Anda di halaman 1dari 3

STEP 3 NOMOR 2

Transisi kesehatan

Transisi kesehatan terjadi karena transisi demografi dan transisi epidemiologi.


Transisi demografi sendiri merupakan akibat dari adanya urbanisasi, industrialisasi,
meningkatnya pendapatan, tingkat pendidikan, teknologi kesehatan dan kedokteran di
masyarakat. Hal ini berdampak pada terjadinya transisi epidemiologi, yaitu terjadinya
perubahan pola kematian terutama akibat infeksi, angka fertilitas total, umur harapan hidup
penduduk dan meningkatnya penyakit tidak menular atau penyakit kronik. Sedangkan
menurunnya tingkat sosial ekonomi akan menyebabkan penyakit infeksi yang masih tetap
tinggi, timbulnya penyakit baru, dan timbulnya penyakit lama.

Di Indonesia, dalam kurun waktu 15 tahun pada (1985-2000) angka kematian akibat
penyakit infeksi seperti diare, difteri, pertusis, campak, tetanus dan malaria menunjukkan
penurunan yang cukup berarti. Sebaliknya, angka kematian akibat penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung-pembuluh darah dan neoplasma meningkat hampir 3×.

Transisi epidemiologi, demografi, dan perkembangan ekonomi mengakibatkan negara-negara


menghadapi peningkatan beban Penyakit Tidak Menular (PTM).

Sumber:

Pradono, J. et al. (2005) ‘Transisi Kesehatan di Indonesia (Kajian Data Surkesnas)’, Jurnal
Ekologi Kesehatan, pp. 336–350. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/78228-ID-transisi-kesehatan-di-
indonesia-kajian-d.pdf.

STEP 4 NOMOR 2
Di Negara WHO SEARO (South East Asia Regional Office) termasuk Indonesia pada tahun
2000 dilaporkan 52% penyebab kematian adalah akibat penyakit tidak menular, 9% akibat
kecelakaan, dan 39% akibat penyakit menular dan penyakit lainnya. Ini berarti di negara
berkembang telah terjadi pergeseran penyakit penyebab kematian utama, dari penyakit
menular ke penyakit tidak menular.
Adanya perubahan gaya hidup akibat pada era globalisasi yang juga dibarengi dengan
ketidaktahuan akan faktor risiko penyebab yang seharusnya dapat dicegah, mengakibatkan
penyakit tidak menular yang berhubungan dengan gaya hidup dan disabilitas akibat penyakit
kronis akan mengalami peningkatan dengan meningkatnya umur harapan hidup.

Sumber:

Pradono, J. et al. (2005) ‘Transisi Kesehatan di Indonesia (Kajian Data Surkesnas)’, Jurnal
Ekologi Kesehatan, pp. 336–350. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/78228-ID-transisi-kesehatan-di-
indonesia-kajian-d.pdf.

STEP 4 NOMOR 9
- Meningkatkan advokasi kebijakan yang berpihak terhadap program kesehatan dan
sosialisasi P2PTM.
 Mendorong penguatan komitmen dari pengambil kebijakan untuk mendukung
program P2PTM terutama dalam alokasi sumber daya daerah.
 Menumbuhkan kesadaran bahwa masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama.
 Mendorong advokasi lintas sektor untuk mewujdukan pembangunan berwawasan
kesehatan (Health in All Policy = HiAP).

- Melaksanakan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif secara


komprehensif.
 Menyebarluaskan secara masif sosialisasi pencegahan dan pengendalian faktor risiko
PTM kepada seluruh masyarakat.
 Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui penerapan budaya perilaku CERDIK.
 Melakukan deteksi dini dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM baik di Posbindu
maupun di fasilitas pelayanan kesehatan.
 Melakukan penguatan tata laksana kasus sesuai standar.
 Meningkatkan program peningkatan kualitas hidup (perawatan paliatif) sesuai
ketentuan.

- Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia


 Meningkatkan kapasitas SDM sesuai jenjang fasilitas pelayanan kesehatan dan
kompetensi didukung dengan penganggaran pusat maupun secara mandiri oleh
daerah.
 Mendorong ketersediaan SDM secara kualitas maupun kuantitas.
 Mendorong pemanfaatan SDM yang ada di masyarakat baik dilingkup awam,
akademisi, pegawai pemerintah dan swasta maupun organisasi profesi.

- Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans


 Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai ketentuan.
 Mengoptimalkan dan mengintegrasikan sistem informasi yang dibangun oleh pusat
maupun yang diupayakan oleh daerah.
 Mendorong dilakukannya penelitian PTM yang diperlukan.

- Penguatan jejaring dan kemitraan melalui pemberdayaan masyarakat


 Melibatkan peran serta tokoh masyarakat dan kelompok potensial lainnya.
 Mengintegrasikan kegiatan program dalam pelaksanaan hari-hari besar yang di
wilayah masing-masing untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap P2PTM
terutama pencegahan terhadap faktor resiko (mis. melakukan deteksi dini faktor
resiko massal pada hari-hari besar).
 Berkoordinasi dan menguatkan kemitraan dengan pihak swasta lainnya.

Sumber :

MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR - Direktorat P2PTM (2019)

Anda mungkin juga menyukai