FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2018 1. Peran sebagai Advocator Dilakukan dalam upaya mewujudkan kebijakan berwawasan kesehatan, Sebagai seorang tenaga kesehatan peran sebagai advocator dalam sosialisasi atau promosi kesehatan sangat diperlukan, sebagai advocator seorang tenaga kesehatan harus mampu melakukan : a. pendekatan dan pelatihan kepada tokoh masyarakat setempat, baik tokoh masyarakat formal maupun informal, b. membantu pasien dalam memahami informasi yang didapatkan, c. membantu pasien dalam mengambil keputusan terkait tindakan medis yang akan dilakukan serta memfasilitasi pasien dan keluarga serta masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan yang optimal Indikator keberhasilan advokasi juga dapat di ukur melalui indikator keluaran (output), proses, dan masukan (input). Indikator keluaran meliputi adanya kepedulian, keterlibatan dan dukungan, serta kesinambungan upaya kesehatan, baik berupa kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, atau keterlibatan dalam kegiatan atau gerakan. Keluaran kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan daerah, instruksi yang mengikat masyarakat atau instansi berkenaan dengan masalah kesehatan. Indikator proses meliputi adanya sasaran yang jelas, bahan informaasi atau advokasi, dan kesiapan pelaku advokasi (Mubarak, 2011). Contoh aplikasi pada petugas kesehatan masyarakat yaitu pada saat akan dilakukan suatu penyuluhan ataupun penelitian, seorang tenaga kesehatan harus melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada masyarakat, tokoh masyarakat, penentu kebijakan, dan pengambilan keputusan agar jalannya suatu penyuluhan/penelitian mendapatkan respon yang baik dari masyarakat. Contohnya lagi pada saat suatu pemegang kebijakan akan membuat suatu program, maka tenaga kesehatan dapat mengadvokasi pemegang kebijakan agar program yang dia buat dapat berwawasan kesehatan demi tercapainya pembangunan kesehatan yang optimal.
2. Peran sebagai Educator.
Dilkukan dalam upaya komunikasi informasi dan edukasi dalam bidang kesehatan, Peran sebagai educator harus dimiliki oleh seluruh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan sebagai pendidik harus mampu untuk mendidik dan mengajarkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, serta tenaga kesehatan lain sesuai dengan tanggung jawabnya. Tenaga kesehatan sebagai pendidik berupaya untuk memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan kepada klien dengan evaluasi yang dapat meningkatkan pembelajaran), Ciri-ciri tenaga kesehatan menurut Susanto (dalam Setiawan, 2010) sebagai pendidik adalah memberikan pengetahuan, informasi, dan pelatihan ketrampilan kepada pasien, keluarga pasien maupun anggota masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Tenaga kesehatan sebagai pendidik bertugas untuk memberikan pengajaran baik dalam lingkungan klinik, komunitas, sekolah, maupun pusat kesehatan masyarakat (Brunner & Suddarth, 2010). Dalam mempromosikan imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar ini, tenaga kesehatan harus mampu memberikan pengetahuan sejelas-jelasnya mengenai apa itu imunisasi pentavalen, tujuan, serta manfaatnya. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat artinya aakan terjadi suatu proses belajar. Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni masukan (input), proses, dan keluaran (output). Persoalan masukan menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik anatara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar. (Notoatmodjo, 2007). Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator keluaran (input) pada proses belajar tidak akan baik jika pada prosesnya tidak dilakukan secara maksimal. Salah satu yang ada dalam proses tersebut adalah peran tenaga kesehatan sebagai seorang pendidik yang memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat. Contoh aplikasi pada tenaga kesehatan masyarakat yaitu tenaga kesehatan masyarakat harus mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat melalui pendidikan kesehatan/penyuluhan, contohnya tentang masalah kesehatan, cara penanggulangan, dan cara pengobatan pertamanya, dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat perlu diperhatian bahwa selain pengetahuan, seorang tenaga kesehatan masyarakat harus mampu berkomunikasi dengan baik, mempunyai ketrampilan, mampu melakukan pendekatan dan mampu mengadvokasi masyarakat. 3. Peran sebagai Fasilitator. Dilakukan dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan peran serta masyarakat, dunia usaha, organisasi masyarakat dan lintas sektor lainnya dalam bidang kesehatan, Peran sebagai seorang fasilitator juga harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan. Sebagai seorang fasilitator tenaga kesehatan harus mampu memberikan bimbingan teknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan. Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses pemberdayaan juga dapat diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi masyarakat. Masyarakat pada saat menjelang batas waktu harus diberi kesempatan agar siap melanjutkan program pembangunan secara mandiri. Sebaliknya, fasilitator harus mulai mengurangi campur tangan secara perlahan.(Novita dan Fransisca, 2011). Ciri tenaga kesehatan sebagai fasilitator adalah sebagai pendamping yang mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan, menkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok. (Mubarok, 2012). Contohnya dalam sosialisai imunisasi pentavalen ini adalah seorang tenaga kesehatan dapat membuat suasana belajar menjadi lebih interaktif dengan cara membuat instrument yang beragam seperti penggunaan alat bantu yang membuat audience akan lebih tertarik dalam mengikuti proses belajar tersebut. Selain itu sebagai fasilitator seorang tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam suatu forum, memberikan kesempatan bertanya tentang penjelasan yang kurang di mengerti oleh audience. Menjadi seorang fasilitator juga tidak hanya di waktu pertemuan atau proses belajar secara umum seperti penyuluhan saja. Namun, seorang tenaga kesehatan juga harus mampu menjadi seorang fasilitator secara khusus, contohnya dengan menyediakan waktu dan tempat ketika seorang klien ingin bertanya secara tertutup. Contoh Aplikasi pada tenaga kesehatan masyarakat yaitu pada saat menjalankan suatu program pemberdayaan masyarakat, saat menjalankan kegiatan tersebut seorang tenaga kesehatan masyarakat hanya sebagai fasilitator masyarakat dalam penerapan suatu program, contohnya kegiatan peningkatan konsumsi buah & sayur, seorang tenaga kesehatan masyarakat hanya berperan untuk meningkatkan pengetahuan dari masyarakat dan memberikan suatu program kepada masyarakat, untuk penerapan program itu sendiri masyarakat lah yang menjalankan sendiri dan tidak ada campur tangan tenaga kesehatan masyarakat kecuali apabila dibutuhkan. Jadi secara singkat dapat dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sebagai falisitator agar masyarakat dapat tahu, mau, mampu untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan mandiri.
4. Peran sebagai Mediator
Dilakukan oleh tenaga kesehatan masyarakat dalam rangka sebagai penengah antar pemangku kepentingan untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan. Mediator kesehatan masyarakat adalah pihak netral yang membantu para pihak (masyarakat/pemangku kepentingan) dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian masalah kesehatan baik didalam masyarakat maupun institusi tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri-ciri penting dari mediator kesehatan masyarakat adalah: Netral Membantu para pihak Tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Jadi, peran mediator kesehatan masyarakat hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-masalah kesehatan yang dihadapi selama proses mediasi berlangsung kepada para pihak. Tugas-tugas Mediator kesehatan masyarakat : 1. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihak untuk dibahas dan disepakati. 2. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam proses mediasi. 3. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus atau pertemuan terpisah selama proses mediasi berlangsung. 4. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak. Contoh aplikasi pada tenaga kesehatan masyarakat yaitu pada saat pengambilan keputusan tentang suatu program di Puskesmas, seorang tenaga kesehatan hanya bergerak sebagai penengah antara pihak atasan dan pihak bawah, tenaga kesehatan masyarakat berfungsi sebagai pihak penengah antara pihak atasan dan bawah tetapi tidak boleh memihak pada salah satunya, dan harus tetap mempertahankan konsistensi untuk tidak terlibat dan menekan suatu kemungkinan terjadinya pertikaian.
5. Peran sebagai perancang media
Dilakukan dalam kegiatan promosi kesehatan agar mendapatkan media yang efektif dalam rangka penyampaian pesan/informasi. Tenaga kesehatan masyarakat sebagai perancang media harus mampu membuat atau menampilkan semua sarana dalam upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatannya. Pada saat seorang tenaga kesehatan masyarakat membuat media promosi kesehatan harus diperhatikan juga sasaran dari media tersebut agar mempermudah penyampaian informasi, memperjelas informasi, media yang dibuat harus dapat menghindari persepsi, memudahkan pengertian, mengurangi komunikasi verbalik, dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata dan memperlancar komunikasi. Media yang akan dibuat oleh tenaga kesehatan masyarakat dapat berupa media cetak (poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker, dan pamflet), media elektronik (TV, Radio, Film, Film strip, VCD), dan media luar ruang (papan reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar). Contoh aplikasi pada tenaga kesehatan masyarakat dalam melakukan perannya sebagai perancang media adalah ketika akan melakukan penyuluhan kepada anak TK di Desa X maka seorang tenaga kesehatan masyarakat harus mampu membuat media sesuai dengan sasaran agar menarik contohnya video/roleplay/poster.