Maksud dan tujuan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2019-2023 berfungsi
sebagai pedoman resmi bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam menyusun Renja PD dan
berbagai kebijakan pembangunan kesehatan di wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 5
tahun. Lensa Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara juga berfungsi sebagai acuan sektor kesehatan di
Provinsi Sumatera Utara serta sebagai lembaga pemerintahan dan swasta di sektor lainnya.
Memperhatikan hasil analisis terhadap gambaran pelayanan Dinas Kesehatan yang ditinjau terhadap
pencapaian Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara periode sebelumnya, Renstra
Kementerian Kesehatan Komang serta implikasi RT RW dan implikasi klhs bagi pelayanan Dinas
Kesehatan, maka diperoleh isu-isu kesehatan strategis di Provinsi Sumatera Utara. Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara perlu melakukan langkah-langkah responsif terhadap seluruh isu-isu strategis
tersebut dengan memperhatikan arah kebijakan pembangunan nasional dan daerah titik Disamping itu,
isu kesehatan strategis di Provinsi Sumatera Utara adalah yang berkaitan dengan komitmen global untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (tbp)atau sustainable Development Goals (SDGS)
1. Tujuan Resntra SDGS yang relevan dengan dengan dinas kesehatan provinsi Sumatra utara
Sangsoko (1991:112) menyatakan bahwa penyediaan air bersih adalah air yang disadap untuk keperluan
rumah tangga, perdagangan, industri, dan lain-lain, dan parameter umumnya adalah kekeruhan, total
padatan terlarut, senyawa-senyawa beracun, mutu bakteri. Sutrisno dalam Astuti (2014) menyatakan
pada tinjauan tentang standar kualitas air bersih, secara umum dapat dilihat bahwa: 1. Penyimpangan
terhadap standar air yang telah ditetapkan dapat mengakibatkan kurangnya penerimaan masyarakat
terhadap air tersebut, yang pada akhirnya dapat mendorong masyarakat untuk mencari sumber air lain
yang berpotensi buruk. 2. Adanya bau, suhu, rasa, dan kekeruhan yang melebihi standar yang
ditetapkan dapat menimbulkan kekhawatiran tentang adanya bahan kimia yang dapat berdampak buruk
bagi masyarakat. Akses terhadap air bersih dan sanitasi penting untuk menciptakan sumber daya
manusia yang luar biasa. Kurangnya jumlah air bersih dan sanitasi yang memadai merupakan awal dari
berbagai masalah kesehatan di masyarakat, seperti stunting, kematian bayi dan ibu, penularan berbagai
virus dan penyakit lainnya. Sanitasi yang buruk dan air minum yang tidak aman adalah alasan mengapa
banyak anak meninggal karena diare di hampir semua negara. Sebagian besar masyarakat Indonesia
tidak memiliki akses penuh terhadap air minum. UNPDF menjelaskan bahwa setidaknya 42,8%
penduduk Indonesia tidak memiliki akses terhadap sumber air yang layak, sementara 22% atau sekitar
55 juta orang masih buang air besar di tempat terbuka atau dapat dikatakan sembarangan. Menurut
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, 1 dari 3 anak Indonesia menderita stunting. Hal ini dapat diatasi
dengan mengadakan akses terhadap sanitasi yang baik yang diketahui berkontribusi dalam penurunan
stunting sebesar 27%. Potensi stunting dapat berkurang jika dilakukan intervensi yang terfokus pada
perubahan perilaku dalam sanitasi dan kebersihan. Selain berdampak pada kesehatan, sanitasi yang
buruk juga berdampak pada perekonomian negara. Akibat sanitasi yang buruk, Indonesia menderita
kerugian ekonomi tahunan sebesar 56,7 triliun untuk membayar biaya pengobatan dan akomodasi.
Target utama tujuan 6 SDGs 6.1 Pada tahun 2030, mencapai akses air minum yang aman dan terjangkau
bagi semua secara global dan merata. 6.2 Pada tahun 2030, mencapai akses kebersihan dan sanitasi
yang memadai dan merata bagi semua, menghentikan perilaku buang air besar di tempat terbuka, serta
lebih memperhatikan kebutuhan kaum perempuan dan kelompok masyarakat rentan. 6.3 Pada tahun
2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, membenahi pembuangan, serta
meminimalisasi pelepasan material dan bahan kimia berbahaya, mengurangi setengah rasio air limbah
yang tidak diolah, dan secara signifikan mengembangkan daur ulang, serta pemakaian kembali barang
daur ulang yang aman secara universal. 6.4 Pada tahun 2030, meningkatkan efisiensi pemakaian air di
seluruh bagian secara signifikan, menjamin penggunaan dan ketersediaan air tawar yang berkelanjutan
untuk menangani kelangkaan air, serta mengurangi jumlah korban yang menderita karena kelangkaan
air secara signifikan. 6.5 Pada tahun 2030, melaksanakan pengelolaan sumber daya air terpadu pada
semua tingkatan, termasuk dengan kerjasama lintas batas yang tepat. 6.6 Pada tahun 2020, melindungi
dan memperbaiki ekosistem yang berhubungan dengan sumber daya air, termasuk pegunungan, hutan,
lahan basah, air tanah, sungai, dan danau. 6.a Pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan dukungan
internasional terkait pembangunan kapasitas untuk negara-negara berkembang, serta program dan
kegiatan yang berhubungan dengan air dan sanitasi, termasuk pemanenan air, desalinasi, pengolahan
air limbah, efisiensi air, daur ulang, dan teknologi daur ulang. 6.b Mendukung dan memperkuat
keterlibatan masyarakat lokal dalam meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi. Target nasional untuk
mengatasi masalah air bersih dan sanitasi
1. Peningkatan akses terhadap fasilitas air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan.
2. Peningkatan akses terhadap fasilitas air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan.
4. Pemusatan sistem infrastruktur air limbah kota di 438 kota atau kabupaten.
5. Pemenuhan air baku untuk rumah tangga, daerah perkotaan dan industri.
6. Peningkatan kondisi dan kegunaan reservasi air dan sumber air lainnya.
7. Perbaikan kondisi dan kegunaan reservasi air dan sumber air lainnya.
10. Peningkatan upaya rehabilitasi dan konservasi untuk mengurangi lahan tidak terpakai untuk
memperkuat DAS dan melindungi air untuk DAS Prioritas.
11. Peningkatan anggaran untuk pembangunan air dan sanitasi yang dialokasikan dalam APBN.