CUCI TANGAN
PAKAI SABUN
Cover Photo: © UNICEF/UN0248682/Noorani
RENCANA AKSI NASIONAL 2022-2030
CUCI TANGAN
PAKAI SABUN
SAMBUTAN
KEMENTERIAN PPN
Oleh karena itu, pencapaian akses universal ke fasilitas cuci tangan dengan
air dan sabun perlu dicapai, sebagaimana yang diamanatkan pada indicator
global 6.2.1 pada TPB 2030, dengan menggunakan keberadaan fasilitasi
cuci tangan sebagai indikator pendekatan (proxy) untuk mengukur perilaku
cuci tangan. Sayangnya, ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun di rumah belum menjadi kebutuhan
utama. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 di Indonesia mencatat bahwa 1 dari 4 orang tidak
memiliki fasilitas cuci tangan di rumahnya. Selain itu, data Riskesdas 2018 juga menunjukkan bahwa proporsi
perilaku cuci tangan dengan benar pada penduduk diatas 10 tahun juga belum melebihi 50%. Dari sudut
pandang penyediaan pelayanan produk kebersihan tangan, ketersediaan produk kebersihan tangan di daerah
pedesaan yang terpencil menjadi tantangan bagi masyarakat untuk dapat mengakses produk tersebut.
Mengingat peran penting CTPS, Indonesia memandang sektor ini sebagai tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sebagai upaya menyusun rencana yang sistematis
pelaksanaan gerakan CTPS di semua tingkatan pemerintahan dalam rangka pencapaian akses universal,
Pemerintah Indonesia juga telah meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) tahun 2017 dan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
3 tahun 2014 tentang STBM.
Pembangunan sanitasi dan kebersihan tangan (sebagaimana yang ditunjukkan melalui pilar dua, Cuci
Tangan Pakai Sabun) melalui Gerakan STBM adalah salah satu perwujudan paradigma pembangunan yang
berkelanjutan yaitu menempatkan kebersihan tangan sebagai urusan wajib pemerintah. Masyarakat, mitra
pembangunan dan swasta pun juga terlibat dan memegang peranan penting dalam menguatkan CTPS dari
dua komponen yaitu peningkatan kebutuhan dan pemenuhan layanan. Untuk memberikan kesamaan tujuan,
kebijakan pelaksanaan, target, dan rencana aksi rinci bagi pemangku kepentingan untuk semua di tahun
2030, dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS 2022 – 2030 (RAN- CTPS 2022-2030) ini disusun sebagai
upaya dalam rangka pencapaian akses CTPS.
Penyusunan dokumen RAN CTPS 2022-2030 menjadi langkah awal bagi semua pihak untuk bersinergi
dalam melakukan tata Kelola efektif dalam pencapaian target CTPS di Indonesia pada tahun 2030.
Akses terhadap layanan air minum, sanitasi, dan kebersihan atau Water,
Sanitation, and Hygiene (WASH) yang aman bagi masyarakat, baik di rumah
tangga, sekolah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum lainnya merupakan
hal mendasar untuk memastikan pemenuhan hak dan martabat manusia
secara layak. Sebagai bagian dari WASH, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
memiliki peran penting bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan serta
mendukung produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Mengingat
pentingnya CTPS inilah, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen dalam
mencapai akses CTPS 100% pada tahun 2030 dan mengintegrasikan CTPS
sebagai salah satu pilar dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan
bagian dari Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS).
Ada beberapa tanda kemajuan yang signifikan pada pemenuhan akses CTPS
dalam beberapa tahun terakhir. Hingga Maret 2020, BPS telah mencatat
bahwa sebanyak 78,3 persen penduduk Indonesia telah memiliki akses ke fasilitas CTPS. Analisis terbaru
dari Profil Sanitasi Sekolah (2022) telah mengalami peningkatan akses fasilitas CTPS di satuan pendidikan
dari 41% menjadi 74%. Namun, masih terdapat tantangan yang dihadapi dalam memastikan perilaku
CTPS dapat dipraktikan oleh seluruh masyarakat dalam jangka panjang. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018
mengenai data perilaku CTPS, perilaku anggota keluarga yang melakukan praktik CTPS rata-rata hanya 60
persen dari keluarga yang memiliki sarana CTPS.
Pada tahun 2030, Indonesia bersama dengan negara-negara di dunia berkomitmen untuk mencapai target
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Poin 6 yaitu Ketersediaan Akses Air Bersih, Sanitasi, dan Kebersihan bagi
semua pihak. Dalam mencapai target tersebut, tentunya kita membutuhkan perencanaan yang jelas dengan
memuat target-target yang harus dipenuhi. Perencanaan ini tentunya sudah diterjemahkan dalam Dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2020-2024 sebagai acuan. Namun,
sayangnya RPJMN 2020-2024 hanya memuat target pada akses air bersih dan sanitasi.
Meskipun berbagai Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) terkait CPTS telah diterbitkan sebagai
usaha meningkatkan kondisi lingkungan yang mendukung bagi pelaksanaan praktik CTPS di semua tatanan,
CTPS belum termasuk di dalam kebijakan pembangunan nasional saat ini, mulai dari rencana strategis
jangka menengah sampai dengan kebijakan penganggaran tahunan. Tantangan lainnya yang juga dihadapi
ialah tidak adanya data CTPS yang terkonsolidasi dari semua tatanan di Indonesia sehingga menyebabkan
kurangnya data CTPS yang konsisten dan handal yang mempengaruhi kualitas perencanaan.
Untuk menjawab permasalahan ini, Rencana Aksi Nasional (RAN) CTPS telah disusun sebagai salah
dokumen peta jalan yang fokus pada pencapaian target CTPS 2022-2030. Penyusunan dokumen ini secara
teknis dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan didukung oleh UNICEF dan melibatkan kementerian
dan lembaga teknis terkait. Dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS 2022 - 2030 ini disusun untuk
memberikan kesamaan tujuan, kebijakan pelaksanaan, target dan rencana aksi rinci bagi setiap pemangku
kepentingan dalam rangka pencapaian akses CTPS untuk semua di tahun 2030. Serta, dokumen ini juga
memuat strategi dan rencana investasi yang dibutuhkan agar pencapaian target CTPS dapat dicapai secara
optimal sebagaimana yang diamanatkan pada target SDGs point 6.2
Dengan adanya dokumen RAN CTPS 2022, keterlibatan seluruh pemangku kepentingan menjadi sangat
penting dalam mengimplementasikan dokumen ini. Kolaborasi kuat dengan pendekatan pentahelix yang
terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, sector swasta, mitra pembangunan, institusi akademisi,
media, dan organisasi masyarakat sipil menjadi pondasi yang kuat dalam memperkuat mekanisme koordinasi
dalam rangka percepatan akses CTPS. Untuk melakukan tata Kelola efektif dalam pencapaian target CTPS.
Saya berharap rencana aksi nasional tentang kebersihan tangan ini dapat mempercepat upaya
yang ada dalam memastikan kebersihan tangan untuk semua menjadi kenyataan bagi setiap orang
Indonesia.
Oleh karena itu, penguatan komitmen dalam mewujudkan inisiatif “Kebersihan Tangan untuk Semua” diperlukan sebagai
pondasi untuk memimpin dan memobilisasi sumber daya dalam mengisi kesenjangan tersebut untuk mencapai target
nasional kebersihan tangan. Melalui Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun sedunia 2021 lalu, tiga belas kementerian
dan lembaga telah berkomitmen untuk bersama-sama mencapai target untuk akses kebersihan tangan universal pada
tahun 2030. Selain itu, sektor swasta dan mitra pembangunan telah dilibatkan untuk berkolaborasi secara strategis dalam
aksi panggilan nasional “Hand Hygiene for All”.
Untuk memperkuat kerja kolaboratif ini, peta jalan nasional tentang kebersihan tangan (atau Rencana Aksi Nasional CTPS)
2022 2030 telah dikembangkan untuk (1) menyelaraskan kebijakan berbagai pemangku kepentingan pada kegiatan CTPS
untuk meningkatkan dan mempertahankan akses bagi semua, (2) menyediakan koridor implementasi bagi berbagai
pemangku kepentingan untuk mencapai akses CTPS untuk semua, (3) menjadi dokumen acuan utama di antara para
pemangku kepentingan dalam proses perencanaan dan penganggaran tahunan mereka dalam mencapai akses CTPS.
Rencana Aksi Nasional CTPS ini dikembangkan melalui kombinasi pendekatan top-down dan bottom-up serta umpan balik
dari organisasi non-pemerintah. Dengan demikian, dokumen ini menggambarkan keadaan saat ini dari CTPS di Indonesia,
visi dan tujuan yang ingin dicapai, strategi untuk mencapai tujuan tersebut, perkiraan biaya pelaksanaan Rencana Aksi
Nasional, dan indikasi mobilisasi sumber daya dari berbagai pemangku kepentingan. Selain itu, rencana aksi ini mengacu
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM untuk membahas CTPS pada berbagai komponen
kegiatan, terutama pada lingkungan yang mendukung, penciptaan permintaan, dan penyediaan layanan di empat
pengaturan utama seperti rumah tangga, sekolah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum.
Kami mengucapkan terima kasih kepada masing-masing kementerian/lembaga yang terkait dengan kegiatan CTPS atas
dukungannya seperti Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi, Kementerian Agama, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pusat
Statistik (BPS), dan Gugus Tugas COVID-19. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada tiga pemerintah daerah,
yaitu Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan DI Yogyakarta, atas aspirasi mereka melalui konsultasi subnasional.
Kami berharap Rencana Aksi Nasional CTPS ini akan mempercepat pencapaian target nasional kebersihan tangan pada
tahun 2030.
CTPS merupakan prioritas utama pembangunan Pemerintah Indonesia dan merupakan pilar kedua dari Program
Sanitasi dan Higiene Nasional (STBM - Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan Program Kesehatan Sekolah (UKS).
Setidaknya 13 Kementerian/Lembaga memiliki keterkaitan langsung dengan agenda kebersihan tangan. Pada tahun
2021, tiga belas Menteri berkomitmen untuk akses kebersihan tangan universal pada tahun 2030. Sejak awal
pandemi pada tahun 2020, telah terjadi peningkatan investasi dalam infrastruktur cuci tangan di semua tempat,
meskipun lebih menonjol di sekolah-sekolah. Data dari profil WASH in School 2021 menunjukkan peningkatan hampir
20 persen dalam akses ke fasilitas cuci tangan di sekolah pasca COVID-19.
Rencana aksi nasional untuk kebersihan tangan adalah peta jalan berbiaya untuk membantu Indonesia mewujudkan
visi “Kebersihan Tangan untuk Semua” pada tahun 2030 dan merupakan bagian dari rencana nasional SDG6
yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan dari UNICEF dan mitra lainnya. Peta jalan ini
telah menetapkan target yang realistis dan dibangun berdasarkan kemajuan yang telah dicapai sejauh ini serta
pembelajaran dari pelaksanaan program perubahan perilaku sebelumnya. Peta jalan ini mencakup analisis tantangan
saat ini, strategi, intervensi, peran dan tanggung jawab para pemangku kepentingan utama, lingkungan yang
mendukung yang diperlukan, dan kebutuhan investasi. Peta jalan ini merupakan hasil konsultasi dengan berbagai
pemangku kepentingan dan menggarisbawahi fokus Indonesia untuk tidak meninggalkan siapa pun di belakang
dengan tetap mempertimbangkan ketahanan iklim dan risiko bencana.
Rencana aksi nasional tentang kebersihan tangan bertujuan untuk mencapai 100% akses ke layanan dasar
(ketersediaan fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air) di semua tempat yaitu rumah tangga,
sekolah, tempat umum dan fasilitas kesehatan. Target jangka menengah untuk masing-masing dari empat tatanan
tersebut dipandu oleh kemajuan saat ini dan dibagi menjadi dua periode, yaitu 2020-2024 (periode RPJMN saat ini)
dan 2025-2030. Pada tahap awal rencana aksi kebersihan tangan nasional, fokusnya adalah mengkonsolidasikan
dan membangun. Pada tahap awal rencana aksi kebersihan tangan nasional difokuskan pada konsolidasi dan
pembangunan pada pencapaian yang telah dilakukan dalam program kebersihan tangan selama pandemi dengan
meningkatkan manajemen data dan akuntabilitas, meningkatkan koordinasi CTPS baik di tingkat nasional maupun
daerah, meningkatkan kerangka kerja peraturan, mendorong pembelajaran dan mengarusutamakan CTPS sebagai
bagian dari program-program yang sudah ada.
Kami sangat memuji kepemimpinan Kementerian Kesehatan, Pemerintah Indonesia, khususnya Direktorat Kesehatan
Lingkungan dalam pengembangan rencana aksi ini dengan kontribusi dari kementerian dan lembaga lainnya.
Kami juga mengakui kontribusi penting dari pemerintah daerah, terutama dari Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan DI
Yogyakarta, mitra pembangunan, organisasi masyarakat sipil, lembaga akademis, lembaga keuangan dan sektor
swasta sektor swasta kepada konsultan selama penyusunan peta jalan ini.
Rencana Aksi Nasional Kebersihan Tangan merupakan pemenuhan salah satu komitmen yang dibuat Indonesia pada
pertemuan tingkat tinggi Sanitasi dan Air untuk Semua (SWA) - Pertemuan Tingkat Menteri yang diadakan di Jakarta
pada bulan Mei 2022. Rencana aksi ini perlu diprioritaskan untuk diimplementasikan guna membantu Indonesia
mewujudkan target SDG-6.2 dan aspirasi globalnya untuk masuk dalam jajaran 5 besar ekonomi dunia pada tahun
2045. Saya berharap rencana aksi ini dapat menjadi dokumen referensi utama bagi semua pemangku kepentingan
dalam upaya kolektif kita untuk mewujudkan kebersihan tangan bagi seluruh masyarakat Indonesia pada tahun 2030!
Kannan Nadar
Chief of WASH
UNICEF Indonesia
Rencana Aksi Nasional Cuci Tangan Pakai Sabun (RAN-CTPS) 2022-2030 ini merupakan hasil kontribusi dan
wawasan yang dibagikan oleh sejumlah besar pemangku kepentingan di seluruh negeri. Ucapan terima
kasih yang tulus kepada Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan atas kepemimpinan dan
bimbingannya dalam penyusunan Rencana Aksi ini, dengan ucapan terima kasih khusus kepada dr. Anas Ma’ruf,
M.K.M; drg. R. Vensya Sitohang M. Epid; Ely Setyawati SKM, MKM; Ni Nengah Yustina Tutuanita, SKM, MKM;
Aloysia Widysatuti, SKM, M.Si, Sukarmi, SKM, MKM, Nurlaila, SKM, MKM, dan Ikha Purwandari, SKM, MKM.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada perwakilan Bappenas (Direktorat Perumahan dan Kawasan
Permukiman dan Direktorat Kesehatan Gizi Masyarakat), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi (Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah),
Kementerian Agama (Direktorat Kurikulum, Sarana, Prasarana, Kesiswaan dan Kelembagaan Madrasah),
Kementerian Dalam Negeri (Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah III), Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (Direktorat Sanitasi dan Direktorat Air Minum), Kementerian Perdagangan
(Direktorat Sarana, Distribusi, dan Logistik), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Direktorat Tata Kelola
Destinasi, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur dan Direktorat Standardisasi dan Sertifikasi
Usaha), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan), Kementerian Kesehatan (Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Direktorat Kesehatan Keluarga, dan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga), BNPB (Bidang Penanganan
Darurat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Sekretariat Satgas Covid-19 (Bidang Perubahan Perilaku),
Kementerian Perhubungan (Direktorat Prasarana Transportasi Jalan), Kementerian Ketenagakerjaan, dan Badan
Pusat Stastistik atas kontribusinya yang berharga.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua individu dan perwakilan dari provinsi
Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama Bappeda, dan Dinas Kesehatan serta
perwakilan kabupaten/kota dari ketiga provinsi tersebut yaitu dari Kabupaten Sumbawa Barat, Kota Banda Aceh,
Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Sleman yang telah memberikan wawasan dan aspirasi
pemerintah daerah setempat melalui pertemuan konsultatif sub nasional. Terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya juga kepada rekan-rekan mitra pembangunan di USAID, WHO, IUWASH Plus, WVI, SPEAK
dan perusahaan-perusahaan swasta yang tergabung dalam Kemitraan Swasta Pemerintah Cuci Tangan Pakai
Sabun (KSP-CTPS) atas kontribusi dan wawasan mereka yang berharga yang membantu dalam penyusunan
rencana aksi nasional ini.
Penyusunan RAN CTPS 2022-2030 ini disusun oleh Dhanang Tri Wuriyandoko, serta dikoordinir oleh Preetha
Prabhakaran (Spesialis WASH, UNICEF Indonesia). Penyusunan dokumen ini juga didukung dengan masukan
tambahan dari Kannan Nadar (Kepala WASH, UNICEF Indonesia). Terima kasih yang tulus kepada rekan-rekan
UNICEF Indonesia Eko Widodo, Rostia La Ode Pado, Muhammad Zainal, dan Maria Katherina Gnadia Liandy
yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan dokumen ini.
Bab 1 Pendahuluan 1
1.2 Tujuan 3
3.1 Visi 36
3.2 Target 36
3.2.2 Asumsi 36
4.1 Tantangan 42
5.1 Pendahuluan 54
Daftar Pustaka 68
Lampiran 1 69
Lampiran 2 78
Lampiran 3 124
Lampiran 4 129
RENC A N A© AUNICEF/UN0353518/Ijazah
KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN xi
DAFTAR ISTILAH
SINGKATAN KETERANGAN
AACE Association of the Advancement of Cost Engineering
AKKOPSI Asosisasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BABS Buang Air Besar Sembarangan
BAU Business-as-Usual
Bappenas Badan Perencanaan Nasional
BAZNAS Badan Amil Zakat Nasional
BKF Badan Kebijakan Fiskal
BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPS Badan Pusat Statistik
BSN Badan Standarisasi Nasional
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CAPEX Capital Expenditure atau biaya investasi
Covid-19 Corona Virus Diseases - 2019
CSR Corporate Social Responsibility
CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun
DAK Dana Alokasi Khusus
Dapodik Data Pokok Pendidikan
DID Dana Insentif Daerah
EMIS Education Monitoring Information System
GCF The Green Climate Fund
GERMAS Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
JMP Joint Monitoring Program
JKN Jaminan Kesehatan Nasional
KSP-CTPS Kemitraan Swasta Pemerintah – Cuci Tangan Pakai Sabun
NDA National Designated Authority
NPSK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
OPEX Operational Expenditure atau biaya operasi dan pemeliharaan
Otsus Dana Otonomi Khusus
PFB Pooling Fund Bencana
PBI Penerima Bantuan Iuran
PHBS Perilaku Hidup Bersih Sehat
Pokja PPAS Kelompok Kerja Pembangunan Perumahan, Air Minum, dan Sanitasi
PNS Pegawai Negeri Sipil
Rifaskes Riset Fasilitas Kesehatan
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Empat tatanan CTPS beserta penjelasannya 4
Tabel 2.1 Definisi tingkat layanan CTPS berdasarkan JMP dengan penyesuaian
untuk tatanan Fasilitas Umum 8
Tabel 2.2 Pemetaan kebijakan dan peraturan setingkat Menteri terkait CTPS 12
Tabel 2.6 Rincian QR Peduli Lindungi yang terdaftar untuk setiap provinsi, per 19 Januari 2022 30
Tabel 2.7 Ringkasan temuan dan tantangan CTPS untuk setiap komponen 32
Tabel 3.1 Perhitungan rinci proyeksi CTPS Indonesia untuk tatanan rumah tangga 37
Tabel 5.1 Matrik program pembangunan dalam rangka pencapaian 100% akses CTPS tahun 2030 58
Tabel 6.1 Kategori biaya CTPS berdasarkan studi tahun 2021 di 46 negara berkembang 62
Tabel 6.2 Kategori biaya yang digunakan dalam Rencana Aksi CTPS 62
Tabel 6.3 Ringkasan kebutuhan biaya CTPS di semua tatanan (nilai tengah) 65
Tabel 6.5 Indikasi mobilisasi sumber daya pencapaian akses CTPS 100% di seluruh tatanan 67
RENC A N A© AUNICEF/UN0353518/Ijazah
KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN xiii
DAFTAR TABEL DI LAMPIRAN
Tabel 0.1 Sembilan kategori biaya CTPS 80
Tabel 0.4 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah
tangga (tingkat harga 2021) 83
Tabel 0.5 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah:
tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 84
Tabel 0.6 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: layanan terbatas
menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 84
Table 0.7 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas
kesehatan(tingkat harga 2021) 85
Tabel 0.8 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan
fasilitas umum (tingkat harga 2021) 85
Tabel 0.9 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah tangga
(tingkat harga 2021) 86
Tabel 0.10 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah:
tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 86
Tabel 0.11 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah:
layanan terbatas menuju layanan dasar (tingkat harga 2021) 87
Tabel 0.12 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas
kesehatan (tingkat harga 2021) 87
Tabel 0.13 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan
fasilitas umum (tingkat harga 2021) 88
Tabel 0.14 Biaya tahunan CTPS untuk setiap kategori biaya dalam pencapaian
100% akses di tatanan rumah tangga (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 90
Tabel 0.15 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan
rumah tangga (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 90
Tabel 0.16 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 93
Tabel 0.17 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 93
Table 0.18 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 96
Tabel 0.19 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah 96
Tabel 0.20 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
Tabel 0.21 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 99
Tabel 0.22 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 102
Tabel 0.23 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah 102
Tabel 0.24 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 105
Tabel 0.25 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 105
Tabel 0.26 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 108
Tabel 0.27 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah 108
Tabel 0.28 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 111
Tabel 0.29 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 111
Tabel 0.30 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah) 114
Tabel 0.31 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah 114
Tabel 0.32 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah) 117
Tabel 0.33 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses
di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah 117
Gambar 2.1 Sebaran penduduk di enam wilayah Indonesia berdasarkan Sensus 2020 10
Gambar 2.2 Proyeksi penduduk Indonesia hingga tahun 2030 10
Gambar 2.3 Klasifikasi urusan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang 24/2014 15
Gambar 2.4 Anggaran kesehatan dan proporsinya di dalam APBN 18
Gambar 2.5 Pembagian anggaran kesehatan untuk berbagai kegiatan terkait kesehatan 19
Gambar 2.6 Tren alokasi anggaran kesehatan di berbagai kementerian/lembaga 19
Gambar 2.7 Materi dan pesan komunikasi CTPS dalam peringatan Hari CTPS Sedunia tahun 2020 23
Gambar 2.8 Waktu-waktu penting CTPS 24
Gambar 2.9 Pencegahan Covid-19 melalui GERMAS 24
Gambar 2.10 Materi promosi untuk fasilitas CPTS yang inklusif 24
Gambar 2.11 Tangkapan layar waktu penting CTPS menurut Kementerian Kesehatan
(Pedoman Cuci Tangan Pakai Sabun, 2020) 25
Gambar 2.12 Data historis akses CTPS di tatanan Rumah Tangga (sumber: BPS) 25
Gambar 2.13 Akses CTPS rumah tangga tahun 2020 disertai hasil Riskesdas 2018 26
Gambar 2.14 Perilaku CTPS berdasarkan pekerjaan menurut Riskesdas 2018 26
Gambar 2.15 Akses CTPS di tatanan sekolah tahun 2020 27
Gambar 2.16 Akses CTPS di tatanan Madrasah tahun 2020 27
Gambar 2.17 Akses CTPS di fasilitasi Kesehatan tahun 2019 28
Gambar 2.18 Tangkapan layar dari UNICEF 3M Monitoring, periode Januari 2022 29
Gambar 2.19 Sebaran QR points setiap provinsi di Indonesia 29
Gambar 3.1 Proyeksi akses nasional CTPS Indonesia untuk tatanan Rumah Tangga 37
Gambar 3.2 Proyeksi akses CTPS untuk tatanan rumah tangga di Aceh 38
Gambar 3.3 Proyeksi akses CTPS tatanan rumah tangga di Nusa Tenggara Barat 38
Gambar 3.4 Proyeksi akses CTPS tatanan rumah tangga di DI Yogyakarta 39
Gambar 5.1 Linimasa peristiwa politik utama dan kegiatan perencanaan di Indonesia hingga 2030 54
Gambar 5.2 Empat milestone untuk mencapai 100% akses tahun 2030 54
Gambar 6.1 Model 3, keran tanpa dilengkapi bak penampung air keramik (sink) 63
Gambar 6.2 Langkah-langkah untuk menentukan rentang biaya satuan 64
Gambar 6.3 Langkah-langkah dalam memperkirakan biaya CAPEX dan OPEX 64
Gambar 6.4 Prosentase kebutuhan biaya CTPS semua tatanan untuk mencapai 100% akses 66
PENDAHULUAN
CTPS dikenal luas sebagai teknik dasar terpenting pencegahan penyebaran penyakit menular, dengan tingkat
keberhasilan 80% untuk pencegahan infeksi umum dan 45% berkaitan dengan pencegahan penyakit yang
lebih berat (USAID, 2021). Hal ini terjadi karena rata-rata manusia menyentuh wilayah muka dengan tangan
sebanyak 23 kali setiap jam, termasuk menyentuh membran mukosa di hidung, mata, dan mulut.1 Di dalam kasus
COVID-19, mekanisme ini dipercanya sebagai penyebab utama transmisi.
Praktik CTPS juga dihubungkan dengan penurunan risiko penyakit-penyakit berikut ini2:
» Penurunan risiko infeksi pernafasan akut sebesar 16-23 persen, dan menurunkan risiko pneunomia hingga
setengahnya,
» Pengurangan secara signifikan infeksi neonatal dan penurunan risiko diare endemik sebesar 48 persen, serta
» Mengurangi angka ketidahadiran siswa di sekolah (absenteeism) karena penyakit yang berkaitan dengan
pencernaan sebesar 29-57 persen.
Sebagai tambahan dari berbagai dampak positif berkaitan dengan kesehatan di atas, secara ekonomi CTPS
merupakan salah satu metode yang paling hemat biaya untuk pencegahan penyakit. Sebagai contoh, penyediaan
sarana CTPS di fasilitas kesehatan dapat dilakukan dengan biaya berkisar antara 0.90 – 2.50 USD, tergantung
kondisi masing-masing negara. Pengurangan biaya kesehatan hingga 15 kali lipatnya dapat dicapai melalui
penguatan kebijakan terkait CTPS.3
CTPS semakin penting dan relevan dengan kehidupan kita sekarang karena terkait erat dengan perubahan
iklim.4 Tahun 2019, UN Water menyusun kertas kebijakan (policy brief) tentang Air dan Perubahan Iklim (Water
and Climate Change)5 dengan penekanan bahwa perubahan iklim dirasakan terutama melalui air sehingga
berpengaruh juga pada higiene, melalui hal-hal berikut:
» Saat terjadi kelangkaan air, menjaga higiene yang memadai menjadi lebih sulit untuk dilakukan, dari mencuci
tangan hingga keseluruhan higiene dan pengelolaan kebersihan menstruasi,
» Pada saat terjadi banjir, wabah penyakit seperti kolera akan menjadi tantangan yang serius untuk dihadapi,
dan
» Peningkatan risiko penyakit menular merupakan akibat dari hari-hari yang semakin panas (peningkatan suhu),
peningkatan curah hujan, serta kelembapan yang semakin tinggi.
Mengingat peran penting CTPS di atas, Indonesia memandang sektor ini sebagai tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai Undang-Undang Nomor 23
tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dan sebagai upaya menyusun rencana yang sistematis pelaksanaan
gerakan CTPS di semua tingkatan pemerintahan dalam rangka pencapaian akses universal, Pemerintah Indonesia
meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) tahun 2017 melalui penerbitan Instruksi Presiden
Nomor 1 tahun 2017 tentang GERMAS. Dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS 2022 - 2030 ini disusun
untuk memberikan kesamaan tujuan, kebijakan pelaksanaan, target dan rencana aksi rinci bagi setiap pemangku
kepentingan dalam rangka pencapaian akses CTPS untuk semua di tahun 2030.
1 Ijaz MK, Nims RW, Szalay S de, Rubino JR. Soap, water, and severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2): an ancient handwashing
strategy for preventing dissemination of a novel virus.
2 Claire & Dian, 2021, Situational Analysis Report, USAID.
3 OECD (2018), Stemming the Superbug Tide: Just A Few Dollars More, OECD Publishing, Paris. https://doi.org/10.1787/9789264307599-en As Quoted by
WHO - UNICEF report Hand Hygiene for All 2020.
4 The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) defines climate change as a change of climate which is attributed directly or
indirectly to human activity that alters the composition of the global atmosphere and which is in addition to natural climate variability observed over compa-
rable time periods.
5 https://www.unwater.org/app/uploads/2019/09/UN_Water_Policy_Brief_Climate_Change_and_Water_web.pdf
© UNICEF/UN0630100/Al Asad
1. Undang-Undang Dasar 1945 "Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan" dinyatakan di dalam norma hukum
tertinggi di Indonesia, UUD 1945, amandemen keempat, Pasal 28H paragraf pertama.
Ruang lingkup pembahasan Rencana Aksi ini mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2014
tentang STBM, terutama terkait berbagai komponen dalam kegiatan CTPS. Peraturan Menteri Kesehatan ini
mengatur pelaksanaan STBM yang terbagi dalam tiga komponen:
Sebagai tambahan atas tiga komponen CTPS di atas, Rencana Aksi ini membahas CTPS di empat tatanan atau
wilayah pelaksanaan kegiatan. Keempat tatanan CTPS berikut ini sejalan dengan pernyataan WHO dan UNICEF
di dalam Hand Hygiene for All 2020, yang menganjurkan dan mendorong pelaksaaan dan ketersediaan akses
CTPS secara universal untuk memerangi Corona Virus Diseases (Covid-19) dan sebagai upaya kesiapsiagaan
menghadapi potensi pandemi yang akan datang.6
6 Pendekatan ini diulang kembali dalam rekomendasi WHO untuk memastikan ketersediaan akses CTPS bagi semua dalam rangka pencegahan penye-
baran Covid-19. Tersedia di laman https://www.who.int/publications/m/item/interim-recommendations-on-obligatory-hand-hygiene-against-transmis-
sion-of-covid-19
7 https://www.bps.go.id/istilah/index.html?Istilah%5Bberawalan%5D=R&Istilah_page=4
Dokumen Rencana Aksi Nasional CTPS memberikan penjelasan mengenai kondisi saat ini pengelolaan dan
praktik CTPS di Indonesia, visi dan tujuan yang ingin dicapai, strategi dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan ini,
perkiraan biaya pelaksanaan Rencana Aksi, serta indikasi mobilisasi sumber pendanaan dari berbagai pemangku
kepentingan. Topik-topik pembahasan ini disusun secara sistematis di dalam enam (6) bab dokumen Rencana Aksi
Nasional CTPS.
ANALISIS SITUASI
Tabel 2.1 Definisi tingkat layanan CTPS berdasarkan JMP dengan penyesuaian untuk tatanan Fasilitas Umum
Layanan Ketersediaan fasilitas Ketersediaan fasilitasi Fasilitas cuci tangan Ketersediaan fasilitas
Terbatas cuci tangan tanpa cuci tangan dengan air terdapat di titik layanan cuci tangan tanpa
dilengkapi sabun dan/ namun tanpa sabun atau tolilet, namun dilengkapi sabun dan/
atau air di rumah tidak di keduanya atau air di tempat
Tidak Ada Tidak terdapat fasilitas Tidak terdapat fasilitas Tidak terdapat Tidak terdapat fasilitas
Layanan cuci tangan di rumah cuci tangan atau fasilitas cuci tangan cuci tangan di tempat
terdapat fasilitas baik di titik layanan
cuci tangan tanpa maupun di toilet
dilengkapi air
Fasilitas CTPS hanya dapat meningkatkan derajat kesehatan apabila fasilitas tersebut berfungsi sepenuhnya,
yaitu dilengkapi dengan air dan sabun, termasuk ketersediaan fasilitas cuci tangan di titik layanan dan dalam
radius 5 meter dari toilet untuk fasilitas kesehatan. Mengacu pada definisi tingkat layanan di atas, keberfungsian
sepenuhnya ini termasuk di tingkat Layanan Dasar. Sebagai hasilnya, dalam penyusunan Rencana Aksi ini
LAYANAN DASAR diputuskan menjadi layanan minimum agar tujuan perlindungan dan peningkatan derajat
kesehatan dapat tercapai.
CTPS memiliki keuntungan berbeda dibandingkan dengan penggunaan handsanitizer. Sabun dan air dapat
menghilangkan segala jenis kuman dari tangan, sedangkan handsanitizer hanya mengurangi jumlah kuman yang
terdapat di kulit. Lebih lanjut, handsanitizer hanya dapat digunakan apabila tangan tidak kotor atau berminyak,
dan tidak terdapat darah atau cairan tubuh lainnya. Handsanitizer juga tidak dapat membunuh kuman seperti
8 Kementerian Kesehatan dan UNICEF, 2020, Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2014 tentang STBM, CTPS adalah praktik mencuci
tangan dengan air mengalir dan sabun. Dalam mendefinisikan air mengalir ini, BPS di dalam Pedoman Konsep
dan Definisi Susenas mendefisikan air mengalir sebagai air yang telah digunakan untuk mencuci tangan tidak
digunakan kembali. Menyangkut fasilitas CTPS, JMP10 memberikan definisi sebagai fasilitas permanen maupun
yang dapat dipindah-pindah (mobile), meliputi keran air dengan bak, keran dan ember, tippy taps, dan kendi atau
baskom yang dikhususkan untuk mencuci tangan. Sabun meliputi sabun batang, sabun cair, detergen serbuk, dan
air sabun, namun tidak termasuk abu, tanah, pasir, serta agen pembersih lainnya.
Rencana Aksi menggunakan definisi cuci tangan sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Menteri
Kesehatan dengan penjelasan teknis, terutama terkait air mengalir, dari BPS di dalam pedoman Susenas.
Air dengan kadar pencemar E.Coli sebesar 1,000/100 ml setara dengan Kelas Dua kualitas air sungai, danau
dan sejenisnya menurut Lampiran V Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kelas Dua adalah air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,
dan untuk peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, kualitas air untuk mencuci tangan tidak harus air memiliki kualitas layak
(improved). Air dengan kualitas tidak layak pun (unimproved) masih dapat digunakan dan memberikan dampak
positif yang lebih besar dari risikonya untuk mencuci tangan. Air yang termasuk kategori tidak layak adalah air
yang bersumber dari sumur gali tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi, dan air permukaan (sungai, danau dll).
Rencana Aksi ini menggunakan asumsi bahwa rumah tangga dan tatanan lainnya telah terhubung ke sistem
penyediaan air bersih, baik yang berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ataupun yang berasal dari
sistem penyediaan air lainnya (contohnya adalah sistem yang dikelola masyarakat salah satunya melalui program
Pamsimas) dengan kualitas minimum adalah kualitas air tidak layak sebagaimana dijelaskan di atas. Asumsi
ini dianggap cukup masuk akal untuk digunakan karena mengacu pada data BPS sebesar 90.78 persen rumah
tangga di Indonesia telah memiliki akses ke air yang layak di tahun 2021, meningkat sedikit dibandingkan kondisi
tahun 2019 sebesar 89.27 persen.
Dari keseluruhan tingkat pemerintahan tersebut, BPS mencatat jumlah penduduk sebesar 270.20 juta
9 Dikonfirmasi oleh Direktorat Perumahan dan Permukiman, Bappenas, saat konsultasi nasional penyiapan Rencana Aksi CTPS ini di bulan September 2021.
10 Untuk informasi lebih rinci dapat mengunjungi laman https://washdata.org/monitoring/hygiene
11 Tanggal 30 Juni 2022, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Repulik Indonesia telah mensahkan tiga Undang-Undang pembentukan tiga provinsi baru di Papua.
Proses penyusunan payung hukum lain masih dilakukan termasuk yang berkaitan dengan kode dan data wilayah administrasi. Lihat laman berikut https://
www.dpr.go.id/berita/detail/id/39597/t/DPR+Sahkan+3+UU+Provinsi+Baru%2C+Puan%3A+Jaminan+Hak+Rakyat+Papua+dalam+Pemerataan+Pemban-
gunan
23,68%
(58,6 juta)
7,36%
(19,9 juta)
6,15% 5,54% 3,17%
(16,6 juta) (15,0 juta)
(8,6 juta)
berdasarkan Sensus Penduduk 2020 dengan kepadatan penduduk rata-rata 141 jiwa/km2. Pulau Jawa masih
merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar dengan 151.60 juta jiwa atau setara 56.10 persen dari
penduduk nasional, dengan Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah secara berurutan merupakan provinsi
dengan jumlah penduduk terpadat. Maluku dan Papua tercatat dihuni 8.60 juta jiwa, atau 3.17 persen dari
penduduk Indonesia, yang merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terendah dibandingkan wilayah-wilayah
lainnya. BPS juga merekam laju pertambahan penduduk tahunan 1.25 persen dari periode sensus 2010 dan 2020.
Sebaran penduduk untuk enam wilayah Indonesia disajikan di Gambar 2-1 berikut.
Bappenas, BPS, dan UNFPA tahun 2018 menerbitkan sebuah publikasi berjudul Indonesia Population Projections
2015–2045 SUPAS Results.12 Publikasi ini dijadikan dasar proyeksi penduduk Indonesia di dalam Rencana Aksi ini
setelah dilakukan penyesuaian proyeksi 2020 berdasarkan hasil sensus. Faktor koreksi yang didapatkan kemudian
diterapkan untuk memproyeksikan jumlah penduduk tahun 2025 dan 2030. Gambar berikut menyajikan hasil
proyeksi penduduk hingga tahun 2030.
294,5 juta
283,0 juta
270,2 juta
12 Laporan ini tersedia daring dan dapat diakses melalui lama https://www.bps.go.id/publication/2018/10/19/78d24d9020026ad95c6b5965/proyeksi-pen-
duduk-indonesia-2015-2045-hasil-supas-2015.html. Terakhir diakses tanggal 10 September 2021.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih Sehat (PHBS) disusun sebagai peraturan pelaksana untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya yang merupakan tujuan utama pembangunan kesehatan menurut Pasal 3 Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36/2009. Pendekatan sistematis perubahan perilaku sanitasi dan higiene kemudian dirumuskan
lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang pelaksanannya dilakukan melalui penguatan peran serta masyarakat
menggunakan metode pemicuan.
Dalam rangka pencapaian Target 6 TPB, meningkatkan produktivitas penduduk serta untuk menurunkan biaya
kesehatan melalui pendekatan preventif dan promotif, Pemerintah meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) melalui Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2017 sebagai sebuah gerakan nasional. PHBS menjadi salah
satu rencana aksi dan kebijakan GERMAS dengan terlaksananya praktik CTPS di berbagai tatanan menjadi salah
satu dari indikator keberhasilan PHBS.
Kerangka pengaturan CTPS semakin diperkuat sebagai bagian tanggap COVID-19. Instruksi Presiden Nomor
6 tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan
dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 memerintahkan Gubernur, Bupati dan Walikota untuk secara
masif mempromosikan pelaksanaan protokol kesehatan (dengan praktik CTPS sebagai salah satu protokolnya),
memperkuat peraturan daerah dan penegakannya dalam pelaksanaan protokol kesehatan, dan perlindungan
kesehatan masyarakat yang salah satunya dilakukan melalui penyediaan handsanitizer.
Hingga Rencana Aksi ini disusun, berbagai kementerian/lembaga telah menerbitkan beragam peraturan dan
kebijakan terkait CTPS yang dipetakan dalam tiga kelompok atau kategori sebagaimana ditampilkan dalam tabel di
bawah ini.
» Meningkatkan proporsi rumah tangga tengan akses sanitasi layak menjadi 90 persen (termasuk di dalamnya
adalah 15 persen rumah tangga dengan akses sanitasi aman),
» Menurunkan persentase rumah tangga yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka
menjadi 0 persen,
» Menurunkan angka stunting akibat akses sanitasi buruk menjadi kurang dari 10 persen.
Penyebutan target yang spesifik juga dapat ditemui di dalam RPJMN untuk sektor pengelolaan sampah dan
penyediaan air minum.
Dampak penting dari pencantuman target dalam RPJMN adalah adanya fokus pembangunan untuk sektor ini
selama periode RPJMN, baik fokus perencanaan, implementasi, dan terutama fokus anggaran. Kebijakan daerah
(provinsi dan kabupaten/kota), termasuk kebijakan perencanaan dan anggarannya, juga akan sejalan dengan
pemerintah pusat yang memberikan fokus pada tiga hal terkait sanitasi di atas. Namun, pernyataan kebijakan
nasional dantarget yang perlu dicapai terkait akses CTPS tidak terdapat di dalam RPJMN 2020-2024. Dari sisi
perencanaan penganggaran daerah, pedoman penggangaran daerah yang diterbitkan Kementerian Dalam Negeri
juga tidak mencantumkan CTPS sebagai kegiatan yang mendapatkan kode anggaran tersendiri. Hal ini berakibat
pada masih kurangnya dukungan kebijakan dan pendanaan untuk peningkatan akses CTPS di semua tatanan, baik
di tingkat nasional maupun daerah.
UMUM
1 Kementerian Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan 3/2014
2 Kementerian Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan Nomor 82 tahun 2014
TERKAIT COVID-19
17 Kementerian Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan 9/2020
18 Kementerian Keputusan Menteri Kesehatan
Kesehatan Nomor HK.01.07/MENK-
ES/328/2020
19 Kementerian Keputusan Menteri Kesehatan
Kesehatan Nomor HK.01.07/MENK-
ES/382/2020
20 Kementerian Surat Edaran Menteri Kesehatan
Kesehatan No. HK.02.02/I/385
21 Kemendik- Surat Edaran Menteri Pendi-
budristek dikan dan Kebudayaan Nomor 3
tahun 2020
22 Bappenas Surat Edaran Menteri PPN/
Kepala Bappenas Nomor
10/2020
23 PUPR Surat Edaran Menteri PUPR
Nomor 18/SE/M/2020
24 Kemendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 72/2020 tentang Peru-
bahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor
112/2014
25 Kemendagri Keputusan Menteri Dalam Neg-
eri Nomor 440-830 Tahun 2020
26 Kemendagri Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Gubernur, Bupati dan
Walikota Nomor 440/3929/SJ
27 Kementerian Surat Edaran Menteri Agama
Agama Nomor SE.03 Tahun 2021
28 Kementerian Surat Edaran Menteri Agama
Agama Nomor SE. 21 TAHUN 2021
29 Kemenparen- Panduan Pelaksanaan Kebersi-
kraf han, Kesehatan, Keselamatan,
dan Kelestarian Lingkungan
di Penyelenggaraan Kegiatan
(Event)
30 Kemenparen- Peraturan Menteri Pariwisata
kraf dan Ekonomi Kreatif/Kepaa
Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Nomor 13 tahun 2020
31 Kementerian Surat Edaran Menteri Perda-
Perdagangan gangan Nomor 12 tahun 2020
tentang Pemulihan Aktivitas
Perdagangan yang Dilakukan
pada Matsa Pandemi Corono
Virus Disease 2019 (Covid-19)
dan New Normal
32 Kemenkominfo Surat Edaran Menteri Komuni-
kasi dan Informatika Nomor 6
Tahun 2020
33 Kemenhub Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 18 Tahun 2020
PEMERINTAHAN
ABSOLUT KONKUREN
UMUM
» Politik Luar Negeri
» Pertahanan
» Keamanan
» Yustisi
» Moneter dan Fiskal
Nasional
» Agama
WAJIB PILIHAN
Di Pemerintah Pusat, terdapat 19 kementerian/lembaga yang memiliki keluaran (output) kegiatan terkait kesehatan
(Bappenas, 2020). Dari 19 kementerian/lembaga tersebut, Kementerian Kesehatan mengidentifikasi 13 kementerian/
lembaga yang terkait dengan kegiatan CTPS dan dapat menindaklanjuti Seruan Aksi Nasional (Call for Action)
kemitraan Pemerintah dan Swasta tahun 2020 sebagaimana disepakati di peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun
Sedunia 202013. Tabel berikut memberikan gambaran tugas dan fungsi ke- tiga belas kementerian/lembaga terkait
kegiatan CTPS dengan tambahan keterangan mengenai fungsi Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota).
Kelompok Sasaran
Kementerian/
No NSPK Pembinaan dan Pengawasan RUMAH FAS.
Lembaga SEKOLAH MADRASAH FASKES
TANGGA PUBLIK
1 Kementerian Kesehatan Koordinasi berbagai kegiatan CTPS
dari seluruh pemangku kepentingan,
koordinasi kegiatan monitoring CTPS
di semua tatanan, perubahan perilaku,
penyusunan NSPK terkait CTPS
2 Kementerian Pendidikan, Bertanggung jawab untuk Institusi
Kebudayaan, Riset, Pendidikan Dasar dan Menengah
dan Teknologi
3 Kementerian Perencanaan nasional dan
Perencanaan monitoring SDG, termasuk 6.2.1
Pembangunan
Nasional/Bappenas
4 Kementerian Pembangunan infrastruktur terutama
Pekerjaan Umum dan infrastruktur berbasis masyarakat
Perumahan Rakyat
5 Kementerian Pembina umum Pemerintah Daerah:
Dalam Negeri perencanaan dan penganggaran daerah
6 Kementerian Agama Madrasah dan tempat-tempat ibadah
7 Kementerian Pariwisata Tempat pariwisata dan
dan Ekonomi Kreatif pelaku ekonomi kreatif
8 Kementerian Pasar tradisional dan pusat perbelanjaan
Perdagangan
9 Kementerian Komunikasi Diseminasi informasi
dan Informatika
10 Kementerian Terminal darat, laut, dan udara
Perhubungan
11 Badan Nasional Darurat bencana
Penanggulangan
Bencana (BNPB)
12 Badan Pusat Statistik Pendataan
13 Satgas Covid-19 Perubahan perilaku dalam rangka
penanganan Covid-19
14 Pemerintah Daerah Penyelenggaran kegiatan CTPS di daerah
(Provinsi dan
Kabupaten/Kota)
Belajar dari pelaksanaan Rencana Aksi Perubahan Iklim yang dapat efektif dilakukan melalui mekanisme rapat
koordinasi rutin, Kementerian Kesehatan untuk saat ini tidak bermaksud membentuk satu unit atau forum
koordinasi formal untuk membahas CTPS. Telah diputuskan oleh Kementerian Kesehatan bahwa mekanisme
rapat koordinasi ini akan diadopsi untuk membahas berbagai isu CTPS lintas pemangku kepentingan. Pilihan
lainnya adalah untuk mengintegrasikan CTPS ke dalam Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi (atau POKJA
Pembangunan Perumahan, Air Minum, dan Sanitasi/PPAS)sebagai bagian dari ruang lingkup sanitasi. Pilihan ini
muncul dan telah dibahas di konsultasi subnasional dan memungkinkan untuk diterapkan di tingkat daerah.
Tiga belas kementerian/lembaga yang terkait dengan urusan CTPS dijelaskan di tabel berikut ini.
2. Kementerian Pendidikan, » Kementerian utama untuk kualitas dan standar fasilitas sekolah
Kebudayaan, Riset, » Anggota Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi Nasional dan anggota jejaring
dan Teknologi AMPL
» Pelaksana program UKS/M; mempromosikan GERMAS
3. Kementerian Perencanaan » Pemantauan dan evaluasi STBM berkaitan dengan capaian target
Pembangunan Nasional/ RPJMN
Bappenas » Program Management Unit (PMU) di Program PPSP; ketua Pokja
PPAS/AMPL/Sanitasi Nasional dan anggota Jejaring AMPL
5. Kementerian Desa, » Kementerian utama terkait pembangunan dan dana desa untuk
Pembangunan Daerah peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Tertinggal, dan Transmigrasi » Kementerian utama untuk penyiapan indeks dan status desa
(berdasarkan fasilitas dasar desa)
» Anggota Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi nasional dan anggota Jejaring
AMPL
6. Kementerian Dalam Negeri » Kementerian yang memfasilitasi dan melakukan pengawasan
kepada pemerintah daerah; partisipasi masyarakat dengan
pemangku kepentingan lain
» PIU di program PPSP; Anggota Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi
nasional dan anggota Jejaring AMPL
8. Kementerian Pariwisata » Main ministries for tourism development and creative economy
dan Ekonomi Kreatif » Implementation of CTPS in tourist destinations ]
13. Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 » Satuan tugas yang menjadi pelaksana harian penanggulangan
bencana COVID-19
» Pelaksana program CTPS melalui unit perubahan perilaku
Terdapat perubahan pola anggaran kesehatan APBN dimana dana non-K/L dan DAK yang menjadi kewenangan
Menteri Keuangan sebagai bendahara negara mengalami kecenderungan peningkatan setiap tahun. Peruntukan
dana non-K/L ini antara lain untuk pembayaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI)
dan dana cadangan, misalnya apabila terjadi defisit JKN dan untuk dana penaggulangan bencana.
Aspek kuratif mendapatkan alokasi terbesar dari porsi anggaran kesehatan dibandingkan dengan aspek lainnya.
Preventif dan promotif menempati posisi kedua terbesar untuk alokasi anggaran, dimana anggaran untuk kegiatan
CTPS masuk di dalam kelompok anggaran ini. Preventif dan promotif menerima alokasi anggaran cukup besar di
tahun 2019 dibanding tahun-tahun sebelumnya, mencapai 18.6%.
0.1%
76.60% 4.60%
Currative
Promotive Preventive 18.60%
Administrative & Health System
Rehabilitative
Gambar 2.5 Pembagian anggaran kesehatan untuk berbagai kegiatan terkait kesehatan
Kementerian Kesehatan setiap tahun secara konsisten mendapatkan porsi anggaran kesehatan terbesar dibandingan
kementerian lainnya, dengan rata-rata porsentase sebesar 86.9% setiap tahunnya (2016-2019).
Sejalan dengan urusan pemerintahan sebagaimana yang telah disebutkan di atas, anggaran kesehatan adalah
anggaran yang dapat digunakan untuk pendanaan kegiatan terkait CTPS. Secara lebih khusus, kegiatan CTPS
memungkinkan dilaksanakan menggunakan anggaran yang berkaitan dengan kegiatan promotif dan preventif.
Anggota dari platform KSP-CTPS ini adalah Kementerian Kesehatan, UNICEF, Unilever Indonesia, Wings Group
Indonesia, PT Cussons, Reckitt Benckiser, Adaro, Astra International, Johnson & Johnson, Trakindo, USAID,
BAZNAS, DAAI TV Network, Lions Club, GIZ, SNV, Save the Children, dan Mercy Corps.15
The Green Climate Fund (GCF) adalah mekanisme pembiayaan dari the United Nations Framework Convention
on Climate Change (UNFCCC) dan secara khusus dibentuk untuk menyediakan dukungan pendanaan sehingga
negara-negara seperti Indonesia dapat mencapai target pengurangan emisinya. Hingga bulan Mei 2018, GCF
telah memiliki 76 proyek di seluruh dunia dengan total nilai sebesar USD 12.6 milyar, setara dengan pengurangan
emisi sebesar 1.3 milyar ton CO2 dan 217 juta orang mengalami peningkatan derajat ketahanan iklimnya.
GCF juga dapat memberikan dukungan pendanaan bagi Indonesia yang disalurkan ke program/proyek ramah
lingkungan. Rencana proyek tersebut dapat dirancang dan didaftarkan ke GCF melalui lembaga dalam negeri dan
internasional yang terakreditasi apabila rencana proyek tersebut sejalan dengan strategi dan peraturan/kebijakan
negara. Jalur komunikasi utama antara GCF dan negara-negara dilakukan melalui National Designated Authority
(NDA) yang dipilih, yang untuk Indonesia ada di bawah Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan.
Informasi lengkap mengenai GCF (dalam bentuk booklet) tersedia di laman berikut https://gggi.org/site/assets/
uploads/2018/07/BKF-A5-booklet.pdf.
14 Platform ini direncanakan akan ditetapkan secara formal melalui Surat Keputusan Dirjen Kesehatan Masyakatan, Kementerian Kesehatan. Proses penetapan
ini masih berlangsung.
15 https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/seruan-aksi-nasional-tangan-bersih-untuk-semua
Tahapan
penanggulangan Kementerian/lembaga Tugas dan fungsi
bencana
Pra-bencana Perencanaan, pengurangan risiko » BNPB (koordinator)
Pre-disaster bencana, pencegahan bencana, » Kementerian Energi dan Sumber Daya
perencanaan pembangunan, analisis Mineral
risiko bencana, perencanaan struktur
» Kementerian Keuangan
tata ruang, pendidikan, pelatihan, dan
kebutuhan standar teknis » Kementerian Kesehatan
» Kementerian Dalam Negeri
» Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
» Kementerian Perhubungan
Tanggap darurat » Telaah cepat lokasi, kerusakan, dan » Kementerian Keuangan
sumber daya (wilayah bencana, » Kementerian Luar Negeri
Emergency jumlah korban, kerusakan, gangguan
» Kementerian Kesehatan
response layanan, kapasitas sumber daya)
» Kementerian Dalam Negeri
» Penepatan status bencana (diikuti
dengan mobilisasi sumber daya) » Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
» Penyelamatan dan evakuasi
masyarakat terdampak bencana » Kementerian Perhubungan
(pencarian dan penyelematan » Kementerian Sosial
korban, bantuan darurat, evakuasi) » Tentara Nasional Indonesia
» Pemenuhan kebutuhan dasar (air » Kepolisian Republik Indonesia
besih, makanan, pakaian, layanan » Badan SAR Nasional (BASARNAS)
kesehatan, layanan psikososial,
lokasi perlindungan)
» Perlindungan untuk kelompok rentan
(meliputi anak-anak, ibu hamil dan
menyusui, disabilitas, manula)
» Pemulihan segera fasilitas dan
infrastrutur penting
Paska bencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi » BNPB (koordinator)
Post disaster » Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral
» Kementerian Keuangan
» Kementerian Kesehatan
» Kementerian Dalam Negeri
» Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
» Kementerian Perhubungan
Sumber: diadaptasi dari Brown, N. A., Rovins, J. E., Usdianto, B., Sinandang, K., Triutomo, S., Hayes. J. (2016). Indonesian Disaster Response Practices
and Roles. New Zealand Ministry of Foreign Affairs and Trade, Wellington, New Zealand.
Pendanaan penyelenggaraan penanggulangan bencana terbagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
yang berasal dari APBN, APBD, dan masyarakat. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan
dan Pengelolaan Bantuan Bencana mengklasifikasikan tiga jenis pendanaan untuk penanggulangan bencana, yaitu
dana kontinjensi bencana, dana siap pakai, dan dana bantuan sosial berpola hibah. Dana kontinjensi dialokasikan
untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap pra bencana dan dicadangkan untuk menghadapi kemungkinan
terjadinya bencana tertentu. Dana siap pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah
untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas waktu tanggap darurat berakhir. Dana
siap pakai disediakan dalam APBN yang ditempatkan dalam anggaran BNPB untuk kegiatan pada saat tanggap
darurat. Pemerintah daerah dapat menyediakan dana siap pakai dalam anggaran penanggulanan bencana yang
Pooling Fund Bencana (PFB) adalah instrumen utama (dan terbaru) dalam strategi pembiayaan risiko bencana
melalui skema asuransi. PFB didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2021 tentang Dana
Bersama Penanggulangan Bencana. Dana awal PFB diambil dari APBN dan APBD berjumlah 7.3 triliun rupiah.
Peraturan Presiden ini menyebutkan bahwa Dana Bersama Penanggulangan Bencana atau PFB, adalah dana yang
berasal dari berbagai sumber dan digunakan untuk mendukung dan melengkapi Dana Penanggulangan Bencana
yang memadai dan berkelanjutan. PFB adalah skema untuk menarik, mengumpulkan dan mendistribusikan dana
khusus bencana oleh lembaga pengelola dana. Pembentukan PFB bertujuan untuk melindungi APBN terhadap
tekanan bencana melalui upaya proaktif di saat tidak ada bencana, dengan investasi dalam bentuk akumulasi
dana dan transfer risiko melalui asuransi. PFB juga akan meningkatkan kapasitas pemerintah untuk mendanai
kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan untuk berinvestasi guna mengurangi risiko jiwa dan kerugian material akibat
bencana. PFB dirancang untuk dapat menyediakan dana untuk pembiayaan pra-bencana, tanggap darurat, dan
pascabencana yang berkelanjutan.16
Karena tugasnya tersebut, pengelolaan harian dashboard TPB ada di bawah Bappenas yang juga sebagai
koordinator pelaksaan TPB di Indonesia, dengan dukungan dari BPS dan lembaga-lembaga PBB. Data dari
lembaga non-pemerintah menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembaruan data TPB ini.
Terkait dengan data CTPS, dashboard TPB menampilkan data yang bersumber dari BPS. Sehingga data akses
yang ditampilkan hanyalah data akses untuk tatanan Rumah Tangga. Dashboard TPB tidak dapat (atau belum)
menampilkan data akses di tatanan Sekolah (dan Madrasah), fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum.
Kementrian/
Lembaga
Badan Pusat
Badan Pusat Non Pemerintah Statistik
Statistik
16 https://fiskal.kemenkeu.go.id/strategi-drfi/pooling
17 Presentasi yang tidak dipublikasi
18 Dashboard ini dapat diakses melalui tautan http://sdgs.bappenas.go.id/dashboard/#!/pages/landingPage.html
Sistem pemantauan berbasis web yang dikembangkan UNICEF (dashboard 3M) memberikan gambaran
kepatuhan perilaku CTPS di fasilitas umum meskipun tidak dapat digunakan sebagai data dasar kepemilikan
fasilitasi karena variasi jumlah dan lokasi pengamatan setiap periode pelaporan yang hasilnya secara statistik
tidak dapat dijustifikasi mewakili seluruh populasi.
Satgas COVID-19 juga mengembangan sistem pemantauan 3M, namun hingga saat ini praktik cuci tangan
tidak menjadi bagian yang diperbarui dan dilaporkan secara rutin oleh sistem tersebut.
» Registrasi PeduliLindungi19 juga dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui data dasar fasilitas
umum. Aplikasi Peduli Lindungi dirancang untuk membantu Pemerintah melacak dan mencegah penyebaran
COVID-19. Aplikasi ini bergantung pada peran serta masyarakat untuk bertukar informasi data lokasi saat
bepergian sehingga data pasien COVID-10 dapat dilacak.
Salah satu contoh pesan dan materi komunikasi terkait CTPS adalah yang digunakan pada saat perayaan Hari Cuci
Tangan Pakai Sabun Sedunia, tanggan 15 Oktober 2020, dengan tema kebersihan tangan untuk semua. Materi
komunikasi ini dapat dilihat di gambar berikut. Pesan kunci
“Jangan Kendor” terkait erat dengan upaya pencegahan
penularan COVID-19 dimana pada bulan Oktober 2020
adalah periode puncak pertama dari pandemi ini di
Indonesia.
Disamping pesan kontekstual seperti di atas, Kementerian Kesehatan juga memproduksi flyer digital yang
memberikan informasi mengenai waktu-waktu penting untuk melakukan CTPS. Materi komunikasi ini juga telah
diadaptasi sebagai bagian dari pesan GERMAS dalam rangka pencegahan COVID-19.
19 https://www.pedulilindungi.id/
RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN 23
aih bagian
diadaptasi
darisebagai
pesan GERMAS
bagian dari
dalampesan
rangka
GERMAS
pencegahan
dalam rangka
COVID-19.
pencegahan CO
Gambar
tu-waktu 2-8Gambar
penting Waktu-waktu
CTPS Gambar
2 8 Waktu-waktu pentingpenting
CTPS CTPS 2-9 Pencegahan Gambar
Gambar 2 9 PencegahanCovid-19 2-9GERMAS
Covid-19 melalui Pencegahan
melalui GERMAS
Covi
Bekerja sama dengan berbagai lembaga, Kementerian Kesehatan juga telah mengembangkan materi komuniasi
erja
berbagai
sama
untuk lembaga,
dengan
fasilitas berbagai
Kementerian
CTPS inklusif, lembaga,
sebagaimana Kesehatan
dapat dilihat Kementerian
di gambar juga telah
berikut. Kesehatan
mengembangkan
juga telahma
m
suniasi
CTPS untuk
inklusif, fasilitas
sebagaimana
CTPS inklusif,dapatsebagaimana
dilihat di gambar dapat
berikut.
dilihat di gambar beriku
24
andemi COVID-19 juga telah mendorong kontekstualisasi pesan komunikasi CTPS,
RENC terutama
A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 terkait
CUCI TANGAN PAK AI SABUN
2-2 0 3 0 denga
erlunya ada penambahan waktu penting CTPS sebagaimana terdapat di dalam Panduan Cuci Tangan Paka
abun (Kementerian Kesehatan dan UNICEF, 2020).20
bersih tidak tersedia. Agar hasilnya efektif,
tangan Anda mengering. Lakukan
cairan pembersih tangan yang digunakan
7 tahap ini selama sekitar 20 detik.
hendaknya mengandung alkohol dengan
................................................
nggung tangan kadar minimal 60%. Selain menggunakan
sela jari. produk cairan pembersih tangan berbasis
alkohol yang ada di pasaran, kita juga bisa
Pandemi
membuatCOVID-19
cairan pembersihjuga
dengantelah
mengikuti standard dan panduan dari
mendorong kontekstualisasi pesan TABLE 1 Waktu Penting untuk Membersihkan Tangan
WHO1) .
komunikasi CTPS, terutama terkait
Cairan Pembersih Tangan
..............................................................................
Mencuci tangan pakai sabun dan air
nggung jari ke
angan dengan dengan perlunya ada penambahan
bersih akan memberi manfaat yang
Sabun dan Air Bersih Berbasis Akohol
aling bertautan.
waktu penting
berbeda dari cairanCTPS sebagaimana
pembersih tangan
(Hand Sanitizer)
Sebelum makan
terdapat
berbasisdi dalam
alkohol. SabunPanduan
dan air bersih Cuci
dapat menghilangkan semua jenis kuman Sesudah buang air besar dan menggunakan toilet * Sebelum dan setelah menyentuh
Tangan Pakai Sabun (Kementerian
dari tangan, sedangkan cairan pembersih Sebelum memegang bayi permukaan benda, termasuk gagang pintu,
meja, dll
Kesehatan danalkohol
tangan berbasis UNICEF,
hanya bisa2020).
20 Sesudah mengganti popok, menceboki / membersihkan
anak yang telah menggunakan toilet * Sebelum masuk dan segera setelah keluar
ian ujung jari ke mengurangi jumlah kuman tertentu di dari fasilitas umum, termasuk kantor, pasar,
gan agar bagian Sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan stasiun, dll
rkena sabun. 2.4.2kulit. SALURAN KOMUNIKASI
Selain itu, cairan pembersih tangan
hanya dapat digunakan bila tangan kita
· Selama pandemi: Sebelum dan sesudah mengunjungi teman,
Setelah bersin dan batuk keluarga, dan kerabat di rumah sakit atau
Berbagai kementerian dan lembaga
tidak kotor dan berminyak. Cairan
Sebelum menyentuh mata, hidung, atau mulut Anda panti jompo
pembersih tangan berbasis alkohol juga
telahtidak
menggunakan materi
bisa menghilangkan jenis kuman
and Setelah menyentuh permukaan benda termasuk
gagang pintu, meja, dll JANGAN gunakan pembersih
desain komunikasi
norovirus, Cryptosporidium, di dan
atas (baik Sebelum dan sesudah merawat seseorang yang tangan jika tangan Anda
terlihat kotor atau berminyak
n tangan dengan dengan penyesuaian ataupun
Clostridioides difficile, serta bahan kimia sedang muntah atau diare
— misalnya, setelah berkebun,
pakai atau tissu berbahaya seperti pestisida dan logam Sebelum dan sesudah merawat luka
tidak) dalam menyampaikan
berat. Setelah menyentuh hewan, pakan ternak, atau kotoran
memancing, atau berkemah.
» Kementerian Kesehatan memiliki akun Youtube yang sudah terverifikasi verified account21 dengan subscriber
325 ribu (Januari 2022). Materi terkait CTPS di dalam kanal ini utamanya terkait dengan pencegahan COVID-19.
» Kementerian Kesehatan juga menggunakan Twitter sebagai salah satu platform sosial medianya, dengan
follower hampir mencapai 630 ribu (Januari 2022). Berbagai pesan komunikasi terkait CTPS juga disampaikan
melalui platform ini.
» Instagram juga platform yang digunakan oleh Kementerian Kesehatan untuk penyampaian berbagai pesan
promosi dan komunikasi CTPS. Dibandingkan dua platform lainnya, instragram Kementerian Kesehatan memiliki
follower terbanyak yaitu 2.4 juta (Januari 2022).
Gambar 2 12 Data historis akses CTPS di tatanan Rumah Tangga (sumber: BPS)
Perlu menjadi catatan bahwa kepemilikan fasilitas CTPS tidak serta merta disertai praktik CTPS yang baik dan
benar. Membandingkan dengan data perilaku CTPS hasil Riskesdas 2018, terlihat bahwa perilaku anggota keluarga
yang melakukan praktik CTPS rata-rata hanya 60 persen dari keluarga yang memiliki CTPS.
78,90%
78,30%
Gambar 2.13 Akses CTPS rumah tangga tahun 2020 disertai hasil Riskesdas 2018
Secara nasional, Riskesdas 2018 menunjukkan 49.8% penduduk berusia lebih dari 10 tahun mempraktikan CTPS
secara baik dan benar, dengan rentang hasil provinsi berkisar antara 26.7% (Papua) hingga 67.4% (Bali). Riskesdas
juga memperlihatkan kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan maka proporsi praktik CTPS juga semakin
meningkat. Dari sisi pekerjaan, penduduk yang bekerja di lembaga pemerintah atau terkait dengan lembaga
pemerintah yaitu PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMN mempraktikan CTPS paling tinggi (65.4%) dibandingkan profesi
lainnya.
PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD 65,4
Pegawai swasta 59,8
Wiraswasta 55,7
Petani/Buruh Tani 41,1
Nelayan 37,7
Buruh/sopir/pembantu ruta 49,5
Lainnya 53,4
Apabila dilihat secara lebih terperinci untuk setiap provinsi, terlihat tiga provinsi mengalami penurunan akses CTPS
dibandingkan data 2017, yaitu Kep. Riau, Gorontalo, dan DI Yogyakarta.
44,76% 29,26%
28,23%
28,32%
31,70%
24,12%
58,54%
40,42%
40,70%
31,12%
Sedangkan untuk Madrasah, berdasarkan Profil Sanitasi Madrasah 2020, akses CTPS nasional adalah sebagai
berikut:
36,15%
39,11%
59,72% 3,82%
76,52%
4,06% 5,23%
55,66%
6,40% 52,77%
33,89%
100% 100%
0,86%
0,71%
99,14%
99,29%
100%
Untuk tujuan penyusunan Rencana Aksi ini digunakan asumsi bahwa tidak ada fasilitas CTPS dalam radius
5-meter dari toilet yang dimiliki oleh fasilitas kesehatan. Namun, penting untuk menjadi perhatian bahwa asumsi
ini kemungkinan akan menghasilkan perhitungan yang berlebihan (overestimated) terutama berkaitan mengenai
perkiraan biaya, karena fasilitas ini mungkin telah tersedia di beberapa fasilitas kesehatan.
Province QR PL % Province QR PL %
Sabun
Pasar Indonesia untuk produk-produk higiene pribadi (personal hygiene) memiliki nilai sebesar USD 800 juta tahun
2020. Kategori higiene pribadi ini termasuk higiene tangan, mandi, dan produk-produk lainnya. Data sekunder
menunjukkan bahwa pasar saat ini didorong oleh sabun batang sebagai produk higiene pribadi yang utama dengan
terjadi pertumbuhan signifikan untuk penggunaan sabun cair selama pandemi. Meski sabun cair tumbuh cepat
selama 5 tahun terakhir, penjualan sabun batang tidak mengalami penurunan dan relatif stabil.
Lanskap kompetisi
Di pasar higiene tangan, Unilever merupakan pemain utama disusul oleh PT Sayan Mas Utama dan Cussons,
dengan pemain lainnya termasuk Reckitt Benckiser Indonesia dan J&J. Meski Unilever memimpin dengan lebih dari
50 persen penguasaan pasar di tahun 2016, muncul berbagai merk lokal dan spesifik (niche brand). Hal ini tercermin
dari laporan Nielsen23 yang diterbikan tahun 2016 tentang perilaku konsumen dalam higiene yang melaporkan bahwa
merk serta produk lokal dan spesifik mengalami pertumbuhan karena sebagian konsumen menjadi lebih peduli akan
praktik-praktik yang ramah lingkungan, menghindari penggunaan bahan kimia, serta peningkatan daya beli.
Proyeksi pasar
Total nilai pasar untuk produk higiene diproyeksikan tumbuh rata-rata akan berkisar di 8.78 persen di tahun 2021 -
2025 Analisis dilakukan untuk memproyeksikan nilai pasar dalam tiga skenario yaitu skenario optimis, normal, dan
pesimis. Di beberapa skenario, seperti penjualan yang stagnan setelah peningkatan selama COVID-19, penjualan
menunjukkan pertumbuhan lambat sebesar 2.5 – 3 persen di setiap kategori dari produk higiene tangan. Dengan
tetap tingginya kebutuhan untuk produk higiene tangan, kemungkinan akan terjadi penjualan yang lebih tinggi dari
yang diperkirakan.
22 Referensi dibuat ke draf laporan hasil studi (belum dipublikasi)
23 The Dirt on Cleaning: Home cleaning/laundry attitudes and trends around the world
Desain sarana CTPS dibuat dan diawasi di tingkat daerah dengan pembangunan dilakukan oleh kontraktor lokal.
Tantangannya adalah pada operasi dan pemeliharaan dari sarana CTPS tersebut. Isu utamanya terletak pada
ketahanan material yang digunakan, penggantian atau pengisian sabun, dan penggunaan material kualitas rendah
yang menjadikan sarana CTPS tersebut tidak berfungsi jangka panjang. Secara umum ditemui kekurangan
pendanaan operasi dan pemeliharaan sarana CTPS di sekolah.
Saluran distribusi
Saluran distribusi utama untuk produk-produk higiene pribadi (meliputi produk cuci tangan) di Indonesia adalah
gerai ritel kecil modern, sejumlah 40.8 persen dari total nilai pasar di tahun 2020. Saluran distribusi berikutnya
adalah melalui gerai ritel besar (hypermarket atau supermarket) yang menyumbang 31.8 persen penjualan. Apotek
menyumbang 13.0 persen dari penjualan dan di posisi terakhir adalah department store sejumlah 4.9 persen.
Selama pandemi, terjadi kenaikan penjualan secara online atau pengiriman ke rumah sebesar kurang lebih 30.0
persen dan kenaikan penjualan ini akan tetap stabil meski besaran pastinya tidak diketahui 24. Meski begitu,
hampir 75.0 persen penduduk melaporkan melakukukan pembelian barang-barang rumah tangga melalui saluran
distribusi konvensional (offline).
Untuk distribusi dari produk-produk higiene, dua saluran utamanya adalah melalui saluran modern dan tradisional.
Jender menjadi sebuah pertimbangan penting dalam intervensi CTPS mengingat hal ini berkaitan dengan keberhasilan
upaya perubahan perilaku. Biran et al. (2014) menemukan bahwa intervensi yang berkaitan dengan emosi dan norma
sosial sangat efektif dalam meningkatkan perilaku cuci tangan selama periode 12 bulan dengan memberi penekanan
pada peran ibu sebagai pengasuh utama di keluarga. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) telah mengakui
pentingnya peran ibu dalam upaya perubahan perilaku CTPS, sebagaimana yang tercermin dalam misi nomor 4 PKK
yaitu “Meningkatkan derajat kesehatan keluarga, kelestarian lingkungan hidup serta perencanaan sehat”28.
24 The Dirt on Cleaning: Home cleaning/laundry attitudes and trends around the world
25 Agen adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai mediator untuk bertindak untuk dan atas nama prinsipal atas dasar persetujuan untuk
melakukan pemasaran tanpa mengalihkan hak atas barang fisik dan/atau jasa yang dimiliki/dikendalikan oleh prinsipal yang ditunjuk. Prinsipal dapat berupa
produsen atau pemasok dan dapat berlokasi di lepas pantai atau darat.
26 Distributor adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan berdasarkan perjanjian untuk membeli, menyimpan,
menjual serta memasarkan barang dan / atau jasa yang dimiliki atau dikendalikan.
27 Official Website of the International Trade Administration, Indonesia - Country Commercial Guide
28 https://tppkk-pusat.org/tentangkami/
RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN 31
Terkait dengan disabilitas, penyandang disabilitas berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 adalah
adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu
lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Penyandang disabilitas fisik,
penyandang disabilitas intelektual, penyandang disabilitas mental, dan/atau penyandang disabilitas sensorik
adalah empat jenis penyandang disabilitas yang diatur di dalam Undang-Undang (Pasal 4). Memastikan akses
CTPS ke setiap orang juga termasuk memastikan akses ke penyandang disabilitas.
Empat pesan kunci berikut digarisbawahi dalam UNICEF’s guidance note (2019)29 tentang praktik inklusif
disabilitas bidang air bersih, sanitasi dan higiene (Water supply, sanitation and hygiene/WASH):
» Mengatasi diskriminasi dan stigma penyediaan layanan WASH, mendorong partisipasi penyandang disabilitas
dalam semua proses pengambilan keputusan dan memastikan informasi terkait WASH dalam format yang
dapat dipahami oleh orang-orang dengan berbagai jenis disabilitas,
» Meningkatkan kesadaran dan berbicara tentang hak-hak penyandang disabilitas untuk WASH serta kebutuhan
spesifik mereka ketika merencanakan, menerapkan, memantau dan mengevaluasi kegiatan WASH dengan
pemerintah, mitra pembangunan dan masyarakat untuk mempromosikan sikap positif pemenuhan kebutuhan
WASH penyandang disabilitas,
» Mempertimbangkan disabilitas dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi pengembangan dan intervensi
WASH untuk kondisi darurat. Memisahkan data berdasarkan jenis disabilitas, mengidentifikasi hambatan
(bottleneck) spesifik yang dihadapi dan solusinya dan termasuk indikator yang terkait dengan disabilitas, dan
» Merancang dan membangun fasilitas WASH (menggabungkan sensitisasi, dan norma-norma sosial serta
solusi teknis) sesuai dengan prinsip-prinsip desain universal sehingga dapat digunakan oleh semua orang,
termasuk penyandang disabilitas. Secara khusus, fasilitas WASH harus dapat diakses secara fisik untuk
orang-orang dengan berbagai jenis disabilitas.
29 UNICEF, 2019, WASH Disability Inclusion Practices. Dapat diakses melalui laman https://sites.unicef.org/disabilities/files/WASH_Disability_Inclusion__Prac-
tices__programming_note_-_Draft_for_review.pdf
Oleh sebab itu, pemenuhan akses ke fasilitas CTPS agar praktik CTPS dapat dilakukan secara baik dan benar oleh
setiap orang menjadi tanggung jawab negara. Praktik CTPS perlu dilakukan dimana saja, mengikuti mobilitas dan
kegiatan manusia, serta perlu dilakukan pada berbagai waktu penting untuk perlindungan kesehatan. Berdasarkan
hal tersebut, pemenuhan akses CTPS tidak hanya dilakukan di tatanan rumah tangga, melainkan di seluruh
tatanan manusia berkegiatan baik di sekolah (dan Madrasah), fasilitas kesehatan, maupun fasilitas umum.
3.2 TARGET
Visi di atas perlu diterjemahkan ke dalam target-target yang lebih jelas, spesifik, dapat diukur, realistis, relevan,
dan terikat waktu30. Keseluruhan target ini disusun sebagai target nasional yang disiapkan berdasarkan komitmen
pencapaian target di setiap provinsi.
Berdasarkan hal itu, maka pentahapan pencapaian target CTPS disusun dalam dua periode RPJMN yaitu:
Sinkronisasi tahapan pencapaian target di Rencana Aksi dengan RPJMN penting dilakukan agar Rencana Aksi ini
memiliki periode perencanaan yang sama dengan dokumen perencanaan pemerintah lain sehingga memudahkan
adopsi ke dalam perencanaan formal nasional dan daerah yang berujung pada dukungan alokasi penganggaran
untuk CTPS. Proses penyusunan Rencana Aksi ini idealnya juga dilanjutkan di Pemerintah Daerah termasuk
sinkronisasinya dengan RPJMD. Momentum penting berkaitan dengan perencanaan strategis ini adalah pemilihan
umum presiden dan daerah secara serentak tahun 2024 sehingga RPJMN dan RPJMD seluruh provinsi dan
kabupaten/kota akan memiliki periode sama, yaitu 2025-2030.
Sesuai dengan visi untuk pemenuhan akses untuk semua dan dimana saja, maka target akses CTPS disiapkan
tidak hanya untuk rumah tangga namun juga untuk sekolah, madrasah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum.
Target nasional dihitung berdasarkan perhitungan target setiap provinsi, dengan mempertimbangkan setidaknya
simulasi berdasarkan dua skenarion, Business-as-Usual dan Percepatan. Skenario ketahanan iklim dilakukan saat
dilakukan perhitungan perkiraan biaya.
3.2.2 ASUMSI
Target nasional dihitung berdasarkan perhitungan target provinsi. Dua skenario disiapkan, yaitu skenario Business as
Usual (BAU), yang merupakan skenario berdasarkan data historis menggunakan regresi linear, dan skenario Percepatan
apabila tidak tercapai akses 100% di tahun 2030 berdasarkan skenario BAU. BAU didefinisikan sebagai pelaksanaan
kegiatan berdasarkan berbagai usaha yang telah ada saat ini tanpa perubahan prioritas kebijakan dan alokasi anggaran.
Mengingat ketentuan ini, skenario BAU hanya dapat disiapkan apabila terdapat set data historis yang mencukupi
untuk mendapatkan kecenderungan data. Dari keempat tatanan, hanya tatanan rumah tangga yang dapat disusun
skenario BAUnya. Tiga tatanan lain tidak memiliki skenario BAU karena data dasar berisi data tahun tunggal dan bukan
30 Mengacu pada penyusunan target berdasarkan metode SMART yaitu: Spesific, Measurable, Assignable, realistic, dan Time-related. Metode penetapan
target mengacu ke SMART muncul pertama kali bulan November 1981 dalam artikel berjudul “There’s a S.M.A.R.T. way to write management’s goals
and objectives” oleh George Doran, Arthur Miller, dan James Cunningham. Artikel tersebut tersedia di laman https://community.mis.temple.edu/mis-
0855002fall2015/files/2015/10/S.M.A.R.T-Way-Management-Review.pdf
sebuah seri data (untuk sekolah, madrasah, dan fasilitas Rincian perhitungan target per tahun untuk dua skenario
kesehatan) atau tidak ada ada data dasar (tatanan fasilitas tersebut dapat dilihat di tabel berikut.
umum). Selanjutnya, perhitungan ketahanan iklim (climate
Tabel 3 1 Perhitungan rinci proyeksi CTPS Indonesia untuk tatanan
resilience) dilakukan pada saat analisis biaya. rumah tangga
Grafik berikut menyajikan data akses nasional tatanan Tahun Sejarah BAU Percepatan
rumah tangga dan proyeksinya berdasarkan skenario BAU 2016 66,28% 66,28% 66,28%
dan percepatan. Tahun 2030, skenario BAU menyatakan
2017 78,30% 78,30% 78,30%
bahwa 97.5% rumah tangga memiliki fasilitas CTPS, yang
berarti masih ada gap 2,5% tanpa fasilitas CTPS untuk 2018 78,87% 78,87% 78,87%
memenuhi akses universal tahun 2030. Untuk menutup 2019 76,07% 76,07% 76,07%
gap tersebut, percepatan perlu dilakukan di nine (9) 2020 78,30% 78,03% 78,30%
provinsi.
2021 83,18% 83,18%
Serangkaian asumsi di bawah digunakan dapat 2022 86,35% 86,41%
perhitungan penetapan target CTPS:
2023 89,24% 89,60%
» Pertimbangan dasar dalam penyusunan target 2024 91,88% 92,71%
adalah data historis yang menjadi dasar skenario 2025 94,13% 95,32%
BAU,
2026 95,16% 96,65%
» Angka akses merupakan gambaran dari akses tahun
2027 96,16% 97,95%
sebelumnya, misalnya target yang ditetapkan di
tahun 2024 akan diukur di tahun 2025, 2028 96,77% 98,87%
» Akses dihitung menggunakan rumus jumlah unit 2029 97,14% 99,53%
yang memiliki fasilitas CTPS dalam suatu tatanan 3030 97,46% 100%
dibagi dengan jumlah total unit tatanan tersebut
dikalikan 100%,
» Perhitungan akses rumah tangga dan sekolah (serta Madrasah) sudah mempertimbangkan laju pertumbuhan
penduduk berdasarkan publikasi Bappenas, BPS, dan UNFPA. Untuk siswa sekolah dan madrasah,
diasumsikan terdapat laju pertumbuhan sebesar laju pertumbuhan penduduk, yaitu 1.25% per tahun sesuai
data BPS untuk laju pertumbuhan penduduk,
» Dengan mempertimbangkan definisi dari tingkat layanan CTPS serta standar minimum layanan yang
ditetapkan di bagian awal Rencana Aksi ini yaitu LAYANAN DASAR, maka penambahan akses baru dihitung
langsung sebagai Layanan Dasar. Khusus untuk sekolah dan Madrasah, perubahan akses dari layanan
terbatas menjadi layanan dasar dilakukan secara proporsional setiap tahun dengan target 100% layanan dasar
di tahun 2025,
» Berdasarkan hasil konsultasi subnasional dalam proses penyusunan Rencana Aksi ini, laju pertumbuhan akses
di beberapa provinsi telah disesuaikan (dinaikkan ataupun diturunkan dari BAU) untuk mencapai 100% tahun
2030 secara lebih realistis.
a. Pemerintah Aceh
Grafik berikut memberikan ilustrasi perubahan di tingkat subnasional (provinsi Aceh) dengan meningkatkan laju
pertumbuhan lebih besar dari angka BAUnya.
Gambar 3.2 Proyeksi akses CTPS untuk tatanan rumah tangga di Aceh
Gambar 3 3 Proyeksi akses CTPS tatanan rumah tangga di Nusa Tenggara Barat
c. DI Yogyakarta
DI Yogyakarta merupakan contoh provinsi yang memiliki skenario BAU 100% tahun 2030. Skenario ini juga
dianggap cukup realistis tanpa perlu dilakukan penyesuaian target tahunan. Sehingga target BAU disepakati
sebagai target yang ditetapkan.
STRATEGI
IMPLEMENTASI
1. COVID-19 dan potensi pandemi di masa datang menyebabkan perlunya menjaga praktik CTPS dan
menjadikannya budaya masyarakat
COVID-19 telah memperlihatkan pentingnya CTPS untuk perlindungan penyakit menular. Sebuah penelitian
di Indonesia31 mengindikasikan adanya peningkatan kesadaran atas CTPS karena pandemi yang merupakan
sinyalemen penting akan perubahan perilaku CTPS. Saat ini, sudah mulai disadari bahwa kita akan hidup
berdampingan dengan COVID-10 dalam waktu lama yang memerlukan adaptasi dalam perilaku hidup. Juga,
peningkatan risiko terjadinya pandemi di masa depan karena perubahan iklim telah meningkatkan kebutuhan akan
praktik kebersihan personal melalui CTPS.
2. Saat ini tidak terdapat forum diskusi formal untuk membahas CTSP. Mekanisme komunikasi
perlu secara bertahap diperkuat melalui pembentukan lembaga atau forum yang lebih formal agar
kesinambungan komunikasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan dapat terjaga
Sebuah unit khusus pada umumnya didirikan untuk memperkuat koordinasi pada program lintas kementerian
seperti halnya program CTPS. Adannya dasar/norma dalam pembentukan unit ini (sebagian besar dalam bentuk
surat keputusan pejabat senior kementerian) digunakan sebagai dasar perencanaan kegiatan, terutama yang
berkaitan dengan alokasi anggaran, dan sebagai dasar penugasan staf untuk melakukan koordinasi. Kepemimpinan
yang kuat dari kementerian utama, di lain pihak, dapat menjadi pendorong bagi terjadinya koordinasi yang lancar.
Model koordinasi ini telah diterapkan di salah satu program nasional untuk perubahan iklim. Sebagai langkah awal,
Kementerian Kesehatan memilih model komunikasi dan koordinasi yang kedua untuk diterapkan di program CTPS.
3. Selain penyediaan fasilitas CTPS, tantangan lain adalah mempertahankan layanan dan praktik CTPS
di semua tatanan. Hal ini terkait dengan fakta bahwa kegiatan pemeliharaan dan penggunaan bahan
habis pakai merupakan proporsi paling signifikan dari biaya unit CTPS per orang/tahun. Tidak adanya
pernyataan tentang CTPS dalam RPJMN 2020-2024 juga merupakan tantangan lain yang mempengaruhi
penyediaan fasilitas termasuk mempertahankan layanan
WHO dan UNICEF merekomendasikan agar fasilitas CTPS tersedia di semua tatanan untuk pencegahan
COVID-19, tidak hanya di rumah tangga. Pemerintah Indonesia telah mengadopsi kebijakan ini, dan berbagai
kementerian dan lembaga secara aktif menerapkannya sesuai kewenangan masing-masing meskipun masih
terbatas sebagai tindakan pencegahan Covid-19. Tantangan utamanya adalah memastikan keberlanjutan
layanan CTPS setelah fasilitas dibangun, terutama di fasilitas umum. Mempertahankan penyediaan layanan
CTPS di fasilitas umum sangat tergantung pada lembaga yang bertanggung jawab dalam pengoperasikan dan
pemeliharaan fasilitas.
4. Meski Undang-Undang tentang Kesehatan telah mengamanatkan anggaran alokasi kesehatan yang
cukup (5 persen dari ABPN dan 10 persen dari APBD), sebagian besar ditujukan untuk langkah-langkah
kuratif. Anggaran preventif tetap kurang, terutama untuk kegiatan CTPS yang tidak memiliki kode
anggaran khusus. Selain itu, ada kekhawatiran tentang sumber daya pemerintah pusat yang terbatas
untuk CTPS, termasuk potensi konflik dengan kegiatan preventif lainnya
Karena CTPS adalah urusan bersama (konkuren), pemerintah pusat juga harus berperan mengembangkan sektor
ini untuk mencapai tujuan TPB tentang akses universal ke CTPS. Namun, secara umum diakui bahwa pemerintah
pusat memiliki sumber daya yang terbatas dari APBN untuk mendukung 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota
di Indonesia. Selain itu, sektor ini harus bersaing dengan langkah-langkah promotif dan preventif lainnya untuk
mendapatkan bagian dari anggaran kesehatan yang tersedia.
5. Tidak ada data CTPS yang terkonsolidasi dari semua tatanan di Indonesia. Kementerian/lembaga
yang berbeda memantau CTPS di setiap tatanan menggunakan sistem dan metode yang berbeda dan
tidak terkait satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan kurangnya data CTPS yang konsisten dan andal,
terutama dalam tatanan non-rumah tangga
31 Dwipayanti NMU, Lubis DS and Harjana NPA (2021) Public Perception and Hand Hygiene Behavior During COVID-19 Pandemic in Indonesia. Dapat diakses
melalui laman https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34055709/
Pemantauan dan pengelolaan data yang baik memiliki kecenderungan meningkatkan keberlanjutan intervensi
kesehatan.32 Berkaitan dengan hal ini, CTPS masih memiliki kekurangan dalam penyediaan data yang
komprehensif, lengkap dan dipercaya, terutama untuk tatanan fasilitas umum.
6. Proporsi biaya CTPS tertinggi adalah rehabilitasi dan bahan habis pakai. Biaya-biaya ini, seperti
dalam program air minum dan sanitasi lainnya, ditanggung oleh pengguna atau masyarakat. Dengan
kata lain, pengguna atau masyarakat adalah sumber pendanaan utama untuk CTPS. Penduduk yang
hidup di bawah garis kemiskinan (sedikit di atas 10 persen pada tahun 2021) memiliki risiko tidak
memiliki akses CTPS karena kendala keuangan di rumah tangga mereka
Ketersediaan pendanaan merupakan salah satu aspek penting berkaitan dengan penciptakan lingkungan
yang kondusif. Dan sektor ini memiliki keunikan karena biaya terbesar CTPS adalah biaya untuk operasi dan
pemeliharaan tahunan dan biaya untuk bahan habis pakai (sabun dan air). Dan seperti yang terjadi di sektor air
dan sanitasi lain, pengguna atau masyarakat adalah yang menerima beban untuk mendanai biaya operasi dan
pemeliharaan serta bahan habis pakai.
7. Indonesia terkenal karena berada di daerah cincin api (ring of fire), yang berarti rawan bencana alam.
Dan, ketika suhu bumi naik mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, meningkatkan risiko terjadinya
bencana alam, menambah risiko bencana alam Indonesia yang sudah tinggi
Perubahan iklim berkontribusi tinggi terhadap peningkatan risiko bencana alam. Dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, tiga tahap penanggulangan bencana telah diadopsi Indonesia, yaitu prabencana,
tanggap darurat, dan pascabencana. Kesadaran atas risiko bencana serta ketahanan iklim merupakan hal penting
dalam setiap penyiapan dokumen perencanaan strategis, termasuk dalam penyiapan Rencana Aksi ini.
Dan sebagai respon atas tujuh tantangan di atas, dua puluh strategi dari berbagai perspektif dirumuskan. Struktur
penulisan strategi ini tidak secara langsung disusun berdasarkan tiga komponen strategi STBM, namun ketiganya
menjadi pertimbangan dasar dalam proses identifikasi dan perumusan strategi. Struktur penulisan strategi lebih
ditujukkan untuk memperlihatkan kaitan antara strategi yang dirumuskan dalam upaya menjawab setiap tantangan
yang ada.
Agar lebih jelas dari sisi pelaksanaan, kementerian/lembaga pengampu utama ditetapkan untuk setiap strategi.
Kementerian/lembaga pengampu utama tidak berarti menjadi pelaksana tunggal dari strategi tersebut, namun
berfungsi sebagai koordinator apabila melibatkan kementerian/lembaga lainnya. Penetapan kementerian/lembaga
pengampu utama juga memberikan indikasi mengenai pengalokasikan anggaran (terbesar) dari pelaksanaan
strategi terkait.
Tabel berikut disiapkan untuk menyajikan tantangan dan strategi agar dapat menunjukkan keterkaitan secara jelas
antar keduanya.
32 Milat, A.J., Bauman, A. & Redman, S., 2015, Narrative review of models and success factors for scaling up public health interventions. Dalam diakses
melalui laman https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26264351/
Kementerian/
No Tantangan Strategi
lembaga utama*
1 COVID-19 dan potensi pandemi 1. Kontekstualisasi berkelanjutan pesan Kemenkes
di masa datang menyebabkan CTPS agar sesuai dengan kondisi terkini
perlunya menjaga praktik CTPS dan 2. Memperkaya bauran kanal Kemenkes
menjadikannya budaya masyarakat komunikasi untuk meningkatkan
efektivitas penyampaian pesan
3. Mendorong siswa sebagai agen Kemenkes
perubahan CTPS tidak hanya di
sekolah namun juga di rumah
4. Pelibatan Pemberdayaan Kemenkes
Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk
perubahan perilaku keluarga
2 Saat ini tidak terdapat forum diskusi 5. Pembentukan mekanisme koordinasi Kemenkes
formal untuk membahas CTSP. rutin lintas kementerian/lembaga
Mekanisme komunikasi perlu untuk membahas CTPS
secara bertahap diperkuat melalui 6. Pengembangan forum koordinasi Bappenas
pembentukan lembaga atau forum CTPS di daerah memanfaatkan
yang lebih formal agar kesinambungan forum yang telah ada
komunikasi dan koordinasi antar
pemangku kepentingan dapat terjaga
3 Selain penyediaan fasilitas 7. Memperkuat kerangka pengaturan Kemenkes
CTPS, tantangan lain adalah CTPS berkaitan dengan
mempertahankan layanan dan praktik keberlanjutan layanan, perbaikan
CTPS di semua tatanan. Hal ini tingkat layanan, serta pemenuhan
terkait dengan fakta bahwa kegiatan akses untuk semua
pemeliharaan dan penggunaan bahan 8. Memperkuat ekosistem penyedia Kemenkes
habis pakai merupakan proporsi fasilitas CTPS sehingga dapat
paling signifikan dari biaya unit CTPS menjamin ketersediaannya secara
per orang / tahun. Tidak adanya luas dengan harga terjangkau
pernyataan tentang CTPS dalam
9. Percepatan perbaikan kualitas Berbagai
RPJMN 2020-2024 juga merupakan
layanan dan penyediaan fasilitas kementerian
tantangan lain yang mempengaruhi
CTPS di berbagai tatanan
penyediaan fasilitas termasuk
mempertahankan layanan 10. Pengembangan mekanisme insentif Kemendagri
untuk pemerintah daerah terkait
pemenuhan akses CTPS di berbagai
tatanan
11. Memasukkan keberadaan, Berbagai
keberfungsian penuh fasilitas, kementerian
serta perilaku CTPS sebagai bagian
standar layanan fasilitas umum
4 Meski Undang-Undang tentang 12. Penyediaan dukungan pemerintah Kemenkes
Kesehatan telah mengamanatkan pusat secara selektif berdasarkan
anggaran alokasi kesehatan yang cukup tingkat prioritas daerah
(5 persen dari ABPN dan 10 persen dari 13. Mendorong pembelajaran horizontal Kemenkes
APBD), sebagian besar ditujukan untuk antar daerah
langkah-langkah kuratif. Anggaran
preventif tetap kurang, terutama untuk
kegiatan CTPS yang tidak memiliki
kode anggaran khusus. Selain itu, ada
kekhawatiran tentang sumber daya
pemerintah pusat yang terbatas untuk
CTPS, termasuk potensi konflik dengan
kegiatan preventif lainnya
TANTANGAN 1:
COVID-19 dan potensi pandemi di masa datang menyebabkan perlunya menjaga praktik CTPS dan
menjadikannya budaya masyarakat
Strategi 1.1:
Kontekstualisasi berkelanjutan pesan CTPS agar sesuai dengan kondisi terkini
Pandemi COVID-19 telah memperlihatkan secara jelas pentingnya melihat kembali dan merumuskan ulang pesan
CTPS. Kementerian Kesehatan telah memulainya dengan mengenalkan waktu-waktu penting CTPS baru yang
mempertimbangkan upaya pencegahan COVID-19 sebagaimana terdapat dalam Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun
(2020). Proses ini perlu terus dilakukan secara berkala agar pesan CTPS dapat tetap relevan dengan kondisi yang
ada.
Cara berkomunikasi mengalami perubahan dalam dekade terakhir karena keberadaan berbagai kanal digital.
Pemanfaatan beragam kanal komunikasi akan meningkatkan efektivitas penyampaikan pesan CTPS. Kementerian
Komunikasi dan Informatika memainkan peran penting dalam diseminasi pesan CTPS melalui berbagai kanal dan
media, baik yang bersifat daring maupun luring. Meski demikian, sebagaimana yang dijelaskan di dalam analisis
situasi, Kementerian Kesehatan juga memiliki modalitas kuat dalam diseminasi pesan CTPS melalui berbagai
platform digital yang dimiliki.
Strategi 1.3:
Mendorong siswa sebagai agen perubahan CTPS tidak hanya di sekolah namun juga di rumah
Unit Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) telah dipilih melalui Surat Keputusan Bersama 4 Menteri33 sebagai
platform tunggal untuk mencipakan lingkuang yang sehat di sekolah (termasuk Madrasah). Dengan jumlah siswa
lebih dari 54 juta di tahun 2019, atau setara 1/5 dari total penduduk, hal ini menjadi modal kuat perubahan perilaku
CTPS di masyarakat.
Strategi 1.4:
Pelibatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk perubahan perilaku keluarga
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya di Bab 2, pelibatan ibu sebagai pengasuh utama akan meningkatkan
keberlanjutan praktik CTPS. Hal inilah yang mendorong pentingnya PKK dilibatkan di dalam setiap upaya
perubahan perilaku, tidak terkecuali untuk perilaku CTPS. Selain itu, karena ketua tim penggerak PKK daerah
dijabat oleh istri kepala daerah, maka diharapkan terdapat dukungan politik kuat untuk pelaksanaan strategi ini
melalui gerakan PKK.
TANTANGAN 2:
Saat ini tidak terdapat forum diskusi formal untuk membahas CTSP. Mekanisme komunikasi perlu secara
bertahap diperkuat melalui pembentukan lembaga atau forum yang lebih formal agar kesinambungan
komunikasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan dapat terjaga
Strategi 2.1:
Pembentukan mekanisme koordinasi rutin lintas kementerian/lembaga untuk membahas CTPS
Koordinasi rutin diperlukan agar Rencana Aksi dapat diterapkan secara efektif. Di dalam rapat koordinasi ini
dibahas mengenai tantangan, pembelajaran, dan potensi kolaborasi antar kementerian/lembaga untuk percepatan
peningkatan layanan. Indonesia telah memperolah banyak pembelajaran untuk melakukan koordinasi antar
kementerian/lembaga melalui pembentukan kelompok kerja (Pokja). Meski belum ada rencana pembentukannya,
pengembangan unit semacam itu untuk CTPS perlu dipelajari lebih lanjut sebagai bagian dari upaya penguatan
bertahap mekanisme koordinasi.
33 Surat Keputusan Bersama (SKB) ini ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Neg-
eri tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah. Salinan SKB ini dapat dilihat di laman https://simpuh.kemenag.
go.id/regulasi/pb4menteri_2014.pdf
Sebagai urusan konkuren, CTPS harus dilakukan bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah (provinsi
dan kabupaten/kota). Koordinasi efektif di tingkat pemerintah daerah juga menjadi aspek penting keberhasilan
pembangunan CTPS termasuk ruang pembahasan khusus terkait isu CTPS di dalam forum koordinasi di daerah.
Demi efektivitas kelembagaan, pembentukan lembaga baru tidak diperlukan. Pemerintah daerah didorong untuk
memanfaatkan berbagai lembaga adhoc (dalam bentuk Pokja) yang ada sebagai forum untuk mendiskusikan CTPS.
TANTANGAN 3:
Selain penyediaan fasilitas CTPS, tantangan lain adalah mempertahankan layanan dan praktik CTPS
di semua tatanan. Hal ini terkait dengan fakta bahwa kegiatan pemeliharaan dan bahan habis pakai
merupakan proporsi paling signifikan dari biaya unit CTPS per orang / tahun. Tidak adanya pernyataan
tentang CTPS dalam RPJMN 2020-2024 juga merupakan tantangan lain yang mempengaruhi penyediaan
fasilitas termasuk mempertahankan layanan
Strategi 3.1:
Memperkuat kerangka pengaturan CTPS berkaitan dengan keberlanjutan layanan, perbaikan tingkat
layanan, serta pemenuhan akses untuk semua
Meski COVID-19 memberikan dampak positif dalam penguatan kerangka pengaturan CTPS di Indonesia melalui
penerbitan berbagai kebijakan setingkat menteri, keberlanjutannya selepas pandemi perlu menjadi perhatian.
Hal ini karena kebijakan CTPS merupakan kebijakan khusus dan terbatas sebagai respon COVID-19 yang bersifat
temporer. Berbagai kebijakan ini perlu dilembagakan ke dalam norma yang lebih umum dan tidak hanya terkait
COVID-19. Memasukkan aspek CTPS ke dalam pengaturan sektor lainnya (perumahan, air bersih, dan sanitasi)
dapat menjadi salah satu jalan penguatan kerangka pengaturan ini.
Strategi 3.2:
Memperkuat ekosistem penyedia fasilitas CTPS sehingga dapat menjamin ketersediaannya secara luas
dengan harga terjangkau
Fasilitas CTPS (termasuk sabun) perlu tersedia secara luas di pasar dengan harga terjangkau meski bervariasi
tergantung jenisnya. Pasar juga perlu menyediakan fasilitas CTPS yang inklusif disabilitas, fasilitas untuk anak,
remaja, dan dewasa, serta fasilitasi yang berketahanan iklim (misalnya penggunaan kran hemat air). Di dalam
strategi ini juga termasuk bagaimana usaha untuk merangsang keterlibatan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) dalam penyediaan fasilitas CTPS di pasar.
Strategi 3.3:
Percepatan perbaikan kualitas layanan dan penyediaan fasilitas CTPS di berbagai tatanan
JMP menggunakan kepemilikan fasilitas CTPS sebagai pendekatan atau proxy mengukur perilaku CTPS.
Sehingga, akses hanya dapat dihitung pada saat fasilitas sudah terbangun dan beroperasi. Perbaikan tingkat
layanan dari layanan terbatas menjadi layanan dasar adalah “low hanging fruit”34 dalam strategi ini, karena tidak
adanya investasi yang diperlukan.
34 Ketika menerapkan metafora ini untuk bisnis, prinsip ini mengacu pada pemikiran bahwa bisnis harus memfokuskan upaya mereka pada tujuan yang paling
mudah dicapai yang mengarah pada hasil tercepat dan paling matang. Merupakan terjemahan bebas dari “When applying this metaphor to business, the
low-hanging fruit principle refers to the thinking that businesses should focus their efforts on the most easily attainable goals which lead to the quickest and
most ripe results.”. Secara lebih dapat dilihat di laman https://www.linkedin.com/pulse/lower-tree-understanding-low-hanging-fruit-principle-business-yoon/
Strategi 3.5:
Memasukkan keberadaan, keberfungsian penuh fasilitas, serta perilaku CTPS sebagai bagian standar
layanan fasilitas umum
Saat ini, standar layanan fasilitas publik (terminal dan pasar tradisional) telah memasukkan ketersediaan fasilitas
CTPS sebagai bagian dari ketentuannya. Penambahan indikator keberfungsian penuh (yang berarti memasukkan
indikator ketersediaan air dan sabun) serta aspek kepatuhan perilaku CTPS sebagai bagian dari standar layanan
akan meningkatkan akses CTPS serta memberikan kejelasan tugas pengelola fasilitas umum untuk menyediakan
air dan sabun serta melakukan upaya penegakan dan pemantauan kepatuhan CTPS.
Keterbatasan sumber daya pemerintah pusat membuat mekanisme prioritasi pemberian dukungan perlu
dikembangkan. Prioritasi ini dapat dikembangkan berdasarkan kriteria yang dipantau secara rutin melalui sistem
pemantauan CTPS, misal capaian akses dibandingkan target akses. Prioritasi ini juga mendorong efektivitas
dukungan karena sumber daya berbagai lembaga dapat digabungkan untuk mempercepat pembangunan CTPS di
provinsi dan kabupaten/kota prioritas
Strategi 4.2:
Mendorong pembelajaran horizontal antar daerah
Peer learning merupakan sarana pembelajaran yang efektif melalui berbagi kisah sukses maupun cerita kegagalan
dalam program pembangunan CTPS. Pendekatan ini juga dipercaya memberikan dorongan motivasi yang kuat
untuk mengikuti jalur kesuksesan suatu daerah dan menghindari kesalahan atau kegagalan dari koleganya. Di bahwa
Asosisasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI), pembelajaran horizontal terkait air dan sanitasi secara regular
diadakan. Isu mengenai CTPS dapat diangkat menjadi tema pembelajaran dari event AKKOPSI tersebut.
TANTANGAN 5:
Tidak ada data CTPS yang terkonsolidasi dari semua tatanan di Indonesia. Kementerian/lembaga yang berbeda
memantau CTPS di setiap tatanan menggunakan sistem dan metode yang berbeda dan tidak terkait satu sama
lain. Kondisi ini menyebabkan kurangnya data CTPS yang konsisten dan andal, terutama tatanan non-rumah tangga
Strategi 5.1:
Sinkronisasi sistem dan kegiatan pemantauan di berbagai kementerian/lembaga
Saat ini, berbagai kementerian/lembaga memiliki dan melakukan sistem pemantauan CTPS tersendiri untuk setiap
tatanan. BPS menjadi lembaga resmi yang melakukan pemantauan untuk akses CTPS di tatanan rumah tangga,
sedangkan untuk sekolah dan Madrasah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
dan Kementerian Agama. Pemantauan fasilitas CTPS di simpul dan moda transportasi menjadi tanggung jawab
Kementerian Transportasi dan Kementerian Perdagangan untuk pasar tradisional. Pemantauan di fasilitas kesehatan
menjadi ranahnya Kementerian Kesehatan.
Agar dapat dihasilkan pemantauan seluruh tatanan yang terkonsolidasi, perlu sinkronisasi berbagai sistem yang
telah ada. Tentu tidak harus menciptakan sistem nasional CTPS terpusat yang baru, namun lebih pada penyiapan
dashboard pemantauan (atau pengembangan dari dashboard yang telah ada, misalnya dashboard TPB) bersumber
pada sistem pemantauan kementerian/lembaga yang telah terbentuk, agar masyarakat dapat mengakses data
CPTS secara reguler, bebas, dan mudah.
Keberadaan sekretariat yang dilengkapi ruang kantor, staf, dan dana operasional tahunan yang memadai diperlukan
agar kegiatan pemantuan dan evaluasi CTPS dapat dijalankan. Untuk efektivitas kelembagaan, fungsi dan tugas
sekretariat nasional ini dapat dilekatkan pada salah satu bidang atau sub-direktorat di kementerian/lembaga
pengampu yang sama, yaitu Kementerian Kesehatan.
Strategi 5.3: Meningkatkan pemahaman atas dampak intervensi CTPS sebagai bagian pengembangan kebijakan
berbasis data (evidence-based policy).
Kemampuan menyediakan berbagai bukti yang meyakinkan adalah faktor penting dalam upaya perubahan perilaku,
yang telah menjadi bagian penting dalam upaya pemicuan di pendekatan STBM. Pemahaman atas dampak ini juga
menjadi sarana penting dalam justifikasi penyusunan berbagai kebijakan, termasuk di dalamnya adalah kebijakan
anggaran.
TANTANGAN 6:
Proporsi biaya CTPS tertinggi adalah rehabilitasi dan bahan habis pakai. Biaya-biaya ini, seperti program
air dan sanitasi lainnya, ditanggung oleh pengguna atau masyarakat. Dengan kata lain, pengguna atau
masyarakat adalah sumber pendanaan utama untuk CTPS. Penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
(sedikit di atas 10 persen pada tahun 2021) memiliki risiko tidak memiliki akses CTPS karena kendala
keuangan di rumah tangga mereka
Strategi 6.1:
Memperkaya bauran pendanaan dari sumber-sumber alternatif non-pemerintah
Sebagaimana diindikasikan di Bab 2 tentang Analisis Situasi CTPS, anggaran promotif dan preventif berkisar 13%
dari total anggaran kesehatan nasional. Tentu saja, CTPS hanya salah satu kegiatan yang memanfaatkan alokasi
anggaran promotif preventif ini. Upaya mengidentifikasi berbagai sumber pendanaan alternatif untuk CTPS menjadi
penting dilakukan agar dapat mengisi gap pendanaan, disamping mengoptimalkan sumber pendanaan alternatif
yang sudah banyak diakses saat ini yaitu dari sektor swasta berupa CSR dan dana sosial keagamaan (contohnya
adalah BAZNAS).
Strategi 6.2:
Pengembangan dukungan pendanaan untuk masyarakat miskin
BPS mencatat penduduk miskin di bulan Maret 2021 lebih dari 10% dengan mengacu pada garis kemiskinan
sebesar Rp472.525,00/orang/bulan (atau Rp2.121.637,00/rumah tangga/bulan)35. Dengan struktur biaya CTPS
yang sebagain besarnya menjadi tanggung jawab pengguna (atau rumah tangga), dukungan dari pemerintah agar
rumah tangga miskin dapat memiliki akses untuk menjalankan praktik CTPS menjadi penting. Dukungan ini dapat
dilekatkan pada berbagai program pengentasan kemiskinan sektor lain, misalnya sektor perumahan, air minum dan
sanitasi.
35 https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/07/15/1843/persentase-penduduk-miskin-maret-2021-turun-menjadi-10-14-persen.html
Peningkatan risiko bencana harus dimitagasi semenjak tahapan perencanaan, baik perencanaan teknis maupun
anggaran. Alokasi anggaran fasilitas CTPS masa tanggap darurat penting dialokasikan sebagai bagian perencanaan
berketahanan iklim untuk CTPS. Alokasi anggaran CTPS untuk tanggap darurat tidak masuk di dalam ruang lingkup
Rencana Aksi ini namun akan menjadi bagian dari upaya penyusunan perencanaan anggaran umum untuk air
minum dan sanitasi saat kondisi darurat.
Strategi 7.2:
Memastikan pertimbangan akses CTPS di seluruh tahapan penyelenggaran penanggulangan bencana
Ketersediaan dan keberfungsian secara penuh fasilitas CTPS perlu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
seluruh panduan atau prosedur penanggulangan bencana. Contohnya adalah ketersediaan dan keberfungsian
fasilitas CTPS di hunian sementara yang inklusif (ramah disabilitas dan kebutuhan anak, remaja, dan dewasa baik
perempuan maupun laki-laki).
MILESTONE
IMPLEMENTASI
Bab ini ditulis untuk menjelaskan mengenai berbagai milestone di dalam upaya pencapaian akses universal CTPS
di Indonesia hingga tahun 2030. Periode RPJMN digunakan sebagai kerangka waktu pencapaian milestone agar
sejalan dengan periode perencanaan dan penganggaran pemerintah. Gambar di bawah ini menunjukkan berbagai
peristiwa penting dalam perencanaan pemerintah hingga 2030.
OCT OCT
2024 2025 2030
2024 2029
Gambar 5 1 Linimasa peristiwa politik utama dan kegiatan perencanaan di Indonesia hingga 2030
Penting untuk menjadi catatan bahwa Rencana Aksi ini akan meliputi dua periode RPJMN atau dua periode
presiden, dari periode saat ini di 2020-2024 hingga periode setelah Pemilu 2024. Namun, sebagaimana sudah
disampaikan sebelumnya, perencanan strategis nasional dan daerah akan tersinkronisasi melalui hasil Pemilu
serentak 2024. Sehingga, khusus untuk CTPS, Rencana Aksi ini dapat menjadi masukan dan referensi bagi
penyusunan rencana strategi pemerintah pusat dan daerah hasil Pemilu serentak 2024.
Milestone penting lain yang dapat menjadi sarana advokasi CTPS adalah berakhirnya Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) di tahun 2025. Dengan berakhirnya RPJPN tersebut maka perlu disusun
rencana jangka panjang (20 tahun) yang baru akan akan menjadi acuan bagi RPJMN berikutnya. Sehingga, hal ini
menjadi sarana penting untuk memastikan CTPS dapat menjadi agenda explisit RPJPN berikutnya.
M1 M2 M3 M4
2022/2023 2023/2024 2024/2025 2025-2023
Memperkuat Bergerak bersama Penyusunan Mempercepat
fondasi CTPS antara pusat dan kebijakan berbasis capaian akses
daerah data untuk
membudayakan
CTPS
Gambar 5.2 Empat milestone untuk mencapai 100% akses tahun 2030
M1
MILESTONE 1: MEMPERKUAT FONDASI CTPS, 2022/2023
Milestone pertama berkaitan dengan penguatan fondasi CTPS agar menjadi praktik yang membudaya tidak
hanya saat pandemi COVID-19. Tiga kegiatan utama yang terkait dan menjadi sub-milestone dari Milestone
1 berkaitan dengan penyempurnaan akuntabilitas dan pengelolaan data, memperkuat koordinasi CTPS, dan
mengarusutamakan CTPS dalam berbagai program lainnya
M1.3. CTPS terintegrasi ke dalam program perumahan, air bersih, dan sanitasi
Integrasi ini menjadi kegiatan yang bersifat mudah, cepat untuk dilakukan dan berdampak besar dari upaya
pengembangan CTPS di Indonesia. Dengan modalitas besar yang telah dimiliki di program-program yang berjalan
tersebut, seperti struktur dan mekanisme program yang telah matang, integrasi ini kemungkinan besar akan
secara cepat mendorong peningkatan akses CTPS. Dan hasilnya dapat menjadi bahan upaya showcasing kegiatan
percepatan pembangunan CTPS.
M2
MILESTONE 2: BERGERAK BERSAMA ANTARA PUSAT DAN DAERAH, 2023/2024
Saat fondasi CTPS yang kuat telah berhasil dibangun, milestone berikutnya adalah sinkronisasi pemerintah
pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota) agar dapat bergerak beriringan dalam kegiatan percepatan
pembangunan CTPS. Milestone kedua ini dapat dicapai melalui implementasi tiga sub-milestone berikut:
M2.1 Memperkuat kerangka pengaturan untuk CTPS yang inklusif dan berkelanjutan bagi semua
Disamping berbagai inisitif kebijakan CTPS yang telah dikeluarkan selama pandemi, yang menjadi catatan penting
adalah kebijakan-kebijakan ini bersifat sementara dan hanya terkait COVID-19. Perlu dilakukan upaya pelembagaan
lanjutan agar kebijakan ini menjadi norma legal baru yang bersifat umum dan tidak hanya terkait pandemi, dengan
perhatian kepada aspek inklusi kelompok rentan (disabilitas, lanjut usia, dan penduduk miskin), serta dengan
mempertimbangkan kebutuhan anak-anak, remaja, serta perempuan dan laki-laki dewasa.
M3
MILESTONE 3: PENYUSUNAN KEBIJAKAN BERBASIS DATA UNTUK MEMBUDAYAKAN CTPS, 2024/2025
Advokasi yang sistematis dan berbasis data adalah milestone ketiga dari upaya pencapaian 100% akses
CTPS. Sebagai praktik kebersihan individu, CTPS memerlukan adopsi nilai-nilai ke dalam setiap individu agar
keberlanjutan praktik ini dapat terjadi. Hal ini membutuhkan konsistensi pesan CTPS dan upaya penyampaiannya.
Tiga sub-milestone berikut merupakan syarat tercapainya milestone ini, yaitu:
M4
MILESTONE 4: MEMPERCEPAT CAPAIAN AKSES, 2025-2030
Sebagai langkah akhir dari perjalanan pencapaian 100% akses CTPS adalah implementasi konkret atau nyata
pemenuhan akses. Berfokus pada pemenuhan akses untuk penduduk miskin dan akses di fasilitas umum, dua
sub-milestone berikut dapat diidentifikasi:
36 Kegiatan horizontal learning yang diselenggarakan oleh Asosiasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) untuk sanitasi adalah sebuah contoh keberhasi-
lan pendekatan peer learning untuk pengarusutamaan isu sanitasi diantara pimpinan daerah (bupati dan walikota).
Sub-mile- Kementerian/
Milestone Strategi Program
stone lembaga utama*
MILESTONE 1: M1.1. 1. Sinkronisasi sistem 1. Pengembangan dan penyelenggaraan Dash- Bappenas
MEMPERKUAT Sinkronisasi dan kegiatan peman- board SDG untuk dapat menampilkan akses
FONDA- data tauan di berbagai CTPS di semua tatanan
SI CTPS, kementerian/lemba-
2. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem pe- Kemenkes
2022/2023 ga
mantauan CTPS di fasilitas kesehatan berdasar-
kan Rifaskes
3. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem Kemendag
pemantauan CTPS di Pasar Tradisional
4. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem Kemenhub
pemantauan CTPS di terminal (darat, laut dan
udara)
5. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem Kemnaker
pemantauan CTPS di kantor dan tempat kerja
6. Pengembangan dan penyelenggaraan sistem Kemenkes, Sat-
pemantauan kepatuhan perilaku CTPS di seluruh gas Covid-19
tatanan
2. Pendirian sekretariat 7. Pembentukan sekretariat nasional untuk kegiatan Kemenkes
nasional sistem pe- pemantauan dan evaluasi CTPS semua tatanan
mantuan dan evaluasi
8. Pelaksanaan evaluasi rutin (termasuk verifikasi Kemenkes
CTPS nasional
ke daerah) menggunakan hasil pemantauan
sebagai bagian evaluasi Rencana Aksi CTPS
M1.2. Koor- 3. Pembentukan me- 9. Pelaksanaan rapat koordinasi rutin Pokja CTPS di Kemenkes
dinasi CTPS kanisme koordinasi tingkat Pusat
di Pusat dan rutin lintas kemente-
10. Penyediaan tenaga ahli dan/atau fasilitator untuk Kemenkes
daerah rian/lembaga untuk
mendukung Kemenkes sebagai kementerian
membahas CTPS
utama dalam koordinasi CTPS
11. Dukungan sumber daya pelaksanaan kegiatan Kemenkes
koordinasi CTPS
12. Penguatan bertahap melalui formalisasi me- Kemenkes
kanisme koordinasi CTPS
4. Pengembangan fo- 13. Advokasi untuk memasukkan CTPS sebagai Bappenas
rum koordinasi CTPS bagian ruang lingkup Pokja daerah (contoh: Pokja
di daerah meman- Kota Sehat, Pokja AMPL)
faatkan forum yang
14. Pelaksanaan rapat koordinasi tahunan Pokja Provinsi
telah ada
tingkat provinsi
15. Pelaksanaan rapat koordinasi tahunan Pokja Kabupaten/kota
tingkat kabupaten/kota
16. Pelaksanaan rapat koordinasi rutin (triwulan) Provinsi
Pokja di tingkat provinsi
17. Pelaksanaan rapat koordinasi bulanan rutin (tri- Kabupaten/kota
wulan) Pokja di tingkat kabupaten/kota
M1.3. 5. Memperkuat 18. Memasukkan ketersediaan fasilitas CTPS se- PUPR, Bappenas,
CTPS kerangka pengatur- bagai bagian dalam program perumahan rakyat Kemenkes
terintegrasi an CTPS berkaitan dan sanitasi
ke dalam dengan keberlanjutan
19. Advokasi prioritasi CTPS dalam kebijakan pem- Bappenas, Ke-
program pe- layanan, perbaikan
bangunan Pemerintah Pusat menkes
rumahan, air tingkat layanan, serta
bersih, dan pemenuhan akses 20. Advokasi prioritasi CTPS dalam kebijakan pem- Kemendagri
sanitasi untuk semua (1) bangunan Pemerintah Daerah
ANALISIS BIAYA
DAN MOBILISASI
SUMBER DAYA
Ross, Ian et al. (2021) mengidentifikasi enam (6) kategori biaya CTPS dengan tidak mempertimbangkan siapa
yang akan dikenai biaya tersebut. Keenam biaya ini lebih lengkap dibandingkan kategori biaya yang disiapkan
UNICEF & WHO, dan digunakan sebagai kerangka analisis biaya di dalam Rencana Aksi ini. Tabel berikut
memberikan penjelasan keenam biaya sebagaimana yang disebutkan oleh Ross, Ian tersebut.
Tabel 6.1 Kategori biaya CTPS berdasarkan studi tahun 2021 di 46 negara berkembang
Tabel 6.2 Kategori biaya yang digunakan dalam Rencana Aksi CTPS
37 The Joint Monitoring Program (2017), as cited in “The measurement and monitoring of water supply, sanitation and hygiene (WASH) affordability: a missing
element of monitoring of Sustainable Development Goals (SDG) Targets 6.1 and 6.2. New York: United Nations Children’s Fund (UNICEF) and the World
Health Organization, 2021”
Di dalam Rencana Aksi ini, Model 3: keran tanpa bak penampung air diasumsikan untuk digunakan di seluruh
tatanan. Alasan utama pemilihan Model 3 adalah umur desainnya yang mencapai 10 tahun38 yang mencakup
keseluruhan periode perencanaan hingga tahun 2030. Biaya yang berkaitan dengan jaringan perpipaan dan
fasilitas pengolahan air tidak termasuk dalam perhitungan. Gambar berikut adalah fasilitas CTPS Model 3
sebagaimana tercantum di dalam Pedoman Cuci Tangan Pakai Sabun (Kemenkes & Unicef, 2020).
Gambar 6 1 Model 3, keran tanpa dilengkapi bak penampung air keramik (sink)
Sebagai upaya tanggap perubahan iklim, kegiatan adaptasi dipertimbangkan dalam analisis biaya untuk
memastikan terjadinya sistem CTPS yang berketahanan iklim. Hal ini terkait dengan penghematan penggunaan air
dari 2 liter/penggunaan menjadi 0.72 liter/penggunaan. Penghematan ini dapat dicapai melalui pemasangan kran
hemat air yang (di sisi lain) akan meningkatkan biaya pengadaan dan pemasangan fasilitas CTPS. Kenaikan biaya
air (menggunakan acuan harga pasar dari truk tangki air) juga dipertimbangkan dalam analisis untuk wilayah rawan
kekeringan berdasarkan Katalog Desa/Kelurahan Rawan Kekeringan, sebuah laporan dari BNPB tahun 2019.
Dengan menerapkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka akan meningkatkan biaya per orang mendekati
50%. Adaptasi perubahan iklim di jaringan perpipaan dan fasilitas pengolahan air tidak termasuk di dalam analisis
biaya ini. Rincian mengenai struktur biaya CTPS berketahanan iklim tersedia di Lampiran.
38 UNICEF. (May 2020). Handwashing Stations and Supplies for the COVID-19 response. Tersedia di laman https://globalhandwashing.org/wp-content/up-
loads/2020/05/Handwashing-Facility-Factsheet.pdf
HASIL 3
Asumsi untuk setiap (PERKIRAAN BAWAH):
kategori biaya harga satuan di setiap provinsi
(berketahanan iklim) untuk masing-masing tatanan
Setelah menentukan biaya satuan, langkah selanjutnya adalah menggunakan biaya satuan untuk menghitung
biaya investasi (CAPEX) dan biaya operasi dan pemeliharaan (OPEX) tahunan yang dihitung berdasarkan perkiraan
jumlah penerima manfaat untuk setiap tatanan. Proyeksi jumlah penerima manfaat dihitung dengan mengalikan
data dasar dengan tingkat pertumbuhan tahunan (1,25%). Dengan menggunakan target akses tahunan, jumlah
fasilitas baru yang dibutuhkan setiap tahunnya dapat dihitung. Perkiraan CAPEX tahunan dihitung dengan
mengalikan target tahunan untuk fasilitas baru dengan biaya satuan CAPEX. Perkiraan OPEX dihitung dengan
mengalikan jumlah total fasilitas yang dibutuhkan dengan biaya satuan OPEX.
Target pertumbuhan
akses tahunan
dalam %
HASIL 2:
perkiraan CAPEX
Menerapkan Proyeksi tahunan
Data dasar masing-
pertumbuhan dan kumulatif
masing tatanan
tahunan hingga 2030
HASIL 3:
perkiraan OPEX
HASIL 1:
satuan biaya untuk
setiap tatanan
Tabel 6.3 Ringkasan kebutuhan biaya CTPS di semua tatanan (nilai tengah)
FASILITAS FASILITAS
RUMAH TANGGA SEKOLAH MADRASAH
KESEHATAN PUBLIK
TATANAN TOTAL
TOTAL % TOTAL % TOTAL % TOTAL % TOTAL %
Total
49,415.46 43,161.51 87.34% 7.00% 679.74 1.38% 1,446.19 2.93% 668.22 1.35%
3,459.80
Biaya investasi 5,613.36 5,269.57 93.88% 178.30 3.18% 38.35 0.68% 49.24 0.88% 77.90 1.39%
Koordinasi dan fasilitasi 212.57 160.75 75.62% 26.77 12.59% 4.40 2.07% 9.45 4.45% 11.20 5.27%
Promosi 1,262.33 1,125.27 89.14% 53.54 4.24% 8.81 0.70% 27.12 2.15% 47.59 3.77%
Peningkatan Kapasitas 106.29 80.38 75.62% 13.38 12.59% 2.20 2.07% 4.73 4.45% 5.60 5.27%
Pengadaan dan
pemasangan fasilitas 4,032.17 3,903.17 96.80% 84.62 2.10% 22.93 0.57% 7.94 0.20% 13.52 0.34%
CTPS
Biaya rutin tahunan 5,547.40 4,910.29 88.52% 226.89 4.09% 44.17 0.80% 277.54 5.00% 88.52 1.60%
Rehabilitasi 2,747.35 2,635.69 95.94% 63.87 2.32% 17.97 0.65% 22.36 0.81% 7.45 0.27%
Promosi lanjutan 2,371.35 1,990.27 83.93% 108.68 4.58% 17.47 0.74% 189.31 7.98% 65.62 2.77%
Pemantauan dan evaluasi 428.71 284.32 66.32% 54.34 12.68% 8.73 2.04% 65.87 15.36% 15.44 3.60%
Barang habis pakai
38,254.69 32,981.65 86.22% 7.98% 597.22 1.56% 1,119.41 2.93% 501.80 1.31%
tahunan 3,054.60
Air 16,531.33 14,784.88 89.44% 881.01 5.33% 247.84 1.50% 386.00 2.33% 231.60 1.40%
Sabun 21,723.36 18,196.77 83.77% 2,173.60 10.01% 349.38 1.61% 733.41 3.38% 270.20 1.24%
Biaya investasi 5,613.36 5,269.57 93.88% 178.30 3.18% 38.35 0.68% 49.24 0.88% 77.90 1.39%
Biaya rutin tahunan 5,547.40 4,910.29 88.52% 226.89 4.09% 44.17 0.80% 277.54 5.00% 88.52 1.60%
Barang habis pakai
38,254.69 32,981.65 86.22% 7.98% 597.22 1.56% 1,119.41 2.93% 501.80 1.31%
tahunan 3,054.60
0,43%
2,55%
0,22%
Koordinasi dan fasilitasi
Promosi
8,16% Peningkatan Kapasitas
Pengadaan dan instalasi
sarana CTPS
Rehabilitasi
5,56%
Promosi lanjutan
33,45%
Pemantauan dan evaluasi
4,80%
Air
Sabun
0,87%
Gambar 6 4 Prosentase kebutuhan biaya CTPS semua tatanan untuk mencapai 100% akses
Hasil terperinci perkiraan biaya CTPS dapat dilihat di Lampiran. CTPS costing tool atau perangkat perhitungan
biaya CTPS (dalam format excel) telah dikembangkan secara khusus sebagai bagian dari penyusunan Rencana
Aksi ini dan tersedia sebagai materi tambahan dari dokumen ini. Tabel dan gambar di atas merupakan tangkapan
layar hasil perhitungan dari perangkat perhitungan tersebut.
Hibah atau (mungkin) subsidi dapat dipertimbangkan untuk pengaturan khusus (misalnya, rumah tangga miskin).
Data rumah tangga miskin yang diberikan BPS digunakan untuk memperkirakan potensi hibah atau subsidi
pemerintah yang dapat diterapkan.
Tabel 6.5 Indikasi mobilisasi sumber daya pencapaian akses CTPS 100% di seluruh tatanan
LAINNYA
PEME-
PEMERIN- (NON-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA
TAH PUSAT PEMERIN-
PROVINSI
TAH)
49,415.462 100.00% Total 1,193.707 549.941 4,511.953 40,792.367 2,367.495
2.42% 1.11% 9.13% 82.55% 4.79%
5,613.365 11.36% Biaya investasi 531.766 269.935 1,093.515 3,522.991 195.159
212.574 0.43% Koordinasi dan fasilitasi 5.314 21.257 186.002 - -
1,262.329 2.55% Promosi 126.233 240.640 895.456 - -
106.287 0.22% Peningkatan Kapasitas 86.193 8.038 12.056 - -
4,032.175 8.16% Pengadaan dan instalasi sarana 314.026 - - 3,522.991 195.159
CTPS
5,547.405 11.23% Biaya rutin tahunan 661.941 280.006 1,939.950 2,665.508 -
2,747.349 5.56% Rehabilitasi 81.841 - - 2,665.508 -
2,371.350 4.80% Promosi lanjutan 237.135 237.135 1,897.080 - -
428.706 0.87% Pemantauan dan evaluasi 342.965 42.871 42.871 - -
38,254.693 77.41% Barang habis pakai tahunan - - 1,478.488 34,603.869 2,172.336
16,531.331 33.45% Air - - 1,478.488 15,052.843 -
21,723.361 43.96% Sabun - - - 19,551.025 2,172.336
Ministry of Health & UNICEF. (2020). Hand Washing Guide using soap
Ross, Ian & Esteves Mills, Joanna & Slaymaker, Tom & Johnston, Richard & Hutton, Guy & Dreibelbis, Robert &
Montgomery, Maggie. (2021). Costs of hand hygiene for all in household settings - estimating the price tag for
the 46 least developed countries. 10.1101/2021.08.16.21262011.
United Nations Children's Fund (UNICEF) and the World Health Organization. (2021). The measurement and
monitoring of water supply, sanitation and hygiene (WASH) affordability: a missing element of monitoring of
Sustainable Development Goal (SDG) Targets 6.1 and 6.2
Beale S, Johnson AM, Zambon M et al. Hand Hygiene Practices and the Risk of Human Coronavirus Infections in a UK
Community Cohort Wellcome Open Research 2020, 5:98 https://doi.org/10.12688/wellcomeopenres.15796.1
Whinnery, Jaynie & Penakalapati, Gauthami & Steinacher, Rachel & Wilson, Noel & Null, Clair & Pickering, Amy.
(2016). Handwashing With a Water-Efficient Tap and Low-Cost Foaming Soap: The Povu Poa "Cool Foam"
System in Kenya. Global Health: Science and Practice. 4. 336-341. 10.9745/GHSP-D-16-00022.
Larson EL, Eke PI, Wilder MP, Laughon BE. (1987). Quantity of soap as a variable in handwashing. Infect Control.
doi: 10.1017/s0195941700067436. PMID: 3654132.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan & UNICEF. (2020). Profil Sanitasi Sekolah 2020
Kementerian Perhubungan, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi. (2020). Statistik Transportasi 2020, Volume I
Balitbangkes & UNICEF. (2020). Profile of Water, Sanitation and Hygiene Services at Public Health Center
(Puskesmas) in Indonesia. Belum dipublikasikan
MATRIK RENCANA
AKSI RINCI
KEMEN-
ISU/ TERIAN/
TANTA- STRATEGI PROGRAM INDIKATOR 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 LEMBAGA
NGAN PENGAM-
PU
41 Ter- Kemendag,
3.5 Memasuk- susunnya Kemenub,
kan keberadaan, Pedoman/ 250 250 Kemen-
keberfungsian SOP (NSPK) parekraf,
penuh fasilitas, Kemenkes
serta perilaku
CTPS sebagai 3.5.3 Pelembagaan 42 SNI
bagian standar pedoman sertifi- tentang
layanan fasili- kasi CHSE untuk pedoman
tas umum pelaku wisata CHSE
dan ekonomi
Kemen-
kreatif dengan 250 250
parekraf
ketersediaan dan
keberfungsian
fasilitas CTPS
sebagai salah satu
kriteria
4.1.1 43 Terben-
Pengembangan tuknya
provinsi dan sistem
kabupaten/kota penetapan
prioritas intervensi prioritas
CTPS berdasarkan provinsi
Kemenkes,
sistem dan kabu- 500 500
Bappenas
4.1 Penyediaan pemeringkatan paten/kota
dukungan pe- CTPS termasuk
merintah pusat provinsi
secara selektif dan kabu-
berdasarkan paten/kota
tingkat prioritas prioritas
daerah 4.1.2 Penyediaan 44 Terse-
dukungan dan dianya
fasilitasi Pusat dukungan
untuk provinsi dan Pusat untuk Kemenkes,
250 250 250 250 250 250 250 250
kabupaten/kota provinsi Bappenas
prioritas dan kabu-
4. Keter- paten/kota
batasan prioritas
sumber daya
4.2.1 45 Terseleng-
Pemerintah
Penyelenggaraan garanya
Pusat
event tahunan event
pembelajaran tahunan 500 500 500 500 500 500 500 500 Kemenkes
horizontal antar pembe-
daerah terkait lajaran
CTPS horizontal
4.2.2 46 Sistem
Pengembangan berbagi
4.2 Mendorong
sistem berbagi penge-
pembelajaran
pengetahuan tahuan 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenkes
horizontal antar
secara daring yang ada dan
daerah
dapat diakses oleh berfungsi
publik
4.2.3 47 Jumlah
Pendokumentasian dokumen-
secara berkala tasi kisah
kisah sukses sukses un- 250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenkes
terkait CTPS di tuk setiap
daerah dalam formatnya
beragam format
5.1.1 48 Dashboard
Pengembangan SDG 6.2.1
dan menampil-
penyelenggaraan kan
Dashboard SDG akses CTPS 250 250 250 Bappenas
untuk dapat semua
menampilkan tatanan
akses CTPS di
semua tatanan
5.1.2 49 Tersedian-
Pengembangan ya sistem
dan monitoring
penyelenggaraan tahunan 500 250 Kemenkes
sistem untuk
pemantauan fasilitas
CTPS di fasilitas kesehatan
kesehatan
berdasarkan 50 Tersedian-
Rifaskes ya laporan
hasil 250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenkes
pemantau-
an reguler
5.1.3 51 Tersedian-
Pengembangan ya sistem
dan monitoring
500 250 Kemendag
penyelenggaraan tahunan
sistem untuk pasar
pemantauan tradisional
CTPS di Pasar
Tradisional 52 Tersedian-
ya laporan
hasil 250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemendag
pemantau-
5.1 Sinkronisasi an reguler
berbagai sistem
5.1.4 53 Tersedian-
5. Keterse- dan usaha
Pengembangan ya sistem
diaan dan pemantauan
dan monitoring
akurasi berbagai 500 250 Kemenhub
penyelenggaraan tahunan
data CTPS kementerian/
sistem untuk
terbatas, lembaga
pemantauan CTPS terminal
utamanya di terminal (darat,
untuk laut dan udara) 54 Tersedian-
tatanan se- ya laporan
lain rumah hasil 250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenhub
tangga pemantau-
an reguler
5.1.5 55 Tersedian-
Pengembangan ya sistem
dan monitoring
penyelenggaraan tahunan 500 250 Kemnaker
sistem untuk
pemantauan CTPS tempat
di kantor dan kerja
tempat kerja
56 Tersedian-
ya laporan
hasil 250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemnaker
pemantau-
an reguler
5.1.6 57 Tersedian-
Pengembangan ya sistem
dan peman- Kemenkes,
penyelenggaraan tauan 500 250 Satgas
sistem kepatuhan Covid-19
pemantauan perilaku
kepatuhan perilaku CTPS
CTPS di seluruh
tatanan 58 Tersedian-
ya laporan
hasil
250 250 250 250 250 250 250 250 250 Kemenkes
pemantau-
an setiap
bulan
6.1.3 64 Terseleng-
6. Mas- Penyelenggaraan garannya
yarakat kegiatan kegiatan
Pemerintah
sebagai pemasaran CTPS pemasaran 2,750 2,750 2,750 2,750 2,750 2,750 2,750 2,750
Provinsi
kontributor tahunan di tingkat CTPS di
pendanaan Provinsi tingkat
CTPS ter- provinsi
besar
6.2.1 Menyertakan 65 Pro-
ketersediaan gram-pro-
fasilitas CTPS gram pen-
sebagai bagian gentasan
Bappenas,
program-program kemiskinan
250 250 PUPR,
pengentasan memasuk-
Kemenkes
kemiskinan kan CTPS
di dalam
Pedoman-
6.2 Pengemban- nya
gan dukungan 6.2.2 Advokasi 66 Terse-
pendanaan un- dukungan dianya
tuk masyarakat pendanaan khusus dukungan
miskin fasilitas CTPS pendanaan
untuk masyarakat khusus dari
miskin dan APBN un-
berpenghasilan tuk fasilitas 500 500 Bappenas
rendah CTPS bagi
masyarakat
miskin dan
berpeng-
hasilan
rendah
RINCIAN PERKIRAAN
BIAYA DAN MOBILISASI
SUMBER DAYA
Setelah menentukan biaya satuan, langkah selanjutnya adalah menggunakan biaya satuan untuk menghitung
perkiraan biaya CAPEX dan OPEX tahunan berdasarkan perkiraan jumlah penerima manfaat untuk setiap tatanan.
Penerima manfaat diproyeksikan dengan mengalikan data dasar yang tersedia dengan tingkat pertumbuhan
tahunan (1,25%). Dengan menggunakan target akses tahunan, jumlah fasilitas baru yang dibutuhkan (setiap tahun)
dapat dihitung. Perkiraan biaya CAPEX tahunan dihitung dengan mengalikan target tahunan untuk fasilitas baru
dengan biaya unit (CAPEX). Perkiraan OPEX dihitung dengan mengalikan jumlah total fasilitas yang dibutuhkan
dengan biaya satuan (OPEX).
Target pertumbuhan
akses tahunan
dalam %
HASIL 2:
perkiraan CAPEX
Menerapkan Proyeksi tahunan
Data dasar masing-
pertumbuhan dan kumulatif
masing tatanan
tahunan hingga 2030
HASIL 3:
perkiraan OPEX
HASIL 1:
satuan biaya untuk
setiap tatanan
1 Publikasi IKK merupakan publikasi tahunan BPS dan dapat diakses secara bebas di https://www.bps.go.id/publication/2021/10/01/5c4a07aac6a0ab5df7987d-
cf/indeks-kemahalan-konstruksi-provinsi-dan-kabupaten-kota-2021.html
Catatan:
*) Kota referensi adalah Kota Makasar
**) DKI Jakarta digunakan sebagai referensi dalam perhitungan
Tabel 0-4 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah tangga (tingkat harga 2021)
Untuk sekolah (dan Madrasah), biaya per orang terdiri dari dua tingkat biaya: yaitu dari tidak ada layanan ke layanan
RENC A N A A KSI N ASION A L 2 0 2 2-2 0 3 0
CUCI TANGAN PAK AI SABUN 83
dasar dan dari layanan terbatas ke layanan dasar.
Tabel 0 5 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021)
Tabel 0 6 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: layanan terbatas menuju layanan dasar (tingkat harga 2021)
Table 0 7 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas kesehatan(tingkat harga 2021)
Tabel 0 8 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas umum (tingkat harga 2021)
Tabel 0 9 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan rumah tangga (tingkat harga 2021)
Untuk sekolah (dan Madrasah), biaya per orang terdiri dari dua tingkat biaya: yaitu dari tidak ada layanan ke layanan
dasar dan dari layanan terbatas ke layanan dasar.
Tabel 0 10 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan sekolah: tidak ada layanan menuju layanan dasar (tingkat harga 2021)
Tabel 0 12 Rentang berbagai komponen biaya CTPS berlaku untuk tatanan fasilitas kesehatan (tingkat harga 2021)
© UNICEF/UN0353504/Ijazah
600 0
500 0
400 0
300 0
200 0
100 0
0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Coordination
Koordinasi dan andfasilitasi
facilitation Promotion
Promosi
Capacity building
Peningkatan Kapasitas Procureme
Pengadaanntdan
andinstalasi
installaton of HWWS
sarana CTPSfacility
Rehabilitation
Rehabilitasi Top-up
Promosipromotion
lanjutan
Mon itoring an dan
Pemantauan d evaluation
evaluasi Water
Air
Gambar 0 4 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan rumah tangga
(nilai tengah, dalam milyar rupiah)
Total biaya bahan habis pakai (yang mencakup biaya sabun dan air) menjadi komponen biaya terbesar, terhitung
lebih dari 75% dari total biaya. Pengadaan dan pemasangan fasilitas CTPS menempati peringkat ketiga dalam hal
komponen biaya CTPS, dengan persentase hingga 9% yang merupakan bagian tertinggi dari total persentase biaya
investasi sebesar 12%. Biaya untuk rehabilitasi, promosi lanjutan, serta pemantauan dan evaluasi berkisar 11% dari
biaya tahunan. Gambar dan tabel berikut merinci komposisi biaya setiap komponen.
6.11%
Coordination
Promosi and facilitation Promotion
Promotion
Peningkatan Kapasitas
Pengadaan
Capacity
Capacity building
buildingdan instalasi
4.61% 4.61% sarana CTPS
Procureme nt and installaton of HWWS facility
42.16%
Rehabilitasi
Procureme nt and installaton of H
42.16% 0.66% Rehabilitation
Promosi lanjutan
0.66% Top-up promotion Rehabilitation
Pemantauan dan evaluasi
Mon itoring an d evaluation
Air Top-up promotion
Water
Sabun
2029 2030 34.25% Soap Mon itoring an d evaluation
Water
34.25% Soap
34.25% Air 341.287 599.059 876.757 1,170.110 1,449.684 1,659.601 1,878.987 2,081.291 2,272.729 2,455.374
14,784.880
18,196.775 42.16% Sabun 420.045 737.303 1,079.086 1,440.135 1,784.227 2,042.586 2,312.600 2,561.589 2,797.204 3,021.999
5,269.573 Biaya
12.21% investasi/ 831.558 791.324 632.835 650.677 595.663 405.505 413.232 355.575 314.310 278.894
modal
4,910.286 Biaya rutin
11.38% 113.347 198.957 291.185 388.612 481.462 551.179 624.041 691.229 754.808 815.467
tahunan
Barang
32,981.655 76.41% habis pakai 761.332 1,336.362 1,955.844 2,610.246 3,233.911 3,702.188 4,191.587 4,642.881 5,069.933 5,477.372
tahunan
Tabel 0 15 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan rumah tangga (nilai tengah, dalam milyar rupiah)
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 1,009.941 2.34% 31.123 43.549 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359 55.359
1200 Sumatera Utara 2,762.477 6.40% 87.346 121.348 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891 152.891
1300 Sumatera Barat 814.391 1.89% 48.839 58.465 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565 62.565
1400 Riau 1,298.372 3.01% 46.855 64.669 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349 81.349
1500 Jambi 638.945 1.48% 26.389 36.935 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867 46.867
1600 Sumatera Selatan 1,520.627 3.52% 78.788 99.215 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011 113.011
1700 Bengkulu 316.981 0.73% 14.777 19.771 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015 24.015
1800 Lampung 1,437.999 3.33% 86.585 116.150 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351 141.351
1900 Kep. Bangka Belitung 202.875 0.47% 14.046 15.964 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905 15.905
Tabel di bawah ini merangkum persyaratan biaya untuk CTPS pada tatanan rumah tangga di setiap provinsi.
B. BERKETAHAN IKLIM
Total biaya meningkat menjadi 61,3 triliun rupiah (nilai tengah) dari 43,2 triliun rupiah (base value) untuk skenario
berketahanan iklim, atau meningkat hampir 142 persen.
Biaya tahunan HWWS untuk tatanan rumah tangga digambarkan di bawah ini.
Coordination
Koordinasi dan and facilitation
fasilitasi Promotion
Promosi
Capacity building
Peningkatan Kapasitas Procureme
Pengadaanntdan
andinstalasi
installaton of HWWS
sarana CTPSfacility
Rehabilitasi
Rehabilitation Promosi
Top-up lanjutan
promotion
Mon itoring andan
Pemantauan d evaluation
evaluasi Water
Air
Gambar 0 6 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)
Jika dibandingkan dengan skenario tidak berketahanan iklim, terjadi perubahan dalam persentase total biaya,
dengan biaya habis pakai menurun menjadi 75% dan biaya investasi meningkat hampir 14%.
Percentage (total) based on cost category
0.26% 1.83%
0.13%
11.31%
Percentage (total) based on cost category
0.37% 2.61% Coordination and facilitation
0.19% 9.04%
Promotion
Koordinasi dan fasilitasi
7.64% Coordination and facilitation
6.11% Promosi
29.67% Promotion Capacity building
Peningkatan Kapasitas
Capacity building
4.61% Pengadaan dan instalasi
Procureme nt and installaton of
3.25% saranantCTPS
Procureme and installaton of HWWS facility
42.16%
Rehabilitasi
0.66% Rehabilitation Rehabilitation
Promosi
Top-up lanjutan
promotion
0.46%
Pemantauan
Mon
Top-up promotion
dan evaluasi
itoring an d evaluation
Air
Water
Sabun Mon itoring an d evaluation
2029 2030 34.25% Soap
Water
WS facility
Soap
45.44%
Gambar 0 7 Persentase biaya total CTPS di tatanan rumah tangga (berketahanan iklim)
8,305.372 Biaya
13.54% investasi/ 1,304.766 1,278.727 992.956 1,020.952 934.631 636.262 648.385 557.919 493.171 437.602
modal
6,960.266 Biaya rutin
11.35% 160.667 282.018 412.750 550.852 682.467 781.289 884.569 979.808 1,069.931 1,155.914
tahunan
Barang
46,060.587 75.11% habis pakai 1,063.240 1,866.298 2,731.437 3,645.343 4,516.324 5,170.297 5,853.768 6,484.023 7,080.423 7,649.434
tahunan
Tabel 0-17 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan rumah tangga
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 1,437.822 2.34% 46.125 63.990 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577 79.577
1200 Sumatera Utara 3,932.875 6.41% 129.449 178.439 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725 219.725
1300 Sumatera Barat 1,157.505 1.89% 72.380 87.401 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523 89.523
1400 Riau 1,844.385 3.01% 69.440 95.159 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909 116.909
1500 Jambi 906.327 1.48% 39.108 54.270 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367 67.367
1600 Sumatera Selatan 2,159.382 3.52% 116.765 147.454 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990 161.990
1700 Bengkulu 449.842 0.73% 21.900 29.188 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481 34.481
1800 Lampung 2,039.258 3.33% 128.321 171.426 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964 202.964
1900 Kep. Bangka Belitung 288.659 0.47% 20.817 24.015 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710 22.710
2100 Kep. Riau 671.748 1.10% - 10.910 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837 30.837
TATANAN SEKOLAH
A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Mencapai akses 100% di sekolah pada tahun 2025 diperkirakan akan menelan biaya 3,5 triliun rupiah (nilai tengah).
Biaya ini dibagi menjadi tiga komponen: biaya investasi 0,2 triliun rupiah, biaya tahunan 0,2 triliun rupiah, dan 3,1
triliun rupiah untuk bahan habis pakai.
500
400
300
200
100
0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Coordination
Koordinasi danand facilitation
fasilitasi Promotion
Promosi
Promosi
Capacity building
Peningkatan Kapasitas Procureme nt
danand
Pengadaan dan
Pengadaan instalsarana
instalasi
instalasi laton
saranaofCTPS
HWWS facility
CTPS
Rehabilitasi
Rehabilitation Promosipromotion
Top-up
Promosi lanjutan
lanjutan
Pemantauanand
Monitoring danevaluation
evaluasi Air
Air
Water
Sabun
Soap
Gambar 0 8 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah)
Berbeda dengan tatanan rumah tangga, bahan habis pakai menyumbang 88 persen dari total biayaC TPS
di sekolah, dengan biaya investasi hanya 5 persen dan biaya tahunan hampir 7 persen.
Percentage (total) based on cost category
Percentage (total) based
1.55%on cost category
2.45%
1.55% 0.77% 0.39%
2.45%
1.85%
0.77% 0.39% 3.14%
1.85%
3.14% 1.57%
Coordination and facilitation
1.57%
Coordination and facilitation
Promotion
Promotion
Capacity building
Capacity Koordinasi
building dan fasilitasi
Procureme nt and installaton of HWWS facility
ProcuremePromosi
nt and installaton of HWWS facility
RehabilitationKapasitas
Peningkatan
Rehabilitation
25.46% Pengadaan dan instalasi
Top-up promotion
25.46% Top-up promotion
sarana CTPS
Monitoring and evaluation
Rehabilitasi
Monitoring and evaluation
Water
62.82% Water Promosi lanjutan
62.82% Pemantauan dan evaluasi
Soap Soap
Air
Sabun
30
0
178.305 Biaya
5.15% investasi/ 26.674 28.184 29.774 31.448 32.980 5.241 5.629 5.870 6.122 6.384
modal
226.893 Biaya rutin
6.56% 4.360 9.098 14.239 19.807 25.780 27.303 28.927 30.634 32.429 34.315
tahunan
3,054.604 Barang
88.29% habis pakai 58.684 122.450 191.627 266.564 346.966 367.519 389.439 412.483 436.706 462.164
tahunan
Tabel 0-19 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 82.14 2.37% 2.18 3.86 5.68 7.65 9.79 9.53 10.04 10.57 11.13 11.71
1200 Sumatera Utara 278.31 8.04% 7.42 13.12 19.31 26.00 33.20 32.12 33.95 35.78 37.70 39.72
1300 Sumatera Barat 86.27 2.49% 2.27 4.02 5.93 7.99 10.20 9.99 10.55 11.14 11.76 12.41
1400 Riau 103.57 2.99% 2.71 4.82 7.10 9.58 12.22 12.00 12.68 13.39 14.14 14.93
1500 Jambi 46.97 1.36% 1.22 2.18 3.21 4.33 5.53 5.44 5.76 6.08 6.43 6.79
1600 Sumatera Selatan 112.17 3.24% 2.91 5.19 7.65 10.32 13.17 12.98 13.75 14.55 15.39 16.27
1700 Bengkulu 28.20 0.82% 0.74 1.31 1.93 2.60 3.32 3.26 3.45 3.65 3.86 4.08
1800 Lampung 96.68 2.79% 2.47 4.42 6.54 8.83 11.28 11.19 11.87 12.59 13.34 14.13
1900 Kep. Bangka Belitung 13.29 0.38% 0.32 0.58 0.86 1.17 1.49 1.52 1.64 1.77 1.90 2.04
2100 Kep. Riau 38.98 1.13% 1.02 1.81 2.67 3.60 4.60 4.52 4.77 5.04 5.32 5.62
Tabel berikut merangkum hasil perhitungan biaya CTPS tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia.
B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan CTPS tatanan sekolah menjadi 4,4 triliun rupiah
(nilai tengah), total biaya peningkatan layanan dari layanan terbatas dan tanpa layanan ke layanan dasar.
Total annual total cost for achieving 100% HWWS access at school
700
600
500
400
300
200
100
0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Coordination
Koordinasi danand facilitation
fasilitasi Promotion
Promosi
Capacity building
Peningkatan Kapasitas Procureme nt and
Pengadaan dan installaton
instalasi saranaofCTPS
HWWS facility
Rehabilitation
Rehabilitasi Top-up
Promosipromotion
lanjutan
Monitoring
Pemantauananddanevaluation
evaluasi Water
Air
Soap
Sabun
Gambar 0 10 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)
Tabel 0 20 Biaya tahunan CTPS per kategori biaya dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)
KODE 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
4,345.892 100.00% Total 114.154 201.242 295.655 397.865 507.425 499.747 531.289 564.238 598.905 635.373
243.956 Biaya
5.61% investasi/ 35.876 37.906 40.045 42.297 44.437 7.777 8.352 8.710 9.084 9.473
modal
26.768 Koordinasi
0.62% 4.233 4.472 4.724 4.990 5.204 0.564 0.605 0.631 0.658 0.686
dan fasilitasi
53.535 1.23% Promosi 8.465 8.944 9.449 9.980 10.407 1.127 1.210 1.262 1.316 1.373
13.384 Peningkatan
0.31% 2.116 2.236 2.362 2.495 2.602 0.282 0.303 0.316 0.329 0.343
kapasitas
150.270 Pengadaan
dan
3.46% 21.062 22.254 23.509 24.831 26.224 5.805 6.234 6.501 6.780 7.071
pemasangan
sarana CTPS
276.450 Biaya rutin
6.36% 5.281 11.018 17.243 23.986 31.231 33.171 35.244 37.424 39.719 42.132
tahunan
113.430 2.61% Rehabilitasi 2.106 4.395 6.877 9.567 12.476 13.431 14.457 15.541 16.685 17.893
108.680 Promosi
2.50% 2.116 4.416 6.911 9.613 12.503 13.160 13.857 14.589 15.356 16.159
lanjutan
54.340 Pemantauan
1.25% 1.058 2.208 3.455 4.806 6.252 6.580 6.929 7.294 7.678 8.080
dan evaluasi
3,825.486 Barang
88.03% habis pakai 72.998 152.317 238.367 331.582 431.757 458.799 487.693 518.103 550.103 583.767
tahunan
1,651.890 38.01% Air 30.672 64.001 100.157 139.324 181.694 195.598 210.545 226.329 242.992 260.579
2,173.596 50.01% Sabun 42.326 88.317 138.210 192.258 250.063 263.200 277.149 291.775 307.111 323.189
243.956 Biaya
5.61% investasi/ 35.876 37.906 40.045 42.297 44.437 7.777 8.352 8.710 9.084 9.473
modal
276.450 Biaya rutin
6.36% 5.281 11.018 17.243 23.986 31.231 33.171 35.244 37.424 39.719 42.132
tahunan
3,825.486 Barang
88.03% habis pakai 72.998 152.317 238.367 331.582 431.757 458.799 487.693 518.103 550.103 583.767
tahunan
Tabel 0-21 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan sekolah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 107.31 2.47% 2.90 5.08 7.45 10.01 12.78 12.39 13.07 13.78 14.53 15.31
1200 Sumatera Utara 364.40 8.38% 9.88 17.31 25.36 34.08 43.45 41.85 44.31 46.76 49.34 52.05
1300 Sumatera Barat 110.95 2.55% 2.96 5.20 7.63 10.26 13.09 12.79 13.54 14.32 15.14 16.01
1400 Riau 131.26 3.02% 3.48 6.13 9.00 12.11 15.45 15.13 16.03 16.97 17.96 19.00
1500 Jambi 59.15 1.36% 1.56 2.75 4.04 5.44 6.93 6.82 7.23 7.66 8.12 8.60
1600 Sumatera Selatan 141.41 3.25% 3.72 6.56 9.64 12.97 16.54 16.28 17.29 18.34 19.46 20.63
1700 Bengkulu 36.13 0.83% 0.96 1.69 2.48 3.33 4.25 4.16 4.41 4.67 4.95 5.24
1800 Lampung 117.35 2.70% 3.03 5.37 7.90 10.65 13.58 13.51 14.39 15.32 16.29 17.32
1900 Kep. Bangka Belitung 15.68 0.36% 0.38 0.68 1.00 1.35 1.73 1.78 1.93 2.10 2.27 2.45
2100 Kep. Riau 49.40 1.14% 1.31 2.31 3.39 4.56 5.81 5.69 6.03 6.39 6.76 7.15
TATANAN MADRASAH
A. TIDAK BERKETAHANAN IKLIM
Pada tahun 2025, dibutuhkan biayanya hampir 0,7 triliun rupiah untuk mencapai akses 100 persen di tatanan
madrasah. Seperti halnya tatanan sekolah, biaya ini mewakili total biaya untuk mengubah layanan dari terbatas (dan
tidak ada layanan) menjadi yang layanan dasar. Biaya ini dibagi ke dalam tiga komponen: belanja investasi 38 miliar
rupiah, biaya tahunan 44 miliar rupiah, dan bahan habis pakai 0,6 triliun rupiah.
100
80
60
40
20
0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Koordinasi dan
Coordination andfasilitasi
facilitation Promosi
Promotion Peningkatan
Capacity Kapasitas
building
Procureme
Pengadaanntdan
and instalasi
installaton of HWWS
sarana CTPSfacility Rehabilitasi
Rehabilitation Promosi
Top-up lanjutan
promotion
Monitoring
Pemantauan anddan
evaluation
evaluasi Air
Water Sabun
Soap
Gambar 0 12 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah)
Sama seperti yang berlaku di tatanan sekolah, bahan habis pakai menyumbang 88 persen dari total biaya di
madrasah, dengan biaya investasi sebesar enam persen dan biaya tahunan hampir tujuh persen.
Percentage (total) based on cost category
1.30% on cost category
Percentage (total) based 3.37%
0.65%
1.30% 3.37%0.32% 2.64%
0.65% 0.32% 2.57%
2.64% 1.28%
2.57% Coordination and facilitation
1.28% Koordinasi dan fasilitasi
Promotion
Coordination and facilitation
Promosi
PromotionCapacity building
Peningkatan Kapasitas
Capacity building
Pengadaan dan instalasi
Procureme nt and installaton of HWWS facility
sarana CTPS
Procureme nt and installaton of HWWS facility
Rehabilitation
Rehabilitasi
Rehabilitation
Promosi Top-up promotion
lanjutan
51.40% Top-up promotion
Pemantauan danand
Monitoring evaluasi
evaluation
51.40% Monitoring and evaluation
Air
36.46% Water
36.46% Sabun
Water
Soap
Soap
2030
2030
679.736 100.00% Total 18.014 31.655 46.443 62.452 79.726 78.194 82.987 88.029 93.331 98.907
Biaya
38.346 5.64% investasi/ 5.760 6.086 6.430 6.791 7.164 1.122 1.170 1.221 1.273 1.328
modal
Koordinasi
4.404 0.65% 0.670 0.708 0.748 0.790 0.832 0.121 0.126 0.131 0.137 0.143
dan fasilitasi
8.807 1.30% Promosi 1.340 1.415 1.495 1.579 1.663 0.241 0.252 0.263 0.274 0.286
Peningkatan
2.202 0.32% 0.335 0.354 0.374 0.395 0.416 0.060 0.063 0.066 0.068 0.071
kapasitas
Pengadaan
dan
22.934 3.37% 3.416 3.610 3.813 4.028 4.254 0.700 0.730 0.761 0.794 0.828
pemasangan
sarana CTPS
Biaya rutin
44.172 6.50% 0.844 1.761 2.756 3.834 4.998 5.308 5.635 5.978 6.340 6.720
tahunan
17.968 2.64% Rehabilitasi 0.342 0.713 1.116 1.552 2.024 2.154 2.292 2.437 2.589 2.750
Promosi
17.469 2.57% 0.335 0.699 1.094 1.521 1.983 2.102 2.228 2.361 2.500 2.646
lanjutan
Pemantauan
8.735 1.28% 0.167 0.349 0.547 0.761 0.991 1.051 1.114 1.180 1.250 1.323
dan evaluasi
Barang
597.218 87.86% habis pakai 11.410 23.807 37.257 51.827 67.564 71.763 76.182 80.830 85.718 90.860
tahunan
247.838 36.46% Air 4.712 9.832 15.387 21.404 27.913 29.716 31.614 33.613 35.716 37.930
349.381 51.40% Sabun 6.698 13.975 21.870 30.423 39.651 42.047 44.567 47.217 50.002 52.930
Biaya
38.346 5.64% investasi/ 5.760 6.086 6.430 6.791 7.164 1.122 1.170 1.221 1.273 1.328
modal
Biaya rutin
44.172 6.50% 0.844 1.761 2.756 3.834 4.998 5.308 5.635 5.978 6.340 6.720
tahunan
Barang
597.218 87.86% habis pakai 11.410 23.807 37.257 51.827 67.564 71.763 76.182 80.830 85.718 90.860
tahunan
Tabel 0 23 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan madrasah (nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 28.27 4.16% 0.77 1.35 1.97 2.65 3.39 3.27 3.44 3.62 3.81 4.00
1200 Sumatera Utara 57.33 8.43% 1.56 2.73 4.01 5.38 6.87 6.64 6.98 7.34 7.71 8.11
1300 Sumatera Barat 16.12 2.37% 0.44 0.77 1.12 1.51 1.93 1.87 1.96 2.06 2.17 2.28
1400 Riau 15.88 2.34% 0.43 0.75 1.10 1.47 1.88 1.83 1.94 2.05 2.16 2.28
1500 Jambi 11.29 1.66% 0.30 0.53 0.78 1.05 1.34 1.30 1.38 1.45 1.53 1.61
1600 Sumatera Selatan 17.00 2.50% 0.45 0.80 1.17 1.58 2.01 1.96 2.07 2.19 2.31 2.44
1700 Bengkulu 4.25 0.63% 0.11 0.20 0.29 0.40 0.51 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61
1800 Lampung 17.14 2.52% 0.45 0.79 1.16 1.56 2.00 1.97 2.10 2.23 2.37 2.52
1900 Kep. Bangka Belitung 1.32 0.19% 0.03 0.06 0.09 0.12 0.15 0.15 0.16 0.17 0.18 0.20
2100 Kep. Riau 2.09 0.31% 0.05 0.10 0.14 0.19 0.24 0.24 0.26 0.27 0.29 0.31
Tabel berikut merangkum hasil perhitungan biaya CTPS tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia.
B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan menjadi 0,9 triliun rupiah (nilai tengah), yang
mewakili total biaya peningkatan layanan dari layanan terbatas dan tanpa layanan ke layanan dasar.
Total annual total cost for achieving 100% HWWS access at school
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Coordination
Koordinasi and
dan facilitation
fasilitasi Promosi
Promotion Peningkatan Kapasitas
Capacity building
Procureme ntdan
Pengadaan andinstalasi
installaton of HWWS
sarana CTPS facility Rehabilitasi
Rehabilitation Promosi lanjutan
Top-up promotion
Monitoring and
Pemantauan evaluation
dan evaluasi Air
Water Soap
Sabun
Gambar 0 14 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)
2030
2030
928.329 100.00% Total 25.053 43.612 63.731 85.509 109.020 106.410 112.994 119.921 127.208 134.871
Biaya
56.140 6.05% investasi/ 8.411 8.887 9.388 9.916 10.464 1.665 1.737 1.811 1.889 1.970
modal
Koordinasi
4.404 0.47% 0.670 0.708 0.748 0.790 0.832 0.121 0.126 0.131 0.137 0.143
dan fasilitasi
8.807 0.95% Promosi 1.340 1.415 1.495 1.579 1.663 0.241 0.252 0.263 0.274 0.286
Peningkatan
2.202 0.24% 0.335 0.354 0.374 0.395 0.416 0.060 0.063 0.066 0.068 0.071
kapasitas
Pengadaan
dan
40.727 4.39% 6.067 6.410 6.772 7.153 7.554 1.243 1.296 1.352 1.410 1.470
pemasangan
sarana CTPS
Biaya rutin
58.113 6.26% 1.109 2.314 3.621 5.037 6.568 6.979 7.413 7.869 8.349 8.853
tahunan
31.909 3.44% Rehabilitasi 0.607 1.266 1.981 2.756 3.594 3.826 4.070 4.328 4.598 4.883
Promosi
17.469 1.88% 0.335 0.699 1.094 1.521 1.983 2.102 2.228 2.361 2.500 2.646
lanjutan
Pemantauan
8.735 0.94% 0.167 0.349 0.547 0.761 0.991 1.051 1.114 1.180 1.250 1.323
dan evaluasi
Barang
814.076 87.69% habis pakai 15.533 32.411 50.721 70.555 91.988 97.765 103.844 110.241 116.970 124.048
tahunan
464.696 50.06% Air 8.835 18.435 28.850 40.133 52.337 55.718 59.277 63.024 66.968 71.118
349.381 37.64% Sabun 6.698 13.975 21.870 30.423 39.651 42.047 44.567 47.217 50.002 52.930
Biaya
56.140 6.05% investasi/ 8.411 8.887 9.388 9.916 10.464 1.665 1.737 1.811 1.889 1.970
modal
Biaya rutin
58.113 6.26% 1.109 2.314 3.621 5.037 6.568 6.979 7.413 7.869 8.349 8.853
tahunan
Barang
814.076 87.69% habis pakai 15.533 32.411 50.721 70.555 91.988 97.765 103.844 110.241 116.970 124.048
tahunan
Tabel 0 25 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan madrasah (berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 38.70 4.17% 1.07 1.86 2.72 3.64 4.65 4.47 4.70 4.94 5.20 5.46
1200 Sumatera Utara 79.02 8.51% 2.19 3.80 5.55 7.45 9.49 9.12 9.59 10.08 10.60 11.15
1300 Sumatera Barat 22.12 2.38% 0.61 1.06 1.55 2.08 2.65 2.55 2.69 2.82 2.97 3.13
1400 Riau 21.70 2.34% 0.59 1.03 1.51 2.02 2.58 2.50 2.64 2.79 2.95 3.11
1500 Jambi 15.44 1.66% 0.42 0.74 1.08 1.45 1.84 1.78 1.88 1.98 2.09 2.20
1600 Sumatera Selatan 23.23 2.50% 0.63 1.10 1.61 2.16 2.75 2.67 2.82 2.99 3.16 3.33
1700 Bengkulu 5.85 0.63% 0.16 0.28 0.41 0.55 0.70 0.67 0.71 0.75 0.79 0.83
1800 Lampung 23.12 2.49% 0.62 1.08 1.57 2.11 2.69 2.64 2.82 3.00 3.19 3.39
1900 Kep. Bangka Belitung 1.80 0.19% 0.05 0.08 0.12 0.16 0.21 0.21 0.22 0.23 0.25 0.27
2100 Kep. Riau 2.87 0.31% 0.08 0.13 0.19 0.26 0.33 0.33 0.35 0.38 0.40 0.43
Tabel di bawah ini merangkum perhitungan skenario berketahanan iklim per provinsi.
300
250
200
150
100
50
-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Koordinasi dan
Coordination andfasilitasi
facilitation Promosi
Promotion Capacity building
Peningkatan Kapasitas
Pengadaanntdan
Procureme andinstalasi sarana
installaton CTPS facility
of HWWS Rehabilitasi
Rehabilitation Top-up promotion
Promosi lanjutan
Pemantauan
Monitoring dan
and evaluasi
evaluation Air
Water Sabun
Soap
Gambar 0 16 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah)
Sebagian besar biaya dialokasikan untuk kebutuhan biaya bahan habis pakai. Biaya investasi hanya sebesar 4% dari
total biaya, sedangkan biaya tahunan berkisar di angka 19%.
Percentage (total) based on cost category
0.55% 0.33%
Percentage (total)1.88%
based on cost category
1.55%
0.65% 0.55% 0.33%
1.88% 1.55%
0.65%
13.09%
13.09% Coordination and facilitation
Coordination and dan
Koordinasi facilitation
fasilitasi
Promotion
Promosi
Promotion
Peningkatan
Capacity
Capacity building Kapasitas
building
Pengadaan dan instalasi
4.55%4.55% Procureme
Procureme
saranant CTPS
nt and
andinstallaton
instal of HWWS
laton facilityfacility
of HWWS
Rehabilitation
Rehabilitasi
50.71% Rehabilitation
50.71% Promosi
Top-up lanjutan
promotion
Top-upPemantauan
promotion dan evaluasi
Monitoring and evaluation
26.69% Air and evaluation
Monitoring
Water
2030 Sabun
26.69% Water
Soap
Soap
1,446.187 100.00% Total 26.468 50.592 74.038 99.403 126.809 145.632 177.189 211.184 247.768 287.102
Biaya
49.237 3.40% investasi/ 9.274 9.552 9.839 10.134 10.438 - - - - -
modal
Koordinasi
9.452 0.65% 1.780 1.834 1.889 1.945 2.004 - - - - -
dan fasilitasi
27.123 1.88% Promosi 5.109 5.262 5.420 5.582 5.750 - - - - -
Peningkatan
4.726 0.33% 0.890 0.917 0.944 0.973 1.002 - - - - -
kapasitas
Pengadaan
dan
7.937 0.55% 1.495 1.540 1.586 1.634 1.683 - - - - -
pemasangan
sarana CTPS
Biaya rutin
277.539 19.19% 1.454 8.212 12.846 17.862 23.285 29.141 35.455 42.257 49.578 57.448
tahunan
22.364 1.55% Rehabilitasi 0.314 0.656 1.026 1.427 1.860 2.327 2.832 3.375 3.960 4.588
Promosi
189.308 13.09% 0.923 5.603 8.765 12.188 15.889 19.884 24.193 28.834 33.829 39.200
lanjutan
Pemantauan
65.867 4.55% 0.217 1.953 3.055 4.247 5.537 6.929 8.431 10.048 11.789 13.660
dan evaluasi
Barang
1,119.411 77.40% habis pakai 15.739 32.828 51.353 71.407 93.086 116.492 141.734 168.927 198.191 229.654
tahunan
386.004 26.69% Air 5.427 11.320 17.708 24.623 32.098 40.170 48.874 58.251 68.342 79.191
733.407 50.71% Sabun 10.312 21.508 33.645 46.784 60.987 76.322 92.860 110.676 129.849 150.463
Biaya
49.237 3.40% investasi/ 9.274 9.552 9.839 10.134 10.438 - - - - -
modal
Biaya rutin
277.539 19.19% 1.454 8.212 12.846 17.862 23.285 29.141 35.455 42.257 49.578 57.448
tahunan
Barang
1,119.411 77.40% habis pakai 15.739 32.828 51.353 71.407 93.086 116.492 141.734 168.927 198.191 229.654
tahunan
Tabel 0 27 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan (nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 44.301 3.06% 0.830 1.568 2.285 3.061 3.899 4.449 5.414 6.452 7.570 8.772
1200 Sumatera Utara 80.112 5.54% 1.468 2.804 4.103 5.508 7.026 8.067 9.814 11.697 13.724 15.902
1300 Sumatera Barat 43.113 2.98% 0.744 1.466 2.168 2.927 3.747 4.368 5.315 6.335 7.432 8.612
1400 Riau 58.718 4.06% 0.893 1.884 2.847 3.889 5.016 6.021 7.325 8.731 10.243 11.869
1500 Jambi 32.476 2.25% 0.548 1.093 1.622 2.195 2.814 3.298 4.012 4.782 5.610 6.501
1600 Sumatera Selatan 69.557 4.81% 1.106 2.277 3.415 4.647 5.977 7.103 8.642 10.301 12.085 14.003
1700 Bengkulu 19.819 1.37% 0.385 0.714 1.034 1.380 1.754 1.983 2.412 2.875 3.373 3.908
1800 Lampung 52.853 3.65% 0.880 1.768 2.630 3.563 4.571 5.374 6.538 7.793 9.143 10.594
1900 Kep. Bangka Belitung 7.078 0.49% 0.140 0.257 0.372 0.495 0.628 0.707 0.860 1.025 1.202 1.393
2100 Kep. Riau 7.460 0.52% 0.169 0.292 0.411 0.539 0.678 0.732 0.890 1.061 1.245 1.443
Tabel di bawah ini merangkum hasil perhitungan biaya CTPS di tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia.
B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan menjadi 1,8 triliun rupiah (nilai tengah).
Annual total cost for achieving 100% HWWS access at health care facilities (Puskesmas)
400
350
300
250
200
150
100
50
-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Coordination and
Koordinasi dan facilitation
fasilitasi Promotion
Promosi Capacity building
Peningkatan Kapasitas
Procureme
Pengadaanntdan
andinstalasi
installaton of HWWS
sarana CTPS facility Rehabilitation
Rehabilitasi Top-up promotion
Promosi lanjutan
Pemantauan
Monitoring dan
and evaluasi
evaluation Air
Water Soap
Sabun
Gambar 0 18 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)
Gambar 0 19 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas kesehatan (berketahanan iklim)
49.237 Biaya
3.40% investasi/ 9.274 9.552 9.839 10.134 10.438 - - - - -
modal
277.539 Biaya rutin
19.19% 1.454 8.212 12.846 17.862 23.285 29.141 35.455 42.257 49.578 57.448
tahunan
1,119.411 Barang
77.40% habis pakai 15.739 32.828 51.353 71.407 93.086 116.492 141.734 168.927 198.191 229.654
tahunan
Tabel 0-29 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas kesehatan
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 54.470 3.06% 1.009 1.900 2.783 3.738 4.771 5.487 6.675 7.956 9.335 10.816
1200 Sumatera Utara 98.523 5.54% 1.786 3.400 5.000 6.731 8.601 9.947 12.102 14.424 16.923 19.609
1300 Sumatera Barat 53.050 2.98% 0.910 1.782 2.647 3.582 4.593 5.387 6.554 7.811 9.164 10.619
1400 Riau 72.324 4.07% 1.105 2.303 3.490 4.775 6.163 7.424 9.033 10.766 12.631 14.636
1500 Jambi 39.969 2.25% 0.672 1.330 1.982 2.688 3.451 4.066 4.947 5.897 6.918 8.016
1600 Sumatera Selatan 85.646 4.82% 1.363 2.778 4.181 5.698 7.338 8.759 10.657 12.702 14.902 17.268
1700 Bengkulu 24.360 1.37% 0.466 0.864 1.258 1.684 2.145 2.445 2.974 3.545 4.159 4.820
1800 Lampung 65.053 3.66% 1.080 2.152 3.215 4.364 5.606 6.626 8.062 9.609 11.274 13.063
1900 Kep. Bangka Belitung 8.699 0.49% 0.169 0.311 0.452 0.604 0.768 0.871 1.060 1.263 1.482 1.718
2100 Kep. Riau 9.154 0.51% 0.203 0.350 0.497 0.655 0.826 0.902 1.098 1.309 1.535 1.779
Biaya tahunan CTPS di fasilitas umum ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Annual total cost for achieving 100% HWWS access at public facilities
140
120
100
80
60
40
20
-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Coordination and
Koordinasi dan facilitation
fasilitasi Promotion
Promosi Capacity building
Peningkatan Kapasitas
Pengadaanntdan
Procureme andinstalasi sarana
installaton CTPSfacility
of HWWS Rehabilitasi
Rehabilitation Top-up
Promosipromotion
lanjutan
Pemantauan
Monitoring dan
and evaluasi
evaluation Air
Water Soap
Sabun
Gambar 0 20 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah)
Bahan habis pakai menyumbang 75% dari total biaya, dengan biaya investasi berkontribusi hampir 12% dan biaya
tahunan sebesar 13%.
Percentage (total) based on cost category
1.68%
7.12% 0.84%
Percentage (total) based on cost category
2.02%
1.68% 1.12%
7.12% 0.84%
2.02% Coordination and facilitation
1.12%
9.82% Promotion
Koordinasiand
Coordination danfacilitation
fasilitasi
Promosi
9.82% Capacity building
Promotion
40.44% Peningkatan Kapasitas
Capacity building
40.44% Procureme
Pengadaan nt and
dan instalasi installaton of HWWS facility
2.31%
2.31%
Procureme nt and installaton of HWWS facility
sarana CTPS
Rehabilitation
Rehabilitasi
Rehabilitation
Promosi
Top-up lanjutan
promotion
Top-up promotion
Pemantauan dan evaluasi
Monitoring and evaluation
2030
Air
Water Monitoring and evaluation
34.66%
Sabun
34.66%
Soap Water
Soap
77.904 Biaya
11.66% investasi/ 6.041 6.378 6.733 7.106 7.499 7.912 8.348 8.805 9.287 9.794
modal
88.515 Biaya rutin
13.25% 1.245 2.596 4.061 5.646 7.361 9.211 11.207 13.358 15.672 18.159
tahunan
501.805 Barang
75.10% habis pakai 7.056 14.716 23.020 32.010 41.728 52.220 63.536 75.726 88.844 102.948
tahunan
Tabel 0 31 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas umum (nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 20.416 3.06% 0.438 0.724 1.033 1.368 1.729 2.119 2.539 2.991 3.477 3.999
1200 Sumatera Utara 37.013 5.54% 0.794 1.312 1.873 2.479 3.134 3.841 4.602 5.422 6.303 7.251
1300 Sumatera Barat 20.044 3.00% 0.430 0.711 1.014 1.343 1.697 2.080 2.492 2.936 3.414 3.926
1400 Riau 27.625 4.13% 0.593 0.979 1.398 1.851 2.339 2.867 3.435 4.047 4.705 5.412
1500 Jambi 15.131 2.26% 0.325 0.536 0.766 1.014 1.281 1.570 1.881 2.217 2.577 2.964
1600 Sumatera Selatan 32.593 4.88% 0.700 1.155 1.649 2.183 2.760 3.382 4.053 4.775 5.551 6.385
1700 Bengkulu 9.097 1.36% 0.195 0.323 0.460 0.609 0.770 0.944 1.131 1.333 1.549 1.782
1800 Lampung 24.657 3.69% 0.529 0.874 1.248 1.652 2.088 2.559 3.066 3.612 4.199 4.830
1900 Kep. Bangka Belitung 3.242 0.49% 0.070 0.115 0.164 0.217 0.275 0.336 0.403 0.475 0.552 0.635
2100 Kep. Riau 3.358 0.50% 0.072 0.119 0.170 0.225 0.284 0.348 0.418 0.492 0.572 0.658
Hasil perhitungan biaya CTPS di tingkat provinsi untuk 34 provinsi di Indonesia dirangkum di bawah ini.
B. BERKETAHANAN IKLIM
Skenario berketahanan iklim meningkatkan kebutuhan pendanaan menjadi 839 miliar rupiah (nilai), dari kebutuhan
sebesar 0.7 triliun rupiah untuk skenario tidak berketahanan iklim.
Biaya tahunan CTPS dalam pengaturan fasilitas umum digambarkan dalam grafik di bawah ini.
Annual total cost for achieving 100% HWWS access at public facilities
180
160
140
120
100
80
60
40
20
-
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Koordinasi dan
Coordination andfasilitasi
facilitation Promotion
Promosi Capacity building
Peningkatan Kapasitas
Pengadaanntdan
Procureme andinstalasi sarana
installaton CTPS facility
of HWWS Rehabilitation
Rehabilitasi Promosipromotion
Top-up lanjutan
Pemantauan
Monitoring dan
and evaluasi
evaluation Air
Water Sabun
Soap
Gambar 0 22 Total biaya tahunan CTPS untuk mencapai 100% akses di tatanan fasilitas umum
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah)
Gambar 0 23 Persentase biaya total CTPS di tatanan fasilitas umum (berketahanan iklim)
88.416 Biaya
10.54% investasi/ 6.857 7.239 7.641 8.065 8.511 8.980 9.474 9.994 10.541 11.116
modal
94.314 Biaya rutin
11.24% 1.326 2.766 4.327 6.016 7.843 9.815 11.942 14.233 16.698 19.349
tahunan
656.206 Barang
78.22% habis pakai 9.226 19.244 30.104 41.859 54.567 68.288 83.086 99.026 116.181 134.625
tahunan
Tabel 0 33 Biaya tahunan CTPS per provinsi dalam pencapaian 100% akses di tatanan fasilitas umum
(berketahanan iklim, nilai tengah, dalam milyar rupiah
TOTAL
KODE PROVINSI BIAYA % 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
(IDR)
1100 Aceh 25.632 3.06% 0.532 0.894 1.285 1.709 2.167 2.661 3.193 3.766 4.382 5.044
1200 Sumatera Utara 46.468 5.54% 0.964 1.620 2.330 3.099 3.928 4.823 5.788 6.827 7.944 9.144
1300 Sumatera Barat 25.164 3.00% 0.522 0.877 1.262 1.678 2.127 2.612 3.135 3.697 4.302 4.952
1400 Riau 34.683 4.13% 0.720 1.209 1.739 2.313 2.932 3.600 4.320 5.095 5.929 6.825
1500 Jambi 18.997 2.26% 0.394 0.662 0.953 1.267 1.606 1.972 2.366 2.791 3.248 3.738
1600 Sumatera Selatan 40.919 4.88% 0.849 1.427 2.052 2.728 3.459 4.247 5.097 6.012 6.995 8.052
1700 Bengkulu 11.421 1.36% 0.237 0.398 0.573 0.762 0.965 1.186 1.423 1.678 1.952 2.247
1800 Lampung 30.957 3.69% 0.642 1.079 1.552 2.064 2.617 3.213 3.856 4.548 5.292 6.092
1900 Kep. Bangka Belitung 4.070 0.49% 0.084 0.142 0.204 0.271 0.344 0.423 0.507 0.598 0.696 0.801
2100 Kep. Riau 4.216 0.50% 0.087 0.147 0.211 0.281 0.356 0.438 0.525 0.619 0.721 0.830
Sama seperti hasil perhitungan untuk perkiraan kebutuhan biaya, hasil perhitungan indikasi mobilisasi sumber
daya berikut ini merupakan hasil dari Costing tool sehingga tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
PEME- LAINNYA
PEMERIN-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA (NON-PE-
TAH PUSAT
PROVINSI MERINTAH)
43,161.513 100.00% Total 798.474 476.627 4,039.545 35,832.032 2,014.836
1.85% 1.10% 9.36% 83.02% 4.67%
5,269.573 12.21% Biaya investasi 371.987 249.167 940.406 3,512.853 195.159
160.753 0.37% Koordinasi dan fasilitasi 4.019 16.075 140.659 - -
1,125.273 2.61% Promosi 112.527 225.055 787.691 - -
80.377 0.19% Peningkatan Kapasitas 60.282 8.038 12.056 - -
3,903.170 9.04% Pengadaan dan instalasi sarana CTPS 195.159 - - 3,512.853 195.159
4,910.286 11.38% Biaya rutin tahunan 426.487 227.460 1,620.650 2,635.689 -
2,635.689 6.11% Rehabilitasi - - - 2,635.689 -
1,990.272 4.61% Promosi lanjutan 199.027 199.027 1,592.218 - -
284.325 0.66% Pemantauan dan evaluasi 227.460 28.432 28.432 - -
32,981.655 76.41% Barang habis pakai tahunan - - 1,478.488 29,683.489 1,819.677
14,784.880 34.25% Air - - 1,478.488 13,306.392 -
18,196.775 42.16% Sabun - - - 16,377.097 1,819.677
Pemerintah pusat
Pemerintah provinsi
kab / kota
Pengguna
Lainnya (non-pemerintah)
PEME- LAINNYA
PEMERIN-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA (NON-PE-
TAH PUSAT
PROVINSI MERINTAH)
3,459.802 100.00% Total 222.237 32.363 150.597 2,837.245 217.360
6.42% 0.94% 4.35% 82.01% 6.28%
178.305 5.15% Biaya investasi 104.024 16.061 58.220 - -
26.768 0.77% Koordinasi dan fasilitasi 0.669 2.677 23.422 - -
53.535 1.55% Promosi 5.354 13.384 34.798 - -
13.384 0.39% Peningkatan Kapasitas 13.384 - - - -
84.618 2.45% Pengadaan dan instalasi sarana CTPS 84.618 - - - -
226.893 6.56% Biaya rutin tahunan 118.213 16.302 92.378 - -
63.873 1.85% Rehabilitasi 63.873 - - - -
108.680 3.14% Promosi lanjutan 10.868 10.868 86.944 - -
54.340 1.57% Pemantauan dan evaluasi 43.472 5.434 5.434 - -
3,054.604 88.29% Barang habis pakai tahunan - - - 2,837.245 217.360
881.008 25.46% Air - - - 881.008 -
2,173.596 62.82% Sabun - - - 1,956.237 217.360
Pemerintah pusat
Pemerintah provinsi
kab / kota
Pengguna
Lainnya (non-pemerintah)
PEME- LAINNYA
PEMERIN-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA (NON-PE-
TAH PUSAT
PROVINSI MERINTAH)
679.736 100.00% Total 52.829 5.263 24.427 562.280 34.938
7.77% 0.77% 3.59% 82.72% 5.14%
38.346 5.64% Biaya investasi 26.126 2.642 9.578 - -
4.404 0.65% Koordinasi dan fasilitasi 0.110 0.440 3.853 - -
8.807 1.30% Promosi 0.881 2.202 5.725 - -
2.202 0.32% Peningkatan Kapasitas 2.202 - - - -
22.934 3.37% Pengadaan dan instalasi sarana CTPS 22.934 - - - -
44.172 6.50% Biaya rutin tahunan 26.703 2.620 14.849 - -
17.968 2.64% Rehabilitasi 17.968 - - - -
17.469 2.57% Promosi lanjutan 1.747 1.747 13.975 - -
8.735 1.28% Pemantauan dan evaluasi 6.988 0.873 0.873 - -
597.218 87.86% Barang habis pakai tahunan - - - 562.280 34.938
247.838 36.46% Air - - - 247.838 -
349.381 51.40% Sabun - - - 314.443 34.938
Pemerintah pusat
Pemerintah provinsi
kab / kota
Pengguna
Lainnya (non-pemerintah)
PEME- LAINNYA
PEMERIN-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA (NON-PE-
TAH PUSAT
PROVINSI MERINTAH)
1,446.187 100.00% Total 87.235 26.463 190.714 1,068.434 73.341
6.03% 1.83% 13.19% 73.88% 5.07%
49.237 3.40% Biaya investasi 15.611 0.945 32.681 - -
9.452 0.65% Koordinasi dan fasilitasi 0.236 0.945 8.270 - -
27.123 1.88% Promosi 2.712 - 24.411 - -
4.726 0.33% Peningkatan Kapasitas 4.726 - - - -
7.937 0.55% Pengadaan dan instalasi sarana CTPS 7.937 - - - -
277.539 19.19% Biaya rutin tahunan 71.624 25.517 158.033 22.364 -
22.364 1.55% Rehabilitasi - - - 22.364 -
189.308 13.09% Promosi lanjutan 18.931 18.931 151.446 - -
65.867 4.55% Pemantauan dan evaluasi 52.693 6.587 6.587 - -
1,119.411 77.40% Barang habis pakai tahunan - - - 1,046.070 73.341
386.004 26.69% Air - - - 386.004 -
733.407 50.71% Sabun - - - 660.066 73.341
Pemerintah pusat
Pemerintah provinsi
kab / kota
Pengguna
Lainnya (non-pemerintah)
PEME- LAINNYA
PEMERIN-
TOTAL % KATEGORI BIAYA RINTAH KAB/KOTA PENGGUNA (NON-PE-
TAH PUSAT
PROVINSI MERINTAH)
668.224 100.00% Total 32.931 9.226 106.670 492.376 27.020
4.93% 1.38% 15.96% 73.68% 4.04%
77.904 11.66% Biaya investasi 14.017 1.120 52.630 10.137 -
11.198 1.68% Koordinasi dan fasilitasi 0.280 1.120 9.798 - -
47.591 7.12% Promosi 4.759 - 42.832 - -
5.599 0.84% Peningkatan Kapasitas 5.599 - - - -
13.516 2.02% Pengadaan dan instalasi sarana CTPS 3.379 - - 10.137 -
88.515 13.25% Biaya rutin tahunan 18.914 8.106 54.041 7.455 -
7.455 1.12% Rehabilitasi - - - 7.455 -
65.621 9.82% Promosi lanjutan 6.562 6.562 52.496 - -
15.440 2.31% Pemantauan dan evaluasi 12.352 1.544 1.544 - -
501.805 75.10% Barang habis pakai tahunan - - - 474.784 27.020
231.602 34.66% Air - - - 231.602 -
270.203 40.44% Sabun - - - 243.182 27.020
Pemerintah pusat
Pemerintah provinsi
kab / kota
Pengguna
Lainnya (non-pemerintah)
PROSES YANG
DIJALANKAN
Proses skematik di atas dibahas secara lebih rinci dengan urutan kronologis di bagian berikut.
Rapat konsultatif nasional dengan masing-masing kementerian/lembaga diselenggarakan pada bulan September
– Oktober 2021, berdasarkan surat dari Direktur Kesehatan Lingkungan hidup tanggal 20 September 2021,
sebagaimana ditunjukkan dalam salinan surat di bawah ini.
Konsultasi subnasional
diselenggarakan untuk
mendapatkan masukan dan
(termasuk menangkap) aspirasi
dari pemerintah daerah untuk
memastikan Rencana Aksi dapat
dilaksanakan dan masuk akal di
lapangan. Surat pengantar untuk
kegiatan konsultasi subnasional ini
disiapkan dan ditandatangani oleh
Direktur Kesehatan Lingkungan
hidup pada 29 November 2021
(lihat di bawah).
PERANGKAT
PERKIRAAN BIAYA
(COSTING TOOL)
File excel ini adalah bahan tambahan untuk dokumen Rencana Aksi ini dan disimpan sebagai Budgeting and costing
tool_v2.xlsx. Tangkapan layar lembar kerja awal (README) dari costing tool ini dapat dilihat di gambar berikut.