Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Maksud dan Tujuan Penyeliaan Bidan

Penyeliaan merupakan manajemen pada tingkat terendah, yang biasa disebut pula manajemen lini
pertama, atau lower management. Nama yang umum digunakan untuk jabatan penyelia di Indonesia
adalah supervisor, foreman, mandor, kepala seksi, atau kepala urusan. Karena posisi dan fungsinya yang
menjembatani kesenjangan antara manajemen dan karyawan pelaksana itulah para penyelia sering pula
dinamakan “orang yang di tengah” (Riva’i, 2009)

Posisi penyelia diakui oleh pakar-pakar organisasi sebagai posisi kunci, bahkan tidak mungkin digantikan
oleh jenjang manajemen lain. Melalui para penyelia, kebijakan organisasi yang digariskan oleh pimpinan
dilaksanakan oleh karyawan. Bagaimana pun baiknya sebuah rencana di atas kertas, tannn dukungan
penyeliaan yang efektif, pelaksanaannya tidak akan berhasil baik (Riva’i, 2009)

Dalam manajemen kesehatan, Penyeliaan adalah kegiatan untuk memastikan bahwa komponen input
dan proses dalam sesuatu kegiatan / program memenuhi harapan (standar). Sementara pemantauan
(monitoring) adalah kegiatan untuk menilai dan memastikan bahwa hasil antara (intermediate result)
dapat tercapai. Sedangkan evaluasi adalah kegiatan untuk menilai apakah hasil akhir suatu
kegiatan/program tercapai sesuai rencana. Dengan demikian, diharapkan bikor beserta tim memahami
bahwa rencana penyeliaan, pemantauan dan evaluasi sudah disusun pada saat perencanaan dilakukan
(Depkes RI, 2012)

Untuk menunjang tugas dan fungsinya sebagai Pembina, bikor perlu memahami dan memanfaatkan
berbagai kegiatan rutin yang sudah berjalan, seperti orientasi pra-tugas, pertemuan di puskesmas
maupun dinas kesehatan kabupaten. kota, bimbingan langsung (coaching), pemberdayaan sesama bidan
(peer-group), pembahasan kasus (refleksi kasus), kunjungan ke lokasi, umpan balik laporan, pertemuan
audit maternal-perinatal (AMP) dan magang di RB, RS, serta pelatihan ditempat kerja (IBI, 2011)

Tugas dan fungsi bikor sangat terkait dengan fungsi penyeliaan, disbanding dengan fungsi pemantauan
dan evaluasi yang lebih banyak merupakan tugas dan fungsi jabatan diatasnya (Kepala Puskesmas dan
dinas kesahatan kabupaten). Bikor berperan sebagai penyelia terhadap bidan diwilayah kerjanya
terutama terhadap bidan di desa. Penyeliaan yang baik adalah penyeliaan yang dijalankan secara efektif
dan bersifat fasilitatif, tidak mengagetkan atau mencari-cari kesalahan. Penyeliaaan fasilitatif menurut
bikor mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi, membantu memecahkan masalah, membangun
kerja sama tim serta membimbing dan mengarahkan bidan yang diselianya kearah praktek terbaik dan
memenuhi standar (IBI, 2011)

Penyeliaan fasilitas dilakukan secara terarah. Hal ini berarti kegiatan penyeliaan membutuhkan alat bantu
berupa daftar tilik penyeliaan sehingga proses penyeliaan dapat dilakukan secara terukur dan sistematis.
Daftar tilik adalah kumpulan syarat esensial yang diterima/disepakati untuk mengukur tingkat kepatuhan
terhadap standar (harapan) tertentu. Daftar tilik tidak ditujukan untuk memastikan bahwa seluruh
prosedur standar dipenuhi, namun pada syarat esensial dari prosedur tersebut. Dengan demikian, daftar
tilik berisi syarat terpenting atau penanda (marker) dari standar tertentu (terutama standar input dan
proses). Perubahan peningkatan mutu pelayananpun dapat dirasakan dan diukur dengan baik.
Penetapan dan pembanding tingkat kinerja individu dan fasilitas dapat dilakukan dengan sederhana.
Dalam penyeliaan bikor dapat menerapkan beberapa cara untuk menilai kemampuan dan keterampilan
serta kepatuhan bidan yang diselia.

Penyeliaan adalah instrumen manajemen yang digunakan oleh petugas yang lebih tahu (bidan
koordinator) untuk memastikan bahwa petugas dibawahnya (Bidan di Desa) melakukan pelayanan sesuai
standar yang ditetapkan.

Pengertian penyeliaan (supervisi), pemantauan (monitoring) dan evaluasi mempunyai fungsi yang
berbeda. Penyeliaan mempunyai perhatian terhadap pemenuhan standar masukan (input) dan proses.
Sedangkan pemantauan lebih terfokus pada penilaian terhadap standar hasil langsung (output) atau
hasil antara. Kegiatan evaluasi terfokus pada hasil akhir (outcome) dan dampak (impact).

Metode dan Ruang Lingkup Penyeliaan

Penyeliaan menggunakan indikator yang sangat spesifik (contoh ketersediaan vaksin), sementara
pemantauan menggunakan indikator yang lebih besar (contoh persentase balita yang di immunisasi),
sedangkan evaluasi menggunakan indikator yang tidak spesifik (contoh angka kejadian Tetanus
Neonatorum).

Metode yang digunakan dalam pendekatan penyeliaan fasilitatif bertumpu pada perbaikan mutu.Tiga
tahap pendekatan mutu digunakan, upaya pengembangan standar (quality standard, upaya penilaian
mutu (quality measurement) dan upaya peningkatan mutu (quality improvement).

Dalam implementasinya penyeliaan fasilitatif dimulai dengan pengembangan daftar tilik sebagai ukuran
standar pelayanan KIA, dilanjutkan dengan tahap penilaian terhadap standar dalam bentuk kajian
mandiri, verifikasi dan rekapitulasi. Langkah berikutnya adalah pembuatan perencanaan secara mandiri
sebagai upaya peningkatan mutu. Langkah-langkah ini dilakukan dalam sebuah siklus yang
berkesinambungan.

Bikor yang sudah dilatih memiliki kemampuan untuk melakasanakan penyeliaan fasilitatif. Bikor penyelia
yang efektif dan fasilitatif telah dibekali pengetahuan dan keterampilan antara lain:

1. Konsep, kerangka pikir dan metode penyeliaan fasilitatif.

2. Pengisian, verifikasi dan rekapitulasi daftar tilik penyeliaan fasilitatif untuk Program KIA.

3. Perencanaan peningkatan mutu secara mandiri berdasarkan tingkat kepatuhan terhadap


standarpelayanan.

4. Kepemimpinan diri dan kepemimpinan publik.

5. Komunikasi interpersonal dan metode kerja dalam kelompok kecil.

6. Bimbingan (coaching).
7. Menumbuhkan motivasi dan kerangka fikir positif.

8. Pemberian umpan balik secara konstruktif dan interaktif.

9. Pendekatan perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan.

Ruang lingkup kerja Bidan koordinator mencakup bidang klinis profesi bidan dan manajemen program
KIA.Dari aspek sasaran pelayanan,mencakup pelayanan kesehatan bagi ibu,bayi baru lahir/neonatal,bayi
dan balita.

Pihak yang dibina adalah seluruh bidan di wilayah kerjanya,bikor puskesmas membina bidan di desa dan
bidan praktek swasta(BPS), sedangkan bikor kabupaten membina bidan puskesmas dan bidan yang
bekerja di Rumah Bersalin (RB)

Program Kesehatan Ibu dan Anak

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari
aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong,
yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi
(telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi
KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat
serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya
(Depkes RI, 2011)

Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :

a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri
dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan
keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.

b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam
lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-
Kanak atau TK.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
dan ibu meneteki.

d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi dan anak
balita.

e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan
keluarganya.

Aspek utama yang dibina bikor puskesmas adalah aspek klinis profesi bidan dan manajemen program
KIA. Aspek klinis profesi bidan:

a. Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar

b. Pertolongan persalinan sesuai standar

c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir/neonatal sesuai standar

d. Pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar

e. Pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat kebidanan dan rujukannya

f. Pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat neonatal dan rujukannya

g. Konseling dan pelayanan KB

h. Penanganan efek samping KB sesuai kewenangan

i. Pelayanan kesehatan bayi dan anak balita (imunisasi, ISPA, diare, gizi, tumbuh kembang).

Target Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat pada tahun 2014 dalam program gizi serta
kesehatan ibu dan anak yaitu:

a. Ibu hamil mendapat pelayanan Ante Natal Care (K1) sebesar 100%.

b. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih sebesar 90%.

c. Cakupan peserta KB aktif sebesar 65%.

d. Pelayanan kesehatan bayi sehingga kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 90% dan KN
Lengkap (KN1, KN2, dan KN3) sebesar 88%.

e. Pelayanan kesehatan anak Balita sebesar 85%.

f. Balita ditimbang berat badannya (jumlah balita ditimbang/balita seluruhnya (D/S) sebesar 85%).

g. ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 80%.


h. Rumah Tangga yang mengonsumsi Garam Beryodium sebesar 90%.

i. Ibu hamil mendapat 90 Tablet Tambah Darah sebesar 85% dan Balita usia 6-59 bulan mendapatkan
Kapsul Vitamin A sebanyak 85%.

j. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap kepada bayi 0-11 bulan sebesar 90%.

k. Penguatan Imunisasi Rutin melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional (GAIN) UCI, sehingga
desa dan kelurahan dapat mencapai Universal Child Immunization (UCI) sebanyak 100%.

l. Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung terwujudnya Desa
dan Kelurahan Siaga aktif sebesar 80%

Aspek Penilaian Dalam Penyeliaan Program KIA

Aspek penilaian dalam penyeliaan fasilitatif program KIA oleh bidan kordinator di kelompokan menjadi
dua kelompok, yaitu:

a. Pengamatan langsung

1. Pengamatan langsung digunakan untuk menilai fasilitas/sarana pendukung (ruangan, obat dan
alat) dengan menggunakan daftar tilik yang telah diisi

2. Untuk penyeliaan keterampilan klinis paling ideal bikor/penyelia melakukan pengamatan langsung
bidan yang diselia pada saat melaksanakan pelayanan KIA sehingga penyelia tahu tingkat kepatuhan
bidan yang diselia

3. Bila pengamatan langsung pada pasien tidak mungkin dapat dilakukan, maka pada saat pertemuan
konsultatif dapat dilakukan untuk melakukan praktek / peragaan keterampilan-keterampilan yang
diseliakan.

b. Kajian dokumen:

1. Mengkaji pencatatan hasil pelayanan kesehatan dengan menggunakan rekam medis (status ibu,
partograf, status bayi atau orang lain yang telah diisi)

2. Mengkaji kohort ibu, bayi, anak balita dan anak prasekolah laporan-laporan yang ada.

c. Wawancara

Penyelia juga membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi petugas dalam standar pelayanan yang
berlaku. Bidan yang diselia didorong untuk selalu mempelajari kembali petunjuk standar pelayanan.
Setelah selesai melaksanakan penyeliaan bikor harus membuat laporan tertulis (rekapitulasi hasil daftar
tilik dan ringkasan laporan hasil penyeliaan) tentang semua temuan dalam kunjungan (kekurangan
maupun kelebihan/hal yang baik), tindakan/upaya untuk memperbaiki kekurangan dan cara pemecahan
masalah yang ditemui saat kunjungan penyeliaan. Hasil kunjungan ini dapat juga digunakan oleh
pengelola program untuk melakukan perbaikan sesuai tanggung jawab masing-masing.

Langkah-Langkah Penyeliaan Program KIA oleh Bikor

Langkah bikor dalam penyeliaan fasilitatif adalah (Depkes RI, 2011):

a. Pra-penyeliaan:

Bikor puskesmas diharapkan mempunyai pemahaman dan keterampilan memberikan penyeliaan


fasilitatif dan menguasai dengan benar daftar tilik penyeliaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti
pelatihan penyeliaan fasilitatif atau belajar sendiri melalui buku acuan penyeliaan fasilitatif.

b. Penyeliaan

Bidan kordinator melakukan penyeliaan dengan menerapkan beberapa cara untuk menilai kemampuan
dan keterampilan serta kepatuhan bidan yang diselia, adapun kegiatan penyeliaan tersebut adalah:

1. Orientasi

Orientasi pemahaman konsep, metode, pelaksanaan dan penjelasan daftar tilik yang diterapkan melalui
kajian mandiri dan verifikasi. Pada saat itu juga dilakukan kesepakatan tentang jadwal dan operasional
kegiatan penyeliaan.

2. Kajian mandiri

Pelaksanaan kajian mandiri dengan menggunakan daftar tilik dilakukan oleh bidan diwilayah kerjanya.
Bikor bersama tim juga melakukan pengkajian mandiri terhadap program KIA dengan menggunakan
daftar tilik yang ada.

3. Verifikasi

Verifikasi dilakukan oleh bikor terhadap bidan diwilayah kerjanya dengan menggunakan daftar tilik yang
telah diisi terlebih dahulu oleh bidan. Bikor memverifikasi untuk tiap komponen yang dianggapnya perlu
diverifikasi kebenaran dan kelengkapan pengisiannya. Bikor kemudian melakukan rekapitulasi hasil
verifikasi untuk tiap fasilitas dan memberikan bimbingan untuk proses yang tidak memenuhi standar.
Penyelia juga memberikan umpan balik dan membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi petugas
dalam menerapkan standar pelayanan yang berlaku. Bidan yang diselia didorong untuk selalu
mempelajari kembali petunjuk standar pelayanan. Hal yang sama dilakukan pengelola program dinas
kesehatan kabupaten/kota yang melakukan verifikasi ke puskesmas
4. Pertemuan bulanan Pertemuan bulanan membicarakan hasil verifikasi baik tingkat kepatuhan
terhadap standar maupun item-item yang tidak mematuhi standar. Pada pertemuan ini juga dilakukan
rencana tindak lanjut untuk mengatasi ketidakpatuhan. Tiap item dipilah; mana yang dapat dipenuhi
oleh bidan mana yang dapat diatasi oleh puskesmas dan mana item yang akan dipenuhi oleh dinas
kesehatan kabupaten. Proses bimbingan yang bersifat fasilitatif juga dapat diberikan pada pertemuan
bulanan ini.

5. Upaya peningkatan mutu

Berdasarkan temuan dari hasil penilaian daftar tilik, baik bikor maupun bidan di selia membuat
perencanaan peningkatan mutu layanan. Hasil pencapaian dan peningkatanyang dilakukan akan
dibicarakan pada pertemuan berkala periode berikutnya. Demikian secara berkelanjutan dilakukan
kegiatan penyeliaan fasilitatif yang bertujuan untuk melakukan peningkatan mutu pelayanan secara
berkesinambungan yang pada akhirnya akan memberi dampak pada menurunnya angka kematian ibu
dan anak diwilayah kerjanya

Anda mungkin juga menyukai