Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN

PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT MOYUDAN


DINAS KESEHATAN KABUPATEN SLEMAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di berbagai negara masalah penyakit dan kualitas lingkungan yang
berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh
pemerintah bersama masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan
Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor lingkungan dan perilaku masih menjadi risiko
utama dalam penularan dan penyebaran penyakit, baik karena kualitas
lingkungan. Sehingga insiden dan prevalensi penyakit yang berbasis lingkungan
di Indonesia relatif masih sangat tinggi.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat bereran penting dalam meningkatkan mutu dan
daya saing Sumber Daya Manusia Indonesia.
Sejalan dengan tujuan tersebut diselenggarakan upaya pembangunan
kesehatan yang berkesinambungan, baik oleh pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota maupun oleh masyarakat termasuk
swasta.
Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap orang dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam Pancasila dan Undang-undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, maka tuntutan untuk mendapatkan
pelayanan yang bermutu dan optimal menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat.
Perubahan Paradigma Kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan lebih
diprioritaskan pada upaya pencegahan dan promosi dengan tanpa meninggalkan
kegiatan kuratif dan rehabilitatif, telah mendorong upaya dari dinas kesehatan
umumnya dan dalam bidang penyehatan lingkungan permukiman serta tempat-
tempat umum dan industri pada khususnya untuk lebih menggali kemampuan
dan kemauan masyarakat untuk dapat meningkatkan dan memecahkan
permasalahan kesehatannya sendiri.
Keadaan kesehatan lingkungan di masyarakat Indonesia masih
merupakan hal yang perlu mendapat perhatian, karena menyebabkan status
kesehatan masyarakat berubah seperti: Mobilitas dan Peningkatan jumlah
penduduk, penyediaan air bersih, pemanfaatan jamban, pengelolaan sampah,
pembuangan air limbah, penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah
pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersedian obat, polusi udara, air dan tanah
dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan penyakit.
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata
dan dapat diterima serta terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat menggunakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna, dengan biaya yang dapat ditanggung oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan pada
pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang
optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, RI
2004).
Salah satu fungsi puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan
pengobatan, upaya pencegahan, peningkatan kesehatan dan pemulihan
kesehatan (Depkes RI, 2004).
Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah
penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80
persen kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah dan
rendah. 73% kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35%
diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit
kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15%
disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018). Pada tahun 2016, sekitar 71
persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) yang
membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80 persen kematian tersebut terjadi di
negara berpenghasilan menengah dan rendah. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit
jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit
pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya
(data WHO, 2018).
Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi PTM telah mendorong
lahirnya kesepakatan tentang strategi global dalam pencegahan dan
pengendalian PTM, khususnya di negara berkembang. PTM telah menjadi isu
strategis dalam agenda SDGs 2030 sehingga harus menjadi prioritas
pembangunan di setiap negara.
Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit
menular dan Penyakit Tidak Menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat
dipengaruhi antara lain oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, transisi
demogra, teknologi, ekonomi dan sosial budaya. Peningkatan beban akibat
PTM sejalan dengan meningkatnya faktor risiko yang meliputi meningkatnya
tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak
sehat, kurang aktivitas fisik, dan merokok serta alkohol.
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada
indikator-indikator kunci PTM yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019, sebagai
berikut :
 Prevalensi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18 tahun keatas
meningkat dari 25,8% menjadi 34,1%;
 Prevalensi obesitas penduduk usia 18 tahun ke atas meningkat dari 14,8 %
menjadi 21,8%;
 Prevalensi merokok penduduk usia ≤18 tahun meningkat dari 7,2%. menjadi
9,1%.

Untuk data PTM lainnya menunjukkan hasil sebagai berikut :


 Prevalensi Asma pada penduduk semua umur menurun dari 4,5% menjadi
2,4%;
 Prevalensi Kanker meningkat dari 1,4 per mil menjadi 1,8 per mil;
 Prevalensi Stroke pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari 7 menjadi
10,9 per mil
 Prevalensi penyakit ginjal kronis ≥ 15 tahun meningkat dari 2,0 per mil
menjadi 3,8 per mil
 Prevalensi Diabetes Melitus pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari
6,9 % menjadi 10,9%;
 Prevalensi aktivitas fisik kurang pada penduduk umur ≥ 10 tahun meningkat
dari 26,1% menjadi 33,5%;
 Prevalensi konsumsi buah/sayur kurang pada penduduk umur ≥ 5 tahun
meningkat dari 93,5% menjadi 95,5%.
Meningkatnya kasus PTM secara signifikan diperkirakan akan menambah beban
masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan biaya yang
besar dan memerlukan teknologi tinggi. Hal ini dapat terlihat dari data Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) tahun 2017, sebanyak 10.801.787
juta orang atau 5,7% peserta JKN mendapat pelayanan untuk penyakit katastropik
dan menghabiskan biaya kesehatan sebesar 14,6 triliun rupiah atau 21,8% dari
seluruh biaya pelayanan kesehatan dengan komposisi peringkat penyakit jantung
sebesar 50,9% atau 7,4 triliun, penyakit ginjal kronik sebesar 17,7% atau 2,6 triliun
rupiah.
Untuk itu, dibutuhkan komitmen bersama dalam menurunkan morbiditas,
mortalitas dan disabilitas PTM melalui intensifikasi pencegahan dan pengendalian
menuju Indonesia Sehat, sehingga perlu adanya pemahaman yang optimal serta
menyeluruh tentang besarnya permasalahan PTM dan faktor risikonya pada semua
pengelola program disetiap jenjang pengambil kebijakan dan lini pelaksanaan. Oleh
karena itu, diperlukan pedoman untuk menetapkan acuan pelayanan penyakit tidak
menular di Puskesmas Moyudan

B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Tersedianya pedoman atau acuan bagi penyelenggara pelayanan
kesehatan penyakit tidak menular dalam mengembangkan pelayanan yang
efektif, tepat sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular di sarana kesehatan
baik dalam maupun luar gedung.

2. Khusus
a. Tersedianya acuan secara berjenjang bagi pengelola program untuk
dapat menyelenggarakan program PTM secara optimal.
b. Tercapainya kesinambungan penyelenggaraan program serta
terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor resiko PTM berbasis
peran serta masyarakat secara terpadu, rutin, dan periodik.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sasaran utama,
sasaran antara, dan sasaran penunjang. Pendekatan terhadap ketiga sasaran
tersebut tidak dilakukan satu per satu berurutan namun harus dilakukan
secara terintegrasi atau bersama-sama.

 Sasaran utama

Merupakan sasaran penerima langsung manfaat pelayanan yang diberikan


yaitu masyarakat sehat, masyarkat beresiko dan masyarakan dengan PTM
berusia mulai dari 15 tahun ke atas.

 Sasaran antara

Merupakan sasaran individu atau kelompok masyarakat yang dapat


berperan sebagai agen mengubah factor resiko PTM, dan lingkungan yang
lebih kondusif untuk penerapan gaya hidup sehat. Sasaran antara tersebut
adalah petugas kesehatan, tokoh panutan masyarakat, anggota organisasi
masyarakat yang peduli PTM

 Sasaran Penunjang

Merupakan sasaran individu, kelompok atau organisasi atau lembaga


masyarakat dan profesi, lembaga pendidikan dan lembaga pemerintah
yang berperan memberi dukungan baik dukungan kebijakan, teknologi dan
ilmu pengetahuan, material maupun dana.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup pada pelayanan PTM terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
UKP yaitu berbagai pelayanan PTM di dalam gedung puskesmas baik
individu, kelompok, maupun komunitas. Pelayanan dalam gedung yang
dilakukan seperti pandu PTM, skrining PTM, pemeriksaan IVA dan sadanis.
Penyuluhan dan pemantauan penderita penyakit Hipertensi dan Diabetes
Melitus, dan Pelaksanaan Gerakan pengendalian Penyakit bagi pasien
prolanis.
2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
UKM yaitu berbagai pelayanan penyakit tidak menular yang dilakukan di
luar gedung puskesmas, seperti posbindu PTM, skrining PTM di dusun dan
Masyarakat, pertemuan peningkatan kapasitas kader dalam pelaksanaan
posbindu, pertemuan kader pantau HT dan DM.

E. Batasan Operasional
Berkaitan dengan program PTM, maka puskesmas bertugas
mengembangkan segala potensi yang ada untuk menjalin kemitraan dan
kerjasama dengan semua pihak yang terkait. Pelaksanaan manajemen program
pencegahan, kuratif, rehabilitatif sederhana dan pengendalian penyakit meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta mengupayakan sumber
daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
Selain itu dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dan dengan
menyesuaikan tugas pokok dan fungsi uraian kegiatan progam PTM, maka
strategi operasional yang dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian
penyakit diantaranya melalui :
1. Pemantapan kelembagaan unit pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta
2. Peningkatan mutu pelayanan di semua unit pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta.
3. Penggalangan kemitraan dengan organisasi profesi, lintas sektoral, institusi
pendidikan, dan lain-lain.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendorong kemandiriannya untuk
mengatasi masalah kesehatan.
Kegiatan yang dilakukan program PTM di Puskesmas Moyudan adalah :
a. Pembinaan Posbindu
b. Penyuluhan dan pemantauan kesehatan penderita Hipertensi
c. Penyuluhan dan pemantauan kesehatan penderita Diabetes Melitus
d. Pertemuan peningkatan kapasitas kader untuk pelaksanaan posbindu
e. Koordinasi internal posbindu
f. Pertemuan kader pemantau HT dan DM di Desa
g. Pelaksanaan Gerakan Pengendalian Penyakit
h. Skrining Usia produktif di dusun
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi sumber daya manusia adalah :
Ketenagaan sebagai persyaratan Penanggulangan PTM di Puskesmas Moyudan
adalah :
1. Dokter yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Register
(STR);
2. Perawat yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Register
(STR);
3. Bidan yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Register (STR);
4. Analis yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Register (STR);
5. Gizi yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Register (STR);
6. Promosi Kesehatan yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda
Register (STR);
7. Asisten Apoteker yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda
Register (STR);
8. Kesehatan Lingkungan yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda
Register (STR);
9. Perekam Medis yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda
Register (STR);
10. Fisioterapis yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Register
(STR);
11. Psikolog yang Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Register (STR)
12. Epidemiolog yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Register
(STR);

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan program PTM dikoordinir oleh
penanggungjawab program PTM sesuai dengan kesepakatan. Adapun tim
pelaksanaan kegiatan PTM yaitu :

No. Nama Jabatan


1. dr. Desi Arijadi Ka. Puskesmas
2. Ary Hirtiningsih Kasubag TU
3. drg. Fenny Ananta PJ Mutu

4. dr Siti Rahayu Penanggung jawab UKP / PJ


UKP PTM
5. dr Lenny Sukmawati PJ UKM
6. Adina Muzzayana PJ Jejaring
7. Catur Akhyati PJ Sarpras
8. Restu Diah Nawangsari Penanggung jawab program
PTM
9. Catra Surveilans PTM
10. Bernadeta Eka Yuni Sayekti Pemeriksaan penunjang PTM

11. Septian Pelayanan psikososial kasus


PTM
12. Ani Rohmiyati Pelayanan asuhan gizi kasus
PTM
13. Julasmi PJ Iva Test dan Sadanis
14. Restu Diah Nawangsari Pj Perkesmas
15. Wahyu Bawono Pj Promkes
16. Immas Titi Handayani Pj pengeloaan obat dan BMHP
17. Catur Akhyati PJ pengelolaan limbah Medis
PTM
18. Yiska Indah Jaya Sumantri Pengelola Sistem informasi
Puskesmas
19. Dian Yunitasari Pengelola PISPK
20. Ulfi Ananda Pj Rehabilitasi Medis kasus PTM
21. Kader Kesehatan Pengelola posbindu di masing-
masing dusun

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan program P2TM sesuai anggaran BOK, SOP
maupun Rawat Jalan ( Pendapatan ) disepakati dan disusun bersama dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Pembinaan Posbindu ( Januari sd Desember disesuaikan dengan kegiatan
posbindu di Dusun )
2. Penyuluhan dan pemantauan kesehatan penderita Hipertensi ( Januari-
Desember)
3. Penyuluhan dan pemantauan kesehatan penderita Diabetes Melitus (Juni,
Desember)
4. Pertemuan peningkatan kapasitas kader untuk pelaksanaan posbindu
(Februari, Juni)
5. Koordinasi internal posbindu (Februari , Juni)
6. Pertemuan kader pemantau HT dan DM di Desa (Mei, November)
7. Pelaksanaan Gerakan Pengendalian Penyakit (Juni, Agustus, September,
Oktober, November, Desember)
8. Skrining Usia produktif di dusun (Januari-November)
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
1. Ruang Praktik Penyakit Tidak Menular
1. Letak
Letak ruang praktik pelayanan penyakit tidak menular adalah di poli umum dan
poli KIA lantai dasar Puskesmas Moyudan.
2. Luas Ruang
Ruang poli umum kurang lebih berukuran 6 x 6 m2.
3. Komponen Bangunan
1) Langit-langit : kuat, dapat dibersihkan, berwarna terang, tidak
bocor, dan tahan cuaca.
2) Dinding : dapat dibersihkan, tidak berjamur, tahan cuaca, dan
tidak menyilaukan mata.
3) Pintu : tertutup secara visual dari ruangan lain sehingga privasi
dan kerahasiaan pasien terkait pemeriksaan dan konsultasi dapat
terjamin.
4) Lantai : mudah dibersihkan, tidak licin, permukaan rata, warna
terang, dan tidak menyilaukan mata.
4. Persyaratan Prasarana
1) Ventilasi : Tersedia ventilasi kombinasi dan kipas angin.
2) Pencahayaan : Tersedia pencahayaan alami, lampu dan tidak
menimbulkan efek silau.
5. Perlengkapan
a. Pelayanan PANDU PTM

1) Lemari
2) Meja dan kursi
3) Alat tulis kantor
4) Alat pengukuran tekanan darah, lingkar perut, berat badan dan tinggi
badan.
5) Alat cek gds dan kolestrol
6) Form Pandu PTM.
7) Lembar Carta

b. Pelayanan program IVA:

1) Tensimeter
2) Stetoskop
3) Meja periksa
4) Kursi pemeriksaan IVA
5) Flipchart
6) Buku register/laporan IVA
7) Instrumen set IVA
8) Troli

c. Pelayanan PTM luar Gedung

1) Posbindu Kit
2) Lembar balik PTM
3) Lembar pencatatan hasil
4) KMS posbindu
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Penanggulangan PTM di Puskesmas Moyudan dilakukan di dalam dan di luar
gedung dengan tata laksana sebagai berikut :
1. Penanggulangan PTM di dalam Gedung :
a. PANDU PTM
1) Pengertian
Kegiatan PANDU PTM adalah kegiatan penemuan dan penanganan kasus
PTM dan manajemen faktor risiko PTM di FKTP secara terpadu
2) Kegiatan manajemen faktor risiko meliputi pemeriksaan
 perilaku merokok.
 Indeks Masa Tubuh (BB, TB, dan Lingkar perut)
 Tekanan Darah > 120/80 mmHg.
 gula darah sewaktu > 200 mg/dL.
 kolesterol atau kolesterol rata-rata.
 wanita usia 30-50 tahun atau wanita yang pernah berhubungan
seksual.
 Penanganan penyandang PTM dan Program Rujuk Balik (PRB)
3) Dasar Hukum / Pedoman
 Permenkes No 71 tahun 2013 tentang Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular.
 Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.
 Peraturan Menteri Kesehatan No.29 Tahun 2017 tentang perubahan
 Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
 KMK Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik
Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No 11 tahun 2012 tentang
Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
 Pedoman Pengendalian PTM terpadu.
4) Sasaran
Setiap warga negara yang menyandang dan memiliki faktor risiko PTM
yang berkunjung ke FKTP.

5) Tahapan Kegiatan
a) Tahap Persiapan
 Penetapan sasaran

 Petugas memastikan ketersedian alat kesehatan, bahan habis pakai


dan obat-obatan yang mendukung PANDU PTM.

 Petugas memastikan ketersedian pedoman PPK 1 dan Pedoman


pengendalian PTM terpadu sebagai acuan bagi petugas di FKTP.

b) Tahap Pelaksanaan

Petugas memastikan rujukan FKRTL sesuai indikasi medis dan


menangani kasus rujuk balik sesuai standar.

6) Tahap Pembinaan dan Monitoring Evaluasi.

Petugas melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara


berjenjang dan berkala.

b. Iva Test dan SADANIS


1) Pengertian

Kegiatan Deteksi Dini Kanker adalah kegiatan deteksi dini kanker


payudara dan kanker leher rahim pada wanita usia 30-50 tahun atau
wanita yang pernah berhubungan seksual, yang dilakukan di FKTP.

Kegiatan ini meliputi :

 Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS).

 Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).

2) Dasar Hukum / Pedoman

 Permenkes 71 tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit Tidak


Menular.

 KMK Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik


Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.

 Peraturan Menteri Kesehatan No.29 Tahun 2017 tentang perubahan


Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2015 tentang Penang-
gulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim.

 Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 430/Menkes/SK/IV/2007


tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker.

2. Sasaran
Setiap warga negara wanita usia 30-50 tahun atau wanita yang
pernah berhubungan seksual.
3) Tahapan Kegiatan
a. Tahap Persiapan.

 Petugas menetapkan target dan sasaran di satu wilayah. Penetapan


sasaran menggunakan data wanita usia 30-50 tahun atau wanita
yang pernah berhubungan seksual.

 Petugas melakukan sosialisasi kepada target untuk mau mendatangi


FKTP melakukan deteksi dini kanker.

 Petugas memastikan ketersediaan tenaga terlatih sebagai pelaksana.

 Petugas memastikan ketersediaan alat dan bahan habis pakai yang


dibutuhkan

c. Tahap Pelaksanaan

 Petugas memastikan pelaksanaan sesuai standar yang ditetapkan.

 Petugas memastikan kegiatan tercatat dalam rekam medik dan


dilaporkan sesuai ketentuan.

 Petugas memastikan tatalaksana IVA positif menggunakan krioterapi


oleh dokter terlatih.

 Petugas memastikan rujukan sesuai indikasi medis

d. Tahap Pembinaan dan Monitoring Evaluasi

Pengelola Program melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi


secara berjenjang dan berkala.

c. Koordinasi internal posbindu


Koordinasi internal posbindu dilakukan secara berkala untuk memonitoring
dan merencanakan kegiatan pembinaan posbindu yang akan dilakukan di
luar gedung. Koordinasi ini dilakukan oleh kepala puskesmas, PJ PTM, PJ
UKM, ATLM, bidan kalurahan, dan promkes.

d. Penatalaksanaan penyakit tidak menular PRB dan NON PRB


Kegiatan PRB dilaksanakan dari pasien yang dinyatakan stabil oleh dokter
spesialis di rumah sakit dan dapat melakukan kontrol rutin di fasyankes
dengan syarat membawa berkas PRB dari rumah sakit. Pasien PRB kembali
periksa ke Rumah sakit apabila ada keluhan yang memberat.
Pasien non PRB cukup diperiksa oleh dokter dan mengambil obat di FKTP.
2. Penanggulangan PTM di Luar Gedung :
a. Pembinaan Posbindu PTM

1) Pengertian
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM utama yang dilaksanakan secara
terpadu rutin, dan periodik.
2) Dasar Hukum / Pedoman
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 1479 tahun 2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans epidemiologi Penyakit
Menular dan PTM terpadu.

3) Sasaran

Sasaran kegiatan posbindu yaitu masyarakat sehat, masyarakat beresiko dan


masyarakat dengan PTM berusia mulai 15 tahun keatas.
4) Tahapan Kegiatan
a) Tahap Persiapan

 Petugas berkoordinasi dengan tim pelaksana kegiatan

 Petugas memastikan ketersedian alat kesehatan, bahan habis pakai


dan obat-obatan yang mendukung Posbindu PTM.

 Petugas memastikan kesiapan kader dalam pelaksanaan kegiatan


Posbindu PTM

c) Tahap Pelaksanaan

Tahapan layanan 1 : registrasi, pemberian nomor/ kode serta


pencatatan ulang hasil pengisian buku pemantauan FRPTM ke buku
pencatatan oleh petugas pelaksana Posbindu PTM
Tahapan layanan 2 : wawancara oleh petugas pelaksana posbindu
PTM
Tahapan layanan 3 : pengukuran BB, TB, IMT, LP
Tahapan layanan 4 : pemeriksaan tekanan gula darah, kolesterol total
Tahapan layanan 5 : identifikasi faktor resiko, konseling/ edukasi serta
tindak lanjut
3. Tahap Pembinaan dan Monitoring Evaluasi.

 Petugas puskesmas melakukan rakor kader dan bimtek secara berkala

 Mengkoordinir pencatatan dan pelaporan secara berjenjang.


 Pengelola Program memastikan kegiatan dilakukan tercatat di register
dan dilaporkan melalui aplikasi ASIK

 Petugas melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara


berjenjang dan berkala.

b. Skrining Usia Produktif di Dusun

1) Pengertian
Kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor resiko penyakit tidak menular.
2) Dasar Hukum / Pedoman
Buku Pedoman Manajemen PTM Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Dirjen Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2020
3) Sasaran

Sasaran skrining PTM yaitu masyarakat sehat dan masyarakat beresiko PTM
berusia mulai 15 tahun keatas.
4) Tahapan Kegiatan
a) Tahap Persiapan

 Petugas menyusun jadwal kegiatan

 Petugas memastikan ketersedian alat kesehatan, bahan habis pakai


dan obat-obatan yang mendukung skrining PTM.

 Petugas membuat kesepakatan dengan kader di dusun untuk


pelaksanaan kegiatan.

d) Tahap Pelaksanaan

Tahapan layanan 1 : registrasi


Tahapan layanan 2 : wawancara tentang faktor resiko PTM
Tahapan layanan 3 : pengukuran BB, TB, IMT, LP
Tahapan layanan 4 : pemeriksaan tekanan gula darah, kolesterol total
Tahapan layanan 5 : identifikasi faktor resiko, konseling/ edukasi serta
tindak lanjut
4. Tahap Pembinaan dan Monitoring Evaluasi.

 Petugas mencatat hasil pemeriksaan dan melaporkan kepada kader


apabila ditemukan hasil diluar batas normal
 Petugas memberikan rujukan ke puskesmas apabila ditemukan hasil
diluar batas normal untuk mendapat pelayanan lebih lanjut.
c. Pertemuan peningkatan kapasitas kader untuk pelaksanaan posbindu

1) Pengertian
Kader adalah orang dewasa baik pria atau wanita yang dipandang sebagai
orang-orang yang memiliki kelebihan di masyarakatnya. Kelebihan itu
dapat berupa keberhasilan dalam kegiatan, keluwesan dalam hubungan
kemanusiaan, status sosial ekonomi, dan lain sebagainya.
2) Dasar Hukum / Pedoman
 Buku Pedoman Manajemen PTM Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Dirjen Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2020
3) Sasaran

Seluruh kader posbindu baik di dusun maupun posbindu instansi di


wilayah Kapanewon Moyudan
4) Tahapan Kegiatan
a) Tahap Persiapan:

1. menentukan tema informasi yang akan dibahas pada pertemuan


kader
2. Petugas menentukan hari, tanggal dan jam pelaksanaan pertemuan
kader
3. Petugas membuat undangan kemudian mendistribusikan.

b) Tahap Pelaksanaan:

1. Petugas menyampaikan informasi sesuai tema yang sudah


ditentukan. Tema yang disampaikan meliputi informasi tentang
kebijakan program posbindu di puskesmas, penyakit tidak menular,
dan informasi lain yang berkaitan dengan posbindu. Pertemuan
dilaksanakan ± 180 menit.
2. Petugas memberikan kesempatan untuk bertanya ±15 menit
tentang apa yang belum dimengerti dari materi yang telah
disampaikan

c) Tahap evaluasi:

Evaluasi dilaksanakan dengan cara petugas bertanya tentang


pelaksanaan kegiatan kelompok posbindu di masing-masing dusun,
hambatan dan kendala yang dihadapi.
BAB V

LOGISTIK

Keperluan logistik dalam program PTM meliputi form skrining, ATK, buku register, alat
pemeriksaan gds dan kolesterol, komputer, printer.
Alur permintaan perlengkapan :

PJ PTM mengajukan Unit pengadaan Poli Umum


permintaan perlengkapan barang Puskesmas dan poli KIA
praktik skrining PTM Moyudan

1. Perencanaan
Pengadaan bahan perlengkapan praktik skrining harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Tingkat persediaan

Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan habis pakai yang diperlukan
untuk memenuhi kegiatan operasional sampai pengadaan berikutnya.

b. Perkiraan jumlah kebutuhan

Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau


pembelian bahan perlengkapan habis pakai dalam periode satu tahun yang lalu
dan proyeksi jumlah kebutuhan untuk periode satu tahun yang akan datang.

c. Ketersediaan anggaran puskesmas

Pengadaan macam dan penambahan bahan habis pakai perlu


mempertimbangkan ketersediaan anggaran puskesmas.

2. Permintaan
Penanggung jawab PTM mengajukan permintaan pada unit pengadaan barang
untuk bahan perlengkapan yang telah menipis dengan urutan sebagai berikut:
a. Pada awal tahun PJ PTM mengusulkan kebutuhan barang, alat dan perlengkapa
n dokumentasi ke petugas pengadaan barang dengan memperhatikan: ting
kat persediaan minimum, perkiraan jumlah kebutuhan, waktu yang dibut
uhkan untuk mendapatkan barang, serta ketersediaan anggaran puskesmas.
b. Usulan diterima dan diolah oleh Tim Perencanaan Tingkat Puskesmas.
c. Hasil pembahasan dituangkan dalam Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
d. RUK digunakan sebagai dasar pembuatan Rencana Pelaksanaan Kegiata
n (RPK)
e. RPK dituangkan menjadi RKA (Rencana Kinerja Anggaran) sebagai usulan k
esatuan Koordinasi Pemerintah Daerah.
f. Apabila RKA disetujui SKPD, maka dibuatlah Dokumen Pelaksanaan Angga
ran (DPA) untuk diusulkan ke Pemerintah Daerah.
g. Apabila DPA sudah disetujui, anggaran bisa digunakan untuk memenuh
i kebutuhan Penanggulangan PTM Puskesmas Moyudan
3. Penyimpanan
Di ruang poli umum, dengan mempertimbangkan kebersihan tempat penyimpanan
barang.
4. Penggunaan
Sesuai kebutuhan.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Sistem dimana progammer membuat asuhan keselamatan petugas, pasien dan
masyarakat sekitar

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien
2. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan
3. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Identitas pasien baik di dalam gedung maupun di luar gedung harus sesuai
dengan jelas.
2. Skrening dilakukan sesuai standart pelayanan penyakit tidak menular
3. Tanda tangan dokter/perawat yang meminta pemeriksaan
4. Apabila pemeriksaan menggunakan reagen misalnya cek gula darah dan
kolesterol maka persiapan reagen harus memenuhi syarat dan tidak dalam masa
kadaluarsa
5. Semua peralatan laboratorium harus bersih dan memenuhi syarat
6. Kalibrasi alat secara berkala
7. Pada saat petugas melakukan pemeriksaan pastikan alat dan instrument harus
berfungsi dengan baik
8. Pada pelaporan hasil ditulis dengan jelas untuk menghindari salah transkip hasil
pemeriksaan
.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Setiap kegiatan pelayanan penyakit tidak menular yang dilakukan baik di dalam
gedung maupun di luar gedung Puskesmas dapat menimbulkan bahaya/resiko terhadap
petugas maupun lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dan mencegah bahaya yang
terjadi, setiap petugas harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Kegiatan tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja PTM.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
A. Di Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
1. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3
a. Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di dalam
gedung (ruang pemeriksaan umum, laboratorium, gizi)
b. Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
c. Pencahayaan cukup dan nyaman;
d. Ventilasi cukup dan sesuai;
e. Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika
diperlukan.
f. Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
2. Sanitasi Lingkungan
a. Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis.
b. Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong
plastik dan diberi tanda khusus.
c. Tata ruang harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/menjadi sarang
serangga atau binatang pengerat.
d. Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan
secara teratur.
e. Petugas dilarang makan dan minum dalam ruangan pemeriksaan pasien.

B. Proses Kerja, Bahan dan Peralatan Kerja


1. Melaksanakan praktek pelayanan dalam gedung (pandu ptm, iva) yang benar
setiap petugas harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap
bahaya yang mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap peralatan dan
keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui cara mengatasi apabila
terjadi kecelakaan.
2. Tersedia fasilitas untuk kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tempat cuci
tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (gown, masker, sarung tangan, alas
kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.
4. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang dengan
rapi.
5. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan
setelah selesai melakukan kegiatan
6. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau benda
tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti dalam
laboratorium dan diberi keterangan.
7. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning (menjadi
limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
8. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
9. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan.
10. Pengelolaan pemeriksaan darah di dalam gedung di lakukan oleh petugas
laboratorium
11. Pengelolaan pemeriksaan darah di luar gedung di lakukan oleh petugas (Dokter,
perawat, bidan)
a. Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.
b. Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan carapengambilan dan
pengolahan spesimen dengan benar.
c. Setiap petugas yang memeriksa specimen harus menggunakan sarung tangan
dan masker.
d. Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan dan
mengganti sarung tangan.
e. Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah infeksius dan
dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
12. Pengelolaan Limbah
a. Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari limbah/sampah umum dan limbah khusus seperti
benda tajam, limbah infeksius, limbah sitotoksik, limbah toksik, limbah kimia,
limbah B3 dan limbah plastik.
Fasilitas Pembuangan Limbah Padat:
1. Tempat Pengumpulan Sampah
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus padabagian dalamnya. Mempunyai
tutup yang mudah dibuka dan ditutup,minimal terdapat satu buah untuk
masing-masingkegiatan. Kantong plastik diangkat setiap hari atau apabila
2/3bagian telah terisi sampah. Setiap tempat pengumpulan sampah harus
dilapisi plastiksebagai pembungkus sampah dengan label dan warna.
2. Tempat Penampungan Sampah Sementara
Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak permanen, yang
diletakkan pada lokasi yang sudah dijangkau kendaraan pengangkut
sampah. Tempat penampungan sampah sementara dikosongkan dan
dibersihkan sekurang-kurangnya satu kali dalam 24 jam.
3. Tempat Pembuangan Sampah Akhir
a) Sampah infeksius, sampah toksik dan sitotoksik dikelola sesuai
prosedur dan peraturan yang berlaku.
b) Sampah umum (domestik) dibuang ke tempat pembuangan sampah
akhir yang dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian Mutu pelayanan penyakit tidak menular di Puskesmas Moyudan
bertujuan untuk tercapai dan terpeliharanya mutu pelayanan penyakit tidak menular
secara berkelanjutan. Kegiatan mutu pelayanan penyakit tidak menular meliputi :
1. Penyusunan Standart Prosedur Operasional yang dilakukan oleh petugas PTM
yang disahkan oleh Penanggung Jawab UKM
2. Penerapan Standart Prosedur Operasional oleh tenaga kesehatan secara
berkesinambungan.
3. Pemantapan Mutu pelayanan penyakit tidak menular, yaitu keseluruhan proses
atau semua kegiatan serta tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian
dan ketepatan hasil kegiatan pelayanan penyakit tidak menular. Kegiatan ini
meliputi pemantapan mutu internal dan eksternal.
4. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
5. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan.

BAB IX
PENUTUP
Pelaksanaan program PTM sangat memerlukan dorongan dan pembinaan dari
tenaga kesehatan, serta dukungan lintas sector seperti pimpinan masyarakat,
kelompok organisasi, serta petugas pelaksana PTM. Efektifitas dan optimalisasi
penyelenggaraan program PTM juga memerlukan keterlibatan dan peran aktif dari
berbagai pihak serta dukungan, fasilitasi dan pembinaan berkesinambungan.
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit tidak menular dengan tetap
memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat. Keberhasilan kegiatan
program pemberantasan penyakit tidak menular tergantung pada komitmen yang kuat
dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran
serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas Moyudan Pemegang Program Penyakit Tidak
Menular

dr. Desi Arijadi Restu Diah Nawangsari A.Md.Kep


Penata , IV a Pengatur/ IId
NIP. 19701209 200701 1 006 NIP. 19940708 201903 2 019

Anda mungkin juga menyukai