Disusun Oleh
UNIVERSITAS PASUNDAN
TAHUN 2023
Pendahuluan
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), persentase rumah tangga
atau wilayah yang sudah memiliki akses sanitasi layak hanya sebesar 80,92%
pada tahun 2022. Walaupun persentase ini sudah mengalami kenaikan sebesar
0,63% dari tahun 2021, tapi persentase kenaikan tersebut terbilang kecil
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2020-2021
persentase kenaikan sebesar 0,76% dan pada tahun 2019-2020 yaitu 2,14%. Oleh
karena itu, penyediaan layanan sanitasi yang layak harus diteruskan supaya
tercipta keadaan lingkungan yang sehat dan nyaman untuk ditinggali. Berikut
jenis-jenis sanitasi yang harus tersedia di setiap wilayah adalah sebagai berikut :
1. Sanitasi Air
Sanitasi yang berfokus terhadap pengelolaan kebersihan air untuk
kebutuhan masyarakat sehari-hari.
2. Sanitasi Dasar
1
Sanitasi yang ada di lingkungan rumah tangga atau keluarga. Seperti
penyediaan sarana air bersih, mandi cuci kakus (MCK), pembuangan
sampah, dan pengolahan air limbah rumah tangga.
3. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi yang berfokus terhadap pengendalian faktor lingkungan fisik,
baik yang berpotensi merusak kesehhatan dan mengganggu
kelangsungan hidup manusia. Seperti pembuangan kotoran manusia,
saluran drainase, dan lain sebagainya.
2
Di dalam skala nasional, pada tahun 2022 provinsi yang telah mencapai
kategori sanitasi yang layak ialah D.I. Yogyakarta dengan persentase 96,21%,
Bali dengan persentase 95,94%, DKI Jakarta dengan persentase 92,79%, Kep.
Bangka Belitung dengan persentase 91,63%. Kemudian, provinsi yang belum
mencapai kategori sanitasi yang layak ialah Sumatera Barat dengan persentase
69,27% dan untuk provinsi lainnya memiliki presentase rata – rata 81,44%. Dari
hasil nilai presentase yang sudah diuraikan dapat disimpulkan bahwa wilayah
yang terletak jauh dari pusat pemerintahan masih belum mendapatkan fasilitas
sanitasi yang layak.
Sebagai contoh, di Kota Padang yang merupakan Ibukota provinsi dari
Sumatera Barat. Kota Padang sebagai Ibukota provinsi, seharusnya memiliki
akses sanitasi yang memadai salah satunya yaitu jamban sehat, supaya menjadi
contoh yang lebih baik bagi Kabupaten/Kota lainnya yang ada di Sumatera Barat,
yaitu dengan tersedianya fasiliitas jamban sehat 100%. Ataupun dapat mencapai
target minimal pencapaian jamban sehat mencapai target yang telah ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Kota (DKK) Padang tahun 2018, yaitu sebesar 95%. Akan
tetapi menurut data di lapangan, Kota Padang saat ini hanya menempati urutan ke-
5 dalam pencapaian target jamban sehat 100%, yang sudah direncanakan dari 19
Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Barat. Hal ini sudah membuktikan bahwa
kondisi sanitasi yang ada di Sumatera Barat masih sangat rendah karena
Ibukotanya saja tidak dapat mencapai target DKK Padang yang sudah
direncanakan.
Menurut Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2018, semua
kelurahan di Kota Padang saat ini telah melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM). Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa angka
capaian akses sanitasi (jamban sehat) di Kota Padang adalah 92,47%. Hal ini
sejalan dengan data monev STBM yang menyatakan bahwa capaian persen akses
sanitasi di Kota Padang adalah sebesar 92,84% diantaranya yaitu, akses Jamban
Sehat Permanen (JSP) 82,51%; akses Jamban Sehat Semi Permanen (JSSP)
5,49%; akses sharing 4,58%, dan akses BABS 7,16%. Berdasarkan data tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebanyak 7,16% atau 11.563 ribu jiwa penduduk Kota
3
Padang memiliki peluang untuk melakukan praktik BABS. Kondisi ini
diakibatkan karena secara garis besar provinsi Sumatera Barat hanya
mengandalkan anggaran dana dari pemerintah atau APBN dan APBD.
Isi
Pembahasan
4
sanitasi yang baik secara cepat dan merata. Dimana Indonesia adalah salah satu
negara yang memiliki potensi wilayah yang sangat besar untuk dimanfaatkan oleh
masyarakatnya, ditambah juga rasa semangat gotong royong di Indonesia sangat
besar yang seharusnya dapat mempermudah proses pembuatan fasilitas sanitasi
tersebut. Jadi, upaya yang dapat dilakukan sekarang adakah dengan mendorong
akan kemandirian masyarakat disetiap wilayah dalam memanfaakan potensi-
potensi yang ada di setiap daerahnya, untuk dijadikan sebagai salah satu sumber
pendanaan untuk fasilitas sanitasi tersebut. Masalah ini dapat diselesaikan secara
efektif jika ada kerja sama dari pemerintah dan masyarakat wilayah tersebut. Jadi,
tidak saling kebergantungan satu sama lain.
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang besar, yang dimana
berdasarkan pemaparan data dari JMP diatas menunjukkan bahwasannya akses
sanitasi yang dimiliki Indonesia masih sangat kurang dan harus segera dibenahi.
Hal ini juga dibuktikan dengan beberapa persentase mengenai akses sanitasi layak
yang dimiliki oleh setiap daerah itu masih belum merata. Terhitung hanya ada 5
provinsi yang sudah mencapai 90% yang lainnya hanya berada dikisaran 70-80%
bahkan ada yang masih bertahan di 60%. Keadaan ini memang terhambat karena
adanya faktor pandemi COVID-19 yang melanda dunia beberapa waktu yang lalu,
termasuk Indonesia. Bukan hanya pandemi Covid-19, tetapi faktor lain seperti
keadaan ekonomi, perubahan iklim, dan kesehatan juga menjadi penghambat
untuk mencapai target yang ingin dicapai.
5
yang ada di kalangan masyarakat. Selain itu, Direktur Perumahan dan Kawasan
Pemukiman kementerian PPN/Bappenas Tri Dewi Virgiyanti memaparkan
bahwasannya untuk merealisasikan program tersebut terdapat beberapa tantangan
yang harus siap untuk dihadapi. Beberapa tantangan tersebut adalah semua
elemen pemerintah daerah harus saling berkoordinasi supaya bisa sejalan untuk
berkomitmen ke penyediaan fasilitas air bersih dan sanitasi layak, sumber-sumber
pendanaan yang akan digunakan harus pasti, dan yang terakhir adalah tingkat
kesadaran masyarakat akan pentingnya air bersih dan sanitasi yang layak.
2.3. Gagasan/Ide
6
Program ini didasari dengan adanya potensi – potensi dari kekayaan
alam atau kekayaan budaya yang dapat dijadikan sebagai destinasi
wisata. Jika destinasi wisata ini sudah dibentuk dan dikelola dengan baik
maka hasil dari pengelolaan destinasi tersebut dapat digunakan sekian
persen (%) sebagai dana untuk meningkatkan penyediaan akses sanitasi.
Sumber dana ini dapat diperoleh dari penjualan tiket destinasi tersebut
dan biaya sewa atau pajak bagi pedagang yang berjualan disekitar
destinasi tersebut.
7
Sistematis dari metode pembayaran bulanan ini, masyarakat
dapat membayarkan dana yang dipinjam dengan minimal
15 % dari dana peminjaman dana tersebut selama 5 - 8 bulan.
8
kebutuhan pokoknya yang tidak ada di wilayah tersebut. Dimana
program ini dikelola langsung oleh masyarakat wilayah tersebut
dibawah naungan BUMDes. Program WASERBA ini menyediakan
beberapa fasilitas kemudahan untuk masyarakat. Salah satunya, adanya
fasilitas untuk tarik tunai dan setor tunai serta pembayaran e-commerce.
WASERBA ini memiliki sumber modal awal yang berasal dari APBD
yang termasuk ke dalam anggaran belanja bagian Pemberdayaan
Masyarakat Desa wilayah tersebut. Setelah program “WASERBA” ini
berjalan dimisalkan bahwa laba kotor dari warung tersebut yaitu Rp
10.000.000 per bulan dimana 10% dari laba kotor tersebut dapat
digunakan sebagai sumber dana penyediaan akses sanitasi di wilayah
desa tersebut.
9
Penutup
3.1. Kesimpulan
Sanitasi negara Indonesia saat ini masih belum bisa dikatakan sanitasi yang
layak dikarenakan masih ada beberapa daerah yang belum memiliki atau dapat
mengakses penyediaan sanitasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari uraian diatas
bahwa masih ada beberapa daerah di Indonesia yang memiliki akses sanitasi yang
buruk. Masih ada masyarakat yang melakukan aktivitas BABS ( Buang Air
Sembarangan). Hal ini dapat terjadi bisa disebabkan karena kekurangan akses
dalam penyediaan air bersih dan kekurangan akses penyediaan fasilitas
sanitasinya, yang membuat masyarakat mencari alternatif lain yang lebih
memudahkan.
10
lain untuk mendapatkan sumber pendanaan sanitasi bagi masyarakat selain dari
anggaran yang diberikan oleh pemerintah.
11
Dengan hal ini, seharusnya akses sanitasi yang layak dapat tersedia dan
dirasakan merata oleh semua masyarakat Indonesia sehingga tingkat kesehatan
juga meningkat.
12
Daftar Pustaka
Prov jateng, Yandip. 24 Feb.2020. Dana Desa Harus Digunakan Sesuai Aturan.
Diakses pada 27 Mei 2023, dari
https://jatengprov.go.id/beritadaerah/dana-desa-harus-digunakan-
sesuai-aturan/
Badan Pusat Statistik. 2023. Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
Memiliki Akses terhadap Sanitasi Layak (Persen), 2020-2022.
Diakses pada 27 Mei 2023, dari
https://www.bps.go.id/indicator/29/847/1/persentase-rumah-tangga-
menurut-provinsi-dan-memiliki-akses-terhadap-sanitasi-layak.html
Humas, Fraksi PKS. 2022. Aleg PKS : Indonesia Masih Jauh dari Akses Sanitasi
dan Air Minum Aman. Diakses pada 27 Mei 2023, dari
https://fraksi.pks.id/2022/05/23/aleg-pks-indonesia-masih-jauh-dari-
akses-sanitasi-dan-air-minum-aman/
13
Rahman, Aulia, Fea Firdani, Defrian Djafri, dan Nur Intan Rahmi Andafia. 2021.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sanitasi Lingkungan
Masyarakat Di Rural Area Dan Urban Area Di Provinsi Sumatera
Barat 2020. Diakses pada 28 Mei 2023, dari
https://www.researchgate.net/publication/355285689_Faktor-
Faktor_Yang_Mempengaruhi_Sanitasi_Lingkungan_Masyarakat_
Di_Rural_Area_Dan_Urban_Area_Di_Provinsi_Sumatera_Barat_2
020
Rizaty, Monavia Ayu. 2022. 80,92% Rumah Tangga Indonesia Punya Sanitasi
Layak Pada 2022. Diakses pada 29 Mei 2023, dari
https://dataindonesia.id/kesehatan/detail/8092-rumah-tangga-
indonesia-punya-sanitasi-layak-pada-2022
14