A. Latar Belakang
Di berbagai negara masalah penyakit dan kualitas lingkungan yang
berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh
pemerintah bersama masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan
Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor lingkungan dan perilaku masih menjadi risiko
utama dalam penularan dan penyebaran penyakit, baik karena kualitas
lingkungan. Sehingga insiden dan prevalensi penyakit yang berbasis lingkungan
di Indonesia relatif masih sangat tinggi.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat bereran penting dalam meningkatkan mutu dan
daya saing Sumber Daya Manusia Indonesia.
Sejalan dengan tujuan tersebut diselenggarakan upaya pembangunan
kesehatan yang berkesinambungan, baik oleh pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota maupun oleh masyarakat termasuk
swasta.
Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap orang dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam Pancasila dan Undang-undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, maka tuntutan untuk mendapatkan
pelayanan yang bermutu dan optimal menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat.
Perubahan Paradigma Kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan lebih
diprioritaskan pada upaya pencegahan dan promosi dengan tanpa meninggalkan
kegiatan kuratif dan rehabilitatif, telah mendorong upaya dari dinas kesehatan
umumnya dan dalam bidang penyehatan lingkungan permukiman serta tempat-
tempat umum dan industri pada khususnya untuk lebih menggali kemampuan
dan kemauan masyarakat untuk dapat meningkatkan dan memecahkan
permasalahan kesehatannya sendiri.
Keadaan kesehatan lingkungan di masyarakat Indonesia masih
merupakan hal yang perlu mendapat perhatian, karena menyebabkan status
kesehatan masyarakat berubah seperti: Mobilitas dan Peningkatan jumlah
penduduk, penyediaan air bersih, pemanfaatan jamban, pengelolaan sampah,
pembuangan air limbah, penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah
pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersedian obat, polusi udara, air dan tanah
dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan penyakit.
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata
dan dapat diterima serta terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat menggunakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna, dengan biaya yang dapat ditanggung oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan pada
pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang
optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, RI
2004).
Salah satu fungsi puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan
pengobatan, upaya pencegahan, peningkatan kesehatan dan pemulihan
kesehatan (Depkes RI, 2004).
Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah
penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80
persen kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah dan
rendah. 73% kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35%
diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit
kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15%
disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018). Pada tahun 2016, sekitar 71
persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) yang
membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80 persen kematian tersebut terjadi di
negara berpenghasilan menengah dan rendah. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit
jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit
pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya
(data WHO, 2018).
Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi PTM telah mendorong
lahirnya kesepakatan tentang strategi global dalam pencegahan dan
pengendalian PTM, khususnya di negara berkembang. PTM telah menjadi isu
strategis dalam agenda SDGs 2030 sehingga harus menjadi prioritas
pembangunan di setiap negara.
Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit
menular dan Penyakit Tidak Menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat
dipengaruhi antara lain oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, transisi
demogra, teknologi, ekonomi dan sosial budaya. Peningkatan beban akibat
PTM sejalan dengan meningkatnya faktor risiko yang meliputi meningkatnya
tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak
sehat, kurang aktivitas fisik, dan merokok serta alkohol.
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada
indikator-indikator kunci PTM yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019, sebagai
berikut :
Prevalensi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18 tahun keatas
meningkat dari 25,8% menjadi 34,1%;
Prevalensi obesitas penduduk usia 18 tahun ke atas meningkat dari 14,8 %
menjadi 21,8%;
Prevalensi merokok penduduk usia ≤18 tahun meningkat dari 7,2%. menjadi
9,1%.
B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Tersedianya pedoman atau acuan bagi penyelenggara pelayanan
kesehatan penyakit tidak menular dalam mengembangkan pelayanan yang
efektif, tepat sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular di sarana kesehatan
baik dalam maupun luar gedung.
2. Khusus
a. Tersedianya acuan secara berjenjang bagi pengelola program untuk
dapat menyelenggarakan program PTM secara optimal.
b. Tercapainya kesinambungan penyelenggaraan program serta
terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor resiko PTM berbasis
peran serta masyarakat secara terpadu, rutin, dan periodik.
C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sasaran utama,
sasaran antara, dan sasaran penunjang. Pendekatan terhadap ketiga sasaran
tersebut tidak dilakukan satu per satu berurutan namun harus dilakukan
secara terintegrasi atau bersama-sama.
Sasaran utama
Sasaran antara
Sasaran Penunjang
E. Batasan Operasional
Berkaitan dengan program PTM, maka puskesmas bertugas
mengembangkan segala potensi yang ada untuk menjalin kemitraan dan
kerjasama dengan semua pihak yang terkait. Pelaksanaan manajemen program
pencegahan, kuratif, rehabilitatif sederhana dan pengendalian penyakit meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta mengupayakan sumber
daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
Selain itu dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dan dengan
menyesuaikan tugas pokok dan fungsi uraian kegiatan progam PTM, maka
strategi operasional yang dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian
penyakit diantaranya melalui :
1. Pemantapan kelembagaan unit pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta
2. Peningkatan mutu pelayanan di semua unit pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta.
3. Penggalangan kemitraan dengan organisasi profesi, lintas sektoral, institusi
pendidikan, dan lain-lain.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendorong kemandiriannya untuk
mengatasi masalah kesehatan.
Kegiatan yang dilakukan program PTM di Puskesmas Moyudan adalah :
a. Pembinaan Posbindu
b. Penyuluhan dan pemantauan kesehatan penderita Hipertensi
c. Penyuluhan dan pemantauan kesehatan penderita Diabetes Melitus
d. Pertemuan peningkatan kapasitas kader untuk pelaksanaan posbindu
e. Koordinasi internal posbindu
f. Pertemuan kader pemantau HT dan DM di Desa
g. Pelaksanaan Gerakan Pengendalian Penyakit
h. Skrining Usia produktif di dusun
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan program PTM dikoordinir oleh
penanggungjawab program PTM sesuai dengan kesepakatan. Adapun tim
pelaksanaan kegiatan PTM yaitu :
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan program P2TM sesuai anggaran BOK, SOP
maupun Rawat Jalan ( Pendapatan ) disepakati dan disusun bersama dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Pembinaan Posbindu ( Januari sd Desember disesuaikan dengan kegiatan
posbindu di Dusun )
2. Penyuluhan dan pemantauan kesehatan penderita Hipertensi ( Januari-
Desember)
3. Penyuluhan dan pemantauan kesehatan penderita Diabetes Melitus (Juni,
Desember)
4. Pertemuan peningkatan kapasitas kader untuk pelaksanaan posbindu
(Februari, Juni)
5. Koordinasi internal posbindu (Februari , Juni)
6. Pertemuan kader pemantau HT dan DM di Desa (Mei, November)
7. Pelaksanaan Gerakan Pengendalian Penyakit (Juni, Agustus, September,
Oktober, November, Desember)
8. Skrining Usia produktif di dusun (Januari-November)
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
1. Ruang Praktik Penyakit Tidak Menular
1. Letak
Letak ruang praktik pelayanan penyakit tidak menular adalah di poli umum dan
poli KIA lantai dasar Puskesmas Moyudan.
2. Luas Ruang
Ruang poli umum kurang lebih berukuran 6 x 6 m2.
3. Komponen Bangunan
1) Langit-langit : kuat, dapat dibersihkan, berwarna terang, tidak
bocor, dan tahan cuaca.
2) Dinding : dapat dibersihkan, tidak berjamur, tahan cuaca, dan
tidak menyilaukan mata.
3) Pintu : tertutup secara visual dari ruangan lain sehingga privasi
dan kerahasiaan pasien terkait pemeriksaan dan konsultasi dapat
terjamin.
4) Lantai : mudah dibersihkan, tidak licin, permukaan rata, warna
terang, dan tidak menyilaukan mata.
4. Persyaratan Prasarana
1) Ventilasi : Tersedia ventilasi kombinasi dan kipas angin.
2) Pencahayaan : Tersedia pencahayaan alami, lampu dan tidak
menimbulkan efek silau.
5. Perlengkapan
a. Pelayanan PANDU PTM
1) Lemari
2) Meja dan kursi
3) Alat tulis kantor
4) Alat pengukuran tekanan darah, lingkar perut, berat badan dan tinggi
badan.
5) Alat cek gds dan kolestrol
6) Form Pandu PTM.
7) Lembar Carta
1) Tensimeter
2) Stetoskop
3) Meja periksa
4) Kursi pemeriksaan IVA
5) Flipchart
6) Buku register/laporan IVA
7) Instrumen set IVA
8) Troli
1) Posbindu Kit
2) Lembar balik PTM
3) Lembar pencatatan hasil
4) KMS posbindu
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Penanggulangan PTM di Puskesmas Moyudan dilakukan di dalam dan di luar
gedung dengan tata laksana sebagai berikut :
1. Penanggulangan PTM di dalam Gedung :
a. PANDU PTM
1) Pengertian
Kegiatan PANDU PTM adalah kegiatan penemuan dan penanganan kasus
PTM dan manajemen faktor risiko PTM di FKTP secara terpadu
2) Kegiatan manajemen faktor risiko meliputi pemeriksaan
perilaku merokok.
Indeks Masa Tubuh (BB, TB, dan Lingkar perut)
Tekanan Darah > 120/80 mmHg.
gula darah sewaktu > 200 mg/dL.
kolesterol atau kolesterol rata-rata.
wanita usia 30-50 tahun atau wanita yang pernah berhubungan
seksual.
Penanganan penyandang PTM dan Program Rujuk Balik (PRB)
3) Dasar Hukum / Pedoman
Permenkes No 71 tahun 2013 tentang Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular.
Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.
Peraturan Menteri Kesehatan No.29 Tahun 2017 tentang perubahan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
KMK Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik
Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No 11 tahun 2012 tentang
Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Pedoman Pengendalian PTM terpadu.
4) Sasaran
Setiap warga negara yang menyandang dan memiliki faktor risiko PTM
yang berkunjung ke FKTP.
5) Tahapan Kegiatan
a) Tahap Persiapan
Penetapan sasaran
b) Tahap Pelaksanaan
2. Sasaran
Setiap warga negara wanita usia 30-50 tahun atau wanita yang
pernah berhubungan seksual.
3) Tahapan Kegiatan
a. Tahap Persiapan.
c. Tahap Pelaksanaan
1) Pengertian
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM utama yang dilaksanakan secara
terpadu rutin, dan periodik.
2) Dasar Hukum / Pedoman
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 1479 tahun 2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans epidemiologi Penyakit
Menular dan PTM terpadu.
3) Sasaran
c) Tahap Pelaksanaan
1) Pengertian
Kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor resiko penyakit tidak menular.
2) Dasar Hukum / Pedoman
Buku Pedoman Manajemen PTM Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Dirjen Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2020
3) Sasaran
Sasaran skrining PTM yaitu masyarakat sehat dan masyarakat beresiko PTM
berusia mulai 15 tahun keatas.
4) Tahapan Kegiatan
a) Tahap Persiapan
d) Tahap Pelaksanaan
1) Pengertian
Kader adalah orang dewasa baik pria atau wanita yang dipandang sebagai
orang-orang yang memiliki kelebihan di masyarakatnya. Kelebihan itu
dapat berupa keberhasilan dalam kegiatan, keluwesan dalam hubungan
kemanusiaan, status sosial ekonomi, dan lain sebagainya.
2) Dasar Hukum / Pedoman
Buku Pedoman Manajemen PTM Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Dirjen Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2020
3) Sasaran
b) Tahap Pelaksanaan:
c) Tahap evaluasi:
LOGISTIK
Keperluan logistik dalam program PTM meliputi form skrining, ATK, buku register, alat
pemeriksaan gds dan kolesterol, komputer, printer.
Alur permintaan perlengkapan :
1. Perencanaan
Pengadaan bahan perlengkapan praktik skrining harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan habis pakai yang diperlukan
untuk memenuhi kegiatan operasional sampai pengadaan berikutnya.
2. Permintaan
Penanggung jawab PTM mengajukan permintaan pada unit pengadaan barang
untuk bahan perlengkapan yang telah menipis dengan urutan sebagai berikut:
a. Pada awal tahun PJ PTM mengusulkan kebutuhan barang, alat dan perlengkapa
n dokumentasi ke petugas pengadaan barang dengan memperhatikan: ting
kat persediaan minimum, perkiraan jumlah kebutuhan, waktu yang dibut
uhkan untuk mendapatkan barang, serta ketersediaan anggaran puskesmas.
b. Usulan diterima dan diolah oleh Tim Perencanaan Tingkat Puskesmas.
c. Hasil pembahasan dituangkan dalam Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
d. RUK digunakan sebagai dasar pembuatan Rencana Pelaksanaan Kegiata
n (RPK)
e. RPK dituangkan menjadi RKA (Rencana Kinerja Anggaran) sebagai usulan k
esatuan Koordinasi Pemerintah Daerah.
f. Apabila RKA disetujui SKPD, maka dibuatlah Dokumen Pelaksanaan Angga
ran (DPA) untuk diusulkan ke Pemerintah Daerah.
g. Apabila DPA sudah disetujui, anggaran bisa digunakan untuk memenuh
i kebutuhan Penanggulangan PTM Puskesmas Moyudan
3. Penyimpanan
Di ruang poli umum, dengan mempertimbangkan kebersihan tempat penyimpanan
barang.
4. Penggunaan
Sesuai kebutuhan.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Sistem dimana progammer membuat asuhan keselamatan petugas, pasien dan
masyarakat sekitar
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien
2. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan
3. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Setiap kegiatan pelayanan penyakit tidak menular yang dilakukan baik di dalam
gedung maupun di luar gedung Puskesmas dapat menimbulkan bahaya/resiko terhadap
petugas maupun lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dan mencegah bahaya yang
terjadi, setiap petugas harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Kegiatan tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja PTM.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
A. Di Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
1. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3
a. Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di dalam
gedung (ruang pemeriksaan umum, laboratorium, gizi)
b. Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
c. Pencahayaan cukup dan nyaman;
d. Ventilasi cukup dan sesuai;
e. Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika
diperlukan.
f. Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
2. Sanitasi Lingkungan
a. Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis.
b. Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong
plastik dan diberi tanda khusus.
c. Tata ruang harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/menjadi sarang
serangga atau binatang pengerat.
d. Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan
secara teratur.
e. Petugas dilarang makan dan minum dalam ruangan pemeriksaan pasien.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian Mutu pelayanan penyakit tidak menular di Puskesmas Moyudan
bertujuan untuk tercapai dan terpeliharanya mutu pelayanan penyakit tidak menular
secara berkelanjutan. Kegiatan mutu pelayanan penyakit tidak menular meliputi :
1. Penyusunan Standart Prosedur Operasional yang dilakukan oleh petugas PTM
yang disahkan oleh Penanggung Jawab UKM
2. Penerapan Standart Prosedur Operasional oleh tenaga kesehatan secara
berkesinambungan.
3. Pemantapan Mutu pelayanan penyakit tidak menular, yaitu keseluruhan proses
atau semua kegiatan serta tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian
dan ketepatan hasil kegiatan pelayanan penyakit tidak menular. Kegiatan ini
meliputi pemantapan mutu internal dan eksternal.
4. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
5. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan.
BAB IX
PENUTUP
Pelaksanaan program PTM sangat memerlukan dorongan dan pembinaan dari
tenaga kesehatan, serta dukungan lintas sector seperti pimpinan masyarakat,
kelompok organisasi, serta petugas pelaksana PTM. Efektifitas dan optimalisasi
penyelenggaraan program PTM juga memerlukan keterlibatan dan peran aktif dari
berbagai pihak serta dukungan, fasilitasi dan pembinaan berkesinambungan.
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit tidak menular dengan tetap
memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat. Keberhasilan kegiatan
program pemberantasan penyakit tidak menular tergantung pada komitmen yang kuat
dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran
serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.
Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas Moyudan Pemegang Program Penyakit Tidak
Menular