Anda di halaman 1dari 12

PROGRESS MSMHP MEDAN

TA KELEMBAGAAN & REGULASI


PENCAPAIAN TARGET MDGs, SDGs DAN RPJMN/D
SANITASI BIDANG AIR LIMBAH

I. PENCAPAIAN TARGET MDGs DAN SDGs SANITASI BIDANG AIR LIMBAH DI INDONESIA
 Pencapain MDGs
Millenium Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan millennium merupakan
delapan tujuan pembangunan di tingkat internasional yang ingin dicapai di seluruh dunia pada
tahun 2015. Komitmen global tersebut telah ditetapkan dan ditandatangani oleh 189 negara
pada pertemuan United Nations World Summits bulan September tahun 2000 di New York.
Millennium Declaration tersebut kemudian disahkan oleh Majelis Umum PBB dalam Resolusi
Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000. Beberapa sektor atau ruang lingkup pelayanannya
termasuk Air Limbah diantaranya yang memegang kunci utama bagi pencapaian tujuan MDG’s
ke-7 yakni memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dalam target 7C yaitu menurunkan hingga
setengahnya proporsi rumah tangga terhadap akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar hingga
tahun 2015, dengan indikator rumah tangga dapat mengakses secara berkelanjutan terhadap
sanitasi dasar yang layak termasuk bidang air limbah domestik.
Perkembangan suatu kota sangat terkait dengan pertumbuhan jumlah penduduk kota
tersebut. Sernakin besar pertumbuhan jumlah penduduk dapat berarti kota tersebut memiliki
daya tarik untuk ditinggali. Salah satu dampak pertumbuhan penduduk tersebut adalah
penyediaan prasarana sanitasi lingkungan yang tidak imbang dengan perkembangan yang ada.
Penyediaan infrastruktur sanitasi khususnya air limbah domestik merupakan salah satu
kebutuhan dasar masyarakat dan mempunyai peranan strategis dalam meningkatkan kualitas
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat hidup sehat dan layak. Pemerintah
Indonesia dalam rangka penyediaan infrastruktur sanitasi telah berkomitmen untuk turut
mensukseskan pencapaian target MDG’s 2015 untuk penyediaan infrastruktur sanitasi sebesar
62,41%. Indonesia sebagai salah satu Negara anggota, tentu saja turut berkomitmen untuk
mencapai 8 (delapan) tujuan MDGs. Bidang sanitasi masuk dalam Tujuan 7 (MDGs 7) yaitu
memastikan kelestarian lingkungan hidup, yang didalamnya terdapat Target 7C yang berbunyi :
Menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses yang berkelanjutan terhadap
sanitasi dasar pada 2015. Sesuai dengan target 7C tersebut, hal itu berarti bahwa sanitasi

1
menjadi target penting yang harus dicapai dengan indikator berupa adanya penurunan separuh
proporsi penduduk yang tidak memiliki akses yang berkelanjutan terhadap sanitasi dasar pada
2015. Pencapaian pada target sanitasi ini juga berperan penting dalam menopang tujuan MGDs
lainnya, diantaranya target peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian anak.
Laporan Pencapaian Tujuan MGDs di Indonesia dari Bappenas (2012) menyatakan bahwa
berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (Susenas), akses terhadap fasilitas sanitasi dasar
meningkat dari 24,81% pada tahun 1993 menjadi 55,60% pada tahun 2011. Meskipun akses
terhadap sanitasi layak belum mencapai target MDGs 7C.
Tabel 1. Indikator dan Capain Target 7C MDGs.

Acuan dasar Kondisi Target MDGs Status


Indikator Acuan Dasar (1993) (1993) 2011 2015

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap
fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015

Proporsi rumah tangga


7.9
dengan akses
berkelanjutan Belum tercapai
24,81% 55,60% 62,41%
terhadap fasilitas
sanitasi dasar layak,
perkotaan dan
perdesaan
7.9a Perkotaan 53,64% 72,54% 76,82% H Hampir tercapai
7.9b Perdesaan 11,10% 38,97% 55,55% Belum tercapai
Sumber : BAPPENAS (2012)

 Pencapain SDGs
Setelah tahun 2015, tujuan baru telah ditetapkan melalui SDGs yang target-targetnya harus
dicapai sebelum 2030, termasuk target-target di bidang sanitasi. Saat ini pemerintah telah
menetapkan tindakan tindakan awal dalam upaya pemenuhan target SDGs diantaranya adalah
menghubungkan sebagian besar target dan indikator SDGs ke dalam rencana pembangunan
jangka menengah nasional (RJPMN).
Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan
kelanjutan dari Millennium Development Goals (MDGs) yang telah berakhir pada tahun 2015.
Lebih lanjut, dari 17 tujuan tersebut, tujuan yang keenam (SDGs 6) salah satunya adalah sanitasi
dengan tujuan utama menjamin ketersediaan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua orang,
SDGs 6 ini memiliki beberapa target yang harus dicapai setidaknya pada tahun 2030.

2
Target atau sasaran capaian pada SDGs 6 yang dimaksud sebagai berikut :
 Akses air minum universal dan layak yang aman dan terjangkau bagi semua;
 Akses sanitasi dan kebersihan yang memadai dan layak untuk semua, dan mengakhiri
buang air besar sembarangan (BABS), memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
perempuan dan anak perempuan dan orang-orang dalam situasi rentan;
 Peningkatan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan timbulan sampah
serta mengurangi pembuangan bahan kimia berbahaya, dan mengurangi hingga separuh
proporsi air limbah yang tidak ditangani serta meningkatkan guna ulang dan daur ulang
aman secara global;
 Peningkatan efisiensi penggunaan air di semua sektor dan memastikan keberlangsungan
pengambilan dan pasokan air tawar untuk mengatasi kelangkaan air dan secara
substansial menurunkan jumlah masyarakat yang menderita kelangkaan air;
 Penerapan pengelolaan sumberdaya air terpadu di semua tingkatan, termasuk melalui
kerjasama lintas batas yang sesuai;
 Perlindungan dan perbaikan ekosistem yang terkait air, termasuk pegunungan, hutan,
lahan basah, sungai, akuifer dan danau;
 Perluasan kerjasama dan pengembangan kapasitas dukungan internasional untuk negara-
negara berkembang dalam kegiatan ataupun program yang berhubungan dengan air
bersih dan sanitasi, termasuk pemeliharaan sumber air, desalinasi, efisiensi air,
pengolahan air limbah, teknologi daur ulang dan guna ulang;
 Penguatan dan dukungan partisipasi masyarakat lokal dalam meningkatkan pengelolaan
air dan sanitasi
Menjamin akses terhadap sanitasi merupakan tanggungjawab yang seringkali berada di bawah
pemerintah daerah, dan sangat bergantung pada pemerintahan yang efektif, manajemen sumber
daya serta perencanaan kota. Tantangan yang dihadapi daerah-daerah dapat bervariasi,
khususnya antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Tantangan terbesar di kawasan
perkotaan seringkali berupa minimnya akses terhadap layanan dasar di permukiman informal.
Pemerintah daerah memiliki posisi strategis untuk mendukung pengelolaan sanitasi berbasis
partisipasi oleh masyarakat, termasuk para penduduk permukiman kumuh.
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan menjadi peluang pencapaian SDGs terkait sanitasi
antara lain penguatan sistem data terkait sanitasi serta keterlibatan aktif baik pemerintah
daerah maupun sektor swasta dalam mendukung pencapaian target. Untuk daerah perkotaan,
berbagai teknologi inovatif dalam hal penyediaan sanitasi perlu terus dikaji dan dikembangkan.

3
Sedangkan terkait pengelolaan untuk memperkuat tata kelola dan kapasitas kelembagaan,
diperlukan pengkajian ulang terhadap berbagai tugas, proses dan akuntabilitas kelembagaan.
Tujuan ke-6 memiliki 8 target yang ingin dicapai secara global. Inti dari target tersebut
adalah untuk menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua. Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia, sekitar rumah tangga di
Indonesia pada tahun 2015 telah memiliki sekitar 62,14% rumah tangga di Indonesia yang
memiliki sanitasi layak.

II. PENCAPAIAN TARGET RPJMN SANITASI BIDANG AIR LIMBAH


 RPJMN 2010 - 2014
Agenda peningkatan kesejahteraan rakyat tetap menjadi prioritas dari pemerintah, Wujud
akhir dari perbaikan kesejahteraan akan tercermin pada peningkatan pendapatan, penurunan
tingkat pengangguran dan perbaikan kualitas hidup rakyat. Perbaikan kesejahteraan rakyat
dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan termasuk untuk percepatan
pembangunan infrastruktur dasar. Program pembangunan 2010--2014 tetap konsisten untuk
melanjutkan berbagai program perbaikan kesejahteraan rakyat yang sudah berjalan dengan
memberikan penekanan lebih lanjut dalam membuat kebijakan yang lebih efektif dan terarah
dalam bentuk pengarustamaan anggaran dan kebijakan. Pengarusutamaan ini tidak hanya
terbatas antarsektor tetapi juga antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pengarusutamaan harus juga mencakup kebijakan agar tujuan dapat tercapai dengan sumber
daya yang minimal. Sasaran Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Bidang infrastruktur
meneruskan pembangunan dan pasokan infrastruktur yang ditunjukkan oleh meningkatnya
kuantitas dan kualitas berbagai prasarana penunjang pembangunan termasuk untuk
sanitasi.
Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi Indonesia maka arah kebijakan
umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah Arah kebijakan umum untuk melanjutkan
pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari
peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan
pertumbuhan ekonomi yang didukung juga oleh perbaikan infrastruktur dasar, serta
terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.
Berdasarkan Prioritas Nasional bahwa Visi dan Misi pemerintah 2009-2014, perlu dirumuskan
dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah
diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Prioritas Nasional di bawah ini
bertujuan untuk sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang.

4
Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi
dari 11 prioritas nasional, sedangkan masalah air limbah masuk ke dalam prioritas 9 Lingkungan
Hidup dan Pengelolaan Bencana yaitu Pengendalian Kerusakan Lingkungan: Penurunan beban
pencemaran lingkungan melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan
emisi di 680 kegiatan industri dan jasa pada 2010 dan terus berlanjut. Dalam Penitik beratan
pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak hanya kuratif, melalui
peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan diantaranya melalui Pengaturan, Pembinaan,
Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dengan indikator dimana jumlah kawasan dan
desa yang terfasilitasi pembangunan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) dengan
target 387 kawasan, Tahun 2010 sebanyak 94 kawasan sampai tahun 2014 sebanyak 138
kawasan. Sedangkan dalam matrik RPJMN 2010 – 2014 Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan,
Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan
Sanitasi Lingkungan melalui program SANIMAS Target 2014 terdapat 210 kab/kota, dan di tahun
2010 Pembangunan prasarana dan sarana air limbah dengan dengan indikator Pembangunan
prasarana dan sarana air limbah dengan sistem on-site (kab/kota) target sebanyak 30 kab/kota
system on-site dan tahum 2014 target sebanyak 210 kab/kota system on-site. (Sumber: Matrik
RPJMN 2010 – 2014).
Dapat digambarkan bahwa kondisi umum pembangunan air limbah dalam RPJMN Tahun 2010 –
2014 adalah sebagai berikut :
 Cakupan pelayanan sistem pengolahan setempat dan terpusat skala komunal mencapai
69,3% (81,8%di perkotaan dan 60% di perdesaan), walaupun demikian masih banyak yang
kualitasnya belum memenuhi standar persyaratan teknis.
 Cakupan pelayanan sistem pengolahan terpusat skala kota telah mencapai 1,65%.
 Sistem pengolahan air limbah terpusat (IPAL) komunal telah dibangun di 217 kota/ kab.

Isu dan Permasalahan dalam hal pembangunan air limbah dalam pencapaian target d yaitu
rendahnya akses masyarakat terhadap pengelolaan air limbah diantaranya :
1. Terbatasnya pendanaan untuk mendukung keseluruhan aspek pengelolaan air limbah.
2. Masih terdapat kabupaten/kota yang belum memilki/tersedianya rencana induk pengelolaan
air limbah.
3. Masih minimnya pengelola air limbah (Perusda & Non Perusda ) yang kredibel dan
professional.
4. Belum memadainya perangkat peraturan yang mendukung pengelolaan air limbah.
5. Masih rendahnya kesadaran pelaku akan pengelolaan air limbah yang layak.

5
Arah Kebijakan dan Strategi RPJMN 2010-2014 Bidang Air Limbah yaitu meningkatkan cakupan
pelayanan air limbah melalui :
1. Optimalisasi sistem.
2. Percepatan penambahan kapasitas sistem
3. Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna
4. percepatan pembangunan sanitasi
Sedangkan sasaran pembangunan di bidang air minum penyehatan lingkungan khususnya
terkait air limbah yaitu Terciptanya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga
akhir tahun 2014 (sistem pengelolaan air limbah terpusat (Off-site) bagi 10 % total penduduk
(melalui system pengelolaan air limbah skala kota sebesar 5 % dan melalui sistem pengelolaan
air limbah skala komunal sebesar 5 %) akses terhadap sistem pengelolaan air limbah setempat
(on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk.
Sedangkan target RPJMN 2015-2019 yaitu tercapainya universal access atau cakupan akses
100% untuk sanitasi ditargetkan tercapai pada akhir tahun 2019. Kondisi sanitasi di Indonesia
memang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun tetap belum mampu
menjangkau seluruh warga negaranya. Data terbaru BPS 2017 menunjukkan bahwa persentase
persentase rumah tangga terhadap sanitasi yang layak sebesar 67,89% .

 PENCAPAIAN AKSES SANITASI BIDANG AIR LIMBAH KOTA MEDAN RPJMD 2011-2015.
Kota Medan terus berkembang sejalan dengan perkembangan sosial, ekonomi dan
budaya. Kota Medan adalah salah satu kota metropolitan di Indonesia dimana saat ini telah
menjadi pusat kegiatan pertumbuhan dan penggerak pembangunan di Provinsi Sumatera Utara,
Sebagai pusat sosial dan budaya masyarakat, Kota ini memiliki daya tarik tujuan migrasi
penduduk dari berbagai daerah di Sumatera bagian utara. Ada sejumlah faktor yang mendorong
kemajuan Kota Medan seperti tuntutan persaingan global, pelaksanaan demokrasi, dan
penyelenggaraan otonomi daerah. Persaingan global menuntut Kota Medan berkembang menjadi
kota yang mempunyai lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan produktivitas dan
kreativitas serta memiliki daya tarik dan daya saing yang kuat. Pelaksanaan demokrasi menuntut
pengelolaan Kota Medan menjadi tempat yang nyaman dan aman, serta memberikan peluang
bagi penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar warga Kota Medan.
Penyelenggaraan otonomi daerah menuntut tata kelola pemerintahan daerah yang lebih maju
dan modern dalam mewujudkan pelayanan publik yang lebih bermutu, cepat, mudah, adil, dan
tanpa diskriminasi bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah

6
sebagaimana ditegaskan dalam PERDA Kota Medan No.14 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD Th.2011-2015). Persentase rumah tangga
bersanitasi di Kota Medan mengalami peningkatan secara signifikan dimana pada tahun 2005
hanya 28,20 persen rumah tangga bersanitasi di Kota Medan dan meningkat terus sampai dengan
tahun 2009 menjadi 48,2 persen. Selama kurun waktu itu-- 2005-2009 – terjadi peningkatan yang
cukup tajam pada rumah tangga bersanitasi di Kota Medan yang nilai peningkatannya mencapai
20 persen.
Penyediaan kebutuhan sarana prasarana permukiman berupa penyediaan sanitasi dasar
yang layak diantaranya air limbah, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan
bersama dengan PDAM Tirtanadi untuk meningkatkan akses pelayanan sanitasi termasuk bidang
air limbah untuk masyarakat khususnya Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pembangunan
sanitasi menjadi perhatian bagi Pemerintah Kota Medan dalam rangka peningkatan penyehatan
lingkungan permukiman. Sebagian masyarakat Kota Medan (sekitar 56%) masih menggunakan
jamban dengan septik tank sebagai sarana sanitasi rumah tangganya. Sebagian lainnya sudah
dilayani melalui jaringan pipa air limbah Kota Medan, meskipun pemanfaatannya belum optimal.
Dari total kapasitas instalasi pengolahan air limbah Kota Medan sebesar 60.000 m3 , saat ini yang
termanfaatkan sebesar 33,33% atau 20.000 m3. Bagi masyarakat yang belum memiliki sarana
sanitasi yang layak, Pemerintah Kota Medan telah berupaya membangun MCK plus sampai dengan
tahun 2009 sebanyak 7 unit. Selain itu, sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS) juga dibangun di
beberapa lokasi, septik terapung sebanyak 30 unit di tahun 2010 dan akan bertambah lagi
sebanyak 1.150 unit di tahun 2011, (RPJMD Th.2011-2015).
Berdasarkan data yang ada Area Beresiko Air Limbah Domestik Kota Medan digambarkan
ahwa pencemaran yang diakibatkan pembuangan isi tangki septik ada sebesar 17,6% dan
pencemaran yang dikarenakan SPAL ada sebesar 39,6%. Hal ini harus menjadi perhatian agar
pencemaran ini bisa di tekan hingga 0% sehingga masyarakat lain dapat merasakan kenyamanan,
(Studi EHRA-2016). Untuk mengatasi persoalan air limbah ini maka rencana program yang
tertuang dalam dokumen RPI2JM Kota Medan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Pada tahun
2013 Pemko Medan (Dinas Perumahan dan Permukiman) akan membangun 500 unit septic tank
biofilter (sistem individual) di Kec. Medan Belawan, 1.000 sambungan rumah untuk sistem
terpusat di Kec. Medan Area dan 4 unit sistem komunal di 3 pasar dan 1 kawasan permukiman
dan Pemasangan pipa distribusi air limbah house connection (zone 1–8) sebanyak 2.000 SR.
Berdasarkan data yang ada untuk pencapaian akses pelayanan air limbah domesik bagi
penduduk masyarakat di kota Medan dapat digambarkan sebagai berikut :

7
Tabel Rasio (%) Pencapaian Penduduk Terlayani Air Limbah Domestik
Kota Medan 2010 - 2015
Jumlah
Jumlah
No. Tahun Jumlah SR Penduduk Rasio
Penduduk Terlayani Terlayani (%)
(5 orang/SR)
1. 2010 2.097.610 12136 60.680 2,892%
2. 2011 2.117.224 12783 63.915 3,019%
3. 2012 2.122804 14934 74.670 3,518%
4. 2013 2.135.516 16114 80.570 3,773%
5. 2014 2.191.140 16308 81.540 3,721%
6. 2015 2.210.624 16640 83.200 3,764%
(Cabang Pemasaran Air Limbah, PDAM TIRTANADI)
Berdasarkan tabel diatas, bahwa bahwa rasio penduduk Kota Medan dari Tahun 2010 s/d 2015
terlayani terhadap akses air limbah domestik masih sangat rendah sekali sampai di Tahun 2015
masyarakat yang baru mencapai 3,764%. Peningkatan pelayanan sistem jaringan sanitasi
(sewerage) air limbah domestik, diarahkan untuk pengembangan kesadaran masyarakat dan
developer untuk menggunakan teknologi sederhana pembuangan dan pengolahan air limbah
setempat (on site) di beberapa kawasan yang memungkinkan pengembangan jaringan
pembuangan terpusat (off site) khususnya pengembangan di kawasan pusat kota dan permukiman
padat maupun pusat-pusat permukiman dan jasa komersil yang baru atau akan tumbuh (RPJPD
Kota Medan 2006 – 2025).

 RPJMN 2015 – 2019


Target RPJMN 2015-2019 tercapainya universal access atau cakupan akses 100% untuk sanitasi
di Bidang Air Limbah yaitu 85% on-site sistem dan 15% off-site sistem. Arah kebijakan dan
startegi dalam meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap penyediaan
prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai melalui diantaranya melalui strategi meningkatkan
akses penduduk terhadap sanitasi layak termasuk air limbah domestik menjadi 100 persen di
Tahun 2019. Pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana pengelolaan air

8
limbah domestik dengan pembangunan dan peningkatan infrastruktur air limbah sistem terpusat
skala kota, kawasan, dan komunal di 438 kota/kab (melayani 34 juta jiwa), serta peningkatan
kualitas pengelolaan air limbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas pengelolaan
lumpur tinja perkotaan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di 409
kota/kab. Dalam Matrik RPJMN 2015 – 2019 bahwa program bidang Infrastruktur Air Limbah
dengan Sistem Terpusat Skala Kota, Kawasan, dan Komunal dimana sasaran terbangunnya
infrastruktur limbah dengan sistem terpusat skala kota, kawasan, komunal di 438
kota/kabupaten dengan indikator Jumlah kota/kabupaten yang terlayani infrastruktur limbah
dengan sistem terpusat skala kota sebagai berikut :
 Tahun 2015 Target yang ingin dicapai : 60 kab/kota
 Tahun 2016 Target yang ingin dicapai : 68 kab/kota
 Tahun 2017 Target yang ingin dicapai : 96 kab/kota
 Tahun 2018 Target yang ingin dicapai : 120 kab/kota
 Tahun 2019 Target yang ingin dicapai : 95 kab/kota
Bahwa tantangan terhadap akses pelayanan pengelolaan air limbah tahun 2013 baru
mencapai 60,91%, dimana akses SPAL Setempat Perkotaan mencapai 74,15% dan Pedesaan baru
44,74%, untuk akses SPAL Terpusat Perkotaan masih dibawah 3 %. Capaian akses Sanitasi Bidang
Air Limbah Domestik Layak Tahun 2019 yaitu bahwa Rumah tangga yang menempati hunian
dengan akses sanitasi bidang air limbah domestik layak sudah mencapai 77,44% terdapat 7,5%
Aman (Bagian dari akses layak). Target pembangunan sanitasi pemenuhan terhadap target askses
universal bidang pelayanan air limbah RPJMN 2015 – 2019 yaitu akses layak 85 % dan untuk 15%
untuk akses dasar, sedangkan dalam RPJMN 2020-2024 target Nasional untuk Air Limbah
ditargetkan untuk akses layak 90% dan 15% untuk akses aman. (Sumber : KEMENPUPR &
BAPPENAS).

 PENCAPAIAN AKSES SANITASI BIDANG AIR LIMBAH KOTA MEDAN RPJMD 2016-2021.

Dalam RPJMD Kota Medan 2016 – 2021 Bahwa pembangunan Sistem Sambungan Air Limbah
salah satu kawasan yang menjadi kantong kemiskinan adalah kawasan Medan bagian Utara,
khususnya di Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Deli serta Medan Marelan..
Untuk itu, baik melalui APBD murni maupun kerjasama dengan pihak ketiga. PDAM Tirtanadi
dalam Jaring Kesehatan Masyarakat (JKM) telah diselenggarakan program pembangunan MCK
pembangunan sarana sanitasi dan sistem sambungan air limbah pada kawasan–kawasan
Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Deli serta Medan Marelan secara bertahap

9
dan berkelanjutan. Melalui program ini, masyarakat yang umumnya merupakan kelompok
masyarakat kurang mampu dapat memenuhi kebutuhan sekaligus memperbaiki sanitasi
lingkungannya secara lebih baik. Adapun realisasi program pembangunan sistem sambungan Air
Limbah di Kota Medan tahun 2014-2015 adalah program Pemasangan Pipa Distribusi Air Limbah
House Conection (Zona 9) Kec. Medan Perjuangan sepanjang 40.000 m dengan sasaran target
pemnafaat 5.000 KK. Pemasangan pipa distribusi air limbah house conection (Zona 9) Kec. Medan
Perjuangan, pembuatan WC terapung (Bio Filter) Kel. Belawan II Kec. Medan Belawanjuga tetap
dilakukan sampai 2015 di bidang fisik/lingkungan oleh pemerintah Kota Medan. Manfaat dari
berbagai program yang dilaksanakan ini adalah untuk pengentasan kemiskinan dari pembangunan
sistem sambungan air limbah. Manfaat dari berbagai program yang dilaksanakan ini adalah untuk
pengentasan kemiskinan dari pembangunan sistem sambungan air limbah dan pencemaran
lingkungan semakin berkurang karena air limbah rumah tangga tidak lagi tergenang dipekarangan
rumah dan mencemari air tanah. Sampai Tahun 2013, sebagian masyarakat Kota Medan (sekitar
56%) masih menggunakan jamban dengan septik tank sebagai sarana sanitasi rumah tangganya
dan sebagian lain sudah dilayani melalui jaringan pipa air limbah Kota Medan yang sayangnya
masih belum dimanfaatkan secara optimal. Dari total kapasitas instalasi pengolahan air limbah
Kota Medan sebesar 60.000 m3, saat ini yang termanfaatkan baru sebesar 33,33% atau 20.000 m 3.
Keterkaitan Misi, Program Prioritas, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Target
pembangunan infrastrukyur Kota Medan untuk air limbah yaitu Persentase ketersediaan sistem
air limbah setempat yang memadai dan Persentase ketersediaan sistem air limbah skala
komunitas/kawasan/ kota. Sasaran meningkatnya Rumah Tangga Bersanitasi Persentase
ketersediaan sistem air limbah setempat yang memadai dapat digambarkan dalam tabel dibawah
ini :
Sasaran Indikator Kinerja Tahun (%)
Persentase ketersediaan 2016 2017 2018 2019 2020
sistem air limbah
No. Meningkatnya 78 82 86 90 90
setempat yang memadai
Rumah Tangga
Persentase ketersediaan
Bersanitasi 4 5,5 7 8.5 10
sistem air limbah skala
komunitas/kawasan/kota
(RPJMD Kota Medan 2016 – 2021)

Dalam Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kota RPJMD Kota Medan 2016 – 2021 dalam
Misi 4 : Mewujudkan tata ruang kota yang konsisten serta didukung ketersediaan infrastruktur
dan utilitas kota yang semakin modern dan berkelanjutan termasuk dalam bidang air limbah
adalah Meningkatkan sarana dan prasarana Sambungan Air Limbah di Zona IX, X, XI dan XII serta
Peningkatan sarana dan prasarana pengolahan Meningkatnya Jumlah sambungan rumah air

10
limbah yang dibuat dengan rencana sebanyak 500 SR Sedangkan untuk Sambungan Air Limbah di
Zona I sd VIII dengan rencana sebanyak 500 SR. Untuk pencapain target pelayanan air limbah
Kota Medan dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel Rasio (%) Pencapaian Penduduk Terlayani Air Limbah Domestik
Kota Medan 2016 - 2020
Jumlah
Jumlah Rasio
No. Tahun Jumlah SR Penduduk
Terlayani
Penduduk Terlayani (x 5 Keterangan
(%)
org/SR)
1. 2016 2.229.408 18.449 92.245 4,138%
2. 2017 2.247.425 18.620 93.100 4,143%
3. 2018 2.264.145 19.247 96.235 4,252%
4. 2019 2.279.894 19.531 97.655 4,372%
 (Penduduk
Sumber : BPS,
Proyeksi
Penduduk
5. 2020 2.295.003 19.980 99.900 4.441% Kab/Kota
Sumatera Utara)
 (Jumlah
Pelanggan :
Status Juli,2020)
(BPS & PDAM TIRTANADI)
Berdasarkan tabel diatas bahwa Rasio (%) pencapaian penduduk Kota Medan terlayani Air
Limbah Domestik pada Tahun 2019 baru mencapai 4.372% (19.531 SR), sedangkan target RPJMD
Kota Medan tahun 2019 targetnya sbanyak 8.5% untuk capaian ketersediaan sistem air limbah
skala komunitas/kawasan/kota, sedangkan pencapaian layanan Air Limbah Domestik Kota Medan
status per-Juli 2020 yaitu baru mencapai 4.441% (19.980 SR).
Dengan demikian progress MSMHP Kota Medan bahwa untuk sambungan pelanggan (SR) Air
Limbah Domestik di Tahun 2010 dalam Zona 1 – 8 terdapat 7.007 sambungan pelanggan (SR),
sedangkan dalam Zona 9 – 12 yaitu 4.250 sambungan pelanggan (SR), sehingga sampai dengan
tahun 2019 sambungan pelanggan (SR) yang akan dipasang adalah 11.257 sambungan pelanggan
(SR). Pada awal tahun anggaran 2020, Pemerintah Kota Medan menganggarkan penambahan
sambungan pelanggan (SR) sebanyak 1.000 sambungan pelanggan (SR). Untuk memenuhi target
13.300 sambungan pelanggan (SR), Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
(KEMENPUPR) memberikan bantuan dana untuk penambahan sambungan pelanggan (SR)
sejumlah 1.043 sambungan pelanggan (SR) melalui Addendum Kontraktor. Namun dengan
terjadinya pandemik COVID-19 anggaran Pemerintah Kota Medan yang semula diperuntukkan

11
untuk 1.000 sambungan pelanggan (SR) dialihkan untuk antisipasi pandemik tersebut. Untuk
sambungan pelanggan (SR) yang mungkin akan dicapai pada Tahun 2020 adalah sebanyak 11.257
sambungan pelanggan (SR : Th.2010 – 2019), ditambah 1.043 sambungan pelanggan (SR) Tahun
2020 dari Kementerian PUPR sehigga sambungan pelanggan (SR) yang akan terpasang jumlahnya
sebanyak 12.300 SR.

12

Anda mungkin juga menyukai