Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH SANITASI DASAR TERHADAP STATUS GIZI WANITA

PRAKONSEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWATUNA PALU


TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH


Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Menyelesaikan Kepaniteraan Klinik pada
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh:
Harryanto Agung Pratama (N 111 20 037)
Rif’at Salim (N 111 20 021)

Pembimbing: dr. Miranti, M.Kes

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
“PENGARUH SANITASI DASAR TERHADAP STATUS GIZI WANITA
PRAKONSEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWATUNA PALU
TAHUN 2022”
Harryanto agung pratama*, Rifat salim*, Miranti**
*Program Studi Profesi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
**Departemen Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

ABSTRAK

Latar Belakang : Sanitasi dasar menjadi upaya dasar dalam meningkatkan


kesehatan manusia dengan cara menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi
syarat kesehatan. Pemenuhan fasilitas sanitasi dasar dapat memberikan dampak
positif bagi para penggunanya. Namun, di Indonesia penyediaan sanitasi dasar
masih belum sepenuhnya diterapkan oleh masyarakat, sehingga masih tinggi
angka kesakitan akibat sanitasi dasar yang buruk. Wanita usia subur sebagai calon
ibu merupakan kelompok rawan yang harus diperhatikan status kesehatannya,
terutama status gizinya. Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan oleh
kondisi ibunya sejak sebelum hamil dan selama kehamilan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional korelatif


dengan pendekatan kuantitatif menggunakan kuisioner dan data status gizi indeks
massa tubuh (IMT) di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna tahun 2022 serta
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel
pada penelitian ini sebanyak 60 responden.
Hasil : Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa semua variabel sanitasi dasar
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap status gizi, dengan nilai signifikansi
p> 0,05 yang berarti tidak terdapat korelasi signifikan antara variabel sanitasi
dasar dengan status gizi.

Kata Kunci : Sanitasi Dasar, Status Gizi


“THE EFFECT OF BASIC SANITATION ON THE NUTRITIONAL
STATUS OF PRECONCEPTIVE WOMEN IN THE WORK AREA OF
KAWATUNA PALU HEALTH CENTER IN 2022”

Harryanto agung pratama*, Rifat salim*, Miranti**

*Medical Profession Study Program, Faculty of Medicine, Tadulako University


**Department of Public Health Sciences, Faculty of Medicine, Tadulako
University

ABSTRACT

Background : Basic sanitation is a basic effort in improving human health by


providing a healthy environment that meets health requirements. The fulfillment
of basic sanitation facilities can have a positive impact on its users. However, in
Indonesia the provision of basic sanitation is still not fully implemented by the
community, so the morbidity rate is still high due to poor basic sanitation. Women
of childbearing age as prospective mothers are a vulnerable group whose health
status must be considered, especially their nutritional status. The quality of the
next generation will be determined by the condition of the mother before
pregnancy and during pregnancy.
Methods: This research is a correlative observational analytic study with a
quantitative approach using questionnaires and data on nutritional status of body
mass index (BMI) in the Kawatuna Health Center Working Area in 2022 and
sampling using purposive sampling method. The number of samples in this study
were 60 respondents.
Results: The results of the correlation analysis showed that all basic sanitation
variables did not have a significant effect on nutritional status, with a significance
value of p> 0.05, which means that there is no significant correlation between
basic sanitation variables and nutritional status.

Keywords: Basic Sanitation, Nutritional Status


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sanitasi dasar adalah upaya dasar dalam meningkatkan kesehatan


manusia dengan cara menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat
kesehatan. Upaya sanitasi dasar pada masyarakat meliputi penyediaan air
bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air
limbah. Sanitasi memiliki banyak pengaruh bagi kesehatan, utamanya sanitasi
di lingkungan rumah tangga. Sanitasi merupakan salah satu faktor penting
yang mempengaruhi peningkatan derajat kesehatan manusia. Pemenuhan
fasilitas sanitasi dasar dapat memberikan dampak positif bagi para
penggunanya. Namun, di Indonesia penyediaan sanitasi dasar masih belum
sepenuhnya diterapkan oleh masyarakat. Apalagi jika melihat masih adanya
masyarakat yang belum memiliki pemikiran akan pentingnya sanitasi dasar
bagi hidupnya, sehingga masih tinggi angka kesakitan akibat sanitasi dasar
yang buruk dan masih banyak pula masyarakat yang belum memiliki fasilitas
sanitasi dasar yang sesuai dengan syarat dan kriteria yang telah ditetapkan
oleh pemerintah (Celesta,2019).

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur


kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Oleh karena itu, kesehatan yang optimal bagi seluruh warga
masyarakat Indonesia fmerupakan hal yang harus dicapai. Kesehatan yang
optimal dapat dicapai dengan meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat,
salah satunya berupa pelayanan gizi masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi masyarakat (Angkat,2018).

Wanita usia subur (WUS) didefinisikan oleh Kementerian Kesehatan RI


sebagai wanita yang berada dalam periode umur antara 15-49 tahun tanpa
memperhitungkan status perkawinannya. Wanita usia subur sebagai calon ibu
merupakan kelompok rawan yang harus diperhatikan status kesehatannya,
terutama status gizinya. Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan
oleh kondisi ibunya sejak sebelum hamil dan selama kehamilan. Masa
pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah
wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Kesehatan prakonsepsi
menjadi sangat penting untuk diperhatikan termasuk status gizinya, terutama
dalam upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan erat dengan
outcome kehamilan (Paratmanitya,2012).

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat


perhatian khusus bersama dengan perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik,
lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Untuk
menggambarkan keadaan lingkungan, ada beberapa indikator Kesehatan
Lingkungan diantaranya sebagai berikut: Sarana air minum yang memenuhi
syarat, Kepala Keluarga dengan akses terhadap sanitasi yang layak (jamban
sehat), Desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Tempat-
tempat umum memenuhi syarat kesehatan, Tempat pengelolaan makanan
memenuhi syarat Kesehatan (Dinkes,2021).

Sarana air minum yang memenuhi syarat adalah sarana air minum yang
masuk dalam kategori tinggi dan amat tinggi berdasarkan hasil inspeksi
kesehatan lingkungan telah dilakukan tindakan perbaikan dan sarana air
minum yang masuk dalam kategori rendah dan sedang berdasarkan hasil
inspeksi kesehatan lingkungan telah diambil dan diperiksakan (diujikan)
sampel airnya berdasarkan parameter fisik, kimia, mikrobiologi yang mana
hasil pemeriksaannya (pengujiannya) memenuhi standar persyaratan kualitas
air minum berdasarkan Permenkes No 492 Tahun 2010 tentang persyaratan
kualitas air minum. Target untuk sarana air minum memenuhi syarat tahun
2020 adalah sebesar 60% dan persentase capaian sebesar 93,9%. Menurut
laporan dari 13 Kab/Kota tahun 2020 total sarana air minum yang ada sebesar
738.959, dari total sarana tersebut tercatat 257.888 sarana air minum yang di
IKL, dari total sarana tersebut tercatat 129.121 sarana air minum dengan
risiko rendah dan sedang, dari total sarana tersebut tercatat 87.217 sarana air
minum diambil sampel, dari total sarana tersebut tercatat 81.889 sarana air
minum memenuhi syarat atau 93,9% (Dinkes,2021).

Sanitasi yang layak adalah sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan


antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki septik/Sistem Pengolahan Air
Limbah (SPAL) serta bangunan permanen tertutup yang digunakan sendiri
atau bersama. Target akses KK dengan fasilitas sanitasi yang layak (Jamban
Sehat) Tahun 2020 adalah sebesar 25% dan capaiannya sebesar 82,2%. Data
yang diperoleh dari kabupaten/kota tahun 2020 bahwa dari jumlah 752.215
KK yang ada, sekitar 618.146 KK yang memiliki akses dengan fasilitas
sanitasi yang layak (jamban sehat) atau sekitar 82,2%. Adapun cakupan
tertinggi dari Kota Palu yaitu 99,6% dan cakupan yang terendah dari
Kabupaten Banggai Laut yaitu 64,4%. Rendahnya cakupan di Kabupaten
Banggai Laut dipengaruhi oleh pembangunan sanitasi layak belum menjadi
kegiatan prioritas, hal ini berdampak pada ketersediaan sarana sanitasi yang
murah, mudah dan terjangkau oleh masyarakat serta kurangnya tenaga
kesehatan lingkungan yang berada di Puskesmas (Dinkes,2021).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai


STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi
meliputi 5 pilar yaitu tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci
tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman,
mengelola sampah dengan benar, mengelola limbah cair rumah tangga
dengan aman melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Target untuk desa/kelurahan yang melaksanakan STBM Tahun 2020 adalah
sebesar 1100 desa dan capaiannya sebesar 1.477 Desa. Data yang diperoleh
dari kabupaten/kota bahwa persentase Desa yang melaksanakan STBM
sebanyak 1.477 desa dari jumlah 1.974 desa yang ada atau sekitar 74,8%.
Capaian tertinggi ada di Kab. Morowali sebesar 133 Desa (100%) dan
capaian terendah ada di Kota Palu sebesar 2 Kelurahan (4,4%) (Dinkes,2021).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas, yang
menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana pengaruh sanitasi dasar
terhadap status gizi wanita prakonsepsi di wilayah kerja puskesmas kawatuna
palu tahun 2022?”

1.3 Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh sanitasi dasar terhadap status gizi wanita


prakonsepsi di wilayah kerja puskesmas kawatuna palu tahun 2022.

2) Tujuan Khusus

a) Mengetahui pengaruh sanitasi air bersih terhadap status gizi wanita


prakonsepsi di wilayah kerja puskesmas kawatuna palu tahun 2022
b) Mengetahui pengaruh sanitasi jamban terhadap status gizi wanita
prakonsepsi di wilayah kerja puskesmas kawatuna palu tahun 2022
c) Mengetahui pengaruh saluran pembuangan air limbah terhadap status
gizi wanita prakonsepsi di wilayah kerja puskesmas kawatuna palu
tahun 2022
d) Mengetahui pengaruh pengelolaan sampah terhadap status gizi wanita
prakonsepsi di wilayah kerja puskesmas kawatuna palu tahun 2022
e) Mengetahui pengaruh penggunaan air minum terhadap status gizi
wanita prakonsepsi di wilayah kerja puskesmas kawatuna palu tahun
2022
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1) Memberi informasi mengenai sanitasi lingkungan yang baik
2) Memberi informasi mengenai pengaruh sanitasi dasar terhadap status gizi
wanita prakonsepsi di wilayah kerja puskesmas kawatuna palu tahun 2022
3) Sebagai bahan masukan bagi peneliti berikutnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telaah Pustaka


2.1.1 Sanitasi Lingkungan
Sanitasi adalah upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku
budaya hidup bersih dan sehat dengan tidak buang air besar
sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan
makanan yang aman, mengelola sampah rumah tangga dengan aman
dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. Lingkungan
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang terdapat di sekitar
manusia kemudian tinggal bersama dan saling mempengaruhi bagi
perkembangan kehidupan manusia. Jadi pengertian sanitasi
lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan ketoran, penyediaan air bersih dan
sebagainya (Nursalim, 2020).
Sanitasi lingkungan merupakan suatu usaha untuk mencapai
lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik,
khususnya hal-hal yang memiliki dampak merusak perkembangan
fisik kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Sanitasi lingkungan
mempunyai kedudukan yang paling penting dalam kehidupan sehari-
hari, karena berpengaruh terhadap kesehatan seseorang dan
masyarakat. Sanitasi lingkungan dapat mencerminkan tata cara hidup
dari masyarakat tersebut. Untuk mendapatkan kondisi sanitasi
lingkungan yang baik sangat bergantung dari tata cara dan perilaku
masyarakat di dalam memelihara kualitas sanitasi lingkungannya
(Nursalim, 2020).
2.1.1.1 Air Bersih
Menurut Kodoatie (2003: 35), air bersih adalah air yang
dipakai sehari-hari untuk keperluan mencuci, mandi,
memasak, dan dapat diminum setelah dimasak. Menurut
Suripin (2002: 13), yang dimaksud air bersih yaitu air yang
aman (sehat) dan baik untuk diminum, tidak berwarna, tidak
berbau, dengan rasa yang segar. Berdasarkan kedua pendapat
tersebut, air bersih terdiri dari air yang dapat dikonsumsi (air
minum) dan juga air yang dapat digunakan untuk keperluan
lainnya dalam kegiatan rumah tangga. Air bersih untuk
keperluan air minum memenuhi standar tertentu hingga layak
untuk dikonsumsi. Sementara itu, air untuk keperluan
higienis sanitasi adalah air dengan kualitas tertentu yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
berbeda dengan air minum (Permenkes RI No. 32 Tahun
2017) (Suryani, 2020).
Akses terhadap sanitasi dan air bersih merupakan hal
yang penting dalam upaya melahirkan sumber daya manusia
yang unggul. Ketiadaan sanitasi yang layak dan air bersih
dalam jumlah yang mencukupi merupakan awal dari
munculnya berbagai persoalan kesehatan di masyarakat,
seperti: stunting, kematian bayi serta ibu, penularan berbagai
virus, dan penyakit lainnya (Suryani, 2020).
Air sungai merupakan sumber utama air bersih yang
digunakan sebagian besar penduduk di Indonesia. Sumber
utama pencemaran air sungai di Indonesia justru berasal dari
limbah rumah tangga atau domestik, bukan dari limbah
industri. Hal ini semakin menguatkan korelasi antara kualitas
air dengan kualitas sanitasi yang ada, di mana kualitas air
ditentukan oleh kualitas sanitasi. Apabila kondisi sanitasi
yang ada dalam kategori buruk maka kualitas air juga
menjadi buruk (Suryani, 2020). Upaya sanitasi dasar pada
masyarakat meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat,
pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah.
2.1.1.2 Toilet/Jamban
Jamban merupakan salah satu sarana sanitasi dasar
yang harus dipenuhi dalam tatanan rumah tangga, sehingga
merupakan salah satu indikator utama kesehatan personal
pada keluarga. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM), jamban sehat adalah suatu fasilitas pembuangan
tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan
penyakit. Salah satu pilar yang ada dalam STBM yaitu Stop
Buang air besar Sembarangan (SBS). SBS menekankan pada
perilaku individu dalam suatu komunitas agar tidak buang air
besar sembarangan. Dengan adanya SBS diperhatikan pula
kepemilikan jamban sehat yang saniter (Celesta, 2019).
Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang
memenuhi persyaratan kesehatan. Syaratnya adalah tidak
mengakibatkan penyebaran langsung dari bahan yang
berbahaya akibat pembuangan kotoran dari manusia dan
dapat mencegah vektor pembawa dan penyebar penyakit pada
lingkungan sekitarnya. Berikut merupakan hasil penelitian
yang dilakukan di Desa Payaman meliputi tersedianya akses
jamban sehat dalam rumah tangga (Celesta, 2019).
2.1.1.3 Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Sarana pembuangan limbah cair di rumah tangga
meliputi pembuangan air bekas buangan dapur, kamar mandi,
dan sarana cuci tangan. Air limbah yang berasal dari industri
rumah tangga pada umumnya mengandung banyak zat yang
berbahaya bagi manusia sehingga jika tidak dibuang dan
diolah secara benar dapat menimbulkan penyakit bagi
masyarakat di sekitarnya. Selain berbahaya bagi manusia zat
tersebut juga dapat berbahaya pada lingkungannya. Oleh
sebab itu, diperlukan saluran pembuangan air limbah (SPAL)
yang berupa perpipaan atau lainnya guna menjadi tempat
pembuangan air buangan dari sumbernya ke tempat
pengelolaan (Celesta, 2019).
Risiko dari tidak tersedianya SPAL yaitu timbulnya
penyakit diare. Penyakit tersebut akibat dari adanya bakteri
Escherichia coli yang terkandung di dalam tanah dan dapat
mencemari air. Kemudian masuk ke dalam tubuh manusia
melalui air yang dikonsumsi. Air bekas buangan yang
dibuang tidak pada tempatnya dapat membuat lingkungan
menjadi kotor. Lingkungan dapat menjadi media
perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, serangga
bahkan larva nyamuk (Celesta, 2019).
2.1.1.4 Sarana Pembungan Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan
atau proses alam yang berbentuk padat. Menurut Departemen
Kesehatan RI (1996) sampah adalah semua benda atau
produk sisa dalam bentuk padat akibat aktivitas manusia,
yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh
pemiliknya. Sumber sampah terbanyak menurut penelitian
Ramon dan Afriyanto (2015) yaitu berasal dari pemukiman
penduduk dan pasar tradisional. Pertambahan penduduk yang
pesat di Indonesia, mengakibatkan bertambahnya pola
konsumsi masyarakat yang kemudian menyebabkan
bertambahnya volume sampah (Celesta, 2019).
Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga merupakan
jenis sampah domestik, sehingga dalam pengelolaannya bisa
dilakukan dengan cara Reuse, Reduse, Recycle atau yang
dikenal dengan 3R.Untuk warga yang tidak mempunyai
tempat sampah di dalam rumahnya, cara pembuangan
sampah hasil bahan masak diletakkan di karung dan jika
penuh dibuang ke pekarangan belakang rumah untuk dibakar
Walaupun tidak memiliki tempat sampah namun kondisi di
dalam rumah warga selalu tersapu bersih (Celesta, 2019).
Menurut Wahid dan Chayatin (2009) tentang tahap
pengelolaan dan pemusnahan sampah dilakukan dengan 2
metode yaitu metode memuaskan dan metode tidak
memuaskan. Dalam metode memuaskan terdapat 3 cara yaitu
dengan sanitary landfill, inceneration, dan composting
metode tersebut memiliki dampak positif dan negatif masing-
masing. Sedangkan dalam metode tidak memuaskan terdapat
3 cara juga yaitu 1) open dumping atau sistem pembuangan
sampah yang dilakukan secara terbuka, hal ini akan
berdampak negatif apabila dilakukan disekitar pemukiman
penduduk karena dapat mengundang vektor dan rodent untuk
berkembang biak, 2) dumping in water atau pembuangan
sampah kedalam air. Hal ini akan mengakibatkan rusaknya
ekosistem yang ada di air dan akan menimbulkan penyakit
khususnya water borne disease, dan 3) burning on premises
yang dikenal dengan istilah pembakaran yaitu sampah yang
dibakar di sekitar area rumah tangga. Metode tersebut akan
menimbulkan dampak polusi udara hingga timbulnya
penyakit akibat dari udara yang tidak sehat (Celesta, 2019).

2.1.2 Gizi Prakonsepsi


A. Pengertian Gizi Wanita Prakonsepsi
Masa prakonsepsi merupakan tahap penting untuk
menentukan kehamilan yang sukses. Prakonsepsi berasal dari kata
pra dan konsepsi. Pra artinya ‘sebelum’, sedangkan konsepsi
artinya ‘peristiwa bersatunya sel sperma dan sel telur di saluran
falopii untuk membuahkan embrio sebagai calon mahkluk hidup
baru, yang mengawali terjadinya proses kehamilan’. Oleh karena
itu, gizi prakonsepsi membahas tentang pentingnya pemenuhan
kebutuhan zat gizi untuk mempersiapkan kehamilan (Sumarmi,
2019).
Periode prakonsepsi memiliki rentang waktu dari tiga bulan
hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus
mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu 100 hari
sebelum konsepsi. Status gizi dalam kurun waktu tiga sampai enam
bulan pada masa prakonsepsi merupakan penentu bagi kondisi bayi
yang akan dilahirkan. Wanita prakonsepsi diasumsikan sebagai
wanita dewasa atau wanita usia subur (WUS) yang sudah siap
menjadi seorang ibu. Pada masa prakonsepsi kebutuhan gizi pada
WUS tentunya berbeda dengan kelompok remaja, anak-anak
maupun lansia. Prasyarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi
merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat (Susilowati, dkk
2016).

B. Penentuan Status Gizi Wanita Prakonsepsi


Indeks Masa Tubuh Pra Hamil di gunakan sebagai
pedoman status gizi ibu sebelum hamil dan juga menentukan
penambahan berat badan optimal pada kehamilan. Sedangkan
kenaikan berat badan selama kehamilan merupakan indikator
menentukan status gizi ibu. IMT Pra Hamil juga dapat
digunakan sebagai indikator baik atau buruknya status gizi
wanita pra hamil (Nurhayati,2015).
Ibu dengan IMT pra hamil kurang, seharusnya mengalami
kenaikan berat badan lebih banyak dibandingkan dengan ibu
yang mempunyai IMT normal sebelum kehamilan dikarenakan
kebutuhan fisiologis yang lebih besar untuk mendukung
kehamilannya. Kenaikan berat badan yang tidak sesuai dapat
berdampak buruk bagi ibu dan bayi. Ibu akan mengalami anemia,
persalinan sulit, perdarahan pada saat persalinan. Pada bayi dengan
berat badan lahir rendah, serta bayi baru lahir dengan status
kesehatan yang rendah. Kenaikan berat badan yang lebih akan
mengakibatkan proses kelahiran secara Caesar, Asfiksia dan
Diabetes gestasional. Menurut Kramer kenaikan berat badan juga
dapat berakibat pada kejadian disproportionately small for
gestational age (dSGA) dan proportionately small for gestational
age (pSGA). (Nurhayati, 2015).

2.2. Kerangka Teori

 Air Bersih
 Jamban
Sanitasi Dasar
 Saliran Pembuangan Limbah
 Pembuangan Sampah
 Air Minum

Status Gizi Wanita


Prakonsepsi Index Massa
Tubuh (IMT)

Gambar 2.2. Kerangka Teori Penelitian

2.3. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Status Gizi Wanita


Sanitasi Dasar Prakonsepsi
Gambar 2. 3. Kerangka Konsep Penelitian

2.4. Landasan Teori


Wanita Usia Subur (WUS) yang mengalami KEK pada masa
prakonsepsinya akan berdampak pada masa kehamilan dan akan berlanjut
pada outcome kelahiran yang buruk. Menurut data Dinas Kesehatan
Kabupaten Takalar terdapat 808 ibu hamil yang menderita KEK dari 6252 ibu
hamil atau sebesar 12,9% ibu hamil yang menderita KEK di Kabupaten
Takalar, dan Kecamatan Polong Bangkeng Utara menduduki peringkat kedua
ibu hamil KEK terbanyak sebanyak 138 ibu hamil atau sebesar 17% ibu
hamil mengalami KEK. Ibu hamil yang sudah mengalami KEK dari masa
prakonsepsinya akan beresiko mengalami kematian ibu saat melahirkan,
kematian janin, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kelahiran prematur, cacat
pada bayi, serta stunting pada anak. Terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian KEK yaitu faktor penyebab langsung dan tidak
langsung. Faktor penyebab langsung yaitu tingkat konsumsi energi, tingkat
konsumsi protein, penyakit infeksi dan usia menarche. Sedangkan
pengetahuan tentang gizi prakonsepsi dan aktifitas fisik adalah faktor
penyebab tidak langsung (Syamsari, 2020).
Dampak dari wanita pranikah yang menderita KEK antara lain dapat
mengakibatkan terjadinya anemia, kematian pada ibu pada saat melahirkan,
kematian janin, bayi berat lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, lahir
cacat hingga kematian pada bayi. Berbagai faktor dapat mempengaruhi status
gizi wanita pranikah sebelum kehamilan. Faktor-faktor yang mempengaruh
adalah umur, pendidikan, dan status gizi. Sedangkan selama kehamilan
beberapa faktor yang mempengaruhi adalah frekuensi kehamilan, derajat
aktivitas fisik, komplikasi penyakit saat hamil, kondisi psikologis dan asupan
pangan (Doloksaribu, 2019).

2.5. Hipotesis Penelitian


Pengaruh Sanitasi Dasar terhadap Statuz Gizi Wanita Prakonsepsi di Puskesmas
Toaya.
 H0 : Tidak terdapat pengaruh sanitasi dasar terhadap status gizi Wanita
prakonsepsi di Puskesmas Kawatuna tahun 2022
 H1 : Terdapat pengaruh sanitasi dasar terhadap status gizi Wanita prakonsepsi di
Puskesmas Kawatuna tahun 2022
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional korelatif dengan


pendekatan kuantitatif yang menggunakan data pengisian kuisioner dan data
pemeriksaan status gizi Wanita prakonsepsi di Puskesmas Kawatuna tahun 2022

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna, Palu, Sulawesi


Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan maret tahun 2022

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita prakonsepsi yang berada
dalam wilayah kerja Puskesmas Kawatuna. Populasi pada penelitian ini
berjumlah 60 wanita masa prakonsepsi.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah wanita prakonsepsi di wilayah kerja


Puskesmas Kawatuna. Teknik pengambilan sampel adalah dengan
menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi

1) Wanita prakonsepsi yang bersedia menjadi responden


2) Wanita prakonsepsi yang tinggal dan melakukan kunjungan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kawatuna.

b. Kriteria Eksklusi

1) wanita prakonsepsi yang tidak koperatif dalam pengambilan data


penelitian
2) wanita prakonsepsi yang tidak menyelesaikan tahapan penelitian.

C. Instrumen Penelitian dan Metode Penelitian

1. Alat Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah kuisioner yang akan dibagikan kepada wanita


prakonsepsi yang nantinya akan menjadi data primer.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara


yaitu telaah dokumen yang menggunakan data primer dengan membagi
kuesioner berisi pedoman observasi dan paduan wawancara kepada seluruh wanita
prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian
Variabel dalam Penelitian adalah pengaruh sanitasi dasar terhadap status gizi
wanita prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna Palu.
2. Definisi Operasional

Definisi Metode
No. Variabel Skala Hasil ukur
Operasional Pengukuran
1 Sanitasi Air a.Syarat-syarat Observasi dan Ordinal Sarana : Sumur Gali
Bersih fisik mengisi 1. Tinggi : 6-10
Air minum harus kuesioner 2. Rendah : 0-5
jernih, tidak
berwarna, tidak Sarana : Perpipaan
berbau dan tidak 1. Tinggi : 4-6
berasa 2. Rendah : 0-3
b.Syarat-syarat
kimia
Air minum tidak
boleh
mengandung
bahan-bahan
kimia.
c.Syarat
bakteriologis atau
mikrobiologis
Air minum tidak
boleh
mengandung
kuman patogen
dan parasitic
d.Syarat-syarat
radiologis
Air minum tidak
boleh
mengandung zat
yang
menghasilkan
bahan yang
mengandung
radioaktif.
2 Sanitasi Kondisi jamban Observasi dan Ordinal Tinggi : bila jumlah
Jamban yang memenuhi mengisi jawaban (YA) = 7-
syarat jamban kuesioner 13; atau bila jumlah
sehat yaitu jarak jawaban (YA) = 3-
lubang 5, tetapi terdapat
penampungan pada nomor 1, 2
kotoran atau dan 3.
dinding resapan
jamban >10 meter Rendah : bila
dengan sumber jumlah jawaban
air, mudah untuk (YA) = 0-6 dan
dibersihkan, dan tidak terdapat pada
tidak terdapat nomor 1, 2 dan 3
serangga/vektor
penyakit seperti
kecoa maupun
lalat, terdapat
ventilasi yang
memadai,
dilengkapi dinding
dan atap penutup,
serta memiliki
lantai kedap air
dan luas ruangan
memadai
3 Air Limbah Kondisi saluran Observasi dan Ordinal Tinggi : 3-5
Rendah : 0-2
pembuangan air mengisi
limbah yang kuesioner
memenuhi syarat
kesehatan
diantaranya adalah
jarak dengan
sumber air lebih
dari 10 meter,
SPAL tertutup,
mengalir dengan
lancar dan
tidak
menimbulkan
genangan, dan
tidak
menimbulkan
bau.
4 Pengelolaan Pembuangan Observasi dan Ordinal Tinggi : 6-11
Sampah Rendah : 0-5
sampah harus mengisi
memiliki tutup, kuesioner
kedap air, tidak
menjadi sarang
serangga/vektor,
tidak mengotori
lingkungan
sekitar, serta
dikumpulkan ke
tempat
pembuangan
sampah
sementara.
5 Status Gizi Mengacu pada Pengukuran Ordinal Sangat kurus = 1
Kurus = 2
Permenkes RI berat badan dan Normal = 3
Nomor 41 tinggi badan Gemuk = 4
Obesitas = 5
Tahun 2014
tentang
Pedoman Gizi
Seimbang, usia
dewasa ( lebih
dari 18 tahun)
adalah
mengukur
indeks Massa
Tubuh (IMT)
dengan
membandingkan
Berat Badan
dengan Tinggi
Badan.

E. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting dalam


penelitian karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah,
belum memberikan informasi jelas, dan belum siap untuk disajikan. Data yan
telah tekumpul kemudian akan diolah, diperiksa, dan dipilih. Kemudian data
disusun secara sitematis unutuk menjawab pertanyaan penelitian dan disajikan
dalam bentuk uraian yang menggambarkan hasil penelitian.
F. Analisi Data

Analisis data yang dilakukan yaitu dengan analisis statistika


menggunakan program statistik pada komputer, dilakukan dua macam analisis
data, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat mengguanakan presentase hasil dari setiap variabel
yang akan ditampilkan.
b. Analisis Bivariat
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program statistical
package for social science (SPSS). Analisis bivariat untuk menguji
perbandingan dua variabel kategorik tidak berpasangan dengan uji
Korelasi Pearson. Analisis bivariate untuk menguji hubungan variabel
independent dengan variabel dependent. Taraf kesalahan yang digunakan
adalah 5%, untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan
kemaknaan 0,05. Jika p value <0,05 maka hasilnya bermakna H0 ditolak
dan H1 diterima. Namun bila p value > 0,05 maka hasilnya H 0 diterima dan
H1 ditolak.

G. Etika Penelitian
1. Informed consent
Informed consent merupakan lembar persetujuan antara peneliti
dengan responden atau objek penelitian. Tujuan dibuatnya Informed
consent ini supaya responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian
serta dampak yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Apabila
responden yang dipilih tidak bersedia, peneliti akan menghormati hak
responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Peneliti akan menjaga kerahasiaan responden dan keterlibatan
responden dalam penelitian yang akan dilakukan. Nama responden tidak
akan dicatat dimanapun. Semua kuesioner yang telah terisi hanya akan
diberikan nomor kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi
identitas responden. Apabila hasil penelitian ini dipublikasikan, tidak ada
satu identifikasi yang berkaitan dengan responden akan di tampilkan
dalam publikasi tersebut. siapa pun yang bertanya tentang keterlibatan
responden dan apa yang responden jawab dipenelitian ini, responden
berhak untuk tidak menjawabnya.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti harus dapat menjamin kerahasiaan responden. Semua data
dalam penelitian yang mencantumkan identitas respondent dan tempat
penelitian hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan dapat
dihapus apabila sudah tidak dipergunakan kembali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bersifat kuantitatif dimana data yang dihasilkan akan
berbentuk angka. Dari data yang didapat dilakukan analisis dengan menggunakan
software SPSS. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh sanitasi dasar terhadap status gizi pada wanita prankonsepsi di
wilayah kerja puskesmas kawatuna, data dikumpulkan dengan kuesioner
sebanyak 60 responden yang telah mengisi kuesioner lengkap dengan status gizi
responden.

A. HASIL PENILITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan serta
pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas
merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mengemban
misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang bertugas
melaksanakan pembinaan, pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat disuatu wilayah tertentu.

Puskesmas kawatuna adalah salah satu puskesmas yang terdapat di


Provinsi Sulawesi Tengah dengan alamat jalan Buku Masomba No.119
Kecamatan Mantikulore Kota Palu Privinsi Sulawesi Tengah. Puskesmas
memiliki 2 wilayah kerja yaitu Kelurahan Kawatuna dan Kelurahan
Tanamodindi.
Gambar 4.1 Puskesmas Kawatuna

Gambar 4.2 Puskesmas Kawatuna

Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Kawatuna,


dengan melibatkan wanita prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas
Kawatuna. Populasi sampel yakni seluruh wanita prakonsepsi di wilayah
kerja Puskesmas Kawatuna. Jumlah sampel dalam penelitian ini yang telah
mengisi kuesioner sebanyak 60 sampel wanita prakonsepsi serta sudah
dilakukan pengukuran status gizi dengan melihat indicator IMT, untuk
melihat adanya pengaruh sanitasi dasar terhadap status gizi wanita
prakonsepsi pada wilayah kerja Puskesmas Kawatuna.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Sampel Penelitian


Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui
wawancara menggunakan kuesioner dan data status gizi wanita prakonsepsi
pada wilayah kerja Puskesmas Kawatuna, ditetapkan sebesar 60 responden
yang datang melakukan kunjungan dengan karakteristik sebagai berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)


< 30 tahun 35 58,3%
>30 tahun 25 41,6%
Total 60 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diatas distribusi responden berdasarkan


kelompok usia terbanyak yaitu responden dengan usia kurang dari 30 tahun
sebanyak 35 orang responden (58,33 %) dan yang terendah pada usia lebih
dari sama dengan 30 tahun sebanyak 25 orang responden (41,6 %).

2. Analisis Univariat

Tabel 4.2 Distribusi Sanitasi Air Bersih Terhadap Status Gizi Responden

Sanitasi Air Status Gizi Frekuensi Presentase

Bersih SK K N G O

Resiko Tinggi 1 0 0 0 0 1 1,6%

Resiko Rendah 7 20 14 12 6 59 98,3%


Jumlah 8 20 14 12 6 60 100%

Tabel 4.2 menunjukkan status gizi karakteristik subyek penelitian


berdasarkan sanitasi air bersih. Didapatkan risiko tinggi pada 1 orang wanita
prakonsepsi dengan status gizi sangat kurang (1,6%), sedangkan sejumlah 59
wanita prakonsepsi memiliki risiko rendah (98,3%) yang terdiri dari 7 responden
status gizi sangat kurang, 20 responden status gizi kurang, 14 responden status
gizi normal, 12 responden status gizi gemuk, 6 responden status gizi obesitas

Tabel 4.3 Distribusi Sanitasi Jamban Terhadap Status Gizi Responden

Sanitasi Status Gizi Frekuensi Presentase

Jamban SK K N G O

Resiko Tinggi 8 20 13 11 5 57 95%

Resiko Rendah 0 0 1 1 1 3 5%

Jumlah 8 20 14 12 6 60 100%

Tabel 4.3 menunjukkan status gizi karakteristik subyek penelitian


berdasarkan sanitasi jamban. Didapatkan risiko tinggi pada 57 orang wanita
prakonsepsi (95 %) yang terdiri dari 8 responden status gizi sangat kurang, 20
responden status gizi kurang, 13 responden status gizi normal, 11 responden
status gizi gemuk, 5 responden status gizi obesitas, sedangkan sejumlah 3
wanita prakonsepsi memiliki risiko rendah (5 %) yang terdiri dari 1
responden status gizi normal, 1 responden status gizi gemuk, 1 responden
status gizi obesitas.

Tabel 4.4 Distribusi Pembuangan Saluran Air Limbah Terhadap


Status Gizi Responden
Pembuangan Status Gizi Frekuensi Presentase

Saluran Air SK K N G O

Limbah

Resiko Tinggi 0 0 0 1 0 1 1,6%

Resiko Rendah 8 20 14 11 6 59 98,3%

Jumlah 8 20 14 12 6 60 100%

Tabel 4.4 menunjukkan status gizi karakteristik subyek penelitian


berdasarkan sanitasi pembuangan saluran air limbah. Didapatkan risiko tinggi
pada 1 orang wanita prakonsepsi dengan status gizi gemuk (1,6%), sedangkan
sejumlah 59 wanita prakonsepsi memiliki risiko rendah (98,3%) yang terdiri dari
8 responden status gizi sangat kurang, 20 responden status gizi kurang, 14
responden status gizi normal, 11 responden status gizi gemuk, 6 responden status
gizi obesitas.

Tabel 4.5 Distribusi Pengelolaan Sampah Terhadap Status Gizi


Responden

Pengelolaan Status Gizi Frekuensi Presentase

Sampah SK K N G O

Resiko Tinggi 0 0 0 1 0 1 1,6%

Resiko Rendah 8 20 14 11 6 59 98,3%

Jumlah 8 20 14 12 6 60 100%
Tabel 4.5 menunjukkan status gizi karakteristik subyek penelitian
berdasarkan sanitasi pembuangan saluran air limbah. Didapatkan risiko tinggi
pada 1 orang wanita prakonsepsi dengan status gizi gemuk (1,6%), sedangkan
sejumlah 59 wanita prakonsepsi memiliki risiko rendah (98,3%) yang terdiri dari
8 responden status gizi sangat kurang, 20 responden status gizi kurang, 14
responden status gizi normal, 11 responden status gizi gemuk, 6 responden status
gizi obesitas.

3. Analisis Bivariat

Tabel 4.6 Korelasi antara Sanitasi Dasar dengan Status Gizi Wanita Prakonsepsi

Variabel Signifikansi
Pengaruh Sanitasi
Sanitasi Air Bersih 0,133
Dasar terhadap
Sanitasi Jamban 0,076
Status Gizi Wanita
Saluran Pembuangan Air Limbah 0,319
Prakonsepsi
Pengelolaan Sampah 0,319

Berdasarkan Tabel 4.6 yang menunjukkan hasil uji bivariat pada penelitian ini
diketahui bahwa dari seluruh variabel sanitasi dasar yang diteliti tidak memiliki
hubungan dengan status gizi wanita prakonsepsi. Sanitasi air bersih menghasilkan
nilai p value sebesar 0,133 (>0,05), sanitasi jamban menghasilkan nilai p value
sebesar 0,076 (>0,05), saluran pembuangan air limbah menghasilkan nilai p value
sebesar 0,319 (>0,05), dan pengelolaan sampah menghasilkan nilai p value sebesar
0,319 (>0,05), sehingga dari keseluruhan hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh atau hubungan yang signifikan antara seluruh variabel sanitasi
lingkungan yang diteliti dengan status gizi wanita prakonsepsi sehingga H1 ditolak
dan H0 diterima.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar terhadap
status gizi wanita prakonsepsi di Puskesmas Kawatuna tahun 2022. Status gizi
wanita prakonsepsi pada penelitian ini dinilai dengan menggunakan pengukuran
indeks masa tubuh (IMT).
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, diketahui bahwa
responden untuk data sanitasi dasar air bersih yaitu sebanyak 1 responden kategori
resiko tinggi (1,6%) dan yang kategori resiko rendah sebanyak 59 responden
(98,3%). Untuk data responden sanitasi dasar jamban yaitu sebanyak 57
responden kategori resiko tinggi (95 %) dan yang kategori resiko rendah sebanyak
3 responden (5%). Data responden untuk sanitasi dasar pembuangan saluran air
limbah yaitu sebanyak 1 responden kategori resiko tinggi (1,6%) dan yang
kategori resiko rendah sebanyak 59 responden (98,3%). Data responden untuk
sanitasi dasar pembuangan saluran air limbah yaitu sebanyak 1 responden kategori
resiko tinggi (1,6%) dan yang kategori resiko rendah sebanyak 59 responden
(98,3%).
Setelah dilakukan uji statistik menggunakan pearlson korelasi diperoleh nilai
p pada seluruh variabel yaitu p > 0.05. Hasil uji ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna antara sanitasi dasar terhadap
status gizi wanita prakonsepsi. Berdasarkan hasil uji tersebut dapat diketahui
bahwa hipotesis penelitian H0 diterima yaitu tidak terdapat pengaruh sanitasi dasar
terhadap status gizi wanita prakonsepsi di Puskesmas Kawatuna tahun 2022.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Pengaruh Sanitasi Dasar
terhadap Status Gizi wanita prakonsepsi diwilayah kerja Puskesmas Kawatuna,maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat pengaruh sanitasi dasar air bersih terhadap status gizi wanita
prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna.
2. Tidak terdapat pengaruh sanitasi dasar jamban terhadap status gizi wanita
prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna.
3. Tidak terdapat pengaruh sanitasi dasar pembuangan saluran air limbah terhadap
status gizi wanita prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna.
4. Tidak terdapat pengaruh sanitasi dasar pengelolaan sampah terhadap status gizi
wanita prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna.
5. Dari ke empat sanitasi dasar diatas tidak ditemukan adanya pengaruh ke status gizi
wanita prakonsepsi sehingga disimpulkan tidak adanya pengaruh yang signifikan
antara sanitasi dasar terhadap status gizi wanita prakonsepsi di Puskesmas
Kawatuna
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Perlu dilakukannya penelitian yang lebih lanjut dengan pendekatan yang berbeda
2. Tetap mengevaluasi kondisi sanitasi dasar maupun status gizi wanita prakonsepsi
diwilayah kerja Puskesmas Kawatuna
DAFTAR PUSTAKA

Angkat, HA. 2018. Penyakit Infeksi dan Praktek Pemberian MP-ASI terhadap
Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan
Simpang Kiri Kota Subulussalam. Jurnal Dunia Gizi. Vol 1, No 1,
Juni 2018: 52-58
Celesta, AG, Fitriyah, N. 2019. Gambaran Sanitasi Dasar di Desa Payaman,
Kabupaten Bojonegoro Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
Vol. 11 No. 2, April 2019: 83-90
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2020. Palu: Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah. 2020
Doloksaribu, LG, Simatupang, AM. 2019. Pengaruh Konseling Gizi
Prakonsepsi terhadap Pengetahuan dan Sikap Wanita Pranikah di
Kecamatan Batang Kuis. Jurnal Kesehatan Gizi. Volume 8 Nomor 1,
Jan-Juni 2019: 63-73
Nurhayati, E. 2015. Indeks Masa Tubuh (IMT) Pra Hamil dan Kenaikan Berat
Badan Ibu Selama Hamil Berhubungan dengan Berat Badan Bayi
Lahir. Jounal Ners and Midwifery Indonesia. Yogyakarta
Nursalim, et al. 2020. Pembinaan Masyarakat dalam Perbaikan Sanitasi
Lingkungan. Jurnal Pengabdian. Volume 4 No. 1, Juli 2020: 95-102
Paratmanitya Yhona, Hamam Hadi dan Susetyowati. 2012. Citra tubuh,
asupan makan, dan status gizi wanita usia subur pranikah. Jurnal gizi
klinik Indonesia, 126-134
Sumarmi, S. 2019. Gizi Prakonsepsi: Mencegah Stunting Sejak Menjadi Calon
Pengantin. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga
Suryani, AS. 2020. Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi
Covid-19. Jurnal Masalah-Masalah Sosial, Vol. 11 No. 2, Desember
2020: 199-214
Susilowati. Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan, Bandung: PT
Refika Aditama
Syamsari Syarifah. 2020. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Sanitasi
Lingkungan Dengan Status Gizi Prakonsepsi Di Polobangkeng Utara
Takalar. The Journal of Indonesian Community Nutrition Vol. 9 No.
2, 2020

Anda mungkin juga menyukai