikut.

Bappenas, BPS, dan UNFPA tahun 2018 menerbitkan sebuah publikasi berjudul Indonesia Population Projections
2015–2045 SUPAS Results.12 Publikasi ini dijadikan dasar proyeksi penduduk Indonesia di dalam Rencana Aksi ini
setelah dilakukan penyesuaian proyeksi 2020 berdasarkan hasil sensus. Faktor koreksi yang didapatkan kemudian
diterapkan untuk memproyeksikan jumlah penduduk tahun 2025 dan 2030. Gambar berikut menyajikan hasil
proyeksi penduduk hingga tahun 2030.

294,5 juta

283,0 juta

270,2 juta

Gambar 2.2 Proyeksi penduduk Indonesia hingga tahun 2030

12 Laporan ini tersedia daring dan dapat diakses melalui lama https://www.bps.go.id/publication/2018/10/19/78d24d9020026ad95c6b5965/proyeksi-pen-
duduk-indonesia-2015-2045-hasil-supas-2015.html. Terakhir diakses tanggal 10 September 2021.

26 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
2.3 LINGKUNGAN YANG MENDUKUNG
2.3.1 KERANGKA PENGATURAN
Berbagai Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) terkait CPTS telah diterbitkan sebagai usaha meningkatkan
kondisi lingkungan yang mendukung bagi pelaksanaan praktik CTPS di semua tatanan. Salah satu peraturan
perundangan awal terkait CTPS adalah Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang
mengatur bahwa fasilitas CTPS harus disediakan oleh pemilik atau pengelola gedung. Lebih lanjut, sebagai
perwujudan amanat konstitusi terkait layanan kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
disahkan dengan salah satu aspek yang diatur adalah tentang pencegahan penyakit menular (Pasal 62 dan 157).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih Sehat (PHBS) disusun sebagai peraturan pelaksana untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya yang merupakan tujuan utama pembangunan kesehatan menurut Pasal 3 Undang-Undang Kesehatan Nomor
36/2009. Pendekatan sistematis perubahan perilaku sanitasi dan higiene kemudian dirumuskan lebih lanjut dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) yang pelaksanannya dilakukan melalui penguatan peran serta masyarakat menggunakan metode pemicuan.

Dalam rangka pencapaian Target 6 TPB, meningkatkan produktivitas penduduk serta untuk menurunkan biaya
kesehatan melalui pendekatan preventif dan promotif, Pemerintah meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) melalui Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2017 sebagai sebuah gerakan nasional. PHBS menjadi salah
satu rencana aksi dan kebijakan GERMAS dengan terlaksananya praktik CTPS di berbagai tatanan menjadi salah satu
dari indikator keberhasilan PHBS.

Kerangka pengaturan CTPS semakin diperkuat sebagai bagian tanggap COVID-19. Instruksi Presiden Nomor 6 tahun
2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus Disease 2019 memerintahkan Gubernur, Bupati dan Walikota untuk secara masif mempromosikan
pelaksanaan protokol kesehatan (dengan praktik CTPS sebagai salah satu protokolnya), memperkuat peraturan
daerah dan penegakannya dalam pelaksanaan protokol kesehatan, dan perlindungan kesehatan masyarakat yang
salah satunya dilakukan melalui penyediaan handsanitizer.

Hingga Rencana Aksi ini disusun, berbagai kementerian/lembaga telah menerbitkan beragam peraturan dan kebijakan
terkait CTPS yang dipetakan dalam tiga kelompok atau kategori sebagaimana ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

2.3.2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020–2024 memberikan target yang jelas dan terukur untuk pembangunan sektor sanitasi sebagai berikut:

» Meningkatkan proporsi rumah tangga tengan akses sanitasi layak menjadi 90 persen (termasuk di dalamnya
adalah 15 persen rumah tangga dengan akses sanitasi aman),
» Menurunkan persentase rumah tangga yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka menjadi
0 persen,
» Menurunkan angka stunting akibat akses sanitasi buruk menjadi kurang dari 10 persen.

Penyebutan target yang spesifik juga dapat ditemui di dalam RPJMN untuk sektor pengelolaan sampah dan
penyediaan air minum.

Dampak penting dari pencantuman target dalam RPJMN adalah adanya fokus pembangunan untuk sektor ini selama
periode RPJMN, baik fokus perencanaan, implementasi, dan terutama fokus anggaran. Kebijakan daerah (provinsi
dan kabupaten/kota), termasuk kebijakan perencanaan dan anggarannya, juga akan sejalan dengan pemerintah pusat
yang memberikan fokus pada tiga hal terkait sanitasi di atas. Namun, pernyataan kebijakan nasional dantarget yang
perlu dicapai terkait akses CTPS tidak terdapat di dalam RPJMN 2020-2024. Dari sisi perencanaan penganggaran
daerah, pedoman penggangaran daerah yang diterbitkan Kementerian Dalam Negeri juga tidak mencantumkan CTPS
sebagai kegiatan yang mendapatkan kode anggaran tersendiri. Hal ini berakibat pada masih kurangnya dukungan
kebijakan dan pendanaan untuk peningkatan akses CTPS di semua tatanan, baik di tingkat nasional maupun daerah.

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 27
28

abel 2-2 Pemetaan kebijakan dan peraturan setingkat Menteri terkait CTPS

Kementerian/ Kelompok Sasaran Ruang lingkup Anggaran


No Peraturan/Kebijakan FASILITAS FASILITAS PERUBAHAN PENYEDIAAN
lembaga RT SEKOLAH MADRASAH KANTOR M&E INVESTASI O&M
KESEHATAN PUBLIK PERILAKU FASILITAS
UMUM
1 K e m e n t e r i a n Peraturan Menteri Kesehatan 3/2014
Kesehatan
2 K e m e n t e r i a n Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82
Kesehatan tahun 2014
3 K e m e n t e r i a n Peraturan Menteri Kesehatan 74/2015
Kesehatan
4 K e m e n t e r i a n Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27
Kesehatan tahun 2017
5 K e m e n t e r i a n Peraturan Menteri Kesehatan 17/2020
Kesehatan
6 K e m e n t e r i a n Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor
Kesehatan HK.03.03/MENKES/ 184/2015
7 Kemendikbudristek Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi Nomor 6/2021
8 Kemendikbudristek Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaa,
Riset, dan Teknologi Nomor 16/2021
9 Kemendikbudristek Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 tahun 2007
10 Bappenas Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi
TPB/SDG
11 Bappenas Ringkasan Metadata Indikator TPB/SDGs
12 Bappenas Panduan Teknis Pendayagunaan Zakat, Infak,
CUCI TANGAN PAKAI SABUN

Sedekah (ZIS) untuk Layanan Air Minum


RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

dan Sanitasi Layak dan Aman (Baznas, MUI,


Bappenas)
13 PUPR Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
30/PRT/M/2006
14 PUPR Panduan Umum Program Pamsimas
15 Kementerian Desa Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
13 tahun 2020
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

Kelompok Sasaran Ruang lingkup Anggaran


Kementerian/
No Peraturan/Kebijakan FASILITAS FASILITAS PERUBAHAN PENYEDIAAN
lembaga RT SEKOLAH MADRASAH KANTOR M&E INVESTASI O&M
KESEHATAN PUBLIK PERILAKU FASILITAS
16 Kementerian Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 tahun
Negeri 2012
17 Kemenkominfo Buku Saku Indonesia Bebas Stunting (Kominfo
dan Kemenkes)
18 Kemenhub Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40
tahun 2015
19 BSN SNI 8152:2015
20 BSN SNI 2588:2017

TERKAIT COVID-19
17 K e m e n t e r i a n Peraturan Menteri Kesehatan 9/2020
Kesehatan
18 K e m e n t e r i a n Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Kesehatan HK.01.07/MENKES/328/2020
19 K e m e n t e r i a n Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Kesehatan HK.01.07/MENKES/382/2020
20 K e m e n t e r i a n Surat Edaran Menteri Kesehatan No.
Kesehatan HK.02.02/I/385
21 Kemendikbudristek Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 3 tahun 2020
22 Bappenas Surat Edaran Menteri PPN/Kepala Bappenas
Nomor 10/2020
23 PUPR Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 18/
SE/M/2020
24 Kemendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
72/2020 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
112/2014
25 Kemendagri Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
440-830 Tahun 2020
26 Kemendagri Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Gubernur,
Bupati dan Walikota Nomor 440/3929/SJ
29
30

Kelompok Sasaran Ruang lingkup Anggaran


Kementerian/
No Peraturan/Kebijakan FASILITAS FASILITAS PERUBAHAN PENYEDIAAN
lembaga RT SEKOLAH MADRASAH KANTOR M&E INVESTASI O&M
KESEHATAN PUBLIK PERILAKU FASILITAS
27 Kementerian Agama Surat Edaran Menteri Agama Nomor SE.03
Tahun 2021
28 Kementerian Agama Surat Edaran Menteri Agama Nomor SE. 21
TAHUN 2021
29 Kemenparenkraf Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan,
Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di
Penyelenggaraan Kegiatan (Event)
30 Kemenparenkraf Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Kepaa Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Nomor 13 tahun 2020
31 K e m e n t e r i a n Surat Edaran Menteri Perdagangan Nomor
Perdagangan 12 tahun 2020 tentang Pemulihan Aktivitas
Perdagangan yang Dilakukan pada Masa
Pandemi Corono Virus Disease 2019 (Covid-
19) dan New Normal
32 Kemenkominfo Surat Edaran Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 6 Tahun 2020
33 Kemenhub Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 18
Tahun 2020
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
2.3.3 TATA KELOLA CTPS
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa urusan Kesehatan,
yang merupakan induk kegiatan CTPS, adalah urusan bersama atau konkuren. Undang-Undang mendefinisikan
urusan konkuren sebagai urusan pemerintah yang terbagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (provinsi
dan kabupaten/kota). Sebagai tambahan dari urusan konkuren, Undang-Undang juga menyebutkan dua urusan
pemerintahan lainnya, yaitu urusan pemerintahan absolut dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintah
absolut adalah urusan pemerintahan yang seluruhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, sedangkan urusan
pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang timbul akibat dari Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Diagram berikut ini memberikan gambaran mengenai pembagian urusan pemerintahan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014.

KLASIFIKASI URUSAN PEMERINTAHAN


UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAHAN
ABSOLUT KONKUREN
UMUM
» Politik Luar Negeri
» Pertahanan
» Keamanan
» Yustisi
» Moneter dan Fiskal
Nasional
» Agama

WAJIB PILIHAN

» Kelautan dan perikanan


» Pariwisata
» Pertanian
» Kehutanan
»Energi dan sumber
daya mineral
» Perdagangan
» Perindustrian
TIDAK BERKAITAN BERKAITAN » Transmigrasi
PELAYANAN DASAR PELAYANAN DASAR

» Tenaga kerja » Pendidikan


» Pemberdayaan perempuan » Kesehatan
dan perlindungan anak » Pekerjaan Umum dan
» Pangan Penataan Ruang
» Pertanahan » Perumahan Rakyat dan
Kawasan permukiman
» Lingkungan hidup
» Ketenteraman,
» Administrasi kependudukan ketertiban umum,
dan pencatatan sipil
dan perlindungan
» Pemberdayaan masyarakat masyarakat
dan desa
» Pengendalian penduduk » Sosial
dan keluarga berencana
» Perhubungan
» Komunikasi dan informatika
» Koperasi, usaha kecil, dan
menengah
» Penanaman modal
» Kepemudaan dan olah raga
» Statistik
» Persandian
» Kebudayaan
» Perpustakaan
» Kearsipan

Gambar 2 3 Klasifikasi urusan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang 24/2014

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 31
Berdasarkan diagram di atas, urusan Kesehatan adalah urusan konkuren yang bersifat wajib dan terkait dengan
layanan dasar. Hal ini memberikan implikasi bahwa urusan Kesehatan memiliki prioritas tertinggi, terutama dari
sisi kebijakan anggaran, melalui kewajiban bagi pemerintah daerah (dan Pusat) untuk mengalokasikan minimum
anggaran terkait Kesehatan setiap tahunnya (termasuk CTPS sebagai bagian kegiatannya).

Di Pemerintah Pusat, terdapat 19 kementerian/lembaga yang memiliki keluaran (output) kegiatan terkait kesehatan
(Bappenas, 2020). Dari 19 kementerian/lembaga tersebut, Kementerian Kesehatan mengidentifikasi 13 kementerian/
lembaga yang terkait dengan kegiatan CTPS dan dapat menindaklanjuti Seruan Aksi Nasional (Call for Action)
kemitraan Pemerintah dan Swasta tahun 2020 sebagaimana disepakati di peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun
Sedunia 202013. Tabel berikut memberikan gambaran tugas dan fungsi ke- tiga belas kementerian/lembaga terkait
kegiatan CTPS dengan tambahan keterangan mengenai fungsi Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota).

Tabel 2.3 Pemetaan kementerian/lembaga terkait CTPS di Indonesia

Kelompok Sasaran
Kementerian/
No NSPK Pembinaan dan Pengawasan RUMAH FAS.
Lembaga SEKOLAH MADRASAH FASKES
TANGGA PUBLIK
1 Kementerian Kesehatan Koordinasi berbagai kegiatan CTPS
dari seluruh pemangku kepentingan,
koordinasi kegiatan monitoring CTPS
di semua tatanan, perubahan perilaku,
penyusunan NSPK terkait CTPS
2 Kementerian Pendidikan, Bertanggung jawab untuk Institusi
Kebudayaan, Riset, Pendidikan Dasar dan Menengah
dan Teknologi
3 Kementerian Perencanaan nasional dan
Perencanaan monitoring SDG, termasuk 6.2.1
Pembangunan
Nasional/Bappenas
4 Kementerian Pembangunan infrastruktur terutama
Pekerjaan Umum dan infrastruktur berbasis masyarakat
Perumahan Rakyat
5 Kementerian Pembina umum Pemerintah Daerah:
Dalam Negeri perencanaan dan penganggaran daerah
6 Kementerian Agama Madrasah dan tempat-tempat ibadah
7 Kementerian Pariwisata Tempat pariwisata dan
dan Ekonomi Kreatif pelaku ekonomi kreatif
8 Kementerian Pasar tradisional dan pusat perbelanjaan
Perdagangan
9 Kementerian Komunikasi Diseminasi informasi
dan Informatika
10 Kementerian Terminal darat, laut, dan udara
Perhubungan
11 Badan Nasional Darurat bencana
Penanggulangan
Bencana (BNPB)
12 Badan Pusat Statistik Pendataan
13 Satgas Covid-19 Perubahan perilaku dalam rangka
penanganan Covid-19
14 Pemerintah Daerah Penyelenggaran kegiatan CTPS di daerah
(Provinsi dan
Kabupaten/Kota)

13 Clair & Dian, (2021), Situational Analysis, USAID

32 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
2.3.4 MEKANISME KOORDINASI CTPS
Salah satu prinsip penting pembangunan CTPS adalah prinsip interdepensi yang juga sejalan dengan urusan
konkuren CTPS, yaitu menjadi urusan bersama antara Pemerintah Pusat dan Daerah (provinsi dan kabupaten/
kota). Koordinasi antar kementerian/lembaga menjadi penting untuk efektivitas pembangunan CTPS agar seluruh
rakyat Indonesia tanpa terkecuali dapat melakukan praktik CTPS kapan saja dan di mana saja (prinsip universalitas).
Koordinasi berbagai kegiatan CTPS dari 13 kementerian/lembaga saat ini dilakukan melalui pertemuaan koordinasi
yang dipimpin oleh Kementerian Kesehatan.

Belajar dari pelaksanaan Rencana Aksi Perubahan Iklim yang dapat efektif dilakukan melalui mekanisme rapat
koordinasi rutin, Kementerian Kesehatan untuk saat ini tidak bermaksud membentuk satu unit atau forum koordinasi
formal untuk membahas CTPS. Telah diputuskan oleh Kementerian Kesehatan bahwa mekanisme rapat koordinasi
ini akan diadopsi untuk membahas berbagai isu CTPS lintas pemangku kepentingan. Pilihan lainnya adalah untuk
mengintegrasikan CTPS ke dalam Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi (atau POKJA Pembangunan Perumahan,
Air Minum, dan Sanitasi/PPAS)sebagai bagian dari ruang lingkup sanitasi. Pilihan ini muncul dan telah dibahas di
konsultasi subnasional dan memungkinkan untuk diterapkan di tingkat daerah.

Tiga belas kementerian/lembaga yang terkait dengan urusan CTPS dijelaskan di tabel berikut ini.

Tabel 2.4 Tiga belas kementerian/lembaga terkait CTPS

No. Kementerian/lembaga Tugas dan fungsi

1. Kementerian Kesehatan » Kementerian utama terkait kesehatan umum/rumah tangga,


kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, dan pelaksanaan
perubahan perilaku melalui STBM
» Salah satu Project Implementation Unit (PIU) Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP); anggota Pokja PPAS
Nasional dan anggota jejaring AMPL

2. Kementerian Pendidikan, » Kementerian utama untuk kualitas dan standar fasilitas sekolah
Kebudayaan, Riset, » Anggota Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi Nasional dan anggota jejaring
dan Teknologi AMPL
» Pelaksana program UKS/M; mempromosikan GERMAS
3. Kementerian Perencanaan » Pemantauan dan evaluasi STBM berkaitan dengan capaian target
Pembangunan Nasional/ RPJMN
Bappenas » Program Management Unit (PMU) di Program PPSP; ketua Pokja
PPAS/AMPL/Sanitasi Nasional dan anggota Jejaring AMPL

4. Kementerian Pekerjaan Umum » Kementerian utama untuk penyediaan fasilitas di tempat-tempat


dan Perumahan Rakyat dan perumahan umum
» PIU di program PPSP; Anggota Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi Nasional
dan anggota jejaring AMPL

5. Kementerian Desa, » Kementerian utama terkait pembangunan dan dana desa untuk
Pembangunan Daerah peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Tertinggal, dan Transmigrasi » Kementerian utama untuk penyiapan indeks dan status desa
(berdasarkan fasilitas dasar desa)
» Anggota Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi nasional dan anggota Jejaring
AMPL

6. Kementerian Dalam Negeri » Kementerian yang memfasilitasi dan melakukan pengawasan kepada
pemerintah daerah; partisipasi masyarakat dengan pemangku
kepentingan lain
» PIU di program PPSP; Anggota Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi nasional
dan anggota Jejaring AMPL

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 33
7. Kementerian Agama » Kementerian yang bertanggung jawab membina Madrasah dan
tempat-tempat ibadah
» Pelaksana program di Madrasah dan tempat-tempat ibada

8. Kementerian Pariwisata » Main ministries for tourism development and creative economy
dan Ekonomi Kreatif
» Implementation of CTPS in tourist destinations ]
9. Kementerian Perdagangan » Kementerian utama terkait kebijakan perdagangan di Indonesia
» Pembina bagi pemenuhan fasilitas CTPS di pasar tradisional dan
pusat perdagangan

10. Kementerian Komunikasi » Kementerian yang membidangi komunikasi dan informatika di


dan Informatika Indonesia
» Terlibat dalam kampanye media, dengan contoh kampanye CTPS
berkaitan dengan stunting

11. Kementerian Perhubungan » Kementerian utama pengaturan transportasi di Indonesia baik di


simpul-simpul tranportasi maupun di moda transportasinya
» Pembina bagi pemenuhan fasilitas CTPS di simpul transportasi
(bandara, Pelabuhan, terminal bus, dan stasiun)

12. Badan Nasional Penanggulangan » Badan yang menangani bencana di Indonesia


Bencana (BNPB)
» Koordinator penanggulangan bencana, termasuk pandemi COVID-19

13. Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 » Satuan tugas yang menjadi pelaksana harian penanggulangan
bencana COVID-19
» Pelaksana program CTPS melalui unit perubahan perilaku

Sumber: Claire and Dian, (2021), Situational Analysis Report, USAID

2.3.5 PENDANAAN CTPS


a. Anggaran pemerintah
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan alokasi belanja wajib (mandatory
spending) kesehatan sebesar 5% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan 10% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kecenderungan alokasi anggaran kesehatan nasional selama lima tahun
terakhir sebagaimana dikompilasi dari Kementerian Keuangan dapat dilihat di grafik berikut (Bappenas, 2020). Terlihat
bahwa alokasi anggaran kesehatan telah memenuhi angka minimum 5% sebagaimana amanat Undang-Undang.

Gambar 2 4 Anggaran kesehatan dan proporsinya di dalam APBN

34 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Anggaran kesehatan di APBN terdiri dari anggaran Pemerintah Pusat dan transfer ke Pemerintah Daerah, termasuk
dana desa. Anggaran Pemerintah Pusat terdiri dari anggaran kementerian/lembaga (K/L) dan anggaran non-K/L.
Dana transfer ke daerah meliputi Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Otonomi Khusus (Otsus).

Terdapat perubahan pola anggaran kesehatan APBN dimana dana non-K/L dan DAK yang menjadi kewenangan
Menteri Keuangan sebagai bendahara negara mengalami kecenderungan peningkatan setiap tahun. Peruntukan
dana non-K/L ini antara lain untuk pembayaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan
dana cadangan, misalnya apabila terjadi defisit JKN dan untuk dana penaggulangan bencana.

Aspek kuratif mendapatkan alokasi terbesar dari porsi anggaran kesehatan dibandingkan dengan aspek lainnya.
Preventif dan promotif menempati posisi kedua terbesar untuk alokasi anggaran, dimana anggaran untuk kegiatan
CTPS masuk di dalam kelompok anggaran ini. Preventif dan promotif menerima alokasi anggaran cukup besar di
tahun 2019 dibanding tahun-tahun sebelumnya, mencapai 18.6%.

0.1%
76.60% 4.60%

Currative
Promotive Preventive 18.60%
Administrative & Health System
Rehabilitative

Gambar 2.5 Pembagian anggaran kesehatan untuk berbagai kegiatan terkait kesehatan

Kementerian Kesehatan setiap tahun secara konsisten mendapatkan porsi anggaran kesehatan terbesar dibandingan
kementerian lainnya, dengan rata-rata porsentase sebesar 86.9% setiap tahunnya (2016-2019).

Gambar 2.6 Tren alokasi anggaran kesehatan di berbagai kementerian/lembaga


Sumber: Nota Kementerian Keuangan, 2020

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 35
Proporsi anggaran kesehatan pemerintah daerah sebesar 9.2% dari APBD untuk tahun 2017, atau masih lebih
rendah dari yang dimandatkan oleh Undang-Undang tentang Kesehatan sebesar 10%. Sebagian besar anggaran
dialokasikan di Dinas Kesehatan yang bervariasi antara 61%-87% dari APBD.

Sejalan dengan urusan pemerintahan sebagaimana yang telah disebutkan di atas, anggaran kesehatan adalah
anggaran yang dapat digunakan untuk pendanaan kegiatan terkait CTPS. Secara lebih khusus, kegiatan CTPS
memungkinkan dilaksanakan menggunakan anggaran yang berkaitan dengan kegiatan promotif dan preventif.

b. Pelibatan sektor swasta


Platform Kemitraan Swasta-Pemerintah untuk CTPS (KSP-CTPS) didirikan tahun
2020 melibatkan berbagai lembaga pemerintah, swasta, mitra pembangunan dan
tokoh-tokoh masyarakat sipil 14. Platform kemitraan ini dibentuk untuk mendorong
kolaborasi antara pemerintah dan swasta dalam rangka meningkatkan akses dan
mempromosikan perubahan perilaku CTPS di semua tatanan. KSP-CTPS meluncurkan Seruan Aksi Nasional
Kebersihan Tangan untuk Semua (Call for Action, Hand Hygiene for All) pada peringatan hari Cuci Tangan Pakai
Sabun Sedunia tahun 2020, yang berisi empat ajakan:

1. Menjadikan kebersihan tangan dapat dilakukan semua orang,


2. Bekerja secara kolaboratif dengan semua pemangku kepentingan CTPS,
3. Memastikan bahwa promosi dan ketersediaan sarana cuci tangan terawat dan berkelanjutan,
4. Menyampaikan pengentahuan tentang cuci tangan dengan benar.

Anggota dari platform KSP-CTPS ini adalah Kementerian Kesehatan, UNICEF, Unilever Indonesia, Wings Group
Indonesia, PT Cussons, Reckitt Benckiser, Adaro, Astra International, Johnson & Johnson, Trakindo, USAID,
BAZNAS, DAAI TV Network, Lions Club, GIZ, SNV, Save the Children, dan Mercy Corps.15

c. Dana perubahan iklim


Sumber pendanaan untuk kegiatan mitigasi dan adapatasi perubahan iklim adalah sumber terbaru yang tersedia
untuk program sanitasi dan higiene (termasuk CTPS). Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Paris di akhir
Oktober 2016 dengan komitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% dibandingkan skenario Business- as-
Usual (BAU), yang akan dibiayai oleh pendanaan sendiri (komitmen tidak bersyarat), dan pengurangan sebesar 41%
yang akan dibantu secara internasional dari sisi pendanaan, transfer teknologi, dan peningkatan kapasitas (komitmen
bersyarat) di tahun 2030.

The Green Climate Fund (GCF) adalah mekanisme pembiayaan dari the United Nations Framework Convention on
Climate Change (UNFCCC) dan secara khusus dibentuk untuk menyediakan dukungan pendanaan sehingga negara-
negara seperti Indonesia dapat mencapai target pengurangan emisinya. Hingga bulan Mei 2018, GCF telah memiliki
76 proyek di seluruh dunia dengan total nilai sebesar USD 12.6 milyar, setara dengan pengurangan emisi sebesar
1.3 milyar ton CO2 dan 217 juta orang mengalami peningkatan derajat ketahanan iklimnya.

GCF juga dapat memberikan dukungan pendanaan bagi Indonesia yang disalurkan ke program/proyek ramah
lingkungan. Rencana proyek tersebut dapat dirancang dan didaftarkan ke GCF melalui lembaga dalam negeri dan
internasional yang terakreditasi apabila rencana proyek tersebut sejalan dengan strategi dan peraturan/kebijakan
negara. Jalur komunikasi utama antara GCF dan negara-negara dilakukan melalui National Designated Authority
(NDA) yang dipilih, yang untuk Indonesia ada di bawah Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan.

Informasi lengkap mengenai GCF (dalam bentuk booklet) tersedia di laman berikut https://gggi.org/site/assets/
uploads/2018/07/BKF-A5-booklet.pdf.

d. Dana darurat bencana


Penanggulangan bencana meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kebijakan pra bencana
(pre-disaster), tanggap darurat (emergency response), dan paska bencana (post-disaster). Rincian kegiatan untuk
ketiga tahapan di dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana dapat dilihat dalam tabel berikut.

14 Platform ini direncanakan akan ditetapkan secara formal melalui Surat Keputusan Dirjen Kesehatan Masyakatan, Kementerian Kesehatan. Proses penetapan
ini masih berlangsung.
15 https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/seruan-aksi-nasional-tangan-bersih-untuk-semua

36 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Tabel 2.5 Berbagai kegiatan tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana

Tahapan
penanggulangan Kementerian/lembaga Tugas dan fungsi
bencana
Pra-bencana Perencanaan, pengurangan risiko » BNPB (koordinator)
Pre-disaster bencana, pencegahan bencana, » Kementerian Energi dan Sumber Daya
perencanaan pembangunan, analisis Mineral
risiko bencana, perencanaan struktur
» Kementerian Keuangan
tata ruang, pendidikan, pelatihan, dan
kebutuhan standar teknis » Kementerian Kesehatan
» Kementerian Dalam Negeri
» Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
» Kementerian Perhubungan

Tanggap darurat » Telaah cepat lokasi, kerusakan, dan » Kementerian Keuangan


sumber daya (wilayah bencana,
» Kementerian Luar Negeri
Emergency jumlah korban, kerusakan, gangguan
response layanan, kapasitas sumber daya) » Kementerian Kesehatan
» Penepatan status bencana (diikuti » Kementerian Dalam Negeri
dengan mobilisasi sumber daya) » Kementerian Pekerjaan Umum dan
» Penyelamatan dan evakuasi Perumahan Rakyat
masyarakat terdampak bencana » Kementerian Perhubungan
(pencarian dan penyelematan korban, » Kementerian Sosial
bantuan darurat, evakuasi)
» Tentara Nasional Indonesia
» Pemenuhan kebutuhan dasar (air
besih, makanan, pakaian, layanan » Kepolisian Republik Indonesia
kesehatan, layanan psikososial, lokasi » Badan SAR Nasional (BASARNAS)
perlindungan)
» Perlindungan untuk kelompok rentan
(meliputi anak-anak, ibu hamil dan
menyusui, disabilitas, manula)
» Pemulihan segera fasilitas dan
infrastrutur penting

Paska bencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi » BNPB (koordinator)


Post disaster » Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral
» Kementerian Keuangan
» Kementerian Kesehatan
» Kementerian Dalam Negeri
» Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
» Kementerian Perhubungan
Sumber: diadaptasi dari Brown, N. A., Rovins, J. E., Usdianto, B., Sinandang, K., Triutomo, S., Hayes. J. (2016). Indonesian Disaster Response Practices
and Roles. New Zealand Ministry of Foreign Affairs and Trade, Wellington, New Zealand.

Pendanaan penyelenggaraan penanggulangan bencana terbagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
yang berasal dari APBN, APBD, dan masyarakat. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan
dan Pengelolaan Bantuan Bencana mengklasifikasikan tiga jenis pendanaan untuk penanggulangan bencana, yaitu
dana kontinjensi bencana, dana siap pakai, dan dana bantuan sosial berpola hibah. Dana kontinjensi dialokasikan
untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap pra bencana dan dicadangkan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya
bencana tertentu. Dana siap pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah untuk
digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas waktu tanggap darurat berakhir. Dana siap
pakai disediakan dalam APBN yang ditempatkan dalam anggaran BNPB untuk kegiatan pada saat tanggap darurat.
Pemerintah daerah dapat menyediakan dana siap pakai dalam anggaran penanggulanan bencana yang berasal dari

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 37
APBD yang ditempatkan dalam anggaran BPBD. Dana bantuan sosial berpola hibah adalah dana yang disediakan
Pemerintah kepada pemerintah daerah sebagai bantuan pascabencana.

Pooling Fund Bencana (PFB) adalah instrumen utama (dan terbaru) dalam strategi pembiayaan risiko bencana
melalui skema asuransi. PFB didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2021 tentang Dana
Bersama Penanggulangan Bencana. Dana awal PFB diambil dari APBN dan APBD berjumlah 7.3 triliun rupiah.
Peraturan Presiden ini menyebutkan bahwa Dana Bersama Penanggulangan Bencana atau PFB, adalah dana yang
berasal dari berbagai sumber dan digunakan untuk mendukung dan melengkapi Dana Penanggulangan Bencana
yang memadai dan berkelanjutan. PFB adalah skema untuk menarik, mengumpulkan dan mendistribusikan dana
khusus bencana oleh lembaga pengelola dana. Pembentukan PFB bertujuan untuk melindungi APBN terhadap
tekanan bencana melalui upaya proaktif di saat tidak ada bencana, dengan investasi dalam bentuk akumulasi dana
dan transfer risiko melalui asuransi. PFB juga akan meningkatkan kapasitas pemerintah untuk mendanai kegiatan
mitigasi dan kesiapsiagaan untuk berinvestasi guna mengurangi risiko jiwa dan kerugian material akibat bencana.
PFB dirancang untuk dapat menyediakan dana untuk pembiayaan pra-bencana, tanggap darurat, dan pascabencana
yang berkelanjutan.16

e. Peran serta masyarakat


Sebagai tambahan dari berbagai sumber pendanaan untuk CTPS di atas, pengguna atau masyarakat sebenarnya
adalah penyumbang terbesar pendanaan CTPS. Ian Ross 17 menyebutkan bahwa pengadaan dan pemasangan
fasilitas CTPS serta pendanaan untuk kebutuhan air dan sabun untuk CTPS menjadi beban dari pengguna atau
masyarakat, atau dapat juga melalui alokasi subsidi. Analisis biaya untuk CTPS akan memberikan informasi rinci
terkait hal ini, yang dapat dilihat di Bab terakhir dari dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS.

2.3.6 PEMANTAUAN DAN EVALUASI


a. Dashboard TPB Nasional
Secara nasional Bappenas bertanggung jawab mengelola dashboard TPB 18 yang menyediakan informasi capaian 17
tujuan pembangunan dengan salah diantaranya adalah tujuan 6.

Karena tugasnya tersebut, pengelolaan harian dashboard TPB ada di bawah Bappenas yang juga sebagai koordinator
pelaksaan TPB di Indonesia, dengan dukungan dari BPS dan lembaga-lembaga PBB. Data dari lembaga non-
pemerintah menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembaruan data TPB ini.

Terkait dengan data CTPS, dashboard TPB menampilkan data yang bersumber dari BPS. Sehingga data akses
yang ditampilkan hanyalah data akses untuk tatanan Rumah Tangga. Dashboard TPB tidak dapat (atau belum)
menampilkan data akses di tatanan Sekolah (dan Madrasah), fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum.

Kementrian/
Lembaga

Badan Pusat
Badan Pusat Non Pemerintah
Statistik
Statistik

CLEARING HOUSE KOORDINATOR SATU OUTPUT


SUMBER DATA DATA INDONESIA

b. Sistem Pemantauan Setiap Tatanan


» Rumah Tangga Pemantauan ketersediaan fasilitas CTPS dilakukan oleh BPS yang dilakukan melalui Susenas
KOR bulan Maret setiap tahun. Terkait dengan perilaku CTPS, upaya pemantauan dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan melalui Riskesdas yang dilakukan 5-6 tahun sekali, dan terakhir dilakukan tahun 2018 yang
telah terintegrasi secara kerangka sampel dengan Susenas KOR bulan Maret. Dengan integrasi ini maka
memungkinkan dilakukan pembandingan data antara data ketersediaan infrastruktur dari Susenas dengan data
perilaku CTPS dari hasil Riskesdas.

16 https://fiskal.kemenkeu.go.id/strategi-drfi/pooling
17 Presentasi yang tidak dipublikasi
18 Dashboard ini dapat diakses melalui tautan http://sdgs.bappenas.go.id/dashboard/#!/pages/landingPage.html

38 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
» Sekolah Data Pokok Pendidikan (Dapodik) untuk sekolah dan Education Monitoring Information System
(EMIS) untuk Madrasah memberikan data fasilitas CTPS yang diperbarui secara rutin dua kali setahun. Dua
sistem ini menggunakan pendekatan pengisian mandiri tanpa dilakukan validasi oleh Pemerintah Pusat.
Dapodik dan EMIS memiliki prosentase pengisian dan pembaruan yang sangat tinggi (hampir 100% setiap
tahunnya) karena dikaitkan sebagai prasyarat administratif pengajuan dukungan pendanaan baik untuk BOS,
BOP, maupun DAK.
» Fasilitas Kesehatan Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) oleh Kementerian Kesehatan menjadi satu-satunya
sumber untuk dapat mengetahui kondisi fasilitas CTPS di fasilitas kesehatan. Keterbatasan dari Rifaskes adalah
periode pembaruan yang cukup lama (baru dilakukan dua kali yaitu tahun 2011 dan 2019), dan tidak memiliki
indikator pemantauan fasilitas CTPS dalam radius 5-meter dari toilet. Karena ketiadaan data ini maka Rencana
Aksi ini hanya dapat menggambarkan akses sampai tingkat Layanan Terbatas saja.
» Fasilitas Umum Sistem pemantauan CTPS di fasilitas umum menjadi yang paling lemah dibandingkan
tatanan lainnya. Kementerian yang berkaitan dengan fasilitas umum melakukan upaya pendataan sendiri-
sendiri namun belum menjadi upaya yang terlembaga dan rutin. Salah satu contohnya adalah upaya
Kementerian Perdagangan untuk melakukan survei fasilitas dan perilaku CTPS di pasar tradisional tahun
2020, dengan hasil 100% responden menjawab telah melengkapi pasarnya dengan fasilitas CTSP.

Sistem pemantauan berbasis web yang dikembangkan UNICEF (dashboard 3M) memberikan
gambaran kepatuhan perilaku CTPS di fasilitas umum meskipun tidak dapat digunakan sebagai
data dasar kepemilikan fasilitasi karena variasi jumlah dan lokasi pengamatan setiap periode
pelaporan yang hasilnya secara statistik tidak dapat dijustifikasi mewakili seluruh populasi.

Satgas COVID-19 juga mengembangan sistem pemantauan 3M, namun hingga saat ini praktik cuci tangan
tidak menjadi bagian yang diperbarui dan dilaporkan secara rutin oleh sistem tersebut.
» Registrasi PeduliLindungi 19 juga dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui data dasar fasilitas
umum. Aplikasi Peduli Lindungi dirancang untuk membantu Pemerintah melacak dan mencegah penyebaran
COVID-19. Aplikasi ini bergantung pada peran serta masyarakat untuk bertukar informasi data lokasi saat
bepergian sehingga data pasien COVID-10 dapat dilacak.

2.4 PENINGKATAN KEBUTUHAN


2.4.1 PESAN KOMUNIKASI CTPS
Sejak intervensi CTPS dilakukan tahun 90an melalui the Water Supply and Sanitation for Low Income Communities
(WSSLIC) dan berbagai program lanjutannya, beragam materi pembelajaran dan komunikasi terkait CTPS telah
dihasilkan. Penyempurnaan terus dilanjutkan terkait pesan dan desain materi promosi. Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, memainkan peran penting dalam penyiapan pesan dan
materi promosi CTPS. Berbagai usaha peningkatan kebutuhan CTPS yang dilakukan direktorat ini berkaitan dengan
pelaksanaan program PHBS sebagai bagian dari GERMAS.

Salah satu contoh pesan dan materi komunikasi terkait CTPS adalah yang digunakan pada saat perayaan Hari Cuci
Tangan Pakai Sabun Sedunia, tanggan 15 Oktober 2020, dengan tema kebersihan tangan untuk semua. Materi
komunikasi ini dapat dilihat di gambar berikut. Pesan kunci
“Jangan Kendor” terkait erat dengan upaya pencegahan
penularan COVID-19 dimana pada bulan Oktober 2020
adalah periode puncak pertama dari pandemi ini di
Indonesia.

Pada perayaan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun tahun 2021,


Gambar 2 7 Materi dan pesan komunikasi CTPS dalam
peringatan Hari CTPS Sedunia tahun 2020
pesan yang dipilih adalah “Masa depan kita di tangan kita
– mari beraksi bersama untuk membuat CTPS nyata bagi
semua”, dengan tagline “Cuci Tangan Pakai Sabun Budaya Kita”. Ini adalah bagian dari upaya komunikasi untuk
memastikan praktik CTPS tetap dijalankan meskipun pada 2021 situasi COVID-19 membaik. Dan budaya CTPS
adalah syarat hidup berdampingan dengan COVID-19 dapat dijalankan sebagai sebuah kenormalan baru.

Disamping pesan kontekstual seperti di atas, Kementerian Kesehatan juga memproduksi flyer digital yang
memberikan informasi mengenai waktu-waktu penting untuk melakukan CTPS. Materi komunikasi ini juga telah
diadaptasi sebagai bagian dari pesan GERMAS dalam rangka pencegahan COVID-19.
19 https://www.pedulilindungi.id/
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN 39
Gambar 2 8 Waktu-waktu penting CTPS Gambar 2 9 Pencegahan Covid-19 melalui GERMAS

Bekerja sama dengan berbagai lembaga, Kementerian Kesehatan juga telah mengembangkan materi komuniasi
untuk fasilitas CTPS inklusif, sebagaimana dapat dilihat di gambar berikut.

Gambar 2.10 Materi promosi untuk fasilitas CPTS yang inklusif

40 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Pandemi COVID-19 juga telah
mendorong kontekstualisasi pesan TABLE 1 Waktu Penting untuk Membersihkan Tangan
komunikasi CTPS, terutama terkait
Cairan Pembersih Tangan

..............................................................................
dengan perlunya ada penambahan Sabun dan Air Bersih Berbasis Akohol
waktu penting CTPS sebagaimana (Hand Sanitizer)
Sebelum makan
terdapat di dalam Panduan Cuci Sesudah buang air besar dan menggunakan toilet * Sebelum dan setelah menyentuh
Tangan Pakai Sabun (Kementerian Sebelum memegang bayi
permukaan benda, termasuk gagang pintu,
meja, dll
Kesehatan dan UNICEF, 2020).20 Sesudah mengganti popok, menceboki / membersihkan
anak yang telah menggunakan toilet
* Sebelum masuk dan segera setelah keluar
dari fasilitas umum, termasuk kantor, pasar,
Sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan stasiun, dll
2.4.2 SALURAN KOMUNIKASI · Selama pandemi: Sebelum dan sesudah mengunjungi teman,
Setelah bersin dan batuk keluarga, dan kerabat di rumah sakit atau

Berbagai kementerian dan lembaga Sebelum menyentuh mata, hidung, atau mulut Anda
panti jompo

telah menggunakan materi and Setelah menyentuh permukaan benda termasuk


gagang pintu, meja, dll JANGAN gunakan pembersih
desain komunikasi di atas (baik Sebelum dan sesudah merawat seseorang yang tangan jika tangan Anda

dengan penyesuaian ataupun sedang muntah atau diare terlihat kotor atau berminyak
— misalnya, setelah berkebun,
Sebelum dan sesudah merawat luka
tidak) dalam menyampaikan Setelah menyentuh hewan, pakan ternak, atau kotoran
memancing, atau berkemah.

pesan CTPS, disampaikan melalui hewan


Setelah menyentuh sampah
berbagai saluran komunikasi, baik Jika tangan Anda terlihat kotor atau berminyak
media komunikasi konvensional Sebelum dan sesudah mengunjungi teman, keluarga,
atau kerabat yang di rumah sakit atau panti jompo
maupun media sosial. Terutama
dari Kementerian Kesehatan,
Gambar 2.11 Tangkapan layar waktu penting CTPS menurut Kementerian Kesehatan
penggunaan sosial media untuk (Pedoman Cuci Tangan Pakai Sabun, 2020)
penyampaian pesan komunikasi
sudah menjadi sebuah kelaziman. Tiga platform sosial media utama digunakan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu:

» Kementerian Kesehatan memiliki akun Youtube yang sudah terverifikasi verified account21 dengan subscriber
325 ribu (Januari 2022). Materi terkait CTPS di dalam kanal ini utamanya terkait dengan pencegahan COVID-19.
» Kementerian Kesehatan juga menggunakan Twitter sebagai salah satu platform sosial medianya, dengan
follower hampir mencapai 630 ribu (Januari 2022). Berbagai pesan komunikasi terkait CTPS juga disampaikan
melalui platform ini.
» Instagram juga platform yang digunakan oleh Kementerian Kesehatan untuk penyampaian berbagai pesan
promosi dan komunikasi CTPS. Dibandingkan dua platform lainnya, instragram Kementerian Kesehatan memiliki
follower terbanyak yaitu 2.4 juta (Januari 2022).

2.5 PEMENUHAN LAYANAN


2.5.1 KETERBATASAN DATA
Perhitungan akses dilakukan menggunakan berbagai data yang tersedia dan dapat diakses publik secara bebas.
Meskipun demikian, berbagai data yang dimiliki menggambarkan kondisi sebelum pandemi COVID-19, terkecuali
data fasilitas umum. Sebagai hasilnya, berbagai inisiatif yang dilakukan selama pandemi tidak dapat terekam,
sehingga kemungkinan perhitungan yang dihasilkan bersifat lebih kecil dari kondisi sebenarnya (underesimated).
Provinsi dan kabupaten/kota juga menyampaikan permasalahan berkaitan dengan keterbatasa data ini selama
konsultasi di tingkat sub-nasional.

2.5.2 TATANAN RUMAH TANGGA


BPS mencatat 78.3 persen penduduk
memiliki akses ke fasilitas CTPS di
bulan Maret 2020, berdasarakan Sekitar 83%
79,59%

Susenas KOR, dengan variasi dan


fluktuasi data dari tahun 2016. Meski
demikian, akses CTPS nasional
memiliki kecenderungan peningkatan,
sebagaimana diperlihatkan di gambar
berikut berupa garis putus-putus
regresi linear. Publikasi terbaru BPS, akses CTPS 2021

Gambar 2 12 Data historis akses CTPS di tatanan Rumah Tangga (sumber: BPS)

20 Tersedia di laman https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Panduan CTPS 2020 1636.pdf..


21 https://www.youtube.com/channel/UCWBnPaPlVx2_h7Kdva52AYg

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 41
Bagian timur wilayah Indonesia memiliki pertumbuhan akses lebih tinggi dibandingkan wilayah Indonesia lain. Dua
provinsi, Kep. Riau dan DKI Jakarta, memiliki pertumbuhan negatif yang berimplikasi pada proyeksi pertumbuhan
akses CTPS nasional.

Perlu menjadi catatan bahwa kepemilikan fasilitas CTPS tidak serta merta disertai praktik CTPS yang baik dan benar.
Membandingkan dengan data perilaku CTPS hasil Riskesdas 2018, terlihat bahwa perilaku anggota keluarga yang
melakukan praktik CTPS rata-rata hanya 60 persen dari keluarga yang memiliki CTPS.

78,90%

78,30%

Gambar 2.13 Akses CTPS rumah tangga tahun 2020 disertai hasil Riskesdas 2018

Secara nasional, Riskesdas 2018 menunjukkan 49.8% penduduk berusia lebih dari 10 tahun mempraktikan CTPS
secara baik dan benar, dengan rentang hasil provinsi berkisar antara 26.7% (Papua) hingga 67.4% (Bali). Riskesdas
juga memperlihatkan kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan maka proporsi praktik CTPS juga semakin
meningkat. Dari sisi pekerjaan, penduduk yang bekerja di lembaga pemerintah atau terkait dengan lembaga
pemerintah yaitu PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMN mempraktikan CTPS paling tinggi (65.4%) dibandingkan profesi
lainnya.

Pendidikan Tidak sekolah


Tidak tamat SD
39,4
43,8
Tamat SD 46,9
Tamat SLTP 49,2
Tamat SLTA 54,9
Tamat D1/D2/D3/PT 64,1

Pekerjaan Tidak Bekerja


Sekolah 46
49,1

PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD 65,4
Pegawai swasta 59,8
Wiraswasta 55,7
Petani/Buruh Tani 41,1
Nelayan 37,7
Buruh/sopir/pembantu ruta 49,5
Lainnya 53,4

Tempat tinggal Perkotaan


Perdesaan 42,7
55,5

Gambar 2 14 Perilaku CTPS berdasarkan pekerjaan menurut Riskesdas 2018

42 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
2.5.3 TATANAN SEKOLAH
Berdasarkan Profil Sanitasi Sekolah (2020), akses CTPS di tahun 2020 mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2017. Secara nasional, data akses CTPS di sekolah tahun 2020 berdasarkan tingkat layanannya adalah sebagai
berikut:

» Layanan dasar : 40.70%


» Layanan terbatas : 31.07%
» Tidak ada layanan : 28.23%

Apabila dilihat secara lebih terperinci untuk setiap provinsi, terlihat tiga provinsi mengalami penurunan akses CTPS
dibandingkan data 2017, yaitu Kep. Riau, Gorontalo, dan DI Yogyakarta.

44,76% 29,26%
28,23%

28,32%
31,70%

24,12%

58,54%

40,42%
40,70%
31,12%

Gambar 2 15 Akses CTPS di tatanan sekolah tahun 2020

Sedangkan untuk Madrasah, berdasarkan Profil Sanitasi Madrasah 2020, akses CTPS nasional adalah sebagai
berikut:

» Layanan dasar : 55.66%


» Layanan terbatas : 5.23%
» Tidak ada layanan : 39.11%

19,67%

36,15%
39,11%
59,72% 3,82%

76,52%

4,06% 5,23%

55,66%

6,40% 52,77%

33,89%

Gambar 2 16 Akses CTPS di tatanan Madrasah tahun 2020

43
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Kualitas layanan CTPS di Madrasah (relatif) lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah di tahun 2020. Akan tetapi,
sekolah memiliki potensi peningkatan kualitas layanan lebih cepat dengan mempertimbangkan gabungan antara
akses dasar dan akses terbatas yang telah mencapai 71.77 persen dibandingkan Madrasah yang masih di angka
60.89 persen. Hal ini merupakan catatan penting mengingat peningkatan akses dari akses terbatas ke akses dasar
di sekolah dan madrasah dapat dilakukan (hanya) melalui penyediaan sabun, sesuai dengan definisi JMP.

2.5.4 TATANAN FASILITAS KESEHATAN


Berdasarkan Rifaskes 2019, saat ini hanya tersisa kurang dari 1% Puskesmas di Indonesia yang tidak memiliki
fasilitas CTPS di titik layanan. Dan karena JMP juga menambahkan ketentuan ketersediaan fasilitas CTPS dalam
radius 5-meter dari toilet untuk dapat disebut sebagai Layanan Dasar, dimana data ini tidak tersedia di Rifaskes 2019,
maka tingkat layanan paling tinggi yang dapat disebutkan di sini adalah Layanan Terbatas. Pertanyaan mengenai
keberadaan fasilitas CTPS dalam radius 5-meter dari toilet perlu dimasukkan ke dalam kuesioner Rifaskes (atau
sistem monitoring lain yang disepakati) agar pengukuran berdasarkan definisi JMP dapat dilakukan.

100% 100%

0,86%
0,71%
99,14%
99,29%

0%

Gambar 2 17 Akses CTPS di fasilitasi Kesehatan tahun 2019

Untuk tujuan penyusunan Rencana Aksi ini digunakan asumsi bahwa tidak ada fasilitas CTPS dalam radius 5-
meter dari toilet yang dimiliki oleh fasilitas kesehatan. Namun, penting untuk menjadi perhatian bahwa asumsi
ini kemungkinan akan menghasilkan perhitungan yang berlebihan (overestimated) terutama berkaitan mengenai
perkiraan biaya, karena fasilitas ini mungkin telah tersedia di beberapa fasilitas kesehatan.

2.5.5 TATANAN FASILITAS UMUM


Saat ini tidak tersedia data dasar (baseline data) CTPS untuk fasilitas umum hingga tingkat provinsi. Untuk tingkat
nasional, beberapa sumber data tersedia untuk menggambarkan persentase keberadaan fasilitas CTPS di fasilitas
umum, misalnya sistem monitoring 3M dari UNICEF dan data kepatuhan 3M dari Satgas COVID-19.

44 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Gambar 2 18 Tangkapan layar dari UNICEF 3M Monitoring, periode Januari 2022

Peta berikut menggambarkan


distribusi fasilitas umum yang
telah terdaftar di aplikasi Peduli
Lindungi per tanggal 19 Januari
2022, dengan informasi rinci
per provinsi disampaikan di
tabel berikutnya. Diantaranya
provinsi-provinsi, DKI Jakarta
memiliki persentase tertinggi,
disusul oleh Jawa Barat,
Bali, dan Jawa Timur. Mohon
untuk disadari bahwa data ini
tidak menggambarkan jumlah
keseluruhan fasilitas umum yang
terdapat di Indonesia. Namun,
karena keterbatasan data, jumlah
fasilitas umum yang terdaftar
sebesar 83,405 digunakan
sebagai data dasar di dalam
Rencana Aksi ini.Tabel berikut
Gambar 2-19 Sebaran QR Points setiap provinsi di Indonesia

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 45
memberikan informasi rinci fasilitas umum yang terdaftar di aplikasi Peduli Lindungi per tanggal 19 Januari 2022.
Kalimantan Utara merupakan provinsi dengan persentase paling rendah sebesar 0.12 persen.
Tabel 2 6 Rincian QR Peduli Lindungi yang terdaftar untuk setiap provinsi, per 19 Januari 2022

Province QR PL % Province QR PL %

Aceh 604 0,72% Lampung 728 0,87%


Bali 12694 15,22% Maluku 182 0,22%
Banten 4864 5,83% Maluku Utara 132 0,16%
Bengkulu 122 0,15% Nusa Tenggara Barat 453 0,54%
DKI Jakarta 17645 21,16% Nusa Tenggara Timur 340 0,41%
Gorontalo 135 0,16% Papua 218 0,26%
Jambi 820 0,98% Papua Barat 153 0,18%
Jawa Barat 15032 18,02% Riau 464 0,56%
Jawa Tengah 6998 8,39% Sulawesi Barat 125 0,15%
Jawa Timur 11782 14,13% Sulawesi Selatan 986 1,18%
Kalimantan Barat 595 0,71% Sulawesi Tengah 241 0,29%
Kalimantan Selatan 657 0,79% Sulawesi Tenggara 190 0,23%
Kalimantan Tengah 315 0,38% Sulawesi Utara 408 0,49%
Kalimantan Timur 750 0,90% Sumatera Barat 478 0,57%
Kalimantan Utara 104 0,12% Sumatera Selatan 753 0,90%
Kepulauan Bangka 347 0,42% Sumatera Utara 1347 1,62%
Belitung Yogyakarta 1915 2,30%
Kepulauan Riau 828 0,99% Grand Total 83405 100%

2.5.6 PEMENUHAN LAYANAN


INTELLECAP bekerja sama dengan SPIRE22 ditunjuk oleh UNICEF Indonesia untuk melakukan penelitian mengenai
produk-produk higiene tangan dan layanannnya di Indonesia. Temuan dari studi tersebut diringkas sebagai berikut:

Sabun
Pasar Indonesia untuk produk-produk higiene pribadi (personal hygiene) memiliki nilai sebesar USD 800 juta tahun
2020. Kategori higiene pribadi ini termasuk higiene tangan, mandi, dan produk-produk lainnya. Data sekunder
menunjukkan bahwa pasar saat ini didorong oleh sabun batang sebagai produk higiene pribadi yang utama dengan
terjadi pertumbuhan signifikan untuk penggunaan sabun cair selama pandemi. Meski sabun cair tumbuh cepat
selama 5 tahun terakhir, penjualan sabun batang tidak mengalami penurunan dan relatif stabil.

Lanskap kompetisi
Di pasar higiene tangan, Unilever merupakan pemain utama disusul oleh PT Sayan Mas Utama dan Cussons, dengan
pemain lainnya termasuk Reckitt Benckiser Indonesia dan J&J. Meski Unilever memimpin dengan lebih dari 50 persen
penguasaan pasar di tahun 2016, muncul berbagai merk lokal dan spesifik (niche brand). Hal ini tercermin dari laporan
Nielsen23 yang diterbikan tahun 2016 tentang perilaku konsumen dalam higiene yang melaporkan bahwa merk serta
produk lokal dan spesifik mengalami pertumbuhan karena sebagian konsumen menjadi lebih peduli akan praktik-
praktik yang ramah lingkungan, menghindari penggunaan bahan kimia, serta peningkatan daya beli.

Proyeksi pasar
Total nilai pasar untuk produk higiene diproyeksikan tumbuh rata-rata akan berkisar di 8.78 persen di tahun 2021 -
2025 Analisis dilakukan untuk memproyeksikan nilai pasar dalam tiga skenario yaitu skenario optimis, normal, dan
pesimis. Di beberapa skenario, seperti penjualan yang stagnan setelah peningkatan selama COVID-19, penjualan
menunjukkan pertumbuhan lambat sebesar 2.5 – 3 persen di setiap kategori dari produk higiene tangan. Dengan
tetap tingginya kebutuhan untuk produk higiene tangan, kemungkinan akan terjadi penjualan yang lebih tinggi dari
yang diperkirakan.
22 Referensi dibuat ke draf laporan hasil studi (belum dipublikasi)
23 The Dirt on Cleaning: Home cleaning/laundry attitudes and trends around the world

46 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Pasar sarana CTPS
Saat ini, pengadaan sarana CTPS di fasilitas umum dan sekolah dilakukan pemerintah dan organisasi nirlaba.
Tidak banyak keterlibatan sektor swasta atau industri keramik dalam penyediaan sarana CTPS di fasilitas umum.
Di beberapa kasus, perusahaan-perusahaan multinasional seperti Unilever melakukan penyediaan sarana CTPS
sebagai bagian dari program Tanggung Jawab Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).

Desain sarana CTPS dibuat dan diawasi di tingkat daerah dengan pembangunan dilakukan oleh kontraktor lokal.
Tantangannya adalah pada operasi dan pemeliharaan dari sarana CTPS tersebut. Isu utamanya terletak pada
ketahanan material yang digunakan, penggantian atau pengisian sabun, dan penggunaan material kualitas rendah
yang menjadikan sarana CTPS tersebut tidak berfungsi jangka panjang. Secara umum ditemui kekurangan pendanaan
operasi dan pemeliharaan sarana CTPS di sekolah.

Saluran distribusi
Saluran distribusi utama untuk produk-produk higiene pribadi (meliputi produk cuci tangan) di Indonesia adalah
gerai ritel kecil modern, sejumlah 40.8 persen dari total nilai pasar di tahun 2020. Saluran distribusi berikutnya
adalah melalui gerai ritel besar (hypermarket atau supermarket) yang menyumbang 31.8 persen penjualan. Apotek
menyumbang 13.0 persen dari penjualan dan di posisi terakhir adalah department store sejumlah 4.9 persen.

Selama pandemi, terjadi kenaikan penjualan secara online atau pengiriman ke rumah sebesar kurang lebih 30.0
persen dan kenaikan penjualan ini akan tetap stabil meski besaran pastinya tidak diketahui 24. Meski begitu, hampir
75.0 persen penduduk melaporkan melakukukan pembelian barang-barang rumah tangga melalui saluran distribusi
konvensional (offline).

Saluran penjualan untuk produk-produk higiene


Dengan adanya tantangan geografis serta besarnya jumlah gerai ritel di Indonesia, perencanaan dan pelaksanaan
route-to-market menjadi sangat penting bagi perusahaan-perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG).
Berbagai usaha di Indonesia dikelola melalui jalur traditional mulai dari agen 25, distributor26, dan berbagai perantara
lainnya 27.

Untuk distribusi dari produk-produk higiene, dua saluran utamanya adalah melalui saluran modern dan tradisional.

» Modern: perusaaan - pengecer – konsumen


» Tradisional: perusahaan - distributor - pengecer - konsumen

2.6 JENDER DAN DISABILITAS


Bill and Melinda Gates Foundation mendefinisikan seks sebagai “kategori biologis dari seorang manusia sebagai laki-
laki, perempuan, atau interseks”, sedangkan jender adalah “ide yang dikonstruksi secara sosial dan budaya mengenai
apa artinya menjadi seorang laki-laki atau perempuan dan suatu konteks tertentu”. Jender, berbeda dengan seks,
merupakan sesuatu yang dikonstruksi secara sosial dan bukan merupakan faktor biologis. Sebagai hasilnya, norma
dan praktik jender utamanya berdasar pada nilai sosial dan budaya, dan dapat berubah atau berevolusi. Hal ini
tercermin pada peran, tanggung jawab, sikap dan perilaku yang dianggap pantas oleh suatu masyarakat bagi laki-laki
dan perempuan, dengan tidak mempertimbangkan identitas dan ekspresi pribadi atau individu. Pendekatan
interseksional mengakui perbedaan di dalam dan di antara pria, wanita, dan individu yang tidak sesuai jender dan
berusaha untuk memahami bagaimana perbedaan-perbedaan ini menciptakan peluang dan akses yang tidak setara
ke sumber daya.

Jender menjadi sebuah pertimbangan penting dalam intervensi CTPS mengingat hal ini berkaitan dengan keberhasilan
upaya perubahan perilaku. Biran et al. (2014) menemukan bahwa intervensi yang berkaitan dengan emosi dan norma
sosial sangat efektif dalam meningkatkan perilaku cuci tangan selama periode 12 bulan dengan memberi penekanan
pada peran ibu sebagai pengasuh utama di keluarga. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) telah mengakui
pentingnya peran ibu dalam upaya perubahan perilaku CTPS, sebagaimana yang tercermin dalam misi nomor 4 PKK
yaitu “Meningkatkan derajat kesehatan keluarga, kelestarian lingkungan hidup serta perencanaan sehat”28.
24 The Dirt on Cleaning: Home cleaning/laundry attitudes and trends around the world
25 Agen adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai mediator untuk bertindak untuk dan atas nama prinsipal atas dasar persetujuan untuk
melakukan pemasaran tanpa mengalihkan hak atas barang fisik dan/atau jasa yang dimiliki/dikendalikan oleh prinsipal yang ditunjuk. Prinsipal dapat berupa
produsen atau pemasok dan dapat berlokasi di lepas pantai atau darat.
26 Distributor adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan berdasarkan perjanjian untuk membeli, menyimpan,
menjual serta memasarkan barang dan / atau jasa yang dimiliki atau dikendalikan.
27 Official Website of the International Trade Administration, Indonesia - Country Commercial Guide
28 https://tppkk-pusat.org/tentangkami/
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN 47
Terkait dengan disabilitas, penyandang disabilitas berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 adalah
adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu
lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Penyandang disabilitas fisik,
penyandang disabilitas intelektual, penyandang disabilitas mental, dan/atau penyandang disabilitas sensorik adalah
empat jenis penyandang disabilitas yang diatur di dalam Undang-Undang (Pasal 4). Memastikan akses CTPS ke
setiap orang juga termasuk memastikan akses ke penyandang disabilitas.

Empat pesan kunci berikut digarisbawahi dalam UNICEF’s guidance note (2019) 29 tentang praktik inklusif disabilitas
bidang air bersih, sanitasi dan higiene (Water supply, sanitation and hygiene/WASH):

» Mengatasi diskriminasi dan stigma penyediaan layanan WASH, mendorong partisipasi penyandang disabilitas
dalam semua proses pengambilan keputusan dan memastikan informasi terkait WASH dalam format yang
dapat dipahami oleh orang-orang dengan berbagai jenis disabilitas,
» Meningkatkan kesadaran dan berbicara tentang hak-hak penyandang disabilitas untuk WASH serta kebutuhan
spesifik mereka ketika merencanakan, menerapkan, memantau dan mengevaluasi kegiatan WASH dengan
pemerintah, mitra pembangunan dan masyarakat untuk mempromosikan sikap positif pemenuhan kebutuhan
WASH penyandang disabilitas,
» Mempertimbangkan disabilitas dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi pengembangan dan intervensi
WASH untuk kondisi darurat. Memisahkan data berdasarkan jenis disabilitas, mengidentifikasi hambatan
(bottleneck) spesifik yang dihadapi dan solusinya dan termasuk indikator yang terkait dengan disabilitas, dan
» Merancang dan membangun fasilitas WASH (menggabungkan sensitisasi, dan norma-norma sosial serta solusi
teknis) sesuai dengan prinsip-prinsip desain universal sehingga dapat digunakan oleh semua orang, termasuk
penyandang disabilitas. Secara khusus, fasilitas WASH harus dapat diakses secara fisik untuk orang-orang
dengan berbagai jenis disabilitas.

2.7 RINGKASAN TEMUAN


Tabel di bawah ini meringkas hasil analisis situasi pengelolaan CTPS serta mengelompokkannya berdasarkan tiga
komponen STBM di atas.

Tabel 2 7 Ringkasan temuan dan tantangan CTPS untuk setiap komponen

Komponen Sub-komponen Temuan dan tantangan

Kerangka » Kerangka pengaturan CTPS di tingkat nasinoal dan daerah sudah


pengaturan cukup lengkap
» Berbagai kebijakan setingkat Menteri akhir-akhir ini ditujukan
secara khusus untuk pencegahan COVID-19
Kebijakan » CTPS tidak termasuk di dalam kebijakan pembangunan nasional
pembangunan saat ini, mulai dari rencana strategis jangka menengah sampai
nasional dengan kebijakan penganggaran tahunan
Lingkungan Tata kelola CTSP » Sektor ini adalah urusan yang menjadi tanggung jawab bersama
yang (konkuren) antara pemerintah pusat dan daerah, dan termasuk
mendukung sebagai bagian dari urusan wajib terkait layanan dasar
» CTPS diterapkan di tingkat Pusat oleh berbagai kementerian/
lembaga. Pemerintah daerah menerapkan mekanisme yang mirip
dengan keterlibatan berbagai dinas dalam pembangunan
Koordinasi CTPS » Koordinasi dilakukan melalui rapat koordinasi rutin yang dipimpin
oleh Kementerian Kesehatan
» Saat ini, tidak ada indikasi dari pemerintah pusat untuk membentuk
unit atau forum khusus mengenai koordinasi CTPS

29 UNICEF, 2019, WASH Disability Inclusion Practices. Dapat diakses melalui laman https://sites.unicef.org/disabilities/files/WASH_Disability_Inclusion Prac-
tices programming_note_-_Draft_for_review.pdf

48 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Pendanaan CTPS » Anggaran CTPS berada di dalam angggaran kesehatan, dan
peraturan yang ada mewajibkan anggaran minimum 5 persen dari
APBN an 10 persen dari APBD
» CTPS menerima pendanaan dari berbagai sumber, dengan
kontribusi masyarakat memiliki kontribusi terbesar e
Pemantauan dan » Tidak ada data CTPS yang terkonsolidasi dari berbagai tatanan
evaluasi » Data CTPS tatanan rumah tangga yang bersumber dari Susenas
KOR merupakan data yang paling terkini dan mumpuni
» Tidak ada data dasar untuk fasilitas umum. Jumlah fasilitas yang
telah terdaftar di aplikasi Peduli Lindungi digunakan sebagai
pendekatan data dasar fasilitas
Jender dan » Pelibatan PKK dalam kampanye CTPS konsisten dengan intervensi
disabilitas sosial dan emosional agar perubahah perilaku terjaga
» Undang-undang mengatur peran dan partisipasi penyandang
disabilitas dalam program-program pembangunan (termasuk
CTPS)
Pesan » Lebih dari sepuluh tahun yang lalu berbagai pesan CTPS telah
komunikasi tersedia
CTPS » Berbagai pesan ini telah dilihat ulang dan disempurnakan untuk
dapat merefleksikan situasi dan tantangan terkini
Peningkatan
kebutuhan Saluran » Cara orang berkomunikasi sedang mengalami perubahan atau
komunikasi transformasi
» Salah satu saluran komunikasi CTPS adalah saluran digital atau
media sosial
Akses CTPS di » Data BPS menunjukkan kecenderungan positif dalam kemajuan
semua tatanan peningkatan akses CTPS menuju akses 100 persen di rumah
tangga tahun 2030
» Dengan persentase penduduk miskin di atas 10 persen tahun
2021, hal ini dapat memberikan pengaruh pada pencapaian
proyeksi akses CTPS
» Berbagai inisiatif masif penyediaan fasilitas CTPS di fasilitas
umum telah dan terus dilakukan sebagai respon terhadap
COVID-19, namun tidak ada sistem pemantauan untuk melacak
kemajuan yang terjadi

Pemenuhan » Pasar saat ini didorong oleh sabun batang sedangkan sabun cair
Pemenuhan layanan mengalami pertumbuhan tinggi saat pandemi
layanan
» Unilever tetap menjadi pemimpin pasar di semua kategori produk
dengan penguasaan pasar hampir setengahnya
» Total nilai pasar produk higiene diperkirakan mengalami
pertumbuhan 7-8 persen (CAGR) dari tahun 2021 ke 2025, dengan
rata-rata pertumbuhan sekitar 8.78 persen dalam lima tahun
» Di Indonesia, saluran distribusi utama untuk produk higiene
pribadi (termasuk cuci tangan) adalah toko kelontong atau gerai
ritel kecil, dengan kontribusi sebesar 40.8 persen
» Selama pandemi, peningkatan penjualan online ada pengantaran
ke rumah menjadi 30 persen, dan peningkatan penjualan online
ini diperkirakan akan stabil meski besaran pastinya tidak diketahui

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 49
BAB 3

VISI DAN TARGET


3.1 VISI
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan di dalam ketentuan umumnya menyatakan
bahwa terdapat lima jenis pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan tradisional. Hal
ini sejalan dengan komitmen TPB tujuan 6, terutama target 6.2.1 dimana penyediaan fasilitas CTPS untuk semua
adalah bagian dari usaha promotif dan preventif.

Oleh sebab itu, pemenuhan akses ke fasilitas CTPS agar praktik CTPS dapat dilakukan secara baik dan benar oleh
setiap orang menjadi tanggung jawab negara. Praktik CTPS perlu dilakukan dimana saja, mengikuti mobilitas dan
kegiatan manusia, serta perlu dilakukan pada berbagai waktu penting untuk perlindungan kesehatan. Berdasarkan
hal tersebut, pemenuhan akses CTPS tidak hanya dilakukan di tatanan rumah tangga, melainkan di seluruh tatanan
manusia berkegiatan baik di sekolah (dan Madrasah), fasilitas kesehatan, maupun fasilitas umum.

3.2 TARGET
Visi di atas perlu diterjemahkan ke dalam target-target yang lebih jelas, spesifik, dapat diukur, realistis, relevan,
dan terikat waktu30. Keseluruhan target ini disusun sebagai target nasional yang disiapkan berdasarkan komitmen
pencapaian target di setiap provinsi.

3.2.1 PERIODE PENTAHAPAN


Sejalan dengan TPB, komitmen pencapain target CTPS untuk semua perlu dicapai pada tahun 2030. Namun,
pentahapan pencapaian target ini perlu disusun sejalan dengan periode pemerintahan sekarang, karena menyangkut
perencanaan strategis nasional. Secara konstitusional, periode kedua Pemerintahan Presiden Joko Widodo akan
berakhir pada akhir Oktober 2024. Sehigga RPJMN 2020-2024 juga akan berakhir di waktu yang sama.

Berdasarkan hal itu, maka pentahapan pencapaian target CTPS disusun dalam dua periode RPJMN yaitu:

» Target 2020 - 2024


» Target 2025 - 2030

Sinkronisasi tahapan pencapaian target di Rencana Aksi dengan RPJMN penting dilakukan agar Rencana Aksi ini
memiliki periode perencanaan yang sama dengan dokumen perencanaan pemerintah lain sehingga memudahkan
adopsi ke dalam perencanaan formal nasional dan daerah yang berujung pada dukungan alokasi penganggaran untuk
CTPS. Proses penyusunan Rencana Aksi ini idealnya juga dilanjutkan di Pemerintah Daerah termasuk sinkronisasinya
dengan RPJMD. Momentum penting berkaitan dengan perencanaan strategis ini adalah pemilihan umum presiden
dan daerah secara serentak tahun 2024 sehingga RPJMN dan RPJMD seluruh provinsi dan kabupaten/kota akan
memiliki periode sama, yaitu 2025-2030.

Sesuai dengan visi untuk pemenuhan akses untuk semua dan dimana saja, maka target akses CTPS disiapkan tidak
hanya untuk rumah tangga namun juga untuk sekolah, madrasah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum. Target
nasional dihitung berdasarkan perhitungan target setiap provinsi, dengan mempertimbangkan setidaknya simulasi
berdasarkan dua skenarion, Business-as-Usual dan Percepatan. Skenario ketahanan iklim dilakukan saat dilakukan
perhitungan perkiraan biaya.

3.2.2 ASUMSI
Target nasional dihitung berdasarkan perhitungan target provinsi. Dua skenario disiapkan, yaitu skenario Business
as Usual (BAU), yang merupakan skenario berdasarkan data historis menggunakan regresi linear, dan skenario
Percepatan apabila tidak tercapai akses 100% di tahun 2030 berdasarkan skenario BAU. BAU didefinisikan sebagai
pelaksanaan kegiatan berdasarkan berbagai usaha yang telah ada saat ini tanpa perubahan prioritas kebijakan dan
alokasi anggaran.

Mengingat ketentuan ini, skenario BAU hanya dapat disiapkan apabila terdapat set data historis yang mencukupi
untuk mendapatkan kecenderungan data. Dari keempat tatanan, hanya tatanan rumah tangga yang dapat disusun
skenario BAUnya. Tiga tatanan lain tidak memiliki skenario BAU karena data dasar berisi data tahun tunggal dan
30 Mengacu pada penyusunan target berdasarkan metode SMART yaitu: Spesific, Measurable, Assignable, realistic, dan Time-related. Metode penetapan
target mengacu ke SMART muncul pertama kali bulan November 1981 dalam artikel berjudul “There’s a S.M.A.R.T. way to write management’s goals
and objectives” oleh George Doran, Arthur Miller, dan James Cunningham. Artikel tersebut tersedia di laman https://community.mis.temple.edu/mis-
0855002fall2015/files/2015/10/S.M.A.R.T-Way-Management-Review.pdf

52 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Gambar 3.1 Proyeksi akses nasional CTPS Indonesia untuk tatanan Rumah Tangga

bukan sebuah seri data (untuk sekolah, madrasah, dan Rincian perhitungan target per tahun untuk dua skenario
fasilitas kesehatan) atau tidak ada ada data dasar (tatanan tersebut dapat dilihat di tabel berikut.
fasilitas umum). Selanjutnya, perhitungan ketahanan iklim
Tabel 3 1 Perhitungan rinci proyeksi CTPS Indonesia untuk tatanan
(climate resilience) dilakukan pada saat analisis biaya. rumah tangga

Grafik berikut menyajikan data akses nasional tatanan


Year Historic BAU Accelaration
rumah tangga dan proyeksinya berdasarkan skenario BAU 2016 66,28% 66,28% 66,28%
dan percepatan. Tahun 2030, skenario BAU menyatakan
2017 78,30% 78,30% 78,30%
bahwa 97.5% rumah tangga memiliki fasilitas CTPS,
yang berarti masih ada gap 2,5% tanpa fasilitas CTPS 2018 78,87% 78,87% 78,87%
untuk memenuhi akses universal tahun 2030. Untuk 2019 76,07% 76,07% 76,07%
menutup gap tersebut, percepatan perlu dilakukan di 2020 78,30% 78,03% 78,30%
nine (9) provinsi.
2021 83,18% 83,18%
Serangkaian asumsi di bawah digunakan dapat 2022 86,35% 86,41%
perhitungan penetapan target CTPS:
2023 89,24% 89,60%
» Pertimbangan dasar dalam penyusunan target adalah 2024 91,88% 92,71%
data historis yang menjadi dasar skenario BAU, 2025 94,13% 95,32%
» Angka akses merupakan gambaran dari akses tahun
2026 95,16% 96,65%
sebelumnya, misalnya target yang ditetapkan di
tahun 2024 akan diukur di tahun 2025, 2027 96,16% 97,95%
» Akses dihitung menggunakan rumus jumlah unit 2028 96,77% 98,87%
yang memiliki fasilitas CTPS dalam suatu tatanan 2029 97,14% 99,53%
dibagi dengan jumlah total unit tatanan tersebut
dikalikan 100%, 3030 97,46% 100%
» Perhitungan akses rumah tangga dan sekolah (serta Madrasah) sudah mempertimbangkan laju pertumbuhan
penduduk berdasarkan publikasi Bappenas, BPS, dan UNFPA. Untuk siswa sekolah dan madrasah, diasumsikan
terdapat laju pertumbuhan sebesar laju pertumbuhan penduduk, yaitu 1.25% per tahun sesuai data BPS untuk
laju pertumbuhan penduduk,
» Dengan mempertimbangkan definisi dari tingkat layanan CTPS serta standar minimum layanan yang ditetapkan
di bagian awal Rencana Aksi ini yaitu LAYANAN DASAR, maka penambahan akses baru dihitung langsung
sebagai Layanan Dasar. Khusus untuk sekolah dan Madrasah, perubahan akses dari layanan terbatas menjadi
layanan dasar dilakukan secara proporsional setiap tahun dengan target 100% layanan dasar di tahun 2025,
» Berdasarkan hasil konsultasi subnasional dalam proses penyusunan Rencana Aksi ini, laju pertumbuhan akses
di beberapa provinsi telah disesuaikan (dinaikkan ataupun diturunkan dari BAU) untuk mencapai 100% tahun
2030 secara lebih realistis.

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 53
3.2.3 CONTOH PENETAPAN TARGET PROVINSI
Sebagaiman disebutkan sebelumnya, perhitungan target nasional dilakukan berdasarkan perhitungan di setiap
provinsi. Untuk menampilkan gambaran di tingkat provinsi, tiga provinsi dipilih untuk menggambarkan perhitungan
penetapan target ini. Tiga provinsi ini pula yang menjadi bagian kegiatan konsultasi daerah penyusunan Rencana
Aksi Nasional CTPS.

a. Pemerintah Aceh
Grafik berikut memberikan ilustrasi perubahan di tingkat subnasional (provinsi Aceh) dengan meningkatkan laju
pertumbuhan lebih besar dari angka BAUnya.

Gambar 3 2 Proyeksi akses CTPS untuk tatanan rumah tangga di Aceh

b. Nusa Tenggara Barat


Karena variasi data historis yang cukup besar, proyeksi BAU untuk Nusa Tenggara Barat dinilai tidak realistis. Untuk
itu, dalam penetapan target provinsi dilakukan penyesuaian laju pertumbuhan akses sebesar 50% dari BAU agar
didapatkan target yang realistis.

Gambar 3 3 Proyeksi akses CTPS tatanan rumah tangga di Nusa Tenggara Barat

54 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
c. DI Yogyakarta
DI Yogyakarta merupakan contoh provinsi yang memiliki skenario BAU 100% tahun 2030. Skenario ini juga dianggap
cukup realistis tanpa perlu dilakukan penyesuaian target tahunan. Sehingga target BAU disepakati sebagai target
yang ditetapkan.

Gambar 3 4 Proyeksi akses CTPS tatanan rumah tangga di DI Yogyakarta

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 55
3.2.4 TARGET NASIONAL 2030
Tabel berikut memberikan target capaian CTPS yang terbagi atas dua
periode RPJMN, yaitu periode 2020-2024 dan 2025-2030. Target ditetapkan
untuk keempat tatanan, namun dengan memisahkan target untuk sekolah
dan Madrasah, karena perbedaan kementerian yang bertanggung jawab
atas dua tatanan tersebut.

Tabel 3.2 Target nasional CTPS untuk berbagai tatanan

Target Akses (%)


Tatanan
Layanan Layanan Tidak ada
dasar terbatas layanan
RUMAH TANGGA
Baseline: 2020 78.3% 0% 0%
2020 – 2024 90% 2.5% 7.5%
2025 – 2030 100% 0% 0%
SEKOLAH
Baseline: 2020 40.7% 31.1% 28.2%
2020 – 2024 100% 0% 0%
2025 – 2030 100% 0% 0%
MADRASAH
Baseline: 2020 55.7% 5.2% 39.1%
2020 – 2024 100% 0% 0%
2025 – 2030 100% 0% 0%
FASILITAS KESEHATAN
Baseline: 2019 n/a 99.3% 0.7%
2020 – 2024 100% 0% 0%
2025 – 2030 100% 0% 0%
FASILITAS UMUM
Baseline: 2021 n/a n/a n/a
2020 – 2024 100% 0% 0%
2025 – 2030 100% 0% 0%

56 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
BAB 4

STRATEGI
IMPLEMENTASI
4.1 TANTANGAN
Tantangan peningkatan akses CTPS sebagaimana terdapat di Bab Analisis Situasi menjadi dasar bagi penyiapan
strategi implementasi CTPS di Indonesia. Tujuh tantangan CTPS yang merupakan faktor penting saat dilakukan
penyusunan strategi implementasi dari Rencana Aksi CTPS ini dapat dilihat di bawah ini:

1. COVID-19 dan potensi pandemi di masa datang menyebabkan perlunya menjaga praktik CTPS dan
menjadikannya budaya masyarakat

COVID-19 telah memperlihatkan pentingnya CTPS untuk perlindungan penyakit menular. Sebuah penelitian di
Indonesia31 mengindikasikan adanya peningkatan kesadaran atas CTPS karena pandemi yang merupakan sinyalemen
penting akan perubahan perilaku CTPS. Saat ini, sudah mulai disadari bahwa kita akan hidup berdampingan dengan
COVID-10 dalam waktu lama yang memerlukan adaptasi dalam perilaku hidup. Juga, peningkatan risiko terjadinya
pandemi di masa depan karena perubahan iklim telah meningkatkan kebutuhan akan praktik kebersihan personal
melalui CTPS.

2. Saat ini tidak terdapat forum diskusi formal untuk membahas CTSP. Mekanisme komunikasi perlu secara
bertahap diperkuat melalui pembentukan lembaga atau forum yang lebih formal agar kesinambungan
komunikasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan dapat terjaga

Sebuah unit khusus pada umumnya didirikan untuk memperkuat koordinasi pada program lintas kementerian
seperti halnya program CTPS. Adannya dasar/norma dalam pembentukan unit ini (sebagian besar dalam bentuk
surat keputusan pejabat senior kementerian) digunakan sebagai dasar perencanaan kegiatan, terutama yang
berkaitan dengan alokasi anggaran, dan sebagai dasar penugasan staf untuk melakukan koordinasi. Kepemimpinan
yang kuat dari kementerian utama, di lain pihak, dapat menjadi pendorong bagi terjadinya koordinasi yang lancar.
Model koordinasi ini telah diterapkan di salah satu program nasional untuk perubahan iklim. Sebagai langkah awal,
Kementerian Kesehatan memilih model komunikasi dan koordinasi yang kedua untuk diterapkan di program CTPS.

3. Selain penyediaan fasilitas CTPS, tantangan lain adalah mempertahankan layanan dan praktik CTPS
di semua tatanan. Hal ini terkait dengan fakta bahwa kegiatan pemeliharaan dan penggunaan bahan
habis pakai merupakan proporsi paling signifikan dari biaya unit CTPS per orang/tahun. Tidak adanya
pernyataan tentang CTPS dalam RPJMN 2020-2024 juga merupakan tantangan lain yang mempengaruhi
penyediaan fasilitas termasuk mempertahankan layanan

WHO dan UNICEF merekomendasikan agar fasilitas CTPS tersedia di semua tatanan untuk pencegahan COVID-19,
tidak hanya di rumah tangga. Pemerintah Indonesia telah mengadopsi kebijakan ini, dan berbagai kementerian
dan lembaga secara aktif menerapkannya sesuai kewenangan masing-masing meskipun masih terbatas sebagai
tindakan pencegahan Covid-19. Tantangan utamanya adalah memastikan keberlanjutan layanan CTPS setelah
fasilitas dibangun, terutama di fasilitas umum. Mempertahankan penyediaan layanan CTPS di fasilitas umum sangat
tergantung pada lembaga yang bertanggung jawab dalam pengoperasikan dan pemeliharaan fasilitas.

4. Meski Undang-Undang tentang Kesehatan telah mengamanatkan anggaran alokasi kesehatan yang
cukup (5 persen dari ABPN dan 10 persen dari APBD), sebagian besar ditujukan untuk langkah -langkah
kuratif. Anggaran preventif tetap kurang, terutama untuk kegiatan CTPS yang tidak memiliki kode
anggaran khusus. Selain itu, ada kekhawatiran tentang sumber daya pemerintah pusat yang terbatas
untuk CTPS, termasuk potensi konflik dengan kegiatan preventif lainnya

Karena CTPS adalah urusan bersama (konkuren), pemerintah pusat juga harus berperan mengembangkan sektor ini
untuk mencapai tujuan TPB tentang akses universal ke CTPS. Namun, secara umum diakui bahwa pemerintah pusat
memiliki sumber daya yang terbatas dari APBN untuk mendukung 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota di Indonesia.
Selain itu, sektor ini harus bersaing dengan langkah-langkah promotif dan preventif lainnya untuk mendapatkan
bagian dari anggaran kesehatan yang tersedia.

5. Tidak ada data CTPS yang terkonsolidasi dari semua tatanan di Indonesia. Kementerian/lembaga yang
berbeda memantau HWWS di setiap tatanan menggunakan sistem dan metode yang berbeda dan tidak
terkait satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan kurangnya data CTPS yang konsisten dan andal, terutama
dalam tatanan non-rumah tangga

31 Dwipayanti NMU, Lubis DS and Harjana NPA (2021) Public Perception and Hand Hygiene Behavior During COVID-19 Pandemic in Indonesia. Dapat diakses
melalui laman https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34055709/

58 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Ketersediaan data, termasuk kemudahan untuk diakses secara bebas dan mudah oleh masyarakat, merupakan kunci
pengembangan akuntabilitas dan transparansi sektor ini. Perencanaan yang baik hanya dapat disiapkan dengan
ketersediaan dan kualitas data yang baik. Kebijakan berbasis data diyakini sebagai pendekatan terbaik (setidaknya
sampai saat ini) untuk memastikan efektivitas pembangunan, termasuk tentunya untuk sektor CTPS.

Pemantauan dan pengelolaan data yang baik memiliki kecenderungan meningkatkan keberlan jutan intervensi
kesehatan.32 Berkaitan dengan hal ini, CTPS masih memiliki kekurangan dalam penyediaan data yang komprehensif,
lengkap dan dipercaya, terutama untuk tatanan fasilitas umum.

6. Proporsi biaya CTPS tertinggi adalah rehabilitasi dan bahan habis pakai. Biaya-biaya ini, seperti dalam
program air minum dan sanitasi lainnya, ditanggung oleh pengguna atau masyarakat. Dengan kata lain,
pengguna atau masyarakat adalah sumber pendanaan utama untuk CTPS. Penduduk yang hidup di bawah
garis kemiskinan (sedikit di atas 10 persen pada tahun 2021) memiliki risiko tidak memiliki akses CTPS
karena kendala keuangan di rumah tangga mereka

Ketersediaan pendanaan merupakan salah satu aspek penting berkaitan dengan penciptakan lingkungan yang
kondusif. Dan sektor ini memiliki keunikan karena biaya terbesar CTPS adalah biaya untuk operasi dan pemeliharaan
tahunan dan biaya untuk bahan habis pakai (sabun dan air). Dan seperti yang terjadi di sektor air dan sanitasi lain,
pengguna atau masyarakat adalah yang menerima beban untuk mendanai biaya operasi dan pemeliharaan serta
bahan habis pakai.

7. Indonesia terkenal karena berada di daerah cincin api (ring of fire), yang berarti rawan bencana alam.
Dan, ketika suhu bumi naik mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, meningkatkan risiko terjadinya
bencana alam, menambah risiko bencana alam Indonesia yang sudah tinggi

Perubahan iklim berkontribusi tinggi terhadap peningkatan risiko bencana alam. Dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, tiga tahap penanggulangan bencana telah diadopsi Indonesia, yaitu prabencana, tanggap
darurat, dan pascabencana. Kesadaran atas risiko bencana serta ketahanan iklim merupakan hal penting dalam
setiap penyiapan dokumen perencanaan strategis, termasuk dalam penyiapan Rencana Aksi ini.

4.2 STRATEGI PENCAPAIAN SERATUS PERSEN AKSES


Data historis BPS mengindikasikan kecenderungan positif pencapaian 100 persen akses tahun 2030. Salah satu
isu strategis di atas menyebutkan bahwa masyarakat adalah kontributor CTPS terbesar. Sehingga, selama tidak
ada perubahan besar yang mempengaruhi kemampuan ekonomi dan belanja rumah tangga, proyeksi tersebut
kemungkinan besar dapat dicapai. Dan karena pendorong utamanya adalah belanja rumah tangga, lebih dari
10 persen penduduk miskin, yang tercatat BPS di awal 2021, akan menjadi tantangan dalam pencap aian akses
universal CTPS. Perlu rumusan strategi yang memberi dukungan nyata terhadap penduduk miskin agar tidak ada
yang tertinggal dalam pemenuhan akses CTPS di Indonesia.

Dan sebagai respon atas tujuh tantangan di atas, dua puluh strategi dari berbagai perspektif dirumuskan. Struktur
penulisan strategi ini tidak secara langsung disusun berdasarkan tiga komponen strategi STBM, namun ketiganya
menjadi pertimbangan dasar dalam proses identifikasi dan perumusan strategi. Struktur penulisan strategi lebih
ditujukkan untuk memperlihatkan kaitan antara strategi yang dirumuskan dalam upaya menjawab setiap tantangan
yang ada.

Agar lebih jelas dari sisi pelaksanaan, kementerian/lembaga pengampu utama ditetapkan untuk setiap strategi.
Kementerian/lembaga pengampu utama tidak berarti menjadi pelaksana tunggal dari strategi tersebut, namun
berfungsi sebagai koordinator apabila melibatkan kementerian/lembaga lainnya. Penetapan kementerian/lembaga
pengampu utama juga memberikan indikasi mengenai pengalokasikan anggaran (terbesar) dari pelaksanaan strategi
terkait.

Tabel berikut disiapkan untuk menyajikan tantangan dan strategi agar dapat menunjukkan keterkaitan secara jelas
antar keduanya.

32 Milat, A.J., Bauman, A. & Redman, S., 2015, Narrative review of models and success factors for scaling up public health interventions. Dalam diakses
melalui laman https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26264351/

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 59
Tabel 4-1 Strategi untuk setiap tantangan CTPS yang teridentifikasi

Kementerian/
No Tantangan Strategi
lembaga utama*
1 COVID-19 dan potensi pandemi 1. Kontekstualisasi berkelanjutan pesan Kemenkes
di masa datang menyebabkan CTPS agar sesuai dengan kondisi
perlunya menjaga praktik CTPS dan terkini
menjadikannya budaya masyarakat 2. Memperkaya bauran kanal Kemenkes
komunikasi untuk meningkatkan
efektivitas penyampaian pesan
3. Mendorong siswa sebagai agen Kemenkes
perubahan CTPS tidak hanya di
sekolah namun juga di rumah
4. Pelibatan Pemberdayaan Kemenkes
Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk
perubahan perilaku keluarga
2 Saat ini tidak terdapat forum diskusi 5. Pembentukan mekanisme koordinasi Kemenkes
formal untuk membahas CTSP. rutin lintas kementerian/lembaga
Mekanisme komunikasi perlu untuk membahas CTPS
secara bertahap diperkuat melalui 6. Pengembangan forum koordinasi Bappenas
pembentukan lembaga atau forum CTPS di daerah memanfaatkan
yang lebih formal agar kesinambungan forum yang telah ada
komunikasi dan koordinasi antar
pemangku kepentingan dapat terjaga
3 Selain penyediaan fasilitas CTPS, 7. Memperkuat kerangka pengaturan Kemenkes
tantangan lain adalah mempertahankan CTPS berkaitan dengan keberlanjutan
layanan dan praktik CTPS di semua layanan, perbaikan tingkat layanan,
tatanan. Hal ini terkait dengan fakta serta pemenuhan akses untuk semua
bahwa kegiatan pemeliharaan dan 8. Memperkuat ekosistem penyedia Kemenkes
penggunaan bahan habis pakai fasilitas CTPS sehingga dapat
merupakan proporsi paling signifikan menjamin ketersediaannya secara
dari biaya unit CTPS per orang / tahun. luas dengan harga terjangkau
Tidak adanya pernyataan tentang
9. Percepatan perbaikan kualitas Berbagai
CTPS dalam RPJMN 2020-2024
layanan dan penyediaan fasilitas kementerian
juga merupakan tantangan lain yang
CTPS di berbagai tatanan
mempengaruhi penyediaan fasilitas
termasuk mempertahankan layanan 10. Pengembangan mekanisme insentif Kemendagri
untuk pemerintah daerah terkait
pemenuhan akses CTPS di berbagai
tatanan
11. Memasukkan keberadaan, Berbagai
keberfungsian penuh fasilitas, serta kementerian
perilaku CTPS sebagai bagian standar
layanan fasilitas umum
4 Meski Undang-Undang tentang 12. Penyediaan dukungan pemerintah Kemenkes
Kesehatan telah mengamanatkan pusat secara selektif berdasarkan
anggaran alokasi kesehatan yang cukup tingkat prioritas daerah
(5 persen dari ABPN dan 10 persen dari 13. Mendorong pembelajaran horizontal Kemenkes
APBD), sebagian besar ditujukan untuk antar daerah
langkah-langkah kuratif. Anggaran
preventif tetap kurang, terutama untuk
kegiatan CTPS yang tidak memiliki
kode anggaran khusus. Selain itu, ada
kekhawatiran tentang sumber daya
pemerintah pusat yang terbatas untuk
CTPS, termasuk potensi konflik dengan
kegiatan preventif lainnya

60 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
5 Tidak ada data CTPS yang terkonsolidasi 14. Sinkronisasi sistem dan kegiatan Kemenkes
dari semua tatanan di Indonesia. pemantauan CTPS di berbagai
Kementerian/lembaga yang berbeda kementerian/lembaga
memantau HWWS di setiap tatanan 15. Pendirian sekretariat nasional sistem Kemenkes
menggunakan sistem dan metode pemantuan dan evaluasi CTPS
yang berbeda dan tidak terkait satu nasional
sama lain. Kondisi ini menyebabkan
16. Meningkatkan pemahaman atas Kemenkes
kurangnya data CTPS yang konsisten
dampak internvensi CTPS sebagai
dan andal, terutama dalam tatanan
bagian pengembangan kebijakan
non-rumah tangga
berbasis data (evidence-based
policy)
6 Proporsi biaya CTPS tertinggi adalah 17. Memperkaya bauran pendanaan Kemenkes
rehabilitasi dan bahan habis pakai. dari sumber-sumber alternatif non-
Biaya-biaya ini, seperti program air pemerintah
dan sanitasi lainnya, ditanggung oleh 18. Pengembangan dukungan Kemenkes
pengguna atau masyarakat. Dengan pendanaan untuk masyarakat miskin
kata lain, pengguna atau masyarakat
adalah sumber pendanaan utama
untuk CTPS. Penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan (sedikit di atas
10 persen pada tahun 2021) memiliki
risiko tidak memiliki akses CTPS karena
kendala keuangan di rumah tangga
mereka
7 Indonesia terkenal karena berada di 19. Mengalokasikan anggaran yang BNPB
daerah cincin api (ring of fire), yang mencukupi untuk kegiatan ketahanan
berarti rawan bencana alam. Dan, iklim dan tanggap darurat berkaitan
ketika suhu bumi naik mengakibatkan dengan CTPS
terjadinya perubahan iklim, 20. Memastikan pertimbangan BNPB
meningkatkan risiko terjadinya bencana akses CTPS di seluruh tahapan
alam, menambah risiko bencana alam penyelenggaran penanggulangan
Indonesia yang sudah tinggi bencana

Penjelasan rinci untuk masing-masing strategi implementasi disampaikan di bawah ini.

TANTANGAN 1:
COVID-19 dan potensi pandemi di masa datang menyebabkan perlunya menjaga praktik CTPS dan
menjadikannya budaya masyarakat
Strategi 1.1:
Kontekstualisasi berkelanjutan pesan CTPS agar sesuai dengan kondisi terkini

Pandemi COVID-19 telah memperlihatkan secara jelas pentingnya melihat kembali dan merumuskan ulang pesan
CTPS. Kementerian Kesehatan telah memulainya dengan mengenalkan waktu-waktu penting CTPS baru yang
mempertimbangkan upaya pencegahan COVID-19 sebagaimana terdapat dalam Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun
(2020). Proses ini perlu terus dilakukan secara berkala agar pesan CTPS dapat tetap relevan dengan kondisi yang
ada.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 61
Strategi 1.2:
Memperkaya bauran kanal komunikasi untuk meningkatkan efektivitas penyampaian pesan

Cara berkomunikasi mengalami perubahan dalam dekade terakhir karena keberadaan berbagai kanal digital.
Pemanfaatan beragam kanal komunikasi akan meningkatkan efektivitas penyampaikan pesan CTPS. Kementerian
Komunikasi dan Informatika memainkan peran penting dalam diseminasi pesan CTPS melalui berbagai kanal dan
media, baik yang bersifat daring maupun luring. Meski demikian, sebagaimana yang dijelaskan di dalam analisis
situasi, Kementerian Kesehatan juga memiliki modalitas kuat dalam diseminasi pesan CTPS melalui berbagai
platform digital yang dimiliki.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Komunikasi dan Informatika

Strategi 1.3:
Mendorong siswa sebagai agen perubahan CTPS tidak hanya di sekolah namun juga di rumah

Unit Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) telah dipilih melalui Surat Keputusan Bersama 4 Menteri 33 sebagai
platform tunggal untuk mencipakan lingkuang yang sehat di sekolah (termasuk Madrasah). Dengan jumlah siswa
lebih dari 54 juta di tahun 2019, atau setara 1/5 dari total penduduk, hal ini menjadi modal kuat perubahan perilaku
CTPS di masyarakat.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 1.4:
Pelibatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk perubahan perilaku keluarga

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya di Bab 2, pelibatan ibu sebagai pengasuh utama akan meningkatkan
keberlanjutan praktik CTPS. Hal inilah yang mendorong pentingnya PKK dilibatkan di dalam setiap upaya perubahan
perilaku, tidak terkecuali untuk perilaku CTPS. Selain itu, karena ketua tim penggerak PKK daerah dijabat oleh istri
kepala daerah, maka diharapkan terdapat dukungan politik kuat untuk pelaksanaan strategi ini melalui gerakan PKK.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Dalam Negeri

TANTANGAN 2:
Saat ini tidak terdapat forum diskusi formal untuk membahas CTSP. Mekanisme komunikasi perlu secara
bertahap diperkuat melalui pembentukan lembaga atau forum yang lebih formal agar kesinambungan
komunikasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan dapat terjaga

Strategi 2.1:
Pembentukan mekanisme koordinasi rutin lintas kementerian/lembaga untuk membahas CTPS

Koordinasi rutin diperlukan agar Rencana Aksi dapat diterapkan secara efektif. Di dalam rapat koordinasi ini
dibahas mengenai tantangan, pembelajaran, dan potensi kolaborasi antar kementerian/lembaga untuk percepatan
peningkatan layanan. Indonesia telah memperolah banyak pembelajaran untuk melakukan koordinasi antar
kementerian/lembaga melalui pembentukan kelompok kerja (Pokja). Meski belum ada rencana pembentukannya,
pengembangan unit semacam itu untuk CTPS perlu dipelajari lebih lanjut sebagai bagian dari upaya penguatan
bertahap mekanisme koordinasi.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

33 Surat Keputusan Bersama (SKB) ini ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Neg-
eri tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah. Salinan SKB ini dapat dilihat di laman https://simpuh.kemenag.
go.id/regulasi/pb4menteri_2014.pdf

62 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Strategi 2.2:
Pengembangan forum koordinasi CTPS di daerah memanfaatkan forum yang telah ada

Sebagai urusan konkuren, CTPS harus dilakukan bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah (provinsi
dan kabupaten/kota). Koordinasi efektif di tingkat pemerintah daerah juga menjadi aspek penting keberhasilan
pembangunan CTPS termasuk ruang pembahasan khusus terkait isu CTPS di dalam forum koordinasi di daerah.
Demi efektivitas kelembagaan, pembentukan lembaga baru tidak diperlukan. Pemerintah daerah didorong untuk
memanfaatkan berbagai lembaga adhoc (dalam bentuk Pokja) yang ada sebagai forum untuk mendiskusikan CTPS.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Bappenas

TANTANGAN 3:
Selain penyediaan fasilitas CTPS, tantangan lain adalah mempertahankan layanan dan praktik CTPS di
semua tatanan. Hal ini terkait dengan fakta bahwa kegiatan pemeliharaan dan bahan habis pakai merupakan
proporsi paling signifikan dari biaya unit CTPS per orang / tahun. Tidak adanya pernyataan tentang CTPS
dalam RPJMN 2020-2024 juga merupakan tantangan lain yang mempengaruhi penyediaan fasilitas termasuk
mempertahankan layanan
Strategi 3.1:
Memperkuat kerangka pengaturan CTPS berkaitan dengan keberlanjutan layanan, perbaikan tingkat
layanan, serta pemenuhan akses untuk semua

Meski COVID-19 memberikan dampak positif dalam penguatan kerangka pengaturan CTPS di Indonesia melalui
penerbitan berbagai kebijakan setingkat menteri, keberlanjutannya selepas pandemi perlu menjadi perhatian. Hal ini
karena kebijakan CTPS merupakan kebijakan khusus dan terbatas sebagai respon COVID-19 yang bersifat temporer.
Berbagai kebijakan ini perlu dilembagakan ke dalam norma yang lebih umum dan tidak hanya terkait COVID-19.
Memasukkan aspek CTPS ke dalam pengaturan sektor lainnya (perumahan, air bersih, dan sanitasi) dapat menjadi
salah satu jalan penguatan kerangka pengaturan ini.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 3.2:
Memperkuat ekosistem penyedia fasilitas CTPS sehingga dapat menjamin ketersediaannya secara luas
dengan harga terjangkau

Fasilitas CTPS (termasuk sabun) perlu tersedia secara luas di pasar dengan harga terjangkau meski bervariasi
tergantung jenisnya. Pasar juga perlu menyediakan fasilitas CTPS yang inklusif disabilitas, fasilitas untuk anak,
remaja, dan dewasa, serta fasilitasi yang berketahanan iklim (misalnya penggunaan kran hemat air). Di dalam strategi
ini juga termasuk bagaimana usaha untuk merangsang keterlibatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
dalam penyediaan fasilitas CTPS di pasar.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 3.3:
Percepatan perbaikan kualitas layanan dan penyediaan fasilitas CTPS di berbagai tatanan

JMP menggunakan kepemilikan fasilitas CTPS sebagai pendekatan atau proxy mengukur perilaku CTPS. Sehingga,
akses hanya dapat dihitung pada saat fasilitas sudah terbangun dan beroperasi. Perbaikan tingkat layanan dari
layanan terbatas menjadi layanan dasar adalah “low hanging fruit”34 dalam strategi ini, karena tidak adanya investasi
yang diperlukan.
34 Ketika menerapkan metafora ini untuk bisnis, prinsip ini mengacu pada pemikiran bahwa bisnis harus memfokuskan upaya mereka pada tujuan yang paling
mudah dicapai yang mengarah pada hasil tercepat dan paling matang. Merupakan terjemahan bebas dari “When applying this metaphor to business, the
low-hanging fruit principle refers to the thinking that businesses should focus their efforts on the most easily attainable goals which lead to the quickest and
most ripe results.”. Secara lebih dapat dilihat di laman https://www.linkedin.com/pulse/lower-tree-understanding-low-hanging-fruit-principle-business-yoon/

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 63
Strategi ini juga termasuk pemastian keberlangsungan operasi dan pemeliharaan fasilitas, karena faktor utama
keberlanjutan layanan CTPS adalah keberadaan air dan sabun.

Kementerian/lembaga pengampu utama: berbagai kementerian berikut

» Rumah tangga : Kementerian Kesehatan


» Fasilitas kesehatan : Kementerian Kesehatan
Kotak 1
» Destinasi wisata : Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif DANA INSENTIF
»
»
Simpul transportasi : Kementerian Perhubungan
Pasar tradisional : Kementerian Perdagangan
DAERAH/DID
» Sekolah : Kementerian Pendidikan, Untuk mendukung pencapaian kinerja, pemerintah
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pusat memberikan stimulant berupa DID. Tujuan
» Madrasah : Kementerian Agama dari instrumen fiskal ini adalah menyediakan
» Fasilitas umum lain : Kementerian Pekerjaan insentif untuk peningkatan kualitas pengelolaan
Umum dan Perumahan Rakyat keuangan daerah, layanan dasar, dan pengentasan
kemiskinan. Pemerintah daerah yang memenuhi
berbagai indikator kinerja yang dipersyaratkan,
Strategi 3.4:
akan menerim DID. Indikator kinerja ini meliputi
Pengembangan mekanisme insentif bagi kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan
pemerintah daerah terkait pemenuhan akses daerah, layanan dasar di bidang pendidikan,
CTPS di berbagai tatanan kesehatan, sanitasi layak, air minum layak, stunting,
pelayanan umum pemerintahan, kesejahteraan
Sebagian besar tatanan CTPS berada di bawah sosial, pengelolaan sampah, peningkatan ekspor,
tanggung jawab pemerintah daerah (baik provinsi peningkatan investasi, pembiayaan kreatif, belanja
maupun kabupaten/kota), semisal rumah tangga, wajib, dan kepatuhan dalam ketepatan waktu
simpul transportasi, pasar tradisional, sekolah, dan pelaporan. CTPS tidak termasuk indikator kinerja
fasilitas umum lainnya). Menyediakan insentif kepada DID sejauh ini.
pemerintah daerah atas capaian pemenuhan akses
CTPS di wilayahnya diyakini dapat meningkatkan Sumber: Kementerian Keuangan (https://djpk.kemenkeu.go.id//wp-
content/uploads/2021/01/Kebijakan-Dana-Insentif-Daerah-2021.pdf)
perhatian pemerintah daerah ke sektor ini.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian


Dalam Negeri

Strategi 3.5:
Memasukkan keberadaan, keberfungsian penuh fasilitas, serta perilaku CTPS sebagai bagian standar
layanan fasilitas umum

Saat ini, standar layanan fasilitas publik (terminal dan pasar tradisional) telah memasukkan ketersediaan fasilitas
CTPS sebagai bagian dari ketentuannya. Penambahan indikator keberfungsian penuh (yang berarti memasukkan
indikator ketersediaan air dan sabun) serta aspek kepatuhan perilaku CTPS sebagai bagian dari standar layanan akan
meningkatkan akses CTPS serta memberikan kejelasan tugas pengelola fasilitas umum untuk menyediakan air dan
sabun serta melakukan upaya penegakan dan pemantauan kepatuhan CTPS.

Kementerian/lembaga pengampu utama: berbagai kementerian terkait fasilitas umum

» Destinasi wisata : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif


» Simpul transportasi : Kementerian Perhubungan
» Pasar tradisional : Kementerian Perdagangan
» Fasilitas umum lain : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

64 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
TANTANGAN 4:
Meski Undang-Undang tentang Kesehatan telah mengamanatkan anggaran alokasi kesehatan yang cukup
(5 persen dari ABPN dan 10 persen dari APBD), sebagian besar dikhususkan untuk langkah-langkah kuratif.
Anggaran preventif tetap kurang, terutama untuk kegiatan CTPS yang tidak memiliki kode anggaran khusus.
Selain itu, ada kekhawatiran tentang sumber daya pemerintah pusat yang terbatas untuk CTPS, termasuk
potensi konfiik dengan kegiatan preventif lainnya

Strategi 4.1:
Penyediaan dukungan pemerintah pusat secara selektif berdasarkan tingkat prioritas daerah

Keterbatasan sumber daya pemerintah pusat membuat mekanisme prioritasi pemberian dukungan perlu
dikembangkan. Prioritasi ini dapat dikembangkan berdasarkan kriteria yang dipantau secara rutin melalui sistem
pemantauan CTPS, misal capaian akses dibandingkan target akses. Prioritasi ini juga mendorong efektivitas
dukungan karena sumber daya berbagai lembaga dapat digabungkan untuk mempercepat pembangunan CTPS di
provinsi dan kabupaten/kota prioritas

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 4.2:
Mendorong pembelajaran horizontal antar daerah

Peer learning merupakan sarana pembelajaran yang efektif melalui berbagi kisah sukses maupun cerita kegagalan
dalam program pembangunan CTPS. Pendekatan ini juga dipercaya memberikan dorongan motivasi yang kuat
untuk mengikuti jalur kesuksesan suatu daerah dan menghindari kesalahan atau kegagalan dari koleganya. Di bahwa
Asosisasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI), pembelajaran horizontal terkait air dan sanitasi secara regular
diadakan. Isu mengenai CTPS dapat diangkat menjadi tema pembelajaran dari event AKKOPSI tersebut.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

TANTANGAN 5:
Tidak ada data CTPS yang terkonsolidasi dari semua tatanan di Indonesia. Kementerian/lembaga yang berbeda
memantau CTPS di setiap tatanan menggunakan sistem dan metode yang berbeda dan tidak terkait satu sama
lain. Kondisi ini menyebabkan kurangnya data CTPS yang konsisten dan andal, terutama tatanan non-rumah tangga

Strategi 5.1:
Sinkronisasi sistem dan kegiatan pemantauan di berbagai kementerian/lembaga

Saat ini, berbagai kementerian/lembaga memiliki dan melakukan sistem pemantauan CTPS tersendiri untuk setiap
tatanan. BPS menjadi lembaga resmi yang melakukan pemantauan untuk akses CTPS di tatanan rumah tangga,
sedangkan untuk sekolah dan Madrasah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
dan Kementerian Agama. Pemantauan fasilitas CTPS di simpul dan moda transportasi menjadi tanggung jawab
Kementerian Transportasi dan Kementerian Perdagangan untuk pasar tradisional. Pemantauan di fasilitas kesehatan
menjadi ranahnya Kementerian Kesehatan.

Agar dapat dihasilkan pemantauan seluruh tatanan yang terkonsolidasi, perlu sinkronisasi berbagai sistem yang
telah ada. Tentu tidak harus menciptakan sistem nasional CTPS terpusat yang baru, namun lebih pada penyiapan
dashboard pemantauan (atau pengembangan dari dashboard yang telah ada, misalnya dashboard TPB) bersumber
pada sistem pemantauan kementerian/lembaga yang telah terbentuk, agar masyarakat dapat mengakses data
CPTS secara reguler, bebas, dan mudah.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 65
Strategi 5.2:
Pendirian sekretariat nasional sistem pemantuan dan evaluasi CTPS nasional

Keberadaan sekretariat yang dilengkapi ruang kantor, staf, dan dana operasional tahunan yang memadai diperlukan
agar kegiatan pemantuan dan evaluasi CTPS dapat dijalankan. Untuk efektivitas kelembagaan, fungsi dan tugas
sekretariat nasional ini dapat dilekatkan pada salah satu bidang atau sub-direktorat di kementerian/lembaga
pengampu yang sama, yaitu Kementerian Kesehatan.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 5.3: Meningkatkan pemahaman atas dampak intervensi CTPS sebagai bagian pengembangan kebijakan
berbasis data (evidence-based policy).

Kemampuan menyediakan berbagai bukti yang meyakinkan adalah faktor penting dalam upaya perubahan perilaku,
yang telah menjadi bagian penting dalam upaya pemicuan di pendekatan STBM. Pemahaman atas dampak ini juga
menjadi sarana penting dalam justifikasi penyusunan berbagai kebijakan, termasuk di dalamnya adalah kebijakan
anggaran.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

TANTANGAN 6:
Proporsi biaya CTPS tertinggi adalah rehabilitasi dan bahan habis pakai. Biaya-biaya ini, seperti program
air dan sanitasi lainnya, ditanggung oleh pengguna atau masyarakat. Dengan kata lain, pengguna atau
masyarakat adalah sumber pendanaan utama untuk CTPS. Penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
(sedikit di atas 10 persen pada tahun 2021) memiliki risiko tidak memiliki akses CTPS karena kendala
keuangan di rumah tangga mereka

Strategi 6.1:
Memperkaya bauran pendanaan dari sumber-sumber alternatif non-pemerintah

Sebagaimana diindikasikan di Bab 2 tentang Analisis Situasi CTPS, anggaran promotif dan preventif berkisar 13%
dari total anggaran kesehatan nasional. Tentu saja, CTPS hanya salah satu kegiatan yang memanfaatkan alokasi
anggaran promotif preventif ini. Upaya mengidentifikasi berbagai sumber pendanaan alternatif untuk CTPS menjadi
penting dilakukan agar dapat mengisi gap pendanaan, disamping mengoptimalkan sumber pendanaan alternatif
yang sudah banyak diakses saat ini yaitu dari sektor swasta berupa CSR dan dana sosial keagamaan (contohnya
adalah BAZNAS).

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 6.2:
Pengembangan dukungan pendanaan untuk masyarakat miskin

BPS mencatat penduduk miskin di bulan Maret 2021 lebih dari 10% dengan mengacu pada garis kemiskinan sebesar
Rp472.525,00/orang/bulan (atau Rp2.121.637,00/rumah tangga/bulan)35. Dengan struktur biaya CTPS yang sebagain
besarnya menjadi tanggung jawab pengguna (atau rumah tangga), dukungan dari pemerintah agar rumah tangga
miskin dapat memiliki akses untuk menjalankan praktik CTPS menjadi penting. Dukungan ini dapat dilekatkan pada
berbagai program pengentasan kemiskinan sektor lain, misalnya sektor perumahan, air minum dan sanitasi.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Bappenas

35 https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/07/15/1843/persentase-penduduk-miskin-maret-2021-turun-menjadi-10-14-persen.html

66 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
TANTANGAN 7:
Indonesia terkenal karena berada di daerah cincin api (ring of fire), yang berarti rawan bencana alam. Dan,
ketika suhu bumi naik mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, meningkatkan risiko terjadinya bencana
alam, menambah risiko bencana alam Indonesia yang sudah tinggi.

Strategi 7.1:
Mengalokasikan anggaran yang mencukupi untuk kegiatan ketahanan iklim dan tanggap darurat berkaitan
dengan CTPS

Peningkatan risiko bencana harus dimitagasi semenjak tahapan perencanaan, baik perencanaan teknis maupun
anggaran. Alokasi anggaran fasilitas CTPS masa tanggap darurat penting dialokasikan sebagai bagian perencanaan
berketahanan iklim untuk CTPS. Alokasi anggaran CTPS untuk tanggap darurat tidak masuk di dalam ruang lingkup
Rencana Aksi ini namun akan menjadi bagian dari upaya penyusunan perencanaan anggaran umum untuk air minum
dan sanitasi saat kondisi darurat.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 7.2:
Memastikan pertimbangan akses CTPS di seluruh tahapan penyelenggaran penanggulangan bencana

Ketersediaan dan keberfungsian secara penuh fasilitas CTPS perlu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh
panduan atau prosedur penanggulangan bencana. Contohnya adalah ketersediaan dan keberfungsian fasilitas CTPS
di hunian sementara yang inklusif (ramah disabilitas dan kebutuhan anak, remaja, dan dewasa baik perempuan
maupun laki-laki).

Kementerian/lembaga pengampu utama: BNPB

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 67
BAB 5

MILESTONE
IMPLEMENTASI
5.1 PENDAHULUAN
Sebuah milestone, mengacu Kamus Cambridge, berarti sebuah tonggak peristiwa dalam perkembangan atau
sejarah sesuatu atau kehidupan seseorang. Sebagai penanda dari peristiwa penting dan bersejarah, milestone pada
umumnya dikaitkan dengan upaya kegiatan pemantauan dan evaluasi. Dan sudah diterima sebagai sebuah praktik
umum, evaluasi atas sebuah rencana strategis dilakukan setelah pencapaian dari milestone tertentu.

Bab ini ditulis untuk menjelaskan mengenai berbagai milestone di dalam upaya pencapaian akses universal CTPS
di Indonesia hingga tahun 2030. Periode RPJMN digunakan sebagai kerangka waktu pencapaian milestone agar
sejalan dengan periode perencanaan dan penganggaran pemerintah. Gambar di bawah ini menunjukkan berbagai
peristiwa penting dalam perencanaan pemerintah hingga 2030.

Berakhirnya Berakhirnya Berakhirnya


Pemilu RPJMN RPJMN RPJMN TPB
2024 2020-2024 2005-2025 2025-2029

OCT OCT
2024 2024 2025 2029 2030

Pemilu RPJP Baru


Serentak
Pertama
RPJMN dan RPJMD

Gambar 5 1 Linimasa peristiwa politik utama dan kegiatan perencanaan di Indonesia hingga 2030

Penting untuk menjadi catatan bahwa Rencana Aksi ini akan meliputi dua periode RPJMN atau dua periode presiden,
dari periode saat ini di 2020-2024 hingga periode setelah Pemilu 2024. Namun, sebagaimana sudah disampaikan
sebelumnya, perencanan strategis nasional dan daerah akan tersinkronisasi melalui hasil Pemilu serentak 2024.
Sehingga, khusus untuk CTPS, Rencana Aksi ini dapat menjadi masukan dan referensi bagi penyusunan rencana
strategi pemerintah pusat dan daerah hasil Pemilu serentak 2024.

Milestone penting lain yang dapat menjadi sarana advokasi CTPS adalah berakhirnya Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) di tahun 2025. Dengan berakhirnya RPJPN tersebut maka perlu disusun rencana
jangka panjang (20 tahun) yang baru akan akan menjadi acuan bagi RPJMN berikutnya. Sehingga, hal ini menjadi
sarana penting untuk memastikan CTPS dapat menjadi agenda explisit RPJPN berikutnya.

5.2 MILESTONE IMPLEMENTASI


Secara umum, terdapat empat milestone dalam upaya pencapaian 100% akses di tahun 2030. Keempat milestone
ini selanjutnya akan diperinci menjadi beberapa sub-milestone yang digunakan sebagai dasar evaluasi Rencana Aksi
ini. Gambar di bawah ini mengilustrasikan keempat milestone yang dimaksud.

M1 M2 M3 M4
2022/2023 2023/2024 2024/2025 2025-2023
Memperkuat Bergerak bersama Penyusunan Mempercepat
fondasi CTPS antara pusat dan kebijakan berbasis capaian akses
daerah data untuk
membudayakan
CTPS

Gambar 5.2 Empat milestone untuk mencapai 100% akses tahun 2030

70 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Penjelasan rinci untuk setiap milestone disajikan di bawah ini. Setiap milestone berisi sub-milestone yang menjadi
penanda penting pencapaian milestone terkait.

M1
MILESTONE 1: MEMPERKUAT FONDASI CTPS, 2022/2023
Milestone pertama berkaitan dengan penguatan fondasi CTPS agar menjadi praktik yang membudaya tidak hanya
saat pandemi COVID-19. Tiga kegiatan utama yang terkait dan menjadi sub-milestone dari Milestone 1 berkaitan
dengan penyempurnaan akuntabilitas dan pengelolaan data, memperkuat koordinasi CTPS, dan mengarusutamakan
CTPS dalam berbagai program lainnya

M1.1. Sinkronisasi data


Pencapaian sub-milestone ini penting agar akuntabilitas data CTPS dapat terjadi di Indonesia. Hal ini juga menjadi
indikator keberhasilan koordinasi antar kementerian/lembaga terkait CTPS. Agar sub-milestone ini dapat dijalankan,
perlu penugasan kepada sebuah lembaga khusus, yang disebut sekretariat nasional sistem pemantauan dan
evaluasi CTPS, yang berada di bawah Kementerian Kesehatan. Selain itu, indikator lain dari tercapainya hal ini adalah
dashboard SDG Bappenas dapat menampilkan data akses untuk keempat tatanan, dan tidak hanya untuk tatanan
rumah tangga.

M1.2. Koordinasi CTPS di Pusat dan daerah


Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, penting untuk memiliki keberadaan forum koordinasi CTPS baik di pusat
maupun daerah. Forum koordinasi di daerah dapat menggunakan forum yang telah dibentuk saat ini, yang sekaligus
juga dapat mendorong integrasi isu CTPS ke dalam program lain seperti perumahan, air bersih, dan sanitasi.

M1.3. CTPS terintegrasi ke dalam program perumahan, air bersih, dan sanitasi
Integrasi ini menjadi kegiatan yang bersifat mudah, cepat untuk dilakukan dan berdampak besar dari upaya
pengembangan CTPS di Indonesia. Dengan modalitas besar yang telah dimiliki di program-program yang berjalan
tersebut, seperti struktur dan mekanisme program yang telah matang, integrasi ini kemungkinan besar akan
secara cepat mendorong peningkatan akses CTPS. Dan hasilnya dapat menjadi bahan upaya showcasing kegiatan
percepatan pembangunan CTPS.

M2
MILESTONE 2: BERGERAK BERSAMA ANTARA PUSAT DAN DAERAH, 2023/2024
Saat fondasi CTPS yang kuat telah berhasil dibangun, milestone berikutnya adalah sinkronisasi pemerintah pusat
dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota) agar dapat bergerak beriringan dalam kegiatan percepatan pembangunan
CTPS. Milestone kedua ini dapat dicapai melalui implementasi tiga sub-milestone berikut:

M2.1 Memperkuat kerangka pengaturan untuk CTPS yang inklusif dan berkelanjutan bagi semua
Disamping berbagai inisitif kebijakan CTPS yang telah dikeluarkan selama pandemi, yang menjadi catatan penting
adalah kebijakan-kebijakan ini bersifat sementara dan hanya terkait COVID-19. Perlu dilakukan upaya pelembagaan
lanjutan agar kebijakan ini menjadi norma legal baru yang bersifat umum dan tidak hanya terkait pandemi, dengan
perhatian kepada aspek inklusi kelompok rentan (disabilitas, lanjut usia, dan penduduk miskin), serta dengan
mempertimbangkan kebutuhan anak-anak, remaja, serta perempuan dan laki-laki dewasa.

M2.2 Dukungan kepada provinsi dan kabupaten/kota prioritas


Karena keterbatasan sumber daya pemerintah pusat, penetapan prioritas dukungan penting dilakukan agar dukungan
tersebut dapat optimal. Kriteria penetapan prioritas ini dapat mempertimbangkan capaian akses dan targetnya,
yang bervariasi seiring waktu. Berdasarkan prioritasi ini, pemerintah pusat dapat mengalokasikan dukungan yang
mencukupi selama beberapa waktu untuk provinsi dan kabupaten/kota prioritas berbeda-beda tergantung hasil
perhitungan prioritasi berkala yang dilakukan.

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 71
M2.3 Percepatan akses melalui pembelajaran horizonal dan mekanisme insentif
Pembelajaranhorizontalterbuktiefektifdalammempromosikanpraktikbaikdiantarapemerintahdaerahdanmenjadiajang
koordinasidenganpemerintahpusat36.Mengadopsikeberhasilanpembelajaranhorizontaldisektorsanitasikedalamsektor
CTPSdiharapkandapatmendorongkreativitaspemerintahdaerahdalammempercepatakses,terutamasaatdigabungkan
dengan mekanisme insentif dari pemerintah pusat untuk dearah.

M3
MILESTONE 3: PENYUSUNAN KEBIJAKAN BERBASIS DATA UNTUK MEMBUDAYAKAN CTPS, 2024/2025
Advokasi yang sistematis dan berbasis data adalah milestone ketiga dari upaya pencapaian 100% akses CTPS.
Sebagai praktik kebersihan individu, CTPS memerlukan adopsi nilai-nilai ke dalam setiap individu agar keberlanjutan
praktik ini dapat terjadi. Hal ini membutuhkan konsistensi pesan CTPS dan upaya penyampaiannya. Tiga sub-
milestone berikut merupakan syarat tercapainya milestone ini, yaitu:

M3.1 Studi dampak intervensi CTPS


Meski dampak intervensi CTPS terhadap kesehatan telah dikenal luas secara global, pemahaman atas dampak
tersebut secara lokal di Indonesia akan semakin memperkuat pesan CTPS dan mendekatkannya secara emosional
ke masyarakat Indonesia. Pemahaman yang semakin baik dari dampak intervensi CTPS akan mempengaruhi
penyusunan kebijakan yang semakin baik, yang merupakan salah satu pelajaran penting dari penanganan pandemi
COVID-19.

M3.2 Kontekstualisasi pesan CTPS


Pesan-pesan CTPS harus selalu kontekstual terhadap kondisi dan tantangan yang dihadapi saat ini. Usaha ini
memiliki tujuan penting akan pesan CTPS dapat sedekat mungkin dengan kenyataan yang dihadapi di lapangan
dan menghindari pesan CTPS hanya berupa jargon komunikasi semata. Hasil dari riset formatif dan studi dampak
menjadi sumber utama dalam melakukan upaya kontekstualisasi ini.

M3.3 Memperkaya saluran komunikasi dalam diseminasi pesan CTPS


Teknologi telah mengubah atau mentransformasi cara manusia berkomunikasi. Munculnya berbagai platform
komunikasi yang ditawarkan dengan adanya internet menumbuhkan beragam cara komunikasi baru yang dapat
dilakukan. Media sosial menawarkan kanal promosi dan diseminasi data kesehatan yang lebih efektif dimana
pengguna tidak hanya menjadi penerima pesan namun dapat berbagi pesan kesehatan yang relevan. Sehingga,
keberhasilan sosial media membutuhkan komunikasi dua arah sebagai sebuah catatan penting terutama u ntuk
penyampaian pesan CTPS. Bauran berbagai kanal komunikasi ini, baik yang konvensional dan luar jaringan (luring)
dan media sosial berbasis internet akan berdampak pada meningkatnya efektivitas penyampaian pesan CTPS
kepada masyarakat.

M4
MILESTONE 4: MEMPERCEPAT CAPAIAN AKSES, 2025-2030
Sebagai langkah akhir dari perjalanan pencapaian 100% akses CTPS adalah implementasi konkret atau nyata
pemenuhan akses. Berfokus pada pemenuhan akses untuk penduduk miskin dan akses di fasilitas umum, dua sub-
milestone berikut dapat diidentifikasi:

M4.1 Dukungan pendanaan bagi penduduk miskin


BPS mencatat 10,14% penduduk di bawah garis kemiskinan di bulan Maret 2021. Angka ini setara 27.54 juta
penduduk (atau 6.56 juta rumah tangga, dengan asumsi 4.2 orang anggota rumah tangga). Perhatian khusus perlu
diberikan utamanya terkait dukungan pendanaan, agar mereka dapat memiliki akses CTPS dan yang lebih penting
lagi memastikan keberlanjutan akses agar praktik CTPS dapat senantiasa dilakukan di waktu-waktu penting.

36 Kegiatan horizontal learning yang diselenggarakan oleh Asosiasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) untuk sanitasi adalah sebuah contoh keberhasi-
lan pendekatan peer learning untuk pengarusutamaan isu sanitasi diantara pimpinan daerah (bupati dan walikota).

72 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
M4.2 CTPS menjadi bagian standar layanan di fasilitas umum
Meski tidak tersedia data dasar CTPS di fasilitas umum, namun berbagai pihak dan lembaga menyatakan bahwa
terdapat perubahan signifikan dalam penyediaan fasilitas CTPS di fasilitas umum selama pandemi. Namun demikian,
tantangan utama berikutnya adalah memastikan keberlanjutan layanan fasilitas CTPS ini melalui penyediaan air dan
sabun. Standar layanan di fasilitas umum diatur melalui peraturan terkait layanan minimum, misalnya standar layanan
minimum di terminal, pasar tradisional dan lainnya. Memastikan keberlanjutan layanan CTPS menjadi bagian dari
peraturan standar layanan ini akan secara langsung berkontribusi pada peningkatan akses CTPS di fasilitas umum.

5.3 PROGRAM PEMBANGUNAN


Enam puluh satu program telah diidentifikasi untuk melaksanakan ke-dua puluh strategi dalam empat milestone
pencapaian visi penyediaan akses CTPS untuk semua, dimana saja, dan kapan saja. Tabel di bawah ini menggambarkan
seluruh strategi dan program dalam kerangka pelaksanaan milestone beserta sub-milestone masing-masing.

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 73
74

Tabel 5.1 Matrik program pembangunan dalam rangka pencapaian 100% akses CTPS tahun 2030

Kementerian/
Milestone Sub-milestone Strategi Program
l embaga utama*
MILESTONE 1: M1.1. Sinkronisasi 1. Sinkronisasi sistem dan 1. Pengembangan dan penyelenggaraan Dashboard SDG untuk Bappenas
MEMPERKUAT data kegiatan pemantauan di dapat menampilkan akses CTPS di semua tatanan
FONDASI CTPS, berbagai kementerian/lembaga 2. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem pemantauan Kemenkes
2022/2023 CTPS di fasilitas kesehatan berdasarkan Rifaskes
3. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem pemantauan Kemendag
CTPS di Pasar Tradisional
4. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem pemantauan Kemenhub
CTPS di terminal (darat, laut dan udara)
5. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem pemantauan Kemnaker
CTPS di kantor dan tempat kerja
6. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem pemantauan Kemenkes, Satgas
kepatuhan perilaku CTPS di seluruh tatanan Covid-19
2. Pendirian sekretariat nasional 7. Pembentukan sekretariat nasional untuk kegiatan pemantauan Kemenkes
sistem pemantuan dan evaluasi dan evaluasi CTPS semua tatanan
CTPS nasional 8. Pelaksanaan evaluasi rutin (termasuk verifikasi ke daerah) Kemenkes
menggunakan hasil pemantauan sebagai bagian evaluasi
Rencana Aksi CTPS
M1.2. Koordinasi 3. Pembentukan mekanisme 9. Pelaksanaan rapat koordinasi rutin Pokja CTPS di tingkat Pusat Kemenkes
CTPS di Pusat koordinasi rutin lintas 10. Penyediaan tenaga ahli dan/atau fasilitator untuk mendukung Kemenkes
dan daerah kementerian/lembaga untuk Kemenkes sebagai kementerian utama dalam koordinasi CTPS
membahas CTPS
11. Dukungan sumber daya pelaksanaan kegiatan koordinasi CTPS Kemenkes
12. Penguatan bertahap melalui formalisasi mekanisme koordinasi Kemenkes
CUCI TANGAN PAKAI SABUN

CTPS
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

Kementerian/
Milestone Sub-milestone Strategi Program
l embaga utama*
4. Pengembangan forum 13. Advokasi untuk memasukkan CTPS sebagai bagian ruang Bappenas
koordinasi CTPS di daerah lingkup Pokja daerah (contoh: Pokja Kota Sehat, Pokja AMPL)
memanfaatkan forum yang 14. Pelaksanaan rapat koordinasi tahunan Pokja tingkat provinsi Provinsi
telah ada
15. Pelaksanaan rapat koordinasi tahunan Pokja tingkat kabupaten/ Kabupaten/kota
kota
16. Pelaksanaan rapat koordinasi rutin (triwulan) Pokja di tingkat Provinsi
provinsi
17. Pelaksanaan rapat koordinasi bulanan rutin (triwulan) Pokja di Kabupaten/kota
tingkat kabupaten/kota
M1.3. 5. Memperkuat kerangka 18. Memasukkan ketersediaan fasilitas CTPS sebagai bagian PUPR, Bappenas,
CTPS terintegrasi pengaturan CTPS berkaitan dalam program perumahan rakyat dan sanitasi Kemenkes
ke dalam program dengan keberlanjutan layanan, 19. Advokasi prioritasi CTPS dalam kebijakan pembangunan Bappenas,
p e r u m ah an , perbaikan tingkat layanan, Pemerintah Pusat Kemenkes
air bersih, dan serta pemenuhan akses untuk
20. Advokasi prioritasi CTPS dalam kebijakan pembangunan Kemendagri
sanitasi semua (1)
Pemerintah Daerah
MILESTONE 2: M2.1 Memperkuat kerangka 21. Standardisasi fasilitas CTPS yang inklusif disabilitas termasuk PUPR, Kemenkes,
BERGERAK M em p er k u a t pengaturan CTPS berkaitan fasilitas CTPS untuk kondisi darurat BNPB, BSN
BERSAMA ANTARA ke r a n g k a dengan keberlanjutan layanan, 22. Penyusunan Panduan pendanaan O&M fasilitas CTPS di Kemenkes
PUSAT DAN pengaturan perbaikan tingkat layanan, sekolah, Madrasah, faskes dan fasilitas publik
DAERAH, 2023/2024 untuk CTPS serta pemenuhan akses untuk
yang inklusif dan semua (2)
berkelanjutan bagi 6. Memperkuat ekosistem 23. Pelaksanaan studi ekosistem penyedia fasiilitas CTPS Kemenkes
semua penyedia fasilitas CTPS 24. Pengembangan pusat pengetahuan dan teknologi CTPS yang Kemenkes
sehingga dapat menjamin tepat guna, inklusif disabilitas, sensitif perubahan iklim, dengan
ketersediaannya secara luas harga yang kompetitif
dengan harga terjangkau
25. Pelibatan masyarakat dan usaha mikro & kecil untuk pemenuhan Kemenkes
kebutuhan fasilitas CTPS
26. Peningkatan kapasitas masyarat dan usaha kecil terkait CTPS Kemenkes
M2.2 Dukungan 7. Penyediaan dukungan 27. Pengembangan provinsi dan kabupaten/kota prioritas intervensi Kemenkes,
kepada provinsi pemerintah pusat secara CTPS berdasarkan sistem pemeringkatan CTPS Bappenas
dan kabupaten/ selektif berdasarkan tingkat 28. Penyediaan dukungan dan fasilitasi Pusat untuk provinsi dan Kemenkes,
kota prioritas prioritas daerah kabupaten/kota prioritas Bappenas
75
76

Kementerian/
Milestone Sub-milestone Strategi Program
l embaga utama*
M2.3 8. Mendorong pembelajaran 29. Penyelenggaraan event tahunan pembelajaran horizontal antar Kemenkes
Percepatan horizontal antar daerah daerah terkait CTPS
akses melalui 30. Pengembangan sistem berbagi pengetahuan secara daring Kemenkes
p e m b e l a j ar a n yang dapat diakses oleh publik
horizonal dan
31. Pendokumentasian secara berkala kisah sukses terkait CTPS Kemenkes
m e k a n is m e
di daerah dalam beragam format
insentif
9. Pengembangan mekanisme 32. Pengembangan sistem pemeringkatan CTPS daerah Kemenkes
insentif untuk pemerintah 33. Pengembangann insentif daerah berdasarkan peringkat status Kemendagri
daerah terkait pemenuhan
CTPS
akses CTPS di berbagai tatanan

MILESTONE 3: M3.1 10. Meningkatkan pemahaman 34. Pelaksanaan studi dampak intervensi CTPS terhadap angka Kemenkes
PENYUSUNAN Studi dampak atas dampak internvensi CTPS kesakitan, biaya kesehatan, dan kemiskinan
KEBIJAKAN intervensi CTPS sebagai bagian pengembangan
BERBASIS kebijakan berbasis data
DATA UNTUK (evidence-based policy)
MEMBUDAYAKAN M3.2 11. Kontekstualisasi berkelanjutan 35. Pelaksanaan Riset Formatif Nasional CTPS Kemenkes
CTPS, 2024/2025 Kontekstualisasi pesan CTPS agar sesuai 36. Penyusunan pesan dan desain materi komunikasi CTPS untuk Kemenkes
pesan CTPS dengan kondisi terkini setiap tatanan
37. Penyusunan strategi nasional pembudayaan CTPS Kemenkes, BNPB,
Satgas Covid-19
M3.3 12. Memperkaya bauran 38. Studi bauran kanal komunikasi CTPS paling optimal untuk Kemkominfo,
M em p er k a y a kanal komunikasi untuk setiap tatanan Kemenkes
s a l u r a n meningkatkan efektivitas 39. Produksi dan diseminasi pesan dan materi komunikasi CTPS Pemerintah Daerah
komunikasi dalam penyampaian pesan untuk berbagai kanal komunikasi
diseminasi pesan
CUCI TANGAN PAKAI SABUN

13. Mendorong siswa sebagai 40. Advokasi pengarusutamaan kegiatan perubahan perilaku Kemendikbudristek,
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

CTPS
agen perubahan CTPS tidak membudayakan CTPS dalam Rencana Kerja UKS/M Kemenag,
hanya di sekolah namun juga di Kemendagri,
rumah Kemenkes (SKB 4
Menteri)
14. Pelibatan Pemberdayaan 41. Peningkatan kapasitas anggota PKK mengenai CTPS Kemendagri
Kesejahteraan Keluarga (PKK) 42. Pengembangan gerakan keluarga berbudaya CTPS Kemendagri
untuk perubahan perilaku
keluarga
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

Kementerian/
Milestone Sub-milestone Strategi Program
l embaga utama*
MILESTONE 4: M4.1 Dukungan 15. Memperkaya bauran 43. Memperkuat Pokja PPP untuk dapat melakukan identifikasi Kemenkes
MEMPERCEPAT pendanaan bagi pendanaan dari sumber- dan advokasi pemangku kepentingan potensial CTPS melalui
CAPAIAN AKSES, penduduk miskin sumber alternatif non- penyediaan tenaga ahli/fasilitator
2025-2030 pemerintah 44. Penyelenggaraan kegiatan pemasaran CTPS tahunan di tingkat Kemenkes
Pusat
45. Penyelenggaraan kegiatan pemasaran CTPS tahunan di tingkat Provinsi
Provinsi
16. Pengembangan dukungan 46. Menyertakan ketersediaan fasilitas CTPS sebagai bagian Bappenas, PUPR,
pendanaan untuk masyarakat program-program pengentasan kemiskinan Kemenkes
miskin 47. Advokasi dukungan pendanaan khusus fasilitas CTPS untuk Bappenas
masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah
M4.2 CTPS 17. Mengalokasikan anggaran yang 48. Pedoman perhitungan biaya CTPS tahap tanggap darurat Kemenkes
menjadi bagian mencukupi untuk kegiatan 49. Advokasi penggunaan Pedoman ini oleh pemerintah daerah Kemenkes, BNPB/D
standar layanan di ketahanan iklim dan tanggap
fasilitas umum darurat berkaitan dengan CTPS
18. Memastikan pertimbangan 50. Memasukkan aspek CTPS dalam pedoman penyelenggaraan BNPB/D
akses CTPS di seluruh penanggulangan bencana
tahapan penyelenggaran 51. Peningkatan kapasitas seluruh pemangku kepentingan BNPB/D
penanggulangan bencana terkait memasukkan aspek CTPS dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana
19. Memasukkan keberadaan, 52. Advokasi CTPS sebagai bagian/komponen sertifikasi layanan di Kemenkes
keberfungsian penuh fasilitas, fasilitas publik
serta perilaku CTPS sebagai 53. Penyusunan Pedoman/SOP (NSPK) fasilitas publik dengan Kemenkes,
bagian standar layanan fasilitas mempertimbangkan ketersediaan, keberfungsian, dan perilaku Kemendag,
umum CTPS Kemenub,
Kemenparekraf,
54. Pelembagaan pedoman sertifikasi CHSE untuk pelaku wisata Kemenparekraf
dan ekonomi kreatif dengan ketersediaan dan keberfungsian
fasilitas CTPS sebagai salah satu kriteria
77
78

Kementerian/
Milestone Sub-milestone Strategi Program
l embaga utama*
20. Percepatan perbaikan kualitas 55. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan akses CTPS yang Masyarakat,
layanan dan penyediaan inklusif disabilitas dan sensitif perubahan iklim di rumah tangga Pemerintah
fasilitas CTPS di berbagai kabupaten/kota
tatanan 56. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan akses CTPS yang Kemendikbudristek,
inklusif disabilitas dan sensitif perubahan iklim di sekolah provinsi, kabupaten/
kota
57. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan akses CTPS yang Kemenag
inklusif disabilitas dan sensitif perubahan iklim di Madrasah
58. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan akses CTPS Kemenkes,
yang inklusif disabilitas dan sensitif perubahan iklim di fasilitas kabupaten/kota
kesehatan
59. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan akses CTPS Kabupaten/kota
yang inklusif disabilitas dan sensitif perubahan iklim di Pasar
Tradisional
60. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan akses CTPS Kemenhub, provinsi,
yang inklusif disabilitas dan sensitif perubahan iklim di Terminal kabupaten/kota
(darat, laut dan udara)
61. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan akses CTPS yang Kemenparekraf,
inklusif disabilitas dan sensitif perubahan iklim di tempat wisata provinsi, kabupaten/
prioritas kota, badan usaha
pengelola
Catatan:
*) Apabila disebutkan lebih dari satu, maka kementerian/lembaga utama yang ditebalkan (bold)
Rincian matrik implementasi program yang dilengkapi dengan jadwal pelaksanaan tentatif, indikasi biaya, dan kementarian/lembaga pengampu utama tersedia di Lampiran.
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
BAB 6

ANALISIS BIAYA
DAN MOBILISASI
SUMBER DAYA
6.1 STRUKTUR BIAYA
6.1.1 BERBAGAI REFERENSI
Identifikasi struktur biaya CTPS penting dilakukan untuk menyusun perkiraan biaya pencapaian 100% akses. WHO
dan UNICEF37 membagi biaya sektor air bersih, sanitasi, dan higiene (CTPS dan kebersihan menstruasi) menjadi
i) biaya berulang, ii) biaya investasi, dan iii) biaya non-finansial. Tabel berikut menjelaskan ketiga kategori biaya
tersebut.

Ross, Ian et al. (2021) mengidentifikasi enam (6) kategori biaya CTPS dengan tidak mempertimbangkan siapa yang
akan dikenai biaya tersebut. Keenam biaya ini lebih lengkap dibandingkan kategori biaya yang disiapkan UNICEF
& WHO, dan digunakan sebagai kerangka analisis biaya di dalam Rencana Aksi ini. Tabel berikut memberikan
penjelasan keenam biaya sebagaimana yang disebutkan oleh Ross, Ian tersebut.

Tabel 6.1 Kategori biaya CTPS berdasarkan studi tahun 2021 di 46 negara berkembang

No Kategori biaya Target Akses (%)


1 Riset formative Penelitian dan piloting yang berfokus pada desain untuk mengidentifikasi pendorong
(investasi software) target perilaku dan pengembangan strategi perubahan perilaku yang komprehensif
2 Promosi Kampanye promosi higiene dengan masa manfaat 5 tahun, dan cara penyampaian
(investasi software) meliputi: (i) kunjungan rumah ke rumah oleh promotor; (ii) kegiatan masyarakat/
kelompok; dan (iii) media massa
3 Fasilitas CTPS Drum 20 liter yang dibuat khusus dengan keran, baskom, dan dudukan, dengan
(investasi hardware) masa manfaat 5 tahun. Diasumsikan tidak ada biaya pemeliharaan, karena masa
manfaat yang singkat dan infrastruktur yang sangat sederhana
4 Promosi lanjutan Kegiatan promosi lanjutan tahunan dengan asumsi 25% dari biaya awal (dan asumsi
(biaya pemeliharaan berdasarkan penilaian ahli), mewakili versi intervensi yang lebih ringan dengan
tahunan software) frekuensi dan dosis yang lebih rendah
5 Sabun Pengeluaran untuk sabun untuk mencuci tangan (tidak termasuk penggunaan lain).
(habis pakai) Jenis sabun bervariasi di seluruh penelitian tetapi sebagian besar adalah sabun
batang.
6 Air Pengeluaran untuk air yang digunakan untuk mencuci tangan, diasumsikan rata-rata
(habis pakai) 1,5 liter/orang/hari
Sumber: Ross, Ian et.al (2021).

6.1.2 STRUKTUR BIAYA DI RENCANA AKSI


Rencana aksi ini memasukkan tiga kategori biaya tambahan selain enam (6) yang disarankan oleh Ross, Ian, et
al, seperti koordinasi dan fasilitasi, rehabilitasi, dan pemantauan dan evaluasi. Rencana Aksi mempertimbangkan
kegiatan penelitian formatif dalam kategori biaya promosi. Tabel di bawah ini menunjukkan sembilan kategori biaya
yang diterapkan pada rencana aksi ini. Asumsi kunci terperinci (dan referensinya) disediakan dalam Lampiran.

Tabel 6.2 Kategori biaya yang digunakan dalam Rencana Aksi CTPS

No Kategori biaya Target Akses (%)


Biaya investasi
1 Koordinasi dan Biaya koordinasi antar pemangku kepentingan di Pusat, provinsi dan kabupaten/
fasilitasi (software) kota termasuk biaya fasilitor
2 Promosi (software) Terdiri dari biaya riset formatif dan desain materi promosi (diperkirakan setiap 2
tahun), produksi dan diseminasi materi promosi melalui beragam kanal, termasuk
promosi melalui kunjungan rumah ke rumah
3 Peningkatan kapasitas Peningkatan kapasitas terkait CTPS melalui kegiatan pembelajaran dan berbagi
(software) pengetahuan

37 The Joint Monitoring Program (2017), as cited in “The measurement and monitoring of water supply, sanitation and hygiene (WASH) affordability: a missing
element of monitoring of Sustainable Development Goals (SDG) Targets 6.1 and 6.2. New York: United Nations Children’s Fund (UNICEF) and the World
Health Organization, 2021”

80 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Pengadaan dan Fasilitas permanen: keran tanpa bak (Model 3). Lihat gambar 2 di bawah
pemasasan fasilitas
CTPS (hardware)
Biaya tahunan (termasuk rehabilitasi dan peningkatan)
5 Rehabilitasi Diasumsikan umur rencana selama 10 tahun
6 Promosi lanjutan Promosi lanjutan untuk memastikan terjadinya perubahan perilaku
7 Monitoring dan Biaya yang berkaitang dengan pengembangan dan penyelenggaraan sistem
Evaluation monitoring dan evaluasi
Biaya tahunan barang habis pakai
8 Air
9 Sabun

Di dalam Rencana Aksi ini, Model 3: keran tanpa bak penampung air diasumsikan untuk digunakan di seluruh tatanan.
Alasan utama pemilihan Model 3 adalah umur desainnya yang mencapai 10 tahun38 yang mencakup keseluruhan
periode perencanaan hingga tahun 2030. Biaya yang berkaitan dengan jaringan perpipaan dan fasilitas pengolahan
air tidak termasuk dalam perhitungan. Gambar berikut adalah fasilitas CTPS Model 3 sebagaimana tercantum di
dalam Pedoman Cuci Tangan Pakai Sabun (Kemenkes & Unicef, 2020).

Keran dengan Keran dengan


bak keramik bak ember

Gambar 6 1 Model 3, keran tanpa dilengkapi bak penampung air keramik (sink)

Sebagai upaya tanggap perubahan iklim, kegiatan adaptasi dipertimbangkan dalam analisis biaya untuk memastikan
terjadinya sistem CTPS yang berketahanan iklim. Hal ini terkait dengan penghematan penggunaan air dari 2 liter/
penggunaan menjadi 0.72 liter/penggunaan. Penghematan ini dapat dicapai melalui pemasangan kran hemat
air yang (di sisi lain) akan meningkatkan biaya pengadaan dan pemasangan fasilitas CTPS. Kenaikan biaya air
(menggunakan acuan harga pasar dari truk tangki air) juga dipertimbangkan dalam analisis untuk wilayah rawan
kekeringan berdasarkan Katalog Desa/Kelurahan Rawan Kekeringan, sebuah laporan dari BNPB tahun 2019.

Dengan menerapkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka akan meningkatkan biaya per orang mendekati
50%. Adaptasi perubahan iklim di jaringan perpipaan dan fasilitas pengolahan air tidak termasuk di dalam analisis
biaya ini. Rincian mengenai struktur biaya CTPS berketahanan iklim tersedia di Lampiran.

38 UNICEF. (May 2020). Handwashing Stations and Supplies for the COVID-19 response. Tersedia di laman https://globalhandwashing.org/wp-content/up-
loads/2020/05/Handwashing-Facility-Factsheet.pdf

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 81
6.2 ANALISIS BIAYA PENCAPAIAN 100% AKSES CTPS
6.2.1 MEMPERKIRAKAN BIAYA SATUAN UNTUK CTPS
Menentukan biaya satuan adalah langkah pertama dalam memperkirakan biaya CTPS. Langkah-langkah untuk
menentukan biaya satuan digambarkan dalam diagram di bawah ini, yang dimulai dengan mendefinisikan asumsi
masing-masing biaya untuk sembilan kategori biaya. Biaya satuan ditentukan di tingkat harga 2021 yang berlaku di
Jabodetabek.

Struktur biaya AACE Class 4 HASIL 1 (PERKIRAAN ATAS):


(9 kategori) (rentang biaya) harga satuan di setiap
provinsi untuk masing-
masing tatanan

Menerapkan indeks HASIL 2


Asumsi untuk setiap kemahalan provinsi Menerapkan inflasi (PERKIRAAN TENGAH):
kategori biaya (variasi biaya per (angka nasional) harga satuan di setiap provinsi
provinsi) untuk masing-masing tatanan

HASIL 3
Asumsi untuk setiap (PERKIRAAN BAWAH):
kategori biaya harga satuan di setiap provinsi
(berketahanan iklim) untuk masing-masing tatanan

Gambar 6.2 Langkah-langkah untuk menentukan rentang biaya satuan

Setelah menentukan biaya satuan, langkah selanjutnya adalah menggunakan biaya satuan untuk menghitung biaya
investasi (CAPEX) dan biaya operasi dan pemeliharaan (OPEX) tahunan yang dihitung berdasarkan perkiraan jumlah
penerima manfaat untuk setiap tatanan. Proyeksi jumlah penerima manfaat dihitung dengan mengalikan data dasar
dengan tingkat pertumbuhan tahunan (1,25%). Dengan menggunakan target akses tahunan, jumlah fasilitas baru
yang dibutuhkan setiap tahunnya dapat dihitung. Perkiraan CAPEX tahunan dihitung dengan mengalikan target
tahunan untuk fasilitas baru dengan biaya satuan CAPEX. Perkiraan OPEX dihitung dengan mengalikan jumlah total
fasilitas yang dibutuhkan dengan biaya satuan OPEX.

Target pertumbuhan
akses tahunan
dalam %

HASIL 2:
perkiraan CAPEX
Menerapkan Proyeksi tahunan
Data dasar masing-
pertumbuhan dan kumulatif
masing tatanan
tahunan hingga 2030
HASIL 3:
perkiraan OPEX

HASIL 1:
satuan biaya untuk
setiap tatanan

Gambar 6 3 Langkah-langkah dalam memperkirakan biaya CAPEX dan OPEX

82 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Tingkat akurasi perkiraan biaya ini mengacu pada Association of the Advancement of Cost Engineering (AACE)
International (2020)39 Kelas 4, dengan akurasi biaya antara -15% hingga -30% untuk perkiraan rendah (nilai tengah
-22,50%) dan +20% hingga +50% (nilai tengah +35,00%). Biaya tahunan dihitung dengan asumsi 365 hari
beroperasi untuk rumah tangga dan pengaturan fasilitas umum dan 220 hari untuk sekolah, madrasah, dan fasilitas
kesehatan. Lampiran Rencana Aksi ini menyediakan biaya satuan (di tingkat harga 2021) untuk setiap komponen
biaya CTPS untuk setiap tatanan. Biaya satuan ini disiapkan untuk skenario berketahanan iklim dan skenario tanpa
berketahanan iklim.

6.3 PERKIRAAAN BIAYA NASIONAL


Untuk mencapai dan mempertahankan akses CTPS 100 persen di semua tatanan tahun 2030, diperkirakan
membutuhkan biaya 49,4 triliun rupiah (nilai tengah atau mid-value), dengan tatanan rumah tangga menyumbang
kebutuhan pendanaan terbesar (87,3 persen), diikuti oleh sekolah (7,0 persen), fasilitas kesehatan (2,93 persen),
madrasah (1,4 persen), dan fasilitas umum (1,4 persen). Tabel di bawah ini menunjukkan perkiraan terperinci per
kategori biaya dalam setiap tatanan. Semua nilai disajikan sebagai nilai tengah.

Tabel 6.3 Ringkasan kebutuhan biaya CTPS di semua tatanan (nilai tengah)

FASILITAS FASILITAS
RUMAH TANGGA SEKOLAH MADRASAH
KESEHATAN PUBLIK
TATANAN TOTAL
TOTAL % TOTAL % TOTAL % TOTAL % TOTAL %

Total
49,415.46 43,161.51 87.34% 7.00% 679.74 1.38% 1,446.19 2.93% 668.22 1.35%
3,459.80
Investment costs 5,613.36 5,269.57 93.88% 178.30 3.18% 38.35 0.68% 49.24 0.88% 77.90 1.39%
Coordination and
212.57 160.75 75.62% 26.77 12.59% 4.40 2.07% 9.45 4.45% 11.20 5.27%
facilitation
Promotion 1,262.33 1,125.27 89.14% 53.54 4.24% 8.81 0.70% 27.12 2.15% 47.59 3.77%
Capacity building 106.29 80.38 75.62% 13.38 12.59% 2.20 2.07% 4.73 4.45% 5.60 5.27%
Procurement and
installaton of HWWS 4,032.17 3,903.17 96.80% 84.62 2.10% 22.93 0.57% 7.94 0.20% 13.52 0.34%
facility
Annual recurrent costs 5,547.40 4,910.29 88.52% 226.89 4.09% 44.17 0.80% 277.54 5.00% 88.52 1.60%
Rehabilitation 2,747.35 2,635.69 95.94% 63.87 2.32% 17.97 0.65% 22.36 0.81% 7.45 0.27%
Top-up promotion 2,371.35 1,990.27 83.93% 108.68 4.58% 17.47 0.74% 189.31 7.98% 65.62 2.77%
Monitoring and evaluation 428.71 284.32 66.32% 54.34 12.68% 8.73 2.04% 65.87 15.36% 15.44 3.60%
Annual consumables
38,254.69 32,981.65 86.22% 7.98% 597.22 1.56% 1,119.41 2.93% 501.80 1.31%
3,054.60
Water 16,531.33 14,784.88 89.44% 881.01 5.33% 247.84 1.50% 386.00 2.33% 231.60 1.40%
Soap 21,723.36 18,196.77 83.77% 2,173.60 10.01% 349.38 1.61% 733.41 3.38% 270.20 1.24%

Investment costs 5,613.36 5,269.57 93.88% 178.30 3.18% 38.35 0.68% 49.24 0.88% 77.90 1.39%
Annual recurrent costs 5,547.40 4,910.29 88.52% 226.89 4.09% 44.17 0.80% 277.54 5.00% 88.52 1.60%
Annual consumables
38,254.69 32,981.65 86.22% 7.98% 597.22 1.56% 1,119.41 2.93% 501.80 1.31%
3,054.60

39 Kunjungi situs web mereka (https://web.aacei.org/) untuk informasi lebih lanjut.

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 83
43,96%

0,43%
2,55%
0,22%
Coordination and facilitation
Promotion
8,16% Capacity Building
Procurement and instalation of
HWWS facility
Rehabilitation Top-
5,56%
up promotion
33,45%
Monitoring and evaluation Water
4,80%
Soap

0,87%

Gambar 6 4 Prosentase kebutuhan biaya CTPS semua tatanan untuk mencapai 100% akses

Hasil terperinci perkiraan biaya CTPS dapat dilihat di Lampiran. CTPS costing tool atau perangkat perhitungan biaya
CTPS (dalam format excel) telah dikembangkan secara khusus sebagai bagian dari penyusunan Rencana Aksi ini
dan tersedia sebagai materi tambahan dari dokumen ini. Tabel dan gambar di atas merupakan tangkapan layar hasil
perhitungan dari perangkat perhitungan tersebut.

6.4 POTENSI MOBILISASI SUMBER DAYA


6.4.1 KATEGORI BIAYA DAN POTENSI SUMBER PENDANAANYA
Mengikuti pembagian kategori biaya di atas, diidentifikasi kemungkinan sumber pendanaan CTPS untuk setiap
kategorinya sebagai berikut.

Tabel 6.4 Potensi sumber pendanaan untuk setiap kategori biaya

No Kategori biaya Target Akses (%)


Biaya investasi
1 Koordinasi dan Pemerintah (Pusat, provinsi dan kabupaten/kota)
fasilitasi
2 Promosi Pemerintah (Pusat dan kabupaten/kota)
3 Peningkatan kapasitas Pemerintah (Pusat dan provinsi)
4 Pengadaan dan pengguna, hibah (termasuk CSR dana sosial keagamaan), atau subsidi pemerintah
pemasasan fasilitas
CTPS
Biaya tahunan (termasuk rehabilitasi dan peningkatan)
5 Rehabilitasi pengguna, hibah (termasuk CSR dana sosial keagamaan), atau subsidi pemerintah
6 Promosi lanjutan Pemerintah (Pusat dan kabupaten/kota)
7 Monitoring dan Pemerintah (Pusat, provinsi dan kabupaten/kota)
Evaluation
Biaya tahunan barang habis pakai
8 Air pengguna, hibah (termasuk CSR dana sosial keagamaan)
9 Sabun pengguna, hibah (termasuk CSR dana sosial keagamaan), atau subsidi pemerintah
Catatan: Tulisan tebal (bold) menunjukkan sumber pendanaan utama apabila lebih dari satu sumber disebutkan

84 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Pengguna adalah kontributor tertinggi untuk membiayai akses CTPS. Di tingkat rumah tangga, biaya yang ditanggung
oleh pengguna harus dialokasikan sebagai bagian dari pengeluaran rumah tangga. Untuk tempat umum, biaya tersebut
ditanggung oleh penyedia jasa/operator yang dapat berupa lembaga pemerintah, perusahaan pemerintah daerah, atau
perusahaan milik negara.

Hibah atau (mungkin) subsidi dapat dipertimbangkan untuk pengaturan khusus (misalnya, rumah tangga miskin). Data
rumah tangga miskin yang diberikan BPS digunakan untuk memperkirakan potensi hibah atau subsidi pemerintah
yang dapat diterapkan.

6.4.2 MOBILISASI SUMBER DAYA


Tabel di bawah ini menunjukkan perkiraan mobilisasi sumber daya untuk semua tatanan di Indonesia. Pengguna
diperkirakan akan menanggung persentase tertinggi dari total biaya investasi, pemeliharaan, dan bahan habis pakai
untuk layanan CTPS (83%), diikuti kontribusi dari semua tingkat pemerintahan (13%).

Tabel 6.5 Indikasi mobilisasi sumber daya pencapaian akses CTPS 100% di seluruh tatanan

OTHERS
CENTRAL
TOTAL % COST CATEGORY PROV. GOV KAB/KOTA USER (NON-
GOV
GOVT)
49,415.462 100.00% Total 1,193.707 549.941 4,511.953 40,792.367 2,367.495
2.42% 1.11% 9.13% 82.55% 4.79%
5,613.365 11.36% Investment costs 531.766 269.935 1,093.515 3,522.991 195.159
212.574 0.43% Coordination and facilitation 5.314 21.257 186.002 - -
1,262.329 2.55% Promotion 126.233 240.640 895.456 - -
106.287 0.22% Capacity building 86.193 8.038 12.056 - -
4,032.175 8.16% Procurement and installaton of 314.026 - - 3,522.991 195.159
HWWS facility
5,547.405 11.23% Annual recurrent costs 661.941 280.006 1,939.950 2,665.508 -
2,747.349 5.56% Rehabilitation 81.841 - - 2,665.508 -
2,371.350 4.80% Top-up promotion 237.135 237.135 1,897.080 - -
428.706 0.87% Monitoring and evaluation 342.965 42.871 42.871 - -
38,254.693 77.41% Annual consumables - - 1,478.488 34,603.869 2,172.336
16,531.331 33.45% Water - - 1,478.488 15,052.843 -
21,723.361 43.96% Soap - - - 19,551.025 2,172.336

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 85
DAFTAR PUSTAKA
Clair & Dian. (2021). Situational Analysis Handwashing with Soap. USAID

Ministry of Health & UNICEF. (2020). Hand Washing Guide using soap

Ross, Ian & Esteves Mills, Joanna & Slaymaker, Tom & Johnston, Richard & Hutton, Guy & Dreibelbis, Robert &
Montgomery, Maggie. (2021). Costs of hand hygiene for all in household settings - estimating the price tag for
the 46 least developed countries. 10.1101/2021.08.16.21262011.

United Nations Children's Fund (UNICEF) and the World Health Organization. (2021). The measurement and
monitoring of water supply, sanitation and hygiene (WASH) affordability: a missing element of monitoring of
Sustainable Development Goal (SDG) Targets 6.1 and 6.2

Beale S, Johnson AM, Zambon M et al. Hand Hygiene Practices and the Risk of Human Coronavirus Infections in a UK
Community Cohort Wellcome Open Research 2020, 5:98 https://doi.org/10.12688/wellcomeopenres.15796.1

Whinnery, Jaynie & Penakalapati, Gauthami & Steinacher, Rachel & Wilson, Noel & Null, Clair & Pickering, Amy.
(2016). Handwashing With a Water-Efficient Tap and Low-Cost Foaming Soap: The Povu Poa "Cool Foam"
System in Kenya. Global Health: Science and Practice. 4. 336-341. 10.9745/GHSP-D-16-00022.

Larson EL, Eke PI, Wilder MP, Laughon BE. (1987). Quantity of soap as a variable in handwashing. Infect Control.
doi: 10.1017/s0195941700067436. PMID: 3654132.

WHO & UNICEF. (2020). Hand Hygiene for All

Kementerian Agama & UNICEF. (2020). Profil Sanitasi Madrasah 2020

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan & UNICEF. (2020). Profil Sanitasi Sekolah 2020

Kementerian Perhubungan, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi. (2020). Statistik Transportasi 2020, Volume I

Balitbangkes & UNICEF. (2020). Profile of Water, Sanitation and Hygiene Services at Public Health Center
(Puskesmas) in Indonesia. Belum dipublikasikan

BPS. (2018). Buku 4 Konsep dan Definisi, Susenas Maret 2018

BPS. (2021). Provincial and District/City Construction Index 2021

86 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
LAMPIRAN 1

MATRIK RENCANA
AKSI RINCI
STRATEGI DAN PROGRAM PRIORITAS UNTUK PENCAPAIAN 100% AKSES CTPS
88

Isu/tantangan didapatkan dan diringkas dari hasil analisis situasi

Kementerian/
Isu/tantangan Isu/tantangan Strategi Program Indikator 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 lembaga
pengampu

Terlaksananya riset formatif


1.1.1 Pelaksanaan Riset Formatif Nasiona 1 beserta rekomendasi pesan ( 2,250) ( 2,250) ( 2,250) Kemenkes
dan bauran kanal komunikasi

1.1 Kontekstualiasi berkelanjutan pesan


1.1.2 Penyusunan pesan dan desain Tersusunnya pesan dan
CTPS
materi komunikasi CTPS untuk setiap 2 desain materi ( 750) ( 750) ( 750) Kemenkes
tatanan promosi/komunikasi

1.1.3 Penyusunan strategi nasional Tersusunnya dokumen Kemenkes, BNPB,


3 ( 500)
pembudayaan CTPS strategi nasional Satgas Covid-19
1.2.1 Studi bauran kanal komunikasi
1. COVID-19 dan potensi pandemi 1. COVID-19 dan potensi pandemi Kemkominfo,
CTPS paling optimal untuk setiap 4 Terlaksananya studi ( 500) ( 500) ( 500)
di masa datang menyebabkan di masa datang menyebabkan 1.2 Memperkaya bauran kanal Kemenkes
tatanan
perlunya memelihara praktik perlunya memelihara praktik komunikasi untuk meningkatkan
1.2.2 Produksi dan diseminasi pesan Jumlah penerima materi dan
CTPS dan menjadikannya budaya CTPS dan menjadikannya budaya efektivitas penyampaian pesan
dan materi komunikasi CTPS untuk 5 pesan komunikasi untuk ( 450,000) ( 450,000) ( 450,000) ( 450,000) ( 450,000) ( 450,000) ( 450,000) ( 450,000) ( 450,000) Pemerintah Daerah
masyarakat masyarakat berbagai kanal komunikasi setiap kanal
1.3.1 Advokasi pengarusutamaan Kegiatan advokasi Kemendikbudristek,
1.3 Mendorong siswa sebagai agen Kemenag,
kegiatan perubahan perilaku perubahan perilaku CTPS
perubahan CTPS tidak hanya di 6 ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) Kemendagri,
membudayakan CTPS dalam Rencana masuk di dalam Rencana
sekolah namun juga di rumah Kemenkes (SKB 4
Kerja UKS/M Kerja UKS/M terlaksana
Menteri)
1.4.1 Peningkatan kapasitas anggota Jumlah anggota PKK yang Kementerian Dalam
1.4 Pelibatan Pemberdayaan 7 ( 750) ( 750) ( 750) ( 750) ( 750) ( 750) ( 750) ( 750) ( 750)
PKK mengenai CTPS menerima pelatihan Negeri
Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk
perubahan perilaku keluarga Tersusunnya indikator Kementerian Dalam
8 keluarga berbudaya CTPS ( 250) ( 250) Negeri
1.4.2 Pengembangan gerakan
keluarga berbudaya CTPS Jumlah keluarga berbudaya Kementerian Dalam
9 CTPS ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) Negeri
2.1.1 Pelaksanaan rapat koordinasi Terlaksananya rapat
rutin Pokja CTPS di tingkat Pusat 10 koordinasi rutin ( 100) ( 100) ( 100) ( 100) ( 100) ( 100) ( 100) ( 100) ( 100) Kemenkes

2.1.2 Penyediaan tenaga ahli dan/atau Tersedianya dukungan


fasilitator untuk mendukung tenaga ahli dan/atau
11 ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) Kemenkes
Kemenkes sebagai kementerian fasilitator untuk
2.1 Pembentukan mekanisme utama dalam koordinasi CTPS Pokja/Sekretariat Pokja
koordinasi rutin lintas Tersedianya kantor
12 Sekretariat Pokja ( 75) ( 75) ( 75) ( 75) ( 75) ( 75) ( 75) ( 75) ( 75) Kemenkes
kementerian/lembaga untuk 2.1.3 Dukungan sumber daya
membahas CTPS pelaksanaan kegiatankoordinasi CTPS Tersedianya anggaran
13 operasional tahunan ( 150) ( 150) ( 150) ( 150) ( 150) ( 150) ( 150) ( 150) ( 150)

Mekanisme koordinasi
2.1.4 Penguatan bertahap melalui
disepakati secara formal dan
formalisasi mekanisme koordinasi 14
diatur melalui sebuah norma
CTPS khusus
Terlaksananya event atau Bappenas,
2. Forum koordinasi CTPS yang 2. Forum koordinasi CTPS yang 15 pertemuan advokasi ( 500) ( 500) Kemenkes
2.2.1 Advokasi untuk memasukkan
saat ini baru terbentuk di tingkat saat ini baru terbentuk di tingkat CTPS sebagai bagian ruang lingkup Jumlah kabupaten/kota yang
Pusat Pusat Pokja daerah (contoh: Pokja Kota mengakomodasi CTPS di
16 ( 50) ( 50) Bappenas
Sehat, Pokja AMPL) dalam ruang lingkup Pokja
CUCI TANGAN PAKAI SABUN

daerah
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

Terlaksananya rapat
2.2.2 Pelaksanaan rapat koordinasi
17 koordinasi tahunan di ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) Provinsi
2.2 Pengembangan forum koordinasi tahunan Pokja tingkat provinsi
Provinsi
CTPS di daerah memanfaatkan forum Terlaksananya rapat
yang telah ada 2.2.3 Pelaksanaan rapat koordinasi
18 koordinasi tahunan rutin di ( 600) ( 600) ( 600) ( 600) ( 600) ( 600) ( 600) ( 600) Provinsi
tahunan Pokja tingkat kabupaten/kota
kabupaten/kota
Terlaksananya rapat
2.2.4 Pelaksanaan rapat koordinasi
19 koordinasi tahunan di ( 3,500) ( 3,500) ( 3,500) ( 3,500) ( 3,500) ( 3,500) ( 3,500) ( 3,500) Kabupaten/Kota
rutin (triwulan) Pokja di tingkat provinsi
kabupaten/kota
2.2.5 Pelaksanaan rapat koordinasi Terlaksananya rapat
bulanan rutin (triwulan) Pokja di tingkat 20 koordinasi rutin di ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) ( 5,500) Kabupaten/Kota
kabupaten/kota kabupaten/kota

3.1.1 Memasukkan ketersediaan Program perumahan dan


fasilitas CTPS sebagai bagian dalam sanitasi mengakomodasi PUPR, Bappenas,
21 ( 500) ( 500)
program perumahan rakyat dan CTPS dalam berbagai Kemenkes
sanitasi Pedomannya
3.1.2 Standardisasi fasilitas CTPS yang
Tersusunnya SNI untuk PUPR, Kemenkes,
inklusif disabilitas termasuk fasilitas 22 ( 250) ( 250)
fasilitas CTPS BNPB, BSN
CTPS untuk kondisi darurat
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

Kementerian/
Isu/tantangan Isu/tantangan Strategi Program Indikator 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 lembaga
pengampu
3.1 Memperkuat kerangka pengaturan 3.1.3 Penyusunan Panduan pendanaan
CTPS berkaitan dengan keberlanjutan O&M fasilitas CTPS di sekolah, 23 Tersusunnya Panduan ( 500) ( 250) Kemenkes
layanan, perbaikan tingkat layanan, Madrasah, faskes dan fasilitas publik
serta pemenuhan akses untuk semua
3.1.4 Advokasi prioritasi CTPS dalam CTPS menjadi salah satu
Bappenas,
kebijakan pembangunan Pemerintah 24 Prioritas Pemerintah dan ( 150) ( 150)
Kemenkes
Pusat memiliki target nasional

3.1.5 Advokasi prioritasi CTPS dalam CTPS secara spesifik masuk


kebijakan pembangunan Pemerintah 25 di dalam Permendagri ( 50) ( 50) ( 50) ( 50) ( 50) ( 50) ( 50) ( 50) Kemendagri
Daerah tentang RKPD dan APBD

3.2.1 Pelaksanaan studi ekosistem


26 Terlaksananya studi ( 2,500) ( 2,500) Kemenkes
penyedia fasiilitas CTPS
3.2.2 Pengembangan pusat Terbentuknya pusat
pengetahuan dan teknologi CTPS 27 pengetahuan (knowledge ( 500) ( 250) Kemenkes
yang tepat guna, inklusif disabilitas, center)
3.2 Memperkuat ekosistem penyedia sensitif perubahan iklim, dengan harga Operasionalisasi pusat
28 ( 100) ( 100) ( 100) ( 100) ( 100) ( 100) ( 100)
fasilitas CTPS sehingga dapat yang kompetitif pengetahuan
menjamin ketersediaannya secara luas Jumlah masyarakat dan/atau
dengan harga terjangkau 3.2.3 Pelibatan masyarakat dan usaha
usaha kecil yang terlibat
mikro & kecil untuk pemenuhan 29 ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) Kemenkes
dalam pemenuhan fasilitas
kebutuhan fasilitas CTPS
CTPS
3.2.4 Peningkatan kapasitas masyarat Jumlah peserta peningkatan
30 ( 750) ( 750) ( 750) ( 750) ( 750) ( 750) ( 750) ( 750) Kemenkes
dan usaha kecil terkait CTPS kapasitas

3.3.1 Peningkatan kualitas layanan dan


Masyarakat,
penyediaan akses CTPS yang inklusif Persentase rumah tangga
31 ( 650,000) ( 500,000) ( 500,000) ( 500,000) ( 350,000) ( 300,000) ( 250,000) ( 225,000) ( 200,000) Pemerintah
disabilitas dan sensitif perubahan iklim dengan Layanan Dasar
kabupaten/kota
di rumah tangga
3.3.2 Peningkatan kualitas layanan
Kemendikbudristek,
dan penyediaan akses CTPS yang Persentase siswa dengan
32 ( 25,000) ( 25,000) ( 25,000) ( 25,000) ( 10,000) ( 10,000) ( 10,000) ( 10,000) ( 10,000) provinsi,
inklusif disabilitas dan sensitif Layanan Dasar
3. Memastikan keberlanjutan 3. Memastikan keberlanjutan kabupaten/kota
perubahan iklim di sekolah
layanan dan perilaku CTPS di layanan dan perilaku CTPS di
3.3.3 Peningkatan kualitas layanan
berbagai tatanan berbagai tatanan
dan penyediaan akses CTPS yang Persentase siswa dengan
33 ( 15,000) ( 15,000) ( 15,000) ( 15,000) ( 7,500) ( 7,500) ( 7,500) ( 7,500) ( 7,500) Kemenag
inklusif disabilitas dan sensitif Layanan Dasar
perubahan iklim di Madrasah
3.3.4 Peningkatan kualitas layanan
Persentase pasien yang
dan penyediaan akses CTPS yang Kemenkes,
3.3 Percepatan peningkatan kualitas 34 dapat mengakses Layanan ( 2,000) ( 2,000) ( 2,000) ( 2,000)
inklusif disabilitas dan sensitif kabupaten/kota
layanan dan penyediaan akses fasilitas Dasar
perubahan iklim di fasilitas kesehatan
CTPS di berbagai tatanan
3.3.5 Peningkatan kualitas layanan
Persentase pedagang dan
dan penyediaan akses CTPS yang
35 pengunjung tradisional ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) Kabupaten/kota
inklusif disabilitas dan sensitif
dengan Layanan Dasar
perubahan iklim di Pasar Tradisional
3.3.6 Peningkatan kualitas layanan
dan penyediaan akses CTPS yang Persentase penumpang
Kemenhub, provinsi,
inklusif disabilitas dan sensitif 36 terminal dengan Layanan ( 1,000) ( 1,000) ( 1,000) ( 1,000) ( 1,000) ( 1,000) ( 1,000) ( 1,000) ( 1,000)
kabupaten/kota
perubahan iklim di Terminal (darat, Dasar
laut dan udara)
3.3.7 Peningkatan kualitas layanan Kemenparekraf,
dan penyediaan akses CTPS yang Persentase pengunjung provinsi,
inklusif disabilitas dan sensitif 37 tempat wisata prioritas ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) ( 1,500) kabupaten/kota,
perubahan iklim di tempat wisata dengan Layanan Dasar badan usaha
prioritas pengelola

3.4 Pengembangan mekanisme insentif 3.4.1 Pengembangan sistem Terbentuknya sistem


38 ( 500) ( 500) Kemenkes
untuk Pemerintah Daerah terkait pemeringkatan CTPS daerah pemeringkatan CTPS daerah
penyediaan fasilitas CTPS di semua
tatanan 3.4.2 Pengembangann insentif daerah Tersusunnya insetif bagi
39 ( 500) ( 500) Kemendagri
berdasarkan peringkat status CTPS daerah terkait CTPS
3.5.1 Advokasi CTPS sebagai Terlaksananya event atau
bagian/komponen sertifikasi layanan 40 ( 500) ( 500) Kemenkes
di fasilitas publik pertemuan advokasi
3.5.2 Penyusunan Pedoman/SOP Kemendag,
(NSPK) fasilitas publik dengan Tersusunnya Pedoman/SOP Kemenub,
3.5 Memasukkan keberadaan, 41 ( 250) ( 250)
keberfungsian penuh fasilitas, serta mempertimbangkan ketersediaan, (NSPK) Kemenparekraf,
perilaku CTPS sebagai bagian standar keberfungsian, dan perilaku CTPS Kemenkes
89
90

Kementerian/
Isu/tantangan Isu/tantangan Strategi Program Indikator 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 lembaga
pengampu
perilaku CTPS sebagai bagian standar
3.5.3 Pelembagaan pedoman
layanan fasilitas umum
sertifikasi CHSE untuk pelaku wisata
dan ekonomi kreatif dengan
42 SNI tentang pedoman CHSE ( 250) ( 250) Kemenparekraf
ketersediaan dan keberfungsian
fasilitas CTPS sebagai salah satu
kriteria

Terbentuknya sistem
4.1.1 Pengembangan provinsi dan
penetapan prioritas provinsi
kabupaten/kota prioritas intervensi Kemenkes,
43 dan kabupaten/kota ( 500) ( 500)
CTPS berdasarkan sistem Bappenas
4.1 Penyediaan dukungan pemerintah termasuk provinsi dan
pemeringkatan CTPS
pusat secara selektif berdasarkan kabupaten/kota prioritas
tingkat prioritas daerah
4.1.2 Penyediaan dukungan dan Tersedianya dukungan Pusat
Kemenkes,
fasilitasi Pusat untuk provinsi dan 44 untuk provinsi dan ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250)
Bappenas
kabupaten/kota prioritas kabupaten/kota prioritas
4. Keterbatasan sumber daya 4. Keterbatasan sumber daya
Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat 4.2.1 Penyelenggaraan event tahunan Terselenggaranya event
pembelajaran horizontal antar daerah 45 tahunan pembelajaran ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) Kemenkes
terkait CTPS horizontal

4.2.2 Pengembangan sistem berbagi


4.2 Mendorong pembelajaran Sistem berbagi pengetahuan
pengetahuan secara daring yang 46 ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) Kemenkes
horizontal antar daerah ada dan berfungsi
dapat diakses oleh publik
4.2.3 Pendokumentasian secara Jumlah dokumentasi kisah
berkala kisah sukses terkait CTPS di 47 sukses untuk setiap ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) Kemenkes
daerah dalam beragam format formatnya

5.1.1 Pengembangan dan


Dashboard SDG 6.2.1
penyelenggaraan Dashboard SDG
48 menampilkan akses CTPS ( 250) ( 250) ( 250) Bappenas
untuk dapat menampilkan akses CTPS
semua tatanan
di semua tatanan
Tersedianya sistem
5.1.2 Pengembangan dan
49 monitoring tahunan untuk ( 500) ( 250) Kemenkes
penyelenggaraan sistem pemantauan
fasilitas kesehatan
CTPS di fasilitas kesehatan
berdasarkan Rifaskes Tersedianya laporan hasil
50 ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250)
pemantauan reguler
Tersedianya sistem
5.1.3 Pengembangan dan 51 monitoring tahunan untuk ( 500) ( 250) Kemendag
penyelenggaraan sistem pemantauan pasar tradisional
CTPS di Pasar Tradisional Tersedianya laporan hasil
52 ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250)
pemantauan reguler
Tersedianya sistem
5.1 Sinkronisasi berbagai sistem dan 5.1.4 Pengembangan dan 53 monitoring tahunan untuk ( 500) ( 250) Kemenhub
usaha pemantauan berbagai penyelenggaraan sistem pemantauan terminal
kementerian/lembaga CTPS di terminal (darat, laut dan
udara) Tersedianya laporan hasil
54 ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250)
pemantauan reguler
CUCI TANGAN PAKAI SABUN

5. Ketersediaan dan akurasi data 5. Ketersediaan dan akurasi data Tersedianya sistem
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

CTPS terbatas, utamanya untuk CTPS terbatas, utamanya untuk 55 monitoring tahunan untuk ( 500) ( 250) Kemnaker
5.1.5 Pengembangan dan
tatanan selain rumah tangga tatanan selain rumah tangga tempat kerja
penyelenggaraan sistem pemantauan
CTPS di kantor dan tempat kerja
Tersedianya laporan hasil
56 ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250)
pemantauan reguler

Tersedianya sistem
5.1.6 Pengembangan dan Kemenkes, Satgas
57 pemantauan kepatuhan ( 500) ( 250)
penyelenggaraan sistem pemantauan Covid-19
perilaku CTPS
kepatuhan perilaku CTPS di seluruh
tatanan Tersedianya laporan hasil
58 ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) ( 250) Kemenkes
pemantauan setiap bulan
5.2.1 Pembentukan sekretariat
Terbentuknya Sekretariat
nasional untuk kegiatan pemantauan 59 ( 250) Kemenkes
Nasional
dan evaluasi CTPS semua tatanan
5.2 Pendirian sekretariat nasional
sistem pemantuan dan evaluasi CTPS 5.2.2 Pelaksanaan evaluasi rutin
nasional (termasuk verifikasi ke daerah)
Tersusunnya laporan
menggunakan hasil pemantauan 60 ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) Kemenkes
evaluasi tahunan
sebagai bagian evaluasi Rencana Aksi
CTPS
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

Kementerian/
Isu/tantangan Isu/tantangan Strategi Program Indikator 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 lembaga
pengampu
5.3 Meningkatkan pemahaman atas 5.3.1 Pelaksanaan studi dampak
dampak internvensi CTPS sebagai intervensi CTPS terhadap angka
61 Terlaksananya studi dampak ( 1,500) ( 1,500) Kemenkes
bagian pengembangan kebijakan kesakitan, biaya kesehatan, dan
berbasis data (evidence-based policy). kemiskinan

6.1.1 Memperkuat Pokja PPP untuk


dapat melakukan identifikasi dan Tersedianya dukungan
advokasi pemangku kepentingan 62 tenaga ahli dan/atau ( 250) ( 250) Kemenkes
potensial CTPS melalui penyediaan fasilitator untuk Pokja PPP
tenaga ahli/fasilitator
5.1 Memperkaya bauran pendanaan 6.1.2 Penyelenggaraan kegiatan Terselenggarannya kegiatan
dari sumber-sumber alternatif non- pemasaran CTPS tahunan di tingkat 63 pemasaran CTPS di tingkat ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) ( 500) Kemenkes
pemerintah Pusat nasional

6.1.3 Penyelenggaraan kegiatan Terselenggarannya kegiatan


pemasaran CTPS tahunan di tingkat 64 pemasaran CTPS di tingkat ( 2,750) ( 2,750) ( 2,750) ( 2,750) ( 2,750) ( 2,750) ( 2,750) ( 2,750) Pemerintah Provinsi
6. Masyarakat sebagai kontributor 6. Masyarakat sebagai kontributor Provinsi provinsi
pendanaan CTPS terbesar pendanaan CTPS terbesar
6.2.1 Menyertakan ketersediaan Program-program
fasilitas CTPS sebagai bagian pengentasan kemiskinan Bappenas, PUPR,
65 ( 250) ( 250)
program-program pengentasan memasukkan CTPS di dalam Kemenkes
kemiskinan Pedomannya
5.2 Pengembangan dukungan
Tersedianya dukungan
pendanaan untuk masyarakat miskin 6.2.2 Advokasi dukungan pendanaan
pendanaan khusus dari
khusus fasilitas CTPS untuk
66 APBN untuk fasilitas CTPS ( 500) ( 500) Bappenas
masyarakat miskin dan
bagi masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah
berpenghasilan rendah

7.1 Mengalokasikan anggaran yang 7.1.1 Pedoman perhitungan biaya CTPS


67 Tersusunnya pedoman ( 250) ( 250) Kemenkes
tahap tanggap darurat
mencukupi untuk kegiatan ketahanan
iklim dan tanggap darurat berkaitan 7.1.2 Advokasi penggunaan Pedoman Jumlah pemerintah daerah
68 ( 500) ( 500) Kemenkes, BNPB/D
dengan CTPS ini oleh pemerintah daerah yang telah diadvokasi
7.2.1 Memasukkan aspek CTPS dalam
Revisi pedoman dengan
pedoman penyelenggaraan 69 250 250 BNPB/D
7. Peningkatan risiko bencana 7. Peningkatan risiko bencana mencantuman CTPS
penanggulangan bencana
akibat perubahan iklim akibat perubahan iklim 7.2 Memastikan pertimbangan akses
CTPS di seluruh tahapan 7.2.2 Peningkatan kapasitas seluruh
penyelenggaran penanggulangan pemangku kepentingan terkait Jumlah kegiatan peningkatan
bencana memasukkan aspek CTPS dalam 70 kapasitas yang terlaksana 750 750 BNPB/D
penyelenggaraan penanggulangan terkait CTPS
bencana
91
LAMPIRAN 2

RINCIAN PERKIRAAN
BIAYA DAN MOBILISASI
SUMBER DAYA
METODOLOGI
Menentukan biaya satuan adalah langkah pertama dalam memperkirakan biaya CTPS. Langkah-langkah untuk
menentukan biaya satuan digambarkan dalam diagram di bawah ini, yang dimulai dengan mendefinisikan asumsi
biaya untuk sembilan kategori biaya. Biaya satuan ditentukan untuk setiap tatanan di tingkat harga 2021 yang
berlaku untuk Jabodetabek.

Struktur biaya AACE Class 4 Hasil 1 (Perkiraan atas):


(9 kategori) (rentang biaya) harga satuan di setiap
provinsi untuk masing-
masing tatanan

Menerapkan indeks Hasil 2 (Perkiraan tengah):


Asumsi untuk setiap kemahalan provinsi Menerapkan inflasi harga satuan di setiap
kategori biaya (variasi biaya per (angka nasional) provinsi untuk masing-
provinsi) masing tatanan

Hasil 3 (Perkiraan bawah):


Asumsi untuk setiap harga satuan di setiap
kategori biaya provinsi untuk masing-
(berketahanan iklim) masing tatanan
Gambar 0 1 Langkah-langkah menentukan rencang biaya satuan

Setelah menentukan biaya satuan, langkah selanjutnya adalah menggunakan biaya satuan untuk menghitung
perkiraan biaya CAPEX dan OPEX tahunan berdasarkan perkiraan jumlah penerima manfaat untuk setiap tatanan.
Penerima manfaat diproyeksikan dengan mengalikan data dasar yang tersedia dengan tingkat pertumbuhan
tahunan (1,25%). Dengan menggunakan target akses tahunan, jumlah fasilitas baru yang dibutuhkan (setiap tahun)
dapat dihitung. Perkiraan biaya CAPEX tahunan dihitung dengan mengalikan target tahunan untuk fasilitas baru
dengan biaya unit (CAPEX). Perkiraan OPEX dihitung dengan mengalikan jumlah total fasilitas yang dibutuhkan
dengan biaya satuan (OPEX).

Target pertumbuhan
akses tahunan
dalam %

HASIL 2:
perkiraan CAPEX
Menerapkan Proyeksi tahunan
Data dasar masing- pertumbuhan dan kumulatif
masing tatanan tahunan hingga 2030
HASIL 3:
perkiraan OPEX

HASIL 1:
satuan biaya untuk
setiap tatanan

Gambar 0 2 Langkah-langkah dalam perkiraan biaya CAPEX dan OPEX

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 93
PERHITUNGAN BIAYA SATUAN
Biaya satuan ditentukan untuk setiap kategori biaya. Dalam melakukan ini, digunakan beberapa asumsi seperti
yang dijelaskan secara rinci dalam dua tabel di bawah ini. Dua skenario disiapkan, tidak berketahanan iklim dan
berketahanan iklim.

Tabel 0 1 Sembilan kategori biaya CTPS

No Kategori biaya Keterangan dan asumsi Referensi


Biaya investasi
1 Koordinasi dan Biaya koordinasi antar pemangku kepentingan di Perkiraan sendiri
fasilitasi (software) tingkat Pusat, provinsi dan kab.kota, termasuk
biaya penyediaan pendamping/fasilitator
2 Promosi (software) Terdiri dari pelaksanaan riset formatif dan desain Perkiraan sendiri
materi promosi (dilakukan setiap 2 tahun), produksi
dan diseminasi materi promosi melalui berbagai
kanal termasuk promosi melalui kunjungan dari
rumah ke rumah
3 Peningkatan kapasitas Peningkatan kapasitas terkait CTPS melalui Perkiraan sendiri
(software) kegiatan pembelajaran dan berbagi pengetahuan.
Diasumsikan berbiaya 50% dari biaya koordinasi
dan fasilitasi.
4 Pengadaan dan Fasilitasi permanen: kran air tanpa bak keramik Pedoman Cuci Tangan Pakai
pemasasan fasilitas (sink) atau Model 3 Sabun (Kemenkes & Unicef,
CTPS (software) 2020)
Biaya tahunan (termasuk rehabilitasi dan peningkatan)
5 Rehabilitasi Diasumsikan umur desain 10 tahun. UNICEF. (May 2020).
Handwashing Stations and
Supplies for the COVID-19
response
6 Promosi lanjutan Promosi lanjutan dilakukan untuk memastikan Ross, Ian et.al (2021)
perubahan perilaku terjadi. Asumsi biaya untuk
kegiatan ini adalah 25% dari biaya Promosi
7 Monitoring dan Biaya yang terkait pengembangan dan Perkiraan sendiri
Evaluation penyelenggaraan monitoring dan evaluasi secara
regular dengan asumsi biaya sebesar 25% dari
biaya Koordinasi dan Fasilitasi
Biaya tahunan barang habis pakai
8 Air Penggunaan air per sekali pemakaian adalah 2 *) Hoque BA (2003)
liter* dengan frekuensi cuci tangan diasumsikan **) Beale, Sarah et.al (2020)
sebanyak 10 kali** per hari. Tarif air mengadu pada ***) PAM Jaya, kelompok
kelompok tarif rumah tangga terendan di PAM Jaya pelanggan IIIA, Rp3,550 per
Water ***. m3
9 Sabun Diasumsikan penggunaan sabun cair dengan *) Harga rata-rata berbagai
harga terendah yang tersedia di pasar*. Volume merek sabun cari yang
pemakaian sabun untuk setiap penggunaan tersedia di marketplace
diasumsikan sebesar 0.65 ml**. online (Rp 13.19 per ml)
**) Nilai tengah dari rentang
volume penggunaan sabun
sesuai Larson et.al (1987)

94 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Tabel 0 2 Sembilan kategori biaya CTPS, berketahanan iklim

No Kategori biaya Keterangan dan asumsi Referensi


Biaya investasi
1 Koordinasi dan Biaya koordinasi antar pemangku kepentingan di Perkiraan sendiri
fasilitasi (software) tingkat Pusat, provinsi dan kab.kota, termasuk
biaya penyediaan pendamping/fasilitator
2 Promosi (software) Terdiri dari pelaksanaan riset formatif dan desain Perkiraan sendiri
materi promosi (dilakukan setiap 2 tahun), produksi
dan diseminasi materi promosi melalui berbagai
kanal termasuk promosi melalui kunjungan dari
rumah ke rumah
3 Peningkatan kapasitas Peningkatan kapasitas terkait CTPS melalui Perkiraan sendiri
(software) kegiatan pembelajaran dan berbagi pengetahuan.
Diasumsikan berbiaya 50% dari biaya koordinasi
dan fasilitasi.
4 Pengadaan dan Fasilitasi permanen: kran air tanpa bak keramik Pedoman Cuci Tangan Pakai
pemasasan fasilitas (sink) atau Model 3 Sabun (Kemenkes & Unicef,
CTPS (software) 2020)
Biaya tahunan (termasuk rehabilitasi dan peningkatan)
5 Rehabilitasi Diasumsikan umur desain 10 tahun. UNICEF. (May 2020).
Handwashing Stations and
Supplies for the COVID-19
response
6 Promosi lanjutan Promosi lanjutan dilakukan untuk memastikan Ross, Ian et.al (2021)
perubahan perilaku terjadi. Asumsi biaya untuk
kegiatan ini adalah 25% dari biaya Promosi
7 Monitoring dan Biaya yang terkait pengembangan dan Perkiraan sendiri
Evaluation penyelenggaraan monitoring dan evaluasi secara
regular dengan asumsi biaya sebesar 25% dari
biaya Koordinasi dan Fasilitasi
Biaya tahunan barang habis pakai
8 Air Volume air per penggunaan sebesar 0.7225 *) Whinnery et al, (2016)
liter* dengan frekuensi 10 kali** per day. Tarif air **) Beale, Sarah et.al (2020)
mengacu pada tarif truk tangki air yang berlaku di ***) Market price (online)
Jabodetakek tahun 2021***. Rp500,000 per m3
9 Sabun Diasumsikan penggunaan sabun cair dengan *) Harga rata-rata berbagai
harga terendah yang tersedia di pasar*. Volume merek sabun cari yang
pemakaian sabun untuk setiap penggunaan tersedia di marketplace
diasumsikan sebesar 0.65 ml**. online (Rp 13.19 per ml)
**) Nilai tengah dari rentang
volume penggunaan sabun
sesuai Larson et.al (1987)

MENERAPKAN INDEKS KEMAHALAN PROVINSI DAN INFLASI


Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) digunakan sebagai pendekatan untuk menggambarkan kesulitan geografis suatu
wilayah1. Semakin sulit lokasi geografisnya, semakin tinggi tingkat harganya. IKK disiapkan untuk setiap kabupaten/
kotamadya dan provinsi, dan merupakan indeks relatif terhadap kota referensi. Tabel berikut memberikan Indeks
Biaya Konstruksi Provinsi 2021 seperti yang dilaporkan oleh BPS.

1 Publikasi IKK merupakan publikasi tahunan BPS dan dapat diakses secara bebas di https://www.bps.go.id/publication/2021/10/01/5c4a07aac6a0ab5df7987d-
cf/indeks-kemahalan-konstruksi-provinsi-dan-kabupaten-kota-2021.html

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 95
Tabel 0.3 Construction Cost Index by Province, 2021

BPS Construction cost index Corrected to Jakarta


Province
Code (BPS 2021)* as reference*
1100 Aceh 99,03 0,82
1200 Sumatera Utara 101,63 0,84
1300 Sumatera Barat 94,77 0,78
1400 Riau 94,85 0,78
1500 Jambi 92,76 0,76
1600 Sumatera Selatan 91,58 0,75
1700 Bengkulu 94,42 0,78
1800 Lampung 92,57 0,76
1900 Kep. Bangka Belitung 101,21 0,83
2100 Kep. Riau 116,80 0,96
3100 DKI Jakarta 121,42 1,00
3200 Jawa Barat 102,60 0,85
3300 Jawa Tengah 97,65 0,80
3400 DI Yogyakarta 100,31 0,83
3500 Jawa Timur 100,80 0,83
3600 Banten 97,64 0,80
5100 Bali 103,17 0,85
5200 Nusa Tenggara Barat 101,93 0,84
5300 Nusa Tenggara Timur 93,58 0,77
6100 Kalimantan Barat 111,45 0,92
6200 Kalimantan Tengah 101,47 0,84
6300 Kalimantan Selatan 99,25 0,82
6400 Kalimantan Timur 109,81 0,90
6500 Kalimantan Utara 106,00 0,87
7100 Sulawesi Utara 104,43 0,86
7200 Sulawesi Tengah 90,50 0,75
7300 Sulawesi Selatan 96,84 0,80
7400 Sulawesi Tenggara 99,38 0,82
7500 Gorontalo 95,07 0,78
7600 Sulawesi Barat 90,72 0,75
8100 Maluku 124,61 1,03
8200 Maluku Utara 112,31 0,92
9100 Papua Barat 130,59 1,08
9400 Papua 207,11 1,71

Catatan:
*) Kota referensi adalah Kota Makasar
**) DKI Jakarta digunakan sebagai referensi dalam perhitungan

96 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Variasi tahunan dari indeks biaya konstruksi tidak dipertimbangkan dalam analisis biaya. Kami menggunakan indeks
biaya konstruksi 2021 sepanjang periode perencanaan, tanpa menerapkan proyeksi penyesuaian atau variasi tahunan.

Untuk proyeksi estimasi biaya


tahunan, tingkat inflasi sebesar 3%
digunakan setelah penyesuaian
harga dengan menerapkan Indeks
Biaya Konstruksi (IKK) 2021
untuk masing-masing provinsi.
Tingkat inflasi sebesar 3%
digunakan berdasarkan tingkat
inflasi selama 5 tahun terakhir
(yang dianggap cukup stabil), dan
tidak mempertimbangkan kondisi
pandemi. Angka tingkat inflasi
yang sama digunakan sepanjang
periode perencanaan tanpa
penyesuaian.

Gambar 0 3 Inflasi bulanan dari tahun 2020 - 2021


(Sumber: Bank Indonesia, https://www.bi.go.id/id/statistik/indikator/data-inflasi.aspx)

HASIL PERHITUNGAN BIAYA SATUAN


Hasil perhitungan biaya satuan untuk setiap tatanan disajikan dalam serangkaian tabel di bawah ini dan memberikan
rentang biaya dari perkiraan rendah, nilai menengah hingga perkiraan tinggi berdasarkan klasifikasi kelas 4 AACE.
Tabel-tabel berikut diambil langsung dari Costing tool sehingga tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM

Tabel 0-4 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah tangga (tingkat harga 2021)

COST PER PERSON (IDR)


COST
COST CATEGORY UNIT LOW MID HIGH
CODE
ESTIMATE VALUE ESTIMATE
1 Cost of investment/capital per person 49,096 63,350 85,523
2 Coordination and facilitation (software) 1,550 2,000 2,700
3 Promotion (software) 10,850 14,000 18,900
4 Capacity building(software) 775 1,000 1,350
5 Procurement and installation of HWWS (hardware) 35,921 46,350 62,573
facilities
6 Annual recurrent costs (incl. Rehabilitation and per person/year 6,692 8,635 11,657
upgrading)
7 Rehabilitation 3,592 4,635 6,257
8 Top-up promotion 2,713 3,500 4,725
9 Monitoring and Evaluation 388 500 675
10 Annual consumables per person/year 44,950 58,000 78,300
11 Water 20,150 26,000 35,100
12 Soap 24,800 32,000 43,200
0 TOTAL 100,738 129,985 175,480

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 97
Untuk sekolah (dan Madrasah), biaya per orang terdiri dari dua tingkat biaya: yaitu dari tidak ada layanan ke layanan
dasar dan dari layanan terbatas ke layanan dasar.

Tabel 0 5 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021)

COST PER PERSON (IDR)


COST
COST CATEGORY UNIT LOW MID HIGH
CODE
ESTIMATE VALUE ESTIMATE
1 Cost of investment/capital per person 7,208 9,300 12,555
2 Coordination and facilitation (software) 775 1,000 1,350
3 Promotion (software) 1,550 2,000 2,700
4 Capacity building(software) 388 500 675
5 Procurement and installation of HWWS (hardware) 4,495 5,800 7,830
facilities
6 Annual recurrent costs (incl. Rehabilitation and per person/year 1,031 1,330 1,796
upgrading)
7 Rehabilitation 450 580 783
8 Top-up promotion 388 500 675
9 Monitoring and Evaluation 194 250 338
10 Annual consumables per person/year 22,475 29,000 39,150
11 Water 10,075 13,000 17,550
12 Soap 12,400 16,000 21,600
0 TOTAL 30,713 39,630 53,501

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

Tabel 0 6 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: layanan terbatas menuju layanan dasar (tingkat harga 2021)

COST PER PERSON (IDR)


COST
COST CATEGORY UNIT LOW MID HIGH
CODE
ESTIMATE VALUE ESTIMATE
1 Cost of investment/capital per person 2,713 3,500 4,725
2 Coordination and facilitation (software) 775 1,000 1,350
3 Promotion (software) 1,550 2,000 2,700
4 Capacity building (software) 388 500 675
5 Procurement and installation of HWWS (hardware) 0 0 0
facilities
6 Annual recurrent costs (incl. Rehabilitation and per person/year 581 750 1,013
upgrading)
7 Rehabilitation 0 0 0
8 Top-up promotion 388 500 675
9 Monitoring and Evaluation 194 250 338
10 Annual consumables per person/year 12,400 16,000 21,600
11 Water 0 0 0
12 Soap 12,400 16,000 21,600
0 TOTAL 15,694 20,250 27,338

98 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Table 0 7 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas kesehatan(tingkat harga 2021)

COST PER PERSON (IDR)


COST
COST CATEGORY UNIT LOW MID HIGH
CODE
ESTIMATE VALUE ESTIMATE
1 Cost of investment/capital per person 1,768 2,281 3,080
2 Coordination and facilitation (software) 78 100 135
3 Promotion (software) 155 200 270
4 Capacity building (software) 39 50 68
5 Procurement and installation of HWWS (hardware) 1,497 1,931 2,607
facilities
6 Annual recurrent costs (incl. Rehabilitation and per person/year 208 268 362
upgrading)
7 Rehabilitation 150 193 261
8 Top-up promotion 39 50 68
9 Monitoring and Evaluation 19 25 34
10 Annual consumables per person/year 27,125 35,000 47,250
11 Water 12,400 16,000 21,600
12 Soap 14,725 19,000 25,650
0 TOTAL 29,101 37,549 50,692

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

Tabel 0 8 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas umum (tingkat harga 2021)

COST PER PERSON (IDR)


COST
COST CATEGORY UNIT LOW MID HIGH
CODE
ESTIMATE VALUE ESTIMATE
1 Cost of investment/capital 2,814 3,631 4,902 3,080
2 Coordination and facilitation (software) 155 200 270 135
3 Promotion (software) 1,085 1,400 1,890 270
4 Capacity building (software) 78 100 135 68
5 Procurement and installation of HWWS (hardware) 1,497 1,931 2,607 2,607
facilities
6 Annual recurrent costs (incl. Rehabilitation and 460 593 801 362
upgrading)
7 Rehabilitation 150 193 261 261
8 Top-up promotion 271 350 473 68
9 Monitoring and Evaluation 39 50 68 34
10 Annual consumables 10,075 13,000 17,550 47,250
11 Water 4,650 6,000 8,100 21,600
12 Soap 5,425 7,000 9,450 25,650
0 TOTAL 13,349 17,224 23,253 50,692

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 99
B. DENGAN PERTIMBANGAN BERKETAHANAN IKLIM

Tabel 0 9 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah tangga (tingkat harga 2021)

COST PER PERSON (IDR)


COST
COST CATEGORY UNIT LOW MID HIGH
CODE
ESTIMATE VALUE ESTIMATE
1 Cost of investment/capital per person 49,096 63,350 85,523
2 Coordination and facilitation (software) 1,550 2,000 2,700
3 Promotion (software) 10,850 14,000 18,900
4 Capacity building (software) 775 1,000 1,350
5 Procurement and installation of HWWS (hardware) 35,921 46,350 62,573
facilities
6 Annual recurrent costs (incl. Rehabilitation and per person/year 6,692 8,635 11,657
upgrading)
7 Rehabilitation 3,592 4,635 6,257
8 Top-up promotion 2,713 3,500 4,725
9 Monitoring and Evaluation 388 500 675
10 Annual consumables per person/year 44,950 58,000 78,300
11 Water 20,150 26,000 35,100
12 Soap 24,800 32,000 43,200
0 TOTAL 100,738 129,985 175,480

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

Untuk sekolah (dan Madrasah), biaya per orang terdiri dari dua tingkat biaya: yaitu dari tidak ada layanan ke layanan
dasar dan dari layanan terbatas ke layanan dasar.

Tabel 0 10 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021)

COST PER PERSON (IDR)


COST
COST CATEGORY UNIT LOW MID HIGH
CODE
ESTIMATE VALUE ESTIMATE
1 Cost of investment/capital per person 7,208 9,300 12,555
2 Coordination and facilitation (software) 775 1,000 1,350
3 Promotion (software) 1,550 2,000 2,700
4 Capacity building (software) 388 500 675
5 Procurement and installation of HWWS (hardware) 4,495 5,800 7,830
facilities
6 Annual recurrent costs (incl. Rehabilitation and per person/year 1,031 1,330 1,796
upgrading)
7 Rehabilitation 450 580 783
8 Top-up promotion 388 500 675
9 Monitoring and Evaluation 194 250 338
10 Annual consumables per person/year 22,475 29,000 39,150
11 Water 10,075 13,000 17,550
12 Soap 12,400 16,000 21,600
0 TOTAL 30,713 39,630 53,501

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

100 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Tabel 0 11 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: layanan terbatas menuju layanan dasar (tingkat harga 2021)

COST PER PERSON (IDR)


COST
COST CATEGORY UNIT LOW MID HIGH
CODE
ESTIMATE VALUE ESTIMATE
1 Cost of investment/capital per person 2,713 3,500 4,725
2 Coordination and facilitation (software) 775 1,000 1,350
3 Promotion (software) 1,550 2,000 2,700
4 Capacity building (software) 388 500 675
5 Procurement and installation of HWWS (hardware) 0 0 0
facilities
6 Annual recurrent costs (incl. Rehabilitation and per person/year 581 750 1,013
upgrading)
7 Rehabilitation 0 0 0
8 Top-up promotion 388 500 675
9 Monitoring and Evaluation 194 250 338
10 Annual consumables per person/year 12,400 16,000 21,600
11 Water 0 0 0
12 Soap 12,400 16,000 21,600
0 TOTAL 15,694 20,250 27,338

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

Tabel 0 12 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas kesehatan (tingkat harga 2021)

COST PER PERSON (IDR)


COST
COST CATEGORY UNIT LOW MID HIGH
CODE
ESTIMATE VALUE ESTIMATE
1 Cost of investment/capital per person 1,768 2,281 3,080
2 Coordination and facilitation (software) 78 100 135
3 Promotion (software) 155 200 270
4 Capacity building (software) 39 50 68
5 Procurement and installation of HWWS (hardware) 1,497 1,931 2,607
facilities
6 Annual recurrent costs (incl. Rehabilitation and per person/year 208 268 362
upgrading)
7 Rehabilitation 150 193 261
8 Top-up promotion 39 50 68
9 Monitoring and Evaluation 19 25 34
10 Annual consumables per person/year 27,125 35,000 47,250
11 Water 12,400 16,000 21,600
12 Soap 14,725 19,000 25,650
0 TOTAL 29,101 37,549 50,692

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

101
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Tabel 0 13 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas umum (tingkat harga 2021)

COST PER PERSON (IDR)


COST
COST CATEGORY UNIT LOW MID HIGH
CODE
ESTIMATE VALUE ESTIMATE
1 Cost of investment/capital per person 2,814 3,631 4,902
2 Coordination and facilitation (software) 155 200 270
3 Promotion (software) 1,085 1,400 1,890
4 Capacity building (software) 78 100 135
5 Procurement and installation of HWWS (hardware) 1,497 1,931 2,607
facilities
6 Annual recurrent costs (incl. Rehabilitation and per person/year 460 593 801
upgrading)
7 Rehabilitation 150 193 261
8 Top-up promotion 271 350 473
9 Monitoring and Evaluation 39 50 68
10 Annual consumables per person/year 10,075 13,000 17,550
11 Water 4,650 6,000 8,100
12 Soap 5,425 7,000 9,450
0 TOTAL 13,349 17,224 23,253

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

HASIL PERKIRAAN BIAYA


Bagian berikut memberikan hasil perkiraan biaya untuk
investasi CTPS serta biaya operasi dan pemeliharaan
untuk mempertahankan layanan. Semua perkiraan
merupakan NILAI TENGAH dan telah disesuaikan
dengan indeks konstruksi provinsi dan inflasi.

TATANAN RUMAH TANGGA


A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Total biaya sebesar 43,2 triliun rupiah (nilai tengah)
diperlukan untuk mencapai 100% akses CTPS dan
mempertahankan layanannya di tatanan rumah tangga.
Biaya investasi tahunan (kode biaya: 1) mengalami
penurunan sepanjang periode perencanaan, dari 0,83
triliun rupiah pada tahun 2021 menjadi 0,28 triliun
rupiah pada tahun 2030. Sebaliknya, peningkatan yang
signifikan terlihat dari biaya tahunan dan bahan habis
pakai tahunan akibat meningkatnya akses CTPS. Grafik
berikut menggambarkan biaya tahunan pengembangan
CTPS di tatanan rumah tangga.

102 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
700 0

600 0

500 0

400 0

300 0

200 0

100 0

0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and facilitation Promotion


Capacity building Procurement and installaton of HWWS facility
Rehabilitation Top-up promotion
Monitoring and evaluation Water

Gambar 0 4 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan rumah tangga
(nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Total biaya bahan habis pakai (yang mencakup biaya sabun dan air) menjadi komponen biaya terbesar, terhitung
lebih dari 75% dari total biaya. Pengadaan dan pemasangan fasilitas CTPS menempati peringkat ketiga dalam hal
komponen biaya CTPS, dengan persentase hingga 9% yang merupakan bagian tertinggi dari total persentase biaya
investasi sebesar 12%. Biaya untuk rehabilitasi, promosi lanjutan, serta pemantauan dan evaluasi berkisar 11% dari
biaya tahunan. Gambar dan tabel berikut merinci komposisi biaya setiap komponen.

0.37% 2.61%
0.19% 9.04%

6.11%
Coordination and facilitation
Promotion
Capacity building
4.61% Procurement and installaton of HWWS facility

42.16% Rehabilitation

0.66% Top-up promotion


Monitoring and evaluation
Water
Soap

34.25%

Gambar 0 5 Persentase biaya total CTPS di tatanan rumah tangga

103
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
104
Tabel 0 14 Biaya tahunan CTPS untuk setiap kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan rumah tangga (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
43,161.513 100.00% Total 1,706.237 2,326.642 2,879.863 3,649.534 4,311.036 4,658.872 5,228.859 5,689.685 6,139.051 6,571.734
5,269.573 12.21% Investment costs 831.558 791.324 632.835 650.677 595.663 405.505 413.232 355.575 314.310 278.894
160.753 0.37% Coordination and facilitation 26.253 19.372 19.979 20.542 18.805 12.802 13.046 11.226 9.923 8.805
1,125.273 2.61% Promotion 183.770 135.604 139.853 143.796 131.638 89.614 91.322 78.580 69.461 61.634
80.377 0.19% Capacity building 13.126 9.686 9.989 10.271 9.403 6.401 6.523 5.613 4.961 4.402
3,903.170 9.04% Procurement and installaton of HWWS facility 608.409 626.662 463.013 476.068 435.816 296.688 302.341 260.156 229.964 204.053
4,910.286 11.38% Annual recurrent costs 113.347 198.957 291.185 388.612 481.462 551.179 624.041 691.229 754.808 815.467
2,635.689 6.11% Rehabilitation 60.841 106.794 156.299 208.595 258.434 295.856 334.966 371.030 405.158 437.718
1,990.272 4.61% Top-up promotion 45.942 80.643 118.025 157.515 195.150 223.408 252.941 280.174 305.944 330.531
284.325 0.66% Monitoring and evaluation 6.563 11.520 16.861 22.502 27.879 31.915 36.134 40.025 43.706 47.219
32,981.655 76.41% Annual consumables 761.332 1,336.362 1,955.844 2,610.246 3,233.911 3,702.188 4,191.587 4,642.881 5,069.933 5,477.372
14,784.880 34.25% Water 341.287 599.059 876.757 1,170.110 1,449.684 1,659.601 1,878.987 2,081.291 2,272.729 2,455.374
18,196.775 42.16% Soap 420.045 737.303 1,079.086 1,440.135 1,784.227 2,042.586 2,312.600 2,561.589 2,797.204 3,021.999

5,269.573 12.21% Investment costs 831.558 791.324 632.835 650.677 595.663 405.505 413.232 355.575 314.310 278.894
4,910.286 11.38% Annual recurrent costs 113.347 198.957 291.185 388.612 481.462 551.179 624.041 691.229 754.808 815.467
32,981.655 76.41% Annual consumables 761.332 1,336.362 1,955.844 2,610.246 3,233.911 3,702.188 4,191.587 4,642.881 5,069.933 5,477.372

Tabel 0 15 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan rumah tangga (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
COST (IDR)
1100 Aceh 1,009.941 2.34% 31.123 43.549 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359
1200 Sumatera Utara 2,762.477 6.40% 87.346 121.348 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

1300 Sumatera Barat 814.391 1.89% 48.839 58.465 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565
1400 Riau 1,298.372 3.01% 46.855 64.669 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349
1500 Jambi 638.945 1.48% 26.389 36.935 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867
1600 Sumatera Selatan 1,520.627 3.52% 78.788 99.215 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011
1700 Bengkulu 316.981 0.73% 14.777 19.771 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015
1800 Lampung 1,437.999 3.33% 86.585 116.150 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351
1900 Kep. Bangka Belitung 202.875 0.47% 14.046 15.964 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR)
2100 Kep. Riau 472.057 1.09% - 8.301 21.184 21.184 21.184 21.184 21.184 21.184 21.184 21.184
3100 DKI Jakarta 1,390.788 3.22% - 19.886 63.156 63.156 63.156 63.156 63.156 63.156 63.156 63.156
3200 Jawa Barat 7,312.034 16.94% 193.412 305.897 429.750 429.750 429.750 429.750 429.750 429.750 429.750 429.750
3300 Jawa Tengah 3,928.118 9.10% 166.536 239.625 310.406 310.406 310.406 310.406 310.406 310.406 310.406 310.406
3400 DI Yogyakarta 448.600 1.04% 13.574 19.059 24.314 24.314 24.314 24.314 24.314 24.314 24.314 24.314
3500 Jawa Timur 5,739.150 13.30% 302.187 389.036 451.898 451.898 451.898 451.898 451.898 451.898 451.898 451.898
3600 Banten 1,667.986 3.86% 31.594 56.899 87.159 87.159 87.159 87.159 87.159 87.159 87.159 87.159
5100 Bali 520.100 1.21% 37.557 40.119 36.247 36.247 36.247 36.247 36.247 36.247 36.247 36.247
5200 Nusa Tenggara Barat 1,207.632 2.80% 90.853 100.493 96.319 96.319 96.319 96.319 96.319 96.319 96.319 96.319
5300 Nusa Tenggara Timur 1,630.699 3.78% 88.803 111.302 126.390 126.390 126.390 126.390 126.390 126.390 126.390 126.390
6100 Kalimantan Barat 1,071.766 2.48% 56.246 60.148 47.440 47.440 47.440 47.440 47.440 47.440 47.440 47.440
6200 Kalimantan Tengah 452.130 1.05% 16.228 22.032 27.177 27.177 27.177 27.177 27.177 27.177 27.177 27.177
6300 Kalimantan Selatan 520.994 1.21% 20.773 31.396 42.596 42.596 42.596 42.596 42.596 42.596 42.596 42.596
6400 Kalimantan Timur 617.773 1.43% 20.609 27.975 34.443 34.443 34.443 34.443 34.443 34.443 34.443 34.443
6500 Kalimantan Utara 96.615 0.22% 2.241 3.574 5.067 5.067 5.067 5.067 5.067 5.067 5.067 5.067
7100 Sulawesi Utara 348.980 0.81% 20.467 25.907 29.560 29.560 29.560 29.560 29.560 29.560 29.560 29.560
7200 Sulawesi Tengah 401.826 0.93% 16.107 21.032 24.930 24.930 24.930 24.930 24.930 24.930 24.930 24.930
7300 Sulawesi Selatan 839.142 1.94% 31.880 47.927 64.484 64.484 64.484 64.484 64.484 64.484 64.484 64.484
7400 Sulawesi Tenggara 312.412 0.72% 7.124 11.590 16.624 16.624 16.624 16.624 16.624 16.624 16.624 16.624
7500 Gorontalo 141.364 0.33% 9.462 14.283 12.062 12.062 12.062 12.062 12.062 12.062 12.062 12.062
7600 Sulawesi Barat 192.236 0.45% 7.411 9.497 11.009 11.009 11.009 11.009 11.009 11.009 11.009 11.009
8100 Maluku 417.819 0.97% 40.072 39.770 31.282 31.282 31.282 31.282 31.282 31.282 31.282 31.282
8200 Maluku Utara 265.919 0.62% 20.497 23.417 23.558 23.558 23.558 23.558 23.558 23.558 23.558 23.558
9100 Papua Barat 387.475 0.90% 22.803 25.908 25.992 25.992 25.992 25.992 25.992 25.992 25.992 25.992
9400 Papua 2,775.291 6.43% 55.055 95.503 143.502 143.502 143.502 143.502 143.502 143.502 143.502 143.502
INDONESIA 43,161.513 100.00% 1,706.237 2,326.642 2,879.863 2,879.863 2,879.863 2,879.863 2,879.863 2,879.863 2,879.863 2,879.863
105
Jawa Barat dan Jawa Timur memiliki total biaya CTPS tertinggi, dengan total biaya masing-masing sebesar 7,3
triliun dan 5,7 triliun rupiah yang diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan akses 100 persen pada tahun
2030. Kalimantan Utara memiliki kebutuhan biaya terendah, diperkirakan sekitar 100 miliar rupiah.

Tabel di bawah ini merangkum persyaratan biaya untuk CTPS pada tatanan rumah tangga di setiap provinsi.

B. BERKETAHAN IKLIM
Total biaya meningkat menjadi 61,3 triliun rupiah (nilai tengah) dari 43,2 triliun rupiah (base value) untuk skenario
berketahanan iklim, atau meningkat hampir 142 persen.

Biaya tahunan HWWS untuk tatanan rumah tangga digambarkan di bawah ini.

100 00
900 0
800 0
700 0
600 0
500 0
400 0
300 0
200 0
100 0
0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and facilitation Promotion


Capacity building Procurement and installaton of HWWS facility
Rehabilitation Top-up promotion
Monitoring and evaluation Water

Gambar 0 6 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Jika dibandingkan dengan skenario tidak berketahanan iklim, terjadi perubahan dalam persentase total biaya,
dengan biaya habis pakai menurun menjadi 75% dan biaya investasi meningkat hampir 14%.

0.26% 1.83%
0.13%
11.31%

7.64% Coordination and facilitation


29.67% Promotion
Capacity building

3.25% Procurement and installaton of HWWS facility


Rehabilitation

0.46% Top-up promotion


Monitoring and evaluation
Water
Soap

45.44%

Gambar 0 7 Persentase biaya total CTPS di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim)

106 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

Tabel 0-16 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
61,326.225 100.00% Total 2,528.673 3,427.044 4,137.143 5,217.147 6,133.422 6,587.848 7,386.723 8,021.750 8,643.525 9,242.951
8,305.372 13.54% Investment costs 1,304.766 1,278.727 992.956 1,020.952 934.631 636.262 648.385 557.919 493.171 437.602
160.753 0.26% Coordination and facilitation 26.253 19.372 19.979 20.542 18.805 12.802 13.046 11.226 9.923 8.805
1,125.273 1.83% Promotion 183.770 135.604 139.853 143.796 131.638 89.614 91.322 78.580 69.461 61.634
80.377 0.13% Capacity building 13.126 9.686 9.989 10.271 9.403 6.401 6.523 5.613 4.961 4.402
6,938.970 11.31% Procurement and installaton of HWWS facility 1,081.617 1,114.065 823.135 846.343 774.785 527.445 537.495 462.500 408.826 362.761
6,960.266 11.35% Annual recurrent costs 160.667 282.018 412.750 550.852 682.467 781.289 884.569 979.808 1,069.931 1,155.914
4,685.670 7.64% Rehabilitation 108.162 189.856 277.865 370.835 459.438 525.966 595.494 659.609 720.280 778.165
1,990.272 3.25% Top-up promotion 45.942 80.643 118.025 157.515 195.150 223.408 252.941 280.174 305.944 330.531
284.325 0.46% Monitoring and evaluation 6.563 11.520 16.861 22.502 27.879 31.915 36.134 40.025 43.706 47.219
46,060.587 75.11% Annual consumables 1,063.240 1,866.298 2,731.437 3,645.343 4,516.324 5,170.297 5,853.768 6,484.023 7,080.423 7,649.434
27,863.812 45.44% Water 643.194 1,128.995 1,652.351 2,205.207 2,732.097 3,127.710 3,541.168 3,922.434 4,283.219 4,627.435
18,196.775 29.67% Soap 420.045 737.303 1,079.086 1,440.135 1,784.227 2,042.586 2,312.600 2,561.589 2,797.204 3,021.999

8,305.372 13.54% Investment costs 1,304.766 1,278.727 992.956 1,020.952 934.631 636.262 648.385 557.919 493.171 437.602
6,960.266 11.35% Annual recurrent costs 160.667 282.018 412.750 550.852 682.467 781.289 884.569 979.808 1,069.931 1,155.914
46,060.587 75.11% Annual consumables 1,063.240 1,866.298 2,731.437 3,645.343 4,516.324 5,170.297 5,853.768 6,484.023 7,080.423 7,649.434

Tabel 0-17 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR)
1100 Aceh 1,437.822 2.34% 46.125 63.990 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577
1200 Sumatera Utara 3,932.875 6.41% 129.449 178.439 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725
1300 Sumatera Barat 1,157.505 1.89% 72.380 87.401 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523
1400 Riau 1,844.385 3.01% 69.440 95.159 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909
1500 Jambi 906.327 1.48% 39.108 54.270 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367
1600 Sumatera Selatan 2,159.382 3.52% 116.765 147.454 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990
1700 Bengkulu 449.842 0.73% 21.900 29.188 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481
1800 Lampung 2,039.258 3.33% 128.321 171.426 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964
1900 Kep. Bangka Belitung 288.659 0.47% 20.817 24.015 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710
107

2100 Kep. Riau 671.748 1.10% - 10.910 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837
108

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
COST (IDR)
3100 DKI Jakarta 1,978.891 3.23% - 25.347 92.432 92.432 92.432 92.432 92.432 92.432 92.432 92.432
3200 Jawa Barat 10,384.285 16.93% 286.640 444.146 619.178 619.178 619.178 619.178 619.178 619.178 619.178 619.178
3300 Jawa Tengah 5,568.171 9.08% 246.809 351.104 446.385 446.385 446.385 446.385 446.385 446.385 446.385 446.385
3400 DI Yogyakarta 638.900 1.04% 20.117 27.995 34.954 34.954 34.954 34.954 34.954 34.954 34.954 34.954
3500 Jawa Timur 8,142.513 13.28% 447.846 576.757 648.074 648.074 648.074 648.074 648.074 648.074 648.074 648.074
3600 Banten 2,373.585 3.87% 46.823 81.686 125.806 125.806 125.806 125.806 125.806 125.806 125.806 125.806
5100 Bali 741.040 1.21% 55.660 60.831 51.588 51.588 51.588 51.588 51.588 51.588 51.588 51.588
5200 Nusa Tenggara Barat 1,718.322 2.80% 134.645 151.692 137.357 137.357 137.357 137.357 137.357 137.357 137.357 137.357
5300 Nusa Tenggara Timur 2,315.003 3.77% 131.607 165.506 181.156 181.156 181.156 181.156 181.156 181.156 181.156 181.156
6100 Kalimantan Barat 1,528.006 2.49% 83.357 91.188 67.110 67.110 67.110 67.110 67.110 67.110 67.110 67.110
6200 Kalimantan Tengah 642.616 1.05% 24.049 32.475 39.037 39.037 39.037 39.037 39.037 39.037 39.037 39.037
6300 Kalimantan Selatan 738.832 1.20% 30.786 45.781 61.324 61.324 61.324 61.324 61.324 61.324 61.324 61.324
6400 Kalimantan Timur 879.635 1.43% 30.543 41.236 49.471 49.471 49.471 49.471 49.471 49.471 49.471 49.471
6500 Kalimantan Utara 137.562 0.22% 3.321 5.185 7.303 7.303 7.303 7.303 7.303 7.303 7.303 7.303
7100 Sulawesi Utara 495.322 0.81% 30.333 38.481 42.372 42.372 42.372 42.372 42.372 42.372 42.372 42.372
7200 Sulawesi Tengah 571.151 0.93% 23.870 31.132 35.773 35.773 35.773 35.773 35.773 35.773 35.773 35.773
7300 Sulawesi Selatan 1,189.855 1.94% 47.247 69.922 92.815 92.815 92.815 92.815 92.815 92.815 92.815 92.815
7400 Sulawesi Tenggara 444.603 0.72% 10.558 16.784 23.962 23.962 23.962 23.962 23.962 23.962 23.962 23.962
7500 Gorontalo 200.188 0.33% 14.022 20.830 17.055 17.055 17.055 17.055 17.055 17.055 17.055 17.055
7600 Sulawesi Barat 273.695 0.45% 10.983 14.086 15.788 15.788 15.788 15.788 15.788 15.788 15.788 15.788
8100 Maluku 596.006 0.97% 59.387 60.904 44.293 44.293 44.293 44.293 44.293 44.293 44.293 44.293
8200 Maluku Utara 378.293 0.62% 30.377 35.205 33.647 33.647 33.647 33.647 33.647 33.647 33.647 33.647
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

9100 Papua Barat 551.488 0.90% 33.794 38.977 37.122 37.122 37.122 37.122 37.122 37.122 37.122 37.122
9400 Papua 3,950.458 6.44% 81.593 137.538 207.057 207.057 207.057 207.057 207.057 207.057 207.057 207.057
INDONESIA 61,326.225 100.00% 2,528.673 3,427.044 4,137.143 4,137.143 4,137.143 4,137.143 4,137.143 4,137.143 4,137.143 4,137.143
Peringkat provinsi tidak mengalami perubahan karena peningkatan terjadi di 34 provinsi sebagai akibat dari peningkatan
biaya satuan untuk skenario berketahanan iklim.

TATANAN SEKOLAH
A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Mencapai akses 100% di sekolah pada tahun 2025 diperkirakan akan menelan biaya 3,5 triliun rupiah (nilai tengah).
Biaya ini dibagi menjadi tiga komponen: biaya investasi 0,2 triliun rupiah, biaya tahunan 0,2 triliun rupiah, dan 3,1
triliun rupiah untuk bahan habis pakai.

Grafik di bawah ini menggambarkan biaya tahunan CTPS di tatanan sekolah.

600

500

400

300

200

100

0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and facilitation Promotion


Capacity building Procurement and installaton of HWWS facility
Rehabilitation Top-up promotion
Monitoring and evaluation Water
Soap

Gambar 0 8 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Berbeda dengan tatanan rumah tangga, bahan habis pakai menyumbang 88 persen dari total biayaC TPS
di sekolah, dengan biaya investasi hanya 5 persen dan biaya tahunan hampir 7 persen.

1.55% 2.45
0.77 %
% 0.39% 1.85
% 3.14%
1.57
%
Coordination and facilitation
Promotion

Capacity building
Procurement and installaton of HWWS facility

Rehabilitation
25.46 Top-up promotion
%
Monitoring and evaluation
Water
62.82
% Soap

Gambar 0 9 Persentase biaya total CTPS di tatanan sekolah

RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN 109
110
Table 0-18 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
3,459.802 100.00% Total 89.718 159.732 235.640 317.819 405.726 400.064 423.995 448.988 475.257 502.863
178.305 5.15% Investment costs 26.674 28.184 29.774 31.448 32.980 5.241 5.629 5.870 6.122 6.384
26.768 0.77% Coordination and facilitation 4.233 4.472 4.724 4.990 5.204 0.564 0.605 0.631 0.658 0.686
53.535 1.55% Promotion 8.465 8.944 9.449 9.980 10.407 1.127 1.210 1.262 1.316 1.373
13.384 0.39% Capacity building 2.116 2.236 2.362 2.495 2.602 0.282 0.303 0.316 0.329 0.343
84.618 2.45% Procurement and installaton of HWWS facility 11.860 12.531 13.238 13.983 14.767 3.269 3.510 3.661 3.818 3.981
226.893 6.56% Annual recurrent costs 4.360 9.098 14.239 19.807 25.780 27.303 28.927 30.634 32.429 34.315
63.873 1.85% Rehabilitation 1.186 2.475 3.873 5.387 7.025 7.563 8.141 8.751 9.396 10.076
108.680 3.14% Top-up promotion 2.116 4.416 6.911 9.613 12.503 13.160 13.857 14.589 15.356 16.159
54.340 1.57% Monitoring and evaluation 1.058 2.208 3.455 4.806 6.252 6.580 6.929 7.294 7.678 8.080
3,054.604 88.29% Annual consumables 58.684 122.450 191.627 266.564 346.966 367.519 389.439 412.483 436.706 462.164
881.008 25.46% Water 16.359 34.134 53.417 74.306 96.903 104.319 112.290 120.709 129.596 138.975
2,173.596 62.82% Soap 42.326 88.317 138.210 192.258 250.063 263.200 277.149 291.775 307.111 323.189

178.305 5.15% Investment costs 26.674 28.184 29.774 31.448 32.980 5.241 5.629 5.870 6.122 6.384
226.893 6.56% Annual recurrent costs 4.360 9.098 14.239 19.807 25.780 27.303 28.927 30.634 32.429 34.315
3,054.604 88.29% Annual consumables 58.684 122.450 191.627 266.564 346.966 367.519 389.439 412.483 436.706 462.164

Tabel 0-19 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR)
1100 Aceh 82.14 2.37% 2.18 3.86 5.68 7.65 9.79 9.53 10.04 10.57 11.13 11.71
1200 Sumatera Utara 278.31 8.04% 7.42 13.12 19.31 26.00 33.20 32.12 33.95 35.78 37.70 39.72
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

1300 Sumatera Barat 86.27 2.49% 2.27 4.02 5.93 7.99 10.20 9.99 10.55 11.14 11.76 12.41
1400 Riau 103.57 2.99% 2.71 4.82 7.10 9.58 12.22 12.00 12.68 13.39 14.14 14.93
1500 Jambi 46.97 1.36% 1.22 2.18 3.21 4.33 5.53 5.44 5.76 6.08 6.43 6.79
1600 Sumatera Selatan 112.17 3.24% 2.91 5.19 7.65 10.32 13.17 12.98 13.75 14.55 15.39 16.27
1700 Bengkulu 28.20 0.82% 0.74 1.31 1.93 2.60 3.32 3.26 3.45 3.65 3.86 4.08
1800 Lampung 96.68 2.79% 2.47 4.42 6.54 8.83 11.28 11.19 11.87 12.59 13.34 14.13
1900 Kep. Bangka Belitung 13.29 0.38% 0.32 0.58 0.86 1.17 1.49 1.52 1.64 1.77 1.90 2.04
2100 Kep. Riau 38.98 1.13% 1.02 1.81 2.67 3.60 4.60 4.52 4.77 5.04 5.32 5.62
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR)
3100 DKI Jakarta 92.09 2.66% 2.27 4.09 6.07 8.21 10.48 10.43 11.31 12.16 13.06 14.00
3200 Jawa Barat 639.00 18.47% 16.66 29.59 43.62 58.80 75.06 73.93 78.26 82.82 87.61 92.64
3300 Jawa Tengah 318.52 9.21% 8.00 14.38 21.29 28.78 36.73 36.81 39.21 41.74 44.39 47.19
3400 DI Yogyakarta 27.36 0.79% 0.67 1.20 1.78 2.41 3.07 3.14 3.38 3.63 3.90 4.18
3500 Jawa Timur 381.13 11.02% 9.77 17.45 25.79 34.81 44.44 44.10 46.79 49.63 52.61 55.74
3600 Banten 142.63 4.12% 3.69 6.56 9.67 13.05 16.65 16.47 17.48 18.55 19.66 20.84
5100 Bali 40.07 1.16% 1.00 1.78 2.63 3.55 4.53 4.59 4.93 5.30 5.68 6.08
5200 Nusa Tenggara Barat 65.33 1.89% 1.70 3.02 4.45 6.00 7.65 7.55 8.01 8.48 8.98 9.50
5300 Nusa Tenggara Timur 104.25 3.01% 2.72 4.84 7.14 9.62 12.29 12.09 12.77 13.49 14.25 15.05
6100 Kalimantan Barat 97.87 2.83% 2.57 4.56 6.73 9.07 11.58 11.35 11.98 12.64 13.33 14.06
6200 Kalimantan Tengah 44.49 1.29% 1.18 2.09 3.07 4.14 5.28 5.16 5.44 5.73 6.04 6.37
6300 Kalimantan Selatan 34.90 1.01% 0.87 1.57 2.32 3.13 3.99 4.02 4.30 4.59 4.90 5.22
6400 Kalimantan Timur 54.98 1.59% 1.41 2.51 3.71 5.01 6.40 6.36 6.75 7.17 7.61 8.07
6500 Kalimantan Utara 12.10 0.35% 0.32 0.56 0.83 1.12 1.43 1.40 1.48 1.57 1.65 1.74
7100 Sulawesi Utara 36.49 1.05% 0.96 1.70 2.50 3.36 4.29 4.22 4.46 4.72 4.99 5.28
7200 Sulawesi Tengah 46.84 1.35% 1.24 2.20 3.24 4.36 5.56 5.43 5.73 6.03 6.36 6.70
7300 Sulawesi Selatan 114.99 3.32% 2.96 5.28 7.80 10.53 13.44 13.31 14.11 14.96 15.84 16.77
7400 Sulawesi Tenggara 50.83 1.47% 1.35 2.38 3.51 4.73 6.04 5.89 6.21 6.55 6.90 7.26
7500 Gorontalo 17.16 0.50% 0.45 0.80 1.18 1.59 2.03 1.99 2.10 2.22 2.34 2.47
7600 Sulawesi Barat 23.61 0.68% 0.63 1.11 1.64 2.20 2.81 2.74 2.89 3.04 3.20 3.36
8100 Maluku 41.21 1.19% 1.08 1.92 2.82 3.81 4.86 4.77 5.05 5.33 5.63 5.95
8200 Maluku Utara 24.06 0.70% 0.63 1.12 1.65 2.22 2.83 2.79 2.95 3.12 3.29 3.48
9100 Papua Barat 32.28 0.93% 0.87 1.53 2.26 3.04 3.88 3.75 3.94 4.13 4.34 4.55
9400 Papua 131.04 3.79% 3.49 6.17 9.08 12.23 15.62 15.20 16.00 16.85 17.73 18.66
INDONESIA 3,459.80 100.00% 89.72 159.73 235.64 317.82 405.73 400.06 423.99 448.99 475.26 502.86
111
Jawa Barat tetap memiliki kebutuhan biaya tertinggi di tatanan sekolah, yaitu sebesar 639 miliar rupiah, disusul
Jawa Timur yang membutuhkan biaya 381 miliar rupiah. Provinsi Kalimantan Utara masih memiliki kebutuhan biaya
terendah, yaitu hanya 12 miliar rupiah.

Tabel berikut merangkum hasil perhitungan biaya CTPS tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia.

B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan CTPS tatanan sekolah menjadi 4,4 triliun rupiah
(nilai tengah), total biaya peningkatan layanan dari layanan terbatas dan tanpa layanan ke layanan dasar.

Grafik berikut menggambarkan biaya tahunan CTPS di tatanan sekolah.

700

600

500

400

300

200

100

0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and facilitation Promotion


Capacity building Procurement and installaton of HWWS facility
Rehabilitation Top-up promotion
Monitoring and evaluation Water
Soap

Gambar 0 10 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

1.23% 3.46
%
0.62
% 0.31% 2.61%
2.50
% 1.25
%
Coordination and facilitation
Promotion

Capacity building
Procurement and installaton of HWWS facility

Rehabilitation
Top-up promotion
50.01
% Monitoring and evaluation

38.01 Water
% Soap

Tabel 0 20 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

112 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

Tabel 0-20 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
4,345.892 100.00% Total 114.154 201.242 295.655 397.865 507.425 499.747 531.289 564.238 598.905 635.373
243.956 5.61% Investment costs 35.876 37.906 40.045 42.297 44.437 7.777 8.352 8.710 9.084 9.473
26.768 0.62% Coordination and facilitation 4.233 4.472 4.724 4.990 5.204 0.564 0.605 0.631 0.658 0.686
53.535 1.23% Promotion 8.465 8.944 9.449 9.980 10.407 1.127 1.210 1.262 1.316 1.373
13.384 0.31% Capacity building 2.116 2.236 2.362 2.495 2.602 0.282 0.303 0.316 0.329 0.343
150.270 3.46% Procurement and installaton of HWWS facility 21.062 22.254 23.509 24.831 26.224 5.805 6.234 6.501 6.780 7.071
276.450 6.36% Annual recurrent costs 5.281 11.018 17.243 23.986 31.231 33.171 35.244 37.424 39.719 42.132
113.430 2.61% Rehabilitation 2.106 4.395 6.877 9.567 12.476 13.431 14.457 15.541 16.685 17.893
108.680 2.50% Top-up promotion 2.116 4.416 6.911 9.613 12.503 13.160 13.857 14.589 15.356 16.159
54.340 1.25% Monitoring and evaluation 1.058 2.208 3.455 4.806 6.252 6.580 6.929 7.294 7.678 8.080
3,825.486 88.03% Annual consumables 72.998 152.317 238.367 331.582 431.757 458.799 487.693 518.103 550.103 583.767
1,651.890 38.01% Water 30.672 64.001 100.157 139.324 181.694 195.598 210.545 226.329 242.992 260.579
2,173.596 50.01% Soap 42.326 88.317 138.210 192.258 250.063 263.200 277.149 291.775 307.111 323.189

243.956 5.61% Investment costs 35.876 37.906 40.045 42.297 44.437 7.777 8.352 8.710 9.084 9.473
276.450 6.36% Annual recurrent costs 5.281 11.018 17.243 23.986 31.231 33.171 35.244 37.424 39.719 42.132
3,825.486 88.03% Annual consumables 72.998 152.317 238.367 331.582 431.757 458.799 487.693 518.103 550.103 583.767

Tabel 0-21 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
1100 Aceh 107.31 2.47% 2.90 5.08 7.45 10.01 12.78 12.39 13.07 13.78 14.53 15.31
1200 Sumatera Utara 364.40 8.38% 9.88 17.31 25.36 34.08 43.45 41.85 44.31 46.76 49.34 52.05
1300 Sumatera Barat 110.95 2.55% 2.96 5.20 7.63 10.26 13.09 12.79 13.54 14.32 15.14 16.01
1400 Riau 131.26 3.02% 3.48 6.13 9.00 12.11 15.45 15.13 16.03 16.97 17.96 19.00
1500 Jambi 59.15 1.36% 1.56 2.75 4.04 5.44 6.93 6.82 7.23 7.66 8.12 8.60
1600 Sumatera Selatan 141.41 3.25% 3.72 6.56 9.64 12.97 16.54 16.28 17.29 18.34 19.46 20.63
1700 Bengkulu 36.13 0.83% 0.96 1.69 2.48 3.33 4.25 4.16 4.41 4.67 4.95 5.24
1800 Lampung 117.35 2.70% 3.03 5.37 7.90 10.65 13.58 13.51 14.39 15.32 16.29 17.32
1900 Kep. Bangka Belitung 15.68 0.36% 0.38 0.68 1.00 1.35 1.73 1.78 1.93 2.10 2.27 2.45
113

2100 Kep. Riau 49.40 1.14% 1.31 2.31 3.39 4.56 5.81 5.69 6.03 6.39 6.76 7.15
114

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
COST (IDR)
3100 DKI Jakarta 107.59 2.48% 2.65 4.73 6.99 9.44 12.04 12.04 13.21 14.31 15.47 16.70
3200 Jawa Barat 813.96 18.73% 21.52 37.86 55.56 74.73 95.30 93.70 99.43 105.48 111.84 118.53
3300 Jawa Tengah 376.72 8.67% 9.49 16.90 24.94 33.65 42.93 43.24 46.32 49.58 53.02 56.64
3400 DI Yogyakarta 32.26 0.74% 0.78 1.40 2.07 2.79 3.56 3.67 3.98 4.31 4.66 5.03
3500 Jawa Timur 467.32 10.75% 12.09 21.40 31.50 42.43 54.11 53.75 57.26 60.96 64.86 68.96
3600 Banten 180.55 4.15% 4.73 8.33 12.23 16.46 20.99 20.74 22.08 23.49 24.97 26.53
5100 Bali 49.35 1.14% 1.23 2.18 3.21 4.33 5.52 5.61 6.07 6.55 7.05 7.59
5200 Nusa Tenggara Barat 82.63 1.90% 2.17 3.83 5.62 7.56 9.64 9.50 10.10 10.73 11.39 12.08
5300 Nusa Tenggara Timur 130.51 3.00% 3.44 6.07 8.93 12.01 15.32 15.05 15.95 16.90 17.89 18.94
6100 Kalimantan Barat 124.44 2.86% 3.31 5.83 8.56 11.51 14.68 14.36 15.19 16.06 16.98 17.95
6200 Kalimantan Tengah 57.55 1.32% 1.55 2.71 3.98 5.35 6.82 6.64 7.02 7.41 7.82 8.25
6300 Kalimantan Selatan 42.19 0.97% 1.06 1.88 2.78 3.74 4.77 4.82 5.19 5.57 5.97 6.40
6400 Kalimantan Timur 67.39 1.55% 1.74 3.08 4.53 6.10 7.78 7.74 8.26 8.80 9.38 9.98
6500 Kalimantan Utara 15.24 0.35% 0.40 0.71 1.04 1.40 1.79 1.76 1.86 1.97 2.09 2.21
7100 Sulawesi Utara 47.20 1.09% 1.26 2.21 3.23 4.35 5.54 5.43 5.76 6.11 6.47 6.85
7200 Sulawesi Tengah 60.86 1.40% 1.64 2.88 4.21 5.66 7.22 7.02 7.42 7.83 8.26 8.72
7300 Sulawesi Selatan 141.71 3.26% 3.68 6.51 9.58 12.90 16.46 16.31 17.35 18.46 19.62 20.84
7400 Sulawesi Tenggara 65.78 1.51% 1.77 3.11 4.55 6.12 7.81 7.59 8.02 8.46 8.93 9.42
7500 Gorontalo 22.18 0.51% 0.59 1.04 1.53 2.05 2.62 2.56 2.70 2.86 3.02 3.20
7600 Sulawesi Barat 30.42 0.70% 0.82 1.44 2.11 2.84 3.62 3.51 3.71 3.91 4.12 4.34
8100 Maluku 52.39 1.21% 1.39 2.45 3.59 4.83 6.16 6.04 6.40 6.78 7.17 7.59
8200 Maluku Utara 30.44 0.70% 0.81 1.42 2.08 2.80 3.57 3.51 3.72 3.94 4.17 4.42
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

9100 Papua Barat 42.64 0.98% 1.17 2.04 2.99 4.02 5.12 4.93 5.19 5.45 5.72 6.01
9400 Papua 171.53 3.95% 4.65 8.14 11.93 16.03 20.44 19.81 20.89 22.01 23.20 24.44
INDONESIA 4,345.89 100.00% 114.15 201.24 295.66 397.87 507.42 499.75 531.29 564.24 598.91 635.37
Terlepas dari meningkatnya kebutuhan biaya untuk CTPS, tidak ada perubahan dalam urutan atau peringkat
kebutuhan pendanaan provinsi di bawah skenario berketahanan iklim.

Tabel berikut merangkum hasil perhitungan skenario berketahanan iklim.

TATANAN MADRASAH
A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Pada tahun 2025, dibutuhkan biayanya hampir 0,7 triliun rupiah untuk mencapai akses 100 persen di tatanan
madrasah. Seperti halnya tatanan sekolah, biaya ini mewakili total biaya untuk mengubah layanan dari terbatas (dan
tidak ada layanan) menjadi yang layanan dasar. Biaya ini dibagi ke dalam tiga komponen: belanja investasi 38 miliar
rupiah, biaya tahunan 44 miliar rupiah, dan bahan habis pakai 0,6 triliun rupiah.

Grafik di bawah ini menggambarkan biaya tahunan CTPS di tatanan madrasah.

120

100

80

60

40

20

0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and facilitation Promotion Capacity building


Procurement and installaton of HWWS facility Rehabilitation Top-up promotion
Monitoring and evaluation Water Soap

Gambar 0 12 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Sama seperti yang berlaku di tatanan sekolah, bahan habis pakai menyumbang 88 persen dari total biaya di
madrasah, dengan biaya investasi sebesar enam persen dan biaya tahunan hampir tujuh persen.

1.30% 3.37
0.65 %
% 2.64%
0.32%
2.57%
1.28%

Coordination and facilitation


Promotion
Capacity building
Procurement and installaton of HWWS facility
Rehabilitation
Top-up promotion
51.40%
Monitoring and evaluation
36.46% Water
Soap

Gambar 0 13 Persentase biaya total CTPS di tatanan madrasah

115
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
116
Tabel 0 22 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
679.736 100.00% Total 18.014 31.655 46.443 62.452 79.726 78.194 82.987 88.029 93.331 98.907
38.346 5.64% Investment costs 5.760 6.086 6.430 6.791 7.164 1.122 1.170 1.221 1.273 1.328
4.404 0.65% Coordination and facilitation 0.670 0.708 0.748 0.790 0.832 0.121 0.126 0.131 0.137 0.143
8.807 1.30% Promotion 1.340 1.415 1.495 1.579 1.663 0.241 0.252 0.263 0.274 0.286
2.202 0.32% Capacity building 0.335 0.354 0.374 0.395 0.416 0.060 0.063 0.066 0.068 0.071
22.934 3.37% Procurement and installaton of HWWS facility 3.416 3.610 3.813 4.028 4.254 0.700 0.730 0.761 0.794 0.828
44.172 6.50% Annual recurrent costs 0.844 1.761 2.756 3.834 4.998 5.308 5.635 5.978 6.340 6.720
17.968 2.64% Rehabilitation 0.342 0.713 1.116 1.552 2.024 2.154 2.292 2.437 2.589 2.750
17.469 2.57% Top-up promotion 0.335 0.699 1.094 1.521 1.983 2.102 2.228 2.361 2.500 2.646
8.735 1.28% Monitoring and evaluation 0.167 0.349 0.547 0.761 0.991 1.051 1.114 1.180 1.250 1.323
597.218 87.86% Annual consumables 11.410 23.807 37.257 51.827 67.564 71.763 76.182 80.830 85.718 90.860
247.838 36.46% Water 4.712 9.832 15.387 21.404 27.913 29.716 31.614 33.613 35.716 37.930
349.381 51.40% Soap 6.698 13.975 21.870 30.423 39.651 42.047 44.567 47.217 50.002 52.930

38.346 5.64% Investment costs 5.760 6.086 6.430 6.791 7.164 1.122 1.170 1.221 1.273 1.328
44.172 6.50% Annual recurrent costs 0.844 1.761 2.756 3.834 4.998 5.308 5.635 5.978 6.340 6.720
597.218 87.86% Annual consumables 11.410 23.807 37.257 51.827 67.564 71.763 76.182 80.830 85.718 90.860

Tabel 0 23 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
1100 Aceh 28.27 4.16% 0.77 1.35 1.97 2.65 3.39 3.27 3.44 3.62 3.81 4.00
1200 Sumatera Utara 57.33 8.43% 1.56 2.73 4.01 5.38 6.87 6.64 6.98 7.34 7.71 8.11
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

1300 Sumatera Barat 16.12 2.37% 0.44 0.77 1.12 1.51 1.93 1.87 1.96 2.06 2.17 2.28
1400 Riau 15.88 2.34% 0.43 0.75 1.10 1.47 1.88 1.83 1.94 2.05 2.16 2.28
1500 Jambi 11.29 1.66% 0.30 0.53 0.78 1.05 1.34 1.30 1.38 1.45 1.53 1.61
1600 Sumatera Selatan 17.00 2.50% 0.45 0.80 1.17 1.58 2.01 1.96 2.07 2.19 2.31 2.44
1700 Bengkulu 4.25 0.63% 0.11 0.20 0.29 0.40 0.51 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61
1800 Lampung 17.14 2.52% 0.45 0.79 1.16 1.56 2.00 1.97 2.10 2.23 2.37 2.52
1900 Kep. Bangka Belitung 1.32 0.19% 0.03 0.06 0.09 0.12 0.15 0.15 0.16 0.17 0.18 0.20
2100 Kep. Riau 2.09 0.31% 0.05 0.10 0.14 0.19 0.24 0.24 0.26 0.27 0.29 0.31
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
3100 DKI Jakarta 13.47 1.98% 0.34 0.60 0.88 1.19 1.51 1.53 1.65 1.78 1.92 2.06
3200 Jawa Barat 141.48 20.81% 3.78 6.65 9.75 13.11 16.73 16.32 17.26 18.24 19.28 20.37
3300 Jawa Tengah 71.23 10.48% 1.82 3.21 4.71 6.34 8.09 8.12 8.73 9.37 10.06 10.77
3400 DI Yogyakarta 2.76 0.41% 0.07 0.12 0.17 0.24 0.30 0.31 0.34 0.37 0.40 0.44
3500 Jawa Timur 128.08 18.84% 3.35 5.90 8.65 11.63 14.85 14.68 15.66 16.69 17.77 18.91
3600 Banten 37.29 5.49% 1.00 1.76 2.58 3.46 4.42 4.30 4.55 4.80 5.07 5.35
5100 Bali 2.15 0.32% 0.06 0.10 0.14 0.19 0.25 0.25 0.26 0.28 0.30 0.32
5200 Nusa Tenggara Barat 19.67 2.89% 0.52 0.91 1.34 1.80 2.30 2.26 2.40 2.55 2.71 2.88
5300 Nusa Tenggara Timur 4.26 0.63% 0.11 0.20 0.30 0.40 0.51 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61
6100 Kalimantan Barat 11.41 1.68% 0.30 0.54 0.79 1.06 1.35 1.32 1.39 1.47 1.55 1.64
6200 Kalimantan Tengah 6.23 0.92% 0.17 0.29 0.43 0.57 0.73 0.72 0.76 0.81 0.85 0.90
6300 Kalimantan Selatan 9.43 1.39% 0.24 0.43 0.62 0.84 1.07 1.07 1.15 1.24 1.33 1.42
6400 Kalimantan Timur 4.41 0.65% 0.11 0.20 0.29 0.40 0.51 0.50 0.54 0.58 0.62 0.66
6500 Kalimantan Utara 0.63 0.09% 0.02 0.03 0.04 0.06 0.07 0.07 0.08 0.08 0.09 0.09
7100 Sulawesi Utara 2.60 0.38% 0.07 0.12 0.18 0.24 0.31 0.30 0.32 0.34 0.35 0.38
7200 Sulawesi Tengah 7.57 1.11% 0.21 0.36 0.53 0.71 0.91 0.88 0.92 0.97 1.02 1.07
7300 Sulawesi Selatan 16.25 2.39% 0.43 0.75 1.10 1.48 1.89 1.87 1.99 2.11 2.24 2.38
7400 Sulawesi Tenggara 7.46 1.10% 0.20 0.36 0.52 0.70 0.89 0.86 0.91 0.95 1.00 1.05
7500 Gorontalo 3.19 0.47% 0.09 0.15 0.22 0.30 0.38 0.37 0.39 0.41 0.43 0.45
7600 Sulawesi Barat 4.58 0.67% 0.12 0.22 0.32 0.43 0.55 0.53 0.56 0.59 0.62 0.65
8100 Maluku 4.90 0.72% 0.13 0.23 0.34 0.46 0.58 0.57 0.60 0.63 0.66 0.70
8200 Maluku Utara 4.64 0.68% 0.13 0.22 0.32 0.44 0.56 0.54 0.57 0.59 0.63 0.66
9100 Papua Barat 1.81 0.27% 0.05 0.08 0.12 0.17 0.21 0.21 0.22 0.23 0.25 0.26
9400 Papua 3.53 0.52% 0.10 0.17 0.25 0.33 0.42 0.41 0.43 0.45 0.48 0.50
INDONESIA 679.74 100.00% 18.01 31.65 46.44 62.45 79.73 78.19 82.99 88.03 93.33 98.91
117
Jawa Barat dan Jawa Timur tetap memiliki kebutuhanbiaya tertinggi, sedangkan Kalimantan Utara memiliki
kebutuhan biaya terendah, yaitu 0,63 miliar rupiah.

Tabel berikut merangkum hasil perhitungan biaya CTPS tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia.

B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan menjadi 0,9 triliun rupiah (nilai tengah), yang
mewakili total biaya peningkatan layanan dari layanan terbatas dan tanpa layanan ke layanan dasar.

Gambar berikut menggambarkan biaya tahunan CTPS di tatanan madrasah.

160

140

120

100

80

60

40

20

0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and facilitation Promotion Capacity building


Procurement and installaton of HWWS facility Rehabilitation Top-up promotion
Monitoring and evaluation Water Soap

Gambar 0 14 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

0.95%
4.39
%
3.44
0.47% 0.24% 1.88
%
%
0.94%
Coordination and facilitation
Promotion
Capacity building
37.64
% Procurement and installaton of HWWS facility
Rehabilitation
Top-up promotion
Monitoring and evaluation
Water
Soap
50.06
%

Gambar 0 15 Persentase biaya total CTPS di tatanan madrasah (berketahanan iklim)

118 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

Tabel 0 24 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
928.329 100.00% Total 25.053 43.612 63.731 85.509 109.020 106.410 112.994 119.921 127.208 134.871
56.140 6.05% Investment costs 8.411 8.887 9.388 9.916 10.464 1.665 1.737 1.811 1.889 1.970
4.404 0.47% Coordination and facilitation 0.670 0.708 0.748 0.790 0.832 0.121 0.126 0.131 0.137 0.143
8.807 0.95% Promotion 1.340 1.415 1.495 1.579 1.663 0.241 0.252 0.263 0.274 0.286
2.202 0.24% Capacity building 0.335 0.354 0.374 0.395 0.416 0.060 0.063 0.066 0.068 0.071
40.727 4.39% Procurement and installaton of HWWS facility 6.067 6.410 6.772 7.153 7.554 1.243 1.296 1.352 1.410 1.470
58.113 6.26% Annual recurrent costs 1.109 2.314 3.621 5.037 6.568 6.979 7.413 7.869 8.349 8.853
31.909 3.44% Rehabilitation 0.607 1.266 1.981 2.756 3.594 3.826 4.070 4.328 4.598 4.883
17.469 1.88% Top-up promotion 0.335 0.699 1.094 1.521 1.983 2.102 2.228 2.361 2.500 2.646
8.735 0.94% Monitoring and evaluation 0.167 0.349 0.547 0.761 0.991 1.051 1.114 1.180 1.250 1.323
814.076 87.69% Annual consumables 15.533 32.411 50.721 70.555 91.988 97.765 103.844 110.241 116.970 124.048
464.696 50.06% Water 8.835 18.435 28.850 40.133 52.337 55.718 59.277 63.024 66.968 71.118
349.381 37.64% Soap 6.698 13.975 21.870 30.423 39.651 42.047 44.567 47.217 50.002 52.930

56.140 6.05% Investment costs 8.411 8.887 9.388 9.916 10.464 1.665 1.737 1.811 1.889 1.970
58.113 6.26% Annual recurrent costs 1.109 2.314 3.621 5.037 6.568 6.979 7.413 7.869 8.349 8.853
814.076 87.69% Annual consumables 15.533 32.411 50.721 70.555 91.988 97.765 103.844 110.241 116.970 124.048

Tabel 0 25 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
1100 Aceh 38.70 4.17% 1.07 1.86 2.72 3.64 4.65 4.47 4.70 4.94 5.20 5.46
1200 Sumatera Utara 79.02 8.51% 2.19 3.80 5.55 7.45 9.49 9.12 9.59 10.08 10.60 11.15
1300 Sumatera Barat 22.12 2.38% 0.61 1.06 1.55 2.08 2.65 2.55 2.69 2.82 2.97 3.13
1400 Riau 21.70 2.34% 0.59 1.03 1.51 2.02 2.58 2.50 2.64 2.79 2.95 3.11
1500 Jambi 15.44 1.66% 0.42 0.74 1.08 1.45 1.84 1.78 1.88 1.98 2.09 2.20
1600 Sumatera Selatan 23.23 2.50% 0.63 1.10 1.61 2.16 2.75 2.67 2.82 2.99 3.16 3.33
1700 Bengkulu 5.85 0.63% 0.16 0.28 0.41 0.55 0.70 0.67 0.71 0.75 0.79 0.83
1800 Lampung 23.12 2.49% 0.62 1.08 1.57 2.11 2.69 2.64 2.82 3.00 3.19 3.39
1900 Kep. Bangka Belitung 1.80 0.19% 0.05 0.08 0.12 0.16 0.21 0.21 0.22 0.23 0.25 0.27
119

2100 Kep. Riau 2.87 0.31% 0.08 0.13 0.19 0.26 0.33 0.33 0.35 0.38 0.40 0.43
120
TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR)
3100 DKI Jakarta 18.47 1.99% 0.48 0.83 1.22 1.63 2.08 2.09 2.26 2.44 2.63 2.83
3200 Jawa Barat 193.76 20.87% 5.28 9.19 13.42 18.00 22.95 22.27 23.56 24.91 26.34 27.84
3300 Jawa Tengah 96.14 10.36% 2.50 4.36 6.38 8.56 10.92 10.91 11.75 12.63 13.57 14.55
3400 DI Yogyakarta 3.71 0.40% 0.09 0.16 0.24 0.32 0.40 0.42 0.46 0.50 0.54 0.59
3500 Jawa Timur 174.77 18.83% 4.66 8.11 11.86 15.91 20.28 19.96 21.30 22.72 24.21 25.78
3600 Banten 51.07 5.50% 1.39 2.43 3.55 4.76 6.06 5.87 6.21 6.56 6.93 7.31
5100 Bali 2.96 0.32% 0.08 0.14 0.20 0.27 0.34 0.34 0.36 0.39 0.41 0.44
5200 Nusa Tenggara Barat 26.96 2.90% 0.72 1.26 1.84 2.47 3.15 3.08 3.28 3.49 3.71 3.94
5300 Nusa Tenggara Timur 5.81 0.63% 0.16 0.28 0.40 0.54 0.69 0.67 0.71 0.75 0.79 0.83
6100 Kalimantan Barat 15.52 1.67% 0.42 0.74 1.08 1.44 1.84 1.78 1.89 2.00 2.11 2.23
6200 Kalimantan Tengah 8.46 0.91% 0.23 0.40 0.58 0.78 1.00 0.97 1.03 1.09 1.16 1.23
6300 Kalimantan Selatan 12.85 1.38% 0.34 0.58 0.85 1.15 1.46 1.46 1.57 1.69 1.81 1.94
6400 Kalimantan Timur 6.01 0.65% 0.16 0.28 0.40 0.54 0.69 0.68 0.73 0.79 0.84 0.90
6500 Kalimantan Utara 0.85 0.09% 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.10 0.10 0.11 0.12 0.13
7100 Sulawesi Utara 3.58 0.39% 0.10 0.17 0.25 0.33 0.42 0.41 0.44 0.46 0.49 0.51
7200 Sulawesi Tengah 10.44 1.12% 0.29 0.50 0.73 0.98 1.25 1.20 1.27 1.33 1.40 1.48
7300 Sulawesi Selatan 21.92 2.36% 0.59 1.02 1.49 2.00 2.55 2.51 2.67 2.84 3.03 3.22
7400 Sulawesi Tenggara 10.23 1.10% 0.28 0.49 0.72 0.96 1.23 1.18 1.24 1.31 1.37 1.44
7500 Gorontalo 4.37 0.47% 0.12 0.21 0.31 0.41 0.52 0.50 0.53 0.56 0.59 0.62
7600 Sulawesi Barat 6.28 0.68% 0.17 0.30 0.44 0.59 0.75 0.72 0.76 0.80 0.84 0.89
8100 Maluku 6.62 0.71% 0.18 0.32 0.46 0.62 0.79 0.76 0.80 0.85 0.89 0.94
8200 Maluku Utara 6.40 0.69% 0.18 0.31 0.45 0.60 0.77 0.74 0.78 0.82 0.86 0.90
9100 Papua Barat 2.47 0.27% 0.07 0.12 0.17 0.23 0.29 0.28 0.30 0.32 0.34 0.36
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

9400 Papua 4.83 0.52% 0.13 0.23 0.34 0.45 0.58 0.56 0.59 0.62 0.65 0.69
INDONESIA 928.33 100.00% 25.05 43.61 63.73 85.51 109.02 106.41 112.99 119.92 127.21 134.87
Dengan pengecualian adanya peningkatan kebutuhan biaya CTPS, urutan kebutuhan provinsi untuk skenario
berketahanan iklim tetap tidak berubah.

Tabel di bawah ini merangkum perhitungan skenario berketahanan iklim per provinsi.

TATANAN FASILITAS KESEHATAN


A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Biayanya hampir 1,5 triliun rupiah dibutuhkan untuk mencapai akses universal CTPS ke tingkat layanan dasar pada
tahun 2025. Fasilitas CTPS dalam radius 5 meter dari toilet diharapkan dapat ditambahkan di setiap puskesmas
untuk mencapai tingkat layanan dasar tersebut. Tidak ada asumsi pertumbuhan fasilitas kesehatan, jadi pada saat
akses 100 persen tercapai, tidak akan ada biaya investasi tambahan. Biaya ini dibagi menjadi tiga kategori utama:
biaya investasi sebesar 50 miliar rupiah, biaya tahunan sebesar 278 miliar rupiah, dan bahan habis pakai sebesar
1,1 triliun rupiah.

Biaya CTPS di fasilitas kesehatan digambarkan dalam diagram di bawah ini.

350

300

250

200

150

100

50

-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and facilitation Promotion Capacity building


Procurement and installaton of HWWS facility Rehabilitation Top-up promotion
Monitoring and evaluation Water Soap

Gambar 0 16 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Sebagian besar biaya dialokasikan untuk kebutuhan biaya bahan habis pakai. Biaya investasi hanya sebesar 4% dari
total biaya, sedangkan biaya tahunan berkisar di angka 19%.

0.55%
1.88% 1.55%
0.33%
0.65%

13.09
% Coordination and facilitation
Promotion
Capacity building
4.55% Procurement and installaton of HWWS facility
Rehabilitation
50.71% Top-up promotion
Monitoring and evaluation
Water
26.69% Soap

Gambar 0 17 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas kesehatan

121
RENCANA AKSI NASIONAL 20 2 2- 20 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
122
Tabel 0 26 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
1,446.187 100.00% Total 26.468 50.592 74.038 99.403 126.809 145.632 177.189 211.184 247.768 287.102
49.237 3.40% Investment costs 9.274 9.552 9.839 10.134 10.438 - - - - -
9.452 0.65% Coordination and facilitation 1.780 1.834 1.889 1.945 2.004 - - - - -
27.123 1.88% Promotion 5.109 5.262 5.420 5.582 5.750 - - - - -
4.726 0.33% Capacity building 0.890 0.917 0.944 0.973 1.002 - - - - -
7.937 0.55% Procurement and installaton of HWWS facility 1.495 1.540 1.586 1.634 1.683 - - - - -
277.539 19.19% Annual recurrent costs 1.454 8.212 12.846 17.862 23.285 29.141 35.455 42.257 49.578 57.448
22.364 1.55% Rehabilitation 0.314 0.656 1.026 1.427 1.860 2.327 2.832 3.375 3.960 4.588
189.308 13.09% Top-up promotion 0.923 5.603 8.765 12.188 15.889 19.884 24.193 28.834 33.829 39.200
65.867 4.55% Monitoring and evaluation 0.217 1.953 3.055 4.247 5.537 6.929 8.431 10.048 11.789 13.660
1,119.411 77.40% Annual consumables 15.739 32.828 51.353 71.407 93.086 116.492 141.734 168.927 198.191 229.654
386.004 26.69% Water 5.427 11.320 17.708 24.623 32.098 40.170 48.874 58.251 68.342 79.191
733.407 50.71% Soap 10.312 21.508 33.645 46.784 60.987 76.322 92.860 110.676 129.849 150.463

49.237 3.40% Investment costs 9.274 9.552 9.839 10.134 10.438 - - - - -


277.539 19.19% Annual recurrent costs 1.454 8.212 12.846 17.862 23.285 29.141 35.455 42.257 49.578 57.448
1,119.411 77.40% Annual consumables 15.739 32.828 51.353 71.407 93.086 116.492 141.734 168.927 198.191 229.654

Tabel 0 27 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
1100 Aceh 44.301 3.06% 0.830 1.568 2.285 3.061 3.899 4.449 5.414 6.452 7.570 8.772
1200 Sumatera Utara 80.112 5.54% 1.468 2.804 4.103 5.508 7.026 8.067 9.814 11.697 13.724 15.902
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

1300 Sumatera Barat 43.113 2.98% 0.744 1.466 2.168 2.927 3.747 4.368 5.315 6.335 7.432 8.612
1400 Riau 58.718 4.06% 0.893 1.884 2.847 3.889 5.016 6.021 7.325 8.731 10.243 11.869
1500 Jambi 32.476 2.25% 0.548 1.093 1.622 2.195 2.814 3.298 4.012 4.782 5.610 6.501
1600 Sumatera Selatan 69.557 4.81% 1.106 2.277 3.415 4.647 5.977 7.103 8.642 10.301 12.085 14.003
1700 Bengkulu 19.819 1.37% 0.385 0.714 1.034 1.380 1.754 1.983 2.412 2.875 3.373 3.908
1800 Lampung 52.853 3.65% 0.880 1.768 2.630 3.563 4.571 5.374 6.538 7.793 9.143 10.594
1900 Kep. Bangka Belitung 7.078 0.49% 0.140 0.257 0.372 0.495 0.628 0.707 0.860 1.025 1.202 1.393
2100 Kep. Riau 7.460 0.52% 0.169 0.292 0.411 0.539 0.678 0.732 0.890 1.061 1.245 1.443
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
3100 DKI Jakarta 25.652 1.77% 0.658 1.074 1.478 1.915 2.387 2.471 3.007 3.584 4.204 4.872
3200 Jawa Barat 83.480 5.77% 1.938 3.304 4.632 6.069 7.620 8.164 9.933 11.838 13.889 16.094
3300 Jawa Tengah 171.825 11.88% 2.828 5.715 8.520 11.555 14.835 17.490 21.280 25.363 29.757 34.481
3400 DI Yogyakarta 32.144 2.22% 0.496 1.039 1.565 2.135 2.751 3.291 4.005 4.773 5.600 6.489
3500 Jawa Timur 207.104 14.32% 3.356 6.839 10.223 13.885 17.842 21.113 25.688 30.616 35.920 41.623
3600 Banten 21.342 1.48% 0.452 0.804 1.146 1.516 1.916 2.113 2.571 3.064 3.595 4.166
5100 Bali 37.768 2.61% 0.568 1.206 1.826 2.496 3.221 3.876 4.716 5.621 6.595 7.642
5200 Nusa Tenggara Barat 21.991 1.52% 0.408 0.774 1.130 1.516 1.932 2.211 2.691 3.207 3.762 4.360
5300 Nusa Tenggara Timur 44.842 3.10% 0.842 1.589 2.315 3.100 3.948 4.503 5.478 6.530 7.661 8.877
6100 Kalimantan Barat 23.140 1.60% 0.508 0.888 1.258 1.658 2.091 2.280 2.774 3.307 3.880 4.495
6200 Kalimantan Tengah 44.396 3.07% 0.712 1.459 2.185 2.971 3.820 4.530 5.512 6.569 7.707 8.931
6300 Kalimantan Selatan 41.373 2.86% 0.700 1.394 2.068 2.798 3.586 4.200 5.110 6.090 7.146 8.280
6400 Kalimantan Timur 25.024 1.73% 0.471 0.888 1.293 1.731 2.204 2.512 3.056 3.643 4.274 4.952
6500 Kalimantan Utara 6.559 0.45% 0.130 0.239 0.345 0.459 0.582 0.655 0.796 0.949 1.114 1.291
7100 Sulawesi Utara 16.120 1.11% 0.366 0.630 0.887 1.165 1.465 1.581 1.924 2.293 2.691 3.118
7200 Sulawesi Tengah 34.919 2.41% 0.578 1.164 1.734 2.351 3.017 3.553 4.322 5.152 6.044 7.004
7300 Sulawesi Selatan 67.512 4.67% 1.194 2.323 3.420 4.607 5.890 6.823 8.302 9.894 11.608 13.451
7400 Sulawesi Tenggara 37.647 2.60% 0.695 1.323 1.933 2.593 3.306 3.787 4.608 5.492 6.444 7.467
7500 Gorontalo 11.730 0.81% 0.218 0.413 0.603 0.809 1.031 1.179 1.435 1.710 2.006 2.325
7600 Sulawesi Barat 15.481 1.07% 0.261 0.521 0.773 1.046 1.341 1.572 1.913 2.280 2.674 3.099
8100 Maluku 10.803 0.75% 0.340 0.511 0.677 0.857 1.051 1.004 1.221 1.456 1.708 1.979
8200 Maluku Utara 10.904 0.75% 0.254 0.433 0.606 0.794 0.996 1.066 1.296 1.545 1.813 2.101
9100 Papua Barat 9.151 0.63% 0.283 0.428 0.569 0.722 0.887 0.853 1.038 1.237 1.452 1.682
9400 Papua 29.792 2.06% 1.047 1.512 1.964 2.453 2.979 2.703 3.288 3.919 4.598 5.328
INDONESIA 1,446.187 100.00% 26.468 50.592 74.038 99.403 126.809 145.632 177.189 211.184 247.768 287.102
123
Dua provinsi dengan kebutuhan biaya tertinggi untuk peningkatan akses CTPS di tatanan fasilitas kesehatan adalah
Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Kalimantan Utara tetap memiliki kebutuhan biaya terendah, yaitu hanya
6,6 miliar rupiah.

Tabel di bawah ini merangkum hasil perhitungan biaya CTPS di tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia.

B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan menjadi 1,8 triliun rupiah (nilai tengah).

Gambar di bawah ini menggambarkan biaya tahunan CTPS di fasilitas kesehatan.

400

350

300

250

200

150

100

50

-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and facilitation Promotion Capacity building


Procurement and installaton of HWWS facility Rehabilitation Top-up promotion
Monitoring and evaluation Water Soap

Gambar 0 18 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

0.79% 0.27
% 2.24%
0.53% 1.53%

10.64
%
Coordination and facilitation
Promotion
3.70
% Capacity building
41.24% Procurement and installaton of HWWS facility
Rehabilitation
Top-up promotion
Monitoring and evaluation
Water
Soap
39.07%

Gambar 0 19 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim)

124 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

Tabel 0 28 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
1,446.187 100.00% Total 26.468 50.592 74.038 99.403 126.809 145.632 177.189 211.184 247.768 287.102
49.237 3.40% Investment costs 9.274 9.552 9.839 10.134 10.438 - - - - -
9.452 0.65% Coordination and facilitation 1.780 1.834 1.889 1.945 2.004 - - - - -
27.123 1.88% Promotion 5.109 5.262 5.420 5.582 5.750 - - - - -
4.726 0.33% Capacity building 0.890 0.917 0.944 0.973 1.002 - - - - -
7.937 0.55% Procurement and installaton of HWWS facility 1.495 1.540 1.586 1.634 1.683 - - - - -
277.539 19.19% Annual recurrent costs 1.454 8.212 12.846 17.862 23.285 29.141 35.455 42.257 49.578 57.448
22.364 1.55% Rehabilitation 0.314 0.656 1.026 1.427 1.860 2.327 2.832 3.375 3.960 4.588
189.308 13.09% Top-up promotion 0.923 5.603 8.765 12.188 15.889 19.884 24.193 28.834 33.829 39.200
65.867 4.55% Monitoring and evaluation 0.217 1.953 3.055 4.247 5.537 6.929 8.431 10.048 11.789 13.660
1,119.411 77.40% Annual consumables 15.739 32.828 51.353 71.407 93.086 116.492 141.734 168.927 198.191 229.654
386.004 26.69% Water 5.427 11.320 17.708 24.623 32.098 40.170 48.874 58.251 68.342 79.191
733.407 50.71% Soap 10.312 21.508 33.645 46.784 60.987 76.322 92.860 110.676 129.849 150.463

49.237 3.40% Investment costs 9.274 9.552 9.839 10.134 10.438 - - - - -


277.539 19.19% Annual recurrent costs 1.454 8.212 12.846 17.862 23.285 29.141 35.455 42.257 49.578 57.448
1,119.411 77.40% Annual consumables 15.739 32.828 51.353 71.407 93.086 116.492 141.734 168.927 198.191 229.654

Tabel 0-29 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
1100 Aceh 54.470 3.06% 1.009 1.900 2.783 3.738 4.771 5.487 6.675 7.956 9.335 10.816
1200 Sumatera Utara 98.523 5.54% 1.786 3.400 5.000 6.731 8.601 9.947 12.102 14.424 16.923 19.609
1300 Sumatera Barat 53.050 2.98% 0.910 1.782 2.647 3.582 4.593 5.387 6.554 7.811 9.164 10.619
1400 Riau 72.324 4.07% 1.105 2.303 3.490 4.775 6.163 7.424 9.033 10.766 12.631 14.636
1500 Jambi 39.969 2.25% 0.672 1.330 1.982 2.688 3.451 4.066 4.947 5.897 6.918 8.016
1600 Sumatera Selatan 85.646 4.82% 1.363 2.778 4.181 5.698 7.338 8.759 10.657 12.702 14.902 17.268
1700 Bengkulu 24.360 1.37% 0.466 0.864 1.258 1.684 2.145 2.445 2.974 3.545 4.159 4.820
1800 Lampung 65.053 3.66% 1.080 2.152 3.215 4.364 5.606 6.626 8.062 9.609 11.274 13.063
1900 Kep. Bangka Belitung 8.699 0.49% 0.169 0.311 0.452 0.604 0.768 0.871 1.060 1.263 1.482 1.718
125

2100 Kep. Riau 9.154 0.51% 0.203 0.350 0.497 0.655 0.826 0.902 1.098 1.309 1.535 1.779
126
TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
3100 DKI Jakarta 31.431 1.77% 0.782 1.284 1.781 2.319 2.899 3.047 3.708 4.419 5.184 6.007
3200 Jawa Barat 102.414 5.76% 2.317 3.966 5.601 7.368 9.278 10.067 12.248 14.598 17.127 19.845
3300 Jawa Tengah 211.509 11.89% 3.475 6.962 10.419 14.159 18.200 21.567 26.241 31.275 36.693 42.518
3400 DI Yogyakarta 39.588 2.23% 0.614 1.269 1.918 2.620 3.380 4.059 4.938 5.885 6.905 8.001
3500 Jawa Timur 254.969 14.34% 4.129 8.337 12.507 17.020 21.896 26.034 31.676 37.753 44.293 51.324
3600 Banten 26.210 1.47% 0.543 0.968 1.390 1.846 2.338 2.606 3.170 3.779 4.433 5.137
5100 Bali 46.524 2.62% 0.703 1.474 2.238 3.065 3.959 4.780 5.816 6.932 8.132 9.423
5200 Nusa Tenggara Barat 27.042 1.52% 0.496 0.938 1.377 1.852 2.365 2.727 3.318 3.954 4.639 5.376
5300 Nusa Tenggara Timur 55.135 3.10% 1.023 1.925 2.819 3.786 4.830 5.552 6.755 8.052 9.446 10.946
6100 Kalimantan Barat 28.406 1.60% 0.609 1.069 1.524 2.017 2.549 2.812 3.421 4.077 4.784 5.543
6200 Kalimantan Tengah 54.661 3.07% 0.877 1.780 2.674 3.642 4.688 5.586 6.796 8.100 9.504 11.012
6300 Kalimantan Selatan 50.916 2.86% 0.858 1.696 2.527 3.426 4.397 5.179 6.301 7.510 8.811 10.210
6400 Kalimantan Timur 30.767 1.73% 0.572 1.075 1.574 2.113 2.696 3.098 3.769 4.492 5.270 6.107
6500 Kalimantan Utara 8.061 0.45% 0.157 0.289 0.419 0.560 0.712 0.807 0.982 1.171 1.373 1.591
7100 Sulawesi Utara 19.782 1.11% 0.438 0.757 1.073 1.415 1.785 1.950 2.373 2.828 3.318 3.844
7200 Sulawesi Tengah 42.982 2.42% 0.709 1.418 2.120 2.880 3.701 4.381 5.330 6.353 7.453 8.636
7300 Sulawesi Selatan 83.054 4.67% 1.458 2.822 4.173 5.635 7.215 8.413 10.237 12.200 14.314 16.586
7400 Sulawesi Tenggara 46.295 2.60% 0.846 1.604 2.355 3.168 4.046 4.670 5.682 6.772 7.946 9.207
7500 Gorontalo 14.423 0.81% 0.265 0.501 0.735 0.988 1.262 1.454 1.769 2.109 2.474 2.867
7600 Sulawesi Barat 19.052 1.07% 0.320 0.634 0.945 1.281 1.645 1.938 2.358 2.811 3.298 3.821
8100 Maluku 13.199 0.74% 0.399 0.605 0.810 1.031 1.269 1.238 1.506 1.795 2.106 2.440
8200 Maluku Utara 13.376 0.75% 0.304 0.519 0.733 0.964 1.213 1.314 1.599 1.905 2.235 2.590
9100 Papua Barat 11.184 0.63% 0.333 0.508 0.681 0.869 1.071 1.052 1.280 1.526 1.790 2.074
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

9400 Papua 36.330 2.04% 1.224 1.783 2.339 2.939 3.586 3.333 4.055 4.833 5.670 6.570
INDONESIA 1,778.557 100.00% 32.217 61.356 90.236 121.482 155.243 179.578 218.491 260.410 305.521 354.023
Tidak ada perubahan dalam urutan atau peringkat kebutuhan pendanaan di provinsi untuk skenario berketahanan
iklim, selain peningkatan kebutuhan biaya CTPS.

Tabel berikut merangkum hasil perhitungan untuk skenario berketahanan iklim:

TATANAN FASILITAS UMUM


A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Dibutuhkan biayanya hampir 0,7 triliun rupiah untuk mencapai akses universal CTPS ke fasilitas umum pada tahun
2030. Biaya ini dibagi menjadi tiga bagian: investasi 78 miliar rupiah, biaya tahunan 89 miliar rupiah, dan bahan
habis pakai sebesar 0,5 triliun rupiah.

Biaya tahunan CTPS di fasilitas umum ditunjukkan pada grafik di bawah ini.

140

120

100

80

60

40

20

-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and facilitation Promotion Capacity building


Procurement and installaton of HWWS facility Rehabilitation Top-up promotion
Monitoring and evaluation Water Soap

Gambar 0 20 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Bahan habis pakai menyumbang 75% dari total biaya, dengan biaya investasi berkontribusi hampir 12% dan biaya
tahunan sebesar 13%.

1.68
7.12 0.84%
%
% 2.02%
1.12
%

9.82% Coordination and facilitation


Promotion
40.44 Capacity building
% 2.31% Procurement and installaton of HWWS facility
Rehabilitation
Top-up promotion
Monitoring and evaluation
Water
Soap
34.66
%

Gambar 0 21 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas umum

127
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
128
Tabel 0 30 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
668.224 100.00% Total 14.341 23.690 33.814 44.762 56.587 69.344 83.091 97.889 113.803 130.902
77.904 11.66% Investment costs 6.041 6.378 6.733 7.106 7.499 7.912 8.348 8.805 9.287 9.794
11.198 1.68% Coordination and facilitation 0.868 0.917 0.968 1.021 1.078 1.137 1.200 1.266 1.335 1.408
47.591 7.12% Promotion 3.691 3.896 4.113 4.341 4.581 4.834 5.099 5.379 5.674 5.983
5.599 0.84% Capacity building 0.434 0.458 0.484 0.511 0.539 0.569 0.600 0.633 0.667 0.704
13.516 2.02% Procurement and installaton of HWWS facility 1.048 1.107 1.168 1.233 1.301 1.373 1.448 1.528 1.611 1.699
88.515 13.25% Annual recurrent costs 1.245 2.596 4.061 5.646 7.361 9.211 11.207 13.358 15.672 18.159
7.455 1.12% Rehabilitation 0.105 0.219 0.342 0.476 0.620 0.776 0.944 1.125 1.320 1.529
65.621 9.82% Top-up promotion 0.923 1.924 3.010 4.186 5.457 6.829 8.309 9.903 11.618 13.462
15.440 2.31% Monitoring and evaluation 0.217 0.453 0.708 0.985 1.284 1.607 1.955 2.330 2.734 3.168
501.805 75.10% Annual consumables 7.056 14.716 23.020 32.010 41.728 52.220 63.536 75.726 88.844 102.948
231.602 34.66% Water 3.256 6.792 10.625 14.774 19.259 24.102 29.324 34.950 41.005 47.515
270.203 40.44% Soap 3.799 7.924 12.396 17.236 22.469 28.119 34.212 40.775 47.839 55.434

77.904 11.66% Investment costs 6.041 6.378 6.733 7.106 7.499 7.912 8.348 8.805 9.287 9.794
88.515 13.25% Annual recurrent costs 1.245 2.596 4.061 5.646 7.361 9.211 11.207 13.358 15.672 18.159
501.805 75.10% Annual consumables 7.056 14.716 23.020 32.010 41.728 52.220 63.536 75.726 88.844 102.948

Tabel 0 31 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
1100 Aceh 20.416 3.06% 0.438 0.724 1.033 1.368 1.729 2.119 2.539 2.991 3.477 3.999
1200 Sumatera Utara 37.013 5.54% 0.794 1.312 1.873 2.479 3.134 3.841 4.602 5.422 6.303 7.251
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

1300 Sumatera Barat 20.044 3.00% 0.430 0.711 1.014 1.343 1.697 2.080 2.492 2.936 3.414 3.926
1400 Riau 27.625 4.13% 0.593 0.979 1.398 1.851 2.339 2.867 3.435 4.047 4.705 5.412
1500 Jambi 15.131 2.26% 0.325 0.536 0.766 1.014 1.281 1.570 1.881 2.217 2.577 2.964
1600 Sumatera Selatan 32.593 4.88% 0.700 1.155 1.649 2.183 2.760 3.382 4.053 4.775 5.551 6.385
1700 Bengkulu 9.097 1.36% 0.195 0.323 0.460 0.609 0.770 0.944 1.131 1.333 1.549 1.782
1800 Lampung 24.657 3.69% 0.529 0.874 1.248 1.652 2.088 2.559 3.066 3.612 4.199 4.830
1900 Kep. Bangka Belitung 3.242 0.49% 0.070 0.115 0.164 0.217 0.275 0.336 0.403 0.475 0.552 0.635
2100 Kep. Riau 3.358 0.50% 0.072 0.119 0.170 0.225 0.284 0.348 0.418 0.492 0.572 0.658
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
3100 DKI Jakarta 11.339 1.70% 0.243 0.402 0.574 0.760 0.960 1.177 1.410 1.661 1.931 2.221
3200 Jawa Barat 37.459 5.61% 0.804 1.328 1.895 2.509 3.172 3.887 4.658 5.487 6.379 7.338
3300 Jawa Tengah 80.254 12.01% 1.722 2.845 4.061 5.376 6.796 8.328 9.979 11.756 13.668 15.721
3400 DI Yogyakarta 15.102 2.26% 0.324 0.535 0.764 1.012 1.279 1.567 1.878 2.212 2.572 2.958
3500 Jawa Timur 96.876 14.50% 2.079 3.434 4.902 6.489 8.204 10.053 12.046 14.191 16.499 18.978
3600 Banten 9.696 1.45% 0.208 0.344 0.491 0.649 0.821 1.006 1.206 1.420 1.651 1.899
5100 Bali 17.787 2.66% 0.382 0.631 0.900 1.191 1.506 1.846 2.212 2.606 3.029 3.484
5200 Nusa Tenggara Barat 10.147 1.52% 0.218 0.360 0.513 0.680 0.859 1.053 1.262 1.486 1.728 1.988
5300 Nusa Tenggara Timur 20.661 3.09% 0.443 0.732 1.045 1.384 1.750 2.144 2.569 3.027 3.519 4.047
6100 Kalimantan Barat 10.463 1.57% 0.225 0.371 0.529 0.701 0.886 1.086 1.301 1.533 1.782 2.050
6200 Kalimantan Tengah 20.786 3.11% 0.446 0.737 1.052 1.392 1.760 2.157 2.585 3.045 3.540 4.072
6300 Kalimantan Selatan 19.271 2.88% 0.414 0.683 0.975 1.291 1.632 2.000 2.396 2.823 3.282 3.775
6400 Kalimantan Timur 11.527 1.72% 0.247 0.409 0.583 0.772 0.976 1.196 1.433 1.689 1.963 2.258
6500 Kalimantan Utara 3.004 0.45% 0.064 0.106 0.152 0.201 0.254 0.312 0.373 0.440 0.512 0.588
7100 Sulawesi Utara 7.257 1.09% 0.156 0.257 0.367 0.486 0.615 0.753 0.902 1.063 1.236 1.422
7200 Sulawesi Tengah 16.301 2.44% 0.350 0.578 0.825 1.092 1.380 1.692 2.027 2.388 2.776 3.193
7300 Sulawesi Selatan 31.307 4.69% 0.672 1.110 1.584 2.097 2.651 3.249 3.893 4.586 5.332 6.133
7400 Sulawesi Tenggara 17.378 2.60% 0.373 0.616 0.879 1.164 1.472 1.803 2.161 2.546 2.960 3.404
7500 Gorontalo 5.411 0.81% 0.116 0.192 0.274 0.362 0.458 0.562 0.673 0.793 0.922 1.060
7600 Sulawesi Barat 7.213 1.08% 0.155 0.256 0.365 0.483 0.611 0.749 0.897 1.057 1.228 1.413
8100 Maluku 4.606 0.69% 0.099 0.163 0.233 0.309 0.390 0.478 0.573 0.675 0.784 0.902
8200 Maluku Utara 4.889 0.73% 0.105 0.173 0.247 0.328 0.414 0.507 0.608 0.716 0.833 0.958
9100 Papua Barat 3.915 0.59% 0.084 0.139 0.198 0.262 0.332 0.406 0.487 0.574 0.667 0.767
9400 Papua 12.401 1.86% 0.266 0.440 0.628 0.831 1.050 1.287 1.542 1.817 2.112 2.429
INDONESIA 668.224 100.00% 14.341 23.690 33.814 44.762 56.587 69.344 83.091 97.889 113.803 130.902
129
Jawa Timur dan Jawa Tengah memiliki kebutuhan biaya tertinggi untuk CTPS di tatanan fasilitas umum, sedangkan
Kalimantan Utara secara konsisten memiliki kebutuhan biaya terendah, yaitu hanya 3 miliar rupiah.

Hasil perhitungan biaya CTPS di tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia dirangkum di bawah ini.

B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan menjadi 839 miliar rupiah (nilai), dari kebutuhan
sebesar 0.7 triliun rupiah untuk skenario tidak berketahanan iklim.

Biaya tahunan CTPS dalam pengaturan fasilitas umum digambarkan dalam grafik di bawah ini.

180

160
140

120
100

80
60

40
20

-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and facilitation Promotion Capacity building


Procurement and installaton of HWWS facility Rehabilitation Top-up promotion
Monitoring and evaluation Water Soap

Gambar 0 22 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas umum
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

1.33%
5.67% 0.67%
2.86%
1.58%

7.82%
Coordination and facilitation
32.21% Promotion
1.84%
Capacity building
Procurement and installaton of HWWS facility
Rehabilitation
Top-up promotion
Monitoring and evaluation
Water
Soap

46.01%

Gambar 0 23 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim)

130 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

Tabel 0 32 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
838.936 100.00% Total 17.409 29.249 42.072 55.940 70.921 87.083 104.501 123.252 143.420 165.090
88.416 10.54% Investment costs 6.857 7.239 7.641 8.065 8.511 8.980 9.474 9.994 10.541 11.116
11.198 1.33% Coordination and facilitation 0.868 0.917 0.968 1.021 1.078 1.137 1.200 1.266 1.335 1.408
47.591 5.67% Promotion 3.691 3.896 4.113 4.341 4.581 4.834 5.099 5.379 5.674 5.983
5.599 0.67% Capacity building 0.434 0.458 0.484 0.511 0.539 0.569 0.600 0.633 0.667 0.704
24.029 2.86% Procurement and installaton of HWWS facility 1.863 1.967 2.077 2.192 2.313 2.440 2.575 2.716 2.865 3.021
94.314 11.24% Annual recurrent costs 1.326 2.766 4.327 6.016 7.843 9.815 11.942 14.233 16.698 19.349
13.253 1.58% Rehabilitation 0.186 0.389 0.608 0.845 1.102 1.379 1.678 2.000 2.346 2.719
65.621 7.82% Top-up promotion 0.923 1.924 3.010 4.186 5.457 6.829 8.309 9.903 11.618 13.462
15.440 1.84% Monitoring and evaluation 0.217 0.453 0.708 0.985 1.284 1.607 1.955 2.330 2.734 3.168
656.206 78.22% Annual consumables 9.226 19.244 30.104 41.859 54.567 68.288 83.086 99.026 116.181 134.625
386.004 46.01% Water 5.427 11.320 17.708 24.623 32.098 40.170 48.874 58.251 68.342 79.191
270.203 32.21% Soap 3.799 7.924 12.396 17.236 22.469 28.119 34.212 40.775 47.839 55.434

88.416 10.54% Investment costs 6.857 7.239 7.641 8.065 8.511 8.980 9.474 9.994 10.541 11.116
94.314 11.24% Annual recurrent costs 1.326 2.766 4.327 6.016 7.843 9.815 11.942 14.233 16.698 19.349
656.206 78.22% Annual consumables 9.226 19.244 30.104 41.859 54.567 68.288 83.086 99.026 116.181 134.625

Tabel 0 33 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah

TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
1100 Aceh 25.632 3.06% 0.532 0.894 1.285 1.709 2.167 2.661 3.193 3.766 4.382 5.044
1200 Sumatera Utara 46.468 5.54% 0.964 1.620 2.330 3.099 3.928 4.823 5.788 6.827 7.944 9.144
1300 Sumatera Barat 25.164 3.00% 0.522 0.877 1.262 1.678 2.127 2.612 3.135 3.697 4.302 4.952
1400 Riau 34.683 4.13% 0.720 1.209 1.739 2.313 2.932 3.600 4.320 5.095 5.929 6.825
1500 Jambi 18.997 2.26% 0.394 0.662 0.953 1.267 1.606 1.972 2.366 2.791 3.248 3.738
1600 Sumatera Selatan 40.919 4.88% 0.849 1.427 2.052 2.728 3.459 4.247 5.097 6.012 6.995 8.052
1700 Bengkulu 11.421 1.36% 0.237 0.398 0.573 0.762 0.965 1.186 1.423 1.678 1.952 2.247
1800 Lampung 30.957 3.69% 0.642 1.079 1.552 2.064 2.617 3.213 3.856 4.548 5.292 6.092
1900 Kep. Bangka Belitung 4.070 0.49% 0.084 0.142 0.204 0.271 0.344 0.423 0.507 0.598 0.696 0.801
131

2100 Kep. Riau 4.216 0.50% 0.087 0.147 0.211 0.281 0.356 0.438 0.525 0.619 0.721 0.830
132
TOTAL
CODE PROVINCE % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
C OST (IDR )
3100 DKI Jakarta 14.236 1.70% 0.295 0.496 0.714 0.949 1.203 1.478 1.773 2.091 2.434 2.801
3200 Jawa Barat 47.028 5.61% 0.976 1.640 2.358 3.136 3.976 4.882 5.858 6.909 8.040 9.254
3300 Jawa Tengah 100.756 12.01% 2.091 3.513 5.053 6.718 8.518 10.459 12.551 14.803 17.225 19.827
3400 DI Yogyakarta 18.960 2.26% 0.393 0.661 0.951 1.264 1.603 1.968 2.362 2.786 3.241 3.731
3500 Jawa Timur 121.625 14.50% 2.524 4.240 6.099 8.110 10.282 12.625 15.150 17.869 20.792 23.934
3600 Banten 12.173 1.45% 0.253 0.424 0.610 0.812 1.029 1.264 1.516 1.788 2.081 2.395
5100 Bali 22.331 2.66% 0.463 0.779 1.120 1.489 1.888 2.318 2.782 3.281 3.818 4.394
5200 Nusa Tenggara Barat 12.739 1.52% 0.264 0.444 0.639 0.849 1.077 1.322 1.587 1.872 2.178 2.507
5300 Nusa Tenggara Timur 25.939 3.09% 0.538 0.904 1.301 1.730 2.193 2.693 3.231 3.811 4.434 5.104
6100 Kalimantan Barat 13.136 1.57% 0.273 0.458 0.659 0.876 1.110 1.364 1.636 1.930 2.246 2.585
6200 Kalimantan Tengah 26.096 3.11% 0.542 0.910 1.309 1.740 2.206 2.709 3.251 3.834 4.461 5.135
6300 Kalimantan Selatan 24.194 2.88% 0.502 0.844 1.213 1.613 2.045 2.511 3.014 3.555 4.136 4.761
6400 Kalimantan Timur 14.471 1.72% 0.300 0.505 0.726 0.965 1.223 1.502 1.803 2.126 2.474 2.848
6500 Kalimantan Utara 3.771 0.45% 0.078 0.131 0.189 0.251 0.319 0.391 0.470 0.554 0.645 0.742
7100 Sulawesi Utara 9.110 1.09% 0.189 0.318 0.457 0.607 0.770 0.946 1.135 1.338 1.557 1.793
7200 Sulawesi Tengah 20.466 2.44% 0.425 0.714 1.026 1.365 1.730 2.124 2.549 3.007 3.499 4.027
7300 Sulawesi Selatan 39.305 4.69% 0.816 1.370 1.971 2.621 3.323 4.080 4.896 5.775 6.719 7.735
7400 Sulawesi Tenggara 21.818 2.60% 0.453 0.761 1.094 1.455 1.844 2.265 2.718 3.205 3.730 4.293
7500 Gorontalo 6.794 0.81% 0.141 0.237 0.341 0.453 0.574 0.705 0.846 0.998 1.161 1.337
7600 Sulawesi Barat 9.056 1.08% 0.188 0.316 0.454 0.604 0.766 0.940 1.128 1.330 1.548 1.782
8100 Maluku 5.782 0.69% 0.120 0.202 0.290 0.386 0.489 0.600 0.720 0.850 0.989 1.138
8200 Maluku Utara 6.138 0.73% 0.127 0.214 0.308 0.409 0.519 0.637 0.765 0.902 1.049 1.208
9100 Papua Barat 4.915 0.59% 0.102 0.171 0.246 0.328 0.416 0.510 0.612 0.722 0.840 0.967
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
RENCA NA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0

9400 Papua 15.569 1.86% 0.323 0.543 0.781 1.038 1.316 1.616 1.939 2.287 2.662 3.064
INDONESIA 838.936 100.00% 17.409 29.249 42.072 55.940 70.921 87.083 104.501 123.252 143.420 165.090
Sama seperti yang berlaku di tatanan lainnya, selain peningkatan kebutuhan biaya CTPS tidak ada perubahan
urutan atau peringkat kebutuhan pendanaan di provinsi tersebut untuk skenario berketahanan iklim.
Tabel berikut merangkum hasil perhitungan skenario berketahanan iklim:

MOBILISASI SUMBER DAYA


Hasil perhitungan mobilisasi sumber daya disajikan dalam bagian berikut, berdasarkan indikasi mobilisasi sumber
daya yang disajikan dalam Bab 6. Harap diingat bahwa ini hanya didasarkan pada skenario tidak berketahanan
iklim (nilai). Karena proporsi sumber daya potensial tetap tidak berubah untuk skenario berketahanan iklim, hasil
skenarion berketahanan iklim tidak ditampilkan di bagian ini.

Sama seperti hasil perhitungan untuk perkiraan kebutuhan biaya, hasil perhitungan indikasi mobilisasi sumber
daya berikut ini merupakan hasil dari Costing tool sehingga tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

TATANAN RUMAH TANGGA


Tabel dan gambar berikut menunjukkan potensi mobilisasi sumber daya untuk pengembangan CTPS nasional
di rumah tangga. Ini menunjukkan kontribusi besar dari pengguna (83%) untuk membiayai bahan habis pakai
tahunan dan investasi perangkat keras (termasuk rehabilitasi).

OTHERS
CENTRAL
TOTAL % COST CATEGORY PROV. GOV KAB/KOTA USER (NON-
GOV
GOVT)
43,161.513 100.00% Total 798.474 476.627 4,039.545 35,832.032 2,014.836
1.85% 1.10% 9.36% 83.02% 4.67%
5,269.573 12.21% Investment costs 371.987 249.167 940.406 3,512.853 195.159
160.753 0.37% Coordination and facilitation 4.019 16.075 140.659 - -
1,125.273 2.61% Promotion 112.527 225.055 787.691 - -
80.377 0.19% Capacity building 60.282 8.038 12.056 - -
3,903.170 Procurement and installaton of HWWS
9.04% 195.159 - - 3,512.853 195.159
facility
4,910.286 11.38% Annual recurrent costs 426.487 227.460 1,620.650 2,635.689 -
2,635.689 6.11% Rehabilitation - - - 2,635.689 -
1,990.272 4.61% Top-up promotion 199.027 199.027 1,592.218 - -
284.325 0.66% Monitoring and evaluation 227.460 28.432 28.432 - -
32,981.655 76.41% Annual consumables - - 1,478.488 29,683.489 1,819.677
14,784.880 34.25% Water - - 1,478.488 13,306.392 -
18,196.775 42.16% Soap - - - 16,377.097 1,819.677

central gov

prov gov

kab / kota

user

others (non gov)

133
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
TATANAN SEKOLAH
Tabel dan gambar berikut menunjukkan potensi mobilisasi sumber daya untuk pengembangan CTPS nasional di
fasilitas umum. Ini menunjukkan kontribusi besar dari pengguna atau sekolah (82%) untuk membiayai bahan habis
pakai tahunan.

OTHERS
CENTRAL
TOTAL % COST CATEGORY PROV. GOV KAB/KOTA USER (NON-
GOV
GOVT)
3,459.802 100.00% Total 222.237 32.363 150.597 2,837.245 217.360
6.42% 0.94% 4.35% 82.01% 6.28%
178.305 5.15% Investment costs 104.024 16.061 58.220 - -
26.768 0.77% Coordination and facilitation 0.669 2.677 23.422 - -
53.535 1.55% Promotion 5.354 13.384 34.798 - -
13.384 0.39% Capacity building 13.384 - - - -
84.618 Procurement and installaton of HWWS
2.45% 84.618 - - - -
facility
226.893 6.56% Annual recurrent costs 118.213 16.302 92.378 - -
63.873 1.85% Rehabilitation 63.873 - - - -
108.680 3.14% Top-up promotion 10.868 10.868 86.944 - -
54.340 1.57% Monitoring and evaluation 43.472 5.434 5.434 - -
3,054.604 88.29% Annual consumables - - - 2,837.245 217.360
881.008 25.46% Water - - - 881.008 -
2,173.596 62.82% Soap - - - 1,956.237 217.360

central gov

prov gov

kab / kota

user

others (non gov)

134 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
TATANAN MADRASAH
Tabel dan gambar berikut menunjukkan potensi mobilisasi sumber daya untuk pengembangan
CTPS nasional di tatanan madrasah. Ini menunjukkan kontribusi besar dari pengguna atau
madrasah (83%) untuk membiayai bahan habis pakai tahunan.

OTHERS
CENTRAL
TOTAL % COST CATEGORY PROV. GOV KAB/KOTA USER (NON-
GOV
GOVT)
679.736 100.00% Total 52.829 5.263 24.427 562.280 34.938
7.77% 0.77% 3.59% 82.72% 5.14%
38.346 5.64% Investment costs 26.126 2.642 9.578 - -
4.404 0.65% Coordination and facilitation 0.110 0.440 3.853 - -
8.807 1.30% Promotion 0.881 2.202 5.725 - -
2.202 0.32% Capacity building 2.202 - - - -
22.934 Procurement and installaton of HWWS
3.37% 22.934 - - - -
facility
44.172 6.50% Annual recurrent costs 26.703 2.620 14.849 - -
17.968 2.64% Rehabilitation 17.968 - - - -
17.469 2.57% Top-up promotion 1.747 1.747 13.975 - -
8.735 1.28% Monitoring and evaluation 6.988 0.873 0.873 - -
597.218 87.86% Annual consumables - - - 562.280 34.938
247.838 36.46% Water - - - 247.838 -
349.381 51.40% Soap - - - 314.443 34.938

central gov

prov gov

kab / kota

user

others (non gov)

135
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
TATANAN FASILITAS KESEHATAN
Tabel dan gambar berikut menunjukkan potensi mobilisasi sumber daya untuk pengembangan
CTPS nasional di fasilitas kesehatan. Ini menunjukkan kontribusi besar dari pengguna (74%)
untuk membiayai bahan habis pakai dan rehabilitasi tahunan.

OTHERS
CENTRAL
TOTAL % COST CATEGORY PROV. GOV KAB/KOTA USER (NON-
GOV
GOVT)
1,446.187 100.00% Total 87.235 26.463 190.714 1,068.434 73.341
6.03% 1.83% 13.19% 73.88% 5.07%
49.237 3.40% Investment costs 15.611 0.945 32.681 - -
9.452 0.65% Coordination and facilitation 0.236 0.945 8.270 - -
27.123 1.88% Promotion 2.712 - 24.411 - -
4.726 0.33% Capacity building 4.726 - - - -
7.937 Procurement and installaton of HWWS
0.55% 7.937 - - - -
facility
277.539 19.19% Annual recurrent costs 71.624 25.517 158.033 22.364 -
22.364 1.55% Rehabilitation - - - 22.364 -
189.308 13.09% Top-up promotion 18.931 18.931 151.446 - -
65.867 4.55% Monitoring and evaluation 52.693 6.587 6.587 - -
1,119.411 77.40% Annual consumables - - - 1,046.070 73.341
386.004 26.69% Water - - - 386.004 -
733.407 50.71% Soap - - - 660.066 73.341

central gov

prov gov

kab / kota

user

others (non gov)

136 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
TATANAN FASILITAS UMUM
Tabel dan gambar berikut menunjukkan potensi mobilisasi sumber daya untuk pengembangan CTPS nasional di
fasilitas umum. Ini menunjukkan kontribusi besar dari pengguna (74%) untuk membiayai bahan habis pakai tahunan
dan investasi perangkat keras (termasuk. rehabilitasi).

OTHERS
CENTRAL
TOTAL % COST CATEGORY PROV. GOV KAB/KOTA USER (NON-
GOV
GOVT)
668.224 100.00% Total 32.931 9.226 106.670 492.376 27.020
4.93% 1.38% 15.96% 73.68% 4.04%
77.904 11.66% Investment costs 14.017 1.120 52.630 10.137 -
11.198 1.68% Coordination and facilitation 0.280 1.120 9.798 - -
47.591 7.12% Promotion 4.759 - 42.832 - -
5.599 0.84% Capacity building 5.599 - - - -
13.516 Procurement and installaton of HWWS
2.02% 3.379 - - 10.137 -
facility
88.515 13.25% Annual recurrent costs 18.914 8.106 54.041 7.455 -
7.455 1.12% Rehabilitation - - - 7.455 -
65.621 9.82% Top-up promotion 6.562 6.562 52.496 - -
15.440 2.31% Monitoring and evaluation 12.352 1.544 1.544 - -
501.805 75.10% Annual consumables - - - 474.784 27.020
231.602 34.66% Water - - - 231.602 -
270.203 40.44% Soap - - - 243.182 27.020

central gov

prov gov

kab / kota

user

others (non gov)

137
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
LAMPIRAN 3

PROSES YANG
DIJALANKAN
Untuk menyusun Rencana Aksi ini, dipilih kombinasi pendekatan top-down dan bottom-up . Diagram di bawah ini
menggambarkan proses penyusunan Rencana Aksi, mulai dari rapat perdana (kickoff meeting) tanggal 12 Agustus
2021 hingga tahap penutup.

KONSULTASI TINGKAT KONSULTASI


RAPAT PERDANA NASIONAL SUB- NASIONAL
(top-down) (bottom-up)

» Penyerahan laporan » Pertemuan dengan » Pertemuan konsultatif


analisis situasi dari berbagai kementrian/ dengan tiga provinsi
USAID ke kementrian lembaga terkait CTPS (NTB, Aceh, dan DI
kesehatan » Pemaparan draf awal Yogyakarta)
» Pemaparan kerangka analisis situasi dan » Pemaparan draf Rencana
kerja Rencana Aksi perhitungan target CTPS Aksi yang berisi analisis
» Pemaparan draf daftar isi situasi, penetapan
dari Rencana Aksi target, program, dan
perkiraan biaya
» Penjelasan indikasi
jadwal penyusunan
Rencana Aksi

FINALISASI DRAF RENCANA AKSI


>> Pemaparan kerangka penyusunan Rencana Aksi
>> Pemaparan draf final Rencana Aksi
>> Pemaparan hasil kesepakatan dari konsultasi nasional dan sub-nasional

Proses skematik di atas dibahas secara lebih rinci dengan urutan kronologis di bagian berikut.

Rapat konsultatif nasional dengan masing-masing kementerian/lembaga diselenggarakan pada bulan September
– Oktober 2021, berdasarkan surat dari Direktur Kesehatan Lingkungan hidup tanggal 20 September 2021,
sebagaimana ditunjukkan dalam salinan surat di bawah ini.

139
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Sebelas pertemuan konsultatif
No Tanggal Kementerian/Lembaga
diadakan untuk membahas draf
awal Rencana Aksi tersebut. 1 27 September 2021 Bappenas - Perkim
Tujuan utamanya adalah untuk 2 28 September 2021 Kementerian Perdagangan
mencapai kesepakatan di antara
4 28 September 2021 Satgas Covid-19
kementerian/lembaga tentang
pentingnya persiapan rencana 5 29 September 2021 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
aksi, dasar hukum formal, dan Kreatif
penyusunan analisis situasional. 6 29 September 2021 Bappenas - KGM
Daftar sebelas pertemuan disajikan
7 11 October 2021 Kementerian Pekerjaan Umum dan
dalam tabel di bawah ini.
Perumahan Rakyat
8 12 October 2021 Kementerian Dalam Negeri
9 13 October 2021 Kementerian Perhubungan
10 14 October 2021 Kementerian Agama
11 10 November 2021 Kementerian Ketenagakerjaan

140 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Pada tanggal 2 November 2021,
diadakan lokakarya nasional
untuk mempresentasikan temuan
dari pertemuan konsultatif
nasional dan untuk melengkapi
data atau informasi yang belum
didapatkan dari kementerian/
Lembaga yang tidak dapat hadir
karena keterbatasan waktu dalam
pertemuan konsultatif seperti tabel
di atas. Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi
serta BNPB memberikan masukan
terdapat draf awal Rencana Aksi
yang melengkapi 13 kementerian/
lembaga terkait CTPS.

Acara ini diselenggarakan


bersamaan dengan penyerahan
penghargaan Kementerian
Kesehatan kepada kementerian/
lembaga atas upaya dan
kontribusinya dalam meningkatkan
akses CTPS di Indonesia.

Konsultasi subnasional
diselenggarakan untuk
mendapatkan masukan dan
(termasuk menangkap) aspirasi
dari pemerintah daerah untuk
memastikan Rencana Aksi dapat
dilaksanakan dan masuk akal di
lapangan. Surat pengantar untuk
kegiatan konsultasi subnasional ini
disiapkan dan ditandatangani oleh
Direktur Kesehatan Lingkungan
hidup pada 29 November 2021
(lihat di bawah).

141
RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Daftar tiga kegiatan konsultasi subnasional penyusunan Rencana Aksi ini dapat dilihat di bawah ini:

No Tanggal Provinsi Kabupaten/Kota

1 7 Desember 2021 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Sumbawa Barat


2 13 Desember 2021 DI Yogyakarta Kota Yogyakarta
Kab. Kulon Progo
Kab. Sleman
3 15 Desember 2021 Aceh Kota Banda Aceh

142 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN
LAMPIRAN 4

PERANGKAT
PERKIRAAN BIAYA
(COSTING TOOL)
Sebuah lembar kerja Excel (workbook) telah dikembangkan untuk menghitung CAPEX dan OPEX dalam
mengembangkan dan mempertahankan layanan CTPS di semua tatanan. Versi Excel yang digunakan adalah Excel
365 yang mungkin tidak kompatibel untuk versi Excel 2003 atau lebih rendah. Lembar kerja pertama adalah lembar
kerja "README" yang akan memulai semua perhitungan di lembar lain.

File excel ini adalah bahan tambahan untuk dokumen Rencana Aksi ini dan disimpan sebagai Budgeting and costing
tool_v2.xlsx. Tangkapan layar lembar kerja awal (README) dari costing tool ini dapat dilihat di gambar berikut.

144 RENCANA AKSI NASIONAL 20 22 -2 0 3 0


CUCI TANGAN PAKAI SABUN

Anda mungkin juga menyukai