ABSTRAK
Latar Belakang: Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) merupakan suatu pendekatan untuk mengubuh
perilaku higiene dan sanitasi dengan melakukan pemicuan di komunitas. STBM meliputi 5 pilar, yaitu stop
buang air besar sembarangan (BABS), mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang
aman, pengamanan sampah rumah tangga, mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. Pelaksanaan
STBM di Kecamatan Aesesa Selatan selama 7 tahun mengalami peningkatan jumlah sarana sanitasi total
berbasis masyrakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program sanitasi total berbasis
masyarakat di Kecamatan Aesesa Selatan yang meliputi tahapan input, proses dan output.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan
sampel secara purposive sampling dan dilakukan dengan wawancara mendalam. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak sebanyak 20 orang yaitu petugas sanitarian 1 orang, serta 19 orang tim STBM desa.
Hasil: Penelitian ini menunjukan hanya ada satu orang petugas sanitarian, tidak ada sarana transportasi, dan
tidak adanya evaluasi lintas sector, tetapi ada peningkatan ketersediaan sarana Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat.
Kesimpulan: Penelitian ini adalah pelaksanaan program STBM di wilayah kerja Puskesmas Jawakisa belum
dapat berjalan dengan baik karena terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaanya. Diharapkan adanya
pendampingan dan keikutsertaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo dalam pelaksanaan program
STBM.
ABSTRACT
Background: Community-based total sanitation is an approach way to improve hygiene and sanitation
behavior by triggering into the community. STBM includes 5 pillars; Stopping illegal defecation (BABS),
washing hands with soap, maintaining drinking water and food properly, securing household waste, and
managing household liquid waste safely & properly. The implementation of STBM in Subdistrict of South
Aesesa for 7 years revealed increased the number of community-based total sanitation facilities. This study
aims to evaluate the implementation of a community-based total sanitation program in Subdistrict of South
Aesesa which includes input, process and output stages.
Methods: An evaluation method with a qualitative approach were uses in this study. The sampling technique
was purposive sampling with in-depth interviews. The number of samples in this study were 20 people,
namely 1 sanitarian officer, and 19 village STBM team members.
Results: This study shows that there is only one sanitarian officer, no transportation, and no cross-sector
evaluation, on the other side there is an increase in the availability of Community-Based Total Sanitation
facilities.
Conclusion: The research of the STBM program were implemented in the work area of the Jawakisa Health
Center, it was not been able to work properly. because there are several problem occured. Thus the writer
hoped that there will be assistance from the Nagekeo District Health Office to perfectly aid the implement of
STBM program.
Keywords: Evaluation, STBM
Pilar STBM
Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5
Buang air Cuci Pengelola Pengelola Pengelola
PEMBAHASAN
Input dalam Pelaksanaan Program STBM
Sumber Daya Manusia
Salah satu faktor keberhasilan pada suatu program
Kesehatan adalah tersedianya sumber daya
manusia Kesehatan yang memadai. 11
Kualitas
Berdasarkan hasil wawancara peneliti alokasi dana khusus untuk pelaksanaan STBM dan
dengan informan pemegang program memiliki menurut pengelola STBM juga mengatakan dana
beban ganda selain penanggung jawab program yang ada selama ini sudah mencukupi untuk
juga sebagai bendahara, pengimputan data kegiatan pelaksanaan STBM. Hasil wawancara
kujungan pasien dan membantu pengelola SP2TP dengan informan lainya bahwa dana untuk progam
(system pencatan dan pelaporan terpadu STBM berasal dari Dinas Kesehatan, APBN, BOK,
Puskesmas) seharusnya terdapat tenaga khusus serta swadaya masyarakat di mana dana BOK
yang bertanggung jawab sebagai bendahara, tersebut digunakan mulai dari sosialisasi hingga
sehingga tidak mempengaruhi tugas pokok dari tahap evaluasi. Suatu program dapat terlaksana
penanggung jawab program sanitasi lingkungan dengan baik jika dana yang tesedia mencukupi,
karena hal tersebut juga akan menghambat kinerja oleh karena itu menurut peneliti, setiap desa harus
pemegang program, namun jika petugas merasa memiliki alokasi dana khusus yang berasal dari
terbebani karena hanya ada satu tenaga sanitarian desa dan swadaya masyarakat. Hal ini sejalan
saja yang terlibat sebaiknya petugas aktif menjalin dengan peneitian yang dilakukan Agus Erwin
kerja sama dengan program lain, sedangkan Ashari, Fajar Akbar (2016) di Kabupaten Mamuju
menurut Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang dimana untuk kegiatan sanitasi total berbasis
puskesmas adalah 1 tenaga kesehatan lingkungan masyarakat tergantumg anggaran di puskesmas.
untuk puskesmas Kawasan pedesaan baik rawat Sarana Prasarana
inap maupun non rawat inap. Peralatan untuk kegiatan pemicuan STBM tidak
Dalam rangka peningkatan pelayanan suatu sulit untuk mereka peroleh. Hal ini sejalan dengan
organisasi Kesehatan maka ketersediaan dan penelitian yang dilakukan oleh Entianopa, dkk
kecukupan unsur inti (core element) yang dimana sarana untuk pelaksanaan program STBM
membentuk organisasi sangatlah penting untuk sudah memadai. Semua bahan dan alat untuk
keberhasilan dan kemajuan organisasi.13 pelaksanaan kegiatan STBM di sediakan oleh
Sumber daya yang mempengaruhi masyarat dan Tim STBM.
efektivitas pelaksanaan program, selain sumber Waktu
daya manusia adalah dana. Dana tersebut Target waktu yang ditetapkan oleh Puskesmas
berfungsi untuk membiayai operasional adalah minimal satu desa bisa mencapai 100%
pelaksanaan kegiatan. Terbatasnya anggaran akan memiliki sarana STBM dalam setahun yaitu sejak
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program. dimulainya sosialisasi pada bulan Maret tahun
Disamping program tidak dapat dilaksanakan 2013 selain itu pula adapun target dari Dinas
dengan optimal, terbatasnya anggaran Kesehatan Kabupaten Nagekeo memiliki target
menyebabkan disposisi para pemangku program yang tertuang dalam RENSTRA yang sudah
rendah, bahkan akan terjadi goal displacement ditetapkan dimana target Dinas kesehatan terkait
terdapat pencapain tujuan dan sasaran program.14 STBM adalah ditahun 2019 bahwa 100 % desa
Anggaran sudah melakukan dan menerapkan STBM.
Hasil wawancara dengan informan utama Kebijakan
bahwa secara umum di Puskesmas mempunyai Hasil wawancara dengan informan diketahui
bahwa, yang menjawab tentang kebijakan terkait masyarakat. Hal ini sesuai dengan pedoman
program STBM sebanyak 11 informan (55%) dan 9 pelaksanaan teknis STBM tahun 2012, dimana
informan (45 %) mengatakan bahwa lupa dimana dijelaskan perlunya dilakukan analisis situasi untuk
kebijakan yang digunakan sebagai dasar menggambarkan kondisi sanitasi masyarakat
pelaksanaan STBM yaitu peraturan yang terlebih dahulu walaupun keadaan dokumen hanya
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yaitu bukti terlaksananya suatu kegiatan.16
permenkes nomor 3 tahun 2014.
Tujuan penetapan Peraturan Menteri Pelaksanaan Pemicuan
Kesehatan (Permenkes) RI nomor 03 tahun 2014 Kegiatan pemicuan di masyarakat sudah dilakukan
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah oleh sanitarian dan tim STBM desa di 7 desa yang
untuk menurunkan angka kejadian diare dan ada di wilayah kerja puskesmas Jawakisa. Alat –
meningkatkan Higienitas dan kualitas kehidupan alat dan bahan dalam pemicuan seperti sekam
masyarakat Indonesia. padi, kerta warna warni, tali rafiah dan air mineral
Metode disiapkan oleh masyarakat dan tim STBM untuk
Berdasarkan hasil penelitian metode yang menjadi alat peraga disaat pemicuan. Pelaksanaan
dipakai dalam pelaksanaan program sanitasi total pemicuan di komunitas oleh tim fasilitator dan tim
berbasis masyarakat di tujuh desa yang ada di STBM desa dapat melaksanakan pemicuan
wilayah kerja puskesmas jawakisa adalah dengan baik dan benar hal ini dapat dibuktikan
pemicuan, dimana dengan persentase menjawab dengan hasil wawancara dengan informan.
ya menggunakan metode pemicuan 100 %. Hasil Informan dapat menyebutkan dengan baik
penelitian di puskesmas jawakisa menunjukkan tahapan-tahapan pemicuan walaupun tidak
bahwa semua pelaksanaan program sanitasi total menyebutkan secara berurutan. Didalam
berbasis masyarakat dilaksanakan berdasarkan pelaksanaan pemicuan dikomunitas pengelola
acuan pada peraturan Menteri kesehatan Republik STBM puskesmas berkolaborasi dengan tim STBM
Indonesia Nomor 03 tahun 2014 tentang Sanitasi desa. Tahapan - tahapan tersebut dapat
Total Berbasis Masyarakat adalah untuk laksanakan dengan baik oleh pengelola STBM
menurunkan angka kejadian diare dan puskesmas dan tim STBM desa dapat diketahui
meningkatkan higienitas dan kualitas kehidupan dari hasil wawancara dengan pengelola STBM
masyarakat Indonesia. puskesmas. Hal ini menunjukkan bahwa proses
Proses Pelaksanaan Program STBM pelaksanaan STBM dan pemicuan sudah sesuai
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dengan pedoman pelaksanaan program STBM.
bahwa proses perencanaan program STBM sudah Pemantauan dan evaluasi
dijalankan dengan baik, sementara pengelola Proses pemantauan dan evaluasi program STBM
STBM di puskesmas maupun tim STBM sama – berjalan dengan tidak baik, dimana pengelola
sama melakukan identifikasi masalah. program STBM di Puskesmas tidak lagi melakukan
Perencanaan waktu, tempat dan sasaran pemicuan pemantauan dan evaluasi perubahan sikap
dilakukan dengan baik. Selain itu terbentuknya masyarakat dalam BABS. Selain itu juga tidak
fasilitator desa dan adanya advokasi kepada tokoh adanya evaluasi kembali program STBM bersama
masyarakat oleh pengelola program STBM, hal ini total berbasis masyarakat setelah pelaksanaan
disebabkan karena kurangnya pemahaman program. Ada peningkatan jumlah sarana 5 pilar
pengelola Program STBM tentang pentingnya STBM setelah pelaksanaan program bahkan ada 4
dilakukan pemantauan dan evaluasi pasca desa yang telah di deklarasikan karena sudah
dilakukan pemicuan dan keterbatasan anggaran 100% menerapakan dari pilar 1 sampai pilar 5.
yang tersedia. Hal ini sejalan dengan penelitian Sedangkan 3 desa lainnya yakni desa Tengatiba,
yang dilakukan di Probolinggo dimana proses Desa Wajomara dan Desa Renduteno belum
pemantauan dan evaluasi dikategorikan tidak baik mencapai lima pilar STBM. Dapat dikatakan bahwa
sebab sebanyak 61% petugas sanitasi tidak ketiga desa tersebut baru terdapat 40 % rumah
melakukan pemantauan perilaku masyarakat dalam tangga yang sudah memiliki sarana STBM dari
BABS. Sedangkan pemantaun dan evaluasi pasca 1444 rumah tangga.
pelaksanaan pemicuan merupakan hal yang Berdasarkan hasil observasi diketahui ada
penting untuk mengevaluasi keberhasilan perubahan perilaku pada masyarakat yang dilihat
pelaksanaan kegiatan tersebut. langsung saat menggunakan jamban ketika buang
Penyusunan Laporan air besar, mencuci tangan dengan sabun pada air
Laporan merupakan informasi yang yang mengalir, dan juga selalu menampung dan
disampaikan secara tertulis. Membuat atau mengisi air Kembali Ketika air sudah habis
menyusun laporan kerapkali dilakukan sebagai digunakan dalam jerigen ataupun ember. Dari total
salah satu sarana penyampaian informasi yang rumah tangga yang ada dengan persentase 48,8 %
efektif. Indikator keberhasilan suatu kegiatan telah menggunakan sarana lima pilar STBM
program apapun yang dilaksanakan tidak akan sedangkan 53,1 % belum memiliki sarana STBM.
terlihat wujudnya, tanpa sebuah laporan secara Mengingat desa yang melaksanakan STBM adalah
tertulis Sebuah data dan informasi yang berharga suatu desa dikatakan telah melaksanakan STBM
dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat apabila telah ada intervensi melalui pemicuan di
dan benar. Berdasarkan hasil penelitian laporan salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut,
program dikirim ke tingkat kabupaten. Hal ini harus ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk
dilakukan untuk mengetahui perkembangan melanjutkan aksi intervensi STBM baik individu
program dan untuk pelaksanaan program dan (natural leader) atau pun bentuk kelompok
tindak lanjut. Data sangat dibutuhkan baik di tingkat masyarakat, dan sebagai respon dari aksi
puskesmas kabupaten ataupun provinsi dan pusat intervensi STBM, kelompok masyarakat menyusun
untuk menentukan ada tidaknya anggaran yang suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka
akan diberikan untuk pelaksanaan program di mencapai komitmen perubahan perilaku pilar
tahun berikutnya dan bernilai terhadap kinerja STBM, yang telah disepakati bersama.
petugas. Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas
Output Pelaksanaan Program STBM Jawakisa belum mencapai target yang di tetapkan
Berdasarkan hasil penelusuran data oleh Puskesmas yaitu 100 % untuk seluruh desa
diperoleh hasil bahwa di wilayah kerja Puskesmas dalam menerapkan lima pilar STBM. Sehingga
Jawakisa ada peningkatan jumlah sarana sanitasi dalam Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten
Nagekeo Mendeklarasikan Kecamatan pada tahun targetkan dengan tidak terlepas dari konsep
2020 tidak tercapai. Oleh karena itu perlu adanya STBM itu sendiri.
strategi – strategi dalam hal untuk dapat mencapai
KESIMPULAN
target yang di harapkan seperti halnya :
Pelaksanaan tahapan input program STBM
1. Pembuatan regulasi di mana hal ini
di wilayah kerja Puskesmas Jawakisa secara
melibatkan pemerintah daerah setempat
umum belum berjalan dengan baik, hal ini
berupa Peraturan Desa (PERDES) yang
disebabkan karena jumlah/kuantitas sumber daya
mana salah satu point memuat hal
manusia belum mencukupi serta kurang
mengenai keharusan setiap warga untuk
mendukungnya sarana transportasi sedangkan
menyediakan sarana terkait dalam 5 pilar
dalam proses perencanaan secara umum berjalan
STBM dengan pemahaman pentingnya hal
dengan baik namun terkendala pada pemantauan
ini sebagai upaya untuk peningkatan derajat
dan evaluasi STBM. Output dalam program STBM
kesehatan masyarakat di samping itu pula
menunjukan bahwa ada peningkatan jumlah sarana
tetap dapat mengontrol setiap desa yang
5 pilar STBM setelah pelaksanaan program bahkan
telah mencapai 100 % dalam penerapan
ada 4 desa yang telah di deklarasikan karena
STBM.
sudah 100% menerapkan dari pilar 1 sampai pilar
2. Pemanfaatan ruang musrembang untuk
5. Sedangkan 3 desa lainnya yakni desa
menyuarakan kegiatan STBM sehingga
Tengatiba, Desa Wajomara dan Desa Renduteno
dapat menjadi salah satu program dalam
belum mencapai lima pilar STBM
perencanaan tingkat desa berupa lomba
lingkungan sehat antar dusun yang mana
Saran
dalam point – point penilaian memuat
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo
tentang 5 pilar STBM serta menjadi salah
Perlu adanya pendampingan dalam
satu tahapan untuk evaluasi perkembangan
keikutsertaan dalam proses pemantauan
dari setiap desa yang ada.
dan evaluasi dalam pelaksanaan program
3. Memfasilitasi untuk perencanaan kegiatan
STBM sebingga mencapai target yang
yang inovatif seperti kelompok arisan dapat
ditetapkan.
berupa arisan jamban dan lain sebagainya,
2. Bagi Institusi Pendidikan
penetapan kelompok peduli lingkungan
Dapat dijadikan masukan dan bahan
yang bersumber dari masyarakat sendiri,
pembelajaran bagi institusi pendidikan
hal ini juga sebagai salah satu cara untuk
mengenai pelaksanaan program STBM
masyarakat setempat lebih memperhatikan
3. Bagi tim fasilitator desa
Kesehatan yang merupakan hal yang
Tim fasilitator desa harus memiliki strategi
penting serta meningkatkan kepedulian
untuk kelancaran pelaksanaan program
terhadap lingkungan dan sesama. Dengan
STBM.
strategi-strategi ini dapat meningkatkan
4. Bagi peneliti
pencapaian program STBM yang di
Menjadi masukan dan pembelajaran 10. Desk LAMPIRAN PROFIL KESEHATAN
KAB.
tentang pelaksanaan program STBM di
wilayah kerja Kecamatan Aesesa Selatan 11. Profil Puskesmas Jawakisa. 2019.
agar dapat menambah wawasan tentang 12. Harsa IMS. The Relationship Between Clean
pelaksanaan dan mengatasi kendala Water Sources And The Incidence Of
Diarrhea In Kampung Baru Resident At
maupun keterbatasan dalam pencapaian Ngagelrejo Wonokromo Surabaya. J
program STBM Agromedicine Med Sci. 2019;5(3):124.
Wilayah Puskesmas Jawakisa yang telah 14. Supriyanto A. Pengantar teknologi informasi.
Jakarta: Salemba infotek; 2007.
berkontribusi pada penelitian ini.
Daftar Pustaka 15. Ayuningtyas D. Kebijakan kesehatan; Prinsip
dan Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo
1. Undang-undang republik indonesia No 36 Persada; 2015. xxviii+198.
tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI; 2009. 16. Azwar, Azrul. Pengantar administrasi
kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara; 1996.
2. Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan
Teori dan Perilaku Kesehatan, hal 194-. 17. Kast FR. Organisasi dan manajemen.
Jakarta; 2012. 194 p. Jakarta; 1985.
3. Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan 18. Kar K CR. Community-Led Total Sanitasion.
Teori dan Aplikasi. Jakarta; 2015. hal. 2. In London: Plan Internasional UK; 2008. p.
96p.
4. Blum H. L. Status Derajat Kesehatan.
Jakarta; 2010. 19. M. N. Dampak program sanitasi total
berbasis masyarakat (STBM)pilar pertamadi
5. Menteri Kesehatan RI no 3. Sanitasi total Desa Gucialit Kecamatan Gucialit
berbasis masyarakat. Jakarta: Peraturan Kabupaten Lumajang.
menteri kesehatan; 2014.
20. Direktorat Kesehatan Lingkungan, Direktorat
6. Kemenkes RI. Pedoman Pelaksanaan Jenderal Kesehatan Masyarakat,
Teknis STBM Tahun 2012. Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Roadmap STBM
[Internet]. 2012;1–72. Available from: tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian
http://stbm.kemkes.go.id/public/docs/referen Kesehatan RI; 2016.
ce/5b99c4c2576e12f4c9a2019139312658b2
f3704c9abc5.pdf 21. Kemenkes RI. Perilaku cuci tangan pakai
sabun di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI;
7. Kementrian Kesehatan RI. Strategi nasional 2014.
sanitasi total berbasis masyarakat. Jakarta:
Keputusan Menteri Kesehatan 22. Kemenkes RI. Peraturan menteri kesehatan
No.852/MENKES/SK/IX/2008; 2008. RI nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi total
berbasis masyarakat. 2014;
8. Dinkes NTT. Ntt bangkit ntt sejahtera. Profil
Kesehat Provinsi Nusa Tenggara Timur. 23. Ditjen PP dan PL. Pedoman pelaksanaan
2018; sanitasi total berbasis masyarakat (STBM).
Depkes RI; 2011.
9. kemenkes.kuriculum dan modul pelatihan
fasilitar stbm sanitsi total berbasis masyrakat 24. Nugraha M. Dampak program sanitasi total
di ndonesia. 2014; berbasis masyarakat (STBM) pilar pertama
di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit
Kabupaten Lumajang. Kebijak dan Manaj
Publik. 2015;3(2014):44–53. 38. Herlambang S. Manajemen pelayanan
kesehatan rumah sakit. 1st ed. Yogyakarta:
25. Chandra B. Pengantar kesehatan Gosyen Publishing; 2016. x + 189.
lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedkteran EGC; 2007. 39. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
26. Suparmin, Soeparman. Pembuangan tinja tahun 2014 tentang pusat kesehatan
dan limbah cair. Jakarta: EGC; 2002. masyarakat. 2014;
27. Sutomo A,Machfoed I RW. Kesehatan 40. Sugiyono. Metode penelitian pendidikan:
lingkungan untuk keperawatan. Yogyakarta: pendekatan kuantitatif, kualitatif. Bandung:
Fitramaya; 2013. Alfabeta cv; 2016.
28. Kiprah. Jangan anggap sepele BAB 41. G. SMS. Metodologi penelitian : kuantitatof
sembarangan. Artik Kiprah. 2012;50. dan kualitatif.
29. Sunarti. Faktor-faktor yang mempengaruhi 42. Erwin Agus, dkk Tahun 2016 Evaluasi
kejadian kejadian diare pada anak balita (1- Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
<5) tahun di Kota Padangsimpuan Di Kabupaten Mamuju. Jurusan Kesehatan
tahun2015. FKM USU. 2015; Lingkungan Poltekkes Kemenkes Mamuju.
2, 2443-3861
30. WSP-EAP. Information on improved latrine
option. Jakarta: World Bank Office; 43. Gangan SKM, dkk Tahun 2019, Evaluasi
Pelaksanaan Program Sanitasi Total
31. Wijono D. Manajemen program promosi Berbasis Masyarkat (Stbm) Di Desa
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Mangunreja Kecamatan Mangunreja Upt
Surabaya: CV. Duta Prima Airlangga; 2010. Puskesmas Mangunreja Kabupaten
32. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Tasikmalaya Tahun 2018. Jurnal Bidkesmas.
Menteri Kesehatan 2, 1-10
No.852/MENKES/SK/IX/2008 Tentang 44 Ichwanudin, tahun 2016 Kajian Dampak
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Masyarakat. 2008. Terhadap Akses Sanitasi di Kabupaten
33. Aziz A. Pengantar keperawatan anak. Wonogiri. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Jakarta: Salemba medika; 2006. Indonesia 15 (2), 46 - 49
34. Budiman, Juhaeriah J, Abdilah AD, Yuliana 45 Andri Satriadi Firmana, dkk., 2017
B. Dengan kejadian diarepada balita di Pembiayaan Kesehatan Operasional
Kelurahan Cibabat. Sains, Teknol dan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Kesehat. 2010;(852):189–94. (STBM) Di Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumbawa BaraT. Jurnal Kebijakan
35. Nagekeo K, Angka D. Kabupaten nagekeo Kesehatan Indonesia. 06, 29-37
dalam angka 2020. 2020;
46 Farouk Ilmid Davik Evaluasi Pelaksanaan
36. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa tenggara Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pilar
Timur. Revolusi KIA NTT: Semua Ibu Hamil Stop BABS Di Puskesmas Probolinggo.
Melahirkan di Fasilitas Kesehatan yang Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat. 107,
Memadai. Dinas Kesehat Provinsi Nusa 1-10
Tenggara Timur Kementrian Kesehat
Republik Indones [Internet]. 2017;1–304. 47 Rumajar, dkk., 2019 Analisis Tingkat
Available from: Keberhasilan Pelaksanaan Program Sanitasi
https://www.kemkes.go.id/resources/downlo Total Berbasis Masyarakat (STBM) di
ad/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2017/19 Wilayah Kerja Puskesmas Manganitu
_NTT_2017.pdf Kabupaten Kepl. Sangihe (Studi Di Desa
Taloarane I). Jurnal Kesehatan Lingkungan.
37. Trihono. Arrimes manajemen puskesmas 9, 1-10
berbasis paradigma sehat. 1st ed. Trihono,
editor. Jakarta: Sagung Seto; 2005. 196 p. 48 Moh. Fajar Nugraha., 2019 Dampak
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Pilar Pertama di Desa Gucialit Pembiayaan Kesehatan Operasional
Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang. Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Kebijakan dan Manajemen Publi 3 Nomor 2, (Stbm) Di Dinas Kesehatan Kabupaten
2303-341x Sumbawa Barat, Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia 6, 29-37
49 Yulis Indriyani, dkk., 2016 Kajian Strategi
Promosi Kesehatan Sanitasi Total Berbasis 51 Dedi Mahyudin Syam., 2020 Pengetahuan
Masyarakat (Stbm) Kelurahan Tirto Dan Sikap Dalam Pelaksanaan Sanitasi
Kecamatan Pekalongan Barat Kota Total Berbasis Masyarakat (STBM) Di
Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Kabupaten Donggala. Jurnal Ilmu
5, 1-12 Kesehatan. 14, 82-88