Anda di halaman 1dari 5

Ayuninda Agusandra

15713011

SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat) adalah suatu program untuk menyediakan


prasarana dan sarana air limbah pemukiman yang berbasis masyarakat di daerah kumuh
perkotaan dengan pendekatan tanggap kebutuhan. Selama pelaksanaan SANIMAS ini,
masyarakat dilibatkan dengan menjadi aktor utama dalam proses perencanaan,pembangunan,
operasional dan pemeliharaan fasilitas sanitasi yang telah disediakan. Hal tersebut bertujuan
fasilitas yang terbangun dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan. Namun sebelum
membahas tentang SANIMAS itu sendiri, kita sebaiknya mengetahui terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan sanitasi dan pentingnya kesadaran masyarakat akan sanitasi yang baik.

Sanitasi menurut KBBI adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang
baik di bidang kesehatan terutama kesehatan masyarakat. Menurut Dr. Azrul Azwar, MPH ,
sanitasi merupakan cara pengawasan terhadap berbagai factor yang mungkin mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Sanitasi yang baik dapat meningkatkan tingkat kesehatan
masyarakat. Adapun sanitasi yang berbasis masyarakat adalah usaha membina dan menciptakan
suatu keadaan yang baik termasuk didalamnya mengawasi faktor - faktor yang mungkin
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat dengan melibatkan masyarakat itu sendiri sebagai
aktor aktif dalam berkegiatan.

Sanitasi berbasis masyarakat memfokuskan kegiatan dalam menangani air limbah rumah
tangga terutama tinja manusia selain air limbah rumah tangga lainnya. Hasil studi Indonesia
Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006 menunjukan 47% masyarakat
masih berperilaku buang gair besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Perilaku
BABS (Buang Air Besar Sembarangan) tersebut dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Tinja
yang merupakan sisa buangan manusia memiliki banyak sekali agen penyakit. Ketika seseorang
BABS di sungai atau kolam, vektor penyakit akan menyebar di sepanjang aliran sungai dan
meracuni makhluk hidup yang menggunakan air tersebut termasuk manusia. Tidak kalah
mengerikannya dengan tinja buangan orang-orang yang BABS di kebun atau sawah. Vektor
penyakit seperti lalat dapat menyebarkannya kemanapun seperti halnya ketika lalat hinggap di
makanan terbuka. Masyarakat yang sudah terbiasa dengan kebiasaan makan tanpa cuci tangan
atau memakan makanan sembarangan dan melakukan pola hidup yang kurang bersih tentu akan
langsung terkena dampak dari BABS tersebut. Hal inilah alasan tentang pentingnya kesadaran
masyarakat akan sanitasi yang baik.

Pembiayaan program SANIMAS berasal dari berbagai sumber pendanaan yaitu dana
pemerintah (APBN dan APBD), dana masyarakat (swadaya masyarakat) dan swasta/donor/LSM.
Pendekatan program pun memiliki prinsip pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan.
Apabila kota/kabupaten tidak menyampaikan minat berupa kemauan mengalokasikan dana dari
APBD, maka kabupaten/kota tersebut tidak akan difasilitasi.

SANIMAS dilakukan dibergabai kota dan kabupaten, salah satunya di Kampung Pulo,
Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri di Kabupaten Tanggerang. Kita dapat meninjau keberhasilan
dan kegagalan program SANIMAS di Kampung Pulo berdasarkan ketercapaian target awal
program SANIMAS secara garis besar. Target awal tersebut meliputi : keikutsertaan warga dalam
proses perencanaan pembangunan dan operasional serta pemeliharaan dan penggunaan fasilitas
sanitasi yang telah disediakan oleh warga itu sendiri.

Dalam proses perencanaan yang meliputi biaya pembangunan dan oprasional, program
SANIMAS dinyatakan berhasil. Keberhasilan dari segi perencanaan dilihat dari adanya
pembiayaan yang berasal dari masyrakat sebesar Rp.5.000.000,- sebagai bentuk partisipasi selain
pembiayaan dari Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah masing masing sebesar
Rp.100.000.000,-, dan Borda sebesar Rp.25.000.000,-. Rancangan biaya oprasional setelah
pembangunan pun telah dibentuk sehingga dengan adanya biaya oprasional tersebut fasilitas
dapat terawat dan dari meningkatkan penggunaan oleh warga secara berkelanjutan. Biaya
tersebut adalah Rp. 5.000,- /KK/bulan karena disesuaikan dengan taraf pendapatan warga di
kampung pulo. Menurut hasil kuesioner yang dilakukan oleh Nova Choiriyyah pada tahun 2011
menyatakan bahwa warga kampung pulo merasa puas dengan biaya oprasional yang murah.

Dari segi kelembagaan, warga Kampung Pulo membentuk KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat) yang bernama KSM Pulo Harapan. KSM tersebut dibentuk oleh warga sendiri
dengan musyawarah. Adapun dari segi pembangunan itu sendiri, warga Kampung Pulo ikut
berpartisipasi dari mulai penyeleksian lokasi pembuatan fasilitas sanitasi daftar panjang menjadi
daftar pendek. Warga juga ikut berpartisipasi dalam survey yang dilakukan fasilitator ke lokasi
dan mengikuti rangkaian kegiatan seperti pelatihan.

Sasaran pembangunan fasilitas sanitasi di Kampung Pulo ini ditujukan bagi 120 KK yang
merupakan warga kampung Pulo sendiri. Namun pada kenyataannya, penggunaan fasilitas yang
sudah dibangun ini hanya digunakan oleh 30 KK saja. Hanya sekitar 25% pengguna dari target
yang seharusnya dicapai. Hal tersebut merupakan kegagalan dari program SANIMAS yang
dilakukan dikampung Pulo. Faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pencapaian sasaran
program adalah lokasi fasilitas yang dipinggir perumahan warga, bukan ditengah-tengah.
Ditambah dengan lokasi fasilitas yang tidak sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia)
yaitu jarak lokasi di lapangan sejauh 200 meter yang seharusnya SNI menetapkan jarak
maksimal fasilitas adalah 2 menit 100 meter. Faktor lain yang mendukung kegagalan pencapaian
sasaran program adalah air yang ada belum terfasilitasi dengan baik. Air yang ada merupakan air
berasa asin yang seharusnya air bersih. Air tesebut bahkan tidak bisa disebut air bersih
mengingat salah satu indikator air bersih secara umum adalah tidak berasa.

Kegagalan dalam pencapaian sasaran awal program mengakitabkan kegagalan berikutnya


yaitu kegagalan dalam pencapaian aspek kesehatan lingkungan. Aspek kesehatan lingkungan
memang membaik terbukti dari adanya perubahan perilaku warga kampung pulo dari awalnya
BABS menjadi BAB yang sehat. Selain itu perubahan persepsi masyarakat tentang lingkungan
pun berubah ke arah yang lebih baik. Kekurangannya adalah, peningkatan taraf kesehatan warga
tidak merata, selain dari warga yang memiliki fasilitas sanitasi sendiri (39.1%) dan warga
pengguna fasilitas hasil SANIMAS, warga tetap melakukan kebiasaan lama yaitu BABS karena
jarak yang jauh ke fasilitas buatan (52.2%).

Dari penjabaran diatas, kita dapat melihat bahwa program SANIMAS untuk warga
kampung Pulo memiliki aspek keteknikan yang kurang maksimal. Terbukti dengan adanya
ketidaktepatan penempatan lokasi sesuai standar nasional Indonesia. Namun dalam segi
pemberdayaan masyarakat, SANIMAS telah menunjukan perubahan ke arah yang lebih
baik.Program SANIMAS di kampung Pulo memang hampir berhasil. Namun apabila kita
melihat secara keseluruhan, program penyediaan dan permudahan akses sanitasi di Indonesia
masih jauh dari yang seharusnya. Terlihat dari video yang dikeluarkan oleh IUWASH berikut ini
tentang sanitasi dan air minum di Indonesia yang merupakan hal mahal bagi masyarakat
kebanyakan :

https://www.youtube.com/watch?v=sysAd6_2PRI

Menurut BPS tahun 2013, Indonesia baru mencapai angka 59,7% untuk sanitasi layak. Hal
tersebut mengungkapkan bahwa masih ada 120 juta jiwa di Indonesia yang memerlukan fasilitas
untuk sanitasi layak. Sanitasi yang tidak layak memang sangat penting bagi kehidupan, bukan
hanya dari aspek kesehatan lingkungan namun juga dari aspek ekonomi. Menurut world
sanitation program Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar 56 triliun rupiah /tahun
karena sanitasi yang tidak layak. Kerugian tersebut merupakan 29,132 triliun rupiah yang
dikeluarkan untuk pengobatan bagi warga sakit , 13,242 triliun rupiah untuk penanganan dan
pengolahan air tercemar, 10,593 triliun rupiah untuk kehilangan produktifitas dari orang yang
sakit dan 1,412 triliun rupiah di bidang pariwisata. Hal tersebut sangat disayangkan dan
merupakan kebocoran anggaran bagi Indonesia. Untuk itu program SANIMAS menuju 100%
akses sanitasi layak di Indonesia harus terus dikembangkan sehingga merata serta diperbaiki
celah kekurangan berdasarkan kegagalan kegagalan yang telah terjadi.
Daftar Pustaka

http://ciptakarya.pu.go.id/sanimas/files/Best%20Practice.pdf

(diakses pada 28 januari 2015 pukul 20.00 WIB)

http://www.ampl.or.id/program/sanitasi-berbasis-masyarakat-sanimas-/3

(diakses pada 28 januari 2015 pukul 20.00 WIB)

http://www.ampl.or.id/old/ampl/sekilassanimas.php

(diakses pada 28 januari 2015 pukul 20.00 WIB)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29660/4/Chapter%20II.pdf

(diakses pada 28 januari 2015 pukul 20.00 WIB)

http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=10

(diakses pada 28 januari 2015 pukul 20.00 WIB)

https://www.youtube.com/watch?v=rpd9nLMu_O4

(diakses pada 29 januari 2015 pukul 09.00 WIB)

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/03/09/17027/sanimas-tetap-
dikembangkan-hingga-2015/#.VMkJ6SzOc-o

(diakses pada 29 januari 2015 pukul 09.00 WIB)

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-2947-TUGAS%20AKHIR
%20NOVA.pdf

(diakses pada 29 januari 2015 pukul 09.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai