Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PROMOTOR KESEHATAN MASYARAKAT

“Promosi Kesehatan”

Oleh :
Alfian Nisa Rokhimah (020116A002)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018
1. Peran sebagai Advocator
Dilakukan dalam upaya mewujudkan kebijakan berwawasan kesehatan, Sebagai
seorang tenaga kesehatan peran sebagai advocator dalam sosialisasi atau promosi
kesehatan sangat diperlukan, sebagai advocator seorang tenaga kesehatan harus
mampu melakukan :
a. pendekatan dan pelatihan kepada tokoh masyarakat setempat, baik tokoh
masyarakat formal maupun informal,
b. membantu pasien dalam memahami informasi yang didapatkan,
c. membantu pasien dalam mengambil keputusan terkait tindakan medis yang akan
dilakukan serta memfasilitasi pasien dan keluarga serta masyarakat dalam upaya
peningkatan kesehatan yang optimal
Indikator keberhasilan advokasi juga dapat di ukur melalui indikator keluaran
(output), proses, dan masukan (input). Indikator keluaran meliputi adanya
kepedulian, keterlibatan dan dukungan, serta kesinambungan upaya kesehatan,
baik berupa kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, atau keterlibatan dalam
kegiatan atau gerakan. Keluaran kegiatan advokasi adalah undang-undang,
peraturan daerah, instruksi yang mengikat masyarakat atau instansi berkenaan
dengan masalah kesehatan. Indikator proses meliputi adanya sasaran yang jelas,
bahan informaasi atau advokasi, dan kesiapan pelaku advokasi (Mubarak, 2011).
Contoh aplikasi pada petugas kesehatan masyarakat yaitu pada saat akan dilakukan
suatu penyuluhan ataupun penelitian, seorang tenaga kesehatan harus melakukan
pendekatan terlebih dahulu kepada masyarakat, tokoh masyarakat, penentu kebijakan,
dan pengambilan keputusan agar jalannya suatu penyuluhan/penelitian mendapatkan
respon yang baik dari masyarakat. Contohnya lagi pada saat suatu pemegang
kebijakan akan membuat suatu program, maka tenaga kesehatan dapat mengadvokasi
pemegang kebijakan agar program yang dia buat dapat berwawasan kesehatan demi
tercapainya pembangunan kesehatan yang optimal.

2. Peran sebagai Educator.


Dilkukan dalam upaya komunikasi informasi dan edukasi dalam bidang
kesehatan, Peran sebagai educator harus dimiliki oleh seluruh tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai pendidik harus mampu untuk mendidik dan mengajarkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, serta tenaga kesehatan lain sesuai
dengan tanggung jawabnya. Tenaga kesehatan sebagai pendidik berupaya untuk
memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan kepada klien dengan evaluasi
yang dapat meningkatkan pembelajaran),
Ciri-ciri tenaga kesehatan menurut Susanto (dalam Setiawan, 2010) sebagai
pendidik adalah memberikan pengetahuan, informasi, dan pelatihan ketrampilan
kepada pasien, keluarga pasien maupun anggota masyarakat dalam upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan. Tenaga kesehatan sebagai pendidik bertugas
untuk memberikan pengajaran baik dalam lingkungan klinik, komunitas, sekolah,
maupun pusat kesehatan masyarakat (Brunner & Suddarth, 2010). Dalam
mempromosikan imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar ini, tenaga kesehatan
harus mampu memberikan pengetahuan sejelas-jelasnya mengenai apa itu imunisasi
pentavalen, tujuan, serta manfaatnya. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat
artinya aakan terjadi suatu proses belajar. Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga
persoalan pokok, yakni masukan (input), proses, dan keluaran (output). Persoalan
masukan menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar
belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan
kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbal
balik anatara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator
belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang
dipelajari. Sedangkan keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari
kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar. (Notoatmodjo, 2007).
Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator keluaran (input) pada proses
belajar tidak akan baik jika pada prosesnya tidak dilakukan secara maksimal. Salah
satu yang ada dalam proses tersebut adalah peran tenaga kesehatan sebagai seorang
pendidik yang memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat.
Contoh aplikasi pada tenaga kesehatan masyarakat yaitu tenaga kesehatan
masyarakat harus mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat melalui
pendidikan kesehatan/penyuluhan, contohnya tentang masalah kesehatan, cara
penanggulangan, dan cara pengobatan pertamanya, dalam upaya meningkatkan
pengetahuan masyarakat perlu diperhatian bahwa selain pengetahuan, seorang tenaga
kesehatan masyarakat harus mampu berkomunikasi dengan baik, mempunyai
ketrampilan, mampu melakukan pendekatan dan mampu mengadvokasi masyarakat.
3. Peran sebagai Fasilitator.
Dilakukan dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan
kepedulian dan peran serta masyarakat, dunia usaha, organisasi masyarakat dan lintas
sektor lainnya dalam bidang kesehatan, Peran sebagai seorang fasilitator juga harus
dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan. Sebagai seorang
fasilitator tenaga kesehatan harus mampu memberikan bimbingan teknis dan
memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh
masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan.
Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses pemberdayaan juga
dapat diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Fasilitator harus
terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang
disediakan, dan optimalisasi partisipasi masyarakat. Masyarakat pada saat menjelang
batas waktu harus diberi kesempatan agar siap melanjutkan program pembangunan
secara mandiri. Sebaliknya, fasilitator harus mulai mengurangi campur tangan secara
perlahan.(Novita dan Fransisca, 2011). Ciri tenaga kesehatan sebagai fasilitator adalah
sebagai pendamping yang mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan,
menkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses
saling belajar dalam kelompok. (Mubarok, 2012). Contohnya dalam sosialisai
imunisasi pentavalen ini adalah seorang tenaga kesehatan dapat membuat suasana
belajar menjadi lebih interaktif dengan cara membuat instrument yang beragam
seperti penggunaan alat bantu yang membuat audience akan lebih tertarik dalam
mengikuti proses belajar tersebut. Selain itu sebagai fasilitator seorang tenaga
kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam suatu forum,
memberikan kesempatan bertanya tentang penjelasan yang kurang di mengerti oleh
audience. Menjadi seorang fasilitator juga tidak hanya di waktu pertemuan atau proses
belajar secara umum seperti penyuluhan saja. Namun, seorang tenaga kesehatan juga
harus mampu menjadi seorang fasilitator secara khusus, contohnya dengan
menyediakan waktu dan tempat ketika seorang klien ingin bertanya secara tertutup.
Contoh Aplikasi pada tenaga kesehatan masyarakat yaitu pada saat
menjalankan suatu program pemberdayaan masyarakat, saat menjalankan kegiatan
tersebut seorang tenaga kesehatan masyarakat hanya sebagai fasilitator masyarakat
dalam penerapan suatu program, contohnya kegiatan peningkatan konsumsi buah &
sayur, seorang tenaga kesehatan masyarakat hanya berperan untuk meningkatkan
pengetahuan dari masyarakat dan memberikan suatu program kepada masyarakat,
untuk penerapan program itu sendiri masyarakat lah yang menjalankan sendiri dan
tidak ada campur tangan tenaga kesehatan masyarakat kecuali apabila dibutuhkan.
Jadi secara singkat dapat dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sebagai falisitator agar
masyarakat dapat tahu, mau, mampu untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan
mandiri.

4. Peran sebagai Mediator


Dilakukan oleh tenaga kesehatan masyarakat dalam rangka sebagai penengah antar
pemangku kepentingan untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan. Mediator
kesehatan masyarakat adalah pihak netral yang membantu para pihak
(masyarakat/pemangku kepentingan) dalam proses perundingan guna mencari
berbagai kemungkinan penyelesaian masalah kesehatan baik didalam masyarakat
maupun institusi tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah
penyelesaian. Ciri-ciri penting dari mediator kesehatan masyarakat adalah:
 Netral
 Membantu para pihak
 Tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
Jadi, peran mediator kesehatan masyarakat hanyalah membantu para pihak
dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan atau penilaiannya atas
masalah-masalah kesehatan yang dihadapi selama proses mediasi berlangsung kepada
para pihak.
Tugas-tugas Mediator kesehatan masyarakat :
1. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para
pihak untuk dibahas dan disepakati.
2. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam
proses mediasi.
3. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus atau pertemuan terpisah
selama proses mediasi berlangsung.
4. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan
mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak.
Contoh aplikasi pada tenaga kesehatan masyarakat yaitu pada saat pengambilan
keputusan tentang suatu program di Puskesmas, seorang tenaga kesehatan hanya
bergerak sebagai penengah antara pihak atasan dan pihak bawah, tenaga kesehatan
masyarakat berfungsi sebagai pihak penengah antara pihak atasan dan bawah tetapi
tidak boleh memihak pada salah satunya, dan harus tetap mempertahankan konsistensi
untuk tidak terlibat dan menekan suatu kemungkinan terjadinya pertikaian.

5. Peran sebagai perancang media


Dilakukan dalam kegiatan promosi kesehatan agar mendapatkan media yang
efektif dalam rangka penyampaian pesan/informasi. Tenaga kesehatan masyarakat
sebagai perancang media harus mampu membuat atau menampilkan semua sarana
dalam upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga
sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat
berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatannya.
Pada saat seorang tenaga kesehatan masyarakat membuat media promosi
kesehatan harus diperhatikan juga sasaran dari media tersebut agar mempermudah
penyampaian informasi, memperjelas informasi, media yang dibuat harus dapat
menghindari persepsi, memudahkan pengertian, mengurangi komunikasi verbalik,
dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata dan memperlancar
komunikasi.
Media yang akan dibuat oleh tenaga kesehatan masyarakat dapat berupa media
cetak (poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker, dan pamflet),
media elektronik (TV, Radio, Film, Film strip, VCD), dan media luar ruang (papan
reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar).
Contoh aplikasi pada tenaga kesehatan masyarakat dalam melakukan perannya
sebagai perancang media adalah ketika akan melakukan penyuluhan kepada anak TK
di Desa X maka seorang tenaga kesehatan masyarakat harus mampu membuat media
sesuai dengan sasaran agar menarik contohnya video/roleplay/poster.

Anda mungkin juga menyukai