Anda di halaman 1dari 152

RENCANA AKSI NASIONAL 2022-2030

CUCI TANGAN
PAKAI SABUN
Cover Photo: © UNICEF/UN0248682/Noorani
RENCANA AKSI NASIONAL 2022-2030

CUCI TANGAN
PAKAI SABUN
SAMBUTAN
KEMENTERIAN PPN

Pembangunan bidang air bersih, sanitasi, kebersihan (WASH) menjadi bagian


dari upaya mendasar dalam peningkatan kesejahteraan dan status Kesehatan
masyarakat melalui pemenuhan akses sanitasi masyarakat dan peningkatan
perilaku sanitasi yang sehat. Hal ini sejalan dengan komitmen global dan
Indonesia dalam mencapai tujuan 6 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) pada 2030. Sebagai
bagian dari WASH, Cuci Tangan Pakai Sabun atau CTPS dikenal luas sebagai
teknik dasar terpenting yang dapat menurunkan penyakit mematikan bagi
balita seperti diare hingga 30% dan ISPA hingga 20%.

Oleh karena itu, pencapaian akses universal ke fasilitas cuci tangan dengan
air dan sabun perlu dicapai, sebagaimana yang diamanatkan pada indicator
global 6.2.1 pada TPB 2030, dengan menggunakan keberadaan fasilitasi
cuci tangan sebagai indikator pendekatan (proxy) untuk mengukur perilaku
cuci tangan. Sayangnya, ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun di rumah belum menjadi kebutuhan
utama. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 di Indonesia mencatat bahwa 1 dari 4 orang tidak
memiliki fasilitas cuci tangan di rumahnya. Selain itu, data Riskesdas 2018 juga menunjukkan bahwa proporsi
perilaku cuci tangan dengan benar pada penduduk diatas 10 tahun juga belum melebihi 50%. Dari sudut
pandang penyediaan pelayanan produk kebersihan tangan, ketersediaan produk kebersihan tangan di daerah
pedesaan yang terpencil menjadi tantangan bagi masyarakat untuk dapat mengakses produk tersebut.

Mengingat peran penting CTPS, Indonesia memandang sektor ini sebagai tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sebagai upaya menyusun rencana yang sistematis
pelaksanaan gerakan CTPS di semua tingkatan pemerintahan dalam rangka pencapaian akses universal,
Pemerintah Indonesia juga telah meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) tahun 2017 dan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
3 tahun 2014 tentang STBM.

Pembangunan sanitasi dan kebersihan tangan (sebagaimana yang ditunjukkan melalui pilar dua, Cuci
Tangan Pakai Sabun) melalui Gerakan STBM adalah salah satu perwujudan paradigma pembangunan yang
berkelanjutan yaitu menempatkan kebersihan tangan sebagai urusan wajib pemerintah. Masyarakat, mitra
pembangunan dan swasta pun juga terlibat dan memegang peranan penting dalam menguatkan CTPS dari
dua komponen yaitu peningkatan kebutuhan dan pemenuhan layanan. Untuk memberikan kesamaan tujuan,
kebijakan pelaksanaan, target, dan rencana aksi rinci bagi pemangku kepentingan untuk semua di tahun
2030, dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS 2022 – 2030 (RAN- CTPS 2022-2030) ini disusun sebagai
upaya dalam rangka pencapaian akses CTPS.

Penyusunan dokumen RAN CTPS 2022-2030 menjadi langkah awal bagi semua pihak untuk bersinergi
dalam melakukan tata Kelola efektif dalam pencapaian target CTPS di Indonesia pada tahun 2030.

Ir. Rudy Soeprihadi Prawiradinata, MCRP, Ph.D


Plt. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana
Kementerian PPN/Bappenas

ii RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
SAMBUTAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

Akses terhadap layanan air minum, sanitasi, dan kebersihan atau Water,
Sanitation, and Hygiene (WASH) yang aman bagi masyarakat, baik di rumah
tangga, sekolah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum lainnya merupakan
hal mendasar untuk memastikan pemenuhan hak dan martabat manusia
secara layak. Sebagai bagian dari WASH, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
memiliki peran penting bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan serta
mendukung produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Mengingat
pentingnya CTPS inilah, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen dalam
mencapai akses CTPS 100% pada tahun 2030 dan mengintegrasikan CTPS
sebagai salah satu pilar dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan
bagian dari Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS).

Ada beberapa tanda kemajuan yang signifikan pada pemenuhan akses CTPS
dalam beberapa tahun terakhir. Hingga Maret 2020, BPS telah mencatat
bahwa sebanyak 78,3 persen penduduk Indonesia telah memiliki akses ke fasilitas CTPS. Analisis terbaru
dari Profil Sanitasi Sekolah (2022) telah mengalami peningkatan akses fasilitas CTPS di satuan pendidikan
dari 41% menjadi 74%. Namun, masih terdapat tantangan yang dihadapi dalam memastikan perilaku
CTPS dapat dipraktikan oleh seluruh masyarakat dalam jangka panjang. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018
mengenai data perilaku CTPS, perilaku anggota keluarga yang melakukan praktik CTPS rata-rata hanya 60
persen dari keluarga yang memiliki sarana CTPS.

Pada tahun 2030, Indonesia bersama dengan negara-negara di dunia berkomitmen untuk mencapai target
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Poin 6 yaitu Ketersediaan Akses Air Bersih, Sanitasi, dan Kebersihan bagi
semua pihak. Dalam mencapai target tersebut, tentunya kita membutuhkan perencanaan yang jelas dengan
memuat target-target yang harus dipenuhi. Perencanaan ini tentunya sudah diterjemahkan dalam Dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2020-2024 sebagai acuan. Namun,
sayangnya RPJMN 2020-2024 hanya memuat target pada akses air bersih dan sanitasi.

Meskipun berbagai Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) terkait CPTS telah diterbitkan sebagai
usaha meningkatkan kondisi lingkungan yang mendukung bagi pelaksanaan praktik CTPS di semua tatanan,
CTPS belum termasuk di dalam kebijakan pembangunan nasional saat ini, mulai dari rencana strategis
jangka menengah sampai dengan kebijakan penganggaran tahunan. Tantangan lainnya yang juga dihadapi
ialah tidak adanya data CTPS yang terkonsolidasi dari semua tatanan di Indonesia sehingga menyebabkan
kurangnya data CTPS yang konsisten dan handal yang mempengaruhi kualitas perencanaan.

Untuk menjawab permasalahan ini, Rencana Aksi Nasional (RAN) CTPS telah disusun sebagai salah
dokumen peta jalan yang fokus pada pencapaian target CTPS 2022-2030. Penyusunan dokumen ini secara
teknis dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan didukung oleh UNICEF dan melibatkan kementerian
dan lembaga teknis terkait. Dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS 2022 - 2030 ini disusun untuk
memberikan kesamaan tujuan, kebijakan pelaksanaan, target dan rencana aksi rinci bagi setiap pemangku
kepentingan dalam rangka pencapaian akses CTPS untuk semua di tahun 2030. Serta, dokumen ini juga
memuat strategi dan rencana investasi yang dibutuhkan agar pencapaian target CTPS dapat dicapai secara
optimal sebagaimana yang diamanatkan pada target SDGs point 6.2

Dengan adanya dokumen RAN CTPS 2022, keterlibatan seluruh pemangku kepentingan menjadi sangat
penting dalam mengimplementasikan dokumen ini. Kolaborasi kuat dengan pendekatan pentahelix yang
terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, sector swasta, mitra pembangunan, institusi akademisi,
media, dan organisasi masyarakat sipil menjadi pondasi yang kuat dalam memperkuat mekanisme koordinasi
dalam rangka percepatan akses CTPS. Untuk melakukan tata Kelola efektif dalam pencapaian target CTPS.

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN iii
Penyusunan dokumen RAN CTPS 2022-2030 ini bukanlah langkah akhir, namun menjadi langkah
awal bagi kita untuk bersama-sama mencapai target Pilar 2 STBM ini melalui membangun
sistem monitoring yang solid dengan fokus pada fasilitas publik, memastikan pesan-pesan dalam
National Call for Action 2020 dapat dicapai, serta kolaborasi dan kontribusi berbagai pihak untuk
penyediaan akses serta keberlanjutan layanan (operasi dan pemeliharaan)

Saya berharap rencana aksi nasional tentang kebersihan tangan ini dapat mempercepat upaya
yang ada dalam memastikan kebersihan tangan untuk semua menjadi kenyataan bagi setiap orang
Indonesia.

DR. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS


Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan

iv RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
KATA PENGANTAR
KEMENTERIAN KESEHATAN
Peningkatan akses cuci tangan pakai sabun (CTPS) diyakini secara luas berkontribusi
signifikan terhadap penurunan angka kematian dan diare, serta berdampak positif
pada perkembangan anak usia dini. Beberapa jenis penelitian telah membuktikan
bahwa praktik CTPS terkait dengan penurunan risiko infeksi saluran pernapasan
seperti pneumonia dan COVID-19, serta penurunan endemik diare dan stunting
pada anak-anak. Dengan demikian, CTPS merupakan prioritas pembangunan utama
bagi Pemerintah Indonesia yang telah dibentuk dalam beberapa program nasional
seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan Gerakan Masyarakat Sehat
(GERMAS).

Meskipun Indonesia telah membuat kemajuan yang baik dalam menyediakan


akses ke layanan air bersih, sanitasi, dan kebersihan (WASH) dasar bagi sebagian
besar penduduknya, akses ke layanan WASH dengan standar yang lebih tinggi atau
layanan WASH yang aman – sebagaimana diamanatkan dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan, masih terbatas. Analisis terbaru dari data Profil Sanitasi Sekolah 2022
menunjukkan bahwa masih ada 19.923 satuan Pendidikan di semua jenjang atau
setara dengan 1,5 juta anak Indonesia yang tidak mendapatkan sarana cuci tangan dengan air dan sabun sama sekali.
Selain itu, hasil Riskesdas pada 2018 menunjukkan bahwa hanya 49.8% penduduk berusia lebih dari 10 tahun dapat
mempraktikan CTPS secara baik dan benar, dengan rentang hasil provinsi berkisar antara 26.7% (Papua) hingga 67.4%
(Bali).

Oleh karena itu, penguatan komitmen dalam mewujudkan inisiatif “Kebersihan Tangan untuk Semua” diperlukan sebagai
pondasi untuk memimpin dan memobilisasi sumber daya dalam mengisi kesenjangan tersebut untuk mencapai target
nasional kebersihan tangan. Melalui Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun sedunia 2021 lalu, tiga belas kementerian
dan lembaga telah berkomitmen untuk bersama-sama mencapai target untuk akses kebersihan tangan universal pada
tahun 2030. Selain itu, sektor swasta dan mitra pembangunan telah dilibatkan untuk berkolaborasi secara strategis dalam
aksi panggilan nasional “Hand Hygiene for All”.

Untuk memperkuat kerja kolaboratif ini, peta jalan nasional tentang kebersihan tangan (atau Rencana Aksi Nasional CTPS)
2022 2030 telah dikembangkan untuk (1) menyelaraskan kebijakan berbagai pemangku kepentingan pada kegiatan CTPS
untuk meningkatkan dan mempertahankan akses bagi semua, (2) menyediakan koridor implementasi bagi berbagai
pemangku kepentingan untuk mencapai akses CTPS untuk semua, (3) menjadi dokumen acuan utama di antara para
pemangku kepentingan dalam proses perencanaan dan penganggaran tahunan mereka dalam mencapai akses CTPS.

Rencana Aksi Nasional CTPS ini dikembangkan melalui kombinasi pendekatan top-down dan bottom-up serta umpan balik
dari organisasi non-pemerintah. Dengan demikian, dokumen ini menggambarkan keadaan saat ini dari CTPS di Indonesia,
visi dan tujuan yang ingin dicapai, strategi untuk mencapai tujuan tersebut, perkiraan biaya pelaksanaan Rencana Aksi
Nasional, dan indikasi mobilisasi sumber daya dari berbagai pemangku kepentingan. Selain itu, rencana aksi ini mengacu
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM untuk membahas CTPS pada berbagai komponen
kegiatan, terutama pada lingkungan yang mendukung, penciptaan permintaan, dan penyediaan layanan di empat
pengaturan utama seperti rumah tangga, sekolah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum.

Kami mengucapkan terima kasih kepada masing-masing kementerian/lembaga yang terkait dengan kegiatan CTPS atas
dukungannya seperti Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi, Kementerian Agama, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pusat
Statistik (BPS), dan Gugus Tugas COVID-19. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada tiga pemerintah daerah,
yaitu Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan DI Yogyakarta, atas aspirasi mereka melalui konsultasi subnasional.

Kami berharap Rencana Aksi Nasional CTPS ini akan mempercepat pencapaian target nasional kebersihan tangan pada
tahun 2030.

dr. Anas Ma’ruf, M.K.M


Direktur Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN v
KATA PENGANTAR
UNICEF INDONESIA

Indonesia telah membuat kemajuan substansial dalam menyediakan akses air


bersih dan sanitasi dasar kepada jutaan penduduk Indonesia sejak tahun 2000.
Kemajuan dalam akses terhadap kebersihan tangan. Namun, kemajuan dalam
akses terhadap kebersihan tangan masih terbatas, dengan kesenjangan yang
lebar di berbagai tempat seperti rumah tangga, institusi, dan tempat umum dan
antar wilayah. Mencuci tangan dengan sabun (CTPS) secara luas diakui sebagai
salah satu langkah yang paling hemat biaya untuk paling efektif untuk mencegah
penularan penyakit menular dengan biaya berkisar antara 0,90 - 2,50 USD per kapita
tergantung pada negaranya.

COVID19 semakin memperkuat kemanjuran kebersihan tangan sebagai lini


pertama pertama untuk melawan penyebaran virus dan pandemi di masa depan.
Kebersihan tangan, sebagai komponen utama dari langkah-langkah pencegahan
infeksi memungkinkan dimulainya kembali pembelajaran di sekolah-sekolah dan
juga membuat orang-orang kembali ke kantor mereka di Indonesia. COVID19
telah menunjukkan besarnya tantangan dalam menjangkau semua orang di mana
pun dengan akses terhadap kebersihan tangan. Untuk memungkinkan kebersihan tangan bagi semua orang, kita
membutuhkan perilaku individu untuk berubah dalam skala besar dan juga memungkinkan peningkatan akses ke
produk dan layanan yang membuat perilaku mencuci tangan menjadi mudah, nyaman, dan diinginkan.

CTPS merupakan prioritas utama pembangunan Pemerintah Indonesia dan merupakan pilar kedua dari Program
Sanitasi dan Higiene Nasional (STBM - Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan Program Kesehatan Sekolah (UKS).
Setidaknya 13 Kementerian/Lembaga memiliki keterkaitan langsung dengan agenda kebersihan tangan. Pada tahun
2021, tiga belas Menteri berkomitmen untuk akses kebersihan tangan universal pada tahun 2030. Sejak awal
pandemi pada tahun 2020, telah terjadi peningkatan investasi dalam infrastruktur cuci tangan di semua tempat,
meskipun lebih menonjol di sekolah-sekolah. Data dari profil WASH in School 2021 menunjukkan peningkatan hampir
20 persen dalam akses ke fasilitas cuci tangan di sekolah pasca COVID-19.

Rencana aksi nasional untuk kebersihan tangan adalah peta jalan berbiaya untuk membantu Indonesia mewujudkan
visi “Kebersihan Tangan untuk Semua” pada tahun 2030 dan merupakan bagian dari rencana nasional SDG6
yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan dari UNICEF dan mitra lainnya. Peta jalan ini
telah menetapkan target yang realistis dan dibangun berdasarkan kemajuan yang telah dicapai sejauh ini serta
pembelajaran dari pelaksanaan program perubahan perilaku sebelumnya. Peta jalan ini mencakup analisis tantangan
saat ini, strategi, intervensi, peran dan tanggung jawab para pemangku kepentingan utama, lingkungan yang
mendukung yang diperlukan, dan kebutuhan investasi. Peta jalan ini merupakan hasil konsultasi dengan berbagai
pemangku kepentingan dan menggarisbawahi fokus Indonesia untuk tidak meninggalkan siapa pun di belakang
dengan tetap mempertimbangkan ketahanan iklim dan risiko bencana.

Rencana aksi nasional tentang kebersihan tangan bertujuan untuk mencapai 100% akses ke layanan dasar
(ketersediaan fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air) di semua tempat yaitu rumah tangga,
sekolah, tempat umum dan fasilitas kesehatan. Target jangka menengah untuk masing-masing dari empat tatanan
tersebut dipandu oleh kemajuan saat ini dan dibagi menjadi dua periode, yaitu 2020-2024 (periode RPJMN saat ini)
dan 2025-2030. Pada tahap awal rencana aksi kebersihan tangan nasional, fokusnya adalah mengkonsolidasikan
dan membangun. Pada tahap awal rencana aksi kebersihan tangan nasional difokuskan pada konsolidasi dan
pembangunan pada pencapaian yang telah dilakukan dalam program kebersihan tangan selama pandemi dengan
meningkatkan manajemen data dan akuntabilitas, meningkatkan koordinasi CTPS baik di tingkat nasional maupun
daerah, meningkatkan kerangka kerja peraturan, mendorong pembelajaran dan mengarusutamakan CTPS sebagai
bagian dari program-program yang sudah ada.

vi RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Rencana aksi kebersihan tangan nasional memperkirakan bahwa untuk mencapai dan mempertahankan akses CTPS
100 persen di semua lingkungan pada tahun 2030 dengan pertimbangan ketahanan iklim akan menelan biaya 49,4
triliun rupiah (nilai tengah), dengan rumah tangga yang paling banyak membutuhkan dana (87,3 persen), diikuti rumah
tangga yang paling banyak membutuhkan dana (87,3 persen), diikuti oleh sekolah (7,0 persen), fasilitas kesehatan
(2,93 persen), madrasah (1,4 persen), dan fasilitas umum (1,4 persen). Berdasarkan basis per kapita per tahun,
kebutuhan dana hanya di bawah 1,5 USD. Dengan kerja sama yang erat Dengan kolaborasi erat yang melibatkan
semua pemangku kepentingan termasuk sektor swasta, pendanaan rencana aksi ini seharusnya dapat dilakukan.

Kami sangat memuji kepemimpinan Kementerian Kesehatan, Pemerintah Indonesia, khususnya Direktorat Kesehatan
Lingkungan dalam pengembangan rencana aksi ini dengan kontribusi dari kementerian dan lembaga lainnya.
Kami juga mengakui kontribusi penting dari pemerintah daerah, terutama dari Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan DI
Yogyakarta, mitra pembangunan, organisasi masyarakat sipil, lembaga akademis, lembaga keuangan dan sektor
swasta sektor swasta kepada konsultan selama penyusunan peta jalan ini.

Rencana Aksi Nasional Kebersihan Tangan merupakan pemenuhan salah satu komitmen yang dibuat Indonesia pada
pertemuan tingkat tinggi Sanitasi dan Air untuk Semua (SWA) - Pertemuan Tingkat Menteri yang diadakan di Jakarta
pada bulan Mei 2022. Rencana aksi ini perlu diprioritaskan untuk diimplementasikan guna membantu Indonesia
mewujudkan target SDG-6.2 dan aspirasi globalnya untuk masuk dalam jajaran 5 besar ekonomi dunia pada tahun
2045. Saya berharap rencana aksi ini dapat menjadi dokumen referensi utama bagi semua pemangku kepentingan
dalam upaya kolektif kita untuk mewujudkan kebersihan tangan bagi seluruh masyarakat Indonesia pada tahun 2030!

Kannan Nadar
Chief of WASH
UNICEF Indonesia

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN vii
viii RENC A N A A©KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
UNICEF/UN0353516/Ijazah
CUCI TANGAN PAK AI SABUN
UCAPAN TERIMA KASIH

Rencana Aksi Nasional Cuci Tangan Pakai Sabun (RAN-CTPS) 2022-2030 ini merupakan hasil kontribusi dan
wawasan yang dibagikan oleh sejumlah besar pemangku kepentingan di seluruh negeri. Ucapan terima
kasih yang tulus kepada Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan atas kepemimpinan dan
bimbingannya dalam penyusunan Rencana Aksi ini, dengan ucapan terima kasih khusus kepada dr. Anas Ma’ruf,
M.K.M; drg. R. Vensya Sitohang M. Epid; Ely Setyawati SKM, MKM; Ni Nengah Yustina Tutuanita, SKM, MKM;
Aloysia Widysatuti, SKM, M.Si, Sukarmi, SKM, MKM, Nurlaila, SKM, MKM, dan Ikha Purwandari, SKM, MKM.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada perwakilan Bappenas (Direktorat Perumahan dan Kawasan
Permukiman dan Direktorat Kesehatan Gizi Masyarakat), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi (Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah),
Kementerian Agama (Direktorat Kurikulum, Sarana, Prasarana, Kesiswaan dan Kelembagaan Madrasah),
Kementerian Dalam Negeri (Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah III), Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (Direktorat Sanitasi dan Direktorat Air Minum), Kementerian Perdagangan
(Direktorat Sarana, Distribusi, dan Logistik), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Direktorat Tata Kelola
Destinasi, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur dan Direktorat Standardisasi dan Sertifikasi
Usaha), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan), Kementerian Kesehatan (Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Direktorat Kesehatan Keluarga, dan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga), BNPB (Bidang Penanganan
Darurat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Sekretariat Satgas Covid-19 (Bidang Perubahan Perilaku),
Kementerian Perhubungan (Direktorat Prasarana Transportasi Jalan), Kementerian Ketenagakerjaan, dan Badan
Pusat Stastistik atas kontribusinya yang berharga.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua individu dan perwakilan dari provinsi
Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama Bappeda, dan Dinas Kesehatan serta
perwakilan kabupaten/kota dari ketiga provinsi tersebut yaitu dari Kabupaten Sumbawa Barat, Kota Banda Aceh,
Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Sleman yang telah memberikan wawasan dan aspirasi
pemerintah daerah setempat melalui pertemuan konsultatif sub nasional. Terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya juga kepada rekan-rekan mitra pembangunan di USAID, WHO, IUWASH Plus, WVI, SPEAK
dan perusahaan-perusahaan swasta yang tergabung dalam Kemitraan Swasta Pemerintah Cuci Tangan Pakai
Sabun (KSP-CTPS) atas kontribusi dan wawasan mereka yang berharga yang membantu dalam penyusunan
rencana aksi nasional ini.

Penyusunan RAN CTPS 2022-2030 ini disusun oleh Dhanang Tri Wuriyandoko, serta dikoordinir oleh Preetha
Prabhakaran (Spesialis WASH, UNICEF Indonesia). Penyusunan dokumen ini juga didukung dengan masukan
tambahan dari Kannan Nadar (Kepala WASH, UNICEF Indonesia). Terima kasih yang tulus kepada rekan-rekan
UNICEF Indonesia Eko Widodo, Rostia La Ode Pado, Muhammad Zainal, dan Maria Katherina Gnadia Liandy
yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan dokumen ini.

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN ix
DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 2

1.2 Tujuan 3

1.3 Peraturan dan Kebijakan yang Mendukung 3

1.4 Pembaca Sasaran 3

1.5 Periode Perencanaan 4

1.6 Proses dan Ruang Lingkup 4

Bab 2 Analisis Situasi 7

2.1 Definisi yang Digunakan 8

2.1.1 Tingkat Layanan 8

2.1.2 Higiene Tangan dan CTPS 8

2.1.3 Persyaratan Kualitas Air 9

2.2 Sensus dan Proyeksi Penduduk 9

2.3 Lingkungan yang Mendukung 11

2.3.1 Kerangka Pengaturan 11

2.3.2 Kebijakan Pembangunan Nasional 11

2.3.3 Tata Kelola CTPS 15

2.3.4 Mekanisme Koordinasi CTPS 17

2.3.5 Pendanaan CTPS 19

2.3.6 Pemantauan dan Evaluasi 22

2.4 Peningkatan Kebutuhan 23

2.4.1 Pesan Komunikasi CTPS 23

2.4.2 Saluran Komunikasi 25

2.5 Pemenuhan Layanan 25

2.5.1 Keterbatasan Data 25

2.5.2 Tatanan Rumah Tangga 25

2.5.3 Tatanan Sekolah 27

2.5.4 Tatanan Fasilitas Kesehatan 28

2.5.5 Tatanan Fasilitas Umum 28

2.5.6 Pemenuhan Layanan 30

2.6 Jender dan Disabilitas 31

2.7 Ringkasan Temuan 32

x RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Bab 3 Visi dan Target 35

3.1 Visi 36

3.2 Target 36

3.2.1 Periode Pentahapan 36

3.2.2 Asumsi 36

3.2.3 Contoh Penetapan Target Provinsi 38

3.2.4 Target Nasional 2030 40

Bab 4 Strategi Implementasi 41

4.1 Tantangan 42

4.2 Strategi Pencapaian Seratus Persen Akses 43

Bab 5 Milestone Implementasi 53

5.1 Pendahuluan 54

5.2 Milestone Implementasi 54

5.3 Program Pembangunan 57

Bab 6 Analisis Biaya dan Mobilisasi Sumber Daya 61

6.1 Struktur Biaya 62

6.1.1 Berbagai Referensi 62

6.1.2 Struktur Biaya di Rencana Aksi 62

6.2 Analisis Biaya Pencapaian 100% Akses CTPS 64

6.2.1 Memperkirakan Biaya Satuan untuk CTPS 64

6.3 Perkiraaan Biaya Nasional 67

6.4 Potensi Mobilisasi Sumber Daya 66

6.4.1 Kategori biaya dan potensi sumber pendanaanya 66

6.4.2 Mobilisasi sumber daya 67

Daftar Pustaka 68

Lampiran 1 69

Lampiran 2 78

Lampiran 3 124

Lampiran 4 129

RENC A N A© AUNICEF/UN0353518/Ijazah
KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN xi
DAFTAR ISTILAH

SINGKATAN KETERANGAN
AACE Association of the Advancement of Cost Engineering
AKKOPSI Asosisasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BABS Buang Air Besar Sembarangan
BAU Business-as-Usual
Bappenas Badan Perencanaan Nasional
BAZNAS Badan Amil Zakat Nasional
BKF Badan Kebijakan Fiskal
BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPS Badan Pusat Statistik
BSN Badan Standarisasi Nasional
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CAPEX Capital Expenditure atau biaya investasi
Covid-19 Corona Virus Diseases - 2019
CSR Corporate Social Responsibility
CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun
DAK Dana Alokasi Khusus
Dapodik Data Pokok Pendidikan
DID Dana Insentif Daerah
EMIS Education Monitoring Information System
GCF The Green Climate Fund
GERMAS Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
JMP Joint Monitoring Program
JKN Jaminan Kesehatan Nasional
KSP-CTPS Kemitraan Swasta Pemerintah – Cuci Tangan Pakai Sabun
NDA National Designated Authority
NPSK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
OPEX Operational Expenditure atau biaya operasi dan pemeliharaan
Otsus Dana Otonomi Khusus
PFB Pooling Fund Bencana
PBI Penerima Bantuan Iuran
PHBS Perilaku Hidup Bersih Sehat
Pokja PPAS Kelompok Kerja Pembangunan Perumahan, Air Minum, dan Sanitasi
PNS Pegawai Negeri Sipil
Rifaskes Riset Fasilitas Kesehatan
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

xii RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Satgas Satuan tugas
SDGs Sustainable Development Goals
STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
TPB Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
UNFCCC United Nations Framework Convention on Climate Change
UNFPA United Nation Population Fund
UNICEF United Nation Children’s Fund
WASH Water, Sanitation, and Hygiene
WHO World Health Organization
WSSLIC Water Supply and Sanitation for Low Income Communities

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Empat tatanan CTPS beserta penjelasannya 4

Tabel 2.1 Definisi tingkat layanan CTPS berdasarkan JMP dengan penyesuaian
untuk tatanan Fasilitas Umum 8

Tabel 2.2 Pemetaan kebijakan dan peraturan setingkat Menteri terkait CTPS 12

Tabel 2.3 Pemetaan kementerian/lembaga terkait CTPS di Indonesia 16

Tabel 2.4 Tiga belas kementerian/lembaga terkait CTPS 17

Tabel 2.5 Berbagai kegiatan tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana 21

Tabel 2.6 Rincian QR Peduli Lindungi yang terdaftar untuk setiap provinsi, per 19 Januari 2022 30

Tabel 2.7 Ringkasan temuan dan tantangan CTPS untuk setiap komponen 32

Tabel 3.1 Perhitungan rinci proyeksi CTPS Indonesia untuk tatanan rumah tangga 37

Tabel 3.2 Target nasional CTPS untuk berbagai tatanan 40

Tabel 4.1 Strategi untuk setiap tantangan CTPS yang teridentifikasi 44

Tabel 5.1 Matrik program pembangunan dalam rangka pencapaian 100% akses CTPS tahun 2030 58

Tabel 6.1 Kategori biaya CTPS berdasarkan studi tahun 2021 di 46 negara berkembang 62

Tabel 6.2 Kategori biaya yang digunakan dalam Rencana Aksi CTPS 62

Tabel 6.3 Ringkasan kebutuhan biaya CTPS di semua tatanan (nilai tengah) 65

Tabel 6.4 Potensi sumber pendanaan untuk setiap kategori biaya 66

Tabel 6.5 Indikasi mobilisasi sumber daya pencapaian akses CTPS 100% di seluruh tatanan 67

RENC A N A© AUNICEF/UN0353518/Ijazah
KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN xiii
DAFTAR TABEL DI LAMPIRAN
Tabel 0.1 Sembilan kategori biaya CTPS 80

Tabel 0.2 Sembilan kategori biaya CTPS, berketahanan iklim 81

Tabel 0.3 Construction Cost Index by Province, 2021 82

Tabel 0.4 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah
tangga (tingkat harga 2021) 83

Tabel 0.5 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah:
tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 84

Tabel 0.6 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: layanan terbatas
menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 84

Table 0.7 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas
kesehatan(tingkat harga 2021) 85

Tabel 0.8 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan
fasilitas umum (tingkat harga 2021) 85

Tabel 0.9 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah tangga
(tingkat harga 2021) 86

Tabel 0.10 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah:
tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 86

Tabel 0.11 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah:
layanan terbatas menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 87

Tabel 0.12 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas
kesehatan (tingkat harga 2021) 87

Tabel 0.13 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan
fasilitas umum (tingkat harga 2021) 88

Tabel 0.14 Biaya tahunan CTPS untuk setiap kategori biaya dalam pencapaian
100% akses di tatanan rumah tangga (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 90

Tabel 0.15 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan
rumah tangga (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 90

Tabel 0.16 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 93

Tabel 0.17 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 93

Table 0.18 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 96

Tabel 0.19 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah 96

Tabel 0.20 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses

xiv RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 99

Tabel 0.21 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 99

Tabel 0.22 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 102

Tabel 0.23 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah 102

Tabel 0.24 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 105

Tabel 0.25 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 105

Tabel 0.26 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 108

Tabel 0.27 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah 108

Tabel 0.28 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 111

Tabel 0.29 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 111

Tabel 0.30 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 114

Tabel 0.31 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah 114

Tabel 0.32 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 117

Tabel 0.33 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 117

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sebaran penduduk di enam wilayah Indonesia berdasarkan Sensus 2020 10
Gambar 2.2 Proyeksi penduduk Indonesia hingga tahun 2030 10
Gambar 2.3 Klasifikasi urusan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang 24/2014 15
Gambar 2.4 Anggaran kesehatan dan proporsinya di dalam APBN 18
Gambar 2.5 Pembagian anggaran kesehatan untuk berbagai kegiatan terkait kesehatan 19
Gambar 2.6 Tren alokasi anggaran kesehatan di berbagai kementerian/lembaga 19
Gambar 2.7 Materi dan pesan komunikasi CTPS dalam peringatan Hari CTPS Sedunia tahun 2020 23
Gambar 2.8 Waktu-waktu penting CTPS 24
Gambar 2.9 Pencegahan Covid-19 melalui GERMAS 24
Gambar 2.10 Materi promosi untuk fasilitas CPTS yang inklusif 24
Gambar 2.11 Tangkapan layar waktu penting CTPS menurut Kementerian Kesehatan
(Pedoman Cuci Tangan Pakai Sabun, 2020) 25
Gambar 2.12 Data historis akses CTPS di tatanan Rumah Tangga (sumber: BPS) 25
Gambar 2.13 Akses CTPS rumah tangga tahun 2020 disertai hasil Riskesdas 2018 26
Gambar 2.14 Perilaku CTPS berdasarkan pekerjaan menurut Riskesdas 2018 26
Gambar 2.15 Akses CTPS di tatanan sekolah tahun 2020 27
Gambar 2.16 Akses CTPS di tatanan Madrasah tahun 2020 27
Gambar 2.17 Akses CTPS di fasilitasi Kesehatan tahun 2019 28
Gambar 2.18 Tangkapan layar dari UNICEF 3M Monitoring, periode Januari 2022 29
Gambar 2.19 Sebaran QR points setiap provinsi di Indonesia 29
Gambar 3.1 Proyeksi akses nasional CTPS Indonesia untuk tatanan Rumah Tangga 37
Gambar 3.2 Proyeksi akses CTPS untuk tatanan rumah tangga di Aceh 38
Gambar 3.3 Proyeksi akses CTPS tatanan rumah tangga di Nusa Tenggara Barat 38
Gambar 3.4 Proyeksi akses CTPS tatanan rumah tangga di DI Yogyakarta 39
Gambar 5.1 Linimasa peristiwa politik utama dan kegiatan perencanaan di Indonesia hingga 2030 54
Gambar 5.2 Empat milestone untuk mencapai 100% akses tahun 2030 54
Gambar 6.1 Model 3, keran tanpa dilengkapi bak penampung air keramik (sink) 63
Gambar 6.2 Langkah-langkah untuk menentukan rentang biaya satuan 64
Gambar 6.3 Langkah-langkah dalam memperkirakan biaya CAPEX dan OPEX 64
Gambar 6.4 Prosentase kebutuhan biaya CTPS semua tatanan untuk mencapai 100% akses 66

xvi RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
DAFTAR GAMBAR DI LAMPIRAN

Gambar 1 Langkah-langkah menentukan rencang biaya satuan 79


Gambar 2 Langkah-langkah dalam perkiraan biaya CAPEX dan OPEX 79
Gambar 3 Inflasi bulanan dari tahun 2020 - 2021 83
Gambar 4 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan rumah tangga
(nilai tengah, dalam milyar rupiah) 89
Gambar 5 Persentase biaya total CTPS di tatanan rumah tangga 89
Gambar 6 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses (berketahanan iklim,
nilai tengah, dalam milyar rupiah) 92
Gambar 7 Persentase biaya total CTPS di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim) 92
Gambar 8 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan sekolah
(nilai tengah, dalam milyar rupiah) 95
Gambar 9 Persentase biaya total CTPS di tatanan sekolah 95
Gambar 10 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan sekolah
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 98
Gambar 11 Persentase biaya total CTPS di tatanan sekolah (berketahanan iklim) 98
Gambar 12 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan madrasah
(nilai tengah, dalam milyar rupiah) 101
Gambar 13 Persentase biaya total CTPS di tatanan madrasah 101
Gambar 14 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan madrasah
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 104
Gambar 15 Persentase biaya total CTPS di tatanan madrasah (berketahanan iklim) 104
Gambar 16 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan
(nilai tengah, dalam milyar rupiah) 107
Gambar 17 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas kesehatan 107
Gambar 18 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 110
Gambar 19 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim) 110
Gambar 20 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas umum
(nilai tengah, dalam milyar rupiah) 113
Gambar 21 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas umum 113
Gambar 22 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas umum
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 116
Gambar 23 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim) 116
Gambar 24 Tahapan penyusunan Rencana Aksi 125

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN xvii
xviii RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN
BAB 1

PENDAHULUAN

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 1
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) diterima sebagai
komitmen global dunia pada Sidang Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-70 September 2015. Salah satu
dari tujuh belas tujuan TPB adalah memastikan seluruh manusia memiliki akses ke fasilitas sanitasi dan higiene
sekaligus mengakhiri praktik buang air besar sembarangan, dengan penekanan pada kebutuhan perempuan
dewasa, gadis, dan kelompok rentan (Tujuan 6.2). Indikator global 6.2.1 menyatakan bahwa akses universal ke
fasilitas cuci tangan dengan air dan sabun (atau Cuci Tangan Pakai Sabun – CTPS) perlunya dicapai, dengan
menggunakan keberadaan fasilitasi cuci tangan sebagai indikator pendekatan (proxy) untuk mengukur perilaku
cuci tangan.

CTPS dikenal luas sebagai teknik dasar terpenting pencegahan penyebaran penyakit menular, dengan tingkat
keberhasilan 80% untuk pencegahan infeksi umum dan 45% berkaitan dengan pencegahan penyakit yang
lebih berat (USAID, 2021). Hal ini terjadi karena rata-rata manusia menyentuh wilayah muka dengan tangan
sebanyak 23 kali setiap jam, termasuk menyentuh membran mukosa di hidung, mata, dan mulut.1 Di dalam kasus
COVID-19, mekanisme ini dipercanya sebagai penyebab utama transmisi.

Praktik CTPS juga dihubungkan dengan penurunan risiko penyakit-penyakit berikut ini2:

» Penurunan risiko infeksi pernafasan akut sebesar 16-23 persen, dan menurunkan risiko pneunomia hingga
setengahnya,
» Pengurangan secara signifikan infeksi neonatal dan penurunan risiko diare endemik sebesar 48 persen, serta
» Mengurangi angka ketidahadiran siswa di sekolah (absenteeism) karena penyakit yang berkaitan dengan
pencernaan sebesar 29-57 persen.

Sebagai tambahan dari berbagai dampak positif berkaitan dengan kesehatan di atas, secara ekonomi CTPS
merupakan salah satu metode yang paling hemat biaya untuk pencegahan penyakit. Sebagai contoh, penyediaan
sarana CTPS di fasilitas kesehatan dapat dilakukan dengan biaya berkisar antara 0.90 – 2.50 USD, tergantung
kondisi masing-masing negara. Pengurangan biaya kesehatan hingga 15 kali lipatnya dapat dicapai melalui
penguatan kebijakan terkait CTPS.3

CTPS semakin penting dan relevan dengan kehidupan kita sekarang karena terkait erat dengan perubahan
iklim.4 Tahun 2019, UN Water menyusun kertas kebijakan (policy brief) tentang Air dan Perubahan Iklim (Water
and Climate Change)5 dengan penekanan bahwa perubahan iklim dirasakan terutama melalui air sehingga
berpengaruh juga pada higiene, melalui hal-hal berikut:

» Saat terjadi kelangkaan air, menjaga higiene yang memadai menjadi lebih sulit untuk dilakukan, dari mencuci
tangan hingga keseluruhan higiene dan pengelolaan kebersihan menstruasi,
» Pada saat terjadi banjir, wabah penyakit seperti kolera akan menjadi tantangan yang serius untuk dihadapi,
dan
» Peningkatan risiko penyakit menular merupakan akibat dari hari-hari yang semakin panas (peningkatan suhu),
peningkatan curah hujan, serta kelembapan yang semakin tinggi.

Mengingat peran penting CTPS di atas, Indonesia memandang sektor ini sebagai tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai Undang-Undang Nomor 23
tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dan sebagai upaya menyusun rencana yang sistematis pelaksanaan
gerakan CTPS di semua tingkatan pemerintahan dalam rangka pencapaian akses universal, Pemerintah Indonesia
meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) tahun 2017 melalui penerbitan Instruksi Presiden
Nomor 1 tahun 2017 tentang GERMAS. Dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS 2022 - 2030 ini disusun
untuk memberikan kesamaan tujuan, kebijakan pelaksanaan, target dan rencana aksi rinci bagi setiap pemangku
kepentingan dalam rangka pencapaian akses CTPS untuk semua di tahun 2030.

1 Ijaz MK, Nims RW, Szalay S de, Rubino JR. Soap, water, and severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2): an ancient handwashing
strategy for preventing dissemination of a novel virus.
2 Claire & Dian, 2021, Situational Analysis Report, USAID.
3 OECD (2018), Stemming the Superbug Tide: Just A Few Dollars More, OECD Publishing, Paris. https://doi.org/10.1787/9789264307599-en As Quoted by
WHO - UNICEF report Hand Hygiene for All 2020.

4 The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) defines climate change as a change of climate which is attributed directly or
indirectly to human activity that alters the composition of the global atmosphere and which is in addition to natural climate variability observed over compa-
rable time periods.
5 https://www.unwater.org/app/uploads/2019/09/UN_Water_Policy_Brief_Climate_Change_and_Water_web.pdf

2 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
1.2 TUJUAN
Rencana Aksi CTPS ini memiliki empat (4) tujuan sebagai berikut:

» Harmonisasi kebijakan berbagai pemangku kepentingan terkait CTPS


dalam rangka meningkatkan akses dan menjamin keberlanjutan layanan,
» Rencana Aksi digunakan sebagai dasar kesepakatan antar pemangku
kepentingan dalam rangka pengembangan budaya CTPS,
» Menyediakan koridor pelaksanaan kegiatan CTPS berbagai pemangku
kepentingan untuk pencapaian akses bagi semua, serta
» Menjadi sebuah dokumen referensi dalam proses perencanaan
dan penganggaran rutin tahunan bagi berbagai pemangku kepentingan.

© UNICEF/UN0630100/Al Asad

1.3 PERATURAN DAN KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG


Peraturan dan kebijakan yang mendukung upaya penyusunan Rencana Aksi ini disebutkan dalam daftar berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945 "Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan" dinyatakan di dalam norma hukum
tertinggi di Indonesia, UUD 1945, amandemen keempat, Pasal 28H paragraf pertama.

2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


a. Pasal 4 menyebutkan, "Setiap orang berhak atas kesehatan". Kesehatan, sebaimana hak atas untuk hidup,
adalah hak dasar yang tidak dapat diganggu gugat dalam kondisi apapun
b. Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan (Pasal 6)
c. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak
mempunyai risiko buruk bagi kesehatan (Pasal 163(1))
d. Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima persen) dari anggaran
pendapatan dan belanja negara di luar gaji (Pasal 171 (1))
e. Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10%
(sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji (Pasal 171 (2))
f. Besaran anggaran kesehatan diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang besarannya
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam anggaran pendapatan dan belanja
negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (Pasal 171 (3)).
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
4. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1018/MENKES/PER/V/2011 tentang Strategi
Adaptasi Sektor Kesehatan terhadap Dampak Perubahan Iklim
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 035 tahun 2012 tentang Pedoman Identifikasi Faktor
Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Berita Negara Republik
Indonesia tahun 2020 Nomor 326)

1.4 PEMBACA SASARAN


Rencana Aksi CTPS ini menyasar beragam pembaca yang diharapkan mendapatkan manfaat dari dokumen,
sesuai dengan luasnya cakupan kegiatan CTPS. Secara khusus, Rencana Aksi ini diharapkan digunakan sebagai
referensi pelaksanaan kegiatan CTPS oleh berbagai kementerian dan lembaga pemerintah, mitra pembangunan
sanitasi dan higiene, kelompok masyarakat, lembaga non-pemerintah, serta kalangan dunia usaha.
RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN 3
1.5 PERIODE PERENCANAAN
Telah disepakati pada konsultasi tingkat nasional dan sub-nasional bahwa
Rencana Aksi CTPS ini perlu memiliki periode perencanaan yang mencakup
periode TPB yaitu hingga tahun 2030, dengan permulaan pelaksanaan
tahun 2022. Karena periode perencanaan yang melampaui periode Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) saat ini yaitu 2020-
2024, maka pentahapan di dalam Rencana Aksi ini dilakukan mengikuti
periode RPJMN berikutnya.

1.6 PROSES DAN RUANG LINGKUP


Rencana Aksi CTPS disusun berdasarkan kombinasi pendekatan top-down
dan bottom-up, dengan memastikan diterimanya masukan dan saran dari
berbagai organisasi non-pemerintah. Menggabungkan dua pendekatan ini
penting dilakukan agar rencana aksi yang dihasilkan merupakan rencana
yang masuk akal (reasonable) dan dapat dilakukan (implementable). Lebih
dari sepuluh rapat konsultasi dengan berbagai kementerian/lembaga
dilakukan sebagai bagian pelaksanaan pendekatan top-down. Pendekaan
bottom-up dilakukan dengan melibatkan tiga provinsi sebagai bagian
proses konsultasi di tingkat sub-nasional untuk memastikan keselarasan
antara keinginan pemerintah pusat berdasarkan kondisi serta aspirasi
pemerintah daerah setempat. Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Daerah
Istimewa Yogyakarta dipilih berdasarkan kinerja baiknya dalam pelaksanaan
STBM. Perwakilan pemerintah kabupaten/kota juga turut berpartisipasi
dalam kegiatan konsultasi di tingkat sub-nasional ini. Lampiran dokumen
ini memberikan penjelasan rinci berbagai proses yang dilakukan dalam
© UNICEF/UN0384541/Ijazah
penyusunan Rencana Aksi.

Ruang lingkup pembahasan Rencana Aksi ini mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2014
tentang STBM, terutama terkait berbagai komponen dalam kegiatan CTPS. Peraturan Menteri Kesehatan ini
mengatur pelaksanaan STBM yang terbagi dalam tiga komponen:

» Lingkungan yang mendukung (enabling environment),


» Peningkatan kebutuhan (demand creation), dan
» Pemenuhan layanan (supply of service).

Sebagai tambahan atas tiga komponen CTPS di atas, Rencana Aksi ini membahas CTPS di empat tatanan atau
wilayah pelaksanaan kegiatan. Keempat tatanan CTPS berikut ini sejalan dengan pernyataan WHO dan UNICEF
di dalam Hand Hygiene for All 2020, yang menganjurkan dan mendorong pelaksaaan dan ketersediaan akses
CTPS secara universal untuk memerangi Corona Virus Diseases (Covid-19) dan sebagai upaya kesiapsiagaan
menghadapi potensi pandemi yang akan datang.6

Tabel 1.1 Empat tatanan CTPS beserta penjelasannya

Rumah tangga didefinisikan sebagai rumah tangga biaya sebagai diatur


RUMAH TANGGA pengertiannya oleh Badan Pusat Statistik (BPS)7, dan tidak termasuk rumah
tangga khusus.

Mencakup sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga menengah atas,


baik untuk sekolah umum maupun sekolah berbasis agama Islam (Madrasah)
SEKOLAH
yang terdaftar di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
dan Kementerian Agama. Pesantren tidak dibahas di dalam Rencana Aksi ini.

6 Pendekatan ini diulang kembali dalam rekomendasi WHO untuk memastikan ketersediaan akses CTPS bagi semua dalam rangka pencegahan penye-
baran Covid-19. Tersedia di laman https://www.who.int/publications/m/item/interim-recommendations-on-obligatory-hand-hygiene-against-transmis-
sion-of-covid-19
7 https://www.bps.go.id/istilah/index.html?Istilah%5Bberawalan%5D=R&Istilah_page=4

4 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2016 tentang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Pasal 1 menyebutkan bahwa fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
FASILITAS KESEHATAN kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat. Dan di Pasal 4 disebutkan sepuluh fasilitas
pelayanan kesehatan. Meski demikian, Rencana Aksi ini hanya membahas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu jenis fasilitas
pelayanan kesehatan karena keterbatasan data dasar yang dimiliki saat ini.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/


MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakt di Tempat
dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan COVID-19 menyebutkan
dua belas jenis fasilitas umum, yaitu: i) Pasar dan sejenisnya, ii) Pusat
Perbelanjaan/Mall/Pertokoan dan sejenisnya, iii) Hotel/Penginapan/Homestay/
Asrama dan sejenisnya, iv) Rumah Makan/Restoran dan sejenisnya, v) Sarana
FASILITAS UMUM
dan Kegiatan Olahraga, vi) Moda Transportasi, vii) Stasiun/Terminal/Pelabuhan/
Bandar Udara, viii) Lokasi Daya Tarik Wisata, ix) Jasa Perawatan Kecantikan/
Rambut dan sejenisnya, x) Jasa Ekonomi Kreatif, xi) Kegiatan Keagamaan di
Rumah Ibadah, dan xii) Jasa Penyelenggaraan Event/Pertemuan. Rencana Aksi
ini mengikuti pembagian kedua belas jenis fasilitas umum sebagaimana diatur
ole Keputusan Menteri Kesehatan ini.

Dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS memberikan penjelasan mengenai kondisi saat ini pengelolaan dan
praktik CTPS di Indonesia, visi dan tujuan yang ingin dicapai, strategi dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan ini,
perkiraan biaya pelaksanaan Rencana Aksi, serta indikasi mobilisasi sumber pendanaan dari berbagai pemangku
kepentingan. Topik-topik pembahasan ini disusun secara sistematis di dalam enam (6) bab dokumen Rencana Aksi
Nasional CTPS.

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 5
6 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN
BAB 2

ANALISIS SITUASI

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 7
2.1 DEFINISI YANG DIGUNAKAN
2.1.1 TINGKAT LAYANAN
Tingkat layanan CTPS ditetapkan berdasarkan definisi yang ditetapkan oleh the Joint Monitoring Program (JMP),
yang membagi layanan CTPS ke dalam tiga tingkat layanan: basic service, limited service, dan no service.
Ketiga tingkat layanan tersebut diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia menjadi LAYANAN DASAR, LAYANAN
TERBATAS, dan TIDAK ADA LAYANAN. Hingga dokuman ini disusun, JMP memberikan definisi tingkat layanan
di tiga tatanan: rumah tangga, sekolah, dan fasilitas kesehatan. Rencana Aksi ini mengadopsi definisi tingkat
layanan Rumah Tangga untuk digunakan di tatanan fasilitas umum. Tabel 2-1 berikut menjelaskan definisi tingkat
layanan untuk setiap tatanan.

Tabel 2.1 Definisi tingkat layanan CTPS berdasarkan JMP dengan penyesuaian untuk tatanan Fasilitas Umum

Rumah Sekolah (termasuk Fasilitas Fasilitas


Tangga Madrasah) Kesehatan Umum
Layanan Ketersediaan fasilitas Ketersediaan Fasilitas cuci tangan Ketersediaan fasilitas
Dasar cuci tangan yang fasilitasi cuci tangan dilengkapi air dan cuci tangan yang
dilengkapi air dan yang dilengkapi sabun dan/atau dilengkapi air dan
sabun di rumah air dan sabun fasilitas cuci tangan sabun di tempat
berbahan dasar
alkohol di titik layanan
dan di dalam radius
5 meter dari toilet

Layanan Ketersediaan fasilitas Ketersediaan fasilitasi Fasilitas cuci tangan Ketersediaan fasilitas
Terbatas cuci tangan tanpa cuci tangan dengan air terdapat di titik layanan cuci tangan tanpa
dilengkapi sabun dan/ namun tanpa sabun atau tolilet, namun dilengkapi sabun dan/
atau air di rumah tidak di keduanya atau air di tempat

Tidak Ada Tidak terdapat fasilitas Tidak terdapat fasilitas Tidak terdapat Tidak terdapat fasilitas
Layanan cuci tangan di rumah cuci tangan atau fasilitas cuci tangan cuci tangan di tempat
terdapat fasilitas baik di titik layanan
cuci tangan tanpa maupun di toilet
dilengkapi air

Sumber: The Joint Monitoring Program

Fasilitas CTPS hanya dapat meningkatkan derajat kesehatan apabila fasilitas tersebut berfungsi sepenuhnya,
yaitu dilengkapi dengan air dan sabun, termasuk ketersediaan fasilitas cuci tangan di titik layanan dan dalam
radius 5 meter dari toilet untuk fasilitas kesehatan. Mengacu pada definisi tingkat layanan di atas, keberfungsian
sepenuhnya ini termasuk di tingkat Layanan Dasar. Sebagai hasilnya, dalam penyusunan Rencana Aksi ini
LAYANAN DASAR diputuskan menjadi layanan minimum agar tujuan perlindungan dan peningkatan derajat
kesehatan dapat tercapai.

2.1.2 HIGIENE TANGAN DAN CTPS


State of the World’s Hand Hygiene: A Global Call to Action to Make Hand Hygiene a Priority in Policy and Practice
yang disusun WHO dan UNICEF menyatakan bahwan penggunaan handsanitizer berbahan dasar alkohol lebih
cepat, lebih mudah, dan lebih efektif dibandingkan mencuci tangan dengan air dan sabun untuk membersihkan
tangan. Dimana sabun dan air bersih tidak tersedia, Kementerian Kesehatan menyarankan penggunaan
handsanitizer berbahan alkohol8. Hasil efektif dapat dicapai dengan penggunaan handsanitizer denga kadar
persentase volume minimum 60% alkohol.

CTPS memiliki keuntungan berbeda dibandingkan dengan penggunaan handsanitizer. Sabun dan air dapat
menghilangkan segala jenis kuman dari tangan, sedangkan handsanitizer hanya mengurangi jumlah kuman yang
terdapat di kulit. Lebih lanjut, handsanitizer hanya dapat digunakan apabila tangan tidak kotor atau berminyak,
dan tidak terdapat darah atau cairan tubuh lainnya. Handsanitizer juga tidak dapat membunuh kuman seperti
8 Kementerian Kesehatan dan UNICEF, 2020, Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun

8 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Norovirus, Cryptosporidium, dan Clostridioides difficile, termasuk menghilangkan bahan kimia berbahanya seperti
pestisida dan logam berat. Sehingga penggunaan handsanitizer tidak dapat sepenuhnya menggantikan fungsi
fasilitas CTPS dan hanya dapat digunakan sebagai fasilitas pelengkap, terutama pada saat air dan sabun tidak
tersedia. Sebagaimana yang dikonfirmasi oleh Bappenas, ketersediaan handsanitizer saja tidak terkategori atau
terhitung sebagai akses ke fasilitas CTPS. 9

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2014 tentang STBM, CTPS adalah praktik mencuci
tangan dengan air mengalir dan sabun. Dalam mendefinisikan air mengalir ini, BPS di dalam Pedoman Konsep
dan Definisi Susenas mendefisikan air mengalir sebagai air yang telah digunakan untuk mencuci tangan tidak
digunakan kembali. Menyangkut fasilitas CTPS, JMP10 memberikan definisi sebagai fasilitas permanen maupun
yang dapat dipindah-pindah (mobile), meliputi keran air dengan bak, keran dan ember, tippy taps, dan kendi atau
baskom yang dikhususkan untuk mencuci tangan. Sabun meliputi sabun batang, sabun cair, detergen serbuk, dan
air sabun, namun tidak termasuk abu, tanah, pasir, serta agen pembersih lainnya.

Rencana Aksi menggunakan definisi cuci tangan sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Menteri
Kesehatan dengan penjelasan teknis, terutama terkait air mengalir, dari BPS di dalam pedoman Susenas.

2.1.3 PERSYARATAN KUALITAS AIR


Hingga dokumen ini selesai disusun tidak ditemukan pedoman yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan
syarat kualitas air yang layak untuk mencuci tangan. Namun, penelitian yang melihat keterkaitan antara kualitas
air dengan efektivitas cuci tangan yang dilakukan Matthew E. Verbyla et al. (2019) menemukan bahwa air yang
tercemar E. Coli sebesar 1,000/100 ml kemungkinan besar (>99.9%) efektif untuk mengurangi kontaminasi
di tangan. Sehingga, secara umum dapat dikatakan bahwa mencuci tangan meski dengan air tercemar,
terkecuali air yang tercemar berat, akan memberikan keuntungan bersih (net benefit) lebih besar daripada risiko
terkontaminasinya tangan yang berasal dari air tercemar.

Air dengan kadar pencemar E.Coli sebesar 1,000/100 ml setara dengan Kelas Dua kualitas air sungai, danau
dan sejenisnya menurut Lampiran V Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kelas Dua adalah air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,
dan untuk peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, kualitas air untuk mencuci tangan tidak harus air memiliki kualitas layak
(improved). Air dengan kualitas tidak layak pun (unimproved) masih dapat digunakan dan memberikan dampak
positif yang lebih besar dari risikonya untuk mencuci tangan. Air yang termasuk kategori tidak layak adalah air
yang bersumber dari sumur gali tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi, dan air permukaan (sungai, danau dll).

Rencana Aksi ini menggunakan asumsi bahwa rumah tangga dan tatanan lainnya telah terhubung ke sistem
penyediaan air bersih, baik yang berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ataupun yang berasal dari
sistem penyediaan air lainnya (contohnya adalah sistem yang dikelola masyarakat salah satunya melalui program
Pamsimas) dengan kualitas minimum adalah kualitas air tidak layak sebagaimana dijelaskan di atas. Asumsi
ini dianggap cukup masuk akal untuk digunakan karena mengacu pada data BPS sebesar 90.78 persen rumah
tangga di Indonesia telah memiliki akses ke air yang layak di tahun 2021, meningkat sedikit dibandingkan kondisi
tahun 2019 sebesar 89.27 persen.

2.2 SENSUS DAN PROYEKSI PENDUDUK


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan menyebutkan bahwa Indonesia terbagi atas 34 provinsi, 98 kota dan 416 kabupaten.11 Terdapat
8,479 kelurahan dan 74,957 desa sebagai wilayah administrasi pemerintahan terendah.

Dari keseluruhan tingkat pemerintahan tersebut, BPS mencatat jumlah penduduk sebesar 270.20 juta
9 Dikonfirmasi oleh Direktorat Perumahan dan Permukiman, Bappenas, saat konsultasi nasional penyiapan Rencana Aksi CTPS ini di bulan September 2021.
10 Untuk informasi lebih rinci dapat mengunjungi laman https://washdata.org/monitoring/hygiene
11 Tanggal 30 Juni 2022, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Repulik Indonesia telah mensahkan tiga Undang-Undang pembentukan tiga provinsi baru di Papua.
Proses penyusunan payung hukum lain masih dilakukan termasuk yang berkaitan dengan kode dan data wilayah administrasi. Lihat laman berikut https://
www.dpr.go.id/berita/detail/id/39597/t/DPR+Sahkan+3+UU+Provinsi+Baru%2C+Puan%3A+Jaminan+Hak+Rakyat+Papua+dalam+Pemerataan+Pemban-
gunan

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 9
56,10%
(151,6 juta)

23,68%
(58,6 juta)

7,36%
(19,9 juta)
6,15% 5,54% 3,17%
(16,6 juta) (15,0 juta)
(8,6 juta)

JAWA SUMATERA SULAWESI KALIMANTAN BALI-NUSA MALUKU-


TENGGARA PAPUA

Gambar 2 1 Sebaran penduduk di enam wilayah Indonesia berdasarkan Sensus 2020

berdasarkan Sensus Penduduk 2020 dengan kepadatan penduduk rata-rata 141 jiwa/km2. Pulau Jawa masih
merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar dengan 151.60 juta jiwa atau setara 56.10 persen dari
penduduk nasional, dengan Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah secara berurutan merupakan provinsi
dengan jumlah penduduk terpadat. Maluku dan Papua tercatat dihuni 8.60 juta jiwa, atau 3.17 persen dari
penduduk Indonesia, yang merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terendah dibandingkan wilayah-wilayah
lainnya. BPS juga merekam laju pertambahan penduduk tahunan 1.25 persen dari periode sensus 2010 dan 2020.
Sebaran penduduk untuk enam wilayah Indonesia disajikan di Gambar 2-1 berikut.

Bappenas, BPS, dan UNFPA tahun 2018 menerbitkan sebuah publikasi berjudul Indonesia Population Projections
2015–2045 SUPAS Results.12 Publikasi ini dijadikan dasar proyeksi penduduk Indonesia di dalam Rencana Aksi ini
setelah dilakukan penyesuaian proyeksi 2020 berdasarkan hasil sensus. Faktor koreksi yang didapatkan kemudian
diterapkan untuk memproyeksikan jumlah penduduk tahun 2025 dan 2030. Gambar berikut menyajikan hasil
proyeksi penduduk hingga tahun 2030.

294,5 juta

283,0 juta

270,2 juta

Gambar 2.2 Proyeksi penduduk Indonesia hingga tahun 2030

Gambar 2.2 Proyeksi penduduk Indonesia hingga tahun 2030

12 Laporan ini tersedia daring dan dapat diakses melalui lama https://www.bps.go.id/publication/2018/10/19/78d24d9020026ad95c6b5965/proyeksi-pen-
duduk-indonesia-2015-2045-hasil-supas-2015.html. Terakhir diakses tanggal 10 September 2021.

10 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
2.3 LINGKUNGAN YANG MENDUKUNG
2.3.1 KERANGKA PENGATURAN
Berbagai Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) terkait CPTS telah diterbitkan sebagai usaha meningkatkan
kondisi lingkungan yang mendukung bagi pelaksanaan praktik CTPS di semua tatanan. Salah satu peraturan
perundangan awal terkait CTPS adalah Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang
mengatur bahwa fasilitas CTPS harus disediakan oleh pemilik atau pengelola gedung. Lebih lanjut, sebagai
perwujudan amanat konstitusi terkait layanan kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
disahkan dengan salah satu aspek yang diatur adalah tentang pencegahan penyakit menular (Pasal 62 dan 157).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih Sehat (PHBS) disusun sebagai peraturan pelaksana untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya yang merupakan tujuan utama pembangunan kesehatan menurut Pasal 3 Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36/2009. Pendekatan sistematis perubahan perilaku sanitasi dan higiene kemudian dirumuskan
lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang pelaksanannya dilakukan melalui penguatan peran serta masyarakat
menggunakan metode pemicuan.

Dalam rangka pencapaian Target 6 TPB, meningkatkan produktivitas penduduk serta untuk menurunkan biaya
kesehatan melalui pendekatan preventif dan promotif, Pemerintah meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) melalui Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2017 sebagai sebuah gerakan nasional. PHBS menjadi salah
satu rencana aksi dan kebijakan GERMAS dengan terlaksananya praktik CTPS di berbagai tatanan menjadi salah
satu dari indikator keberhasilan PHBS.

Kerangka pengaturan CTPS semakin diperkuat sebagai bagian tanggap COVID-19. Instruksi Presiden Nomor
6 tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan
dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 memerintahkan Gubernur, Bupati dan Walikota untuk secara
masif mempromosikan pelaksanaan protokol kesehatan (dengan praktik CTPS sebagai salah satu protokolnya),
memperkuat peraturan daerah dan penegakannya dalam pelaksanaan protokol kesehatan, dan perlindungan
kesehatan masyarakat yang salah satunya dilakukan melalui penyediaan handsanitizer.

Hingga Rencana Aksi ini disusun, berbagai kementerian/lembaga telah menerbitkan beragam peraturan dan
kebijakan terkait CTPS yang dipetakan dalam tiga kelompok atau kategori sebagaimana ditampilkan dalam tabel di
bawah ini.

2.3.2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020–2024 memberikan target yang jelas dan terukur untuk pembangunan sektor sanitasi sebagai berikut:

» Meningkatkan proporsi rumah tangga tengan akses sanitasi layak menjadi 90 persen (termasuk di dalamnya
adalah 15 persen rumah tangga dengan akses sanitasi aman),
» Menurunkan persentase rumah tangga yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka
menjadi 0 persen,
» Menurunkan angka stunting akibat akses sanitasi buruk menjadi kurang dari 10 persen.

Penyebutan target yang spesifik juga dapat ditemui di dalam RPJMN untuk sektor pengelolaan sampah dan
penyediaan air minum.

Dampak penting dari pencantuman target dalam RPJMN adalah adanya fokus pembangunan untuk sektor ini
selama periode RPJMN, baik fokus perencanaan, implementasi, dan terutama fokus anggaran. Kebijakan daerah
(provinsi dan kabupaten/kota), termasuk kebijakan perencanaan dan anggarannya, juga akan sejalan dengan
pemerintah pusat yang memberikan fokus pada tiga hal terkait sanitasi di atas. Namun, pernyataan kebijakan
nasional dantarget yang perlu dicapai terkait akses CTPS tidak terdapat di dalam RPJMN 2020-2024. Dari sisi
perencanaan penganggaran daerah, pedoman penggangaran daerah yang diterbitkan Kementerian Dalam Negeri
juga tidak mencantumkan CTPS sebagai kegiatan yang mendapatkan kode anggaran tersendiri. Hal ini berakibat
pada masih kurangnya dukungan kebijakan dan pendanaan untuk peningkatan akses CTPS di semua tatanan, baik
di tingkat nasional maupun daerah.

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 11
Tabel 2-2 Pemetaan kebijakan dan peraturan setingkat Menteri terkait CTPS

Kelompok Sasaran Ruang lingkup Anggaran


Kementeri- FASI- PENYE-
No Peraturan/Kebijakan FASI- PERUBA-
an/lembaga RT SEKOLAH
MADRA- LITAS
LITAS KANTOR HAN PER-
DIAAN
M&E
IN-
O&M
SAH KESEHA- FASILI- VESTASI
PUBLIK ILAKU
TAN TAS

UMUM
1 Kementerian Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan 3/2014
2 Kementerian Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan Nomor 82 tahun 2014

3 Kementerian Peraturan Menteri Kesehatan


Kesehatan 74/2015

4 Kementerian Peraturan Menteri Kesehatan


Kesehatan Nomor 27 tahun 2017
5 Kementerian Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan 17/2020
6 Kementerian Surat Edaran Menteri Kesehatan
Kesehatan Nomor HK.03.03/MENKES/
184/2015
7 Kemendik- Peraturan Menteri Pendidikan,
budristek Kebudayaan, Riset, dan Teknolo-
gi Nomor 6/2021
8 Kemendik- Peraturan Menteri Pendidikan,
budristek Kebudayaa, Riset, dan Teknologi
Nomor 16/2021
9 Kemendik- Peraturan Menteri Pendidikan
budristek Nasional Nomor 24 tahun 2007
10 Bappenas Pedoman Teknis Penyusunan
Rencana Aksi TPB/SDG
11 Bappenas Ringkasan Metadata Indikator
TPB/SDGs
12 Bappenas Panduan Teknis Pendayagu-
naan Zakat, Infak, Sedekah
(ZIS) untuk Layanan Air Minum
dan Sanitasi Layak dan Aman
(Baznas, MUI, Bappenas)
13 PUPR Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 30/PRT/M/2006
14 PUPR Panduan Umum Program
Pamsimas
15 Kementerian Peraturan Menteri Desa, Pem-
Desa bangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 13
tahun 2020
16 Kementerian Peraturan Menteri Dalam Negeri
Dalam Negeri No. 20 tahun 2012
17 Kemenkominfo Buku Saku Indonesia Bebas
Stunting (Kominfo dan Kemen-
kes)
18 Kemenhub Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 40 tahun 2015
19 BSN SNI 8152:2015

20 BSN SNI 2588:2017

12 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Kelompok Sasaran Ruang lingkup Anggaran
Kementeri- FASI- PENYE-
No Peraturan/Kebijakan MADRA- LITAS
FASI- PERUBA-
DIAAN IN-
an/lembaga RT SEKOLAH LITAS KANTOR HAN PER- M&E O&M
SAH KESEHA- FASILI- VESTASI
PUBLIK ILAKU
TAN TAS

TERKAIT COVID-19
17 Kementerian Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan 9/2020
18 Kementerian Keputusan Menteri Kesehatan
Kesehatan Nomor HK.01.07/MENK-
ES/328/2020
19 Kementerian Keputusan Menteri Kesehatan
Kesehatan Nomor HK.01.07/MENK-
ES/382/2020
20 Kementerian Surat Edaran Menteri Kesehatan
Kesehatan No. HK.02.02/I/385
21 Kemendik- Surat Edaran Menteri Pendi-
budristek dikan dan Kebudayaan Nomor 3
tahun 2020
22 Bappenas Surat Edaran Menteri PPN/
Kepala Bappenas Nomor
10/2020
23 PUPR Surat Edaran Menteri PUPR
Nomor 18/SE/M/2020
24 Kemendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 72/2020 tentang Peru-
bahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor
112/2014
25 Kemendagri Keputusan Menteri Dalam Neg-
eri Nomor 440-830 Tahun 2020
26 Kemendagri Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Gubernur, Bupati dan
Walikota Nomor 440/3929/SJ
27 Kementerian Surat Edaran Menteri Agama
Agama Nomor SE.03 Tahun 2021
28 Kementerian Surat Edaran Menteri Agama
Agama Nomor SE. 21 TAHUN 2021
29 Kemenparen- Panduan Pelaksanaan Kebersi-
kraf han, Kesehatan, Keselamatan,
dan Kelestarian Lingkungan
di Penyelenggaraan Kegiatan
(Event)
30 Kemenparen- Peraturan Menteri Pariwisata
kraf dan Ekonomi Kreatif/Kepaa
Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Nomor 13 tahun 2020
31 Kementerian Surat Edaran Menteri Perda-
Perdagangan gangan Nomor 12 tahun 2020
tentang Pemulihan Aktivitas
Perdagangan yang Dilakukan
pada Matsa Pandemi Corono
Virus Disease 2019 (Covid-19)
dan New Normal
32 Kemenkominfo Surat Edaran Menteri Komuni-
kasi dan Informatika Nomor 6
Tahun 2020
33 Kemenhub Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 18 Tahun 2020

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 13
© UNICEF/UN0347934/ Kruglinski

14 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
2.3.3 TATA KELOLA CTPS
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa urusan Kesehatan,
yang merupakan induk kegiatan CTPS, adalah urusan bersama atau konkuren. Undang-Undang mendefinisikan
urusan konkuren sebagai urusan pemerintah yang terbagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (provinsi
dan kabupaten/kota). Sebagai tambahan dari urusan konkuren, Undang-Undang juga menyebutkan dua urusan
pemerintahan lainnya, yaitu urusan pemerintahan absolut dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintah
absolut adalah urusan pemerintahan yang seluruhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, sedangkan urusan
pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang timbul akibat dari Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Diagram berikut ini memberikan gambaran mengenai pembagian urusan pemerintahan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014.

KLASIFIKASI URUSAN PEMERINTAHAN


UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAHAN
ABSOLUT KONKUREN
UMUM
» Politik Luar Negeri
» Pertahanan
» Keamanan
» Yustisi
» Moneter dan Fiskal
Nasional
» Agama
WAJIB PILIHAN

» Kelautan dan perikanan


» Pariwisata
» Pertanian
» Kehutanan
» Energi dan sumber
daya mineral
» Perdagangan
» Perindustrian
TIDAK BERKAITAN BERKAITAN » Transmigrasi
PELAYANAN DASAR PELAYANAN DASAR

» Tenaga kerja » Pendidikan


» Pemberdayaan perempuan » Kesehatan
dan perlindungan anak » Pekerjaan Umum dan
» Pangan Penataan Ruang
» Pertanahan » Perumahan Rakyat dan
» Lingkungan hidup Kawasan permukiman
» Administrasi kependudukan » Ketenteraman,
dan pencatatan sipil ketertiban umum,
dan perlindungan
» Pemberdayaan masyarakat masyarakat
dan desa
» Sosial
» Pengendalian penduduk
dan keluarga berencana
» Perhubungan
» Komunikasi dan informatika
» Koperasi, usaha kecil, dan
menengah
» Penanaman modal
» Kepemudaan dan olah raga
» Statistik
» Persandian
» Kebudayaan
» Perpustakaan
» Kearsipan

Gambar 2 3 Klasifikasi urusan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang 24/2014

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 15
Berdasarkan diagram di atas, urusan Kesehatan adalah urusan konkuren yang bersifat wajib dan terkait dengan
layanan dasar. Hal ini memberikan implikasi bahwa urusan Kesehatan memiliki prioritas tertinggi, terutama dari
sisi kebijakan anggaran, melalui kewajiban bagi pemerintah daerah (dan Pusat) untuk mengalokasikan minimum
anggaran terkait Kesehatan setiap tahunnya (termasuk CTPS sebagai bagian kegiatannya).

Di Pemerintah Pusat, terdapat 19 kementerian/lembaga yang memiliki keluaran (output) kegiatan terkait kesehatan
(Bappenas, 2020). Dari 19 kementerian/lembaga tersebut, Kementerian Kesehatan mengidentifikasi 13 kementerian/
lembaga yang terkait dengan kegiatan CTPS dan dapat menindaklanjuti Seruan Aksi Nasional (Call for Action)
kemitraan Pemerintah dan Swasta tahun 2020 sebagaimana disepakati di peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun
Sedunia 202013. Tabel berikut memberikan gambaran tugas dan fungsi ke- tiga belas kementerian/lembaga terkait
kegiatan CTPS dengan tambahan keterangan mengenai fungsi Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota).

Tabel 2.3 Pemetaan kementerian/lembaga terkait CTPS di Indonesia

Kelompok Sasaran
Kementerian/
No NSPK Pembinaan dan Pengawasan RUMAH FAS.
Lembaga SEKOLAH MADRASAH FASKES
TANGGA PUBLIK
1 Kementerian Kesehatan Koordinasi berbagai kegiatan CTPS
dari seluruh pemangku kepentingan,
koordinasi kegiatan monitoring CTPS
di semua tatanan, perubahan perilaku,
penyusunan NSPK terkait CTPS
2 Kementerian Pendidikan, Bertanggung jawab untuk Institusi
Kebudayaan, Riset, Pendidikan Dasar dan Menengah
dan Teknologi
3 Kementerian Perencanaan nasional dan
Perencanaan monitoring SDG, termasuk 6.2.1
Pembangunan
Nasional/Bappenas
4 Kementerian Pembangunan infrastruktur terutama
Pekerjaan Umum dan infrastruktur berbasis masyarakat
Perumahan Rakyat
5 Kementerian Pembina umum Pemerintah Daerah:
Dalam Negeri perencanaan dan penganggaran daerah
6 Kementerian Agama Madrasah dan tempat-tempat ibadah
7 Kementerian Pariwisata Tempat pariwisata dan
dan Ekonomi Kreatif pelaku ekonomi kreatif
8 Kementerian Pasar tradisional dan pusat perbelanjaan
Perdagangan
9 Kementerian Komunikasi Diseminasi informasi
dan Informatika
10 Kementerian Terminal darat, laut, dan udara
Perhubungan
11 Badan Nasional Darurat bencana
Penanggulangan
Bencana (BNPB)
12 Badan Pusat Statistik Pendataan
13 Satgas Covid-19 Perubahan perilaku dalam rangka
penanganan Covid-19
14 Pemerintah Daerah Penyelenggaran kegiatan CTPS di daerah
(Provinsi dan
Kabupaten/Kota)

13 Clair & Dian, (2021), Situational Analysis, USAID

16 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
2.3.4 MEKANISME KOORDINASI CTPS
Salah satu prinsip penting pembangunan CTPS adalah prinsip interdepensi yang juga sejalan dengan urusan
konkuren CTPS, yaitu menjadi urusan bersama antara Pemerintah Pusat dan Daerah (provinsi dan kabupaten/
kota). Koordinasi antar kementerian/lembaga menjadi penting untuk efektivitas pembangunan CTPS agar
seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali dapat melakukan praktik CTPS kapan saja dan di mana saja (prinsip
universalitas). Koordinasi berbagai kegiatan CTPS dari 13 kementerian/lembaga saat ini dilakukan melalui
pertemuaan koordinasi yang dipimpin oleh Kementerian Kesehatan.

Belajar dari pelaksanaan Rencana Aksi Perubahan Iklim yang dapat efektif dilakukan melalui mekanisme rapat
koordinasi rutin, Kementerian Kesehatan untuk saat ini tidak bermaksud membentuk satu unit atau forum
koordinasi formal untuk membahas CTPS. Telah diputuskan oleh Kementerian Kesehatan bahwa mekanisme
rapat koordinasi ini akan diadopsi untuk membahas berbagai isu CTPS lintas pemangku kepentingan. Pilihan
lainnya adalah untuk mengintegrasikan CTPS ke dalam Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi (atau POKJA
Pembangunan Perumahan, Air Minum, dan Sanitasi/PPAS)sebagai bagian dari ruang lingkup sanitasi. Pilihan ini
muncul dan telah dibahas di konsultasi subnasional dan memungkinkan untuk diterapkan di tingkat daerah.

Tiga belas kementerian/lembaga yang terkait dengan urusan CTPS dijelaskan di tabel berikut ini.

Tabel 2.4 Tiga belas kementerian/lembaga terkait CTPS

No. Kementerian/lembaga Tugas dan fungsi

1. Kementerian Kesehatan » Kementerian utama terkait kesehatan umum/rumah tangga,


kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, dan pelaksanaan
perubahan perilaku melalui STBM
» Salah satu Project Implementation Unit (PIU) Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP); anggota Pokja PPAS
Nasional dan anggota jejaring AMPL

2. Kementerian Pendidikan, » Kementerian utama untuk kualitas dan standar fasilitas sekolah
Kebudayaan, Riset, » Anggota Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi Nasional dan anggota jejaring
dan Teknologi AMPL
» Pelaksana program UKS/M; mempromosikan GERMAS
3. Kementerian Perencanaan » Pemantauan dan evaluasi STBM berkaitan dengan capaian target
Pembangunan Nasional/ RPJMN
Bappenas » Program Management Unit (PMU) di Program PPSP; ketua Pokja
PPAS/AMPL/Sanitasi Nasional dan anggota Jejaring AMPL

4. Kementerian Pekerjaan Umum » Kementerian utama untuk penyediaan fasilitas di tempat-tempat


dan Perumahan Rakyat dan perumahan umum
» PIU di program PPSP; Anggota Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi
Nasional dan anggota jejaring AMPL

5. Kementerian Desa, » Kementerian utama terkait pembangunan dan dana desa untuk
Pembangunan Daerah peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Tertinggal, dan Transmigrasi » Kementerian utama untuk penyiapan indeks dan status desa
(berdasarkan fasilitas dasar desa)
» Anggota Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi nasional dan anggota Jejaring
AMPL
6. Kementerian Dalam Negeri » Kementerian yang memfasilitasi dan melakukan pengawasan
kepada pemerintah daerah; partisipasi masyarakat dengan
pemangku kepentingan lain
» PIU di program PPSP; Anggota Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi
nasional dan anggota Jejaring AMPL

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 17
7. Kementerian Agama » Kementerian yang bertanggung jawab membina Madrasah dan
tempat-tempat ibadah
» Pelaksana program di Madrasah dan tempat-tempat ibada

8. Kementerian Pariwisata » Main ministries for tourism development and creative economy
dan Ekonomi Kreatif » Implementation of CTPS in tourist destinations ]

9. Kementerian Perdagangan » Kementerian utama terkait kebijakan perdagangan di Indonesia


» Pembina bagi pemenuhan fasilitas CTPS di pasar tradisional dan
pusat perdagangan

10. Kementerian Komunikasi » Kementerian yang membidangi komunikasi dan informatika di


dan Informatika Indonesia
» Terlibat dalam kampanye media, dengan contoh kampanye CTPS
berkaitan dengan stunting

11. Kementerian Perhubungan » Kementerian utama pengaturan transportasi di Indonesia baik di


simpul-simpul tranportasi maupun di moda transportasinya
» Pembina bagi pemenuhan fasilitas CTPS di simpul transportasi
(bandara, Pelabuhan, terminal bus, dan stasiun)

12. Badan Nasional Penanggulangan » Badan yang menangani bencana di Indonesia


Bencana (BNPB) » Koordinator penanggulangan bencana, termasuk pandemi
COVID-19

13. Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 » Satuan tugas yang menjadi pelaksana harian penanggulangan
bencana COVID-19
» Pelaksana program CTPS melalui unit perubahan perilaku

Sumber: Claire and Dian, (2021), Situational Analysis Report, USAID

2.3.5 PENDANAAN CTPS


a. Anggaran pemerintah
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan alokasi belanja wajib (mandatory
spending) kesehatan sebesar 5% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan 10% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kecenderungan alokasi anggaran kesehatan nasional selama lima tahun
terakhir sebagaimana dikompilasi dari Kementerian Keuangan dapat dilihat di grafik berikut (Bappenas, 2020).
Terlihat bahwa alokasi anggaran kesehatan telah memenuhi angka minimum 5% sebagaimana amanat Undang-
Undang.

Gambar 2 4 Anggaran kesehatan dan proporsinya di dalam APBN

18 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Anggaran kesehatan di APBN terdiri dari anggaran Pemerintah Pusat dan transfer ke Pemerintah Daerah,
termasuk dana desa. Anggaran Pemerintah Pusat terdiri dari anggaran kementerian/lembaga (K/L) dan anggaran
non-K/L. Dana transfer ke daerah meliputi Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Otonomi Khusus (Otsus).

Terdapat perubahan pola anggaran kesehatan APBN dimana dana non-K/L dan DAK yang menjadi kewenangan
Menteri Keuangan sebagai bendahara negara mengalami kecenderungan peningkatan setiap tahun. Peruntukan
dana non-K/L ini antara lain untuk pembayaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI)
dan dana cadangan, misalnya apabila terjadi defisit JKN dan untuk dana penaggulangan bencana.

Aspek kuratif mendapatkan alokasi terbesar dari porsi anggaran kesehatan dibandingkan dengan aspek lainnya.
Preventif dan promotif menempati posisi kedua terbesar untuk alokasi anggaran, dimana anggaran untuk kegiatan
CTPS masuk di dalam kelompok anggaran ini. Preventif dan promotif menerima alokasi anggaran cukup besar di
tahun 2019 dibanding tahun-tahun sebelumnya, mencapai 18.6%.

0.1%
76.60% 4.60%

Currative
Promotive Preventive 18.60%
Administrative & Health System
Rehabilitative

Gambar 2.5 Pembagian anggaran kesehatan untuk berbagai kegiatan terkait kesehatan

Kementerian Kesehatan setiap tahun secara konsisten mendapatkan porsi anggaran kesehatan terbesar dibandingan
kementerian lainnya, dengan rata-rata porsentase sebesar 86.9% setiap tahunnya (2016-2019).

Gambar 2.6 Tren alokasi anggaran kesehatan di berbagai kementerian/lembaga


Sumber: Nota Kementerian Keuangan, 2020

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 19
Proporsi anggaran kesehatan pemerintah daerah sebesar 9.2% dari APBD untuk tahun 2017, atau masih lebih
rendah dari yang dimandatkan oleh Undang-Undang tentang Kesehatan sebesar 10%. Sebagian besar anggaran
dialokasikan di Dinas Kesehatan yang bervariasi antara 61%-87% dari APBD.

Sejalan dengan urusan pemerintahan sebagaimana yang telah disebutkan di atas, anggaran kesehatan adalah
anggaran yang dapat digunakan untuk pendanaan kegiatan terkait CTPS. Secara lebih khusus, kegiatan CTPS
memungkinkan dilaksanakan menggunakan anggaran yang berkaitan dengan kegiatan promotif dan preventif.

b. Pelibatan sektor swasta


Platform Kemitraan Swasta-Pemerintah untuk CTPS (KSP-CTPS) didirikan tahun
2020 melibatkan berbagai lembaga pemerintah, swasta, mitra pembangunan dan
tokoh-tokoh masyarakat sipil 14. Platform kemitraan ini dibentuk untuk mendorong
kolaborasi antara pemerintah dan swasta dalam rangka meningkatkan akses dan
mempromosikan perubahan perilaku CTPS di semua tatanan. KSP-CTPS meluncurkan Seruan Aksi Nasional
Kebersihan Tangan untuk Semua (Call for Action, Hand Hygiene for All) pada peringatan hari Cuci Tangan Pakai
Sabun Sedunia tahun 2020, yang berisi empat ajakan:

1. Menjadikan kebersihan tangan dapat dilakukan semua orang,


2. Bekerja secara kolaboratif dengan semua pemangku kepentingan CTPS,
3. Memastikan bahwa promosi dan ketersediaan sarana cuci tangan terawat dan berkelanjutan,
4. Menyampaikan pengentahuan tentang cuci tangan dengan benar.

Anggota dari platform KSP-CTPS ini adalah Kementerian Kesehatan, UNICEF, Unilever Indonesia, Wings Group
Indonesia, PT Cussons, Reckitt Benckiser, Adaro, Astra International, Johnson & Johnson, Trakindo, USAID,
BAZNAS, DAAI TV Network, Lions Club, GIZ, SNV, Save the Children, dan Mercy Corps.15

c. Dana perubahan iklim


Sumber pendanaan untuk kegiatan mitigasi dan adapatasi perubahan iklim adalah sumber terbaru yang tersedia
untuk program sanitasi dan higiene (termasuk CTPS). Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Paris
di akhir Oktober 2016 dengan komitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% dibandingkan skenario
Business-as-Usual (BAU), yang akan dibiayai oleh pendanaan sendiri (komitmen tidak bersyarat), dan pengurangan
sebesar 41% yang akan dibantu secara internasional dari sisi pendanaan, transfer teknologi, dan peningkatan
kapasitas (komitmen bersyarat) di tahun 2030.

The Green Climate Fund (GCF) adalah mekanisme pembiayaan dari the United Nations Framework Convention
on Climate Change (UNFCCC) dan secara khusus dibentuk untuk menyediakan dukungan pendanaan sehingga
negara-negara seperti Indonesia dapat mencapai target pengurangan emisinya. Hingga bulan Mei 2018, GCF
telah memiliki 76 proyek di seluruh dunia dengan total nilai sebesar USD 12.6 milyar, setara dengan pengurangan
emisi sebesar 1.3 milyar ton CO2 dan 217 juta orang mengalami peningkatan derajat ketahanan iklimnya.

GCF juga dapat memberikan dukungan pendanaan bagi Indonesia yang disalurkan ke program/proyek ramah
lingkungan. Rencana proyek tersebut dapat dirancang dan didaftarkan ke GCF melalui lembaga dalam negeri dan
internasional yang terakreditasi apabila rencana proyek tersebut sejalan dengan strategi dan peraturan/kebijakan
negara. Jalur komunikasi utama antara GCF dan negara-negara dilakukan melalui National Designated Authority
(NDA) yang dipilih, yang untuk Indonesia ada di bawah Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan.

Informasi lengkap mengenai GCF (dalam bentuk booklet) tersedia di laman berikut https://gggi.org/site/assets/
uploads/2018/07/BKF-A5-booklet.pdf.

d. Dana darurat bencana


Penanggulangan bencana meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kebijakan pra bencana
(pre-disaster), tanggap darurat (emergency response), dan paska bencana (post-disaster). Rincian kegiatan untuk
ketiga tahapan di dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana dapat dilihat dalam tabel berikut.

14 Platform ini direncanakan akan ditetapkan secara formal melalui Surat Keputusan Dirjen Kesehatan Masyakatan, Kementerian Kesehatan. Proses penetapan
ini masih berlangsung.
15 https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/seruan-aksi-nasional-tangan-bersih-untuk-semua

20 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Tabel 2.5 Berbagai kegiatan tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana

Tahapan
penanggulangan Kementerian/lembaga Tugas dan fungsi
bencana
Pra-bencana Perencanaan, pengurangan risiko » BNPB (koordinator)
Pre-disaster bencana, pencegahan bencana, » Kementerian Energi dan Sumber Daya
perencanaan pembangunan, analisis Mineral
risiko bencana, perencanaan struktur
» Kementerian Keuangan
tata ruang, pendidikan, pelatihan, dan
kebutuhan standar teknis » Kementerian Kesehatan
» Kementerian Dalam Negeri
» Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
» Kementerian Perhubungan
Tanggap darurat » Telaah cepat lokasi, kerusakan, dan » Kementerian Keuangan
sumber daya (wilayah bencana, » Kementerian Luar Negeri
Emergency jumlah korban, kerusakan, gangguan
» Kementerian Kesehatan
response layanan, kapasitas sumber daya)
» Kementerian Dalam Negeri
» Penepatan status bencana (diikuti
dengan mobilisasi sumber daya) » Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
» Penyelamatan dan evakuasi
masyarakat terdampak bencana » Kementerian Perhubungan
(pencarian dan penyelematan » Kementerian Sosial
korban, bantuan darurat, evakuasi) » Tentara Nasional Indonesia
» Pemenuhan kebutuhan dasar (air » Kepolisian Republik Indonesia
besih, makanan, pakaian, layanan » Badan SAR Nasional (BASARNAS)
kesehatan, layanan psikososial,
lokasi perlindungan)
» Perlindungan untuk kelompok rentan
(meliputi anak-anak, ibu hamil dan
menyusui, disabilitas, manula)
» Pemulihan segera fasilitas dan
infrastrutur penting
Paska bencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi » BNPB (koordinator)
Post disaster » Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral
» Kementerian Keuangan
» Kementerian Kesehatan
» Kementerian Dalam Negeri
» Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
» Kementerian Perhubungan
Sumber: diadaptasi dari Brown, N. A., Rovins, J. E., Usdianto, B., Sinandang, K., Triutomo, S., Hayes. J. (2016). Indonesian Disaster Response Practices
and Roles. New Zealand Ministry of Foreign Affairs and Trade, Wellington, New Zealand.

Pendanaan penyelenggaraan penanggulangan bencana terbagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
yang berasal dari APBN, APBD, dan masyarakat. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan
dan Pengelolaan Bantuan Bencana mengklasifikasikan tiga jenis pendanaan untuk penanggulangan bencana, yaitu
dana kontinjensi bencana, dana siap pakai, dan dana bantuan sosial berpola hibah. Dana kontinjensi dialokasikan
untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap pra bencana dan dicadangkan untuk menghadapi kemungkinan
terjadinya bencana tertentu. Dana siap pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah
untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas waktu tanggap darurat berakhir. Dana
siap pakai disediakan dalam APBN yang ditempatkan dalam anggaran BNPB untuk kegiatan pada saat tanggap
darurat. Pemerintah daerah dapat menyediakan dana siap pakai dalam anggaran penanggulanan bencana yang

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 21
berasal dari APBD yang ditempatkan dalam anggaran BPBD. Dana bantuan sosial berpola hibah adalah dana yang
disediakan Pemerintah kepada pemerintah daerah sebagai bantuan pascabencana.

Pooling Fund Bencana (PFB) adalah instrumen utama (dan terbaru) dalam strategi pembiayaan risiko bencana
melalui skema asuransi. PFB didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2021 tentang Dana
Bersama Penanggulangan Bencana. Dana awal PFB diambil dari APBN dan APBD berjumlah 7.3 triliun rupiah.
Peraturan Presiden ini menyebutkan bahwa Dana Bersama Penanggulangan Bencana atau PFB, adalah dana yang
berasal dari berbagai sumber dan digunakan untuk mendukung dan melengkapi Dana Penanggulangan Bencana
yang memadai dan berkelanjutan. PFB adalah skema untuk menarik, mengumpulkan dan mendistribusikan dana
khusus bencana oleh lembaga pengelola dana. Pembentukan PFB bertujuan untuk melindungi APBN terhadap
tekanan bencana melalui upaya proaktif di saat tidak ada bencana, dengan investasi dalam bentuk akumulasi
dana dan transfer risiko melalui asuransi. PFB juga akan meningkatkan kapasitas pemerintah untuk mendanai
kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan untuk berinvestasi guna mengurangi risiko jiwa dan kerugian material akibat
bencana. PFB dirancang untuk dapat menyediakan dana untuk pembiayaan pra-bencana, tanggap darurat, dan
pascabencana yang berkelanjutan.16

e. Peran serta masyarakat


Sebagai tambahan dari berbagai sumber pendanaan untuk CTPS di atas, pengguna atau masyarakat sebenarnya
adalah penyumbang terbesar pendanaan CTPS. Ian Ross17 menyebutkan bahwa pengadaan dan pemasangan
fasilitas CTPS serta pendanaan untuk kebutuhan air dan sabun untuk CTPS menjadi beban dari pengguna atau
masyarakat, atau dapat juga melalui alokasi subsidi. Analisis biaya untuk CTPS akan memberikan informasi rinci
terkait hal ini, yang dapat dilihat di Bab terakhir dari dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS.

2.3.6 PEMANTAUAN DAN EVALUASI


a. Dashboard TPB Nasional
Secara nasional Bappenas bertanggung jawab mengelola dashboard TPB18 yang menyediakan informasi capaian
17 tujuan pembangunan dengan salah diantaranya adalah tujuan 6.

Karena tugasnya tersebut, pengelolaan harian dashboard TPB ada di bawah Bappenas yang juga sebagai
koordinator pelaksaan TPB di Indonesia, dengan dukungan dari BPS dan lembaga-lembaga PBB. Data dari
lembaga non-pemerintah menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembaruan data TPB ini.

Terkait dengan data CTPS, dashboard TPB menampilkan data yang bersumber dari BPS. Sehingga data akses
yang ditampilkan hanyalah data akses untuk tatanan Rumah Tangga. Dashboard TPB tidak dapat (atau belum)
menampilkan data akses di tatanan Sekolah (dan Madrasah), fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum.

Kementrian/
Lembaga

Badan Pusat
Badan Pusat Non Pemerintah Statistik
Statistik

CLEARING HOUSE KOORDINATOR SATU OUTPUT


SUMBER DATA DATA INDONESIA

b. Sistem Pemantauan Setiap Tatanan


» Rumah Tangga Pemantauan ketersediaan fasilitas CTPS dilakukan oleh BPS yang dilakukan melalui Susenas
KOR bulan Maret setiap tahun. Terkait dengan perilaku CTPS, upaya pemantauan dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan melalui Riskesdas yang dilakukan 5-6 tahun sekali, dan terakhir dilakukan tahun 2018 yang
telah terintegrasi secara kerangka sampel dengan Susenas KOR bulan Maret. Dengan integrasi ini maka
memungkinkan dilakukan pembandingan data antara data ketersediaan infrastruktur dari Susenas dengan
data perilaku CTPS dari hasil Riskesdas.

16 https://fiskal.kemenkeu.go.id/strategi-drfi/pooling
17 Presentasi yang tidak dipublikasi
18 Dashboard ini dapat diakses melalui tautan http://sdgs.bappenas.go.id/dashboard/#!/pages/landingPage.html

22 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
» Sekolah Data Pokok Pendidikan (Dapodik) untuk sekolah dan Education Monitoring Information System (EMIS)
untuk Madrasah memberikan data fasilitas CTPS yang diperbarui secara rutin dua kali setahun. Dua sistem ini
menggunakan pendekatan pengisian mandiri tanpa dilakukan validasi oleh Pemerintah Pusat.
Dapodik dan EMIS memiliki prosentase pengisian dan pembaruan yang sangat tinggi (hampir 100% setiap
tahunnya) karena dikaitkan sebagai prasyarat administratif pengajuan dukungan pendanaan baik untuk BOS,
BOP, maupun DAK.
» Fasilitas Kesehatan Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) oleh Kementerian Kesehatan menjadi satu-satunya
sumber untuk dapat mengetahui kondisi fasilitas CTPS di fasilitas kesehatan. Keterbatasan dari Rifaskes
adalah periode pembaruan yang cukup lama (baru dilakukan dua kali yaitu tahun 2011 dan 2019), dan tidak
memiliki indikator pemantauan fasilitas CTPS dalam radius 5-meter dari toilet. Karena ketiadaan data ini maka
Rencana Aksi ini hanya dapat menggambarkan akses sampai tingkat Layanan Terbatas saja.
» Fasilitas Umum Sistem pemantauan CTPS di fasilitas umum menjadi yang paling lemah dibandingkan tatanan
lainnya. Kementerian yang berkaitan dengan fasilitas umum melakukan upaya pendataan sendiri-sendiri
namun belum menjadi upaya yang terlembaga dan rutin. Salah satu contohnya adalah upaya Kementerian
Perdagangan untuk melakukan survei fasilitas dan perilaku CTPS di pasar tradisional tahun 2020, dengan hasil
100% responden menjawab telah melengkapi pasarnya dengan fasilitas CTSP.

Sistem pemantauan berbasis web yang dikembangkan UNICEF (dashboard 3M) memberikan gambaran
kepatuhan perilaku CTPS di fasilitas umum meskipun tidak dapat digunakan sebagai data dasar kepemilikan
fasilitasi karena variasi jumlah dan lokasi pengamatan setiap periode pelaporan yang hasilnya secara statistik
tidak dapat dijustifikasi mewakili seluruh populasi.

Satgas COVID-19 juga mengembangan sistem pemantauan 3M, namun hingga saat ini praktik cuci tangan
tidak menjadi bagian yang diperbarui dan dilaporkan secara rutin oleh sistem tersebut.
» Registrasi PeduliLindungi19 juga dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui data dasar fasilitas
umum. Aplikasi Peduli Lindungi dirancang untuk membantu Pemerintah melacak dan mencegah penyebaran
COVID-19. Aplikasi ini bergantung pada peran serta masyarakat untuk bertukar informasi data lokasi saat
bepergian sehingga data pasien COVID-10 dapat dilacak.

2.4 PENINGKATAN KEBUTUHAN


2.4.1 PESAN KOMUNIKASI CTPS
Sejak intervensi CTPS dilakukan tahun 90an melalui the Water Supply and Sanitation for Low Income Communities
(WSSLIC) dan berbagai program lanjutannya, beragam materi pembelajaran dan komunikasi terkait CTPS telah
dihasilkan. Penyempurnaan terus dilanjutkan terkait pesan dan desain materi promosi. Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, memainkan peran penting dalam penyiapan pesan dan
materi promosi CTPS. Berbagai usaha peningkatan kebutuhan CTPS yang dilakukan direktorat ini berkaitan dengan
pelaksanaan program PHBS sebagai bagian dari GERMAS.

Salah satu contoh pesan dan materi komunikasi terkait CTPS adalah yang digunakan pada saat perayaan Hari Cuci
Tangan Pakai Sabun Sedunia, tanggan 15 Oktober 2020, dengan tema kebersihan tangan untuk semua. Materi
komunikasi ini dapat dilihat di gambar berikut. Pesan kunci
“Jangan Kendor” terkait erat dengan upaya pencegahan
penularan COVID-19 dimana pada bulan Oktober 2020
adalah periode puncak pertama dari pandemi ini di
Indonesia.

Pada perayaan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun tahun 2021,


Gambar 2 7 Materi dan pesan komunikasi CTPS dalam
peringatan Hari CTPS Sedunia tahun 2020
pesan yang dipilih adalah “Masa depan kita di tangan
kita – mari beraksi bersama untuk membuat CTPS nyata
bagi semua”, dengan tagline “Cuci Tangan Pakai Sabun Budaya Kita”. Ini adalah bagian dari upaya komunikasi untuk
memastikan praktik CTPS tetap dijalankan meskipun pada 2021 situasi COVID-19 membaik. Dan budaya CTPS
adalah syarat hidup berdampingan dengan COVID-19 dapat dijalankan sebagai sebuah kenormalan baru.

Disamping pesan kontekstual seperti di atas, Kementerian Kesehatan juga memproduksi flyer digital yang
memberikan informasi mengenai waktu-waktu penting untuk melakukan CTPS. Materi komunikasi ini juga telah
diadaptasi sebagai bagian dari pesan GERMAS dalam rangka pencegahan COVID-19.
19 https://www.pedulilindungi.id/
RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN 23
aih bagian
diadaptasi
darisebagai
pesan GERMAS
bagian dari
dalampesan
rangka
GERMAS
pencegahan
dalam rangka
COVID-19.
pencegahan CO

Gambar
tu-waktu 2-8Gambar
penting Waktu-waktu
CTPS Gambar
2 8 Waktu-waktu pentingpenting
CTPS CTPS 2-9 Pencegahan Gambar
Gambar 2 9 PencegahanCovid-19 2-9GERMAS
Covid-19 melalui Pencegahan
melalui GERMAS
Covi
Bekerja sama dengan berbagai lembaga, Kementerian Kesehatan juga telah mengembangkan materi komuniasi
erja
berbagai
sama
untuk lembaga,
dengan
fasilitas berbagai
Kementerian
CTPS inklusif, lembaga,
sebagaimana Kesehatan
dapat dilihat Kementerian
di gambar juga telah
berikut. Kesehatan
mengembangkan
juga telahma
m
suniasi
CTPS untuk
inklusif, fasilitas
sebagaimana
CTPS inklusif,dapatsebagaimana
dilihat di gambar dapat
berikut.
dilihat di gambar beriku

Gambar 2-10 Materi


Gambar promosi
2.10 Materi untuk
promosi untuk fasilitas
fasilitas CPTS yang CPTS
inklusif yang inklusif

24
andemi COVID-19 juga telah mendorong kontekstualisasi pesan komunikasi CTPS,
RENC terutama
A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 terkait
CUCI TANGAN PAK AI SABUN
2-2 0 3 0 denga
erlunya ada penambahan waktu penting CTPS sebagaimana terdapat di dalam Panduan Cuci Tangan Paka
abun (Kementerian Kesehatan dan UNICEF, 2020).20
bersih tidak tersedia. Agar hasilnya efektif,
tangan Anda mengering. Lakukan
cairan pembersih tangan yang digunakan
7 tahap ini selama sekitar 20 detik.
hendaknya mengandung alkohol dengan
................................................
nggung tangan kadar minimal 60%. Selain menggunakan
sela jari. produk cairan pembersih tangan berbasis
alkohol yang ada di pasaran, kita juga bisa
Pandemi
membuatCOVID-19
cairan pembersihjuga
dengantelah
mengikuti standard dan panduan dari
mendorong kontekstualisasi pesan TABLE 1 Waktu Penting untuk Membersihkan Tangan
WHO1) .
komunikasi CTPS, terutama terkait
Cairan Pembersih Tangan

..............................................................................
Mencuci tangan pakai sabun dan air
nggung jari ke
angan dengan dengan perlunya ada penambahan
bersih akan memberi manfaat yang
Sabun dan Air Bersih Berbasis Akohol
aling bertautan.
waktu penting
berbeda dari cairanCTPS sebagaimana
pembersih tangan
(Hand Sanitizer)
Sebelum makan
terdapat
berbasisdi dalam
alkohol. SabunPanduan
dan air bersih Cuci
dapat menghilangkan semua jenis kuman Sesudah buang air besar dan menggunakan toilet * Sebelum dan setelah menyentuh
Tangan Pakai Sabun (Kementerian
dari tangan, sedangkan cairan pembersih Sebelum memegang bayi permukaan benda, termasuk gagang pintu,
meja, dll
Kesehatan danalkohol
tangan berbasis UNICEF,
hanya bisa2020).
20 Sesudah mengganti popok, menceboki / membersihkan
anak yang telah menggunakan toilet * Sebelum masuk dan segera setelah keluar
ian ujung jari ke mengurangi jumlah kuman tertentu di dari fasilitas umum, termasuk kantor, pasar,
gan agar bagian Sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan stasiun, dll
rkena sabun. 2.4.2kulit. SALURAN KOMUNIKASI
Selain itu, cairan pembersih tangan
hanya dapat digunakan bila tangan kita
· Selama pandemi: Sebelum dan sesudah mengunjungi teman,
Setelah bersin dan batuk keluarga, dan kerabat di rumah sakit atau
Berbagai kementerian dan lembaga
tidak kotor dan berminyak. Cairan
Sebelum menyentuh mata, hidung, atau mulut Anda panti jompo
pembersih tangan berbasis alkohol juga
telahtidak
menggunakan materi
bisa menghilangkan jenis kuman
and Setelah menyentuh permukaan benda termasuk
gagang pintu, meja, dll JANGAN gunakan pembersih
desain komunikasi
norovirus, Cryptosporidium, di dan
atas (baik Sebelum dan sesudah merawat seseorang yang tangan jika tangan Anda
terlihat kotor atau berminyak
n tangan dengan dengan penyesuaian ataupun
Clostridioides difficile, serta bahan kimia sedang muntah atau diare
— misalnya, setelah berkebun,
pakai atau tissu berbahaya seperti pestisida dan logam Sebelum dan sesudah merawat luka
tidak) dalam menyampaikan
berat. Setelah menyentuh hewan, pakan ternak, atau kotoran
memancing, atau berkemah.

pesan CTPS, disampaikan melalui hewan


Setelah menyentuh sampah
berbagai saluran komunikasi, baik Jika tangan Anda terlihat kotor atau berminyak
n air
kai media komunikasi konvensional Sebelum dan sesudah mengunjungi teman, keluarga,
atau kerabat yang di rumah sakit atau panti jompo
maupun media Handrubsosial. Terutama
1)
WHO, Guide to Local Production:
WHO-recommended Formulations

dari Kementerian Kesehatan,


Gambar 2.11 Tangkapan layar waktu penting CTPS menurut PANDUANKementerian Kesehatan 4
penggunaan sosial media untuk (Pedoman Cuci Tangan Pakai Sabun, 2020)
CUCI TANGAN PAKAI SABUN

penyampaian pesan komunikasi


sudah menjadi sebuah kelaziman. Tiga platform sosial media utama digunakan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu:

» Kementerian Kesehatan memiliki akun Youtube yang sudah terverifikasi verified account21 dengan subscriber
325 ribu (Januari 2022). Materi terkait CTPS di dalam kanal ini utamanya terkait dengan pencegahan COVID-19.
» Kementerian Kesehatan juga menggunakan Twitter sebagai salah satu platform sosial medianya, dengan
follower hampir mencapai 630 ribu (Januari 2022). Berbagai pesan komunikasi terkait CTPS juga disampaikan
melalui platform ini.
» Instagram juga platform yang digunakan oleh Kementerian Kesehatan untuk penyampaian berbagai pesan
promosi dan komunikasi CTPS. Dibandingkan dua platform lainnya, instragram Kementerian Kesehatan memiliki
follower terbanyak yaitu 2.4 juta (Januari 2022).

2.5 PEMENUHAN LAYANAN


2.5.1 KETERBATASAN DATA
Perhitungan akses dilakukan menggunakan berbagai data yang tersedia dan dapat diakses publik secara bebas.
Meskipun demikian, berbagai data yang dimiliki menggambarkan kondisi sebelum pandemi COVID-19, terkecuali
data fasilitas umum. Sebagai hasilnya, berbagai inisiatif yang dilakukan selama pandemi tidak dapat terekam,
sehingga kemungkinan perhitungan yang dihasilkan bersifat lebih kecil dari kondisi sebenarnya (underesimated).
Provinsi dan kabupaten/kota juga menyampaikan permasalahan berkaitan dengan keterbatasa data ini selama
konsultasi di tingkat sub-nasional.

2.5.2 TATANAN RUMAH TANGGA


BPS mencatat 78.3 persen penduduk
memiliki akses ke fasilitas CTPS di
bulan Maret 2020, berdasarakan Sekitar 83%
79,59%

Susenas KOR, dengan variasi dan


fluktuasi data dari tahun 2016. Meski
demikian, akses CTPS nasional
memiliki kecenderungan peningkatan,
sebagaimana diperlihatkan di gambar
berikut berupa garis putus-putus
regresi linear. Publikasi terbaru BPS, akses CTPS 2021

Gambar 2 12 Data historis akses CTPS di tatanan Rumah Tangga (sumber: BPS)

20 Tersedia di laman https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Panduan CTPS 2020 1636.pdf..


21 https://www.youtube.com/channel/UCWBnPaPlVx2_h7Kdva52AYg

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 25
Bagian timur wilayah Indonesia memiliki pertumbuhan akses lebih tinggi dibandingkan wilayah Indonesia lain. Dua
provinsi, Kep. Riau dan DKI Jakarta, memiliki pertumbuhan negatif yang berimplikasi pada proyeksi pertumbuhan
akses CTPS nasional.

Perlu menjadi catatan bahwa kepemilikan fasilitas CTPS tidak serta merta disertai praktik CTPS yang baik dan
benar. Membandingkan dengan data perilaku CTPS hasil Riskesdas 2018, terlihat bahwa perilaku anggota keluarga
yang melakukan praktik CTPS rata-rata hanya 60 persen dari keluarga yang memiliki CTPS.

78,90%

78,30%

Gambar 2.13 Akses CTPS rumah tangga tahun 2020 disertai hasil Riskesdas 2018

Secara nasional, Riskesdas 2018 menunjukkan 49.8% penduduk berusia lebih dari 10 tahun mempraktikan CTPS
secara baik dan benar, dengan rentang hasil provinsi berkisar antara 26.7% (Papua) hingga 67.4% (Bali). Riskesdas
juga memperlihatkan kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan maka proporsi praktik CTPS juga semakin
meningkat. Dari sisi pekerjaan, penduduk yang bekerja di lembaga pemerintah atau terkait dengan lembaga
pemerintah yaitu PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMN mempraktikan CTPS paling tinggi (65.4%) dibandingkan profesi
lainnya.

Pendidikan Tidak sekolah


Tidak tamat SD
39,4
43,8
Tamat SD 46,9
Tamat SLTP 49,2
Tamat SLTA 54,9
Tamat D1/D2/D3/PT 64,1

Pekerjaan Tidak Bekerja


Sekolah 46
49,1

PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD 65,4
Pegawai swasta 59,8
Wiraswasta 55,7
Petani/Buruh Tani 41,1
Nelayan 37,7
Buruh/sopir/pembantu ruta 49,5
Lainnya 53,4

Tempat tinggal Perkotaan


Perdesaan 42,7
55,5

Gambar 2 14 Perilaku CTPS berdasarkan pekerjaan menurut Riskesdas 2018

26 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
2.5.3 TATANAN SEKOLAH
Berdasarkan Profil Sanitasi Sekolah (2020), akses CTPS di tahun 2020 mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2017. Secara nasional, data akses CTPS di sekolah tahun 2020 berdasarkan tingkat layanannya adalah
sebagai berikut:

» Layanan dasar : 40.70%


» Layanan terbatas : 31.07%
» Tidak ada layanan : 28.23%

Apabila dilihat secara lebih terperinci untuk setiap provinsi, terlihat tiga provinsi mengalami penurunan akses CTPS
dibandingkan data 2017, yaitu Kep. Riau, Gorontalo, dan DI Yogyakarta.

44,76% 29,26%
28,23%

28,32%
31,70%

24,12%

58,54%

40,42%
40,70%
31,12%

Gambar 2 15 Akses CTPS di tatanan sekolah tahun 2020

Sedangkan untuk Madrasah, berdasarkan Profil Sanitasi Madrasah 2020, akses CTPS nasional adalah sebagai
berikut:

» Layanan dasar : 55.66%


» Layanan terbatas : 5.23%
» Tidak ada layanan : 39.11%
19,67%

36,15%
39,11%
59,72% 3,82%

76,52%

4,06% 5,23%

55,66%

6,40% 52,77%

33,89%

Gambar 2 16 Akses CTPS di tatanan Madrasah tahun 2020


RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN 27
Kualitas layanan CTPS di Madrasah (relatif) lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah di tahun 2020. Akan tetapi,
sekolah memiliki potensi peningkatan kualitas layanan lebih cepat dengan mempertimbangkan gabungan antara
akses dasar dan akses terbatas yang telah mencapai 71.77 persen dibandingkan Madrasah yang masih di angka
60.89 persen. Hal ini merupakan catatan penting mengingat peningkatan akses dari akses terbatas ke akses dasar
di sekolah dan madrasah dapat dilakukan (hanya) melalui penyediaan sabun, sesuai dengan definisi JMP.

2.5.4 TATANAN FASILITAS KESEHATAN


Berdasarkan Rifaskes 2019, saat ini hanya tersisa kurang dari 1% Puskesmas di Indonesia yang tidak memiliki
fasilitas CTPS di titik layanan. Dan karena JMP juga menambahkan ketentuan ketersediaan fasilitas CTPS dalam
radius 5-meter dari toilet untuk dapat disebut sebagai Layanan Dasar, dimana data ini tidak tersedia di Rifaskes
2019, maka tingkat layanan paling tinggi yang dapat disebutkan di sini adalah Layanan Terbatas. Pertanyaan
mengenai keberadaan fasilitas CTPS dalam radius 5-meter dari toilet perlu dimasukkan ke dalam kuesioner
Rifaskes (atau sistem monitoring lain yang disepakati) agar pengukuran berdasarkan definisi JMP dapat dilakukan.

100% 100%

0,86%
0,71%
99,14%
99,29%

100%

Gambar 2 17 Akses CTPS di fasilitasi Kesehatan tahun 2019

Untuk tujuan penyusunan Rencana Aksi ini digunakan asumsi bahwa tidak ada fasilitas CTPS dalam radius
5-meter dari toilet yang dimiliki oleh fasilitas kesehatan. Namun, penting untuk menjadi perhatian bahwa asumsi
ini kemungkinan akan menghasilkan perhitungan yang berlebihan (overestimated) terutama berkaitan mengenai
perkiraan biaya, karena fasilitas ini mungkin telah tersedia di beberapa fasilitas kesehatan.

2.5.5 TATANAN FASILITAS UMUM


Saat ini tidak tersedia data dasar (baseline data) CTPS untuk fasilitas umum hingga tingkat provinsi. Untuk
tingkat nasional, beberapa sumber data tersedia untuk menggambarkan persentase keberadaan fasilitas CTPS di
fasilitas umum, misalnya sistem monitoring 3M dari UNICEF dan data kepatuhan 3M dari Satgas COVID-19.

28 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Gambar 2 18 Tangkapan layar dari UNICEF 3M Monitoring, periode Januari 2022

Peta berikut menggambarkan


distribusi fasilitas umum yang
telah terdaftar di aplikasi Peduli
Lindungi per tanggal 19 Januari
2022, dengan informasi rinci
per provinsi disampaikan di
tabel berikutnya. Diantaranya
provinsi-provinsi, DKI Jakarta
memiliki persentase tertinggi,
disusul oleh Jawa Barat, Bali,
dan Jawa Timur. Mohon
untuk disadari bahwa data ini
tidak menggambarkan jumlah
keseluruhan fasilitas umum yang
terdapat di Indonesia. Namun,
karena keterbatasan data, jumlah
fasilitas umum yang terdaftar
sebesar 83,405 digunakan
sebagai data dasar di dalam
Rencana Aksi ini.Tabel berikut
Gambar 2-19 Sebaran QR Points setiap provinsi di Indonesia

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 29
memberikan informasi rinci fasilitas umum yang terdaftar di aplikasi Peduli Lindungi per tanggal 19 Januari 2022.
Kalimantan Utara merupakan provinsi dengan persentase paling rendah sebesar 0.12 persen.
Tabel 2 6 Rincian QR Peduli Lindungi yang terdaftar untuk setiap provinsi, per 19 Januari 2022

Province QR PL % Province QR PL %

Aceh 604 0,72% Lampung 728 0,87%


Bali 12694 15,22% Maluku 182 0,22%
Banten 4864 5,83% Maluku Utara 132 0,16%
Bengkulu 122 0,15% Nusa Tenggara Barat 453 0,54%
DKI Jakarta 17645 21,16% Nusa Tenggara Timur 340 0,41%
Gorontalo 135 0,16% Papua 218 0,26%
Jambi 820 0,98% Papua Barat 153 0,18%
Jawa Barat 15032 18,02% Riau 464 0,56%
Jawa Tengah 6998 8,39% Sulawesi Barat 125 0,15%
Jawa Timur 11782 14,13% Sulawesi Selatan 986 1,18%
Kalimantan Barat 595 0,71% Sulawesi Tengah 241 0,29%
Kalimantan Selatan 657 0,79% Sulawesi Tenggara 190 0,23%
Kalimantan Tengah 315 0,38% Sulawesi Utara 408 0,49%
Kalimantan Timur 750 0,90% Sumatera Barat 478 0,57%
Kalimantan Utara 104 0,12% Sumatera Selatan 753 0,90%
Kepulauan Bangka 347 0,42% Sumatera Utara 1347 1,62%
Belitung Yogyakarta 1915 2,30%
Kepulauan Riau 828 0,99% Grand Total 83405 100%

2.5.6 PEMENUHAN LAYANAN


INTELLECAP bekerja sama dengan SPIRE22 ditunjuk oleh UNICEF Indonesia untuk melakukan penelitian mengenai
produk-produk higiene tangan dan layanannnya di Indonesia. Temuan dari studi tersebut diringkas sebagai berikut:

Sabun
Pasar Indonesia untuk produk-produk higiene pribadi (personal hygiene) memiliki nilai sebesar USD 800 juta tahun
2020. Kategori higiene pribadi ini termasuk higiene tangan, mandi, dan produk-produk lainnya. Data sekunder
menunjukkan bahwa pasar saat ini didorong oleh sabun batang sebagai produk higiene pribadi yang utama dengan
terjadi pertumbuhan signifikan untuk penggunaan sabun cair selama pandemi. Meski sabun cair tumbuh cepat
selama 5 tahun terakhir, penjualan sabun batang tidak mengalami penurunan dan relatif stabil.

Lanskap kompetisi
Di pasar higiene tangan, Unilever merupakan pemain utama disusul oleh PT Sayan Mas Utama dan Cussons,
dengan pemain lainnya termasuk Reckitt Benckiser Indonesia dan J&J. Meski Unilever memimpin dengan lebih dari
50 persen penguasaan pasar di tahun 2016, muncul berbagai merk lokal dan spesifik (niche brand). Hal ini tercermin
dari laporan Nielsen23 yang diterbikan tahun 2016 tentang perilaku konsumen dalam higiene yang melaporkan bahwa
merk serta produk lokal dan spesifik mengalami pertumbuhan karena sebagian konsumen menjadi lebih peduli akan
praktik-praktik yang ramah lingkungan, menghindari penggunaan bahan kimia, serta peningkatan daya beli.

Proyeksi pasar
Total nilai pasar untuk produk higiene diproyeksikan tumbuh rata-rata akan berkisar di 8.78 persen di tahun 2021 -
2025 Analisis dilakukan untuk memproyeksikan nilai pasar dalam tiga skenario yaitu skenario optimis, normal, dan
pesimis. Di beberapa skenario, seperti penjualan yang stagnan setelah peningkatan selama COVID-19, penjualan
menunjukkan pertumbuhan lambat sebesar 2.5 – 3 persen di setiap kategori dari produk higiene tangan. Dengan
tetap tingginya kebutuhan untuk produk higiene tangan, kemungkinan akan terjadi penjualan yang lebih tinggi dari
yang diperkirakan.
22 Referensi dibuat ke draf laporan hasil studi (belum dipublikasi)
23 The Dirt on Cleaning: Home cleaning/laundry attitudes and trends around the world

30 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Pasar sarana CTPS
Saat ini, pengadaan sarana CTPS di fasilitas umum dan sekolah dilakukan pemerintah dan organisasi nirlaba.
Tidak banyak keterlibatan sektor swasta atau industri keramik dalam penyediaan sarana CTPS di fasilitas umum.
Di beberapa kasus, perusahaan-perusahaan multinasional seperti Unilever melakukan penyediaan sarana CTPS
sebagai bagian dari program Tanggung Jawab Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).

Desain sarana CTPS dibuat dan diawasi di tingkat daerah dengan pembangunan dilakukan oleh kontraktor lokal.
Tantangannya adalah pada operasi dan pemeliharaan dari sarana CTPS tersebut. Isu utamanya terletak pada
ketahanan material yang digunakan, penggantian atau pengisian sabun, dan penggunaan material kualitas rendah
yang menjadikan sarana CTPS tersebut tidak berfungsi jangka panjang. Secara umum ditemui kekurangan
pendanaan operasi dan pemeliharaan sarana CTPS di sekolah.

Saluran distribusi
Saluran distribusi utama untuk produk-produk higiene pribadi (meliputi produk cuci tangan) di Indonesia adalah
gerai ritel kecil modern, sejumlah 40.8 persen dari total nilai pasar di tahun 2020. Saluran distribusi berikutnya
adalah melalui gerai ritel besar (hypermarket atau supermarket) yang menyumbang 31.8 persen penjualan. Apotek
menyumbang 13.0 persen dari penjualan dan di posisi terakhir adalah department store sejumlah 4.9 persen.

Selama pandemi, terjadi kenaikan penjualan secara online atau pengiriman ke rumah sebesar kurang lebih 30.0
persen dan kenaikan penjualan ini akan tetap stabil meski besaran pastinya tidak diketahui 24. Meski begitu,
hampir 75.0 persen penduduk melaporkan melakukukan pembelian barang-barang rumah tangga melalui saluran
distribusi konvensional (offline).

Saluran penjualan untuk produk-produk higiene


Dengan adanya tantangan geografis serta besarnya jumlah gerai ritel di Indonesia, perencanaan dan pelaksanaan
route-to-market menjadi sangat penting bagi perusahaan-perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG).
Berbagai usaha di Indonesia dikelola melalui jalur traditional mulai dari agen25, distributor26, dan berbagai perantara
lainnya 27.

Untuk distribusi dari produk-produk higiene, dua saluran utamanya adalah melalui saluran modern dan tradisional.

» Modern: perusaaan - pengecer – konsumen


» Tradisional: perusahaan - distributor - pengecer - konsumen

2.6 JENDER DAN DISABILITAS


Bill and Melinda Gates Foundation mendefinisikan seks sebagai “kategori biologis dari seorang manusia sebagai
laki-laki, perempuan, atau interseks”, sedangkan jender adalah “ide yang dikonstruksi secara sosial dan budaya
mengenai apa artinya menjadi seorang laki-laki atau perempuan dan suatu konteks tertentu”. Jender, berbeda
dengan seks, merupakan sesuatu yang dikonstruksi secara sosial dan bukan merupakan faktor biologis. Sebagai
hasilnya, norma dan praktik jender utamanya berdasar pada nilai sosial dan budaya, dan dapat berubah atau
berevolusi. Hal ini tercermin pada peran, tanggung jawab, sikap dan perilaku yang dianggap pantas oleh suatu
masyarakat bagi laki-laki dan perempuan, dengan tidak mempertimbangkan identitas dan ekspresi pribadi atau
individu. Pendekatan interseksional mengakui perbedaan di dalam dan di antara pria, wanita, dan individu yang
tidak sesuai jender dan berusaha untuk memahami bagaimana perbedaan-perbedaan ini menciptakan peluang dan
akses yang tidak setara ke sumber daya.

Jender menjadi sebuah pertimbangan penting dalam intervensi CTPS mengingat hal ini berkaitan dengan keberhasilan
upaya perubahan perilaku. Biran et al. (2014) menemukan bahwa intervensi yang berkaitan dengan emosi dan norma
sosial sangat efektif dalam meningkatkan perilaku cuci tangan selama periode 12 bulan dengan memberi penekanan
pada peran ibu sebagai pengasuh utama di keluarga. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) telah mengakui
pentingnya peran ibu dalam upaya perubahan perilaku CTPS, sebagaimana yang tercermin dalam misi nomor 4 PKK
yaitu “Meningkatkan derajat kesehatan keluarga, kelestarian lingkungan hidup serta perencanaan sehat”28.
24 The Dirt on Cleaning: Home cleaning/laundry attitudes and trends around the world
25 Agen adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai mediator untuk bertindak untuk dan atas nama prinsipal atas dasar persetujuan untuk
melakukan pemasaran tanpa mengalihkan hak atas barang fisik dan/atau jasa yang dimiliki/dikendalikan oleh prinsipal yang ditunjuk. Prinsipal dapat berupa
produsen atau pemasok dan dapat berlokasi di lepas pantai atau darat.
26 Distributor adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan berdasarkan perjanjian untuk membeli, menyimpan,
menjual serta memasarkan barang dan / atau jasa yang dimiliki atau dikendalikan.
27 Official Website of the International Trade Administration, Indonesia - Country Commercial Guide
28 https://tppkk-pusat.org/tentangkami/
RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN 31
Terkait dengan disabilitas, penyandang disabilitas berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 adalah
adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu
lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Penyandang disabilitas fisik,
penyandang disabilitas intelektual, penyandang disabilitas mental, dan/atau penyandang disabilitas sensorik
adalah empat jenis penyandang disabilitas yang diatur di dalam Undang-Undang (Pasal 4). Memastikan akses
CTPS ke setiap orang juga termasuk memastikan akses ke penyandang disabilitas.

Empat pesan kunci berikut digarisbawahi dalam UNICEF’s guidance note (2019)29 tentang praktik inklusif
disabilitas bidang air bersih, sanitasi dan higiene (Water supply, sanitation and hygiene/WASH):

» Mengatasi diskriminasi dan stigma penyediaan layanan WASH, mendorong partisipasi penyandang disabilitas
dalam semua proses pengambilan keputusan dan memastikan informasi terkait WASH dalam format yang
dapat dipahami oleh orang-orang dengan berbagai jenis disabilitas,
» Meningkatkan kesadaran dan berbicara tentang hak-hak penyandang disabilitas untuk WASH serta kebutuhan
spesifik mereka ketika merencanakan, menerapkan, memantau dan mengevaluasi kegiatan WASH dengan
pemerintah, mitra pembangunan dan masyarakat untuk mempromosikan sikap positif pemenuhan kebutuhan
WASH penyandang disabilitas,
» Mempertimbangkan disabilitas dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi pengembangan dan intervensi
WASH untuk kondisi darurat. Memisahkan data berdasarkan jenis disabilitas, mengidentifikasi hambatan
(bottleneck) spesifik yang dihadapi dan solusinya dan termasuk indikator yang terkait dengan disabilitas, dan
» Merancang dan membangun fasilitas WASH (menggabungkan sensitisasi, dan norma-norma sosial serta
solusi teknis) sesuai dengan prinsip-prinsip desain universal sehingga dapat digunakan oleh semua orang,
termasuk penyandang disabilitas. Secara khusus, fasilitas WASH harus dapat diakses secara fisik untuk
orang-orang dengan berbagai jenis disabilitas.

2.7 RINGKASAN TEMUAN


Tabel di bawah ini meringkas hasil analisis situasi pengelolaan CTPS serta mengelompokkannya berdasarkan tiga
komponen STBM di atas.

Tabel 2 7 Ringkasan temuan dan tantangan CTPS untuk setiap komponen

Komponen Sub-komponen Temuan dan tantangan

Kerangka » Kerangka pengaturan CTPS di tingkat nasinoal dan daerah sudah


pengaturan cukup lengkap
» Berbagai kebijakan setingkat Menteri akhir-akhir ini ditujukan
secara khusus untuk pencegahan COVID-19
Kebijakan » CTPS tidak termasuk di dalam kebijakan pembangunan nasional
pembangunan saat ini, mulai dari rencana strategis jangka menengah sampai
nasional dengan kebijakan penganggaran tahunan
Lingkungan Tata kelola CTSP » Sektor ini adalah urusan yang menjadi tanggung jawab bersama
yang (konkuren) antara pemerintah pusat dan daerah, dan termasuk
mendukung sebagai bagian dari urusan wajib terkait layanan dasar
» CTPS diterapkan di tingkat Pusat oleh berbagai kementerian/
lembaga. Pemerintah daerah menerapkan mekanisme yang
mirip dengan keterlibatan berbagai dinas dalam pembangunan
Koordinasi CTPS » Koordinasi dilakukan melalui rapat koordinasi rutin yang dipimpin
oleh Kementerian Kesehatan
» Saat ini, tidak ada indikasi dari pemerintah pusat untuk
membentuk unit atau forum khusus mengenai koordinasi CTPS

29 UNICEF, 2019, WASH Disability Inclusion Practices. Dapat diakses melalui laman https://sites.unicef.org/disabilities/files/WASH_Disability_Inclusion__Prac-
tices__programming_note_-_Draft_for_review.pdf

32 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Pendanaan CTPS » Anggaran CTPS berada di dalam angggaran kesehatan, dan
peraturan yang ada mewajibkan anggaran minimum 5 persen
dari APBN an 10 persen dari APBD
» CTPS menerima pendanaan dari berbagai sumber, dengan
kontribusi masyarakat memiliki kontribusi terbesar e
Pemantauan dan » Tidak ada data CTPS yang terkonsolidasi dari berbagai tatanan
evaluasi » Data CTPS tatanan rumah tangga yang bersumber dari Susenas
KOR merupakan data yang paling terkini dan mumpuni
» Tidak ada data dasar untuk fasilitas umum. Jumlah fasilitas yang
telah terdaftar di aplikasi Peduli Lindungi digunakan sebagai
pendekatan data dasar fasilitas
Jender dan » Pelibatan PKK dalam kampanye CTPS konsisten dengan
disabilitas intervensi sosial dan emosional agar perubahah perilaku terjaga
» Undang-undang mengatur peran dan partisipasi penyandang
disabilitas dalam program-program pembangunan (termasuk
CTPS)
Pesan » Lebih dari sepuluh tahun yang lalu berbagai pesan CTPS telah
komunikasi tersedia
CTPS » Berbagai pesan ini telah dilihat ulang dan disempurnakan untuk
Peningkatan dapat merefleksikan situasi dan tantangan terkini
kebutuhan Saluran » Cara orang berkomunikasi sedang mengalami perubahan atau
komunikasi transformasi
» Salah satu saluran komunikasi CTPS adalah saluran digital atau
media sosial
Akses CTPS di » Data BPS menunjukkan kecenderungan positif dalam kemajuan
semua tatanan peningkatan akses CTPS menuju akses 100 persen di rumah
tangga tahun 2030
» Dengan persentase penduduk miskin di atas 10 persen tahun
2021, hal ini dapat memberikan pengaruh pada pencapaian
proyeksi akses CTPS
» Berbagai inisiatif masif penyediaan fasilitas CTPS di fasilitas
umum telah dan terus dilakukan sebagai respon terhadap
COVID-19, namun tidak ada sistem pemantauan untuk melacak
kemajuan yang terjadi
Pemenuhan » Pasar saat ini didorong oleh sabun batang sedangkan sabun cair
layanan mengalami pertumbuhan tinggi saat pandemi
Pemenuhan
layanan » Unilever tetap menjadi pemimpin pasar di semua kategori
produk dengan penguasaan pasar hampir setengahnya
» Total nilai pasar produk higiene diperkirakan mengalami
pertumbuhan 7-8 persen (CAGR) dari tahun 2021 ke 2025,
dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 8.78 persen dalam lima
tahun
» Di Indonesia, saluran distribusi utama untuk produk higiene
pribadi (termasuk cuci tangan) adalah toko kelontong atau gerai
ritel kecil, dengan kontribusi sebesar 40.8 persen
» Selama pandemi, peningkatan penjualan online ada pengantaran
ke rumah menjadi 30 persen, dan peningkatan penjualan
online ini diperkirakan akan stabil meski besaran pastinya tidak
diketahui

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 33
34 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN
BAB 3

VISI DAN TARGET

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 35
3.1 VISI
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan di dalam ketentuan umumnya menyatakan
bahwa terdapat lima jenis pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan tradisional. Hal
ini sejalan dengan komitmen TPB tujuan 6, terutama target 6.2.1 dimana penyediaan fasilitas CTPS untuk semua
adalah bagian dari usaha promotif dan preventif.

Oleh sebab itu, pemenuhan akses ke fasilitas CTPS agar praktik CTPS dapat dilakukan secara baik dan benar oleh
setiap orang menjadi tanggung jawab negara. Praktik CTPS perlu dilakukan dimana saja, mengikuti mobilitas dan
kegiatan manusia, serta perlu dilakukan pada berbagai waktu penting untuk perlindungan kesehatan. Berdasarkan
hal tersebut, pemenuhan akses CTPS tidak hanya dilakukan di tatanan rumah tangga, melainkan di seluruh
tatanan manusia berkegiatan baik di sekolah (dan Madrasah), fasilitas kesehatan, maupun fasilitas umum.

3.2 TARGET
Visi di atas perlu diterjemahkan ke dalam target-target yang lebih jelas, spesifik, dapat diukur, realistis, relevan,
dan terikat waktu30. Keseluruhan target ini disusun sebagai target nasional yang disiapkan berdasarkan komitmen
pencapaian target di setiap provinsi.

3.2.1 PERIODE PENTAHAPAN


Sejalan dengan TPB, komitmen pencapain target CTPS untuk semua perlu dicapai pada tahun 2030. Namun,
pentahapan pencapaian target ini perlu disusun sejalan dengan periode pemerintahan sekarang, karena
menyangkut perencanaan strategis nasional. Secara konstitusional, periode kedua Pemerintahan Presiden Joko
Widodo akan berakhir pada akhir Oktober 2024. Sehigga RPJMN 2020-2024 juga akan berakhir di waktu yang
sama.

Berdasarkan hal itu, maka pentahapan pencapaian target CTPS disusun dalam dua periode RPJMN yaitu:

» Target 2020 - 2024


» Target 2025 - 2030

Sinkronisasi tahapan pencapaian target di Rencana Aksi dengan RPJMN penting dilakukan agar Rencana Aksi ini
memiliki periode perencanaan yang sama dengan dokumen perencanaan pemerintah lain sehingga memudahkan
adopsi ke dalam perencanaan formal nasional dan daerah yang berujung pada dukungan alokasi penganggaran
untuk CTPS. Proses penyusunan Rencana Aksi ini idealnya juga dilanjutkan di Pemerintah Daerah termasuk
sinkronisasinya dengan RPJMD. Momentum penting berkaitan dengan perencanaan strategis ini adalah pemilihan
umum presiden dan daerah secara serentak tahun 2024 sehingga RPJMN dan RPJMD seluruh provinsi dan
kabupaten/kota akan memiliki periode sama, yaitu 2025-2030.

Sesuai dengan visi untuk pemenuhan akses untuk semua dan dimana saja, maka target akses CTPS disiapkan
tidak hanya untuk rumah tangga namun juga untuk sekolah, madrasah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum.
Target nasional dihitung berdasarkan perhitungan target setiap provinsi, dengan mempertimbangkan setidaknya
simulasi berdasarkan dua skenarion, Business-as-Usual dan Percepatan. Skenario ketahanan iklim dilakukan saat
dilakukan perhitungan perkiraan biaya.

3.2.2 ASUMSI
Target nasional dihitung berdasarkan perhitungan target provinsi. Dua skenario disiapkan, yaitu skenario Business as
Usual (BAU), yang merupakan skenario berdasarkan data historis menggunakan regresi linear, dan skenario Percepatan
apabila tidak tercapai akses 100% di tahun 2030 berdasarkan skenario BAU. BAU didefinisikan sebagai pelaksanaan
kegiatan berdasarkan berbagai usaha yang telah ada saat ini tanpa perubahan prioritas kebijakan dan alokasi anggaran.

Mengingat ketentuan ini, skenario BAU hanya dapat disiapkan apabila terdapat set data historis yang mencukupi
untuk mendapatkan kecenderungan data. Dari keempat tatanan, hanya tatanan rumah tangga yang dapat disusun
skenario BAUnya. Tiga tatanan lain tidak memiliki skenario BAU karena data dasar berisi data tahun tunggal dan bukan
30 Mengacu pada penyusunan target berdasarkan metode SMART yaitu: Spesific, Measurable, Assignable, realistic, dan Time-related. Metode penetapan
target mengacu ke SMART muncul pertama kali bulan November 1981 dalam artikel berjudul “There’s a S.M.A.R.T. way to write management’s goals
and objectives” oleh George Doran, Arthur Miller, dan James Cunningham. Artikel tersebut tersedia di laman https://community.mis.temple.edu/mis-
0855002fall2015/files/2015/10/S.M.A.R.T-Way-Management-Review.pdf

36 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Gambar 3.1 Proyeksi akses nasional CTPS Indonesia untuk tatanan Rumah Tangga

sebuah seri data (untuk sekolah, madrasah, dan fasilitas Rincian perhitungan target per tahun untuk dua skenario
kesehatan) atau tidak ada ada data dasar (tatanan fasilitas tersebut dapat dilihat di tabel berikut.
umum). Selanjutnya, perhitungan ketahanan iklim (climate
Tabel 3 1 Perhitungan rinci proyeksi CTPS Indonesia untuk tatanan
resilience) dilakukan pada saat analisis biaya. rumah tangga

Grafik berikut menyajikan data akses nasional tatanan Tahun Sejarah BAU Percepatan
rumah tangga dan proyeksinya berdasarkan skenario BAU 2016 66,28% 66,28% 66,28%
dan percepatan. Tahun 2030, skenario BAU menyatakan
2017 78,30% 78,30% 78,30%
bahwa 97.5% rumah tangga memiliki fasilitas CTPS, yang
berarti masih ada gap 2,5% tanpa fasilitas CTPS untuk 2018 78,87% 78,87% 78,87%
memenuhi akses universal tahun 2030. Untuk menutup 2019 76,07% 76,07% 76,07%
gap tersebut, percepatan perlu dilakukan di nine (9) 2020 78,30% 78,03% 78,30%
provinsi.
2021 83,18% 83,18%
Serangkaian asumsi di bawah digunakan dapat 2022 86,35% 86,41%
perhitungan penetapan target CTPS:
2023 89,24% 89,60%
» Pertimbangan dasar dalam penyusunan target 2024 91,88% 92,71%
adalah data historis yang menjadi dasar skenario 2025 94,13% 95,32%
BAU,
2026 95,16% 96,65%
» Angka akses merupakan gambaran dari akses tahun
2027 96,16% 97,95%
sebelumnya, misalnya target yang ditetapkan di
tahun 2024 akan diukur di tahun 2025, 2028 96,77% 98,87%
» Akses dihitung menggunakan rumus jumlah unit 2029 97,14% 99,53%
yang memiliki fasilitas CTPS dalam suatu tatanan 3030 97,46% 100%
dibagi dengan jumlah total unit tatanan tersebut
dikalikan 100%,
» Perhitungan akses rumah tangga dan sekolah (serta Madrasah) sudah mempertimbangkan laju pertumbuhan
penduduk berdasarkan publikasi Bappenas, BPS, dan UNFPA. Untuk siswa sekolah dan madrasah,
diasumsikan terdapat laju pertumbuhan sebesar laju pertumbuhan penduduk, yaitu 1.25% per tahun sesuai
data BPS untuk laju pertumbuhan penduduk,
» Dengan mempertimbangkan definisi dari tingkat layanan CTPS serta standar minimum layanan yang
ditetapkan di bagian awal Rencana Aksi ini yaitu LAYANAN DASAR, maka penambahan akses baru dihitung
langsung sebagai Layanan Dasar. Khusus untuk sekolah dan Madrasah, perubahan akses dari layanan
terbatas menjadi layanan dasar dilakukan secara proporsional setiap tahun dengan target 100% layanan dasar
di tahun 2025,
» Berdasarkan hasil konsultasi subnasional dalam proses penyusunan Rencana Aksi ini, laju pertumbuhan akses
di beberapa provinsi telah disesuaikan (dinaikkan ataupun diturunkan dari BAU) untuk mencapai 100% tahun
2030 secara lebih realistis.

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 37
3.2.3 CONTOH PENETAPAN TARGET PROVINSI
Sebagaiman disebutkan sebelumnya, perhitungan target nasional dilakukan berdasarkan perhitungan di setiap
provinsi. Untuk menampilkan gambaran di tingkat provinsi, tiga provinsi dipilih untuk menggambarkan perhitungan
penetapan target ini. Tiga provinsi ini pula yang menjadi bagian kegiatan konsultasi daerah penyusunan Rencana
Aksi Nasional CTPS.

a. Pemerintah Aceh
Grafik berikut memberikan ilustrasi perubahan di tingkat subnasional (provinsi Aceh) dengan meningkatkan laju
pertumbuhan lebih besar dari angka BAUnya.

Gambar 3 2 Proyeksi akses CTPS untuk tatanan rumah tangga di Aceh

Gambar 3.2 Proyeksi akses CTPS untuk tatanan rumah tangga di Aceh

b. Nusa Tenggara Barat


Karena variasi data historis yang cukup besar, proyeksi BAU untuk Nusa Tenggara Barat dinilai tidak realistis.
Untuk itu, dalam penetapan target provinsi dilakukan penyesuaian laju pertumbuhan akses sebesar 50% dari BAU
agar didapatkan target yang realistis.

Gambar 3 3 Proyeksi akses CTPS tatanan rumah tangga di Nusa Tenggara Barat

38 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
© UNICEF/UN0630143/Al Asad

c. DI Yogyakarta
DI Yogyakarta merupakan contoh provinsi yang memiliki skenario BAU 100% tahun 2030. Skenario ini juga
dianggap cukup realistis tanpa perlu dilakukan penyesuaian target tahunan. Sehingga target BAU disepakati
sebagai target yang ditetapkan.

Gambar 3 4 Proyeksi akses CTPS tatanan rumah tangga di DI Yogyakarta

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 39
3.2.4 TARGET NASIONAL 2030
Tabel berikut memberikan target capaian CTPS yang terbagi atas dua periode RPJMN, yaitu periode
2020-2024 dan 2025-2030. Target ditetapkan untuk keempat tatanan, namun dengan memisahkan target
untuk sekolah dan Madrasah, karena perbedaan kementerian yang bertanggung jawab atas dua tatanan
tersebut.

Tabel 3.2 Target nasional CTPS untuk berbagai tatanan

Target Akses (%)


Tatanan
Layanan dasar Layanan terbatas Tidak ada layanan
RUMAH TANGGA
Baseline: 2020 78.3% 0% 0%
2020 – 2024 90% 2.5% 7.5%
2025 – 2030 100% 0% 0%
SEKOLAH
Baseline: 2020 40.7% 31.1% 28.2%
2020 – 2024 100% 0% 0%
2025 – 2030 100% 0% 0%
MADRASAH
Baseline: 2020 55.7% 5.2% 39.1%
2020 – 2024 100% 0% 0%
2025 – 2030 100% 0% 0%
FASILITAS KESEHATAN
Baseline: 2019 n/a 99.3% 0.7%
2020 – 2024 100% 0% 0%
2025 – 2030 100% 0% 0%
FASILITAS UMUM
Baseline: 2021 n/a n/a n/a
2020 – 2024 100% 0% 0%
2025 – 2030 100% 0% 0%

40 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
BAB 4

STRATEGI
IMPLEMENTASI

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 41
4.1 TANTANGAN
Tantangan peningkatan akses CTPS sebagaimana terdapat di Bab Analisis Situasi menjadi dasar bagi penyiapan
strategi implementasi CTPS di Indonesia. Tujuh tantangan CTPS yang merupakan faktor penting saat dilakukan
penyusunan strategi implementasi dari Rencana Aksi CTPS ini dapat dilihat di bawah ini:

1. COVID-19 dan potensi pandemi di masa datang menyebabkan perlunya menjaga praktik CTPS dan
menjadikannya budaya masyarakat

COVID-19 telah memperlihatkan pentingnya CTPS untuk perlindungan penyakit menular. Sebuah penelitian
di Indonesia31 mengindikasikan adanya peningkatan kesadaran atas CTPS karena pandemi yang merupakan
sinyalemen penting akan perubahan perilaku CTPS. Saat ini, sudah mulai disadari bahwa kita akan hidup
berdampingan dengan COVID-10 dalam waktu lama yang memerlukan adaptasi dalam perilaku hidup. Juga,
peningkatan risiko terjadinya pandemi di masa depan karena perubahan iklim telah meningkatkan kebutuhan akan
praktik kebersihan personal melalui CTPS.

2. Saat ini tidak terdapat forum diskusi formal untuk membahas CTSP. Mekanisme komunikasi
perlu secara bertahap diperkuat melalui pembentukan lembaga atau forum yang lebih formal agar
kesinambungan komunikasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan dapat terjaga

Sebuah unit khusus pada umumnya didirikan untuk memperkuat koordinasi pada program lintas kementerian
seperti halnya program CTPS. Adannya dasar/norma dalam pembentukan unit ini (sebagian besar dalam bentuk
surat keputusan pejabat senior kementerian) digunakan sebagai dasar perencanaan kegiatan, terutama yang
berkaitan dengan alokasi anggaran, dan sebagai dasar penugasan staf untuk melakukan koordinasi. Kepemimpinan
yang kuat dari kementerian utama, di lain pihak, dapat menjadi pendorong bagi terjadinya koordinasi yang lancar.
Model koordinasi ini telah diterapkan di salah satu program nasional untuk perubahan iklim. Sebagai langkah awal,
Kementerian Kesehatan memilih model komunikasi dan koordinasi yang kedua untuk diterapkan di program CTPS.

3. Selain penyediaan fasilitas CTPS, tantangan lain adalah mempertahankan layanan dan praktik CTPS
di semua tatanan. Hal ini terkait dengan fakta bahwa kegiatan pemeliharaan dan penggunaan bahan
habis pakai merupakan proporsi paling signifikan dari biaya unit CTPS per orang/tahun. Tidak adanya
pernyataan tentang CTPS dalam RPJMN 2020-2024 juga merupakan tantangan lain yang mempengaruhi
penyediaan fasilitas termasuk mempertahankan layanan

WHO dan UNICEF merekomendasikan agar fasilitas CTPS tersedia di semua tatanan untuk pencegahan
COVID-19, tidak hanya di rumah tangga. Pemerintah Indonesia telah mengadopsi kebijakan ini, dan berbagai
kementerian dan lembaga secara aktif menerapkannya sesuai kewenangan masing-masing meskipun masih
terbatas sebagai tindakan pencegahan Covid-19. Tantangan utamanya adalah memastikan keberlanjutan
layanan CTPS setelah fasilitas dibangun, terutama di fasilitas umum. Mempertahankan penyediaan layanan
CTPS di fasilitas umum sangat tergantung pada lembaga yang bertanggung jawab dalam pengoperasikan dan
pemeliharaan fasilitas.

4. Meski Undang-Undang tentang Kesehatan telah mengamanatkan anggaran alokasi kesehatan yang
cukup (5 persen dari ABPN dan 10 persen dari APBD), sebagian besar ditujukan untuk langkah-langkah
kuratif. Anggaran preventif tetap kurang, terutama untuk kegiatan CTPS yang tidak memiliki kode
anggaran khusus. Selain itu, ada kekhawatiran tentang sumber daya pemerintah pusat yang terbatas
untuk CTPS, termasuk potensi konflik dengan kegiatan preventif lainnya

Karena CTPS adalah urusan bersama (konkuren), pemerintah pusat juga harus berperan mengembangkan sektor
ini untuk mencapai tujuan TPB tentang akses universal ke CTPS. Namun, secara umum diakui bahwa pemerintah
pusat memiliki sumber daya yang terbatas dari APBN untuk mendukung 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota
di Indonesia. Selain itu, sektor ini harus bersaing dengan langkah-langkah promotif dan preventif lainnya untuk
mendapatkan bagian dari anggaran kesehatan yang tersedia.

5. Tidak ada data CTPS yang terkonsolidasi dari semua tatanan di Indonesia. Kementerian/lembaga
yang berbeda memantau CTPS di setiap tatanan menggunakan sistem dan metode yang berbeda dan
tidak terkait satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan kurangnya data CTPS yang konsisten dan andal,
terutama dalam tatanan non-rumah tangga

31 Dwipayanti NMU, Lubis DS and Harjana NPA (2021) Public Perception and Hand Hygiene Behavior During COVID-19 Pandemic in Indonesia. Dapat diakses
melalui laman https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34055709/

42 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Ketersediaan data, termasuk kemudahan untuk diakses secara bebas dan mudah oleh masyarakat, merupakan
kunci pengembangan akuntabilitas dan transparansi sektor ini. Perencanaan yang baik hanya dapat disiapkan
dengan ketersediaan dan kualitas data yang baik. Kebijakan berbasis data diyakini sebagai pendekatan terbaik
(setidaknya sampai saat ini) untuk memastikan efektivitas pembangunan, termasuk tentunya untuk sektor CTPS.

Pemantauan dan pengelolaan data yang baik memiliki kecenderungan meningkatkan keberlanjutan intervensi
kesehatan.32 Berkaitan dengan hal ini, CTPS masih memiliki kekurangan dalam penyediaan data yang
komprehensif, lengkap dan dipercaya, terutama untuk tatanan fasilitas umum.

6. Proporsi biaya CTPS tertinggi adalah rehabilitasi dan bahan habis pakai. Biaya-biaya ini, seperti
dalam program air minum dan sanitasi lainnya, ditanggung oleh pengguna atau masyarakat. Dengan
kata lain, pengguna atau masyarakat adalah sumber pendanaan utama untuk CTPS. Penduduk yang
hidup di bawah garis kemiskinan (sedikit di atas 10 persen pada tahun 2021) memiliki risiko tidak
memiliki akses CTPS karena kendala keuangan di rumah tangga mereka

Ketersediaan pendanaan merupakan salah satu aspek penting berkaitan dengan penciptakan lingkungan
yang kondusif. Dan sektor ini memiliki keunikan karena biaya terbesar CTPS adalah biaya untuk operasi dan
pemeliharaan tahunan dan biaya untuk bahan habis pakai (sabun dan air). Dan seperti yang terjadi di sektor air
dan sanitasi lain, pengguna atau masyarakat adalah yang menerima beban untuk mendanai biaya operasi dan
pemeliharaan serta bahan habis pakai.

7. Indonesia terkenal karena berada di daerah cincin api (ring of fire), yang berarti rawan bencana alam.
Dan, ketika suhu bumi naik mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, meningkatkan risiko terjadinya
bencana alam, menambah risiko bencana alam Indonesia yang sudah tinggi

Perubahan iklim berkontribusi tinggi terhadap peningkatan risiko bencana alam. Dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, tiga tahap penanggulangan bencana telah diadopsi Indonesia, yaitu prabencana,
tanggap darurat, dan pascabencana. Kesadaran atas risiko bencana serta ketahanan iklim merupakan hal penting
dalam setiap penyiapan dokumen perencanaan strategis, termasuk dalam penyiapan Rencana Aksi ini.

4.2 STRATEGI PENCAPAIAN SERATUS PERSEN AKSES


Data historis BPS mengindikasikan kecenderungan positif pencapaian 100 persen akses tahun 2030. Salah satu
isu strategis di atas menyebutkan bahwa masyarakat adalah kontributor CTPS terbesar. Sehingga, selama tidak
ada perubahan besar yang mempengaruhi kemampuan ekonomi dan belanja rumah tangga, proyeksi tersebut
kemungkinan besar dapat dicapai. Dan karena pendorong utamanya adalah belanja rumah tangga, lebih dari
10 persen penduduk miskin, yang tercatat BPS di awal 2021, akan menjadi tantangan dalam pencapaian akses
universal CTPS. Perlu rumusan strategi yang memberi dukungan nyata terhadap penduduk miskin agar tidak ada
yang tertinggal dalam pemenuhan akses CTPS di Indonesia.

Dan sebagai respon atas tujuh tantangan di atas, dua puluh strategi dari berbagai perspektif dirumuskan. Struktur
penulisan strategi ini tidak secara langsung disusun berdasarkan tiga komponen strategi STBM, namun ketiganya
menjadi pertimbangan dasar dalam proses identifikasi dan perumusan strategi. Struktur penulisan strategi lebih
ditujukkan untuk memperlihatkan kaitan antara strategi yang dirumuskan dalam upaya menjawab setiap tantangan
yang ada.

Agar lebih jelas dari sisi pelaksanaan, kementerian/lembaga pengampu utama ditetapkan untuk setiap strategi.
Kementerian/lembaga pengampu utama tidak berarti menjadi pelaksana tunggal dari strategi tersebut, namun
berfungsi sebagai koordinator apabila melibatkan kementerian/lembaga lainnya. Penetapan kementerian/lembaga
pengampu utama juga memberikan indikasi mengenai pengalokasikan anggaran (terbesar) dari pelaksanaan
strategi terkait.

Tabel berikut disiapkan untuk menyajikan tantangan dan strategi agar dapat menunjukkan keterkaitan secara jelas
antar keduanya.

32 Milat, A.J., Bauman, A. & Redman, S., 2015, Narrative review of models and success factors for scaling up public health interventions. Dalam diakses
melalui laman https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26264351/

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 43
Tabel 4-1 Strategi untuk setiap tantangan CTPS yang teridentifikasi

Kementerian/
No Tantangan Strategi
lembaga utama*
1 COVID-19 dan potensi pandemi 1. Kontekstualisasi berkelanjutan pesan Kemenkes
di masa datang menyebabkan CTPS agar sesuai dengan kondisi terkini
perlunya menjaga praktik CTPS dan 2. Memperkaya bauran kanal Kemenkes
menjadikannya budaya masyarakat komunikasi untuk meningkatkan
efektivitas penyampaian pesan
3. Mendorong siswa sebagai agen Kemenkes
perubahan CTPS tidak hanya di
sekolah namun juga di rumah
4. Pelibatan Pemberdayaan Kemenkes
Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk
perubahan perilaku keluarga
2 Saat ini tidak terdapat forum diskusi 5. Pembentukan mekanisme koordinasi Kemenkes
formal untuk membahas CTSP. rutin lintas kementerian/lembaga
Mekanisme komunikasi perlu untuk membahas CTPS
secara bertahap diperkuat melalui 6. Pengembangan forum koordinasi Bappenas
pembentukan lembaga atau forum CTPS di daerah memanfaatkan
yang lebih formal agar kesinambungan forum yang telah ada
komunikasi dan koordinasi antar
pemangku kepentingan dapat terjaga
3 Selain penyediaan fasilitas 7. Memperkuat kerangka pengaturan Kemenkes
CTPS, tantangan lain adalah CTPS berkaitan dengan
mempertahankan layanan dan praktik keberlanjutan layanan, perbaikan
CTPS di semua tatanan. Hal ini tingkat layanan, serta pemenuhan
terkait dengan fakta bahwa kegiatan akses untuk semua
pemeliharaan dan penggunaan bahan 8. Memperkuat ekosistem penyedia Kemenkes
habis pakai merupakan proporsi fasilitas CTPS sehingga dapat
paling signifikan dari biaya unit CTPS menjamin ketersediaannya secara
per orang / tahun. Tidak adanya luas dengan harga terjangkau
pernyataan tentang CTPS dalam
9. Percepatan perbaikan kualitas Berbagai
RPJMN 2020-2024 juga merupakan
layanan dan penyediaan fasilitas kementerian
tantangan lain yang mempengaruhi
CTPS di berbagai tatanan
penyediaan fasilitas termasuk
mempertahankan layanan 10. Pengembangan mekanisme insentif Kemendagri
untuk pemerintah daerah terkait
pemenuhan akses CTPS di berbagai
tatanan
11. Memasukkan keberadaan, Berbagai
keberfungsian penuh fasilitas, kementerian
serta perilaku CTPS sebagai bagian
standar layanan fasilitas umum
4 Meski Undang-Undang tentang 12. Penyediaan dukungan pemerintah Kemenkes
Kesehatan telah mengamanatkan pusat secara selektif berdasarkan
anggaran alokasi kesehatan yang cukup tingkat prioritas daerah
(5 persen dari ABPN dan 10 persen dari 13. Mendorong pembelajaran horizontal Kemenkes
APBD), sebagian besar ditujukan untuk antar daerah
langkah-langkah kuratif. Anggaran
preventif tetap kurang, terutama untuk
kegiatan CTPS yang tidak memiliki
kode anggaran khusus. Selain itu, ada
kekhawatiran tentang sumber daya
pemerintah pusat yang terbatas untuk
CTPS, termasuk potensi konflik dengan
kegiatan preventif lainnya

44 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
5 Tidak ada data CTPS yang 14. Sinkronisasi sistem dan kegiatan Kemenkes
terkonsolidasi dari semua tatanan pemantauan CTPS di berbagai
di Indonesia. Kementerian/lembaga kementerian/lembaga
yang berbeda memantau HWWS di 15. Pendirian sekretariat nasional sistem Kemenkes
setiap tatanan menggunakan sistem pemantuan dan evaluasi CTPS
dan metode yang berbeda dan tidak nasional
terkait satu sama lain. Kondisi ini
16. Meningkatkan pemahaman atas Kemenkes
menyebabkan kurangnya data CTPS
dampak internvensi CTPS sebagai
yang konsisten dan andal, terutama
bagian pengembangan kebijakan
dalam tatanan non-rumah tangga
berbasis data (evidence-based
policy)
6 Proporsi biaya CTPS tertinggi adalah 17. Memperkaya bauran pendanaan Kemenkes
rehabilitasi dan bahan habis pakai. dari sumber-sumber alternatif non-
Biaya-biaya ini, seperti program air pemerintah
dan sanitasi lainnya, ditanggung oleh 18. Pengembangan dukungan Kemenkes
pengguna atau masyarakat. Dengan pendanaan untuk masyarakat miskin
kata lain, pengguna atau masyarakat
adalah sumber pendanaan utama
untuk CTPS. Penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan (sedikit di atas
10 persen pada tahun 2021) memiliki
risiko tidak memiliki akses CTPS
karena kendala keuangan di rumah
tangga mereka
7 Indonesia terkenal karena berada 19. Mengalokasikan anggaran yang BNPB
di daerah cincin api (ring of fire), mencukupi untuk kegiatan
yang berarti rawan bencana ketahanan iklim dan tanggap darurat
alam. Dan, ketika suhu bumi naik berkaitan dengan CTPS
mengakibatkan terjadinya perubahan 20. Memastikan pertimbangan BNPB
iklim, meningkatkan risiko terjadinya akses CTPS di seluruh tahapan
bencana alam, menambah risiko penyelenggaran penanggulangan
bencana alam Indonesia yang sudah bencana
tinggi

Penjelasan rinci untuk masing-masing strategi implementasi disampaikan di bawah ini.

TANTANGAN 1:
COVID-19 dan potensi pandemi di masa datang menyebabkan perlunya menjaga praktik CTPS dan
menjadikannya budaya masyarakat
Strategi 1.1:
Kontekstualisasi berkelanjutan pesan CTPS agar sesuai dengan kondisi terkini

Pandemi COVID-19 telah memperlihatkan secara jelas pentingnya melihat kembali dan merumuskan ulang pesan
CTPS. Kementerian Kesehatan telah memulainya dengan mengenalkan waktu-waktu penting CTPS baru yang
mempertimbangkan upaya pencegahan COVID-19 sebagaimana terdapat dalam Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun
(2020). Proses ini perlu terus dilakukan secara berkala agar pesan CTPS dapat tetap relevan dengan kondisi yang
ada.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 45
Strategi 1.2:
Memperkaya bauran kanal komunikasi untuk meningkatkan efektivitas penyampaian pesan

Cara berkomunikasi mengalami perubahan dalam dekade terakhir karena keberadaan berbagai kanal digital.
Pemanfaatan beragam kanal komunikasi akan meningkatkan efektivitas penyampaikan pesan CTPS. Kementerian
Komunikasi dan Informatika memainkan peran penting dalam diseminasi pesan CTPS melalui berbagai kanal dan
media, baik yang bersifat daring maupun luring. Meski demikian, sebagaimana yang dijelaskan di dalam analisis
situasi, Kementerian Kesehatan juga memiliki modalitas kuat dalam diseminasi pesan CTPS melalui berbagai
platform digital yang dimiliki.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Komunikasi dan Informatika

Strategi 1.3:
Mendorong siswa sebagai agen perubahan CTPS tidak hanya di sekolah namun juga di rumah

Unit Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) telah dipilih melalui Surat Keputusan Bersama 4 Menteri33 sebagai
platform tunggal untuk mencipakan lingkuang yang sehat di sekolah (termasuk Madrasah). Dengan jumlah siswa
lebih dari 54 juta di tahun 2019, atau setara 1/5 dari total penduduk, hal ini menjadi modal kuat perubahan perilaku
CTPS di masyarakat.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 1.4:
Pelibatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk perubahan perilaku keluarga

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya di Bab 2, pelibatan ibu sebagai pengasuh utama akan meningkatkan
keberlanjutan praktik CTPS. Hal inilah yang mendorong pentingnya PKK dilibatkan di dalam setiap upaya
perubahan perilaku, tidak terkecuali untuk perilaku CTPS. Selain itu, karena ketua tim penggerak PKK daerah
dijabat oleh istri kepala daerah, maka diharapkan terdapat dukungan politik kuat untuk pelaksanaan strategi ini
melalui gerakan PKK.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Dalam Negeri

TANTANGAN 2:
Saat ini tidak terdapat forum diskusi formal untuk membahas CTSP. Mekanisme komunikasi perlu secara
bertahap diperkuat melalui pembentukan lembaga atau forum yang lebih formal agar kesinambungan
komunikasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan dapat terjaga
Strategi 2.1:
Pembentukan mekanisme koordinasi rutin lintas kementerian/lembaga untuk membahas CTPS

Koordinasi rutin diperlukan agar Rencana Aksi dapat diterapkan secara efektif. Di dalam rapat koordinasi ini
dibahas mengenai tantangan, pembelajaran, dan potensi kolaborasi antar kementerian/lembaga untuk percepatan
peningkatan layanan. Indonesia telah memperolah banyak pembelajaran untuk melakukan koordinasi antar
kementerian/lembaga melalui pembentukan kelompok kerja (Pokja). Meski belum ada rencana pembentukannya,
pengembangan unit semacam itu untuk CTPS perlu dipelajari lebih lanjut sebagai bagian dari upaya penguatan
bertahap mekanisme koordinasi.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

33 Surat Keputusan Bersama (SKB) ini ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Neg-
eri tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah. Salinan SKB ini dapat dilihat di laman https://simpuh.kemenag.
go.id/regulasi/pb4menteri_2014.pdf

46 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Strategi 2.2:
Pengembangan forum koordinasi CTPS di daerah memanfaatkan forum yang telah ada

Sebagai urusan konkuren, CTPS harus dilakukan bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah (provinsi
dan kabupaten/kota). Koordinasi efektif di tingkat pemerintah daerah juga menjadi aspek penting keberhasilan
pembangunan CTPS termasuk ruang pembahasan khusus terkait isu CTPS di dalam forum koordinasi di daerah.
Demi efektivitas kelembagaan, pembentukan lembaga baru tidak diperlukan. Pemerintah daerah didorong untuk
memanfaatkan berbagai lembaga adhoc (dalam bentuk Pokja) yang ada sebagai forum untuk mendiskusikan CTPS.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Bappenas

TANTANGAN 3:
Selain penyediaan fasilitas CTPS, tantangan lain adalah mempertahankan layanan dan praktik CTPS
di semua tatanan. Hal ini terkait dengan fakta bahwa kegiatan pemeliharaan dan bahan habis pakai
merupakan proporsi paling signifikan dari biaya unit CTPS per orang / tahun. Tidak adanya pernyataan
tentang CTPS dalam RPJMN 2020-2024 juga merupakan tantangan lain yang mempengaruhi penyediaan
fasilitas termasuk mempertahankan layanan
Strategi 3.1:
Memperkuat kerangka pengaturan CTPS berkaitan dengan keberlanjutan layanan, perbaikan tingkat
layanan, serta pemenuhan akses untuk semua

Meski COVID-19 memberikan dampak positif dalam penguatan kerangka pengaturan CTPS di Indonesia melalui
penerbitan berbagai kebijakan setingkat menteri, keberlanjutannya selepas pandemi perlu menjadi perhatian.
Hal ini karena kebijakan CTPS merupakan kebijakan khusus dan terbatas sebagai respon COVID-19 yang bersifat
temporer. Berbagai kebijakan ini perlu dilembagakan ke dalam norma yang lebih umum dan tidak hanya terkait
COVID-19. Memasukkan aspek CTPS ke dalam pengaturan sektor lainnya (perumahan, air bersih, dan sanitasi)
dapat menjadi salah satu jalan penguatan kerangka pengaturan ini.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 3.2:
Memperkuat ekosistem penyedia fasilitas CTPS sehingga dapat menjamin ketersediaannya secara luas
dengan harga terjangkau

Fasilitas CTPS (termasuk sabun) perlu tersedia secara luas di pasar dengan harga terjangkau meski bervariasi
tergantung jenisnya. Pasar juga perlu menyediakan fasilitas CTPS yang inklusif disabilitas, fasilitas untuk anak,
remaja, dan dewasa, serta fasilitasi yang berketahanan iklim (misalnya penggunaan kran hemat air). Di dalam
strategi ini juga termasuk bagaimana usaha untuk merangsang keterlibatan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) dalam penyediaan fasilitas CTPS di pasar.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 3.3:
Percepatan perbaikan kualitas layanan dan penyediaan fasilitas CTPS di berbagai tatanan

JMP menggunakan kepemilikan fasilitas CTPS sebagai pendekatan atau proxy mengukur perilaku CTPS.
Sehingga, akses hanya dapat dihitung pada saat fasilitas sudah terbangun dan beroperasi. Perbaikan tingkat
layanan dari layanan terbatas menjadi layanan dasar adalah “low hanging fruit”34 dalam strategi ini, karena tidak
adanya investasi yang diperlukan.
34 Ketika menerapkan metafora ini untuk bisnis, prinsip ini mengacu pada pemikiran bahwa bisnis harus memfokuskan upaya mereka pada tujuan yang paling
mudah dicapai yang mengarah pada hasil tercepat dan paling matang. Merupakan terjemahan bebas dari “When applying this metaphor to business, the
low-hanging fruit principle refers to the thinking that businesses should focus their efforts on the most easily attainable goals which lead to the quickest and
most ripe results.”. Secara lebih dapat dilihat di laman https://www.linkedin.com/pulse/lower-tree-understanding-low-hanging-fruit-principle-business-yoon/

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 47
Strategi ini juga termasuk pemastian keberlangsungan operasi dan pemeliharaan fasilitas, karena faktor utama
keberlanjutan layanan CTPS adalah keberadaan air dan sabun.

Kementerian/lembaga pengampu utama: berbagai kementerian berikut

» Rumah tangga : Kementerian Kesehatan


» Fasilitas kesehatan : Kementerian Kesehatan
Kotak 1
» Destinasi wisata : Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif DANA INSENTIF
»
»
Simpul transportasi : Kementerian Perhubungan
Pasar tradisional : Kementerian Perdagangan
DAERAH/DID
» Sekolah : Kementerian Pendidikan, Untuk mendukung pencapaian kinerja, pemerintah
Kebudayaan, Riset, dan pusat memberikan stimulant berupa DID. Tujuan
Teknologi dari instrumen fiskal ini adalah menyediakan
» Madrasah : Kementerian Agama insentif untuk peningkatan kualitas pengelolaan
keuangan daerah, layanan dasar, dan pengentasan
» Fasilitas umum lain : Kementerian Pekerjaan
kemiskinan. Pemerintah daerah yang memenuhi
Umum dan Perumahan Rakyat
berbagai indikator kinerja yang dipersyaratkan,
akan menerim DID. Indikator kinerja ini meliputi
Strategi 3.4: kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan
Pengembangan mekanisme insentif bagi daerah, layanan dasar di bidang pendidikan,
pemerintah daerah terkait pemenuhan akses kesehatan, sanitasi layak, air minum layak, stunting,
CTPS di berbagai tatanan pelayanan umum pemerintahan, kesejahteraan
sosial, pengelolaan sampah, peningkatan ekspor,
Sebagian besar tatanan CTPS berada di bawah peningkatan investasi, pembiayaan kreatif, belanja
tanggung jawab pemerintah daerah (baik provinsi wajib, dan kepatuhan dalam ketepatan waktu
maupun kabupaten/kota), semisal rumah tangga, pelaporan. CTPS tidak termasuk indikator kinerja
simpul transportasi, pasar tradisional, sekolah, dan DID sejauh ini.
fasilitas umum lainnya). Menyediakan insentif kepada
Sumber: Kementerian Keuangan (https://djpk.kemenkeu.go.id//wp-
pemerintah daerah atas capaian pemenuhan akses content/uploads/2021/01/Kebijakan-Dana-Insentif-Daerah-2021.pdf)
CTPS di wilayahnya diyakini dapat meningkatkan
perhatian pemerintah daerah ke sektor ini.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian


Dalam Negeri

Strategi 3.5:
Memasukkan keberadaan, keberfungsian penuh fasilitas, serta perilaku CTPS sebagai bagian standar
layanan fasilitas umum

Saat ini, standar layanan fasilitas publik (terminal dan pasar tradisional) telah memasukkan ketersediaan fasilitas
CTPS sebagai bagian dari ketentuannya. Penambahan indikator keberfungsian penuh (yang berarti memasukkan
indikator ketersediaan air dan sabun) serta aspek kepatuhan perilaku CTPS sebagai bagian dari standar layanan
akan meningkatkan akses CTPS serta memberikan kejelasan tugas pengelola fasilitas umum untuk menyediakan
air dan sabun serta melakukan upaya penegakan dan pemantauan kepatuhan CTPS.

Kementerian/lembaga pengampu utama: berbagai kementerian terkait fasilitas umum

» Destinasi wisata : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif


» Simpul transportasi : Kementerian Perhubungan
» Pasar tradisional : Kementerian Perdagangan
» Fasilitas umum lain : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

48 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
TANTANGAN 4:
Meski Undang-Undang tentang Kesehatan telah mengamanatkan anggaran alokasi kesehatan yang cukup
(5 persen dari ABPN dan 10 persen dari APBD), sebagian besar dikhususkan untuk langkah-langkah kuratif.
Anggaran preventif tetap kurang, terutama untuk kegiatan CTPS yang tidak memiliki kode anggaran khusus.
Selain itu, ada kekhawatiran tentang sumber daya pemerintah pusat yang terbatas untuk CTPS, termasuk
potensi konflik dengan kegiatan preventif lainnya
Strategi 4.1:
Penyediaan dukungan pemerintah pusat secara selektif berdasarkan tingkat prioritas daerah

Keterbatasan sumber daya pemerintah pusat membuat mekanisme prioritasi pemberian dukungan perlu
dikembangkan. Prioritasi ini dapat dikembangkan berdasarkan kriteria yang dipantau secara rutin melalui sistem
pemantauan CTPS, misal capaian akses dibandingkan target akses. Prioritasi ini juga mendorong efektivitas
dukungan karena sumber daya berbagai lembaga dapat digabungkan untuk mempercepat pembangunan CTPS di
provinsi dan kabupaten/kota prioritas

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 4.2:
Mendorong pembelajaran horizontal antar daerah

Peer learning merupakan sarana pembelajaran yang efektif melalui berbagi kisah sukses maupun cerita kegagalan
dalam program pembangunan CTPS. Pendekatan ini juga dipercaya memberikan dorongan motivasi yang kuat
untuk mengikuti jalur kesuksesan suatu daerah dan menghindari kesalahan atau kegagalan dari koleganya. Di bahwa
Asosisasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI), pembelajaran horizontal terkait air dan sanitasi secara regular
diadakan. Isu mengenai CTPS dapat diangkat menjadi tema pembelajaran dari event AKKOPSI tersebut.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

TANTANGAN 5:
Tidak ada data CTPS yang terkonsolidasi dari semua tatanan di Indonesia. Kementerian/lembaga yang berbeda
memantau CTPS di setiap tatanan menggunakan sistem dan metode yang berbeda dan tidak terkait satu sama
lain. Kondisi ini menyebabkan kurangnya data CTPS yang konsisten dan andal, terutama tatanan non-rumah tangga

Strategi 5.1:
Sinkronisasi sistem dan kegiatan pemantauan di berbagai kementerian/lembaga

Saat ini, berbagai kementerian/lembaga memiliki dan melakukan sistem pemantauan CTPS tersendiri untuk setiap
tatanan. BPS menjadi lembaga resmi yang melakukan pemantauan untuk akses CTPS di tatanan rumah tangga,
sedangkan untuk sekolah dan Madrasah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
dan Kementerian Agama. Pemantauan fasilitas CTPS di simpul dan moda transportasi menjadi tanggung jawab
Kementerian Transportasi dan Kementerian Perdagangan untuk pasar tradisional. Pemantauan di fasilitas kesehatan
menjadi ranahnya Kementerian Kesehatan.

Agar dapat dihasilkan pemantauan seluruh tatanan yang terkonsolidasi, perlu sinkronisasi berbagai sistem yang
telah ada. Tentu tidak harus menciptakan sistem nasional CTPS terpusat yang baru, namun lebih pada penyiapan
dashboard pemantauan (atau pengembangan dari dashboard yang telah ada, misalnya dashboard TPB) bersumber
pada sistem pemantauan kementerian/lembaga yang telah terbentuk, agar masyarakat dapat mengakses data
CPTS secara reguler, bebas, dan mudah.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 49
Strategi 5.2:
Pendirian sekretariat nasional sistem pemantuan dan evaluasi CTPS nasional

Keberadaan sekretariat yang dilengkapi ruang kantor, staf, dan dana operasional tahunan yang memadai diperlukan
agar kegiatan pemantuan dan evaluasi CTPS dapat dijalankan. Untuk efektivitas kelembagaan, fungsi dan tugas
sekretariat nasional ini dapat dilekatkan pada salah satu bidang atau sub-direktorat di kementerian/lembaga
pengampu yang sama, yaitu Kementerian Kesehatan.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 5.3: Meningkatkan pemahaman atas dampak intervensi CTPS sebagai bagian pengembangan kebijakan
berbasis data (evidence-based policy).

Kemampuan menyediakan berbagai bukti yang meyakinkan adalah faktor penting dalam upaya perubahan perilaku,
yang telah menjadi bagian penting dalam upaya pemicuan di pendekatan STBM. Pemahaman atas dampak ini juga
menjadi sarana penting dalam justifikasi penyusunan berbagai kebijakan, termasuk di dalamnya adalah kebijakan
anggaran.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

TANTANGAN 6:
Proporsi biaya CTPS tertinggi adalah rehabilitasi dan bahan habis pakai. Biaya-biaya ini, seperti program
air dan sanitasi lainnya, ditanggung oleh pengguna atau masyarakat. Dengan kata lain, pengguna atau
masyarakat adalah sumber pendanaan utama untuk CTPS. Penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
(sedikit di atas 10 persen pada tahun 2021) memiliki risiko tidak memiliki akses CTPS karena kendala
keuangan di rumah tangga mereka
Strategi 6.1:
Memperkaya bauran pendanaan dari sumber-sumber alternatif non-pemerintah

Sebagaimana diindikasikan di Bab 2 tentang Analisis Situasi CTPS, anggaran promotif dan preventif berkisar 13%
dari total anggaran kesehatan nasional. Tentu saja, CTPS hanya salah satu kegiatan yang memanfaatkan alokasi
anggaran promotif preventif ini. Upaya mengidentifikasi berbagai sumber pendanaan alternatif untuk CTPS menjadi
penting dilakukan agar dapat mengisi gap pendanaan, disamping mengoptimalkan sumber pendanaan alternatif
yang sudah banyak diakses saat ini yaitu dari sektor swasta berupa CSR dan dana sosial keagamaan (contohnya
adalah BAZNAS).

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 6.2:
Pengembangan dukungan pendanaan untuk masyarakat miskin

BPS mencatat penduduk miskin di bulan Maret 2021 lebih dari 10% dengan mengacu pada garis kemiskinan
sebesar Rp472.525,00/orang/bulan (atau Rp2.121.637,00/rumah tangga/bulan)35. Dengan struktur biaya CTPS
yang sebagain besarnya menjadi tanggung jawab pengguna (atau rumah tangga), dukungan dari pemerintah agar
rumah tangga miskin dapat memiliki akses untuk menjalankan praktik CTPS menjadi penting. Dukungan ini dapat
dilekatkan pada berbagai program pengentasan kemiskinan sektor lain, misalnya sektor perumahan, air minum dan
sanitasi.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Bappenas

35 https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/07/15/1843/persentase-penduduk-miskin-maret-2021-turun-menjadi-10-14-persen.html

50 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
TANTANGAN 7:
Indonesia terkenal karena berada di daerah cincin api (ring of fire), yang berarti rawan bencana alam. Dan,
ketika suhu bumi naik mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, meningkatkan risiko terjadinya bencana
alam, menambah risiko bencana alam Indonesia yang sudah tinggi.
Strategi 7.1:
Mengalokasikan anggaran yang mencukupi untuk kegiatan ketahanan iklim dan tanggap darurat
berkaitan dengan CTPS

Peningkatan risiko bencana harus dimitagasi semenjak tahapan perencanaan, baik perencanaan teknis maupun
anggaran. Alokasi anggaran fasilitas CTPS masa tanggap darurat penting dialokasikan sebagai bagian perencanaan
berketahanan iklim untuk CTPS. Alokasi anggaran CTPS untuk tanggap darurat tidak masuk di dalam ruang lingkup
Rencana Aksi ini namun akan menjadi bagian dari upaya penyusunan perencanaan anggaran umum untuk air
minum dan sanitasi saat kondisi darurat.

Kementerian/lembaga pengampu utama: Kementerian Kesehatan

Strategi 7.2:
Memastikan pertimbangan akses CTPS di seluruh tahapan penyelenggaran penanggulangan bencana

Ketersediaan dan keberfungsian secara penuh fasilitas CTPS perlu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
seluruh panduan atau prosedur penanggulangan bencana. Contohnya adalah ketersediaan dan keberfungsian
fasilitas CTPS di hunian sementara yang inklusif (ramah disabilitas dan kebutuhan anak, remaja, dan dewasa baik
perempuan maupun laki-laki).

Kementerian/lembaga pengampu utama: BNPB

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 51
52 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN
BAB 5

MILESTONE
IMPLEMENTASI

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 53
5.1 PENDAHULUAN
Sebuah milestone, mengacu Kamus Cambridge, berarti sebuah tonggak peristiwa dalam perkembangan atau
sejarah sesuatu atau kehidupan seseorang. Sebagai penanda dari peristiwa penting dan bersejarah, milestone
pada umumnya dikaitkan dengan upaya kegiatan pemantauan dan evaluasi. Dan sudah diterima sebagai sebuah
praktik umum, evaluasi atas sebuah rencana strategis dilakukan setelah pencapaian dari milestone tertentu.

Bab ini ditulis untuk menjelaskan mengenai berbagai milestone di dalam upaya pencapaian akses universal CTPS
di Indonesia hingga tahun 2030. Periode RPJMN digunakan sebagai kerangka waktu pencapaian milestone agar
sejalan dengan periode perencanaan dan penganggaran pemerintah. Gambar di bawah ini menunjukkan berbagai
peristiwa penting dalam perencanaan pemerintah hingga 2030.

Berakhirnya Berakhirnya Berakhirnya


Pemilu RPJMN RPJMN RPJMN TPB
2024 2020-2024 2005-2025 2025-2029

OCT OCT
2024 2025 2030
2024 2029

Pemilu RPJP Baru


Serentak
Pertama
RPJMN dan RPJMD

Gambar 5 1 Linimasa peristiwa politik utama dan kegiatan perencanaan di Indonesia hingga 2030

Penting untuk menjadi catatan bahwa Rencana Aksi ini akan meliputi dua periode RPJMN atau dua periode
presiden, dari periode saat ini di 2020-2024 hingga periode setelah Pemilu 2024. Namun, sebagaimana sudah
disampaikan sebelumnya, perencanan strategis nasional dan daerah akan tersinkronisasi melalui hasil Pemilu
serentak 2024. Sehingga, khusus untuk CTPS, Rencana Aksi ini dapat menjadi masukan dan referensi bagi
penyusunan rencana strategi pemerintah pusat dan daerah hasil Pemilu serentak 2024.

Milestone penting lain yang dapat menjadi sarana advokasi CTPS adalah berakhirnya Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) di tahun 2025. Dengan berakhirnya RPJPN tersebut maka perlu disusun
rencana jangka panjang (20 tahun) yang baru akan akan menjadi acuan bagi RPJMN berikutnya. Sehingga, hal ini
menjadi sarana penting untuk memastikan CTPS dapat menjadi agenda explisit RPJPN berikutnya.

5.2 MILESTONE IMPLEMENTASI


Secara umum, terdapat empat milestone dalam upaya pencapaian 100% akses di tahun 2030. Keempat
milestone ini selanjutnya akan diperinci menjadi beberapa sub-milestone yang digunakan sebagai dasar evaluasi
Rencana Aksi ini. Gambar di bawah ini mengilustrasikan keempat milestone yang dimaksud.

M1 M2 M3 M4
2022/2023 2023/2024 2024/2025 2025-2023
Memperkuat Bergerak bersama Penyusunan Mempercepat
fondasi CTPS antara pusat dan kebijakan berbasis capaian akses
daerah data untuk
membudayakan
CTPS

Gambar 5.2 Empat milestone untuk mencapai 100% akses tahun 2030

54 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Penjelasan rinci untuk setiap milestone disajikan di bawah ini. Setiap milestone berisi sub-milestone yang menjadi
penanda penting pencapaian milestone terkait.

M1
MILESTONE 1: MEMPERKUAT FONDASI CTPS, 2022/2023
Milestone pertama berkaitan dengan penguatan fondasi CTPS agar menjadi praktik yang membudaya tidak
hanya saat pandemi COVID-19. Tiga kegiatan utama yang terkait dan menjadi sub-milestone dari Milestone
1 berkaitan dengan penyempurnaan akuntabilitas dan pengelolaan data, memperkuat koordinasi CTPS, dan
mengarusutamakan CTPS dalam berbagai program lainnya

M1.1. Sinkronisasi data


Pencapaian sub-milestone ini penting agar akuntabilitas data CTPS dapat terjadi di Indonesia. Hal ini juga
menjadi indikator keberhasilan koordinasi antar kementerian/lembaga terkait CTPS. Agar sub-milestone ini
dapat dijalankan, perlu penugasan kepada sebuah lembaga khusus, yang disebut sekretariat nasional sistem
pemantauan dan evaluasi CTPS, yang berada di bawah Kementerian Kesehatan. Selain itu, indikator lain dari
tercapainya hal ini adalah dashboard SDG Bappenas dapat menampilkan data akses untuk keempat tatanan, dan
tidak hanya untuk tatanan rumah tangga.

M1.2. Koordinasi CTPS di Pusat dan daerah


Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, penting untuk memiliki keberadaan forum koordinasi CTPS baik di
pusat maupun daerah. Forum koordinasi di daerah dapat menggunakan forum yang telah dibentuk saat ini, yang
sekaligus juga dapat mendorong integrasi isu CTPS ke dalam program lain seperti perumahan, air bersih, dan
sanitasi.

M1.3. CTPS terintegrasi ke dalam program perumahan, air bersih, dan sanitasi
Integrasi ini menjadi kegiatan yang bersifat mudah, cepat untuk dilakukan dan berdampak besar dari upaya
pengembangan CTPS di Indonesia. Dengan modalitas besar yang telah dimiliki di program-program yang berjalan
tersebut, seperti struktur dan mekanisme program yang telah matang, integrasi ini kemungkinan besar akan
secara cepat mendorong peningkatan akses CTPS. Dan hasilnya dapat menjadi bahan upaya showcasing kegiatan
percepatan pembangunan CTPS.

M2
MILESTONE 2: BERGERAK BERSAMA ANTARA PUSAT DAN DAERAH, 2023/2024
Saat fondasi CTPS yang kuat telah berhasil dibangun, milestone berikutnya adalah sinkronisasi pemerintah
pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota) agar dapat bergerak beriringan dalam kegiatan percepatan
pembangunan CTPS. Milestone kedua ini dapat dicapai melalui implementasi tiga sub-milestone berikut:

M2.1 Memperkuat kerangka pengaturan untuk CTPS yang inklusif dan berkelanjutan bagi semua
Disamping berbagai inisitif kebijakan CTPS yang telah dikeluarkan selama pandemi, yang menjadi catatan penting
adalah kebijakan-kebijakan ini bersifat sementara dan hanya terkait COVID-19. Perlu dilakukan upaya pelembagaan
lanjutan agar kebijakan ini menjadi norma legal baru yang bersifat umum dan tidak hanya terkait pandemi, dengan
perhatian kepada aspek inklusi kelompok rentan (disabilitas, lanjut usia, dan penduduk miskin), serta dengan
mempertimbangkan kebutuhan anak-anak, remaja, serta perempuan dan laki-laki dewasa.

M2.2 Dukungan kepada provinsi dan kabupaten/kota prioritas


Karena keterbatasan sumber daya pemerintah pusat, penetapan prioritas dukungan penting dilakukan agar
dukungan tersebut dapat optimal. Kriteria penetapan prioritas ini dapat mempertimbangkan capaian akses dan
targetnya, yang bervariasi seiring waktu. Berdasarkan prioritasi ini, pemerintah pusat dapat mengalokasikan
dukungan yang mencukupi selama beberapa waktu untuk provinsi dan kabupaten/kota prioritas berbeda-beda
tergantung hasil perhitungan prioritasi berkala yang dilakukan.

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 55
M2.3 Percepatan akses melalui pembelajaran horizonal dan mekanisme insentif
Pembelajaran horizontal terbukti efektif dalam mempromosikan praktik baik di antara pemerintah daerah dan
menjadi ajang koordinasi dengan pemerintah pusat36. Mengadopsi keberhasilan pembelajaran horizontal di sektor
sanitasi ke dalam sektor CTPS diharapkan dapat mendorong kreativitas pemerintah daerah dalam mempercepat
akses, terutama saat digabungkan dengan mekanisme insentif dari pemerintah pusat untuk dearah.

M3
MILESTONE 3: PENYUSUNAN KEBIJAKAN BERBASIS DATA UNTUK MEMBUDAYAKAN CTPS, 2024/2025
Advokasi yang sistematis dan berbasis data adalah milestone ketiga dari upaya pencapaian 100% akses
CTPS. Sebagai praktik kebersihan individu, CTPS memerlukan adopsi nilai-nilai ke dalam setiap individu agar
keberlanjutan praktik ini dapat terjadi. Hal ini membutuhkan konsistensi pesan CTPS dan upaya penyampaiannya.
Tiga sub-milestone berikut merupakan syarat tercapainya milestone ini, yaitu:

M3.1 Studi dampak intervensi CTPS


Meski dampak intervensi CTPS terhadap kesehatan telah dikenal luas secara global, pemahaman atas dampak
tersebut secara lokal di Indonesia akan semakin memperkuat pesan CTPS dan mendekatkannya secara emosional
ke masyarakat Indonesia. Pemahaman yang semakin baik dari dampak intervensi CTPS akan mempengaruhi
penyusunan kebijakan yang semakin baik, yang merupakan salah satu pelajaran penting dari penanganan pandemi
COVID-19.

M3.2 Kontekstualisasi pesan CTPS


Pesan-pesan CTPS harus selalu kontekstual terhadap kondisi dan tantangan yang dihadapi saat ini. Usaha ini
memiliki tujuan penting akan pesan CTPS dapat sedekat mungkin dengan kenyataan yang dihadapi di lapangan
dan menghindari pesan CTPS hanya berupa jargon komunikasi semata. Hasil dari riset formatif dan studi dampak
menjadi sumber utama dalam melakukan upaya kontekstualisasi ini.

M3.3 Memperkaya saluran komunikasi dalam diseminasi pesan CTPS


Teknologi telah mengubah atau mentransformasi cara manusia berkomunikasi. Munculnya berbagai platform
komunikasi yang ditawarkan dengan adanya internet menumbuhkan beragam cara komunikasi baru yang dapat
dilakukan. Media sosial menawarkan kanal promosi dan diseminasi data kesehatan yang lebih efektif dimana
pengguna tidak hanya menjadi penerima pesan namun dapat berbagi pesan kesehatan yang relevan. Sehingga,
keberhasilan sosial media membutuhkan komunikasi dua arah sebagai sebuah catatan penting terutama untuk
penyampaian pesan CTPS. Bauran berbagai kanal komunikasi ini, baik yang konvensional dan luar jaringan (luring)
dan media sosial berbasis internet akan berdampak pada meningkatnya efektivitas penyampaian pesan CTPS
kepada masyarakat.

M4
MILESTONE 4: MEMPERCEPAT CAPAIAN AKSES, 2025-2030
Sebagai langkah akhir dari perjalanan pencapaian 100% akses CTPS adalah implementasi konkret atau nyata
pemenuhan akses. Berfokus pada pemenuhan akses untuk penduduk miskin dan akses di fasilitas umum, dua
sub-milestone berikut dapat diidentifikasi:

M4.1 Dukungan pendanaan bagi penduduk miskin


BPS mencatat 10,14% penduduk di bawah garis kemiskinan di bulan Maret 2021. Angka ini setara 27.54 juta
penduduk (atau 6.56 juta rumah tangga, dengan asumsi 4.2 orang anggota rumah tangga). Perhatian khusus perlu
diberikan utamanya terkait dukungan pendanaan, agar mereka dapat memiliki akses CTPS dan yang lebih penting
lagi memastikan keberlanjutan akses agar praktik CTPS dapat senantiasa dilakukan di waktu-waktu penting.

36 Kegiatan horizontal learning yang diselenggarakan oleh Asosiasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) untuk sanitasi adalah sebuah contoh keberhasi-
lan pendekatan peer learning untuk pengarusutamaan isu sanitasi diantara pimpinan daerah (bupati dan walikota).

56 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
© UNICEF/UN0637333/Clark

M4.2 CTPS menjadi bagian standar layanan di fasilitas umum


Meski tidak tersedia data dasar CTPS di fasilitas umum, namun berbagai pihak dan lembaga menyatakan bahwa
terdapat perubahan signifikan dalam penyediaan fasilitas CTPS di fasilitas umum selama pandemi. Namun
demikian, tantangan utama berikutnya adalah memastikan keberlanjutan layanan fasilitas CTPS ini melalui
penyediaan air dan sabun. Standar layanan di fasilitas umum diatur melalui peraturan terkait layanan minimum,
misalnya standar layanan minimum di terminal, pasar tradisional dan lainnya. Memastikan keberlanjutan layanan
CTPS menjadi bagian dari peraturan standar layanan ini akan secara langsung berkontribusi pada peningkatan
akses CTPS di fasilitas umum.

5.3 PROGRAM PEMBANGUNAN


Enam puluh satu program telah diidentifikasi untuk melaksanakan ke-dua puluh strategi dalam empat milestone
pencapaian visi penyediaan akses CTPS untuk semua, dimana saja, dan kapan saja. Tabel di bawah ini
menggambarkan seluruh strategi dan program dalam kerangka pelaksanaan milestone beserta sub-milestone
masing-masing.

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 57
Tabel 5.1 Matrik program pembangunan dalam rangka pencapaian 100% akses CTPS tahun 2030

Sub-mile- Kementerian/
Milestone Strategi Program
stone lembaga utama*
MILESTONE 1: M1.1. 1. Sinkronisasi sistem 1. Pengembangan dan penyelenggaraan Dash- Bappenas
MEMPERKUAT Sinkronisasi dan kegiatan peman- board SDG untuk dapat menampilkan akses
FONDA- data tauan di berbagai CTPS di semua tatanan
SI CTPS, kementerian/lemba-
2. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem pe- Kemenkes
2022/2023 ga
mantauan CTPS di fasilitas kesehatan berdasar-
kan Rifaskes
3. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem Kemendag
pemantauan CTPS di Pasar Tradisional
4. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem Kemenhub
pemantauan CTPS di terminal (darat, laut dan
udara)
5. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem Kemnaker
pemantauan CTPS di kantor dan tempat kerja
6. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem Kemenkes, Sat-
pemantauan kepatuhan perilaku CTPS di seluruh gas Covid-19
tatanan
2. Pendirian sekretariat 7. Pembentukan sekretariat nasional untuk kegiatan Kemenkes
nasional sistem pe- pemantauan dan evaluasi CTPS semua tatanan
mantuan dan evaluasi
8. Pelaksanaan evaluasi rutin (termasuk verifikasi Kemenkes
CTPS nasional
ke daerah) menggunakan hasil pemantauan
sebagai bagian evaluasi Rencana Aksi CTPS
M1.2. Koor- 3. Pembentukan me- 9. Pelaksanaan rapat koordinasi rutin Pokja CTPS di Kemenkes
dinasi CTPS kanisme koordinasi tingkat Pusat
di Pusat dan rutin lintas kemente-
10. Penyediaan tenaga ahli dan/atau fasilitator untuk Kemenkes
daerah rian/lembaga untuk
mendukung Kemenkes sebagai kementerian
membahas CTPS
utama dalam koordinasi CTPS
11. Dukungan sumber daya pelaksanaan kegiatan Kemenkes
koordinasi CTPS
12. Penguatan bertahap melalui formalisasi me- Kemenkes
kanisme koordinasi CTPS
4. Pengembangan fo- 13. Advokasi untuk memasukkan CTPS sebagai Bappenas
rum koordinasi CTPS bagian ruang lingkup Pokja daerah (contoh: Pokja
di daerah meman- Kota Sehat, Pokja AMPL)
faatkan forum yang
14. Pelaksanaan rapat koordinasi tahunan Pokja Provinsi
telah ada
tingkat provinsi
15. Pelaksanaan rapat koordinasi tahunan Pokja Kabupaten/kota
tingkat kabupaten/kota
16. Pelaksanaan rapat koordinasi rutin (triwulan) Provinsi
Pokja di tingkat provinsi
17. Pelaksanaan rapat koordinasi bulanan rutin (tri- Kabupaten/kota
wulan) Pokja di tingkat kabupaten/kota
M1.3. 5. Memperkuat 18. Memasukkan ketersediaan fasilitas CTPS se- PUPR, Bappenas,
CTPS kerangka pengatur- bagai bagian dalam program perumahan rakyat Kemenkes
terintegrasi an CTPS berkaitan dan sanitasi
ke dalam dengan keberlanjutan
19. Advokasi prioritasi CTPS dalam kebijakan pem- Bappenas, Ke-
program pe- layanan, perbaikan
bangunan Pemerintah Pusat menkes
rumahan, air tingkat layanan, serta
bersih, dan pemenuhan akses 20. Advokasi prioritasi CTPS dalam kebijakan pem- Kemendagri
sanitasi untuk semua (1) bangunan Pemerintah Daerah

58 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Sub-mile- Kementerian/
Milestone Strategi Program
stone lembaga utama*
MILESTONE 2: M2.1 Memperkuat 21. Standardisasi fasilitas CTPS yang inklusif disabili- PUPR, Kemenkes,
BERGERAK Mem- kerangka pengatur- tas termasuk fasilitas CTPS untuk kondisi darurat BNPB, BSN
BERSAMA AN- perkuat an CTPS berkaitan
22. Penyusunan Panduan pendanaan O&M fasilitas Kemenkes
TARA PUSAT kerangka dengan keberlanjutan
CTPS di sekolah, Madrasah, faskes dan fasilitas
DAN DAERAH, pengaturan layanan, perbaikan
publik
2023/2024 untuk CTPS tingkat layanan, serta
yang inklusif pemenuhan akses
dan berke- untuk semua (2)
lanjutan
6. Memperkuat 23. Pelaksanaan studi ekosistem penyedia fasiilitas Kemenkes
bagi semua
ekosistem penyedia CTPS
fasilitas CTPS seh-
24. Pengembangan pusat pengetahuan dan teknolo- Kemenkes
ingga dapat menja-
gi CTPS yang tepat guna, inklusif disabilitas,
min ketersediaannya
sensitif perubahan iklim, dengan harga yang
secara luas dengan
kompetitif
harga terjangkau
25. Pelibatan masyarakat dan usaha mikro & kecil Kemenkes
untuk pemenuhan kebutuhan fasilitas CTPS
26. Peningkatan kapasitas masyarat dan usaha kecil Kemenkes
terkait CTPS
M2.2 7. Penyediaan dukun- 27. Pengembangan provinsi dan kabupaten/kota Kemenkes, Bap-
Dukungan gan pemerintah prioritas intervensi CTPS berdasarkan sistem penas
kepada pusat secara selektif pemeringkatan CTPS
provinsi dan berdasarkan tingkat
28. Penyediaan dukungan dan fasilitasi Pusat untuk Kemenkes, Bap-
kabupaten/ prioritas daerah
provinsi dan kabupaten/kota prioritas penas
kota prior-
itas
M2.3 8. Mendorong pembela- 29. Penyelenggaraan event tahunan pembelajaran Kemenkes
Percepa- jaran horizontal antar horizontal antar daerah terkait CTPS
tan akses daerah
30. Pengembangan sistem berbagi pengetahuan Kemenkes
melalui
secara daring yang dapat diakses oleh publik
pembela-
jaran hori- 31. Pendokumentasian secara berkala kisah sukses Kemenkes
zonal dan terkait CTPS di daerah dalam beragam format
mekanisme
9. Pengembangan 32. Pengembangan sistem pemeringkatan CTPS Kemenkes
insentif
mekanisme insentif daerah
untuk pemerintah
33. Pengembangann insentif daerah berdasarkan Kemendagri
daerah terkait
peringkat status CTPS
pemenuhan akses
CTPS di berbagai
tatanan
MILESTONE 3: M3.1 10. Meningkatkan 34. Pelaksanaan studi dampak intervensi CTPS Kemenkes
PENYUSUNAN Studi pemahaman atas terhadap angka kesakitan, biaya kesehatan, dan
KEBIJAKAN dampak dampak internvensi kemiskinan
BERBASIS intervensi CTPS sebagai bagian
DATA UNTUK CTPS pengembangan ke-
MEMBUDA- bijakan berbasis data
YAKAN CTPS, (evidence-based policy)
2024/2025
M3.2 11. Kontekstualisasi 35. Pelaksanaan Riset Formatif Nasional CTPS Kemenkes
Kontekstua- berkelanjutan pesan
lisasi pesan CTPS agar sesuai 36. Penyusunan pesan dan desain materi komunika- Kemenkes
CTPS dengan kondisi terki- si CTPS untuk setiap tatanan
ni 37. Penyusunan strategi nasional pembudayaan Kemenkes, BNPB,
CTPS Satgas Covid-19
M3.3 12. Memperkaya bauran 38. Studi bauran kanal komunikasi CTPS paling Kemkominfo,
Memper- kanal komunikasi optimal untuk setiap tatanan Kemenkes
kaya saluran untuk meningkatkan
39. Produksi dan diseminasi pesan dan materi komu- Pemerintah
komunikasi efektivitas penyam-
nikasi CTPS untuk berbagai kanal komunikasi Daerah
dalam paian pesan
diseminasi
13. Mendorong siswa se- 40. Advokasi pengarusutamaan kegiatan perubahan Kemendik-
pesan CTPS
bagai agen perubah- perilaku membudayakan CTPS dalam Rencana budristek, Keme-
an CTPS tidak hanya Kerja UKS/M nag, Kemendagri,
di sekolah namun Kemenkes (SKB 4
juga di rumah Menteri)
14. Pelibatan Pember- 41. Peningkatan kapasitas anggota PKK mengenai Kemendagri
dayaan Kesejahter- CTPS
aan Keluarga (PKK)
42. Pengembangan gerakan keluarga berbudaya Kemendagri
untuk perubahan
CTPS
perilaku keluarga

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 59
Sub-mile- Kementerian/
Milestone Strategi Program
stone lembaga utama*
MILESTONE 4: M4.1 15. Memperkaya bauran 43. Memperkuat Pokja PPP untuk dapat melakukan Kemenkes
MEMPERCE- Dukungan pendanaan dari sum- identifikasi dan advokasi pemangku kepentingan
PAT CAPAIAN pendanaan ber-sumber alternatif potensial CTPS melalui penyediaan tenaga ahli/
AKSES, 2025- bagi non-pemerintah fasilitator
2030 penduduk
44. Penyelenggaraan kegiatan pemasaran CTPS Kemenkes
miskin
tahunan di tingkat Pusat
45. Penyelenggaraan kegiatan pemasaran CTPS Provinsi
tahunan di tingkat Provinsi
16. Pengembangan 46. Menyertakan ketersediaan fasilitas CTPS Bappenas, PUPR,
dukungan pendanaan sebagai bagian program-program pengentasan Kemenkes
untuk masyarakat kemiskinan
miskin
47. Advokasi dukungan pendanaan khusus fasilitas Bappenas
CTPS untuk masyarakat miskin dan berpenghasi-
lan rendah
M4.2 CTPS 17. Mengalokasikan ang- 48. Pedoman perhitungan biaya CTPS tahap tanggap Kemenkes
menjadi garan yang mencuk- darurat
bagian stan- upi untuk kegiatan
49. Advokasi penggunaan Pedoman ini oleh pemer- Kemenkes, BN-
dar layanan ketahanan iklim dan
intah daerah PB/D
di fasilitas tanggap darurat ber-
umum kaitan dengan CTPS
18. Memastikan pertim- 50. Memasukkan aspek CTPS dalam pedoman BNPB/D
bangan akses CTPS penyelenggaraan penanggulangan bencana
di seluruh tahapan
51. Peningkatan kapasitas seluruh pemangku BNPB/D
penyelenggaran
kepentingan terkait memasukkan aspek CTPS
penanggulangan
dalam penyelenggaraan penanggulangan ben-
bencana
cana
19. Memasukkan ke- 52. Advokasi CTPS sebagai bagian/komponen serti- Kemenkes
beradaan, keberfung- fikasi layanan di fasilitas publik
sian penuh fasilitas,
53. Penyusunan Pedoman/SOP (NSPK) fasilitas Kemenkes,
serta perilaku CTPS
publik dengan mempertimbangkan ketersediaan, Kemendag, Ke-
sebagai bagian stan-
keberfungsian, dan perilaku CTPS menub, Kemen-
dar layanan fasilitas
parekraf,
umum
54. Pelembagaan pedoman sertifikasi CHSE untuk Kemenparekraf
pelaku wisata dan ekonomi kreatif dengan
ketersediaan dan keberfungsian fasilitas CTPS
sebagai salah satu kriteria
20. Percepatan perbaikan 55. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan Masyarakat,
kualitas layanan dan akses CTPS yang inklusif disabilitas dan sensitif Pemerintah kabu-
penyediaan fasilitas perubahan iklim di rumah tangga paten/kota
CTPS di berbagai
56. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan Kemendik-
tatanan
akses CTPS yang inklusif disabilitas dan sensitif budristek, provin-
perubahan iklim di sekolah si, kabupaten/kota
57. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan Kemenag
akses CTPS yang inklusif disabilitas dan sensitif
perubahan iklim di Madrasah
58. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan Kemenkes, kabu-
akses CTPS yang inklusif disabilitas dan sensitif paten/kota
perubahan iklim di fasilitas kesehatan
59. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan Kabupaten/kota
akses CTPS yang inklusif disabilitas dan sensitif
perubahan iklim di Pasar Tradisional
60. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan Kemenhub,
akses CTPS yang inklusif disabilitas dan sensitif provinsi, kabupat-
perubahan iklim di Terminal (darat, laut dan uda- en/kota
ra)
61. Peningkatan kualitas layanan dan penyediaan Kemenparekraf,
akses CTPS yang inklusif disabilitas dan sensitif provinsi, kabupat-
perubahan iklim di tempat wisata prioritas en/kota, badan
usaha pengelola
Catatan:
*) Apabila disebutkan lebih dari satu, maka kementerian/lembaga utama yang ditebalkan (bold)
Rincian matrik implementasi program yang dilengkapi dengan jadwal pelaksanaan tentatif, indikasi biaya, dan kementarian/lembaga pengampu utama
tersedia di Lampiran.

60 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
BAB 6

ANALISIS BIAYA
DAN MOBILISASI
SUMBER DAYA

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 61
6.1 STRUKTUR BIAYA
6.1.1 BERBAGAI REFERENSI
Identifikasi struktur biaya CTPS penting dilakukan untuk menyusun perkiraan biaya pencapaian 100% akses.
WHO dan UNICEF37 membagi biaya sektor air bersih, sanitasi, dan higiene (CTPS dan kebersihan menstruasi)
menjadi i) biaya berulang, ii) biaya investasi, dan iii) biaya non-finansial. Tabel berikut menjelaskan ketiga kategori
biaya tersebut.

Ross, Ian et al. (2021) mengidentifikasi enam (6) kategori biaya CTPS dengan tidak mempertimbangkan siapa
yang akan dikenai biaya tersebut. Keenam biaya ini lebih lengkap dibandingkan kategori biaya yang disiapkan
UNICEF & WHO, dan digunakan sebagai kerangka analisis biaya di dalam Rencana Aksi ini. Tabel berikut
memberikan penjelasan keenam biaya sebagaimana yang disebutkan oleh Ross, Ian tersebut.

Tabel 6.1 Kategori biaya CTPS berdasarkan studi tahun 2021 di 46 negara berkembang

No Kategori biaya Target Akses (%)


1 Riset formative Penelitian dan piloting yang berfokus pada desain untuk mengidentifikasi
(investasi software) pendorong target perilaku dan pengembangan strategi perubahan perilaku yang
komprehensif
2 Promosi Kampanye promosi higiene dengan masa manfaat 5 tahun, dan cara penyampaian
(investasi software) meliputi: (i) kunjungan rumah ke rumah oleh promotor; (ii) kegiatan masyarakat/
kelompok; dan (iii) media massa
3 Fasilitas CTPS Drum 20 liter yang dibuat khusus dengan keran, baskom, dan dudukan, dengan
(investasi hardware) masa manfaat 5 tahun. Diasumsikan tidak ada biaya pemeliharaan, karena masa
manfaat yang singkat dan infrastruktur yang sangat sederhana
4 Promosi lanjutan Kegiatan promosi lanjutan tahunan dengan asumsi 25% dari biaya awal (dan
(biaya pemeliharaan asumsi berdasarkan penilaian ahli), mewakili versi intervensi yang lebih ringan
tahunan software) dengan frekuensi dan dosis yang lebih rendah
5 Sabun Pengeluaran untuk sabun untuk mencuci tangan (tidak termasuk penggunaan lain).
(habis pakai) Jenis sabun bervariasi di seluruh penelitian tetapi sebagian besar adalah sabun
batang.
6 Air Pengeluaran untuk air yang digunakan untuk mencuci tangan, diasumsikan rata-
(habis pakai) rata 1,5 liter/orang/hari
Sumber: Ross, Ian et.al (2021).

6.1.2 STRUKTUR BIAYA DI RENCANA AKSI


Rencana aksi ini memasukkan tiga kategori biaya tambahan selain enam (6) yang disarankan oleh Ross, Ian, et
al, seperti koordinasi dan fasilitasi, rehabilitasi, dan pemantauan dan evaluasi. Rencana Aksi mempertimbangkan
kegiatan penelitian formatif dalam kategori biaya promosi. Tabel di bawah ini menunjukkan sembilan kategori biaya
yang diterapkan pada rencana aksi ini. Asumsi kunci terperinci (dan referensinya) disediakan dalam Lampiran.

Tabel 6.2 Kategori biaya yang digunakan dalam Rencana Aksi CTPS

No Kategori biaya Target Akses (%)


Biaya investasi
1 Koordinasi dan Biaya koordinasi antar pemangku kepentingan di Pusat, provinsi dan kabupaten/
fasilitasi (software) kota termasuk biaya fasilitor
2 Promosi (software) Terdiri dari biaya riset formatif dan desain materi promosi (diperkirakan setiap 2
tahun), produksi dan diseminasi materi promosi melalui beragam kanal, termasuk
promosi melalui kunjungan rumah ke rumah

37 The Joint Monitoring Program (2017), as cited in “The measurement and monitoring of water supply, sanitation and hygiene (WASH) affordability: a missing
element of monitoring of Sustainable Development Goals (SDG) Targets 6.1 and 6.2. New York: United Nations Children’s Fund (UNICEF) and the World
Health Organization, 2021”

62 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
3 Peningkatan kapasitas Peningkatan kapasitas terkait CTPS melalui kegiatan pembelajaran dan berbagi
(software) pengetahuan
Pengadaan dan Fasilitas permanen: keran tanpa bak (Model 3). Lihat gambar 2 di bawah
pemasasan fasilitas
CTPS (hardware)
Biaya tahunan (termasuk rehabilitasi dan peningkatan)
5 Rehabilitasi Diasumsikan umur rencana selama 10 tahun
6 Promosi lanjutan Promosi lanjutan untuk memastikan terjadinya perubahan perilaku
7 Monitoring dan Biaya yang berkaitang dengan pengembangan dan penyelenggaraan sistem
Evaluation monitoring dan evaluasi
Biaya tahunan barang habis pakai
8 Air
9 Sabun

Di dalam Rencana Aksi ini, Model 3: keran tanpa bak penampung air diasumsikan untuk digunakan di seluruh
tatanan. Alasan utama pemilihan Model 3 adalah umur desainnya yang mencapai 10 tahun38 yang mencakup
keseluruhan periode perencanaan hingga tahun 2030. Biaya yang berkaitan dengan jaringan perpipaan dan
fasilitas pengolahan air tidak termasuk dalam perhitungan. Gambar berikut adalah fasilitas CTPS Model 3
sebagaimana tercantum di dalam Pedoman Cuci Tangan Pakai Sabun (Kemenkes & Unicef, 2020).

Keran dengan Keran dengan


bak keramik bak ember

Gambar 6 1 Model 3, keran tanpa dilengkapi bak penampung air keramik (sink)

Sebagai upaya tanggap perubahan iklim, kegiatan adaptasi dipertimbangkan dalam analisis biaya untuk
memastikan terjadinya sistem CTPS yang berketahanan iklim. Hal ini terkait dengan penghematan penggunaan air
dari 2 liter/penggunaan menjadi 0.72 liter/penggunaan. Penghematan ini dapat dicapai melalui pemasangan kran
hemat air yang (di sisi lain) akan meningkatkan biaya pengadaan dan pemasangan fasilitas CTPS. Kenaikan biaya
air (menggunakan acuan harga pasar dari truk tangki air) juga dipertimbangkan dalam analisis untuk wilayah rawan
kekeringan berdasarkan Katalog Desa/Kelurahan Rawan Kekeringan, sebuah laporan dari BNPB tahun 2019.

Dengan menerapkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka akan meningkatkan biaya per orang mendekati
50%. Adaptasi perubahan iklim di jaringan perpipaan dan fasilitas pengolahan air tidak termasuk di dalam analisis
biaya ini. Rincian mengenai struktur biaya CTPS berketahanan iklim tersedia di Lampiran.

38 UNICEF. (May 2020). Handwashing Stations and Supplies for the COVID-19 response. Tersedia di laman https://globalhandwashing.org/wp-content/up-
loads/2020/05/Handwashing-Facility-Factsheet.pdf

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 63
6.2 ANALISIS BIAYA PENCAPAIAN 100% AKSES CTPS
6.2.1 MEMPERKIRAKAN BIAYA SATUAN UNTUK CTPS
Menentukan biaya satuan adalah langkah pertama dalam memperkirakan biaya CTPS. Langkah-langkah untuk
menentukan biaya satuan digambarkan dalam diagram di bawah ini, yang dimulai dengan mendefinisikan asumsi
masing-masing biaya untuk sembilan kategori biaya. Biaya satuan ditentukan di tingkat harga 2021 yang berlaku di
Jabodetabek.

Struktur biaya AACE Class 4 HASIL 1 (PERKIRAAN ATAS):


(9 kategori) (rentang biaya) harga satuan di setiap
provinsi untuk masing-
masing tatanan

Menerapkan indeks HASIL 2


Asumsi untuk setiap kemahalan provinsi Menerapkan inflasi (PERKIRAAN TENGAH):
kategori biaya (variasi biaya per (angka nasional) harga satuan di setiap provinsi
provinsi) untuk masing-masing tatanan

HASIL 3
Asumsi untuk setiap (PERKIRAAN BAWAH):
kategori biaya harga satuan di setiap provinsi
(berketahanan iklim) untuk masing-masing tatanan

Gambar 6.2 Langkah-langkah untuk menentukan rentang biaya satuan

Setelah menentukan biaya satuan, langkah selanjutnya adalah menggunakan biaya satuan untuk menghitung
biaya investasi (CAPEX) dan biaya operasi dan pemeliharaan (OPEX) tahunan yang dihitung berdasarkan perkiraan
jumlah penerima manfaat untuk setiap tatanan. Proyeksi jumlah penerima manfaat dihitung dengan mengalikan
data dasar dengan tingkat pertumbuhan tahunan (1,25%). Dengan menggunakan target akses tahunan, jumlah
fasilitas baru yang dibutuhkan setiap tahunnya dapat dihitung. Perkiraan CAPEX tahunan dihitung dengan
mengalikan target tahunan untuk fasilitas baru dengan biaya satuan CAPEX. Perkiraan OPEX dihitung dengan
mengalikan jumlah total fasilitas yang dibutuhkan dengan biaya satuan OPEX.

Target pertumbuhan
akses tahunan
dalam %

HASIL 2:
perkiraan CAPEX
Menerapkan Proyeksi tahunan
Data dasar masing-
pertumbuhan dan kumulatif
masing tatanan
tahunan hingga 2030
HASIL 3:
perkiraan OPEX

HASIL 1:
satuan biaya untuk
setiap tatanan

Gambar 6 3 Langkah-langkah dalam memperkirakan biaya CAPEX dan OPEX

64 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Tingkat akurasi perkiraan biaya ini mengacu pada Association of the Advancement of Cost Engineering (AACE)
International (2020)39 Kelas 4, dengan akurasi biaya antara -15% hingga -30% untuk perkiraan rendah (nilai
tengah -22,50%) dan +20% hingga +50% (nilai tengah +35,00%). Biaya tahunan dihitung dengan asumsi 365
hari beroperasi untuk rumah tangga dan pengaturan fasilitas umum dan 220 hari untuk sekolah, madrasah, dan
fasilitas kesehatan. Lampiran Rencana Aksi ini menyediakan biaya satuan (di tingkat harga 2021) untuk setiap
komponen biaya CTPS untuk setiap tatanan. Biaya satuan ini disiapkan untuk skenario berketahanan iklim dan
skenario tanpa berketahanan iklim.

6.3 PERKIRAAAN BIAYA NASIONAL


Untuk mencapai dan mempertahankan akses CTPS 100 persen di semua tatanan tahun 2030, diperkirakan
membutuhkan biaya 49,4 triliun rupiah (nilai tengah atau mid-value), dengan tatanan rumah tangga menyumbang
kebutuhan pendanaan terbesar (87,3 persen), diikuti oleh sekolah (7,0 persen), fasilitas kesehatan (2,93 persen),
madrasah (1,4 persen), dan fasilitas umum (1,4 persen). Tabel di bawah ini menunjukkan perkiraan terperinci per
kategori biaya dalam setiap tatanan. Semua nilai disajikan sebagai nilai tengah.

Tabel 6.3 Ringkasan kebutuhan biaya CTPS di semua tatanan (nilai tengah)

FASILITAS FASILITAS
RUMAH TANGGA SEKOLAH MADRASAH
KESEHATAN PUBLIK
TATANAN TOTAL
TOTAL % TOTAL % TOTAL % TOTAL % TOTAL %

Total
49,415.46 43,161.51 87.34% 7.00% 679.74 1.38% 1,446.19 2.93% 668.22 1.35%
3,459.80
Biaya investasi 5,613.36 5,269.57 93.88% 178.30 3.18% 38.35 0.68% 49.24 0.88% 77.90 1.39%
Koordinasi dan fasilitasi 212.57 160.75 75.62% 26.77 12.59% 4.40 2.07% 9.45 4.45% 11.20 5.27%
Promosi 1,262.33 1,125.27 89.14% 53.54 4.24% 8.81 0.70% 27.12 2.15% 47.59 3.77%
Peningkatan Kapasitas 106.29 80.38 75.62% 13.38 12.59% 2.20 2.07% 4.73 4.45% 5.60 5.27%
Pengadaan dan
pemasangan fasilitas 4,032.17 3,903.17 96.80% 84.62 2.10% 22.93 0.57% 7.94 0.20% 13.52 0.34%
CTPS
Biaya rutin tahunan 5,547.40 4,910.29 88.52% 226.89 4.09% 44.17 0.80% 277.54 5.00% 88.52 1.60%
Rehabilitasi 2,747.35 2,635.69 95.94% 63.87 2.32% 17.97 0.65% 22.36 0.81% 7.45 0.27%
Promosi lanjutan 2,371.35 1,990.27 83.93% 108.68 4.58% 17.47 0.74% 189.31 7.98% 65.62 2.77%
Pemantauan dan evaluasi 428.71 284.32 66.32% 54.34 12.68% 8.73 2.04% 65.87 15.36% 15.44 3.60%
Barang habis pakai
38,254.69 32,981.65 86.22% 7.98% 597.22 1.56% 1,119.41 2.93% 501.80 1.31%
tahunan 3,054.60
Air 16,531.33 14,784.88 89.44% 881.01 5.33% 247.84 1.50% 386.00 2.33% 231.60 1.40%
Sabun 21,723.36 18,196.77 83.77% 2,173.60 10.01% 349.38 1.61% 733.41 3.38% 270.20 1.24%

Biaya investasi 5,613.36 5,269.57 93.88% 178.30 3.18% 38.35 0.68% 49.24 0.88% 77.90 1.39%
Biaya rutin tahunan 5,547.40 4,910.29 88.52% 226.89 4.09% 44.17 0.80% 277.54 5.00% 88.52 1.60%
Barang habis pakai
38,254.69 32,981.65 86.22% 7.98% 597.22 1.56% 1,119.41 2.93% 501.80 1.31%
tahunan 3,054.60

39 Kunjungi situs web mereka (https://web.aacei.org/) untuk informasi lebih lanjut.

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 65
43,96%

0,43%
2,55%
0,22%
Koordinasi dan fasilitasi
Promosi
8,16% Peningkatan Kapasitas
Pengadaan dan instalasi
sarana CTPS
Rehabilitasi
5,56%
Promosi lanjutan
33,45%
Pemantauan dan evaluasi
4,80%
Air
Sabun

0,87%

Gambar 6 4 Prosentase kebutuhan biaya CTPS semua tatanan untuk mencapai 100% akses

Hasil terperinci perkiraan biaya CTPS dapat dilihat di Lampiran. CTPS costing tool atau perangkat perhitungan
biaya CTPS (dalam format excel) telah dikembangkan secara khusus sebagai bagian dari penyusunan Rencana
Aksi ini dan tersedia sebagai materi tambahan dari dokumen ini. Tabel dan gambar di atas merupakan tangkapan
layar hasil perhitungan dari perangkat perhitungan tersebut.

6.4 POTENSI MOBILISASI SUMBER DAYA


6.4.1 KATEGORI BIAYA DAN POTENSI SUMBER PENDANAANYA
Mengikuti pembagian kategori biaya di atas, diidentifikasi kemungkinan sumber pendanaan CTPS untuk setiap
kategorinya sebagai berikut.

Tabel 6.4 Potensi sumber pendanaan untuk setiap kategori biaya

No Kategori biaya Target Akses (%)


Biaya investasi
1 Koordinasi dan Pemerintah (Pusat, provinsi dan kabupaten/kota)
fasilitasi
2 Promosi Pemerintah (Pusat dan kabupaten/kota)
3 Peningkatan kapasitas Pemerintah (Pusat dan provinsi)
4 Pengadaan dan pengguna, hibah (termasuk CSR dana sosial keagamaan), atau subsidi pemerintah
pemasasan fasilitas
CTPS
Biaya tahunan (termasuk rehabilitasi dan peningkatan)
5 Rehabilitasi pengguna, hibah (termasuk CSR dana sosial keagamaan), atau subsidi pemerintah
6 Promosi lanjutan Pemerintah (Pusat dan kabupaten/kota)
7 Monitoring dan Pemerintah (Pusat, provinsi dan kabupaten/kota)
Evaluation
Biaya tahunan barang habis pakai
8 Air pengguna, hibah (termasuk CSR dana sosial keagamaan)
9 Sabun pengguna, hibah (termasuk CSR dana sosial keagamaan), atau subsidi pemerintah
Catatan: Tulisan tebal (bold) menunjukkan sumber pendanaan utama apabila lebih dari satu sumber disebutkan

66 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Pengguna adalah kontributor tertinggi untuk membiayai akses CTPS. Di tingkat rumah tangga, biaya yang
ditanggung oleh pengguna harus dialokasikan sebagai bagian dari pengeluaran rumah tangga. Untuk tempat
umum, biaya tersebut ditanggung oleh penyedia jasa/operator yang dapat berupa lembaga pemerintah,
perusahaan pemerintah daerah, atau perusahaan milik negara.

Hibah atau (mungkin) subsidi dapat dipertimbangkan untuk pengaturan khusus (misalnya, rumah tangga miskin).
Data rumah tangga miskin yang diberikan BPS digunakan untuk memperkirakan potensi hibah atau subsidi
pemerintah yang dapat diterapkan.

6.4.2 MOBILISASI SUMBER DAYA


Tabel di bawah ini menunjukkan perkiraan mobilisasi sumber daya untuk semua tatanan di Indonesia. Pengguna
diperkirakan akan menanggung persentase tertinggi dari total biaya investasi, pemeliharaan, dan bahan habis pakai
untuk layanan CTPS (83%), diikuti kontribusi dari semua tingkat pemerintahan (13%).

Tabel 6.5 Indikasi mobilisasi sumber daya pencapaian akses CTPS 100% di seluruh tatanan

LAINNYA
PEME-
PEMERIN- (NON-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA
TAH PUSAT PEMERIN-
PROVINSI
TAH)
49,415.462 100.00% Total 1,193.707 549.941 4,511.953 40,792.367 2,367.495
2.42% 1.11% 9.13% 82.55% 4.79%
5,613.365 11.36% Biaya investasi 531.766 269.935 1,093.515 3,522.991 195.159
212.574 0.43% Koordinasi dan fasilitasi 5.314 21.257 186.002 - -
1,262.329 2.55% Promosi 126.233 240.640 895.456 - -
106.287 0.22% Peningkatan Kapasitas 86.193 8.038 12.056 - -
4,032.175 8.16% Pengadaan dan instalasi sarana 314.026 - - 3,522.991 195.159
CTPS
5,547.405 11.23% Biaya rutin tahunan 661.941 280.006 1,939.950 2,665.508 -
2,747.349 5.56% Rehabilitasi 81.841 - - 2,665.508 -
2,371.350 4.80% Promosi lanjutan 237.135 237.135 1,897.080 - -
428.706 0.87% Pemantauan dan evaluasi 342.965 42.871 42.871 - -
38,254.693 77.41% Barang habis pakai tahunan - - 1,478.488 34,603.869 2,172.336
16,531.331 33.45% Air - - 1,478.488 15,052.843 -
21,723.361 43.96% Sabun - - - 19,551.025 2,172.336

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 67
DAFTAR PUSTAKA
Clair & Dian. (2021). Situational Analysis Handwashing with Soap. USAID

Ministry of Health & UNICEF. (2020). Hand Washing Guide using soap

Ross, Ian & Esteves Mills, Joanna & Slaymaker, Tom & Johnston, Richard & Hutton, Guy & Dreibelbis, Robert &
Montgomery, Maggie. (2021). Costs of hand hygiene for all in household settings - estimating the price tag for
the 46 least developed countries. 10.1101/2021.08.16.21262011.

United Nations Children's Fund (UNICEF) and the World Health Organization. (2021). The measurement and
monitoring of water supply, sanitation and hygiene (WASH) affordability: a missing element of monitoring of
Sustainable Development Goal (SDG) Targets 6.1 and 6.2

Beale S, Johnson AM, Zambon M et al. Hand Hygiene Practices and the Risk of Human Coronavirus Infections in a UK
Community Cohort Wellcome Open Research 2020, 5:98 https://doi.org/10.12688/wellcomeopenres.15796.1

Whinnery, Jaynie & Penakalapati, Gauthami & Steinacher, Rachel & Wilson, Noel & Null, Clair & Pickering, Amy.
(2016). Handwashing With a Water-Efficient Tap and Low-Cost Foaming Soap: The Povu Poa "Cool Foam"
System in Kenya. Global Health: Science and Practice. 4. 336-341. 10.9745/GHSP-D-16-00022.

Larson EL, Eke PI, Wilder MP, Laughon BE. (1987). Quantity of soap as a variable in handwashing. Infect Control.
doi: 10.1017/s0195941700067436. PMID: 3654132.

WHO & UNICEF. (2020). Hand Hygiene for All

Kementerian Agama & UNICEF. (2020). Profil Sanitasi Madrasah 2020

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan & UNICEF. (2020). Profil Sanitasi Sekolah 2020

Kementerian Perhubungan, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi. (2020). Statistik Transportasi 2020, Volume I

Balitbangkes & UNICEF. (2020). Profile of Water, Sanitation and Hygiene Services at Public Health Center
(Puskesmas) in Indonesia. Belum dipublikasikan

BPS. (2018). Buku 4 Konsep dan Definisi, Susenas Maret 2018

BPS. (2021). Provincial and District/City Construction Index 2021

68 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
LAMPIRAN 1

MATRIK RENCANA
AKSI RINCI

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 69
STRATEGI DAN PROGRAM PRIORITAS UNTUK PENCAPAIAN 100% AKSES CTPS
Isu/tantangan didapatkan dan diringkas dari hasil analisis situasi

KEMEN-
ISU/ TERIAN/
TANTA- STRATEGI PROGRAM INDIKATOR 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 LEMBAGA
NGAN PENGAM-
PU

1.1.1 Pelaksanaan 1 Terlak-


Riset Formatif sananya
Nasional CTPS riset forma-
tif beserta
rekomen- 2,250 2,250 2,250 Kemenkes
dasi pesan
dan bauran
kanal ko-
munikasi
1.1 Kontek-
stualiasi 1.1.2 Penyusunan 2 Tersusun-
berkelanjutan pesan dan desain nya pesan
pesan CTPS materi komunikasi dan desain
750 750 750 Kemenkes
CTPS untuk setiap materi
tatanan promosi/
komunikasi

1.1.3 Penyusunan 3 Ter-


Kemenkes,
strategi nasional susunnya
BNPB,
pembudayaan dokumen 500
Satgas
CTPS strategi
Covid-19
nasional

1.2.1 Studi bauran 4 Terlak-


kanal komunikasi sananya Kem-
1.2 Memper- CTPS paling studi 500 500 500 kominfo,
1. COVID-19 optimal untuk Kemenkes
dan potensi kaya bauran
kanal komu- setiap tatanan
pandemi di
masa datang nikasi untuk 1.2.2 Produksi 5 Jumlah
menyebabkan meningkatkan dan diseminasi penerima
perlunya efektivitas pesan dan materi materi
penyampaian Pemerintah
memelihara komunikasi CTPS dan pesan
pesan 450,000 450,000 450,000 450,000 450,000 450,000 450,000 450,000 450,000 Daerah
praktik untuk berbagai komunikasi
CTPS dan kanal komunikasi untuk seti-
menjadikan- ap kanal
nya budaya
masyarakat 1.3.1 Advokasi 6 Kegiatan
pengarusutamaan advokasi Kemendik-
1.3 Mendorong
kegiatan perubahan budristek,
siswa sebagai
perubahan perilaku Kemenag,
agen perubahan
perilaku CTPS Kemend-
CTPS tidak ha- 500 500 500 500
membudayakan masuk di agri,
nya di sekolah
CTPS dalam dalam Ren- Kemenkes
namun juga di
Rencana Kerja cana Kerja (SKB 4
rumah
UKS/M UKS/M Menteri)
terlaksana

1.4.1 Peningkatan 7 Jumlah


kapasitas anggota anggota Kemente-
PKK mengenai PKK yang 750 750 750 750 750 750 750 750 750 rian Dalam
CTPS menerima Negeri
1.4 Pelibatan pelatihan
Pemberdayaan
8 Tersusunn-
Kesejahteraan
ya indikator Kemente-
Keluarga (PKK)
keluarga 250 250 rian Dalam
untuk peruba-
berbudaya Negeri
han perilaku
CTPS
keluarga
9 Jumlah
Kemente-
keluarga
250 250 250 250 250 250 250 250 rian Dalam
berbudaya
Negeri
CTPS

70 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
KEMEN-
ISU/ TERIAN/
TANTA- STRATEGI PROGRAM INDIKATOR 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 LEMBAGA
NGAN PENGAM-
PU

2.1.1 Pelaksanaan 10 Terlak-


rapat koordinasi sananya
rutin Pokja CTPS di rapat 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Kemenkes
tingkat Pusat koordinasi
rutin

2.1.2 Penyediaan 11 Terse-


tenaga ahli dan/ dianya
atau fasilitator dukungan
untuk mendukung tenaga ahli
Kemenkes sebagai dan/atau
250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenkes
kementerian fasilitator
utama dalam untuk
koordinasi CTPS Pokja/
Sekretariat
2.1 Pembentu- Pokja
kan mekanisme
koordinasi 2.1.3 Dukungan 12 Tersedian-
rutin lintas sumber daya ya kantor
75 75 75 75 75 75 75 75 75 Kemenkes
kementerian/ pelaksanaan Sekretariat
lembaga untuk kegiatankoordinasi Pokja
membahas CTPS
CTPS Terse-
dianya
anggaran 150 150 150 150 150 150 150 150 150
operasional
tahunan

2.1.4 Penguatan 14 Mekanisme


bertahap melalui koordinasi
formalisasi disepakati
mekanisme secara
koordinasi CTPS formal
150 250
dan diatur
melalui
sebuah
norma
khusus
2. Forum 2.2.1 Advokasi 15 Terlak-
koordina- untuk memasukkan sananya
Bappenas,
si CTPS CTPS sebagai event atau 500 500
Kemenkes
yang saat bagian ruang pertemuan
ini baru lingkup Pokja advokasi
terbentuk daerah (contoh:
di tingkat Pokja Kota Sehat, 16 Jumlah
Pusat Pokja AMPL) kabupaten/
kota yang
menga-
komodasi
50 50 Bappenas
CTPS di
dalam ru-
ang lingkup
Pokja
daerah

2.2.2 Pelaksanaan 17 Terlak-


rapat koordinasi sananya
2.2 Pengem- tahunan Pokja rapat
bangan forum 5,500 5,500 5,500 5,500 5,500 5,500 5,500 5,500 Provinsi
tingkat provinsi koordinasi
koordinasi tahunan
CTPS di daerah di Provinsi
memanfaatkan
forum yang 2.2.3 Pelaksanaan 18 Terlak-
telah ada rapat koordinasi sananya
tahunan Pokja rapat
tingkat kabupaten/ koordinasi
600 600 600 600 600 600 600 600 Provinsi
kota tahunan
rutin di
kabupaten/
kota

2.2.4 Pelaksanaan 19 Terlaksanan-


rapat koordinasi ya rapat
rutin (triwulan) koordinasi Kabupat-
3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500
Pokja di tingkat tahunan di en/Kota
provinsi kabupaten/
kota

2.2.5 Pelaksanaan 20 Terlak-


rapat koordinasi sananya
bulanan rutin rapat
Kabupat-
(triwulan) koordinasi 5,500 5,500 5,500 5,500 5,500 5,500 5,500 5,500
en/Kota
Pokja di tingkat rutin di
kabupaten/kota kabupaten/
kota

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 71
KEMEN-
ISU/ TERIAN/
TANTA- STRATEGI PROGRAM INDIKATOR 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 LEMBAGA
NGAN PENGAM-
PU

3.1.1 Memasukkan 21 Program


ketersediaan peruma-
fasilitas CTPS han dan
sebagai bagian sanitasi
dalam program menga- PUPR,
perumahan rakyat komodasi 500 500 Bappenas,
dan sanitasi CTPS Kemenkes
dalam
berbagai
Pedoman-
nya

3.1.2 Standardisasi 22 Tersusun-


fasilitas CTPS nya SNI
PUPR,
yang inklusif untuk
Kemenkes,
disabilitas fasilitas 250 250
BNPB,
termasuk fasilitas CTPS
3.1 Memperkuat BSN
CTPS untuk kondisi
kerangka darurat
pengaturan
CTPS berkaitan 3.1.3 Penyusunan 23 Tersusunn-
dengan Panduan ya Panduan
keberlanjutan pendanaan
layanan, per- O&M fasilitas 500 250 Kemenkes
baikan tingkat CTPS di sekolah,
layanan, serta Madrasah, faskes
pemenuhan dan fasilitas publik
akses untuk
3. Memas- 3.1.4 Advokasi 24 CTPS
semua
tikan ke- prioritasi CTPS menjadi
berlanjutan dalam kebijakan salah satu
layanan dan pembangunan Prioritas Bappenas,
perilaku 150 150
Pemerintah Pusat Pemerintah Kemenkes
CTPS di dan memi-
berbagai liki target
tatanan nasional

3.1.5 Advokasi 25 CTPS


prioritasi CTPS secara
dalam kebijakan spesifik
pembangunan masuk di
Kemen-
Pemerintah dalam Per- 50 50 50 50 50 50 50 50
dagri
Daerah mendagri
tentang
RKPD dan
APBD

3.2.1 Pelaksanaan 26 Terlak-


studi ekosistem sananya
2,500 2,500 Kemenkes
penyedia fasiilitas studi
3.2 Mem- CTPS
perkuat eko-
3.2.2 27 Terben-
sistem penyedia
Pengembangan tuknya
fasilitas CTPS
pusat pusat pen-
sehingga dapat 500 250 Kemenkes
pengetahuan getahuan
menjamin
dan teknologi (knowledge
ketersediaann-
CTPS yang tepat center)
ya secara luas
guna, inklusif
dengan harga 28 Opera-
disabilitas, sensitif
terjangkau sionalisasi
perubahan iklim,
dengan harga yang pusat 100 100 100 100 100 100 100 Kemenkes
kompetitif pengeta-
huan

72 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
KEMEN-
ISU/ TERIAN/
TANTA- STRATEGI PROGRAM INDIKATOR 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 LEMBAGA
NGAN PENGAM-
PU

3.2.3 Pelibatan 29 Jumlah


masyarakat dan masyarakat
usaha mikro dan/atau
& kecil untuk usaha kecil
pemenuhan yang terli- 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenkes
kebutuhan fasilitas bat dalam
CTPS pemenuhan
fasilitas
CTPS

3.2.4 Peningkatan 30 Jumlah


kapasitas peserta
masyarat dan pening- 750 750 750 750 750 750 750 750 Kemenkes
usaha kecil terkait katan
CTPS kapasitas

3.3.1 Peningkatan 31 Persentase


kualitas layanan rumah
Mas-
dan penyediaan tangga
yarakat,
akses CTPS yang dengan
Pemerintah
inklusif disabilitas Layanan 650,000 500,000 500,000 500,000 350,000 300,000 250,000 225,000 200,000
kabupaten/
dan sensitif Dasar
kota
perubahan iklim di
rumah tangga

3.3.2 Peningkatan 32 Persentase


kualitas layanan siswa
Kemendik-
dan penyediaan dengan
budristek,
akses CTPS yang Layanan
25,000 25,000 25,000 25,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 provinsi,
inklusif disabilitas Dasar
kabupaten/
dan sensitif
kota
perubahan iklim di
sekolah

3.3.3 Peningkatan 33 Persentase


kualitas layanan siswa
dan penyediaan dengan
akses CTPS yang Layanan
15,000 15,000 15,000 15,000 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 Kemenag
inklusif disabilitas Dasar
dan sensitif
perubahan iklim di
Madrasah

3.3.4 Peningkatan 34 Persentase


kualitas layanan pasien
3.3 Percepatan
dan penyediaan yang dapat
peningkatan Kemenkes,
akses CTPS yang mengakses
kualitas layanan 2,000 2,000 2,000 2,000 kabupaten/
inklusif disabilitas Layanan
dan penyediaan kota
dan sensitif Dasar
akses fasilitas
perubahan iklim di
CTPS di berb-
fasilitas kesehatan
agai tatanan
3.3.5 Peningkatan 35 Persentase
kualitas layanan pedagang
dan penyediaan dan
akses CTPS yang pengunjung Kabupat-
1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500
inklusif disabilitas tradisional en/kota
dan sensitif dengan
perubahan iklim di Layanan
Pasar Tradisional Dasar

3.3.6 Peningkatan 36 Persentase


kualitas layanan penumpang
dan penyediaan terminal
Kemenhub,
akses CTPS yang dengan
provinsi,
inklusif disabilitas Layanan 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
kabupaten/
dan sensitif Dasar
kota
perubahan iklim
di Terminal (darat,
laut dan udara)

3.3.7 Peningkatan 37 Persentase


kualitas layanan pengunjung Kemen-
dan penyediaan tempat parekraf,
akses CTPS yang wisata provinsi,
inklusif disabilitas prioritas 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 kabupaten/
dan sensitif dengan kota, badan
perubahan iklim Layanan usaha
di tempat wisata Dasar pengelola
prioritas

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 73
KEMEN-
ISU/ TERIAN/
TANTA- STRATEGI PROGRAM INDIKATOR 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 LEMBAGA
NGAN PENGAM-
PU

3.4.1 Pengem- 38 Terben-


bangan sistem tuknya
3.4 Pengemban- pemeringkatan sistem
gan mekanisme 500 500 Kemenkes
CTPS daerah pemering-
insentif untuk katan CTPS
Pemerintah daerah
Daerah terkait
penyediaan 3.4.2 Pengemban- 39 Tersusun-
fasilitas CTPS di gann insentif daer- nya insetif
Kemend-
semua tatanan ah berdasarkan bagi daer- 500 500
agri
peringkat status ah terkait
CTPS CTPS

3.5.1 Advokasi 40 Terlak-


CTPS sebagai sananya
bagian/komponen event atau 500 500 Kemenkes
sertifikasi layanan pertemuan
di fasilitas publik advokasi

41 Ter- Kemendag,
3.5 Memasuk- susunnya Kemenub,
kan keberadaan, Pedoman/ 250 250 Kemen-
keberfungsian SOP (NSPK) parekraf,
penuh fasilitas, Kemenkes
serta perilaku
CTPS sebagai 3.5.3 Pelembagaan 42 SNI
bagian standar pedoman sertifi- tentang
layanan fasili- kasi CHSE untuk pedoman
tas umum pelaku wisata CHSE
dan ekonomi
Kemen-
kreatif dengan 250 250
parekraf
ketersediaan dan
keberfungsian
fasilitas CTPS
sebagai salah satu
kriteria

4.1.1 43 Terben-
Pengembangan tuknya
provinsi dan sistem
kabupaten/kota penetapan
prioritas intervensi prioritas
CTPS berdasarkan provinsi
Kemenkes,
sistem dan kabu- 500 500
Bappenas
4.1 Penyediaan pemeringkatan paten/kota
dukungan pe- CTPS termasuk
merintah pusat provinsi
secara selektif dan kabu-
berdasarkan paten/kota
tingkat prioritas prioritas
daerah 4.1.2 Penyediaan 44 Terse-
dukungan dan dianya
fasilitasi Pusat dukungan
untuk provinsi dan Pusat untuk Kemenkes,
250 250 250 250 250 250 250 250
kabupaten/kota provinsi Bappenas
prioritas dan kabu-
4. Keter- paten/kota
batasan prioritas
sumber daya
4.2.1 45 Terseleng-
Pemerintah
Penyelenggaraan garanya
Pusat
event tahunan event
pembelajaran tahunan 500 500 500 500 500 500 500 500 Kemenkes
horizontal antar pembe-
daerah terkait lajaran
CTPS horizontal

4.2.2 46 Sistem
Pengembangan berbagi
4.2 Mendorong
sistem berbagi penge-
pembelajaran
pengetahuan tahuan 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenkes
horizontal antar
secara daring yang ada dan
daerah
dapat diakses oleh berfungsi
publik

4.2.3 47 Jumlah
Pendokumentasian dokumen-
secara berkala tasi kisah
kisah sukses sukses un- 250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenkes
terkait CTPS di tuk setiap
daerah dalam formatnya
beragam format

74 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
KEMEN-
ISU/ TERIAN/
TANTA- STRATEGI PROGRAM INDIKATOR 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 LEMBAGA
NGAN PENGAM-
PU

5.1.1 48 Dashboard
Pengembangan SDG 6.2.1
dan menampil-
penyelenggaraan kan
Dashboard SDG akses CTPS 250 250 250 Bappenas
untuk dapat semua
menampilkan tatanan
akses CTPS di
semua tatanan

5.1.2 49 Tersedian-
Pengembangan ya sistem
dan monitoring
penyelenggaraan tahunan 500 250 Kemenkes
sistem untuk
pemantauan fasilitas
CTPS di fasilitas kesehatan
kesehatan
berdasarkan 50 Tersedian-
Rifaskes ya laporan
hasil 250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenkes
pemantau-
an reguler

5.1.3 51 Tersedian-
Pengembangan ya sistem
dan monitoring
500 250 Kemendag
penyelenggaraan tahunan
sistem untuk pasar
pemantauan tradisional
CTPS di Pasar
Tradisional 52 Tersedian-
ya laporan
hasil 250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemendag
pemantau-
5.1 Sinkronisasi an reguler
berbagai sistem
5.1.4 53 Tersedian-
5. Keterse- dan usaha
Pengembangan ya sistem
diaan dan pemantauan
dan monitoring
akurasi berbagai 500 250 Kemenhub
penyelenggaraan tahunan
data CTPS kementerian/
sistem untuk
terbatas, lembaga
pemantauan CTPS terminal
utamanya di terminal (darat,
untuk laut dan udara) 54 Tersedian-
tatanan se- ya laporan
lain rumah hasil 250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenhub
tangga pemantau-
an reguler

5.1.5 55 Tersedian-
Pengembangan ya sistem
dan monitoring
penyelenggaraan tahunan 500 250 Kemnaker
sistem untuk
pemantauan CTPS tempat
di kantor dan kerja
tempat kerja
56 Tersedian-
ya laporan
hasil 250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemnaker
pemantau-
an reguler

5.1.6 57 Tersedian-
Pengembangan ya sistem
dan peman- Kemenkes,
penyelenggaraan tauan 500 250 Satgas
sistem kepatuhan Covid-19
pemantauan perilaku
kepatuhan perilaku CTPS
CTPS di seluruh
tatanan 58 Tersedian-
ya laporan
hasil
250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenkes
pemantau-
an setiap
bulan

5.2.1 Pembentukan 59 Terben-


5.2 Pendirian
sekretariat tuknya
sekretariat
nasional untuk Sekretariat
nasional sistem
kegiatan Nasional 250 Kemenkes
pemantuan dan
pemantauan dan
evaluasi CTPS
evaluasi CTPS
nasional
semua tatanan

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 75
KEMEN-
ISU/ TERIAN/
TANTA- STRATEGI PROGRAM INDIKATOR 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 LEMBAGA
NGAN PENGAM-
PU

5.2.2 Pelaksanaan 60 Tersusunn-


evaluasi rutin ya laporan
(termasuk evaluasi
verifikasi tahunan
ke daerah)
500 500 500 500 500 500 500 500 500 Kemenkes
menggunakan
hasil pemantauan
sebagai bagian
evaluasi Rencana
Aksi CTPS

5.3 Meningkat- 5.3.1 Pelaksanaan 61 Terlak-


kan pemahaman studi dampak sananya
atas dampak in- intervensi CTPS studi
ternvensi CTPS terhadap angka dampak
sebagai bagian kesakitan, biaya
1,500 1,500 Kemenkes
pengembangan kesehatan, dan
kebijakan ber- kemiskinan
basis data (ev-
idence-based
policy).

6.1.1 Memperkuat 62 Terse-


Pokja PPP untuk dianya
dapat melakukan dukungan
identifikasi tenaga ahli
dan advokasi dan/atau
pemangku fasilitator 250 250 Kemenkes
kepentingan untuk Pokja
potensial PPP
CTPS melalui
penyediaan tenaga
6.1 Memper- ahli/fasilitator
kaya bauran
6.1.2 63 Terseleng-
pendanaan dari
Penyelenggaraan garannya
sumber-sumber
kegiatan kegiatan
alternatif
pemasaran CTPS pemasaran 500 500 500 500 500 500 500 500 Kemenkes
non-pemerintah
tahunan di tingkat CTPS di
Pusat tingkat
nasional

6.1.3 64 Terseleng-
6. Mas- Penyelenggaraan garannya
yarakat kegiatan kegiatan
Pemerintah
sebagai pemasaran CTPS pemasaran 2,750 2,750 2,750 2,750 2,750 2,750 2,750 2,750
Provinsi
kontributor tahunan di tingkat CTPS di
pendanaan Provinsi tingkat
CTPS ter- provinsi
besar
6.2.1 Menyertakan 65 Pro-
ketersediaan gram-pro-
fasilitas CTPS gram pen-
sebagai bagian gentasan
Bappenas,
program-program kemiskinan
250 250 PUPR,
pengentasan memasuk-
Kemenkes
kemiskinan kan CTPS
di dalam
Pedoman-
6.2 Pengemban- nya
gan dukungan 6.2.2 Advokasi 66 Terse-
pendanaan un- dukungan dianya
tuk masyarakat pendanaan khusus dukungan
miskin fasilitas CTPS pendanaan
untuk masyarakat khusus dari
miskin dan APBN un-
berpenghasilan tuk fasilitas 500 500 Bappenas
rendah CTPS bagi
masyarakat
miskin dan
berpeng-
hasilan
rendah

76 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
KEMEN-
ISU/ TERIAN/
TANTA- STRATEGI PROGRAM INDIKATOR 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 LEMBAGA
NGAN PENGAM-
PU

7.1 Menga- 7.1.1 Pedoman 67 Ter-


lokasikan perhitungan susunnya
250 250 Kemenkes
anggaran yang biaya CTPS tahap pedoman
mencukupi tanggap darurat
untuk kegiatan
ketahanan iklim 7.1.2 Advokasi 68 Jumlah
dan tanggap penggunaan pemerintah
Pedoman ini oleh daerah Kemenkes,
darurat ber- 500 500
pemerintah daerah yang telah BNPB/D
kaitan dengan
CTPS diadvokasi
7. Peningka-
tan risiko 7.2.1 Memasukkan 69 Revisi
bencana aspek CTPS pedoman
akibat dalam pedoman dengan
perubahan 250 250 BNPB/D
penyelenggaraan mencantu-
iklim penanggulangan man CTPS
7.2 Memastikan bencana
pertimbangan
akses CTPS di 7.2.2 Peningkatan 70 Jumlah
seluruh tahapan kapasitas seluruh kegiatan
penyelenggaran pemangku pening-
penanggulan- kepentingan katan kapa-
gan bencana terkait sitas yang
750 750 BNPB/D
memasukkan terlaksana
aspek CTPS dalam terkait
penyelenggaraan CTPS
penanggulangan
bencana

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 77
LAMPIRAN 2

RINCIAN PERKIRAAN
BIAYA DAN MOBILISASI
SUMBER DAYA

78 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
METODOLOGI
Menentukan biaya satuan adalah langkah pertama dalam memperkirakan biaya CTPS. Langkah-langkah untuk
menentukan biaya satuan digambarkan dalam diagram di bawah ini, yang dimulai dengan mendefinisikan asumsi
biaya untuk sembilan kategori biaya. Biaya satuan ditentukan untuk setiap tatanan di tingkat harga 2021 yang
berlaku untuk Jabodetabek.

Struktur biaya AACE Class 4 Hasil 1 (Perkiraan atas):


(9 kategori) (rentang biaya) harga satuan di setiap
provinsi untuk masing-
masing tatanan

Menerapkan indeks Hasil 2 (Perkiraan tengah):


Asumsi untuk setiap kemahalan provinsi Menerapkan inflasi harga satuan di setiap
kategori biaya (variasi biaya per (angka nasional) provinsi untuk masing-
provinsi) masing tatanan

Hasil 3 (Perkiraan bawah):


Asumsi untuk setiap harga satuan di setiap
kategori biaya provinsi untuk masing-
(berketahanan iklim) masing tatanan

Gambar 0 1 Langkah-langkah menentukan rencang biaya satuan

Setelah menentukan biaya satuan, langkah selanjutnya adalah menggunakan biaya satuan untuk menghitung
perkiraan biaya CAPEX dan OPEX tahunan berdasarkan perkiraan jumlah penerima manfaat untuk setiap tatanan.
Penerima manfaat diproyeksikan dengan mengalikan data dasar yang tersedia dengan tingkat pertumbuhan
tahunan (1,25%). Dengan menggunakan target akses tahunan, jumlah fasilitas baru yang dibutuhkan (setiap tahun)
dapat dihitung. Perkiraan biaya CAPEX tahunan dihitung dengan mengalikan target tahunan untuk fasilitas baru
dengan biaya unit (CAPEX). Perkiraan OPEX dihitung dengan mengalikan jumlah total fasilitas yang dibutuhkan
dengan biaya satuan (OPEX).

Target pertumbuhan
akses tahunan
dalam %

HASIL 2:
perkiraan CAPEX
Menerapkan Proyeksi tahunan
Data dasar masing-
pertumbuhan dan kumulatif
masing tatanan
tahunan hingga 2030
HASIL 3:
perkiraan OPEX

HASIL 1:
satuan biaya untuk
setiap tatanan

Gambar 0 2 Langkah-langkah dalam perkiraan biaya CAPEX dan OPEX

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 79
PERHITUNGAN BIAYA SATUAN
Biaya satuan ditentukan untuk setiap kategori biaya. Dalam melakukan ini, digunakan beberapa asumsi seperti
yang dijelaskan secara rinci dalam dua tabel di bawah ini. Dua skenario disiapkan, tidak berketahanan iklim dan
berketahanan iklim.

Tabel 0 1 Sembilan kategori biaya CTPS

No Kategori biaya Keterangan dan asumsi Referensi


Biaya investasi
1 Koordinasi dan Biaya koordinasi antar pemangku kepentingan di Perkiraan sendiri
fasilitasi (software) tingkat Pusat, provinsi dan kab.kota, termasuk
biaya penyediaan pendamping/fasilitator
2 Promosi (software) Terdiri dari pelaksanaan riset formatif dan desain Perkiraan sendiri
materi promosi (dilakukan setiap 2 tahun), produksi
dan diseminasi materi promosi melalui berbagai
kanal termasuk promosi melalui kunjungan dari
rumah ke rumah
3 Peningkatan kapasitas Peningkatan kapasitas terkait CTPS melalui Perkiraan sendiri
(software) kegiatan pembelajaran dan berbagi pengetahuan.
Diasumsikan berbiaya 50% dari biaya koordinasi
dan fasilitasi.
4 Pengadaan dan Fasilitasi permanen: kran air tanpa bak keramik Pedoman Cuci Tangan Pakai
pemasasan fasilitas (sink) atau Model 3 Sabun (Kemenkes & Unicef,
CTPS (software) 2020)
Biaya tahunan (termasuk rehabilitasi dan peningkatan)
5 Rehabilitasi Diasumsikan umur desain 10 tahun. UNICEF. (May 2020).
Handwashing Stations and
Supplies for the COVID-19
response
6 Promosi lanjutan Promosi lanjutan dilakukan untuk memastikan Ross, Ian et.al (2021)
perubahan perilaku terjadi. Asumsi biaya untuk
kegiatan ini adalah 25% dari biaya Promosi
7 Pemantauan dan Biaya yang terkait pengembangan dan Perkiraan sendiri
evaluasi penyelenggaraan monitoring dan evaluasi secara
regular dengan asumsi biaya sebesar 25% dari
biaya Koordinasi dan Fasilitasi
Biaya tahunan barang habis pakai
8 Air Penggunaan air per sekali pemakaian adalah 2 *) Hoque BA (2003)
liter* dengan frekuensi cuci tangan diasumsikan **) Beale, Sarah et.al (2020)
sebanyak 10 kali** per hari. Tarif air mengadu ***) PAM Jaya, kelompok
pada kelompok tarif rumah tangga terendan di pelanggan IIIA, Rp3,550 per
PAM Jaya Water ***. m3
9 Sabun Diasumsikan penggunaan sabun cair dengan *) Harga rata-rata berbagai
harga terendah yang tersedia di pasar*. Volume merek sabun cari yang
pemakaian sabun untuk setiap penggunaan tersedia di marketplace online
diasumsikan sebesar 0.65 ml**. (Rp 13.19 per ml)
**) Nilai tengah dari rentang
volume penggunaan sabun
sesuai Larson et.al (1987)

80 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Tabel 0 2 Sembilan kategori biaya CTPS, berketahanan iklim

No Kategori biaya Keterangan dan asumsi Referensi


Biaya investasi
1 Koordinasi dan Biaya koordinasi antar pemangku kepentingan di Perkiraan sendiri
fasilitasi (software) tingkat Pusat, provinsi dan kab.kota, termasuk
biaya penyediaan pendamping/fasilitator
2 Promosi (software) Terdiri dari pelaksanaan riset formatif dan desain Perkiraan sendiri
materi promosi (dilakukan setiap 2 tahun), produksi
dan diseminasi materi promosi melalui berbagai
kanal termasuk promosi melalui kunjungan dari
rumah ke rumah
3 Peningkatan kapasitas Peningkatan kapasitas terkait CTPS melalui Perkiraan sendiri
(software) kegiatan pembelajaran dan berbagi pengetahuan.
Diasumsikan berbiaya 50% dari biaya koordinasi
dan fasilitasi.
4 Pengadaan dan Fasilitasi permanen: kran air tanpa bak keramik Pedoman Cuci Tangan Pakai
pemasasan fasilitas (sink) atau Model 3 Sabun (Kemenkes & Unicef,
CTPS (software) 2020)
Biaya tahunan (termasuk rehabilitasi dan peningkatan)
5 Rehabilitasi Diasumsikan umur desain 10 tahun. UNICEF. (May 2020).
Handwashing Stations and
Supplies for the COVID-19
response
6 Promosi lanjutan Promosi lanjutan dilakukan untuk memastikan Ross, Ian et.al (2021)
perubahan perilaku terjadi. Asumsi biaya untuk
kegiatan ini adalah 25% dari biaya Promosi
7 Pemantauan dan Biaya yang terkait pengembangan dan Perkiraan sendiri
evaluasi penyelenggaraan monitoring dan evaluasi secara
regular dengan asumsi biaya sebesar 25% dari
biaya Koordinasi dan Fasilitasi
Biaya tahunan barang habis pakai
8 Air Volume air per penggunaan sebesar 0.7225 *) Whinnery et al, (2016)
liter* dengan frekuensi 10 kali** per day. Tarif air **) Beale, Sarah et.al (2020)
mengacu pada tarif truk tangki air yang berlaku di ***) Market price (online)
Jabodetakek tahun 2021***. Rp500,000 per m3
9 Sabun Diasumsikan penggunaan sabun cair dengan *) Harga rata-rata berbagai
harga terendah yang tersedia di pasar*. Volume merek sabun cari yang
pemakaian sabun untuk setiap penggunaan tersedia di marketplace online
diasumsikan sebesar 0.65 ml**. (Rp 13.19 per ml)
**) Nilai tengah dari rentang
volume penggunaan sabun
sesuai Larson et.al (1987)

MENERAPKAN INDEKS KEMAHALAN PROVINSI DAN INFLASI


Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) digunakan sebagai pendekatan untuk menggambarkan kesulitan geografis suatu
wilayah1. Semakin sulit lokasi geografisnya, semakin tinggi tingkat harganya. IKK disiapkan untuk setiap kabupaten/
kotamadya dan provinsi, dan merupakan indeks relatif terhadap kota referensi. Tabel berikut memberikan Indeks
Biaya Konstruksi Provinsi 2021 seperti yang dilaporkan oleh BPS.

1 Publikasi IKK merupakan publikasi tahunan BPS dan dapat diakses secara bebas di https://www.bps.go.id/publication/2021/10/01/5c4a07aac6a0ab5df7987d-
cf/indeks-kemahalan-konstruksi-provinsi-dan-kabupaten-kota-2021.html

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 81
Tabel 0.3 Construction Cost Index by Province, 2021

BPS Construction cost index Corrected to Jakarta


Province
Code (BPS 2021)* as reference*
1100 Aceh 99,03 0,82
1200 Sumatera Utara 101,63 0,84
1300 Sumatera Barat 94,77 0,78
1400 Riau 94,85 0,78
1500 Jambi 92,76 0,76
1600 Sumatera Selatan 91,58 0,75
1700 Bengkulu 94,42 0,78
1800 Lampung 92,57 0,76
1900 Kep. Bangka Belitung 101,21 0,83
2100 Kep. Riau 116,80 0,96
3100 DKI Jakarta 121,42 1,00
3200 Jawa Barat 102,60 0,85
3300 Jawa Tengah 97,65 0,80
3400 DI Yogyakarta 100,31 0,83
3500 Jawa Timur 100,80 0,83
3600 Banten 97,64 0,80
5100 Bali 103,17 0,85
5200 Nusa Tenggara Barat 101,93 0,84
5300 Nusa Tenggara Timur 93,58 0,77
6100 Kalimantan Barat 111,45 0,92
6200 Kalimantan Tengah 101,47 0,84
6300 Kalimantan Selatan 99,25 0,82
6400 Kalimantan Timur 109,81 0,90
6500 Kalimantan Utara 106,00 0,87
7100 Sulawesi Utara 104,43 0,86
7200 Sulawesi Tengah 90,50 0,75
7300 Sulawesi Selatan 96,84 0,80
7400 Sulawesi Tenggara 99,38 0,82
7500 Gorontalo 95,07 0,78
7600 Sulawesi Barat 90,72 0,75
8100 Maluku 124,61 1,03
8200 Maluku Utara 112,31 0,92
9100 Papua Barat 130,59 1,08
9400 Papua 207,11 1,71

Catatan:
*) Kota referensi adalah Kota Makasar
**) DKI Jakarta digunakan sebagai referensi dalam perhitungan

82 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Variasi tahunan dari indeks biaya konstruksi tidak dipertimbangkan dalam analisis biaya. Kami menggunakan indeks
biaya konstruksi 2021 sepanjang periode perencanaan, tanpa menerapkan proyeksi penyesuaian atau variasi tahunan.

Untuk proyeksi estimasi biaya


tahunan, tingkat inflasi sebesar 3%
digunakan setelah penyesuaian
harga dengan menerapkan Indeks
Biaya Konstruksi (IKK) 2021
untuk masing-masing provinsi.
Tingkat inflasi sebesar 3%
digunakan berdasarkan tingkat
inflasi selama 5 tahun terakhir
(yang dianggap cukup stabil), dan
tidak mempertimbangkan kondisi
pandemi. Angka tingkat inflasi
yang sama digunakan sepanjang
periode perencanaan tanpa
penyesuaian.

Gambar 0 3 Inflasi bulanan dari tahun 2020 - 2021


(Sumber: Bank Indonesia, https://www.bi.go.id/id/statistik/indikator/data-inflasi.aspx)

HASIL PERHITUNGAN BIAYA SATUAN


Hasil perhitungan biaya satuan untuk setiap tatanan disajikan dalam serangkaian tabel di bawah ini dan memberikan
rentang biaya dari perkiraan rendah, nilai menengah hingga perkiraan tinggi berdasarkan klasifikasi kelas 4 AACE.
Tabel-tabel berikut diambil langsung dari Costing tool sehingga tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM

Tabel 0-4 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah tangga (tingkat harga 2021)

BIAYA PER ORANG (IDR)


KODE
KATEGORI BIAYA UNIT PERKIRAAN NILAI ESTIMASI
BIAYA
RENDAH TENGAH TERTINGGI
1 Biaya investasi/modal per orang 49,096 63,350 85,523
2 Koordinasi dan fasilitasi (software) 1,550 2,000 2,700
3 Promosi (software) 10,850 14,000 18,900
4 Peningkatan kapasitas (software) 775 1,000 1,350
5 Pengadaan dan pemasangan CTPS (hardware) 35,921 46,350 62,573
6 Biaya rutin tahunan (termasuk rehabilitasi dan per orang/tahun 6,692 8,635 11,657
peningkatan)
7 Rehabilitasi 3,592 4,635 6,257
8 Promosi lanjutan 2,713 3,500 4,725
9 Pemantauan dan evaluasi 388 500 675
10 Barang habis pakai tahunan per orang/tahun 44,950 58,000 78,300
11 Air 20,150 26,000 35,100
12 Sabun 24,800 32,000 43,200
0 TOTAL 100,738 129,985 175,480

Untuk sekolah (dan Madrasah), biaya per orang terdiri dari dua tingkat biaya: yaitu dari tidak ada layanan ke layanan
RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN 83
dasar dan dari layanan terbatas ke layanan dasar.

Tabel 0 5 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021)

BIAYA PER ORANG (IDR)


KODE
KATEGORI BIAYA UNIT PERKIRAAN NILAI ESTIMASI
BIAYA
RENDAH TENGAH TERTINGGI
1 Biaya investasi/modal per orang 7,208 9,300 12,555
2 Koordinasi dan fasilitasi (software) 775 1,000 1,350
3 Promosi (software) 1,550 2,000 2,700
4 Peningkatan kapasitas (software) 388 500 675
5 Pengadaan dan pemasangan CTPS (hardware) 4,495 5,800 7,830
6 Biaya rutin tahunan (termasuk rehabilitasi dan per orang/tahun 1,031 1,330 1,796
peningkatan)
7 Rehabilitasi 450 580 783
8 Promosi lanjutan 388 500 675
9 Pemantauan dan evaluasi 194 250 338
10 Barang habis pakai tahunan per orang/tahun 22,475 29,000 39,150
11 Air 10,075 13,000 17,550
12 Sabun 12,400 16,000 21,600
0 TOTAL 30,713 39,630 53,501

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

Tabel 0 6 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: layanan terbatas menuju layanan dasar (tingkat harga 2021)

BIAYA PER ORANG (IDR)


KODE
KATEGORI BIAYA UNIT PERKIRAAN NILAI ESTIMASI
BIAYA
RENDAH TENGAH TERTINGGI
1 Biaya investasi/modal per orang 2,713 3,500 4,725
2 Koordinasi dan fasilitasi (software) 775 1,000 1,350
3 Promosi (software) 1,550 2,000 2,700
4 Peningkatan kapasitas (software) 388 500 675
5 Pengadaan dan pemasangan CTPS (hardware) 0 0 0
6 Biaya rutin tahunan (termasuk rehabilitasi dan per orang/tahun 581 750 1,013
peningkatan)
7 Rehabilitasi 0 0 0
8 Promosi lanjutan 388 500 675
9 Pemantauan dan evaluasi 194 250 338
10 Barang habis pakai tahunan per orang/tahun 12,400 16,000 21,600
11 Air 0 0 0
12 Sabun 12,400 16,000 21,600
0 TOTAL 15,694 20,250 27,338

Table 0 7 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas kesehatan(tingkat harga 2021)

84 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
BIAYA PER ORANG (IDR)
KODE
KATEGORI BIAYA UNIT PERKIRAAN NILAI ESTIMASI
BIAYA
RENDAH TENGAH TERTINGGI
1 Biaya investasi/modal per orang 1,768 2,281 3,080
2 Koordinasi dan fasilitasi (software) 78 100 135
3 Promosi (software) 155 200 270
4 Peningkatan kapasitas (software) 39 50 68
5 Pengadaan dan pemasangan CTPS (hardware) 1,497 1,931 2,607
6 Biaya rutin tahunan (termasuk rehabilitasi dan per orang/tahun 208 268 362
peningkatan)
7 Rehabilitasi 150 193 261
8 Promosi lanjutan 39 50 68
9 Pemantauan dan evaluasi 19 25 34
10 Barang habis pakai tahunan per orang/tahun 27,125 35,000 47,250
11 Air 12,400 16,000 21,600
12 Sabun 14,725 19,000 25,650
0 TOTAL 29,101 37,549 50,692

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

Tabel 0 8 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas umum (tingkat harga 2021)

BIAYA PER ORANG (IDR)


KODE
KATEGORI BIAYA UNIT PERKIRAAN NILAI ESTIMASI
BIAYA
RENDAH TENGAH TERTINGGI
1 Biaya investasi/modal per orang 3,631 4,902 3,080
2 Koordinasi dan fasilitasi (software) 200 270 135
3 Promosi (software) 1,400 1,890 270
4 Peningkatan kapasitas (software) 100 135 68
5 Pengadaan dan pemasangan CTPS (hardware) 1,931 2,607 2,607
6 Biaya rutin tahunan (termasuk rehabilitasi dan per orang/tahun 593 801 362
peningkatan)
7 Rehabilitasi 193 261 261
8 Promosi lanjutan 350 473 68
9 Pemantauan dan evaluasi 50 68 34
10 Barang habis pakai tahunan per orang/tahun 13,000 17,550 47,250
11 Air 6,000 8,100 21,600
12 Sabun 7,000 9,450 25,650
0 TOTAL 17,224 23,253 50,692

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 85
B. DENGAN PERTIMBANGAN BERKETAHANAN IKLIM

Tabel 0 9 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah tangga (tingkat harga 2021)

BIAYA PER ORANG (IDR)


KODE
KATEGORI BIAYA UNIT PERKIRAAN NILAI ESTIMASI
BIAYA
RENDAH TENGAH TERTINGGI
1 Biaya investasi/modal per orang 49,096 63,350 85,523
2 Koordinasi dan fasilitasi (software) 1,550 2,000 2,700
3 Promosi (software) 10,850 14,000 18,900
4 Peningkatan kapasitas (software) 775 1,000 1,350
5 Pengadaan dan pemasangan CTPS (hardware) 35,921 46,350 62,573
6 Biaya rutin tahunan (termasuk rehabilitasi dan per orang/tahun 6,692 8,635 11,657
peningkatan)
7 Rehabilitasi 3,592 4,635 6,257
8 Promosi lanjutan 2,713 3,500 4,725
9 Pemantauan dan evaluasi 388 500 675
10 Barang habis pakai tahunan per orang/tahun 44,950 58,000 78,300
11 Air 20,150 26,000 35,100
12 Sabun 24,800 32,000 43,200
0 TOTAL 100,738 129,985 175,480

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

Untuk sekolah (dan Madrasah), biaya per orang terdiri dari dua tingkat biaya: yaitu dari tidak ada layanan ke layanan
dasar dan dari layanan terbatas ke layanan dasar.

Tabel 0 10 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021)

BIAYA PER ORANG (IDR)


KODE
KATEGORI BIAYA UNIT PERKIRAAN NILAI ESTIMASI
BIAYA
RENDAH TENGAH TERTINGGI
1 Biaya investasi/modal per orang 7,208 9,300 12,555
2 Koordinasi dan fasilitasi (software) 775 1,000 1,350
3 Promosi (software) 1,550 2,000 2,700
4 Peningkatan kapasitas (software) 388 500 675
5 Pengadaan dan pemasangan CTPS (hardware) 4,495 5,800 7,830
6 Biaya rutin tahunan (termasuk rehabilitasi dan per orang/tahun 1,031 1,330 1,796
peningkatan)
7 Rehabilitasi 450 580 783
8 Promosi lanjutan 388 500 675
9 Pemantauan dan evaluasi 194 250 338
10 Barang habis pakai tahunan per orang/tahun 22,475 29,000 39,150
11 Air 10,075 13,000 17,550
12 Sabun 12,400 16,000 21,600
0 TOTAL 30,713 39,630 53,501

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

86 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Tabel 0 11 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: layanan terbatas menuju layanan dasar (tingkat harga 2021)

BIAYA PER ORANG (IDR)


KODE
KATEGORI BIAYA UNIT PERKIRAAN NILAI ESTIMASI
BIAYA
RENDAH TENGAH TERTINGGI
1 Biaya investasi/modal per orang 2,713 3,500 4,725
2 Koordinasi dan fasilitasi (software) 775 1,000 1,350
3 Promosi (software) 1,550 2,000 2,700
4 Peningkatan kapasitas (software) 388 500 675
5 Pengadaan dan pemasangan CTPS (hardware) 0 0 0
6 Biaya rutin tahunan (termasuk rehabilitasi dan per orang/tahun 581 750 1,013
peningkatan)
7 Rehabilitasi 0 0 0
8 Promosi lanjutan 388 500 675
9 Pemantauan dan evaluasi 194 250 338
10 Barang habis pakai tahunan per orang/tahun 12,400 16,000 21,600
11 Air 0 0 0
12 Sabun 12,400 16,000 21,600
0 TOTAL 15,694 20,250 27,338

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

Tabel 0 12 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas kesehatan (tingkat harga 2021)

BIAYA PER ORANG (IDR)


KODE
KATEGORI BIAYA UNIT PERKIRAAN NILAI ESTIMASI
BIAYA
RENDAH TENGAH TERTINGGI
1 Biaya investasi/modal per orang 1,768 2,281 3,080
2 Koordinasi dan fasilitasi (software) 78 100 135
3 Promosi (software) 155 200 270
4 Peningkatan kapasitas (software) 39 50 68
5 Pengadaan dan pemasangan CTPS (hardware) 1,497 1,931 2,607
6 Biaya rutin tahunan (termasuk rehabilitasi dan per orang/tahun 208 268 362
peningkatan)
7 Rehabilitasi 150 193 261
8 Promosi lanjutan 39 50 68
9 Pemantauan dan evaluasi 19 25 34
10 Barang habis pakai tahunan per orang/tahun 27,125 35,000 47,250
11 Air 12,400 16,000 21,600
12 Sabun 14,725 19,000 25,650
0 TOTAL 29,101 37,549 50,692

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 87
Tabel 0 13 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas umum (tingkat harga 2021)

BIAYA PER ORANG (IDR)


KODE
KATEGORI BIAYA UNIT PERKIRAAN NILAI ESTIMASI
BIAYA
RENDAH TENGAH TERTINGGI
1 Biaya investasi/modal per orang 2,814 3,631 4,902
2 Koordinasi dan fasilitasi (software) 155 200 270
3 Promosi (software) 1,085 1,400 1,890
4 Peningkatan kapasitas (software) 78 100 135
5 Pengadaan dan pemasangan CTPS (hardware) 1,497 1,931 2,607
6 Biaya rutin tahunan (termasuk rehabilitasi dan per orang/tahun 460 593 801
peningkatan)
7 Rehabilitasi 150 193 261
8 Promosi lanjutan 271 350 473
9 Pemantauan dan evaluasi 39 50 68
10 Barang habis pakai tahunan per orang/tahun 10,075 13,000 17,550
11 Air 4,650 6,000 8,100
12 Sabun 5,425 7,000 9,450
0 TOTAL 13,349 17,224 23,253

Sumber: hasil perhitungan menggunakan Costing tool

HASIL PERKIRAAN BIAYA


Bagian berikut memberikan hasil perkiraan biaya untuk
investasi CTPS serta biaya operasi dan pemeliharaan
untuk mempertahankan layanan. Semua perkiraan
merupakan NILAI TENGAH dan telah disesuaikan
dengan indeks konstruksi provinsi dan inflasi.

TATANAN RUMAH TANGGA


A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Total biaya sebesar 43,2 triliun rupiah (nilai tengah)
diperlukan untuk mencapai 100% akses CTPS dan
mempertahankan layanannya di tatanan rumah tangga.
Biaya investasi tahunan (kode biaya: 1) mengalami
penurunan sepanjang periode perencanaan, dari 0,83
triliun rupiah pada tahun 2021 menjadi 0,28 triliun
rupiah pada tahun 2030. Sebaliknya, peningkatan yang
signifikan terlihat dari biaya tahunan dan bahan habis
pakai tahunan akibat meningkatnya akses CTPS. Grafik
berikut menggambarkan biaya tahunan pengembangan
CTPS di tatanan rumah tangga.

© UNICEF/UN0353504/Ijazah

88 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Annual total cost for achieving 100% HWWS access at household
700 0

600 0

500 0

400 0

300 0

200 0

100 0

0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination
Koordinasi dan andfasilitasi
facilitation Promotion
Promosi
Capacity building
Peningkatan Kapasitas Procureme
Pengadaanntdan
andinstalasi
installaton of HWWS
sarana CTPSfacility
Rehabilitation
Rehabilitasi Top-up
Promosipromotion
lanjutan
Mon itoring an dan
Pemantauan d evaluation
evaluasi Water
Air

Gambar 0 4 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan rumah tangga
(nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Total biaya bahan habis pakai (yang mencakup biaya sabun dan air) menjadi komponen biaya terbesar, terhitung
lebih dari 75% dari total biaya. Pengadaan dan pemasangan fasilitas CTPS menempati peringkat ketiga dalam hal
komponen biaya CTPS, dengan persentase hingga 9% yang merupakan bagian tertinggi dari total persentase biaya
investasi sebesar 12%. Biaya untuk rehabilitasi, promosi lanjutan, serta pemantauan dan evaluasi berkisar 11% dari
biaya tahunan. Gambar dan tabel berikut merinci komposisi biaya setiap komponen.

Percentage (total) based on cost category


0.37% 2.61%
0.19% 9.04%
Percentage (total) based on cost category
0.37% 2.61%
0.19% 9.04% Coordination and facilitation
6.11% Koordinasi dan fasilitasi

6.11%
Coordination
Promosi and facilitation Promotion
Promotion
Peningkatan Kapasitas
Pengadaan
Capacity
Capacity building
buildingdan instalasi
4.61% 4.61% sarana CTPS
Procureme nt and installaton of HWWS facility
42.16%
Rehabilitasi
Procureme nt and installaton of H
42.16% 0.66% Rehabilitation
Promosi lanjutan
0.66% Top-up promotion Rehabilitation
Pemantauan dan evaluasi
Mon itoring an d evaluation
Air Top-up promotion
Water
Sabun
2029 2030 34.25% Soap Mon itoring an d evaluation
Water

34.25% Soap

Gambar 0 5 Persentase biaya total CTPS di tatanan rumah tangga

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 89
Tabel 0 14 Biaya tahunan CTPS untuk setiap kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan rumah tangga (nilai tengah, dalam milyar rupiah)
TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
43,161.513 100.00% Total 1,706.237 2,326.642 2,879.863 3,649.534 4,311.036 4,658.872 5,228.859 5,689.685 6,139.051 6,571.734
5,269.573 Biaya
12.21% investasi/ 831.558 791.324 632.835 650.677 595.663 405.505 413.232 355.575 314.310 278.894
modal
160.753 Koordinasi
0.37% 26.253 19.372 19.979 20.542 18.805 12.802 13.046 11.226 9.923 8.805
dan fasilitasi
1,125.273 2.61% Promosi 183.770 135.604 139.853 143.796 131.638 89.614 91.322 78.580 69.461 61.634
80.377 Peningkatan
0.19% 13.126 9.686 9.989 10.271 9.403 6.401 6.523 5.613 4.961 4.402
kapasitas
3,903.170 Pengadaan
dan
9.04% 608.409 626.662 463.013 476.068 435.816 296.688 302.341 260.156 229.964 204.053
pemasangan
sarana CTPS
4,910.286 Biaya rutin
11.38% 113.347 198.957 291.185 388.612 481.462 551.179 624.041 691.229 754.808 815.467
tahunan
2,635.689 6.11% Rehabilitasi 60.841 106.794 156.299 208.595 258.434 295.856 334.966 371.030 405.158 437.718
1,990.272 Promosi
4.61% 45.942 80.643 118.025 157.515 195.150 223.408 252.941 280.174 305.944 330.531
lanjutan
284.325 Pemantauan
0.66% 6.563 11.520 16.861 22.502 27.879 31.915 36.134 40.025 43.706 47.219
dan evaluasi
Barang
32,981.655 76.41% habis pakai 761.332 1,336.362 1,955.844 2,610.246 3,233.911 3,702.188 4,191.587 4,642.881 5,069.933 5,477.372
tahunan

34.25% Air 341.287 599.059 876.757 1,170.110 1,449.684 1,659.601 1,878.987 2,081.291 2,272.729 2,455.374
14,784.880
18,196.775 42.16% Sabun 420.045 737.303 1,079.086 1,440.135 1,784.227 2,042.586 2,312.600 2,561.589 2,797.204 3,021.999

5,269.573 Biaya
12.21% investasi/ 831.558 791.324 632.835 650.677 595.663 405.505 413.232 355.575 314.310 278.894
modal
4,910.286 Biaya rutin
11.38% 113.347 198.957 291.185 388.612 481.462 551.179 624.041 691.229 754.808 815.467
tahunan
Barang
32,981.655 76.41% habis pakai 761.332 1,336.362 1,955.844 2,610.246 3,233.911 3,702.188 4,191.587 4,642.881 5,069.933 5,477.372
tahunan

Tabel 0 15 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan rumah tangga (nilai tengah, dalam milyar rupiah)
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 1,009.941 2.34% 31.123 43.549 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359
1200 Sumatera Utara 2,762.477 6.40% 87.346 121.348 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891
1300 Sumatera Barat 814.391 1.89% 48.839 58.465 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565
1400 Riau 1,298.372 3.01% 46.855 64.669 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349
1500 Jambi 638.945 1.48% 26.389 36.935 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867
1600 Sumatera Selatan 1,520.627 3.52% 78.788 99.215 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011
1700 Bengkulu 316.981 0.73% 14.777 19.771 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015
1800 Lampung 1,437.999 3.33% 86.585 116.150 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351
1900 Kep. Bangka Belitung 202.875 0.47% 14.046 15.964 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905

90 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
2100 Kep. Riau 472.057 1.09% - 8.301 21.184 21.184 21.184 21.184 21.184 21.184 21.184 21.184
3100 DKI Jakarta 1,390.788 3.22% - 19.886 63.156 63.156 63.156 63.156 63.156 63.156 63.156 63.156
3200 Jawa Barat 7,312.034 16.94% 193.412 305.897 429.750 429.750 429.750 429.750 429.750 429.750 429.750 429.750
3300 Jawa Tengah 3,928.118 9.10% 166.536 239.625 310.406 310.406 310.406 310.406 310.406 310.406 310.406 310.406
3400 DI Yogyakarta 448.600 1.04% 13.574 19.059 24.314 24.314 24.314 24.314 24.314 24.314 24.314 24.314
3500 Jawa Timur 5,739.150 13.30% 302.187 389.036 451.898 451.898 451.898 451.898 451.898 451.898 451.898 451.898
3600 Banten 1,667.986 3.86% 31.594 56.899 87.159 87.159 87.159 87.159 87.159 87.159 87.159 87.159
5100 Bali 520.100 1.21% 37.557 40.119 36.247 36.247 36.247 36.247 36.247 36.247 36.247 36.247
5200 Nusa Tenggara Barat 1,207.632 2.80% 90.853 100.493 96.319 96.319 96.319 96.319 96.319 96.319 96.319 96.319
5300 Nusa Tenggara Timur 1,630.699 3.78% 88.803 111.302 126.390 126.390 126.390 126.390 126.390 126.390 126.390 126.390
6100 Kalimantan Barat 1,071.766 2.48% 56.246 60.148 47.440 47.440 47.440 47.440 47.440 47.440 47.440 47.440
6200 Kalimantan Tengah 452.130 1.05% 16.228 22.032 27.177 27.177 27.177 27.177 27.177 27.177 27.177 27.177
6300 Kalimantan Selatan 520.994 1.21% 20.773 31.396 42.596 42.596 42.596 42.596 42.596 42.596 42.596 42.596
6400 Kalimantan Timur 617.773 1.43% 20.609 27.975 34.443 34.443 34.443 34.443 34.443 34.443 34.443 34.443
6500 Kalimantan Utara 96.615 0.22% 2.241 3.574 5.067 5.067 5.067 5.067 5.067 5.067 5.067 5.067
7100 Sulawesi Utara 348.980 0.81% 20.467 25.907 29.560 29.560 29.560 29.560 29.560 29.560 29.560 29.560
7200 Sulawesi Tengah 401.826 0.93% 16.107 21.032 24.930 24.930 24.930 24.930 24.930 24.930 24.930 24.930
7300 Sulawesi Selatan 839.142 1.94% 31.880 47.927 64.484 64.484 64.484 64.484 64.484 64.484 64.484 64.484
7400 Sulawesi Tenggara 312.412 0.72% 7.124 11.590 16.624 16.624 16.624 16.624 16.624 16.624 16.624 16.624
7500 Gorontalo 141.364 0.33% 9.462 14.283 12.062 12.062 12.062 12.062 12.062 12.062 12.062 12.062
7600 Sulawesi Barat 192.236 0.45% 7.411 9.497 11.009 11.009 11.009 11.009 11.009 11.009 11.009 11.009
8100 Maluku 417.819 0.97% 40.072 39.770 31.282 31.282 31.282 31.282 31.282 31.282 31.282 31.282
8200 Maluku Utara 265.919 0.62% 20.497 23.417 23.558 23.558 23.558 23.558 23.558 23.558 23.558 23.558
9100 Papua Barat 387.475 0.90% 22.803 25.908 25.992 25.992 25.992 25.992 25.992 25.992 25.992 25.992
9400 Papua 2,775.291 6.43% 55.055 95.503 143.502 143.502 143.502 143.502 143.502 143.502 143.502 143.502
INDONESIA 43,161.513 100.00% 1,706.237 2,326.642 2,879.863 2,879.863 2,879.863 2,879.863 2,879.863 2,879.863 2,879.863 2,879.863

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 91
Jawa Barat dan Jawa Timur memiliki total biaya CTPS tertinggi, dengan total biaya masing-masing sebesar 7,3
triliun dan 5,7 triliun rupiah yang diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan akses 100 persen pada tahun
2030. Kalimantan Utara memiliki kebutuhan biaya terendah, diperkirakan sekitar 100 miliar rupiah.

Tabel di bawah ini merangkum persyaratan biaya untuk CTPS pada tatanan rumah tangga di setiap provinsi.

B. BERKETAHAN IKLIM
Total biaya meningkat menjadi 61,3 triliun rupiah (nilai tengah) dari 43,2 triliun rupiah (base value) untuk skenario
berketahanan iklim, atau meningkat hampir 142 persen.

Biaya tahunan HWWS untuk tatanan rumah tangga digambarkan di bawah ini.

Annual total cost for achieving 100% HWWS access at household


100 00
900 0
800 0
700 0
600 0
500 0
400 0
300 0
200 0
100 0
0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination
Koordinasi dan and facilitation
fasilitasi Promotion
Promosi
Capacity building
Peningkatan Kapasitas Procureme
Pengadaanntdan
andinstalasi
installaton of HWWS
sarana CTPSfacility
Rehabilitasi
Rehabilitation Promosi
Top-up lanjutan
promotion
Mon itoring andan
Pemantauan d evaluation
evaluasi Water
Air

Gambar 0 6 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Jika dibandingkan dengan skenario tidak berketahanan iklim, terjadi perubahan dalam persentase total biaya,
dengan biaya habis pakai menurun menjadi 75% dan biaya investasi meningkat hampir 14%.
Percentage (total) based on cost category
0.26% 1.83%
0.13%
11.31%
Percentage (total) based on cost category
0.37% 2.61% Coordination and facilitation
0.19% 9.04%
Promotion
Koordinasi dan fasilitasi
7.64% Coordination and facilitation
6.11% Promosi
29.67% Promotion Capacity building
Peningkatan Kapasitas
Capacity building
4.61% Pengadaan dan instalasi
Procureme nt and installaton of
3.25% saranantCTPS
Procureme and installaton of HWWS facility
42.16%
Rehabilitasi
0.66% Rehabilitation Rehabilitation
Promosi
Top-up lanjutan
promotion
0.46%
Pemantauan
Mon
Top-up promotion
dan evaluasi
itoring an d evaluation
Air
Water
Sabun Mon itoring an d evaluation
2029 2030 34.25% Soap
Water
WS facility
Soap
45.44%

Gambar 0 7 Persentase biaya total CTPS di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim)

92 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Tabel 0-16 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan rumah tangga
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)
TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
61,326.225 100.00% Total 2,528.673 3,427.044 4,137.143 5,217.147 6,133.422 6,587.848 7,386.723 8,021.750 8,643.525 9,242.951
8,305.372 Biaya
13.54% investasi/ 1,304.766 1,278.727 992.956 1,020.952 934.631 636.262 648.385 557.919 493.171 437.602
modal
160.753 Koordinasi
0.26% 26.253 19.372 19.979 20.542 18.805 12.802 13.046 11.226 9.923 8.805
dan fasilitasi
1,125.273 1.83% Promosi 183.770 135.604 139.853 143.796 131.638 89.614 91.322 78.580 69.461 61.634
80.377 Peningkatan
0.13% 13.126 9.686 9.989 10.271 9.403 6.401 6.523 5.613 4.961 4.402
kapasitas
6,938.970 Pengadaan
dan
11.31% 1,081.617 1,114.065 823.135 846.343 774.785 527.445 537.495 462.500 408.826 362.761
pemasangan
sarana CTPS
6,960.266 Biaya rutin
11.35% 160.667 282.018 412.750 550.852 682.467 781.289 884.569 979.808 1,069.931 1,155.914
tahunan
4,685.670 7.64% Rehabilitasi 108.162 189.856 277.865 370.835 459.438 525.966 595.494 659.609 720.280 778.165
1,990.272 Promosi
3.25% 45.942 80.643 118.025 157.515 195.150 223.408 252.941 280.174 305.944 330.531
lanjutan
284.325 Pemantauan
0.46% 6.563 11.520 16.861 22.502 27.879 31.915 36.134 40.025 43.706 47.219
dan evaluasi
Barang
46,060.587 75.11% habis pakai 1,063.240 1,866.298 2,731.437 3,645.343 4,516.324 5,170.297 5,853.768 6,484.023 7,080.423 7,649.434
tahunan
27,863.812 45.44% Air 643.194 1,128.995 1,652.351 2,205.207 2,732.097 3,127.710 3,541.168 3,922.434 4,283.219 4,627.435
18,196.775 29.67% Sabun 420.045 737.303 1,079.086 1,440.135 1,784.227 2,042.586 2,312.600 2,561.589 2,797.204 3,021.999

8,305.372 Biaya
13.54% investasi/ 1,304.766 1,278.727 992.956 1,020.952 934.631 636.262 648.385 557.919 493.171 437.602
modal
6,960.266 Biaya rutin
11.35% 160.667 282.018 412.750 550.852 682.467 781.289 884.569 979.808 1,069.931 1,155.914
tahunan
Barang
46,060.587 75.11% habis pakai 1,063.240 1,866.298 2,731.437 3,645.343 4,516.324 5,170.297 5,853.768 6,484.023 7,080.423 7,649.434
tahunan

Tabel 0-17 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan rumah tangga
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 1,437.822 2.34% 46.125 63.990 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577
1200 Sumatera Utara 3,932.875 6.41% 129.449 178.439 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725
1300 Sumatera Barat 1,157.505 1.89% 72.380 87.401 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523
1400 Riau 1,844.385 3.01% 69.440 95.159 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909
1500 Jambi 906.327 1.48% 39.108 54.270 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367
1600 Sumatera Selatan 2,159.382 3.52% 116.765 147.454 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990
1700 Bengkulu 449.842 0.73% 21.900 29.188 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481
1800 Lampung 2,039.258 3.33% 128.321 171.426 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964
1900 Kep. Bangka Belitung 288.659 0.47% 20.817 24.015 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710
2100 Kep. Riau 671.748 1.10% - 10.910 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 93
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
3100 DKI Jakarta 1,978.891 3.23% - 25.347 92.432 92.432 92.432 92.432 92.432 92.432 92.432 92.432
3200 Jawa Barat 10,384.285 16.93% 286.640 444.146 619.178 619.178 619.178 619.178 619.178 619.178 619.178 619.178
3300 Jawa Tengah 5,568.171 9.08% 246.809 351.104 446.385 446.385 446.385 446.385 446.385 446.385 446.385 446.385
3400 DI Yogyakarta 638.900 1.04% 20.117 27.995 34.954 34.954 34.954 34.954 34.954 34.954 34.954 34.954
3500 Jawa Timur 8,142.513 13.28% 447.846 576.757 648.074 648.074 648.074 648.074 648.074 648.074 648.074 648.074
3600 Banten 2,373.585 3.87% 46.823 81.686 125.806 125.806 125.806 125.806 125.806 125.806 125.806 125.806
5100 Bali 741.040 1.21% 55.660 60.831 51.588 51.588 51.588 51.588 51.588 51.588 51.588 51.588
5200 Nusa Tenggara Barat 1,718.322 2.80% 134.645 151.692 137.357 137.357 137.357 137.357 137.357 137.357 137.357 137.357
5300 Nusa Tenggara Timur 2,315.003 3.77% 131.607 165.506 181.156 181.156 181.156 181.156 181.156 181.156 181.156 181.156
6100 Kalimantan Barat 1,528.006 2.49% 83.357 91.188 67.110 67.110 67.110 67.110 67.110 67.110 67.110 67.110
6200 Kalimantan Tengah 642.616 1.05% 24.049 32.475 39.037 39.037 39.037 39.037 39.037 39.037 39.037 39.037
6300 Kalimantan Selatan 738.832 1.20% 30.786 45.781 61.324 61.324 61.324 61.324 61.324 61.324 61.324 61.324
6400 Kalimantan Timur 879.635 1.43% 30.543 41.236 49.471 49.471 49.471 49.471 49.471 49.471 49.471 49.471
6500 Kalimantan Utara 137.562 0.22% 3.321 5.185 7.303 7.303 7.303 7.303 7.303 7.303 7.303 7.303
7100 Sulawesi Utara 495.322 0.81% 30.333 38.481 42.372 42.372 42.372 42.372 42.372 42.372 42.372 42.372
7200 Sulawesi Tengah 571.151 0.93% 23.870 31.132 35.773 35.773 35.773 35.773 35.773 35.773 35.773 35.773
7300 Sulawesi Selatan 1,189.855 1.94% 47.247 69.922 92.815 92.815 92.815 92.815 92.815 92.815 92.815 92.815
7400 Sulawesi Tenggara 444.603 0.72% 10.558 16.784 23.962 23.962 23.962 23.962 23.962 23.962 23.962 23.962
7500 Gorontalo 200.188 0.33% 14.022 20.830 17.055 17.055 17.055 17.055 17.055 17.055 17.055 17.055
7600 Sulawesi Barat 273.695 0.45% 10.983 14.086 15.788 15.788 15.788 15.788 15.788 15.788 15.788 15.788
8100 Maluku 596.006 0.97% 59.387 60.904 44.293 44.293 44.293 44.293 44.293 44.293 44.293 44.293
8200 Maluku Utara 378.293 0.62% 30.377 35.205 33.647 33.647 33.647 33.647 33.647 33.647 33.647 33.647
9100 Papua Barat 551.488 0.90% 33.794 38.977 37.122 37.122 37.122 37.122 37.122 37.122 37.122 37.122
9400 Papua 3,950.458 6.44% 81.593 137.538 207.057 207.057 207.057 207.057 207.057 207.057 207.057 207.057
INDONESIA 61,326.225 100.00% 2,528.673 3,427.044 4,137.143 4,137.143 4,137.143 4,137.143 4,137.143 4,137.143 4,137.143 4,137.143

94 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Peringkat provinsi tidak mengalami perubahan karena peningkatan terjadi di 34 provinsi sebagai akibat dari peningkatan
biaya satuan untuk skenario berketahanan iklim.

TATANAN SEKOLAH
A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Mencapai akses 100% di sekolah pada tahun 2025 diperkirakan akan menelan biaya 3,5 triliun rupiah (nilai tengah).
Biaya ini dibagi menjadi tiga komponen: biaya investasi 0,2 triliun rupiah, biaya tahunan 0,2 triliun rupiah, dan 3,1
triliun rupiah untuk bahan habis pakai.

Grafik di bawah ini menggambarkan biaya tahunan CTPS di tatanan sekolah.


Total annual total cost for achieving 100% HWWS access at school
600

500

400

300

200

100

0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination
Koordinasi danand facilitation
fasilitasi Promotion
Promosi
Promosi
Capacity building
Peningkatan Kapasitas Procureme nt
danand
Pengadaan dan
Pengadaan instalsarana
instalasi
instalasi laton
saranaofCTPS
HWWS facility
CTPS
Rehabilitasi
Rehabilitation Promosipromotion
Top-up
Promosi lanjutan
lanjutan
Pemantauanand
Monitoring danevaluation
evaluasi Air
Air
Water
Sabun
Soap

Gambar 0 8 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Berbeda dengan tatanan rumah tangga, bahan habis pakai menyumbang 88 persen dari total biayaC TPS
di sekolah, dengan biaya investasi hanya 5 persen dan biaya tahunan hampir 7 persen.
Percentage (total) based on cost category
Percentage (total) based
1.55%on cost category
2.45%
1.55% 0.77% 0.39%
2.45%
1.85%
0.77% 0.39% 3.14%
1.85%
3.14% 1.57%
Coordination and facilitation
1.57%
Coordination and facilitation
Promotion
Promotion
Capacity building
Capacity Koordinasi
building dan fasilitasi
Procureme nt and installaton of HWWS facility
ProcuremePromosi
nt and installaton of HWWS facility
RehabilitationKapasitas
Peningkatan
Rehabilitation
25.46% Pengadaan dan instalasi
Top-up promotion
25.46% Top-up promotion
sarana CTPS
Monitoring and evaluation
Rehabilitasi
Monitoring and evaluation
Water
62.82% Water Promosi lanjutan
62.82% Pemantauan dan evaluasi
Soap Soap
Air
Sabun
30
0

Gambar 0 9 Persentase biaya total CTPS di tatanan sekolah

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 95
Table 0-18 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah)
TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
3,459.802 100.00% Total 89.718 159.732 235.640 317.819 405.726 400.064 423.995 448.988 475.257 502.863
178.305 Biaya
5.15% investasi/ 26.674 28.184 29.774 31.448 32.980 5.241 5.629 5.870 6.122 6.384
modal
26.768 Koordinasi
0.77% 4.233 4.472 4.724 4.990 5.204 0.564 0.605 0.631 0.658 0.686
dan fasilitasi
53.535 1.55% Promosi 8.465 8.944 9.449 9.980 10.407 1.127 1.210 1.262 1.316 1.373
13.384 Peningkatan
0.39% 2.116 2.236 2.362 2.495 2.602 0.282 0.303 0.316 0.329 0.343
kapasitas
84.618 Pengadaan
dan
2.45% 11.860 12.531 13.238 13.983 14.767 3.269 3.510 3.661 3.818 3.981
pemasangan
sarana CTPS
226.893 Biaya rutin
6.56% 4.360 9.098 14.239 19.807 25.780 27.303 28.927 30.634 32.429 34.315
tahunan
63.873 1.85% Rehabilitasi 1.186 2.475 3.873 5.387 7.025 7.563 8.141 8.751 9.396 10.076
108.680 Promosi
3.14% 2.116 4.416 6.911 9.613 12.503 13.160 13.857 14.589 15.356 16.159
lanjutan
54.340 Pemantauan
1.57% 1.058 2.208 3.455 4.806 6.252 6.580 6.929 7.294 7.678 8.080
dan evaluasi
3,054.604 Barang
88.29% habis pakai 58.684 122.450 191.627 266.564 346.966 367.519 389.439 412.483 436.706 462.164
tahunan
881.008 25.46% Air 16.359 34.134 53.417 74.306 96.903 104.319 112.290 120.709 129.596 138.975
2,173.596 62.82% Sabun 42.326 88.317 138.210 192.258 250.063 263.200 277.149 291.775 307.111 323.189

178.305 Biaya
5.15% investasi/ 26.674 28.184 29.774 31.448 32.980 5.241 5.629 5.870 6.122 6.384
modal
226.893 Biaya rutin
6.56% 4.360 9.098 14.239 19.807 25.780 27.303 28.927 30.634 32.429 34.315
tahunan
3,054.604 Barang
88.29% habis pakai 58.684 122.450 191.627 266.564 346.966 367.519 389.439 412.483 436.706 462.164
tahunan

Tabel 0-19 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 82.14 2.37% 2.18 3.86 5.68 7.65 9.79 9.53 10.04 10.57 11.13 11.71
1200 Sumatera Utara 278.31 8.04% 7.42 13.12 19.31 26.00 33.20 32.12 33.95 35.78 37.70 39.72
1300 Sumatera Barat 86.27 2.49% 2.27 4.02 5.93 7.99 10.20 9.99 10.55 11.14 11.76 12.41
1400 Riau 103.57 2.99% 2.71 4.82 7.10 9.58 12.22 12.00 12.68 13.39 14.14 14.93
1500 Jambi 46.97 1.36% 1.22 2.18 3.21 4.33 5.53 5.44 5.76 6.08 6.43 6.79
1600 Sumatera Selatan 112.17 3.24% 2.91 5.19 7.65 10.32 13.17 12.98 13.75 14.55 15.39 16.27
1700 Bengkulu 28.20 0.82% 0.74 1.31 1.93 2.60 3.32 3.26 3.45 3.65 3.86 4.08
1800 Lampung 96.68 2.79% 2.47 4.42 6.54 8.83 11.28 11.19 11.87 12.59 13.34 14.13
1900 Kep. Bangka Belitung 13.29 0.38% 0.32 0.58 0.86 1.17 1.49 1.52 1.64 1.77 1.90 2.04
2100 Kep. Riau 38.98 1.13% 1.02 1.81 2.67 3.60 4.60 4.52 4.77 5.04 5.32 5.62

96 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
3100 DKI Jakarta 92.09 2.66% 2.27 4.09 6.07 8.21 10.48 10.43 11.31 12.16 13.06 14.00
3200 Jawa Barat 639.00 18.47% 16.66 29.59 43.62 58.80 75.06 73.93 78.26 82.82 87.61 92.64
3300 Jawa Tengah 318.52 9.21% 8.00 14.38 21.29 28.78 36.73 36.81 39.21 41.74 44.39 47.19
3400 DI Yogyakarta 27.36 0.79% 0.67 1.20 1.78 2.41 3.07 3.14 3.38 3.63 3.90 4.18
3500 Jawa Timur 381.13 11.02% 9.77 17.45 25.79 34.81 44.44 44.10 46.79 49.63 52.61 55.74
3600 Banten 142.63 4.12% 3.69 6.56 9.67 13.05 16.65 16.47 17.48 18.55 19.66 20.84
5100 Bali 40.07 1.16% 1.00 1.78 2.63 3.55 4.53 4.59 4.93 5.30 5.68 6.08
5200 Nusa Tenggara Barat 65.33 1.89% 1.70 3.02 4.45 6.00 7.65 7.55 8.01 8.48 8.98 9.50
5300 Nusa Tenggara Timur 104.25 3.01% 2.72 4.84 7.14 9.62 12.29 12.09 12.77 13.49 14.25 15.05
6100 Kalimantan Barat 97.87 2.83% 2.57 4.56 6.73 9.07 11.58 11.35 11.98 12.64 13.33 14.06
6200 Kalimantan Tengah 44.49 1.29% 1.18 2.09 3.07 4.14 5.28 5.16 5.44 5.73 6.04 6.37
6300 Kalimantan Selatan 34.90 1.01% 0.87 1.57 2.32 3.13 3.99 4.02 4.30 4.59 4.90 5.22
6400 Kalimantan Timur 54.98 1.59% 1.41 2.51 3.71 5.01 6.40 6.36 6.75 7.17 7.61 8.07
6500 Kalimantan Utara 12.10 0.35% 0.32 0.56 0.83 1.12 1.43 1.40 1.48 1.57 1.65 1.74
7100 Sulawesi Utara 36.49 1.05% 0.96 1.70 2.50 3.36 4.29 4.22 4.46 4.72 4.99 5.28
7200 Sulawesi Tengah 46.84 1.35% 1.24 2.20 3.24 4.36 5.56 5.43 5.73 6.03 6.36 6.70
7300 Sulawesi Selatan 114.99 3.32% 2.96 5.28 7.80 10.53 13.44 13.31 14.11 14.96 15.84 16.77
7400 Sulawesi Tenggara 50.83 1.47% 1.35 2.38 3.51 4.73 6.04 5.89 6.21 6.55 6.90 7.26
7500 Gorontalo 17.16 0.50% 0.45 0.80 1.18 1.59 2.03 1.99 2.10 2.22 2.34 2.47
7600 Sulawesi Barat 23.61 0.68% 0.63 1.11 1.64 2.20 2.81 2.74 2.89 3.04 3.20 3.36
8100 Maluku 41.21 1.19% 1.08 1.92 2.82 3.81 4.86 4.77 5.05 5.33 5.63 5.95
8200 Maluku Utara 24.06 0.70% 0.63 1.12 1.65 2.22 2.83 2.79 2.95 3.12 3.29 3.48
9100 Papua Barat 32.28 0.93% 0.87 1.53 2.26 3.04 3.88 3.75 3.94 4.13 4.34 4.55
9400 Papua 131.04 3.79% 3.49 6.17 9.08 12.23 15.62 15.20 16.00 16.85 17.73 18.66
INDONESIA 3,459.80 100.00% 89.72 159.73 235.64 317.82 405.73 400.06 423.99 448.99 475.26 502.86

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 97
Jawa Barat tetap memiliki kebutuhan biaya tertinggi di tatanan sekolah, yaitu sebesar 639 miliar rupiah, disusul
Jawa Timur yang membutuhkan biaya 381 miliar rupiah. Provinsi Kalimantan Utara masih memiliki kebutuhan biaya
terendah, yaitu hanya 12 miliar rupiah.

Tabel berikut merangkum hasil perhitungan biaya CTPS tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia.

B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan CTPS tatanan sekolah menjadi 4,4 triliun rupiah
(nilai tengah), total biaya peningkatan layanan dari layanan terbatas dan tanpa layanan ke layanan dasar.

Grafik berikut menggambarkan biaya tahunan CTPS di tatanan sekolah.

Total annual total cost for achieving 100% HWWS access at school
700

600

500

400

300

200

100

0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination
Koordinasi danand facilitation
fasilitasi Promotion
Promosi
Capacity building
Peningkatan Kapasitas Procureme nt and
Pengadaan dan installaton
instalasi saranaofCTPS
HWWS facility
Rehabilitation
Rehabilitasi Top-up
Promosipromotion
lanjutan
Monitoring
Pemantauananddanevaluation
evaluasi Water
Air
Soap
Sabun

Gambar 0 10 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Percentage (total) based on cost category


1.23% 3.46%
0.62% 0.31%
2.61%
2.50%
1.25% Coordination
Koordinasi dan and facilitation
fasilitasi
Promosi
Promotion
Peningkatan Kapasitas
Capacity building
Pengadaan dan instalasi
sarana CTPS
Procureme nt and installaton of HWWS facility
Rehabilitasi
Rehabilitation
Promosi lanjutan
Top-up promotion
Pemantauan dan evaluasi
50.01%
Air
Monitoring and evaluation
Sabun
Water
38.01%
Soap

Tabel 0 20 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

98 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Tabel 0-20 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

KODE 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

4,345.892 100.00% Total 114.154 201.242 295.655 397.865 507.425 499.747 531.289 564.238 598.905 635.373
243.956 Biaya
5.61% investasi/ 35.876 37.906 40.045 42.297 44.437 7.777 8.352 8.710 9.084 9.473
modal
26.768 Koordinasi
0.62% 4.233 4.472 4.724 4.990 5.204 0.564 0.605 0.631 0.658 0.686
dan fasilitasi
53.535 1.23% Promosi 8.465 8.944 9.449 9.980 10.407 1.127 1.210 1.262 1.316 1.373
13.384 Peningkatan
0.31% 2.116 2.236 2.362 2.495 2.602 0.282 0.303 0.316 0.329 0.343
kapasitas
150.270 Pengadaan
dan
3.46% 21.062 22.254 23.509 24.831 26.224 5.805 6.234 6.501 6.780 7.071
pemasangan
sarana CTPS
276.450 Biaya rutin
6.36% 5.281 11.018 17.243 23.986 31.231 33.171 35.244 37.424 39.719 42.132
tahunan
113.430 2.61% Rehabilitasi 2.106 4.395 6.877 9.567 12.476 13.431 14.457 15.541 16.685 17.893
108.680 Promosi
2.50% 2.116 4.416 6.911 9.613 12.503 13.160 13.857 14.589 15.356 16.159
lanjutan
54.340 Pemantauan
1.25% 1.058 2.208 3.455 4.806 6.252 6.580 6.929 7.294 7.678 8.080
dan evaluasi
3,825.486 Barang
88.03% habis pakai 72.998 152.317 238.367 331.582 431.757 458.799 487.693 518.103 550.103 583.767
tahunan
1,651.890 38.01% Air 30.672 64.001 100.157 139.324 181.694 195.598 210.545 226.329 242.992 260.579
2,173.596 50.01% Sabun 42.326 88.317 138.210 192.258 250.063 263.200 277.149 291.775 307.111 323.189

243.956 Biaya
5.61% investasi/ 35.876 37.906 40.045 42.297 44.437 7.777 8.352 8.710 9.084 9.473
modal
276.450 Biaya rutin
6.36% 5.281 11.018 17.243 23.986 31.231 33.171 35.244 37.424 39.719 42.132
tahunan
3,825.486 Barang
88.03% habis pakai 72.998 152.317 238.367 331.582 431.757 458.799 487.693 518.103 550.103 583.767
tahunan

Tabel 0-21 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 107.31 2.47% 2.90 5.08 7.45 10.01 12.78 12.39 13.07 13.78 14.53 15.31
1200 Sumatera Utara 364.40 8.38% 9.88 17.31 25.36 34.08 43.45 41.85 44.31 46.76 49.34 52.05
1300 Sumatera Barat 110.95 2.55% 2.96 5.20 7.63 10.26 13.09 12.79 13.54 14.32 15.14 16.01
1400 Riau 131.26 3.02% 3.48 6.13 9.00 12.11 15.45 15.13 16.03 16.97 17.96 19.00
1500 Jambi 59.15 1.36% 1.56 2.75 4.04 5.44 6.93 6.82 7.23 7.66 8.12 8.60
1600 Sumatera Selatan 141.41 3.25% 3.72 6.56 9.64 12.97 16.54 16.28 17.29 18.34 19.46 20.63
1700 Bengkulu 36.13 0.83% 0.96 1.69 2.48 3.33 4.25 4.16 4.41 4.67 4.95 5.24
1800 Lampung 117.35 2.70% 3.03 5.37 7.90 10.65 13.58 13.51 14.39 15.32 16.29 17.32
1900 Kep. Bangka Belitung 15.68 0.36% 0.38 0.68 1.00 1.35 1.73 1.78 1.93 2.10 2.27 2.45
2100 Kep. Riau 49.40 1.14% 1.31 2.31 3.39 4.56 5.81 5.69 6.03 6.39 6.76 7.15

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 99
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
3100 DKI Jakarta 107.59 2.48% 2.65 4.73 6.99 9.44 12.04 12.04 13.21 14.31 15.47 16.70
3200 Jawa Barat 813.96 18.73% 21.52 37.86 55.56 74.73 95.30 93.70 99.43 105.48 111.84 118.53
3300 Jawa Tengah 376.72 8.67% 9.49 16.90 24.94 33.65 42.93 43.24 46.32 49.58 53.02 56.64
3400 DI Yogyakarta 32.26 0.74% 0.78 1.40 2.07 2.79 3.56 3.67 3.98 4.31 4.66 5.03
3500 Jawa Timur 467.32 10.75% 12.09 21.40 31.50 42.43 54.11 53.75 57.26 60.96 64.86 68.96
3600 Banten 180.55 4.15% 4.73 8.33 12.23 16.46 20.99 20.74 22.08 23.49 24.97 26.53
5100 Bali 49.35 1.14% 1.23 2.18 3.21 4.33 5.52 5.61 6.07 6.55 7.05 7.59
5200 Nusa Tenggara Barat 82.63 1.90% 2.17 3.83 5.62 7.56 9.64 9.50 10.10 10.73 11.39 12.08
5300 Nusa Tenggara Timur 130.51 3.00% 3.44 6.07 8.93 12.01 15.32 15.05 15.95 16.90 17.89 18.94
6100 Kalimantan Barat 124.44 2.86% 3.31 5.83 8.56 11.51 14.68 14.36 15.19 16.06 16.98 17.95
6200 Kalimantan Tengah 57.55 1.32% 1.55 2.71 3.98 5.35 6.82 6.64 7.02 7.41 7.82 8.25
6300 Kalimantan Selatan 42.19 0.97% 1.06 1.88 2.78 3.74 4.77 4.82 5.19 5.57 5.97 6.40
6400 Kalimantan Timur 67.39 1.55% 1.74 3.08 4.53 6.10 7.78 7.74 8.26 8.80 9.38 9.98
6500 Kalimantan Utara 15.24 0.35% 0.40 0.71 1.04 1.40 1.79 1.76 1.86 1.97 2.09 2.21
7100 Sulawesi Utara 47.20 1.09% 1.26 2.21 3.23 4.35 5.54 5.43 5.76 6.11 6.47 6.85
7200 Sulawesi Tengah 60.86 1.40% 1.64 2.88 4.21 5.66 7.22 7.02 7.42 7.83 8.26 8.72
7300 Sulawesi Selatan 141.71 3.26% 3.68 6.51 9.58 12.90 16.46 16.31 17.35 18.46 19.62 20.84
7400 Sulawesi Tenggara 65.78 1.51% 1.77 3.11 4.55 6.12 7.81 7.59 8.02 8.46 8.93 9.42
7500 Gorontalo 22.18 0.51% 0.59 1.04 1.53 2.05 2.62 2.56 2.70 2.86 3.02 3.20
7600 Sulawesi Barat 30.42 0.70% 0.82 1.44 2.11 2.84 3.62 3.51 3.71 3.91 4.12 4.34
8100 Maluku 52.39 1.21% 1.39 2.45 3.59 4.83 6.16 6.04 6.40 6.78 7.17 7.59
8200 Maluku Utara 30.44 0.70% 0.81 1.42 2.08 2.80 3.57 3.51 3.72 3.94 4.17 4.42
9100 Papua Barat 42.64 0.98% 1.17 2.04 2.99 4.02 5.12 4.93 5.19 5.45 5.72 6.01
9400 Papua 171.53 3.95% 4.65 8.14 11.93 16.03 20.44 19.81 20.89 22.01 23.20 24.44
INDONESIA 4,345.89 100.00% 114.15 201.24 295.66 397.87 507.42 499.75 531.29 564.24 598.91 635.37

100 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Terlepas dari meningkatnya kebutuhan biaya untuk CTPS, tidak ada perubahan dalam urutan atau peringkat
kebutuhan pendanaan provinsi di bawah skenario berketahanan iklim.

Tabel berikut merangkum hasil perhitungan skenario berketahanan iklim.

TATANAN MADRASAH
A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Pada tahun 2025, dibutuhkan biayanya hampir 0,7 triliun rupiah untuk mencapai akses 100 persen di tatanan
madrasah. Seperti halnya tatanan sekolah, biaya ini mewakili total biaya untuk mengubah layanan dari terbatas (dan
tidak ada layanan) menjadi yang layanan dasar. Biaya ini dibagi ke dalam tiga komponen: belanja investasi 38 miliar
rupiah, biaya tahunan 44 miliar rupiah, dan bahan habis pakai 0,6 triliun rupiah.

Grafik di bawah ini menggambarkan biaya tahunan CTPS di tatanan madrasah.


Total annual total cost for achieving 100% HWWS access at school
120

100

80

60

40

20

0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Koordinasi dan
Coordination andfasilitasi
facilitation Promosi
Promotion Peningkatan
Capacity Kapasitas
building
Procureme
Pengadaanntdan
and instalasi
installaton of HWWS
sarana CTPSfacility Rehabilitasi
Rehabilitation Promosi
Top-up lanjutan
promotion
Monitoring
Pemantauan anddan
evaluation
evaluasi Air
Water Sabun
Soap

Gambar 0 12 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Sama seperti yang berlaku di tatanan sekolah, bahan habis pakai menyumbang 88 persen dari total biaya di
madrasah, dengan biaya investasi sebesar enam persen dan biaya tahunan hampir tujuh persen.
Percentage (total) based on cost category
1.30% on cost category
Percentage (total) based 3.37%
0.65%
1.30% 3.37%0.32% 2.64%
0.65% 0.32% 2.57%
2.64% 1.28%
2.57% Coordination and facilitation
1.28% Koordinasi dan fasilitasi
Promotion
Coordination and facilitation
Promosi
PromotionCapacity building
Peningkatan Kapasitas
Capacity building
Pengadaan dan instalasi
Procureme nt and installaton of HWWS facility
sarana CTPS
Procureme nt and installaton of HWWS facility
Rehabilitation
Rehabilitasi
Rehabilitation
Promosi Top-up promotion
lanjutan
51.40% Top-up promotion
Pemantauan danand
Monitoring evaluasi
evaluation
51.40% Monitoring and evaluation
Air
36.46% Water
36.46% Sabun
Water
Soap
Soap

2030
2030

Gambar 0 13 Persentase biaya total CTPS di tatanan madrasah

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 101
Tabel 0 22 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah)
TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

679.736 100.00% Total 18.014 31.655 46.443 62.452 79.726 78.194 82.987 88.029 93.331 98.907
Biaya
38.346 5.64% investasi/ 5.760 6.086 6.430 6.791 7.164 1.122 1.170 1.221 1.273 1.328
modal
Koordinasi
4.404 0.65% 0.670 0.708 0.748 0.790 0.832 0.121 0.126 0.131 0.137 0.143
dan fasilitasi
8.807 1.30% Promosi 1.340 1.415 1.495 1.579 1.663 0.241 0.252 0.263 0.274 0.286
Peningkatan
2.202 0.32% 0.335 0.354 0.374 0.395 0.416 0.060 0.063 0.066 0.068 0.071
kapasitas
Pengadaan
dan
22.934 3.37% 3.416 3.610 3.813 4.028 4.254 0.700 0.730 0.761 0.794 0.828
pemasangan
sarana CTPS
Biaya rutin
44.172 6.50% 0.844 1.761 2.756 3.834 4.998 5.308 5.635 5.978 6.340 6.720
tahunan
17.968 2.64% Rehabilitasi 0.342 0.713 1.116 1.552 2.024 2.154 2.292 2.437 2.589 2.750
Promosi
17.469 2.57% 0.335 0.699 1.094 1.521 1.983 2.102 2.228 2.361 2.500 2.646
lanjutan
Pemantauan
8.735 1.28% 0.167 0.349 0.547 0.761 0.991 1.051 1.114 1.180 1.250 1.323
dan evaluasi
Barang
597.218 87.86% habis pakai 11.410 23.807 37.257 51.827 67.564 71.763 76.182 80.830 85.718 90.860
tahunan
247.838 36.46% Air 4.712 9.832 15.387 21.404 27.913 29.716 31.614 33.613 35.716 37.930

349.381 51.40% Sabun 6.698 13.975 21.870 30.423 39.651 42.047 44.567 47.217 50.002 52.930

Biaya
38.346 5.64% investasi/ 5.760 6.086 6.430 6.791 7.164 1.122 1.170 1.221 1.273 1.328
modal
Biaya rutin
44.172 6.50% 0.844 1.761 2.756 3.834 4.998 5.308 5.635 5.978 6.340 6.720
tahunan
Barang
597.218 87.86% habis pakai 11.410 23.807 37.257 51.827 67.564 71.763 76.182 80.830 85.718 90.860
tahunan

Tabel 0 23 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 28.27 4.16% 0.77 1.35 1.97 2.65 3.39 3.27 3.44 3.62 3.81 4.00
1200 Sumatera Utara 57.33 8.43% 1.56 2.73 4.01 5.38 6.87 6.64 6.98 7.34 7.71 8.11
1300 Sumatera Barat 16.12 2.37% 0.44 0.77 1.12 1.51 1.93 1.87 1.96 2.06 2.17 2.28
1400 Riau 15.88 2.34% 0.43 0.75 1.10 1.47 1.88 1.83 1.94 2.05 2.16 2.28
1500 Jambi 11.29 1.66% 0.30 0.53 0.78 1.05 1.34 1.30 1.38 1.45 1.53 1.61
1600 Sumatera Selatan 17.00 2.50% 0.45 0.80 1.17 1.58 2.01 1.96 2.07 2.19 2.31 2.44
1700 Bengkulu 4.25 0.63% 0.11 0.20 0.29 0.40 0.51 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61
1800 Lampung 17.14 2.52% 0.45 0.79 1.16 1.56 2.00 1.97 2.10 2.23 2.37 2.52
1900 Kep. Bangka Belitung 1.32 0.19% 0.03 0.06 0.09 0.12 0.15 0.15 0.16 0.17 0.18 0.20
2100 Kep. Riau 2.09 0.31% 0.05 0.10 0.14 0.19 0.24 0.24 0.26 0.27 0.29 0.31

102 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
3100 DKI Jakarta 13.47 1.98% 0.34 0.60 0.88 1.19 1.51 1.53 1.65 1.78 1.92 2.06
3200 Jawa Barat 141.48 20.81% 3.78 6.65 9.75 13.11 16.73 16.32 17.26 18.24 19.28 20.37
3300 Jawa Tengah 71.23 10.48% 1.82 3.21 4.71 6.34 8.09 8.12 8.73 9.37 10.06 10.77
3400 DI Yogyakarta 2.76 0.41% 0.07 0.12 0.17 0.24 0.30 0.31 0.34 0.37 0.40 0.44
3500 Jawa Timur 128.08 18.84% 3.35 5.90 8.65 11.63 14.85 14.68 15.66 16.69 17.77 18.91
3600 Banten 37.29 5.49% 1.00 1.76 2.58 3.46 4.42 4.30 4.55 4.80 5.07 5.35
5100 Bali 2.15 0.32% 0.06 0.10 0.14 0.19 0.25 0.25 0.26 0.28 0.30 0.32
5200 Nusa Tenggara Barat 19.67 2.89% 0.52 0.91 1.34 1.80 2.30 2.26 2.40 2.55 2.71 2.88
5300 Nusa Tenggara Timur 4.26 0.63% 0.11 0.20 0.30 0.40 0.51 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61
6100 Kalimantan Barat 11.41 1.68% 0.30 0.54 0.79 1.06 1.35 1.32 1.39 1.47 1.55 1.64
6200 Kalimantan Tengah 6.23 0.92% 0.17 0.29 0.43 0.57 0.73 0.72 0.76 0.81 0.85 0.90
6300 Kalimantan Selatan 9.43 1.39% 0.24 0.43 0.62 0.84 1.07 1.07 1.15 1.24 1.33 1.42
6400 Kalimantan Timur 4.41 0.65% 0.11 0.20 0.29 0.40 0.51 0.50 0.54 0.58 0.62 0.66
6500 Kalimantan Utara 0.63 0.09% 0.02 0.03 0.04 0.06 0.07 0.07 0.08 0.08 0.09 0.09
7100 Sulawesi Utara 2.60 0.38% 0.07 0.12 0.18 0.24 0.31 0.30 0.32 0.34 0.35 0.38
7200 Sulawesi Tengah 7.57 1.11% 0.21 0.36 0.53 0.71 0.91 0.88 0.92 0.97 1.02 1.07
7300 Sulawesi Selatan 16.25 2.39% 0.43 0.75 1.10 1.48 1.89 1.87 1.99 2.11 2.24 2.38
7400 Sulawesi Tenggara 7.46 1.10% 0.20 0.36 0.52 0.70 0.89 0.86 0.91 0.95 1.00 1.05
7500 Gorontalo 3.19 0.47% 0.09 0.15 0.22 0.30 0.38 0.37 0.39 0.41 0.43 0.45
7600 Sulawesi Barat 4.58 0.67% 0.12 0.22 0.32 0.43 0.55 0.53 0.56 0.59 0.62 0.65
8100 Maluku 4.90 0.72% 0.13 0.23 0.34 0.46 0.58 0.57 0.60 0.63 0.66 0.70
8200 Maluku Utara 4.64 0.68% 0.13 0.22 0.32 0.44 0.56 0.54 0.57 0.59 0.63 0.66
9100 Papua Barat 1.81 0.27% 0.05 0.08 0.12 0.17 0.21 0.21 0.22 0.23 0.25 0.26
9400 Papua 3.53 0.52% 0.10 0.17 0.25 0.33 0.42 0.41 0.43 0.45 0.48 0.50
INDONESIA 679.74 100.00% 18.01 31.65 46.44 62.45 79.73 78.19 82.99 88.03 93.33 98.91

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 103
Jawa Barat dan Jawa Timur tetap memiliki kebutuhanbiaya tertinggi, sedangkan Kalimantan Utara memiliki
kebutuhan biaya terendah, yaitu 0,63 miliar rupiah.

Tabel berikut merangkum hasil perhitungan biaya CTPS tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia.

B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan menjadi 0,9 triliun rupiah (nilai tengah), yang
mewakili total biaya peningkatan layanan dari layanan terbatas dan tanpa layanan ke layanan dasar.

Gambar berikut menggambarkan biaya tahunan CTPS di tatanan madrasah.

Total annual total cost for achieving 100% HWWS access at school
160

140

120

100

80

60

40

20

0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination
Koordinasi and
dan facilitation
fasilitasi Promosi
Promotion Peningkatan Kapasitas
Capacity building
Procureme ntdan
Pengadaan andinstalasi
installaton of HWWS
sarana CTPS facility Rehabilitasi
Rehabilitation Promosi lanjutan
Top-up promotion
Monitoring and
Pemantauan evaluation
dan evaluasi Air
Water Soap
Sabun

Gambar 0 14 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Percentage (total) based on cost category


0.95%
Percentage (total) based 4.39%
on cost category
0.47% 0.24%
1.30% 3.37%
3.44%
0.65% 0.32% 1.88%
2.64%
2.57%
0.94% Coordination and facilitation
1.28%
Promotion
Coordination and facilitation
Koordinasi
Promotion dan fasilitasi
Capacity building
Promosibuilding
Capacity
37.64% Procureme nt and installaton of HWWS facility
Peningkatan Kapasitas
Procureme nt and installaton of HWWS facility
Rehabilitation
Pengadaan dan instalasi
Rehabilitation
sarana CTPS
Top-up promotion
Rehabilitasi
Top-up promotion
Monitoring and evaluation
51.40% Promosi lanjutan
Monitoring and evaluation
Waterdan evaluasi
Pemantauan
36.46% Water
Air Soap
Soap
50.06% Sabun

2030
2030

Gambar 0 15 Persentase biaya total CTPS di tatanan madrasah (berketahanan iklim)

104 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Tabel 0 24 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar
rupiah)
TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

928.329 100.00% Total 25.053 43.612 63.731 85.509 109.020 106.410 112.994 119.921 127.208 134.871
Biaya
56.140 6.05% investasi/ 8.411 8.887 9.388 9.916 10.464 1.665 1.737 1.811 1.889 1.970
modal
Koordinasi
4.404 0.47% 0.670 0.708 0.748 0.790 0.832 0.121 0.126 0.131 0.137 0.143
dan fasilitasi
8.807 0.95% Promosi 1.340 1.415 1.495 1.579 1.663 0.241 0.252 0.263 0.274 0.286
Peningkatan
2.202 0.24% 0.335 0.354 0.374 0.395 0.416 0.060 0.063 0.066 0.068 0.071
kapasitas
Pengadaan
dan
40.727 4.39% 6.067 6.410 6.772 7.153 7.554 1.243 1.296 1.352 1.410 1.470
pemasangan
sarana CTPS
Biaya rutin
58.113 6.26% 1.109 2.314 3.621 5.037 6.568 6.979 7.413 7.869 8.349 8.853
tahunan
31.909 3.44% Rehabilitasi 0.607 1.266 1.981 2.756 3.594 3.826 4.070 4.328 4.598 4.883
Promosi
17.469 1.88% 0.335 0.699 1.094 1.521 1.983 2.102 2.228 2.361 2.500 2.646
lanjutan
Pemantauan
8.735 0.94% 0.167 0.349 0.547 0.761 0.991 1.051 1.114 1.180 1.250 1.323
dan evaluasi
Barang
814.076 87.69% habis pakai 15.533 32.411 50.721 70.555 91.988 97.765 103.844 110.241 116.970 124.048
tahunan
464.696 50.06% Air 8.835 18.435 28.850 40.133 52.337 55.718 59.277 63.024 66.968 71.118

349.381 37.64% Sabun 6.698 13.975 21.870 30.423 39.651 42.047 44.567 47.217 50.002 52.930

Biaya
56.140 6.05% investasi/ 8.411 8.887 9.388 9.916 10.464 1.665 1.737 1.811 1.889 1.970
modal
Biaya rutin
58.113 6.26% 1.109 2.314 3.621 5.037 6.568 6.979 7.413 7.869 8.349 8.853
tahunan
Barang
814.076 87.69% habis pakai 15.533 32.411 50.721 70.555 91.988 97.765 103.844 110.241 116.970 124.048
tahunan

Tabel 0 25 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 38.70 4.17% 1.07 1.86 2.72 3.64 4.65 4.47 4.70 4.94 5.20 5.46
1200 Sumatera Utara 79.02 8.51% 2.19 3.80 5.55 7.45 9.49 9.12 9.59 10.08 10.60 11.15
1300 Sumatera Barat 22.12 2.38% 0.61 1.06 1.55 2.08 2.65 2.55 2.69 2.82 2.97 3.13
1400 Riau 21.70 2.34% 0.59 1.03 1.51 2.02 2.58 2.50 2.64 2.79 2.95 3.11
1500 Jambi 15.44 1.66% 0.42 0.74 1.08 1.45 1.84 1.78 1.88 1.98 2.09 2.20
1600 Sumatera Selatan 23.23 2.50% 0.63 1.10 1.61 2.16 2.75 2.67 2.82 2.99 3.16 3.33
1700 Bengkulu 5.85 0.63% 0.16 0.28 0.41 0.55 0.70 0.67 0.71 0.75 0.79 0.83
1800 Lampung 23.12 2.49% 0.62 1.08 1.57 2.11 2.69 2.64 2.82 3.00 3.19 3.39
1900 Kep. Bangka Belitung 1.80 0.19% 0.05 0.08 0.12 0.16 0.21 0.21 0.22 0.23 0.25 0.27
2100 Kep. Riau 2.87 0.31% 0.08 0.13 0.19 0.26 0.33 0.33 0.35 0.38 0.40 0.43

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 105
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
3100 DKI Jakarta 18.47 1.99% 0.48 0.83 1.22 1.63 2.08 2.09 2.26 2.44 2.63 2.83
3200 Jawa Barat 193.76 20.87% 5.28 9.19 13.42 18.00 22.95 22.27 23.56 24.91 26.34 27.84
3300 Jawa Tengah 96.14 10.36% 2.50 4.36 6.38 8.56 10.92 10.91 11.75 12.63 13.57 14.55
3400 DI Yogyakarta 3.71 0.40% 0.09 0.16 0.24 0.32 0.40 0.42 0.46 0.50 0.54 0.59
3500 Jawa Timur 174.77 18.83% 4.66 8.11 11.86 15.91 20.28 19.96 21.30 22.72 24.21 25.78
3600 Banten 51.07 5.50% 1.39 2.43 3.55 4.76 6.06 5.87 6.21 6.56 6.93 7.31
5100 Bali 2.96 0.32% 0.08 0.14 0.20 0.27 0.34 0.34 0.36 0.39 0.41 0.44
5200 Nusa Tenggara Barat 26.96 2.90% 0.72 1.26 1.84 2.47 3.15 3.08 3.28 3.49 3.71 3.94
5300 Nusa Tenggara Timur 5.81 0.63% 0.16 0.28 0.40 0.54 0.69 0.67 0.71 0.75 0.79 0.83
6100 Kalimantan Barat 15.52 1.67% 0.42 0.74 1.08 1.44 1.84 1.78 1.89 2.00 2.11 2.23
6200 Kalimantan Tengah 8.46 0.91% 0.23 0.40 0.58 0.78 1.00 0.97 1.03 1.09 1.16 1.23
6300 Kalimantan Selatan 12.85 1.38% 0.34 0.58 0.85 1.15 1.46 1.46 1.57 1.69 1.81 1.94
6400 Kalimantan Timur 6.01 0.65% 0.16 0.28 0.40 0.54 0.69 0.68 0.73 0.79 0.84 0.90
6500 Kalimantan Utara 0.85 0.09% 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.10 0.10 0.11 0.12 0.13
7100 Sulawesi Utara 3.58 0.39% 0.10 0.17 0.25 0.33 0.42 0.41 0.44 0.46 0.49 0.51
7200 Sulawesi Tengah 10.44 1.12% 0.29 0.50 0.73 0.98 1.25 1.20 1.27 1.33 1.40 1.48
7300 Sulawesi Selatan 21.92 2.36% 0.59 1.02 1.49 2.00 2.55 2.51 2.67 2.84 3.03 3.22
7400 Sulawesi Tenggara 10.23 1.10% 0.28 0.49 0.72 0.96 1.23 1.18 1.24 1.31 1.37 1.44
7500 Gorontalo 4.37 0.47% 0.12 0.21 0.31 0.41 0.52 0.50 0.53 0.56 0.59 0.62
7600 Sulawesi Barat 6.28 0.68% 0.17 0.30 0.44 0.59 0.75 0.72 0.76 0.80 0.84 0.89
8100 Maluku 6.62 0.71% 0.18 0.32 0.46 0.62 0.79 0.76 0.80 0.85 0.89 0.94
8200 Maluku Utara 6.40 0.69% 0.18 0.31 0.45 0.60 0.77 0.74 0.78 0.82 0.86 0.90
9100 Papua Barat 2.47 0.27% 0.07 0.12 0.17 0.23 0.29 0.28 0.30 0.32 0.34 0.36
9400 Papua 4.83 0.52% 0.13 0.23 0.34 0.45 0.58 0.56 0.59 0.62 0.65 0.69
INDONESIA 928.33 100.00% 25.05 43.61 63.73 85.51 109.02 106.41 112.99 119.92 127.21 134.87

106 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Dengan pengecualian adanya peningkatan kebutuhan biaya CTPS, urutan kebutuhan provinsi untuk skenario
berketahanan iklim tetap tidak berubah.

Tabel di bawah ini merangkum perhitungan skenario berketahanan iklim per provinsi.

TATANAN FASILITAS KESEHATAN


A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Biayanya hampir 1,5 triliun rupiah dibutuhkan untuk mencapai akses universal CTPS ke tingkat layanan dasar pada
tahun 2025. Fasilitas CTPS dalam radius 5 meter dari toilet diharapkan dapat ditambahkan di setiap puskesmas
untuk mencapai tingkat layanan dasar tersebut. Tidak ada asumsi pertumbuhan fasilitas kesehatan, jadi pada saat
akses 100 persen tercapai, tidak akan ada biaya investasi tambahan. Biaya ini dibagi menjadi tiga kategori utama:
biaya investasi sebesar 50 miliar rupiah, biaya tahunan sebesar 278 miliar rupiah, dan bahan habis pakai sebesar
1,1 triliun rupiah.

Biaya CTPS di fasilitas kesehatan digambarkan dalam diagram di bawah ini.


Annual total cost for achieving 100% HWWS access at health care facilities (Puskesmas)
350

300

250

200

150

100

50

-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Koordinasi dan
Coordination andfasilitasi
facilitation Promosi
Promotion Capacity building
Peningkatan Kapasitas
Pengadaanntdan
Procureme andinstalasi sarana
installaton CTPS facility
of HWWS Rehabilitasi
Rehabilitation Top-up promotion
Promosi lanjutan
Pemantauan
Monitoring dan
and evaluasi
evaluation Air
Water Sabun
Soap

Gambar 0 16 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Sebagian besar biaya dialokasikan untuk kebutuhan biaya bahan habis pakai. Biaya investasi hanya sebesar 4% dari
total biaya, sedangkan biaya tahunan berkisar di angka 19%.
Percentage (total) based on cost category
0.55% 0.33%
Percentage (total)1.88%
based on cost category
1.55%
0.65% 0.55% 0.33%
1.88% 1.55%
0.65%

13.09%
13.09% Coordination and facilitation
Coordination and dan
Koordinasi facilitation
fasilitasi
Promotion
Promosi
Promotion
Peningkatan
Capacity
Capacity building Kapasitas
building
Pengadaan dan instalasi
4.55%4.55% Procureme
Procureme
saranant CTPS
nt and
andinstallaton
instal of HWWS
laton facilityfacility
of HWWS
Rehabilitation
Rehabilitasi
50.71% Rehabilitation
50.71% Promosi
Top-up lanjutan
promotion
Top-upPemantauan
promotion dan evaluasi
Monitoring and evaluation
26.69% Air and evaluation
Monitoring
Water
2030 Sabun
26.69% Water
Soap

Soap

Gambar 0 17 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas kesehatan

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 107
Tabel 0 26 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah)
TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

1,446.187 100.00% Total 26.468 50.592 74.038 99.403 126.809 145.632 177.189 211.184 247.768 287.102
Biaya
49.237 3.40% investasi/ 9.274 9.552 9.839 10.134 10.438 - - - - -
modal
Koordinasi
9.452 0.65% 1.780 1.834 1.889 1.945 2.004 - - - - -
dan fasilitasi
27.123 1.88% Promosi 5.109 5.262 5.420 5.582 5.750 - - - - -
Peningkatan
4.726 0.33% 0.890 0.917 0.944 0.973 1.002 - - - - -
kapasitas
Pengadaan
dan
7.937 0.55% 1.495 1.540 1.586 1.634 1.683 - - - - -
pemasangan
sarana CTPS
Biaya rutin
277.539 19.19% 1.454 8.212 12.846 17.862 23.285 29.141 35.455 42.257 49.578 57.448
tahunan
22.364 1.55% Rehabilitasi 0.314 0.656 1.026 1.427 1.860 2.327 2.832 3.375 3.960 4.588
Promosi
189.308 13.09% 0.923 5.603 8.765 12.188 15.889 19.884 24.193 28.834 33.829 39.200
lanjutan
Pemantauan
65.867 4.55% 0.217 1.953 3.055 4.247 5.537 6.929 8.431 10.048 11.789 13.660
dan evaluasi
Barang
1,119.411 77.40% habis pakai 15.739 32.828 51.353 71.407 93.086 116.492 141.734 168.927 198.191 229.654
tahunan
386.004 26.69% Air 5.427 11.320 17.708 24.623 32.098 40.170 48.874 58.251 68.342 79.191

733.407 50.71% Sabun 10.312 21.508 33.645 46.784 60.987 76.322 92.860 110.676 129.849 150.463

Biaya
49.237 3.40% investasi/ 9.274 9.552 9.839 10.134 10.438 - - - - -
modal
Biaya rutin
277.539 19.19% 1.454 8.212 12.846 17.862 23.285 29.141 35.455 42.257 49.578 57.448
tahunan
Barang
1,119.411 77.40% habis pakai 15.739 32.828 51.353 71.407 93.086 116.492 141.734 168.927 198.191 229.654
tahunan

Tabel 0 27 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 44.301 3.06% 0.830 1.568 2.285 3.061 3.899 4.449 5.414 6.452 7.570 8.772
1200 Sumatera Utara 80.112 5.54% 1.468 2.804 4.103 5.508 7.026 8.067 9.814 11.697 13.724 15.902
1300 Sumatera Barat 43.113 2.98% 0.744 1.466 2.168 2.927 3.747 4.368 5.315 6.335 7.432 8.612
1400 Riau 58.718 4.06% 0.893 1.884 2.847 3.889 5.016 6.021 7.325 8.731 10.243 11.869
1500 Jambi 32.476 2.25% 0.548 1.093 1.622 2.195 2.814 3.298 4.012 4.782 5.610 6.501
1600 Sumatera Selatan 69.557 4.81% 1.106 2.277 3.415 4.647 5.977 7.103 8.642 10.301 12.085 14.003
1700 Bengkulu 19.819 1.37% 0.385 0.714 1.034 1.380 1.754 1.983 2.412 2.875 3.373 3.908
1800 Lampung 52.853 3.65% 0.880 1.768 2.630 3.563 4.571 5.374 6.538 7.793 9.143 10.594
1900 Kep. Bangka Belitung 7.078 0.49% 0.140 0.257 0.372 0.495 0.628 0.707 0.860 1.025 1.202 1.393
2100 Kep. Riau 7.460 0.52% 0.169 0.292 0.411 0.539 0.678 0.732 0.890 1.061 1.245 1.443

108 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
3100 DKI Jakarta 25.652 1.77% 0.658 1.074 1.478 1.915 2.387 2.471 3.007 3.584 4.204 4.872
3200 Jawa Barat 83.480 5.77% 1.938 3.304 4.632 6.069 7.620 8.164 9.933 11.838 13.889 16.094
3300 Jawa Tengah 171.825 11.88% 2.828 5.715 8.520 11.555 14.835 17.490 21.280 25.363 29.757 34.481
3400 DI Yogyakarta 32.144 2.22% 0.496 1.039 1.565 2.135 2.751 3.291 4.005 4.773 5.600 6.489
3500 Jawa Timur 207.104 14.32% 3.356 6.839 10.223 13.885 17.842 21.113 25.688 30.616 35.920 41.623
3600 Banten 21.342 1.48% 0.452 0.804 1.146 1.516 1.916 2.113 2.571 3.064 3.595 4.166
5100 Bali 37.768 2.61% 0.568 1.206 1.826 2.496 3.221 3.876 4.716 5.621 6.595 7.642
5200 Nusa Tenggara Barat 21.991 1.52% 0.408 0.774 1.130 1.516 1.932 2.211 2.691 3.207 3.762 4.360
5300 Nusa Tenggara Timur 44.842 3.10% 0.842 1.589 2.315 3.100 3.948 4.503 5.478 6.530 7.661 8.877
6100 Kalimantan Barat 23.140 1.60% 0.508 0.888 1.258 1.658 2.091 2.280 2.774 3.307 3.880 4.495
6200 Kalimantan Tengah 44.396 3.07% 0.712 1.459 2.185 2.971 3.820 4.530 5.512 6.569 7.707 8.931
6300 Kalimantan Selatan 41.373 2.86% 0.700 1.394 2.068 2.798 3.586 4.200 5.110 6.090 7.146 8.280
6400 Kalimantan Timur 25.024 1.73% 0.471 0.888 1.293 1.731 2.204 2.512 3.056 3.643 4.274 4.952
6500 Kalimantan Utara 6.559 0.45% 0.130 0.239 0.345 0.459 0.582 0.655 0.796 0.949 1.114 1.291
7100 Sulawesi Utara 16.120 1.11% 0.366 0.630 0.887 1.165 1.465 1.581 1.924 2.293 2.691 3.118
7200 Sulawesi Tengah 34.919 2.41% 0.578 1.164 1.734 2.351 3.017 3.553 4.322 5.152 6.044 7.004
7300 Sulawesi Selatan 67.512 4.67% 1.194 2.323 3.420 4.607 5.890 6.823 8.302 9.894 11.608 13.451
7400 Sulawesi Tenggara 37.647 2.60% 0.695 1.323 1.933 2.593 3.306 3.787 4.608 5.492 6.444 7.467
7500 Gorontalo 11.730 0.81% 0.218 0.413 0.603 0.809 1.031 1.179 1.435 1.710 2.006 2.325
7600 Sulawesi Barat 15.481 1.07% 0.261 0.521 0.773 1.046 1.341 1.572 1.913 2.280 2.674 3.099
8100 Maluku 10.803 0.75% 0.340 0.511 0.677 0.857 1.051 1.004 1.221 1.456 1.708 1.979
8200 Maluku Utara 10.904 0.75% 0.254 0.433 0.606 0.794 0.996 1.066 1.296 1.545 1.813 2.101
9100 Papua Barat 9.151 0.63% 0.283 0.428 0.569 0.722 0.887 0.853 1.038 1.237 1.452 1.682
9400 Papua 29.792 2.06% 1.047 1.512 1.964 2.453 2.979 2.703 3.288 3.919 4.598 5.328
INDONESIA 1,446.187 100.00% 26.468 50.592 74.038 99.403 126.809 145.632 177.189 211.184 247.768 287.102

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 109
Dua provinsi dengan kebutuhan biaya tertinggi untuk peningkatan akses CTPS di tatanan fasilitas kesehatan adalah
Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Kalimantan Utara tetap memiliki kebutuhan biaya terendah, yaitu hanya
6,6 miliar rupiah.

Tabel di bawah ini merangkum hasil perhitungan biaya CTPS di tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia.

B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan menjadi 1,8 triliun rupiah (nilai tengah).

Gambar di bawah ini menggambarkan biaya tahunan CTPS di fasilitas kesehatan.

Annual total cost for achieving 100% HWWS access at health care facilities (Puskesmas)
400

350

300

250

200

150

100

50

-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and
Koordinasi dan facilitation
fasilitasi Promotion
Promosi Capacity building
Peningkatan Kapasitas
Procureme
Pengadaanntdan
andinstalasi
installaton of HWWS
sarana CTPS facility Rehabilitation
Rehabilitasi Top-up promotion
Promosi lanjutan
Pemantauan
Monitoring dan
and evaluasi
evaluation Air
Water Soap
Sabun

Gambar 0 18 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Percentage (total) based on cost category


0.79%
Percentage (total) based0.27%
on cost category
2.24%
0.53% 0.55% 1.53% 0.33%
1.88% 1.55%
0.65%
10.64%
13.09% Coordination and facilitation
Coordination and facilitation
Koordinasi dan fasilitasi
Promotion
Promosi
Promotion
3.70% Peningkatan
Capacity
Capacity building Kapasitas
building
Pengadaan dan instalasi
41.24% 4.55% Procureme nt and
Procureme nt
sarana andinstal
CTPS laton
instal of HWWS
laton facilityfacility
of HWWS
Rehabilitation
Rehabilitasi
50.71% Rehabilitation
Promosi
Top-up lanjutan
promotion
Top-upPemantauan
promotion dan evaluasi
Monitoring and evaluation
26.69% Air and evaluation
Monitoring
Water
2030 Sabun
Water
Soap
39.07%
Soap

Gambar 0 19 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim)

110 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Tabel 0 28 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)
TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
1,446.187 100.00% Total 26.468 50.592 74.038 99.403 126.809 145.632 177.189 211.184 247.768 287.102
49.237 Biaya
3.40% investasi/ 9.274 9.552 9.839 10.134 10.438 - - - - -
modal
9.452 Koordinasi
0.65% 1.780 1.834 1.889 1.945 2.004 - - - - -
dan fasilitasi
27.123 1.88% Promosi 5.109 5.262 5.420 5.582 5.750 - - - - -
4.726 Peningkatan
0.33% 0.890 0.917 0.944 0.973 1.002 - - - - -
kapasitas
7.937 Pengadaan
dan
0.55% 1.495 1.540 1.586 1.634 1.683 - - - - -
pemasangan
sarana CTPS
277.539 Biaya rutin
19.19% 1.454 8.212 12.846 17.862 23.285 29.141 35.455 42.257 49.578 57.448
tahunan
22.364 1.55% Rehabilitasi 0.314 0.656 1.026 1.427 1.860 2.327 2.832 3.375 3.960 4.588
189.308 Promosi
13.09% 0.923 5.603 8.765 12.188 15.889 19.884 24.193 28.834 33.829 39.200
lanjutan
65.867 Pemantauan
4.55% 0.217 1.953 3.055 4.247 5.537 6.929 8.431 10.048 11.789 13.660
dan evaluasi
1,119.411 Barang
77.40% habis pakai 15.739 32.828 51.353 71.407 93.086 116.492 141.734 168.927 198.191 229.654
tahunan
386.004 26.69% Air 5.427 11.320 17.708 24.623 32.098 40.170 48.874 58.251 68.342 79.191
733.407 50.71% Sabun 10.312 21.508 33.645 46.784 60.987 76.322 92.860 110.676 129.849 150.463

49.237 Biaya
3.40% investasi/ 9.274 9.552 9.839 10.134 10.438 - - - - -
modal
277.539 Biaya rutin
19.19% 1.454 8.212 12.846 17.862 23.285 29.141 35.455 42.257 49.578 57.448
tahunan
1,119.411 Barang
77.40% habis pakai 15.739 32.828 51.353 71.407 93.086 116.492 141.734 168.927 198.191 229.654
tahunan

Tabel 0-29 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 54.470 3.06% 1.009 1.900 2.783 3.738 4.771 5.487 6.675 7.956 9.335 10.816
1200 Sumatera Utara 98.523 5.54% 1.786 3.400 5.000 6.731 8.601 9.947 12.102 14.424 16.923 19.609
1300 Sumatera Barat 53.050 2.98% 0.910 1.782 2.647 3.582 4.593 5.387 6.554 7.811 9.164 10.619
1400 Riau 72.324 4.07% 1.105 2.303 3.490 4.775 6.163 7.424 9.033 10.766 12.631 14.636
1500 Jambi 39.969 2.25% 0.672 1.330 1.982 2.688 3.451 4.066 4.947 5.897 6.918 8.016
1600 Sumatera Selatan 85.646 4.82% 1.363 2.778 4.181 5.698 7.338 8.759 10.657 12.702 14.902 17.268
1700 Bengkulu 24.360 1.37% 0.466 0.864 1.258 1.684 2.145 2.445 2.974 3.545 4.159 4.820
1800 Lampung 65.053 3.66% 1.080 2.152 3.215 4.364 5.606 6.626 8.062 9.609 11.274 13.063
1900 Kep. Bangka Belitung 8.699 0.49% 0.169 0.311 0.452 0.604 0.768 0.871 1.060 1.263 1.482 1.718
2100 Kep. Riau 9.154 0.51% 0.203 0.350 0.497 0.655 0.826 0.902 1.098 1.309 1.535 1.779

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 111
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
3100 DKI Jakarta 31.431 1.77% 0.782 1.284 1.781 2.319 2.899 3.047 3.708 4.419 5.184 6.007
3200 Jawa Barat 102.414 5.76% 2.317 3.966 5.601 7.368 9.278 10.067 12.248 14.598 17.127 19.845
3300 Jawa Tengah 211.509 11.89% 3.475 6.962 10.419 14.159 18.200 21.567 26.241 31.275 36.693 42.518
3400 DI Yogyakarta 39.588 2.23% 0.614 1.269 1.918 2.620 3.380 4.059 4.938 5.885 6.905 8.001
3500 Jawa Timur 254.969 14.34% 4.129 8.337 12.507 17.020 21.896 26.034 31.676 37.753 44.293 51.324
3600 Banten 26.210 1.47% 0.543 0.968 1.390 1.846 2.338 2.606 3.170 3.779 4.433 5.137
5100 Bali 46.524 2.62% 0.703 1.474 2.238 3.065 3.959 4.780 5.816 6.932 8.132 9.423
5200 Nusa Tenggara Barat 27.042 1.52% 0.496 0.938 1.377 1.852 2.365 2.727 3.318 3.954 4.639 5.376
5300 Nusa Tenggara Timur 55.135 3.10% 1.023 1.925 2.819 3.786 4.830 5.552 6.755 8.052 9.446 10.946
6100 Kalimantan Barat 28.406 1.60% 0.609 1.069 1.524 2.017 2.549 2.812 3.421 4.077 4.784 5.543
6200 Kalimantan Tengah 54.661 3.07% 0.877 1.780 2.674 3.642 4.688 5.586 6.796 8.100 9.504 11.012
6300 Kalimantan Selatan 50.916 2.86% 0.858 1.696 2.527 3.426 4.397 5.179 6.301 7.510 8.811 10.210
6400 Kalimantan Timur 30.767 1.73% 0.572 1.075 1.574 2.113 2.696 3.098 3.769 4.492 5.270 6.107
6500 Kalimantan Utara 8.061 0.45% 0.157 0.289 0.419 0.560 0.712 0.807 0.982 1.171 1.373 1.591
7100 Sulawesi Utara 19.782 1.11% 0.438 0.757 1.073 1.415 1.785 1.950 2.373 2.828 3.318 3.844
7200 Sulawesi Tengah 42.982 2.42% 0.709 1.418 2.120 2.880 3.701 4.381 5.330 6.353 7.453 8.636
7300 Sulawesi Selatan 83.054 4.67% 1.458 2.822 4.173 5.635 7.215 8.413 10.237 12.200 14.314 16.586
7400 Sulawesi Tenggara 46.295 2.60% 0.846 1.604 2.355 3.168 4.046 4.670 5.682 6.772 7.946 9.207
7500 Gorontalo 14.423 0.81% 0.265 0.501 0.735 0.988 1.262 1.454 1.769 2.109 2.474 2.867
7600 Sulawesi Barat 19.052 1.07% 0.320 0.634 0.945 1.281 1.645 1.938 2.358 2.811 3.298 3.821
8100 Maluku 13.199 0.74% 0.399 0.605 0.810 1.031 1.269 1.238 1.506 1.795 2.106 2.440
8200 Maluku Utara 13.376 0.75% 0.304 0.519 0.733 0.964 1.213 1.314 1.599 1.905 2.235 2.590
9100 Papua Barat 11.184 0.63% 0.333 0.508 0.681 0.869 1.071 1.052 1.280 1.526 1.790 2.074
9400 Papua 36.330 2.04% 1.224 1.783 2.339 2.939 3.586 3.333 4.055 4.833 5.670 6.570
INDONESIA 1,778.557 100.00% 32.217 61.356 90.236 121.482 155.243 179.578 218.491 260.410 305.521 354.023

112 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Tidak ada perubahan dalam urutan atau peringkat kebutuhan pendanaan di provinsi untuk skenario berketahanan
iklim, selain peningkatan kebutuhan biaya CTPS.

Tabel berikut merangkum hasil perhitungan untuk skenario berketahanan iklim:

TATANAN FASILITAS UMUM


A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Dibutuhkan biayanya hampir 0,7 triliun rupiah untuk mencapai akses universal CTPS ke fasilitas umum pada tahun
2030. Biaya ini dibagi menjadi tiga bagian: investasi 78 miliar rupiah, biaya tahunan 89 miliar rupiah, dan bahan
habis pakai sebesar 0,5 triliun rupiah.

Biaya tahunan CTPS di fasilitas umum ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Annual total cost for achieving 100% HWWS access at public facilities
140

120

100

80

60

40

20

-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Coordination and
Koordinasi dan facilitation
fasilitasi Promotion
Promosi Capacity building
Peningkatan Kapasitas
Pengadaanntdan
Procureme andinstalasi sarana
installaton CTPSfacility
of HWWS Rehabilitasi
Rehabilitation Top-up
Promosipromotion
lanjutan
Pemantauan
Monitoring dan
and evaluasi
evaluation Air
Water Soap
Sabun

Gambar 0 20 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Bahan habis pakai menyumbang 75% dari total biaya, dengan biaya investasi berkontribusi hampir 12% dan biaya
tahunan sebesar 13%.
Percentage (total) based on cost category
1.68%
7.12% 0.84%
Percentage (total) based on cost category
2.02%
1.68% 1.12%
7.12% 0.84%
2.02% Coordination and facilitation
1.12%
9.82% Promotion
Koordinasiand
Coordination danfacilitation
fasilitasi
Promosi
9.82% Capacity building
Promotion
40.44% Peningkatan Kapasitas
Capacity building
40.44% Procureme
Pengadaan nt and
dan instalasi installaton of HWWS facility
2.31%
2.31%
Procureme nt and installaton of HWWS facility
sarana CTPS
Rehabilitation
Rehabilitasi
Rehabilitation
Promosi
Top-up lanjutan
promotion
Top-up promotion
Pemantauan dan evaluasi
Monitoring and evaluation
2030
Air
Water Monitoring and evaluation
34.66%
Sabun
34.66%
Soap Water
Soap

Gambar 0 21 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas umum

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 113
Tabel 0 30 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah)
TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
668.224 100.00% Total 14.341 23.690 33.814 44.762 56.587 69.344 83.091 97.889 113.803 130.902
77.904 Biaya
11.66% investasi/ 6.041 6.378 6.733 7.106 7.499 7.912 8.348 8.805 9.287 9.794
modal
11.198 Koordinasi
1.68% 0.868 0.917 0.968 1.021 1.078 1.137 1.200 1.266 1.335 1.408
dan fasilitasi
47.591 7.12% Promosi 3.691 3.896 4.113 4.341 4.581 4.834 5.099 5.379 5.674 5.983
5.599 Peningkatan
0.84% 0.434 0.458 0.484 0.511 0.539 0.569 0.600 0.633 0.667 0.704
kapasitas
13.516 Pengadaan
dan
2.02% 1.048 1.107 1.168 1.233 1.301 1.373 1.448 1.528 1.611 1.699
pemasangan
sarana CTPS
88.515 Biaya rutin
13.25% 1.245 2.596 4.061 5.646 7.361 9.211 11.207 13.358 15.672 18.159
tahunan
7.455 1.12% Rehabilitasi 0.105 0.219 0.342 0.476 0.620 0.776 0.944 1.125 1.320 1.529
65.621 Promosi
9.82% 0.923 1.924 3.010 4.186 5.457 6.829 8.309 9.903 11.618 13.462
lanjutan
15.440 Pemantauan
2.31% 0.217 0.453 0.708 0.985 1.284 1.607 1.955 2.330 2.734 3.168
dan evaluasi
501.805 Barang
75.10% habis pakai 7.056 14.716 23.020 32.010 41.728 52.220 63.536 75.726 88.844 102.948
tahunan
231.602 34.66% Air 3.256 6.792 10.625 14.774 19.259 24.102 29.324 34.950 41.005 47.515
270.203 40.44% Sabun 3.799 7.924 12.396 17.236 22.469 28.119 34.212 40.775 47.839 55.434

77.904 Biaya
11.66% investasi/ 6.041 6.378 6.733 7.106 7.499 7.912 8.348 8.805 9.287 9.794
modal
88.515 Biaya rutin
13.25% 1.245 2.596 4.061 5.646 7.361 9.211 11.207 13.358 15.672 18.159
tahunan
501.805 Barang
75.10% habis pakai 7.056 14.716 23.020 32.010 41.728 52.220 63.536 75.726 88.844 102.948
tahunan

Tabel 0 31 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 20.416 3.06% 0.438 0.724 1.033 1.368 1.729 2.119 2.539 2.991 3.477 3.999
1200 Sumatera Utara 37.013 5.54% 0.794 1.312 1.873 2.479 3.134 3.841 4.602 5.422 6.303 7.251
1300 Sumatera Barat 20.044 3.00% 0.430 0.711 1.014 1.343 1.697 2.080 2.492 2.936 3.414 3.926
1400 Riau 27.625 4.13% 0.593 0.979 1.398 1.851 2.339 2.867 3.435 4.047 4.705 5.412
1500 Jambi 15.131 2.26% 0.325 0.536 0.766 1.014 1.281 1.570 1.881 2.217 2.577 2.964
1600 Sumatera Selatan 32.593 4.88% 0.700 1.155 1.649 2.183 2.760 3.382 4.053 4.775 5.551 6.385
1700 Bengkulu 9.097 1.36% 0.195 0.323 0.460 0.609 0.770 0.944 1.131 1.333 1.549 1.782
1800 Lampung 24.657 3.69% 0.529 0.874 1.248 1.652 2.088 2.559 3.066 3.612 4.199 4.830
1900 Kep. Bangka Belitung 3.242 0.49% 0.070 0.115 0.164 0.217 0.275 0.336 0.403 0.475 0.552 0.635
2100 Kep. Riau 3.358 0.50% 0.072 0.119 0.170 0.225 0.284 0.348 0.418 0.492 0.572 0.658

114 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
3100 DKI Jakarta 11.339 1.70% 0.243 0.402 0.574 0.760 0.960 1.177 1.410 1.661 1.931 2.221
3200 Jawa Barat 37.459 5.61% 0.804 1.328 1.895 2.509 3.172 3.887 4.658 5.487 6.379 7.338
3300 Jawa Tengah 80.254 12.01% 1.722 2.845 4.061 5.376 6.796 8.328 9.979 11.756 13.668 15.721
3400 DI Yogyakarta 15.102 2.26% 0.324 0.535 0.764 1.012 1.279 1.567 1.878 2.212 2.572 2.958
3500 Jawa Timur 96.876 14.50% 2.079 3.434 4.902 6.489 8.204 10.053 12.046 14.191 16.499 18.978
3600 Banten 9.696 1.45% 0.208 0.344 0.491 0.649 0.821 1.006 1.206 1.420 1.651 1.899
5100 Bali 17.787 2.66% 0.382 0.631 0.900 1.191 1.506 1.846 2.212 2.606 3.029 3.484
5200 Nusa Tenggara Barat 10.147 1.52% 0.218 0.360 0.513 0.680 0.859 1.053 1.262 1.486 1.728 1.988
5300 Nusa Tenggara Timur 20.661 3.09% 0.443 0.732 1.045 1.384 1.750 2.144 2.569 3.027 3.519 4.047
6100 Kalimantan Barat 10.463 1.57% 0.225 0.371 0.529 0.701 0.886 1.086 1.301 1.533 1.782 2.050
6200 Kalimantan Tengah 20.786 3.11% 0.446 0.737 1.052 1.392 1.760 2.157 2.585 3.045 3.540 4.072
6300 Kalimantan Selatan 19.271 2.88% 0.414 0.683 0.975 1.291 1.632 2.000 2.396 2.823 3.282 3.775
6400 Kalimantan Timur 11.527 1.72% 0.247 0.409 0.583 0.772 0.976 1.196 1.433 1.689 1.963 2.258
6500 Kalimantan Utara 3.004 0.45% 0.064 0.106 0.152 0.201 0.254 0.312 0.373 0.440 0.512 0.588
7100 Sulawesi Utara 7.257 1.09% 0.156 0.257 0.367 0.486 0.615 0.753 0.902 1.063 1.236 1.422
7200 Sulawesi Tengah 16.301 2.44% 0.350 0.578 0.825 1.092 1.380 1.692 2.027 2.388 2.776 3.193
7300 Sulawesi Selatan 31.307 4.69% 0.672 1.110 1.584 2.097 2.651 3.249 3.893 4.586 5.332 6.133
7400 Sulawesi Tenggara 17.378 2.60% 0.373 0.616 0.879 1.164 1.472 1.803 2.161 2.546 2.960 3.404
7500 Gorontalo 5.411 0.81% 0.116 0.192 0.274 0.362 0.458 0.562 0.673 0.793 0.922 1.060
7600 Sulawesi Barat 7.213 1.08% 0.155 0.256 0.365 0.483 0.611 0.749 0.897 1.057 1.228 1.413
8100 Maluku 4.606 0.69% 0.099 0.163 0.233 0.309 0.390 0.478 0.573 0.675 0.784 0.902
8200 Maluku Utara 4.889 0.73% 0.105 0.173 0.247 0.328 0.414 0.507 0.608 0.716 0.833 0.958
9100 Papua Barat 3.915 0.59% 0.084 0.139 0.198 0.262 0.332 0.406 0.487 0.574 0.667 0.767
9400 Papua 12.401 1.86% 0.266 0.440 0.628 0.831 1.050 1.287 1.542 1.817 2.112 2.429
INDONESIA 668.224 100.00% 14.341 23.690 33.814 44.762 56.587 69.344 83.091 97.889 113.803 130.902

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 115
Jawa Timur dan Jawa Tengah memiliki kebutuhan biaya tertinggi untuk CTPS di tatanan fasilitas umum, sedangkan
Kalimantan Utara secara konsisten memiliki kebutuhan biaya terendah, yaitu hanya 3 miliar rupiah.

Hasil perhitungan biaya CTPS di tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia dirangkum di bawah ini.

B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan menjadi 839 miliar rupiah (nilai), dari kebutuhan
sebesar 0.7 triliun rupiah untuk skenario tidak berketahanan iklim.

Biaya tahunan CTPS dalam pengaturan fasilitas umum digambarkan dalam grafik di bawah ini.
Annual total cost for achieving 100% HWWS access at public facilities
180
160
140
120
100

80
60

40
20

-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Koordinasi dan
Coordination andfasilitasi
facilitation Promotion
Promosi Capacity building
Peningkatan Kapasitas
Pengadaanntdan
Procureme andinstalasi sarana
installaton CTPS facility
of HWWS Rehabilitation
Rehabilitasi Promosipromotion
Top-up lanjutan
Pemantauan
Monitoring dan
and evaluasi
evaluation Air
Water Sabun
Soap

Gambar 0 22 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas umum
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)

Percentage (total) based on cost category


1.33%
5.67% 0.67%
2.86%
Percentage (total) based on cost category
1.68% 1.58%
7.12% 0.84%
2.02% Coordination and facilitation
1.12%
7.82%
Promotion
Coordination and facilitation
Koordinasi dan fasilitasi
32.21% 9.82% Promotion
1.84% Promosi Capacity building
Capacity building Kapasitas
Peningkatan
40.44%
2.31%
Procureme
Pengadaan Procureme
nt and instal
dan nt and
laton of HWWS
instalasi facilinstal
ity laton of HWWS facilit
sarana CTPS
Rehabilitation
RehabilitasiRehabilitation
Top-up promotion
Promosi lanjutan
Monitoring and Top-up
evaluation promotion
Pemantauan dan evaluasi
2030 34.66% Water
Air
Monitoring and evaluation
Sabun
Soap
Water
46.01%
Soap

Gambar 0 23 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim)

116 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Tabel 0 32 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas umum
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)
TOTAL 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
838.936 100.00% Total 17.409 29.249 42.072 55.940 70.921 87.083 104.501 123.252 143.420 165.090
88.416 Biaya
10.54% investasi/ 6.857 7.239 7.641 8.065 8.511 8.980 9.474 9.994 10.541 11.116
modal
11.198 Koordinasi
1.33% 0.868 0.917 0.968 1.021 1.078 1.137 1.200 1.266 1.335 1.408
dan fasilitasi
47.591 5.67% Promosi 3.691 3.896 4.113 4.341 4.581 4.834 5.099 5.379 5.674 5.983
5.599 Peningkatan
0.67% 0.434 0.458 0.484 0.511 0.539 0.569 0.600 0.633 0.667 0.704
kapasitas
24.029 Pengadaan
dan
2.86% 1.863 1.967 2.077 2.192 2.313 2.440 2.575 2.716 2.865 3.021
pemasangan
sarana CTPS
94.314 Biaya rutin
11.24% 1.326 2.766 4.327 6.016 7.843 9.815 11.942 14.233 16.698 19.349
tahunan
13.253 1.58% Rehabilitasi 0.186 0.389 0.608 0.845 1.102 1.379 1.678 2.000 2.346 2.719
65.621 Promosi
7.82% 0.923 1.924 3.010 4.186 5.457 6.829 8.309 9.903 11.618 13.462
lanjutan
15.440 Pemantauan
1.84% 0.217 0.453 0.708 0.985 1.284 1.607 1.955 2.330 2.734 3.168
dan evaluasi
656.206 Barang
78.22% habis pakai 9.226 19.244 30.104 41.859 54.567 68.288 83.086 99.026 116.181 134.625
tahunan
386.004 46.01% Air 5.427 11.320 17.708 24.623 32.098 40.170 48.874 58.251 68.342 79.191
270.203 32.21% Sabun 3.799 7.924 12.396 17.236 22.469 28.119 34.212 40.775 47.839 55.434

88.416 Biaya
10.54% investasi/ 6.857 7.239 7.641 8.065 8.511 8.980 9.474 9.994 10.541 11.116
modal
94.314 Biaya rutin
11.24% 1.326 2.766 4.327 6.016 7.843 9.815 11.942 14.233 16.698 19.349
tahunan
656.206 Barang
78.22% habis pakai 9.226 19.244 30.104 41.859 54.567 68.288 83.086 99.026 116.181 134.625
tahunan

Tabel 0 33 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas umum
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 25.632 3.06% 0.532 0.894 1.285 1.709 2.167 2.661 3.193 3.766 4.382 5.044
1200 Sumatera Utara 46.468 5.54% 0.964 1.620 2.330 3.099 3.928 4.823 5.788 6.827 7.944 9.144
1300 Sumatera Barat 25.164 3.00% 0.522 0.877 1.262 1.678 2.127 2.612 3.135 3.697 4.302 4.952
1400 Riau 34.683 4.13% 0.720 1.209 1.739 2.313 2.932 3.600 4.320 5.095 5.929 6.825
1500 Jambi 18.997 2.26% 0.394 0.662 0.953 1.267 1.606 1.972 2.366 2.791 3.248 3.738
1600 Sumatera Selatan 40.919 4.88% 0.849 1.427 2.052 2.728 3.459 4.247 5.097 6.012 6.995 8.052
1700 Bengkulu 11.421 1.36% 0.237 0.398 0.573 0.762 0.965 1.186 1.423 1.678 1.952 2.247
1800 Lampung 30.957 3.69% 0.642 1.079 1.552 2.064 2.617 3.213 3.856 4.548 5.292 6.092
1900 Kep. Bangka Belitung 4.070 0.49% 0.084 0.142 0.204 0.271 0.344 0.423 0.507 0.598 0.696 0.801
2100 Kep. Riau 4.216 0.50% 0.087 0.147 0.211 0.281 0.356 0.438 0.525 0.619 0.721 0.830

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 117
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
3100 DKI Jakarta 14.236 1.70% 0.295 0.496 0.714 0.949 1.203 1.478 1.773 2.091 2.434 2.801
3200 Jawa Barat 47.028 5.61% 0.976 1.640 2.358 3.136 3.976 4.882 5.858 6.909 8.040 9.254
3300 Jawa Tengah 100.756 12.01% 2.091 3.513 5.053 6.718 8.518 10.459 12.551 14.803 17.225 19.827
3400 DI Yogyakarta 18.960 2.26% 0.393 0.661 0.951 1.264 1.603 1.968 2.362 2.786 3.241 3.731
3500 Jawa Timur 121.625 14.50% 2.524 4.240 6.099 8.110 10.282 12.625 15.150 17.869 20.792 23.934
3600 Banten 12.173 1.45% 0.253 0.424 0.610 0.812 1.029 1.264 1.516 1.788 2.081 2.395
5100 Bali 22.331 2.66% 0.463 0.779 1.120 1.489 1.888 2.318 2.782 3.281 3.818 4.394
5200 Nusa Tenggara Barat 12.739 1.52% 0.264 0.444 0.639 0.849 1.077 1.322 1.587 1.872 2.178 2.507
5300 Nusa Tenggara Timur 25.939 3.09% 0.538 0.904 1.301 1.730 2.193 2.693 3.231 3.811 4.434 5.104
6100 Kalimantan Barat 13.136 1.57% 0.273 0.458 0.659 0.876 1.110 1.364 1.636 1.930 2.246 2.585
6200 Kalimantan Tengah 26.096 3.11% 0.542 0.910 1.309 1.740 2.206 2.709 3.251 3.834 4.461 5.135
6300 Kalimantan Selatan 24.194 2.88% 0.502 0.844 1.213 1.613 2.045 2.511 3.014 3.555 4.136 4.761
6400 Kalimantan Timur 14.471 1.72% 0.300 0.505 0.726 0.965 1.223 1.502 1.803 2.126 2.474 2.848
6500 Kalimantan Utara 3.771 0.45% 0.078 0.131 0.189 0.251 0.319 0.391 0.470 0.554 0.645 0.742
7100 Sulawesi Utara 9.110 1.09% 0.189 0.318 0.457 0.607 0.770 0.946 1.135 1.338 1.557 1.793
7200 Sulawesi Tengah 20.466 2.44% 0.425 0.714 1.026 1.365 1.730 2.124 2.549 3.007 3.499 4.027
7300 Sulawesi Selatan 39.305 4.69% 0.816 1.370 1.971 2.621 3.323 4.080 4.896 5.775 6.719 7.735
7400 Sulawesi Tenggara 21.818 2.60% 0.453 0.761 1.094 1.455 1.844 2.265 2.718 3.205 3.730 4.293
7500 Gorontalo 6.794 0.81% 0.141 0.237 0.341 0.453 0.574 0.705 0.846 0.998 1.161 1.337
7600 Sulawesi Barat 9.056 1.08% 0.188 0.316 0.454 0.604 0.766 0.940 1.128 1.330 1.548 1.782
8100 Maluku 5.782 0.69% 0.120 0.202 0.290 0.386 0.489 0.600 0.720 0.850 0.989 1.138
8200 Maluku Utara 6.138 0.73% 0.127 0.214 0.308 0.409 0.519 0.637 0.765 0.902 1.049 1.208
9100 Papua Barat 4.915 0.59% 0.102 0.171 0.246 0.328 0.416 0.510 0.612 0.722 0.840 0.967
9400 Papua 15.569 1.86% 0.323 0.543 0.781 1.038 1.316 1.616 1.939 2.287 2.662 3.064
INDONESIA 838.936 100.00% 17.409 29.249 42.072 55.940 70.921 87.083 104.501 123.252 143.420 165.090

118 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Sama seperti yang berlaku di tatanan lainnya, selain peningkatan kebutuhan biaya CTPS tidak ada perubahan
urutan atau peringkat kebutuhan pendanaan di provinsi tersebut untuk skenario berketahanan iklim.
Tabel berikut merangkum hasil perhitungan skenario berketahanan iklim:

MOBILISASI SUMBER DAYA


Hasil perhitungan mobilisasi sumber daya disajikan dalam bagian berikut, berdasarkan indikasi mobilisasi sumber
daya yang disajikan dalam Bab 6. Harap diingat bahwa ini hanya didasarkan pada skenario tidak berketahanan
iklim (nilai). Karena proporsi sumber daya potensial tetap tidak berubah untuk skenario berketahanan iklim, hasil
skenarion berketahanan iklim tidak ditampilkan di bagian ini.

Sama seperti hasil perhitungan untuk perkiraan kebutuhan biaya, hasil perhitungan indikasi mobilisasi sumber
daya berikut ini merupakan hasil dari Costing tool sehingga tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

TATANAN RUMAH TANGGA


Tabel dan gambar berikut menunjukkan potensi mobilisasi sumber daya untuk pengembangan CTPS nasional
di rumah tangga. Ini menunjukkan kontribusi besar dari pengguna (83%) untuk membiayai bahan habis pakai
tahunan dan investasi perangkat keras (termasuk rehabilitasi).

PEME- LAINNYA
PEMERIN-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA (NON-PE-
TAH PUSAT
PROVINSI MERINTAH)
43,161.513 100.00% Total 798.474 476.627 4,039.545 35,832.032 2,014.836
1.85% 1.10% 9.36% 83.02% 4.67%
5,269.573 12.21% Biaya investasi 371.987 249.167 940.406 3,512.853 195.159
160.753 0.37% Koordinasi dan fasilitasi 4.019 16.075 140.659 - -
1,125.273 2.61% Promosi 112.527 225.055 787.691 - -
80.377 0.19% Peningkatan Kapasitas 60.282 8.038 12.056 - -
3,903.170 9.04% Pengadaan dan instalasi sarana CTPS 195.159 - - 3,512.853 195.159
4,910.286 11.38% Biaya rutin tahunan 426.487 227.460 1,620.650 2,635.689 -
2,635.689 6.11% Rehabilitasi - - - 2,635.689 -
1,990.272 4.61% Promosi lanjutan 199.027 199.027 1,592.218 - -
284.325 0.66% Pemantauan dan evaluasi 227.460 28.432 28.432 - -
32,981.655 76.41% Barang habis pakai tahunan - - 1,478.488 29,683.489 1,819.677
14,784.880 34.25% Air - - 1,478.488 13,306.392 -
18,196.775 42.16% Sabun - - - 16,377.097 1,819.677

Pemerintah pusat

Pemerintah provinsi

kab / kota

Pengguna

Lainnya (non-pemerintah)

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 119
TATANAN SEKOLAH
Tabel dan gambar berikut menunjukkan potensi mobilisasi sumber daya untuk pengembangan CTPS nasional di
fasilitas umum. Ini menunjukkan kontribusi besar dari pengguna atau sekolah (82%) untuk membiayai bahan habis
pakai tahunan.

PEME- LAINNYA
PEMERIN-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA (NON-PE-
TAH PUSAT
PROVINSI MERINTAH)
3,459.802 100.00% Total 222.237 32.363 150.597 2,837.245 217.360
6.42% 0.94% 4.35% 82.01% 6.28%
178.305 5.15% Biaya investasi 104.024 16.061 58.220 - -
26.768 0.77% Koordinasi dan fasilitasi 0.669 2.677 23.422 - -
53.535 1.55% Promosi 5.354 13.384 34.798 - -
13.384 0.39% Peningkatan Kapasitas 13.384 - - - -
84.618 2.45% Pengadaan dan instalasi sarana CTPS 84.618 - - - -
226.893 6.56% Biaya rutin tahunan 118.213 16.302 92.378 - -
63.873 1.85% Rehabilitasi 63.873 - - - -
108.680 3.14% Promosi lanjutan 10.868 10.868 86.944 - -
54.340 1.57% Pemantauan dan evaluasi 43.472 5.434 5.434 - -
3,054.604 88.29% Barang habis pakai tahunan - - - 2,837.245 217.360
881.008 25.46% Air - - - 881.008 -
2,173.596 62.82% Sabun - - - 1,956.237 217.360

Pemerintah pusat

Pemerintah provinsi

kab / kota

Pengguna

Lainnya (non-pemerintah)

120 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
TATANAN MADRASAH
Tabel dan gambar berikut menunjukkan potensi mobilisasi sumber daya untuk pengembangan
CTPS nasional di tatanan madrasah. Ini menunjukkan kontribusi besar dari pengguna atau
madrasah (83%) untuk membiayai bahan habis pakai tahunan.

PEME- LAINNYA
PEMERIN-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA (NON-PE-
TAH PUSAT
PROVINSI MERINTAH)
679.736 100.00% Total 52.829 5.263 24.427 562.280 34.938
7.77% 0.77% 3.59% 82.72% 5.14%
38.346 5.64% Biaya investasi 26.126 2.642 9.578 - -
4.404 0.65% Koordinasi dan fasilitasi 0.110 0.440 3.853 - -
8.807 1.30% Promosi 0.881 2.202 5.725 - -
2.202 0.32% Peningkatan Kapasitas 2.202 - - - -
22.934 3.37% Pengadaan dan instalasi sarana CTPS 22.934 - - - -
44.172 6.50% Biaya rutin tahunan 26.703 2.620 14.849 - -
17.968 2.64% Rehabilitasi 17.968 - - - -
17.469 2.57% Promosi lanjutan 1.747 1.747 13.975 - -
8.735 1.28% Pemantauan dan evaluasi 6.988 0.873 0.873 - -
597.218 87.86% Barang habis pakai tahunan - - - 562.280 34.938
247.838 36.46% Air - - - 247.838 -
349.381 51.40% Sabun - - - 314.443 34.938

Pemerintah pusat

Pemerintah provinsi

kab / kota

Pengguna

Lainnya (non-pemerintah)

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 121
TATANAN FASILITAS KESEHATAN
Tabel dan gambar berikut menunjukkan potensi mobilisasi sumber daya untuk pengembangan
CTPS nasional di fasilitas kesehatan. Ini menunjukkan kontribusi besar dari pengguna (74%)
untuk membiayai bahan habis pakai dan rehabilitasi tahunan.

PEME- LAINNYA
PEMERIN-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA (NON-PE-
TAH PUSAT
PROVINSI MERINTAH)
1,446.187 100.00% Total 87.235 26.463 190.714 1,068.434 73.341
6.03% 1.83% 13.19% 73.88% 5.07%
49.237 3.40% Biaya investasi 15.611 0.945 32.681 - -
9.452 0.65% Koordinasi dan fasilitasi 0.236 0.945 8.270 - -
27.123 1.88% Promosi 2.712 - 24.411 - -
4.726 0.33% Peningkatan Kapasitas 4.726 - - - -
7.937 0.55% Pengadaan dan instalasi sarana CTPS 7.937 - - - -
277.539 19.19% Biaya rutin tahunan 71.624 25.517 158.033 22.364 -
22.364 1.55% Rehabilitasi - - - 22.364 -
189.308 13.09% Promosi lanjutan 18.931 18.931 151.446 - -
65.867 4.55% Pemantauan dan evaluasi 52.693 6.587 6.587 - -
1,119.411 77.40% Barang habis pakai tahunan - - - 1,046.070 73.341
386.004 26.69% Air - - - 386.004 -
733.407 50.71% Sabun - - - 660.066 73.341

Pemerintah pusat

Pemerintah provinsi

kab / kota

Pengguna

Lainnya (non-pemerintah)

122 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
TATANAN FASILITAS UMUM
Tabel dan gambar berikut menunjukkan potensi mobilisasi sumber daya untuk pengembangan CTPS nasional di
fasilitas umum. Ini menunjukkan kontribusi besar dari pengguna (74%) untuk membiayai bahan habis pakai tahunan
dan investasi perangkat keras (termasuk. rehabilitasi).

PEME- LAINNYA
PEMERIN-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA (NON-PE-
TAH PUSAT
PROVINSI MERINTAH)
668.224 100.00% Total 32.931 9.226 106.670 492.376 27.020
4.93% 1.38% 15.96% 73.68% 4.04%
77.904 11.66% Biaya investasi 14.017 1.120 52.630 10.137 -
11.198 1.68% Koordinasi dan fasilitasi 0.280 1.120 9.798 - -
47.591 7.12% Promosi 4.759 - 42.832 - -
5.599 0.84% Peningkatan Kapasitas 5.599 - - - -
13.516 2.02% Pengadaan dan instalasi sarana CTPS 3.379 - - 10.137 -
88.515 13.25% Biaya rutin tahunan 18.914 8.106 54.041 7.455 -
7.455 1.12% Rehabilitasi - - - 7.455 -
65.621 9.82% Promosi lanjutan 6.562 6.562 52.496 - -
15.440 2.31% Pemantauan dan evaluasi 12.352 1.544 1.544 - -
501.805 75.10% Barang habis pakai tahunan - - - 474.784 27.020
231.602 34.66% Air - - - 231.602 -
270.203 40.44% Sabun - - - 243.182 27.020

Pemerintah pusat

Pemerintah provinsi

kab / kota

Pengguna

Lainnya (non-pemerintah)

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 123
LAMPIRAN 3

PROSES YANG
DIJALANKAN

124 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Untuk menyusun Rencana Aksi ini, dipilih kombinasi pendekatan top-down dan bottom-up . Diagram di bawah ini
menggambarkan proses penyusunan Rencana Aksi, mulai dari rapat perdana (kickoff meeting) tanggal 12 Agustus
2021 hingga tahap penutup.

KONSULTASI TINGKAT KONSULTASI


RAPAT PERDANA NASIONAL SUB- NASIONAL
(top-down) (bottom-up)

» Penyerahan laporan » Pertemuan dengan » Pertemuan konsultatif


analisis situasi dari berbagai kementrian/ dengan tiga provinsi
USAID ke kementrian lembaga terkait CTPS (NTB, Aceh, dan DI
kesehatan » Pemaparan draf awal Yogyakarta)
» Pemaparan kerangka analisis situasi dan » Pemaparan draf
kerja Rencana Aksi perhitungan target CTPS Rencana Aksi yang
» Pemaparan draf daftar berisi analisis situasi,
isi dari Rencana Aksi penetapan target,
program, dan perkiraan
» Penjelasan indikasi biaya
jadwal penyusunan
Rencana Aksi

FINALISASI DRAF RENCANA AKSI


>> Pemaparan kerangka penyusunan Rencana Aksi
>> Pemaparan draf final Rencana Aksi
>> Pemaparan hasil kesepakatan dari konsultasi nasional dan sub-nasional

Gambar 0 24 Tahapan penyusunan Rencana Aksi

Proses skematik di atas dibahas secara lebih rinci dengan urutan kronologis di bagian berikut.

Rapat konsultatif nasional dengan masing-masing kementerian/lembaga diselenggarakan pada bulan September
– Oktober 2021, berdasarkan surat dari Direktur Kesehatan Lingkungan hidup tanggal 20 September 2021,
sebagaimana ditunjukkan dalam salinan surat di bawah ini.

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 125
Sebelas pertemuan konsultatif
No Tanggal Kementerian/Lembaga
diadakan untuk membahas draf
awal Rencana Aksi tersebut. 1 27 September 2021 Bappenas - Perkim
Tujuan utamanya adalah untuk 2 28 September 2021 Kementerian Perdagangan
mencapai kesepakatan di antara
kementerian/lembaga tentang 4 28 September 2021 Satgas Covid-19
pentingnya persiapan rencana 5 29 September 2021 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
aksi, dasar hukum formal, dan Kreatif
penyusunan analisis situasional. 6 29 September 2021 Bappenas - KGM
Daftar sebelas pertemuan
7 11 October 2021 Kementerian Pekerjaan Umum dan
disajikan dalam tabel di bawah ini.
Perumahan Rakyat
8 12 October 2021 Kementerian Dalam Negeri
9 13 October 2021 Kementerian Perhubungan
10 14 October 2021 Kementerian Agama
11 10 November 2021 Kementerian Ketenagakerjaan

126 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
Pada tanggal 2 November 2021,
diadakan lokakarya nasional
untuk mempresentasikan temuan
dari pertemuan konsultatif
nasional dan untuk melengkapi
data atau informasi yang belum
didapatkan dari kementerian/
Lembaga yang tidak dapat hadir
karena keterbatasan waktu
dalam pertemuan konsultatif
seperti tabel di atas. Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi serta BNPB
memberikan masukan terdapat
draf awal Rencana Aksi yang
melengkapi 13 kementerian/
lembaga terkait CTPS.

Acara ini diselenggarakan


bersamaan dengan penyerahan
penghargaan Kementerian
Kesehatan kepada kementerian/
lembaga atas upaya dan
kontribusinya dalam meningkatkan
akses CTPS di Indonesia.

Konsultasi subnasional
diselenggarakan untuk
mendapatkan masukan dan
(termasuk menangkap) aspirasi
dari pemerintah daerah untuk
memastikan Rencana Aksi dapat
dilaksanakan dan masuk akal di
lapangan. Surat pengantar untuk
kegiatan konsultasi subnasional ini
disiapkan dan ditandatangani oleh
Direktur Kesehatan Lingkungan
hidup pada 29 November 2021
(lihat di bawah).

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 127
Daftar tiga kegiatan konsultasi subnasional penyusunan Rencana Aksi ini dapat dilihat di bawah ini:

No Tanggal Provinsi Kabupaten/Kota

1 7 Desember 2021 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Sumbawa Barat


2 13 Desember 2021 DI Yogyakarta Kota Yogyakarta
Kab. Kulon Progo
Kab. Sleman
3 15 Desember 2021 Aceh Kota Banda Aceh

128 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
LAMPIRAN 4

PERANGKAT
PERKIRAAN BIAYA
(COSTING TOOL)

RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN 129
Sebuah lembar kerja Excel (workbook) telah dikembangkan untuk menghitung CAPEX dan OPEX dalam
mengembangkan dan mempertahankan layanan CTPS di semua tatanan. Versi Excel yang digunakan adalah Excel
365 yang mungkin tidak kompatibel untuk versi Excel 2003 atau lebih rendah. Lembar kerja pertama adalah lembar
kerja "README" yang akan memulai semua perhitungan di lembar lain.

File excel ini adalah bahan tambahan untuk dokumen Rencana Aksi ini dan disimpan sebagai Budgeting and costing
tool_v2.xlsx. Tangkapan layar lembar kerja awal (README) dari costing tool ini dapat dilihat di gambar berikut.

130 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN
RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN 131
UNICEF
World Trade Center II, Lantai 22,
Jl. Jend. Sudirman Kav. 31
Jakarta 12920, Indonesia.
Tel: +62 21 5091 6100
Fax: +62 21 571 1215
Email: jakarta@unicef.org
Website: www.unicef.or.id

132 RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0


CUCI TANGAN PAK AI SABUN

Anda mungkin juga menyukai