Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) merupakan upaya
pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang akan menimbulkan
hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan
hidup manusia. Kondisi sanitasi di Indonesia merupakan salah satu aspek
penting yang menjadi perhatian, terutama di daerah pedesaan (Bappenas,
2015).
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan
nama Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan program
pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan
sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan
kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah
untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan.
STBM terdiri dari 5 pilar yaitu stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS),
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum Dan Makanan
Rumah Tangga (PAMMRT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT),
dan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PALRT). Strategi Nasional
STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit
berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku
(Kemenkes, 2014)
Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk mencapai target
Millennium Development Goals sektor Air Minum dan Sanitasi, yaitu
menurunkan separuh dari proporsi penduduk yang belum mempunyai akses
air minum dan sanitasi dasar pada Tahun 2015. Pemerintah Indonesia
melaksanakan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu
salah satu program nasional (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) untuk
meningkatkan akses penduduk perdesaan dan peri-urban terhadap fasilitas air
minum dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat.
(Satterthwaite D, 2016)
2

STBM terbukti efektif dalam upaya mempercepat akses terhadap sanitasi


yang layak. Hal ini dikarenakan STBM merupakan pendekatan dan
paradigma pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan
pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku, dengan pendekatan
pemicuan. Indonesia telah membuat kemajuan dalam beberapa tahun terakhir
untuk membantu orang dalam mendapatkan akses ke layanan air dan sanitasi
yang lebih baik. Pada tahun 2011, sekitar 55% populasi memiliki akses ke
peningkatan layanan pasokan air, dan 56% dari populasi memiliki akses ke
layanan sanitasi yang lebih baik dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya
(WSP, 2015)
Untuk bisa terselenggaranya program STBM lebih optimal dan bisa
lebih baik lagi kedepannya, perlu dengan adanya kerja sama dari pihak-pihak
pelayanan kesehatan yang bisa terjun dan berinteraksi langsung dengan
masyarakat, diantara pelayanan tersebut adalah puskesmas. Puskesmas adalah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas
berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh
derajat kesehatan yang optimal. Dengan demikian puskesmas berfungsi
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan
strata pertama (Depkes RI, 2014).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif),
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi
3

semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas


(Kemenkes RI, 2014).
DATA STBM PUSKESMAS 2018

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam analisis program puskesmas ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hasil analisis program STBM yang dilakukan
oleh Puskesmas Kartasura.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hasil pelaksanaan program pengendalian STBM yang
telah diakukan Puskesmas Kartasura.
b. Mengetahui kendala yang dihadapi untuk melaksanakan program
STBM di Puskesmas Kartasura.
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pelaksanaan program STBM di Puskesmas Kartasura.
d. Untuk mengetahui upaya atau kegiatan yang telah dilaksanakan oleh
Puskesmas Kartasura terhadap STBM.

C. Manfaat
1. Mengetahui hasil pelaksanaan program pengendalian STBM yang telah
diakukan Puskesmas Kartasura.
2. Mengetahui kendala yang dihadapi untuk melaksanakan program STBM di
Puskesmas Kartasura.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pelaksanaan program STBM di Puskesmas Kartasura.
4. Untuk mengetahui upaya atau kegiatan yang telah dilaksanakan oleh
Puskesmas Kartasura terhadap STBM.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KOMUNITAS
1. Pengertian
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal disuatu
wilayah yang sama, serta memiliki kegiatan dan mata pencaharian yang
sama untuk memenuhi kebutuhan hidup utama secara bersama.
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada
kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas
dengan menekankan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif (Kholifah, 2016).
2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
a. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-
upaya sebagai berikut.
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut;
c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
5

e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka


hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi Keperawatan Komunitas
1) Mengidentifikasi kebutuhan komunitas terhadap pelayanan
kesehatan. Hal ini penting dilakukan agar pelayanan kesehatan
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan komunitas.
2) Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas. Rencana ini
dibuat berdasarkan hasil pengkajian kebutuhan komunitas
terhadap pelayanan kesehatan.
3) Mengoordinasikan aktivitas tim kesehatan multi disiplin sehingga
pelayanan yang diberikan dapat optimal dan tepat sasaran.
4) Menilai kualitas pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan
yang telahdiberikan. Sebagai manager, hal ini penting untuk
meningkatkan pengelolaan berikutnya (Kholifah, 2016).
3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga
dengan masalah kesehatan dilingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penanganan atau pencegahan penyakit
yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang
bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi
memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan
pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
6

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang


dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya
kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-
Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu
”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya;
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

B. PUSKESMAS
1. Pengertian
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya (Kholifah, 2016).
Menurut Peraturan KemenKes No.75 Tahun 2014, puskesmas
merupakan fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
7

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya


(Kementrian Kesehatan RI, 2017).
2. Tujuan
Tujuan dari puskesmas menurut Kemenkes (2010), adalah
mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia sehat 2015.
3. Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan
(UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM), Puskesmas harus menyelenggarakan UKM
esensial dalam rangka mendukung pencapaian standar pelayanan minimal
(SPM) kabupaten/kota bidang kesehatan. UKM esensial meliputi
pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan ibu, anak, keluarga berencana, pelayanan gizi, dan pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit. Selain melaksanakan UKM
esensial, puskesmas juga melaksanakan UKM pengembangan yang
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja
dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing puskesmas.
Sebagai contoh UKM pengembangan yaitu Pelayanan Kesehatan Kerja,
Pelayanan Kesehatan Olahraga, dan Pelayanan Kesehatan Tradisional
(Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Dalam menyelenggarakan fungsi UKM tingkat pertama di wilayah
kerjanya Puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dananalisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
8

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan


masyarakat dalambidang kesehatan;
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengansektor lain terkait;
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatanberbasis masyarakat;
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas;
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan;
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respons
penanggulangan penyakit (Kholifah, 2016).

4. Peran Puskesmas
Peran puskesmas yakni bertanggung jawab atas satu wilayah
administrasi pemerintahan, yakni kecamatan atau bagian dari kecamatan.
Di setiap kecamatan harus terdapat minimal satu puskesmas. Untuk
membangun dan menentukan wilayah kerja puskesmas, faktor wilayah,
kondisi geografis, dan kepadatan/jumlah penduduk merupakan dasar
pertimbangan (Kemenkes RI, 2016).
Selain itu, puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat
(Kementrian Kesehatan RI, 2017)
C. PUSKESMAS KARTASURA
9

1. Letak Geografis
a. Letak Umum
Kecamatan Kartasura terletak di dataran tinggi, dengan tinggi 121m
diatas permukaan laut, dengan luas wilayah 1.923 Ha.
Jarak dari Barat ke Timur _+ 8,0 Km
Jarak dari Barat ke Selatan -+ 5,0 Km
Jarak dari ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Sukoharjo 23,00
Km kabupaten Sukoharjo yang luas wilayahnya terkecil, tapi letaknya
sangat strategis karena berbatasan langsung dengan 2 kabupaten, 1
Kota madya dan 1 kecamatan.
Batas- batas Kecamatan :
- Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar.
10

- Sebelah Timur : Kota Surakarta


- Sebelah Selatan : Kecamatan Gatak
- Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
b. Keadaan
1) Keadaan wilayah
Disamping berbatasan dengan 2 kabupaten dan 1 kota madya
serta 1 kecamatan, kecamatan kartasura terletak pada jalur
pertemuan transportasi darat yang datang dan pergi dari dan ke
Solo, Semarang, dan Yogyakarta. Hal ini menyebabkan mobilitas
yang tinggi sehingga sangat riskan terhadap penyebaran/penularan
penyakit.
Wilayah kerja puskesmas kecamatan kartasura terdiri dari 10
desa dan 2 kelurahan yaitu :
- Desa Ngemplak - Desa Singopuran
- Desa Pucangan - Desa Gonilan
- Desa Ngabeyan - Desa Pabelan
- Desa Wirogunan - Desa Gumpang
- Desa Kertonatan - Desa Makam Haji
- Kelurahan Kartasura - Kelurahan Ngadirejo
Luas wilayah kecamatan kartasura pada tahun 2019 tercatat 1.923
Ha atau sekitar 4,12 persen dari luas kabupaten sukoharjo ( 46.666
Ha).
Penggunaan lahan sebagai bangunan/pekarangan setiap
tahunnya mempunyai kecenderungan meningkat. Faktor
pertambahan jumlah penduduk adalah salah satu penyebab yang
utama disamping beralihnya fungsi lahan sebagai area pabrik dan
juga area perumahan.
Sehingga perlu dipikirkan oleh faktor lingkungan terutama
ketersediaan sarana air bersih merupakan salah satu indikator
disamping faktor perilku dan ketersediaan akses pelayanan
kesehatan. Luas lahan sawah di Kecamatan Kartasura dalam lima
11

tahun terakhir cenderung berkurang. Akan tetapi kesinambungan


dan pola pengolahan lahan sawah sebagian besar beralih dari tadah
hujan menjadi sistem irigasi sejak adanya sumur yang mengambil
dari sumber air sekitar sawah.
Penggunaan lahan sebagai bangunan/pekarangan setiap
tahunnya mempunyai kecenderungan meningkat. Faktor
pertambahan jumlah penduduk adalah salah satu penyebab yang
utama disamping beralihnya fungsi lahan sebagai area pabrik untuk
industri industri yang banyak mengambil lahan di kecamatan
kartasura.
2) Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Kartasura pada tahun 2019
tercatat 96.933 jiwa yang terdiri dari 46.901 penduduk laki-laki
atau 48,38 persen dan 50.032 penduduk perempuan atau 51,62
persen. Adapun jumlah rumah tangga sebanyak 33.366 kepala
keluarga.
Dilihat dari kepadatannya (jiwa/Km2), Desa makam Haji
merupakan desa yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu
7.645 jiwa setiap kilometer persegi, sedangkan yang terendah yaitu
Desa Ngemplak yaitu sebesar 2.107 jiwa setiap kilometer persegi.
Dilihat dari angka kelahiran kasar (CBR)-nya dari tiap 1000
penduduk terjadi kelahiran sebanyak 13 orang, sementara angka
kematian kasarnya 7 orang per 1000 penduduk. Hal tersebut
mengakibatkan pertumbuhan penduduk alaminya positif.

2. VISI, MISI, MOTTO PUSKESMAS KARTASURA


a) Visi
“Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Prima untuk Menjadikan
Puskesmas Kartasura Sebagai Pilihan Masyarakat”
b) Misi :
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
12

2) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mewujudkan


kemandirian hidup sehat.
3) Meningkatkan peran serta pemangku kepentingan dalam
pembangunan kesehatan.
c) Motto :
Bersama Wujudkan Pelayanan Kesehatan Prima.

3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Puskesmas Kartasura di gambarkan dalam bentuk
bagan berikut.
13

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS KARTASURA


STRUKTUR ORGANISASI KEPALA PUSKESMAS Sistem Informasi Puskesmas : Wahyu Ratna Intanida,A.Md
PUSKESMAS KARTASURA
Drg. ENDANG ASTUTI
DINAS KESEHATAN Kepagawaian : M.Oktadi Fajar C,S.Sos
KABUPATEN SUBAG TATA USAHA : Rumah Tangga : Tutik S.,A.Md.Keb
SUKOHARJIO SANCAYA, SE Keuangan : Sukaji dan Mini Astuti

Perencanaan Program : Sulistyaningati,A.Md.Keb


UNIT UKM ESENSIAL DAN KEPERAWATAN UNIT UKM PENGEMBANGAN
Dr M Rudi Hartanto Sumber daya Kesehatan : Mardiyanti,A.Md
Eny Ismayawati, S.ST
UNIT UKP KEFARMASIAN DAN UNIT JARINGAN PELAYANAN PUSKESMAS DAN
1. Pelayanan Promosi Kesehatan Termasuk UKS LABORATORIUM JEJARING FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
1. Pelayanan Kesehatan Lansia Dr. Nur Fanda E M Sarjono, SKM
Sri Supami,SKM Siti Bandiyah, A.Md.Keb
2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan 2. Pelayanan Kesehatan Gigi 1. Pelayanan Pemeriksaan Umum
Sri Lindayati
Masyarakat Nurjanah,A.MKg dr. Intan Permata sari 1. Puskesmas Pembantu
3. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM 3. Pelayanan Kesehatan Tradisional 2. Pelayanan KIA-KB yg Bersifat UKP Sarjono,SKM
Eni Ismayawati,S.ST Komplementer Eni Rodiyah, A.Md. Keb
4. Pelayanan Gizi Yang Bersifat UKM SriWarsiti
3. Pelayanan Gawat Darurat 2. Puskesmas Keliling
Nanik Kristianti,SGz 4. Pelayanan Kesehatan Olah Raga Ratnawati, S,Kep,. Ns. Netti, AMK
Riyanto
5. Pelayanan Pencegahan Penyakit 4. Pelayanan Gizi Yg Bersifat UKP
Arningsih,A.Md.Keb 5. Pelayanan Kesehatan Indera Ika Prasetyani, AMG
Puji Astuti,AMK
3. Bidan Desa
6. Pelayanan Pengendalian Penyakit 5. Pelayanan Persalinan
Bagus Panuntun, AMK
Dewi Rahmawati, Amd.Keb
Umi Khasanah, A.Md. Keb
6. Pelayanan Kesehatan Lansia
7. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Siti Bandiyah,A.Md.Keb 6. Pelayanan Ranap Untuk Puskesmas
Selvi Meyrika, A.Md.Kep Yg Menyediakan Pelayanan Ranap 4. Jejaring Fasilitas Pelayanan
7. Pelayanan Kesehatan Kerja
Galih Damayanti, S.Kep Kesehatan
dr. Nur Fanda EM
7. Pelayanan Kefarmasian Dr. Tri isponingsih
8. Pelayanan sertifikasi, Registrasi & Tri Murcitaningrum, A.Md
Farmamin
Harduyanti Hastuti,SKM 8. Pelayanan Laboratorium
Wahyu Kristiana, A.Md.AK
9. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat
Mini Astuti, Amd.Keb
14

4. Upaya pelayanan puskesmas


a. Program penyehatan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat
Tujuan Program :
1) Meningkatnya kerjasama lintas sektoral sebagai faktor
pendorong keberhasilan pembangunan kesehatan;
2) Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial
budaya dengan memaksimalkan potensi sumber daya secara
mandiri;
3) Terpenuhinya persyaratan kesehatan ditempat-tempat umum,
termasuk sarana dan proses pengolahan;
4) Meningkatnya cakupan keluarga yang mempunyai akses
terhadap air bersih dan jamban sehat yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
5) Meningkatnya pelaksanaan usaha kesehatan sekolah untuk
mempercepat tercapainya Sukoharjo Sehat;
6) Meningkatnya perwujudan kepedulian perilaku hidup bersih dan
sehat dalam kehidupan masyarakat;
7) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan
melalui pengembangan.
b. Upaya Bersumberdaya Masyarakat. Sasaran Program :
1) Peningkatan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
(JPKM);
2) Peningkatan kualitas dan kuantitas Rumah Sehat;
3) Peningkatan tempat-tempat Umum (TTU), Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan;
4) Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di
lingkungan sekolah, masyarakat dan desa siaga;
5) Mempertahankan posyandu purnama dan mandiri.
c. Program Peningkatan pelayana kesehatan
Tujuan program ini adalah meningkatkan mutu dan
pemerataan kualitas pelayanan kesehatan yang berhasil dan
15

berdaya guna serta terjangkau oleh segenap masyarakat,


meningkatkan pembinaan terhadap pelayanan farmasi komunitas
dan usaha industri farmasi, ketersediaan obat publik, perlindungan
NAPZA, meningkatkan jaminan keamanan masyarakat dari produk
makanan minuman dan tambahan makanan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan.
Sasaran Program :
1) Meningkatnya mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan serta kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan;
2) Meningkatnya penggunaan obat secara rasional;
3) Tersusunnya kebijakan dan konsep pelayanan kesehatan yang
mendukung desentralisasi;
4) Meningkatnya manajemen di puskesmas;
5) Meningkatnya pembinaan, pengawasan dan pengendalian
pelayanan farmasi komunitas dan industri farmasi;
6) Meningkatnya pembinaan, pengawasan dan pengendalian mutu
produk makanan minuman;
7) Terjaminnya mutu pengelolaan obat di Gudang farmasi
kabupaten;
8) Terpenuhinya kecukupan obat esensial dasar di sektor publik
bagi pelayanan kesehatan dasar.
d. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Tujuan program meningkatkan mutu dan pemerataan kualitas
pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit, menanggulangi
kejadian luar biasa dan penaggulangan bencana akibat penyakit
menular.
Sasaran program :
a) Menurunnya agka kesakitan Demam Berdarah, Malaria kusta,
tercapainya angka kesembuhan TB Paru, menurunnya angka
16

kematian pneumonia balita dan diare balita serta tercegahnya


peningkatan prevalensi infeksi HIV;
b) Tercegahnya kejadian luar biasa;
c) Berkembangnya sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa,
pencegahan dan penaggulangan bencana secara terpadu dengan
melibatkan peran serta aktif masyarakat.
5. Ketenagakerjaan
Berikut ini ketenagakerjaan Puskesmas Kartasura
Tabel 1.2 Ketenagakerjaan Jabatan di Puskesmas Kartasura
JENIS
NO JUMLAH
KETENAGAKERJAAN
1 Dokter Umum 5
2 Dokter Gigi 2
3 Bidan :
D1 2
D3 30
D4/ S1 1
4 Perawat :
D3 8
S1 11
5 Gizi 2
6 Fisioterapi 2
Sumber : Data Ketenagakerjaan tahun 2018
17

Tabel 1.3 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


NO JABATAN KUALIFIKASI
1. Dokter Umum S 1 Kedokteran
2. Dokter Gigi S1 Kedokteran Gigi
3. Perawat D III Keperawatan, S1 Keperawatan + Profesi
4. Perawat gigi D III Keperawatan Gigi
5. Bidan D III Kebidanan
6. Nutrisionis D III Gizi
7. Sanitarian D III Kesehatan Lingkungan
8. Petugas Promkes S 1 Kesehatan Masyarakat
9. Apoteker S 1 Farmasi + Profesi
10. Asisten Apoteker D III Farmasi
11. Laboratorium D III Analis
12. Fisioterapis D III Fisioterapis
13. Simpus D III Rekam Medis
14. Tata Usaha S1
D III Pengalaman 3 tahun
SLTA Pengalaman 5 tahun
15. Penjaga Malam SLTA
16. Kebersihan SLTA
17. Dapur dan Cuci SLTA
Sumber : Data Ketenagakerjaan tahun 2018

6. Pelayanan STBM Outdor


Berdasarkan info dari ibu Ardiyanti dan ibu Linda, pelayanan outdor
STBM dilakukan satu bulan sekali selain itu penyuluhan maupun
pemicuan dilakukan dengan kolaborasi tim promkes maupun bidan
18

desa ketika ada kegiatan misalnya perkumpulan ibu-ibu PKK maupun


posyandu.
7. Masalah
Masalah dalam mengenai tentang STBM adalah:
a. Ketidaktahuan masyarakat mengenai STBM dalam masyarakat
b. Merubah kebiasaan dari individu masyarakat
c. Belum maksimalnya mengenai penyuluhan tentang STBM dalam
masyarakat
8. Permasalahan
Permasalahan tentang STBM :
a. Belum adanya kesadaran masyarakat bahwa pentingnya STBM
dalam masyarakat
b. Luasnya cakupan puskesmas, menjadikan puskesmas tidak
maksimal dalam menjalankan tugas dalam bidang mengenai
STBM.
9. Program STBM di Puskesmas Kartasura
a. Penyuluhan dan pemicuan
Penyuluhan ODF (Open Defecation Free) juga sudah dilakukan di
beberapa desa dari 12 desa cakupan Puskesmas Kartasura.
Meskipun ada beberapa keluarga yang belum memiliki jamban
sendiri tetapi puskesmas memiliki program sharing atau “nunut”
yaitu jika ada keluarga yang belum memiliki jamban namun
rumah terdekatnya atau tetangga sudah memiliki jamban
disarankan untuk “nunut”, bisa juga di sarana umum seperti toilet
masjid, POM bensin, maupun toilet umum sehingga tidak BAB
sembarangan sehingga ODF juga dianggap sudah mampu teratasi.
Namun untuk warga di aliran sungai masih sedikit sulit diberikan
penyuluhan karena lebih mudah BAB di sungai meskipun sudah
diberikan bantuan dari pemerintah kabupaten berupa material
untu dibangun jamban. Pada tahun 2018 telah dilakukan
pemicuan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) di 7 SD sekecamatan
19

Kartasura, pemicuan dilakukan karena banyaknya siswa SD yang


terkena diare. Selain itu pemicuan juga sudah dilakukan di desa
Ngadirejo, Makam Haji, dan desa Wirogunan. CTPS sudah
dianggap mampu dilakukan oleh masyarakat ketika ada air
mengalir, sabun dan dilakukan dalam 5 momen. Jadi masalah
CTPS pada 5 pilar STBM dianggap sudah teratasi dan mampu
dilakukan. Untuk pengelolaan makanan dan minuman dianggap
sudah teratasi karena hampir semua keluarga sekarang sudah
menggunakan air minum galon maupun isi ulang di depot air
minum untuk keperluan memasak dan minum. Pertemuan
ssanitasi pangan juga dilakukan oleh bidan desa di desa Ngadirejo
maupun di puskesmas. Pilar keempat pengelolaan sampah juga
sudah dilakukan penyuluhan di desa Ngadirejo dengan setiap RT
sudah memiliki bank sampah sendiri dan para warga mampu
memilah-milah sesuai jenis sampah. Di desa Ngabean dan
Gonilan memiliki 3R (Reuse, Reduce, recycle) yaitu dengan
memilah-milah sampah plastik dengan organik. Sampah plastik
dibakar, botol plastik dikumpulkan dijual dan sampah organik
diambil oleh petugas sampah dengan ada satu orang atau kader
yang bertanggung jawab. Pilar yang terakhir yaitu pengelolaan
limbah cair rumah tangga, sebagian besar limbah cair dibuang ke
penampungan umum maupun sungai dan selokan jadi tidak
dipisah maupun difilter terlebih dahulu dan tidak ada tempat
resapannya. Di desa Wirogunan sudah ada IPAL KUMUNAL
bantuan dari IUWASH meskipun belum maksimal.
b. Program Kegiatan STBM
Puskesmas Kartasura sampai tahun 2018 belum memiliki
program yang secara khusus mengatasi masalah STBM di
lingkungan masyarakat, pihak puskesmas baru melakukan
penyuluhan kesehatan di beberapa desa dan melakukan pemicuan
20

terhadap dua pilar yaitu ODF (Open Defecation Free) dan CTPS
(Cuci Tangan Pakai Sabun).
c. Plan of Action ( POA ) tahun 2019
1) Pelatihan kader STBM dengan sasaran kader kesehatan
2) Penggandaan blangko pendaftaran STBM
3) Penggalangan komitmen tim percepatan STBM dengan
sasaran linsek
4) Sosialisasi STBM kepada kelompok masyarakat dengan
sasaran warga/masyarakat
5) Pertemuan monev STBM dengan sasaran kader kesehatan
6) Kampanye CTPS dengan sasaran kader/masyarakat
7) Pengambilan & pengiriman sampel DAMIU dengan sasaran
DAMIU
8) Verifikasi desa STBM dengan sasaran petugas pusesmas
d. Hambatan tercapainya program STBM
Hambatan belum tercapainya STBM di 12 desa cakupan
puskesmas Kartasura dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1) Cakupan wilayah yang luas
Cakupan wilayah yang terlalu luas, yang seharusnya hanya 2-
3 desa tetapi 12 desa wilayah cakupan sehingga progam-
progam yang sudah dibuat dirasa kurang mecakup wilayah-
wilayah tersebut.
2) Kurangnya SDM
Terbatasnya sumber daya manusia yang ada atau tim kesling
sehingga membuat pelaksanaan program yang kurang
maksimal. Tim kesling hanya tiga orang sedangkan jumlah
penduduk di 12 desa wilayah Kartasura ±109 ribu jiwa.
3) Sulitnya mengubah perilaku masyarakat
Masyarakat yang rata-rata menengah ke atas menjadikan
prilakunya sulit untuk dirubah dan diarahkan.
4) Kurangnya antusias masyarakat
21

Masyarakat kurang antusias dengan program STBM dan


masih terasa asing sehingga jika ada penyuluhan mengenai
STBM masyarakat masih “acuh” atau “masa bodoh” karena
mereka masih menganggap STBM tidak penting
dibandingkan dengan penyuluhan mengenai penyakit.
Kemudian image masyarakat mengenai mendapat bantuan
ketika ada pertemuan masih tinggi sehingga penyuluhan-
penyuluhan yang dilakukan dianggap tidak terlalu penting.
5) Masyarakat lebih percaya ketenaga kesehatan daripada kepada
kader
Kepercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan masih
sangat tinggi padahal tim kesling yang sangat terbatas
sehingga sulitnya para kader untuk merubah perilaku
masyarakat untuk menjadi lebih baik. Kolaborasi tenaga
kesehatan dan para kader sangat penting karena ketika
minimnya SDM dan kondisi yang tidak memungkinkan,
tenaga kesehatan dapat menyampaikan programnya pkepada
kader dan para kader dapat meneruskan atau merealisasikan
program tersebut kepada masyarakat.
6) Kurangnya pertemuan dan koordinasi lintas sektor antar
instansi
Sosialisasi tingkat kabupaten dan dinas kesehatan untuk
breakdown STBM masih kurang. Selain itu, koordinasi dinas
PDAM, dinas kesehatan dan PU masih berjalan sendiri-
sendiri. Antusias lurah, kepala desa dan camat juga masih
kurang.
7) Masyarakat lebih percaya ketenaga kesehatan daripada kepada
kader
Kepercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan masih
sangat tinggi padahal tim kesling yang sangat terbatas
sehingga sulitnya para kader untuk merubah perilaku
22

masyarakat untuk menjadi lebih baik. Kolaborasi tenaga


kesehatan dan para kader sangat penting karena ketika
minimnya SDM dan kondisi yang tidak memungkinkan,
tenaga kesehatan dapat menyampaikan programnya pkepada
kader dan para kader dapat meneruskan atau merealisasikan
program tersebut kepada masyarakat.
e. Evaluasi
Evaluasi program dilakukan setiap akhir tahun yang dilakukan
oleh penanggung jawab UKM esensial. Sedangkan evaluasi
program kegiatan dilakukan setiap sebulan sekali yaitu lokakarya
mini yang dilakukan oleh penanggung jawab UKM atau tim
kesling yang diberitahukan kesemua karyawan.
f. Inovasi program STBM yang diusulkan

Tabel 1.4 Jenis Pelayanan di Puskesmas Kartasura

No Jenis Pelayanan
1 IGD (Instalasi Gawat Darurat)
2 Pendaftaran dan Rekam Medis
3 MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
4 Poliklinik Gigi
5 Poliklinik Umum
6 Farmasi
7 Laboratorium
8 KIA (Kesehatan Ibu & Anak)
9 Poned
10 Ruang Gizi
23

11 Ruang Rawat Inap


12 Ruang Nurse Station
13 Ruang Fisioterapi
14 Ruang Imunisasi
15 Ruang VCT
16 Ruang ASI

Tabel 1.5 Tabel UKBM


No Jenis UKBM JUMLAH
1 Posyandu Balita 94
2 Kelas Ibu Hamil 12
3 Posyandu Lansia 92
4 Kader Kesehatan >50
5 Kader TBC 5

Anda mungkin juga menyukai