Anda di halaman 1dari 12

17 GOALS YANG TERKAIT PADA

PROFESI APOTEKER

Kelompok 8:
Cindy Gloria Sukandi 114217071
Harry Djayadi Soenarko 114217072
Lintang Rachma Dewaty 114217073
Ricko Aditya Wiyono 114217074
Bonefasio Yunorio F 114217075
Titho Andro Meda 114217076
Kurniawahyu Islamiyah 114217077
Olivia Yusanda R 114217078
Dina Wahyu Sriana 114217079
Maslacha Rossdiana D 114217080

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER 54


UNIVERSITAS SURABAYA
SURABAYA
2017
Tujuan 3. Memastikan hidup sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi
semua orang pada segala usia
3.1 Pada tahun 2030, kurangi rasio kematian maternal global menjadi kurang
dari 70 per 100.000 kelahiran hidup
Penjelasan: Selama periode tahun 1991-2007 angka kematian ibu
mengalami penurunan dari 399 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Namun pada SDKI 2012 angka kematian ibu kembali naik menjadi 359 per
100.000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar kematian ibu selama tahun
2010-2013 yaitu perdarahan. Dan penyebab lain-lain karena kondisis
penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberculosis atau penyakit lai yang diderita
ibu. Sebagai apoteker perlu melakukan berbagai promosi kesehatan
mengenai pencegahan agar tidak terjadi perdarahan dan penanganan apabila
perdarahan itu terjadi dan melakukan edukasi terhadap keluarga si ibu dan
ibunya sendiri apabila hal tersebut terjadi agar tidak menyebabkan
kematian.

3.2 Pada tahun 2030, akhir kematian bayi dan anak di bawah usia 5 tahun yang
dapat dicegah, dengan semua negara bertujuan untuk mengurangi angka
kematian neonatal setidaknya setinggi 12 per 1.000 kelahiran hidup dan
angka kematian di bawah 5 tahun setidaknya mencapai 25 per 1.000
kelahiran hidup
Penjelasan: Kemungkinan anak meninggal pada usia yang berbeda adalah
19 per seribu selama masa neonatal, 15 per seribu dari usia 2 hingga 11
bulan dan 10 per seribu dari usia satu sampai lima tahun. Seperti di negara-
negara berkembang lainnya yang mencapai status pendapatan menengah,
kematian anak di Indonesia karena infeksi dan penyakit anak-anak lainnya
telah mengalami penurunan, seiring dengan peningkatan pendidikan ibu,
kebersihan rumah tangga dan lingkungan, pendapatan dan akses ke
pelayanan kesehatan. Kematian bayi baru lahir kini merupakan hambatan
utama dalam menurunkan kematian anak lebih lanjut (Unicef Indonesia
Ringkasan Kajian, 2012).

1
Apoteker berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan ibu mengenai
bagaimana cara menjaga kebersihan rumah tangga dan lingkungan serta
memberi akses ke pelayanan kesehatan agar dapat meningkatkan kesehatan
bayi dan ibunya melalui berbagai promosi kesehatan dan melakukan
pelayanan kesehatan.

3.3 Pada tahun 2030, akhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan penyakit
tropis yang terbengkalai dan hepatitis tempur, penyakit yang ditularkan
melalui air dan penyakit menular lainnya
Penjelasan: Period prevalence Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah 25,0
persen. Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB oleh tenaga
kesehatan tahun 2007 dan 2013 tidak berbeda (0,4%). Prevalensi hepatitis
tahun 2013 (1,2%) dua kali lebih tinggi dibanding tahun 2007. Insiden dan
period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah
3,5 persen dan 7,0 persen. Insiden Malaria penduduk Indonesia tahun 2007
adalah 2,9 persen dan tahun 2013 adalah 1,9 persen (Riset Kesehatan Dasar,
2013). Sehingga sebagai apoteker, perlu melakukan berbagai promosi
kesehatan mulai dari pencegahan agar tidak tertular penyakit ataupun
melakukan konseling untuk memberi informasi dan edukasi mengenai
pemaikaian obat dan melakukan homecare untuk memastikan kepatuhan
pasien dalam meminum obat agar tercapai masyarakat yang lebih sehat.

3.4 Pada tahun 2030, mengurangi satu kematian prematur ketiga dari penyakit
tidak menular melalui pencegahan dan pengobatan dan meningkatkan
kesehatan mental dan kesejahteraan.
Penjelasan: Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian
secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang
terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua
pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Menurut hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah

2
Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2007 selama 12 tahun (1995-2007) telah
terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak
menular semakin meningkat sedangkan kematian karena penyakit menular
semakin menurun. Dalam hal ini apoteker berperan penting dalam
menurunkan angka kematian prematur karena penyakit tidak menular salah
satunya dapat diwujudkan dengan melakukan promosi kesehatan kepada
masyarakat tentang pencegahan dan pengobatan penyakit tidak menular.

3.5 Memperkuat pencegahan dan penanganan penyalahgunaan zat, termasuk


penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan penggunaan alkohol yang
merugikan
Penjelasan: Data BNN menyebutkan, angka prevalensi penyalahgunaan
narkoba cenderung semakin menurun dalam 10 tahun terakhir, baik untuk
pernah pakai dan setahun pakai. Angka prevalensi pernah pakai menurun
dari 8,1% (2006) menjadi 3,8% (2016). Jika pada tahun 2006 ada 8 dari 100
orang pelajar/mahasiswa yang pakai narkoba maka pada 2016 hanya ada 4
orang yang pakai narkoba. Dalam hal ini seorang apoteker memiliki akses
pada bahan obat-obatan yang potensial bisa disalahgunakan untuk narkoba,
oleh karena itu poteker harus mampu mencegah jangan sampai obat-obatan
tersebut disalahgunakan untuk kepentingan yang melanggar hukum
3.6 Pada tahun 2030, memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan
reproduksi dan seksual , termasuk untuk keluarga berencana, informasi dan
pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan
program nasional
Penjelasan: Seorang farmasis memiliki tanggung jawab dalam
memberikan informasi dan memberikan layanan terkait dengan alat-alat
kontrasepsi maupun kesehatan reproduksi.

3.7 Mewujudkan cakupan kesehatan universal, termasuk perlindungan risiko


finansial, akses terhadap layanan kesehatan berkualitas dan akses yang

3
aman, efektif, berkualitas dan terjangkau. obat-obatan esensial dan vaksin
untuk semua
Penjelasan: Seorang farmasis bertanggung jawab dalam memberikan
pilihan obat kepada pasien yang terjangkau, efektif dan aman serta mampu
memberikan edukasi tentang pentingnya penggunaan vaksin untuk
mencegah terjadinya penyakit.

3.8 Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi jumlah kematian dan
penyakit akibat bahan kimia berbahaya dan polusi udara, air dan tanah dan
kontaminasi
Penjelasan: Seorang farmasis bertanggung jawab dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien. Sebagai farmasis di industri, harus bertanggung jawab
untuk menanggulangi kontaminasi dalam produk serta menanggulangi
limbah yang di hasilkan oleh industri.

3.a Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin dan obat-obatan untuk


penyakit menular dan tidak menular yang terutama mempengaruhi negara-
negara berkembang, memberikan akses terhadap obat-obatan dan vaksin
esensial yang terjangkau, sesuai dengan Deklarasi Doha mengenai
Perjanjian TRIPS dan Kesehatan Masyarakat, yang menegaskan hak
negara-negara berkembang untuk menggunakan sepenuhnya ketentuan
dalam Perjanjian tentang Aspek Terkait-Perdagangan Hak Kekayaan
Intelektual mengenai fleksibilitas untuk melindungi kesehatan masyarakat,
dan, khususnya, menyediakan akses terhadap obat-obatan untuk semua
Penjelasan: apoteker ikut berperan dalam melindungi kesehatan
masyarakat yaitu melalui manajemen pelayanan kesehatan baik penyakit
,enular maupun tidak menular. Peran tersebut antara lain adalah penelitian
dan pengembangan vaksin dan obat-obatan untuk penyakit menular dan
tidak menular serta menyediakan akses terhadap obat-obatan untuk
masyarakat

4
3.b Meningkatkan pembiayaan kesehatan secara substansial. dan perekrutan,
pengembangan, pelatihan dan retensi tenaga kesehatan di negara-negara
berkembang, terutama di negara-negara terbelakang dan negara-negara
berkembang pulau kecil.
Penjelasan: Apoteker berperan dlaan mengendalikan biaya kesehatan.
Salah satunya dalam program JKN, untuk mengendalikan biaya dalam JKN,
maka (1) Apoteker harus mampu melakukan pengelolaan dan pelayanan
obat dan alat kesehatan yang cost effective dan efisien serta melakukan
pelayanan kefarmasian sesuai standar, (2) Memproduksi sediaan farmasi
tertentu sebagai pemenuhan kebutuhan yang lebih efisien, (3)
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian dengan prinsip No Medication
Error

3.c Memperkuat kapasitas semua negara, khususnya negara-negara


berkembang, untuk peringatan dini, pengurangan risiko dan pengelolaan
risiko kesehatan nasional dan global
Penjelasan: Sebagai apoteker sudah seharusnya bertanggung jawab untuk
peringatan dini, pengurangan risiko dan pengelolaan risiko kesehatan
nasional dan global. Apoteker dapat mewujudkan hal tersebut dengan
melakukan promosi kesehatan (misalnya: tentang bahaya seks bebas,
pencegahan penularan Tuberculosis, dll), memberikan informasi &
edukasi tentang penggunaan obat yang baik dan benar, dan efek samping
obat agar dapat mencegah penyalahgunaan obat dan agar dapat mencapai
tujuan terapi dengan cepat dan tepat, sehingga dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat.

Tujuan 5. Mewujudkan kesetaraan jender dan memberdayakan semua


perempuan dan anak perempuan
5.6 Memastikan akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi dan
hak reproduksi sebagaimana disepakati sesuai dengan Program Aksi
Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan dan
Platform Aksi Beijing dan dokumen hasil tinjauan tinjauan mereka

5
Penjelasan: Apoteker dapat melakukan promosi kesehatan tentang bahaya
seks bebas, penggunaan alat kontrasepsi yg baik dan benar, agar dapat
meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi, serta melakukan promosi
kesehatan tentang keluarga berencana agar dapat mencegah meningkatnya
populasi terutama di negara-negara yang sudah padat penduduk seperti
Cina.

Tujuan 6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang


berkelanjutan untuk semua
6.1 Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan setara terhadap air minum
yang aman dan terjangkau untuk semua
Penjelasan: Luasnya wilayah indonesia dan pembangunan yang kurang
merata menjadikan kurang meratanya akses air bersih ke beberapa daerah,
tidak hanya daerah terpencil ataupun terpelosok, bahkan di daerah pinggiran
perkotaan pun juga memiliki askes yang minim terhadap perolehan air
bersih layak minum. Hal ini juga diikuti dengan kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya kualitas dan kuantitas air yang perlu diminum
agar dapat terhindar dari dehidrasi ataupun infeksi bakteri.
Sebagai apoteker pemberian edukasi akan pentingnya pengkonsumsian air
bersih sangatlah penting, dikarenakan air bersih dapat menjadi indikator
untuk menjaga kesehatan masyarakat dan lingkungan. Seorang apoteker
dapat mengedukasi bagaimana cara mengolah air yang baik agar dapat layak
minum dan bebas dari bakteri patogen, ataupun dapat melakukan uji
kebersihan air dengan ilmunya untuk melihat kondisi air tercemar yang
mungkin dapat diolah menjadi air layak minum. Walaupun akan menjadi
dilemma disaat akses air yang tidak memadai menjadi suatu hambatan.
Memang diperlukan kerjasama antar berbagai elemen baik dari pemerintah,
penduduk, dan tenaga kesehatan lain agar dapat tercapai pemerataan akses
air bersih yang layak minum dan terjangkau

6
6.2 Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang
memadai dan merata untuk semua dan mengakhiri buang air besar terbuka,
memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan anak
perempuan dan orang-orang di situasi rentan
Penjelasan: Menurut data (Kementerian Pembangunan Nasional, 2017)
sebanyak 11,08% penduduk indonesia masih buang air besar sembarangan
sehingga tentunya hal ini sangat akan mempengaruhi kesehatan
lingkungan, sanitasi dan kerentanan terhadap penyakit. Pemberian edukasi
dan promosi kesehatan tentang dampak buang air besar sembarangan oleh
seorang apoteker sangatlah diperlukan, mengingat hal ini sangatlah
berpengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat sekitar begitupula
berpengaruh terhadap kebutuhan penduduk perempuan yang nantinya
membutuhkan akses air bersih untuk kebutuhan pribadi, apalagi terhadap
orangtua yang lebih rentan terhadap penyakit infeksi akibat kebersihan
lingkungan yang buruk.

6.3 Pada tahun 2030, memperbaiki kualitas air dengan mengurangi polusi,
menghilangkan pembuangan dan meminimalkan pelepasan bahan kimia
dan bahan berbahaya, mengurangi separuh proporsi air limbah yang tidak
diolah dan meningkatkan daur ulang secara substansial dan penggunaan
kembali yang aman secara global
Penjelasan: Polusi yang mencemari air tidak hanya saja berasal dari segi
industrial ataupun kebiasaan pembuangan sampah sembarangan oleh
masyarakat, tetapi kebiasaan dalam buang air besar sembarangan juga
menjadi sebuah faktor pencemaran kualitas air. Proses pengolahan limbah
di Indonesia seperti sampah kebanyakan diproses melalui dibakar, dibuang
ke kali/parit/laut, dan dibuang secara sembarangan (Kementrian
Pembangunan Nasional, 2017). Sedangkan limbah kimia kebanyakan
pembuangan masi melalui jalur pembuangan lewat laut.
Sebagai seorang apoteker yang dapat kita lakukan adalah melalui jalur
pendekatan terhadap masyarakat dengan upaya edukasi baik dari segi

7
promosi kesehatan akan bahanya pembuangan sampah sembarangan dan
tidak dipisahkan terhadap dampak kesehatan lingkungan dan masyarakat
sekitar, serta pengedukasian akan berbagai cara pemisahan dan
pembuangan sampah yang baik dan benar agar tidak menyebarkan bibit
penyakit. Sehingga dapat berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat dan perilaku masyarakat dalam membuang sampah
Sedangkan dalam segi industri, apoteker dapat turut serta untuk dapat
mengidentifikasi dan memisahkan mana saja hasil limbah yang dapat
diolah kembali menjadi bahan yang masi dapat digunakan seperti menjadi
pupuk, ataupun dapat juga membantu untuk mengolah limbah berbahaya
dengan cara menguraikan secara substansial terlebih dahulu sebelum
menuju proses pembuangan limbah agar tidak dapat mencemari
lingkungan sekitar.

6.4 Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan efisiensi penggunaan


air di semua sektor dan memastikan penarikan yang berkelanjutan dan
pasokan air tawar untuk mengatasi kelangkaan air dan secara substansial
mengurangi jumlah orang yang menderita kelangkaan air.
Penjelasan: Kurangnya dan minimnya akses air masih membuat
kurangnya efisiensi penggunaan air di semua sektor. Usaha yang dapat
dilakukan apoteker adalah dengan menguji dan mengkontrol kebersihan
air yang layak baik untuk sektor industri ataupun masyarakat

6.5 Pada tahun 2030, terapkan pengelolaan sumber daya air terpadu di semua
tingkat, termasuk melalui kerja sama lintas batas sesuai kebutuhan
Penjelasan: Usaha peningkatan mutu dan akses sumber daya air perlu
dilakukan kerjasama yang sinergis antara banyak elemen, muai dari
pemerintah, masyarakat, serta tenaga kesehatan yang dapat berfusngsi
sebagai pengkontrol tingkat kebersihan air.
Peran apoteker dapat berfungsi sebagai pengkontrol air yang baik sehingga
dapat digunakan oleh industri ataupun masyarakat.

8
6.6 Pada tahun 2020, lindungi dan kembalikan ekosistem yang berkaitan
dengan air, termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, akuifer dan
danau
Penjelasan: Pengembalian ekosistem untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat juga dapat dilakukan oleh apoteker dengan menarik hubungan
antara perusakan ekosistem baik yang berkaitan dengan air, termasuk
pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, akuifer dan danau terhadap
kesehatan masyarakat. Dengan menjaga lingkungan diharapkan
masyarakat akan sadar bahwa kesehatan masyarakat juga sangat
dipengaruhi oleh kesehatan lingkungan mereka tinggal, sehingga
kebiasaan pembuangan sampah sembarangan, perusakan lingkungan,
kebiasaan buang air besar sembarangan dapat diubah.

6.a Pada tahun 2030, luaskan kerjasama internasional dan dukungan


pengembangan kapasitas untuk negara-negara berkembang dalam
kegiatan dan program terkait air dan sanitasi, termasuk pemanenan air,
desalinasi, efisiensi air, pengolahan air limbah, daur ulang dan penggunaan
kembali teknologi
Penjelasan: Pentingnya kerjasama internasional dapat meningkatkan
akses air bersih, sanitasi yang baik, serta pengolahan limbah secara baik
dan benar. Hal ini dikarenakan akan perbedaan teknologi yang digunakan
yang mungkin saja dapat membantu untuk mengatasi berbagai macam
persoalan yang masih menjadi hambatan dalam hal-hal tersebut.
Dikarenakan dengan pengolahan dan akses air bersih, sanitasi yang
terjaga, hingga pengolahan limbah yang baik tentunya dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sekitar. Sehingga apoteker dapat mendukung
dengan cara merubah perilaku masyarakat agar dapat lenih sehat dan
menjaga kebersihan lingkungan dengan cara promosi kesehatan dan
edukasi.

9
6.b Mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam
memperbaiki pengelolaan air dan sanitasi
Penjelasan: Peran apoteker untuk memberikan edukasi tentang kesehatan
masyarakat dan lingkungan tidak ada artinya jika masyarakat sendiri tidak
mau terlibat secara aktif dan sadar akan lingkungannya sendiri yang perlu
melalukan perubahan agar dapat meningkatkan derajat lesehatan mereka.
Sehingga dengan adanya ajakan agar masyarakat turut aktif menjaga
lingkunagannya sendiri dan memperbaiki pengelolaan air baik dari segi
kualitas dan kuantitas serta pengelolaan sanitsi yang baik maka diharapkan
kesadaran dan perubahan perilaku dapat diwujudkan secara penuh.

Tujuan 9. Membangun infrastruktur yang tangguh, mempromosikan


industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi
9.5 Meningkatkan penelitian ilmiah, meningkatkan kemampuan teknologi
sektor industri di semua negara, khususnya negara-negara berkembang,
termasuk, pada tahun 2030, mendorong inovasi dan secara substansial
meningkatkan jumlah pekerja penelitian dan pengembangan per 1 juta
orang dan pengeluaran penelitian dan pengembangan publik dan swasta.
Penjelasan: Sesuai dengan seven star plus farmasi dalam poin poin
tersebut dijelaskan bahwa seorang farmasis harus memiliki juga jiwa
sebagai seorang entrepreanur dan juga mampu menjadi seorang researcher.
Membangaun infrastruktur yang tangguh ,mempromosikan industrialisasi
yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inoavasi menjadi suatu
tantangan yang harus dicapai sebagai seorang farmasis demi membuat
suatu kemajuan di berbagai sektor tersebut. Dalam meningkatkan
penelitian farmasis menjadi garda terdepan untuk menemukan dan
mengembangkan berbagai macam kebutuhan terutama dalam bidang
kesehatan dengan meningkatkan jumlah pekerja penelitian dan
pengembangan . Dengan semakin banyaknya penelitian ilmiah berarti
akan berbandig lurus dengan produk-produk yang dikembangkan dan akan

10
semakin banyak inovasi yang bisa dikembangkan hal ini secara tidak
langsung akan meningkatkan industri serta infrastruktur sebagai
pendukung untuk pengembangan industri tersebut

Tujuan 12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan

12.4 Pada tahun 2020, mencapai pengelolaan bahan kimia dan limbah yang
ramah lingkungan sepanjang siklus hidupnya, sesuai dengan kerangka
kerja internasional yang disepakati, dan secara signifikan mengurangi
pelepasannya ke udara, air dan tanah untuk meminimalkan dampak buruk
pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Penjelasan: Sebagai seorang farmasis memastikan pola konsumsi dan
produk yang berkelanjutan merupakan suatu yang wajib di lakukan, hal ini
karena dalam pengaplikasiannya farmasis memiliki tanggung jawab dalam
pengawasan bahan-bahan obat maupun produksi obat. Seorang farmasis
harus mampu mengawasi agar dalam meracik suatu obat atau
mendistribusikan suatu obat sudah sesuai dengan aturan yang berlaku
sehingga tidak menimbulkan dampak buruk bagi manusia dalam hal ini
yang bertindak sebagai konsumen dan bagi lingkungan farmasis juga harus
memiliki tanggung jawab agar prosedur pembuangan bahan sisa obat atau
bahan-bahan kimia sesuai dengan aturan agar tidak mencemari lingkungan
yang tentu saja kan merugikan karena adanya kandungan kimia yang
apabila tidak diolah dan di tangani dengan benar akan menjadi masalah
yang serius bagi lingkungan sekitar dan ini tentu saja akan berdampak
kembali kepada manusia.

11

Anda mungkin juga menyukai