1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
2018 disebutkan prevalensi disabilitas pada penduduk umur 18 – 59 tahun sebesar 22%.
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada indikator-
indikator kunci PTM yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019, sebagai berikut :
Prevalensi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18 tahun keatas meningkat dari
25,8% menjadi 34,1%;
Prevalensi obesitas penduduk usia 18 tahun ke atas meningkat dari 14,8
% menjadi 21,8%;
Prevalensi merokok penduduk usia ≤18 tahun meningkat dari 7,2%. menjadi 9,1%.
Untuk data PTM lainnya menunjukkan hasil sebagai berikut :
Prevalensi Asma pada penduduk semua umur menurun dari 4,5% menjadi 2,4%;
Prevalensi Kanker meningkat dari 1,4 per menjadi 1,8 per mil;
Prevalensi Stroke pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari 7 menjadi 10,9
per mil;
Prevalensi penyakit ginjal kronis ≥ 15 tahun meningkat dari 2,0 per mil
menjadi 3,8 per mil;
Prevalensi Diabetes Melitus pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari 6,9 %
menjadi 10,9%;
Prevalensi aktivitas sik kurang pada penduduk umur ≥ 10 tahun
meningkat dari 26,1% menjadi 33,5%;
Prevalensi konsumsi buah/sayur kurang pada penduduk umur ≥ 5 tahun
meningkat dari 93,5% menjadi 95,5%.
Meningkatnya kasus PTM secara signi kan diperkirakan akan menambah
beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan biaya yang
besar dan memerlukan teknologi tinggi. Hal ini dapat terlihat dari data Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) tahun 2017, sebanyak 10.801.787 juta
orang atau 5,7% peserta JKN mendapat pelayanan untuk penyakit katastropik dan
menghabiskan biaya kesehatan sebesar 14,6 triliun rupiah atau 21,8% dari seluruh biaya
pelayanan kesehatan dengan komposisi peringkat penyakit jantung sebesar 50,9% atau
7,4 triliun, penyakit ginjal kronik sebesar 17,7% atau 2,6 triliun rupiah.
3
Untuk itu, dibutuhkan komitmen bersama dalam menurunkan morbiditas,
mortalitas dan disabilitas PTM melalui intensi kasi pencegahan dan pengendalian
menuju Indonesia Sehat, sehingga perlu adanya pemahaman yang optimal serta
menyeluruh tentang besarnya permasalahan PTM dan faktor risikonya pada semua
pengelola program disetiap jenjang pengambil kebijakan dan lini pelaksanaan. Atas
dasar hal tersebut di atas, maka dipandang sangat penting untuk diterbitkannya
Pedoman Manajemen Program Pencegahan dan Pengendalian PTM (P2PTM) sebagai
acuan penyelenggaraan program yang berkesinambungan sehingga upaya yang
dilakukan kepada masyarakat lebih tepat dan berhasil guna meskipun pejabat pengelola
program yang ditunjuk nantinya juga akan berganti.
B. Tujuan Pedoman
1. Tersedianya acuan secara berjenjang bagi pengelola program untuk dapat
menyelenggarakan program P2PTM secara optimal.
2. Tercapainya kesinambungan penyelenggaraan program.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Meningkatkan advokasi keijakan yang berpihak terhadap program kesehatan dan
sosialisasi P2PTM.
2. Melaksanakan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif secara
komprehensif.
3. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
4. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans.
5. Penguatan jejaring dan kemitraan melalui pemberdayaan masyarakat.
D. Batasan Operasional
1. Meningkatkan advokasi kebijakan yang berpihak terhadap program kesehatan dan
sosialisasi P2PTM.
a. Mendorong penguatan komitmen dari pengambil kebijakan untuk mendukung
program P2PTM terutama dalam alokasi sumber daya daerah.
b. Memberikan informasi dan pemahaman potensial produkti tas serta potensial
ekonomi yang hilang akibat P2PTM kepada para pengambil kebijakan lintas
sektor.
c. Menumbuhkan kesadaran bahwa masalah kesehatan adalah tanggung jawab
bersama.
4
d. Mendorong advokasi lintas sektor untuk mewujdukan pembangunan
berwawasan kesehatan (Health in All Policy = HiAP).
5
b. Mengintegrasikan kegiatan program dalam pelaksanaan hari-hari besar yang
diwilayah masing-masing untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap
P2PTM terutama pencegahan terhadap faktor resiko (mis. melakukan deteksi
dini faktor resiko massal pada hari-hari besar).
c. Berkoordinasi dengan lintas program terkait untuk memastikan ketersediaan
sarana prasarana, obat dan SDM, penerapan mutu pelayanan meliputi
akreditasi dan tatalaksan kasus sesuai standar.
d. Berkoordinasi dan menguatkan kemitraan dengan pihak swasta lainnya.
E. Landasan Hukum
1. Instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
2. Petunjuk Teknis Posbindu PTM.
3. Buku Pintar Kader.
4. Buku Monitoring Faktor Risiko PTM
5. Buku RENSTRA RPJMN 20115-2019.
6. Permenkes No 43 tahun 2019 tentang Puskesmas.
7. KMK Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi
dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
8. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No 11 tahun 2012 tentang Standar
Kompetensi Dokter Indonesia.
9. Pedoman Pengendalian PTM terpadu.
10. Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
11. PerMenkes No 40 tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi
Rokok Bagi Kesehatan.
12. Permendikbud No 64 tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di
Lingkungan Sekolah.
13. Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tahun
2016.
14. Peraturan bersama Menkes & Mendagri No 188/Menkes/PB/I/2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan KTR.
15. Pedoman Teknis Penegakan Hukum KTR tahun 2015.
16. Pedoman Penyakit Terkait Rokok tahun 2018.
6
17. PerMenkes No 40 tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi
Rokok Bagi Kesehatan.
18. PerMenkes No 40 tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi
Rokok Bagi Kesehatan.
19. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti Merokok pada anak usia sekolah/Madrasah
bagi guru pembina Usaha Kesehatan Sekolah/Ma- drasah (UKS/M) tahun 2016.
20. Pedoman Pengendalian Penyakit Thalasemia di FKTP.
21. Permenkes No 29 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Mata
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
22. Buku Pedoman Penanggulangan Gangguan Indera (RPM).
23. Undang - Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
24. Buku Pedoman Penanggulangan Gangguan Fungsional (RPM).
25. Peta Jalan Layanan Kesehatan Inklusi Disabilitas.
26. Pedoman dan Modul Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat.
7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
8
15 Cleaning
2 2 2
Service
16 Security 1 1 1
17 Sopir 1 1 1
Jumlah 5 41 9 32 8 12 3 56
C. Jadwal Kegiatan
Kegiatan pelayanan Penyakit Tidak Menular dilaksanakan setiap harinya pada unit BP
umum
Hari Pukul
Senin s/d Sabtu 07.30 - 14.00
Kegiatan pelayanan penyakit tidak menular di luar gedung dilaksanakan sesuai jadwal
( jadwal terlampir ).
No Kegiatan Bulan
P2PTM jan feb mar apr mei jun jul agust sept okt nov des
1 Pembinaan 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x
POSBINDU
(HT, DM, KTR,
KESWA)
9
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
PULANG
Tempat parkir
GEDUNG UTAMA
LANTAI SATU
U
Halaman
Depan
IGD
GUDANG
Garasi
UMUM
10
R.KONSELING
TANGGA
R. R. R. KIA, KB,
R. BP GIGI
Imunisasi
USG, MTBS
LANSIA
R. Obat
R.PENDAFTARAN
R. TB, LABORATORIUM
R. Gudang Obat Umum
PINTU
11
R. Kepala Tata Usaha
R. Kepala Puskesmas WC
R.
UKM, UKP
R. AULA R. ADMIN
12
Wc. Pasien R. PONED
R. DAPUR
R. IGD
R.OBAT IGD
R. MUSHOLA
Wc.
Kamar Jaga
R. IGD R. GUDANG
Wc. Pasien
R. Obat
R. Sterilisasi
13
B. Standar Fasilitas
Standar Fasilitas Pelayanan Kesehatan mengacu pada Standar
Fasilitas Pemeriksaan Umum menurut Permenkes Nomer 4 Tahun 2019 :
1. Ruangan di UPTD Puskesmas Gekbrong sudah memenuhi standar
Luas, Atap, Langit-langit, dinding, lantai, pintu dan jendela sudah
memenuhi syarat.
2. Sanitasi, Ventalasi, Pencahayaan dan listrik cukup
3. Peralatan/Perlengkapan yang tersedia di ruang konsultasi antara lain :
4. Meja
5. Kursi
6. Media KIE (Poster)
7. Alat pemeriksaan PTM (HT, DM, KTR, IVA, INDERA)
8. Buku register pasien dan Alat tulis kantor
14
BAB IV TATALAKSANA
PELAYANAN
perilak
u
merok
ok.
obesitas.
TD > 120/80 mmHg.
gula darah sewaktu > 200 mg/dL. kolesterol atau kolesterol rata-
rata.
wanita usia 30-50 tahun atau wanita yang pernah berhubungan
seksual.
c. Penanganan penyandang PTM dan Program Rujuk Balik (PRB)
2. Sasaran
Setiap warga negara yang menyandang dan memiliki faktor risiko PTM
yang berkunjung ke FKTP
20
3. Tahapan Kegiatan
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Pembinaan dan Monitoring Evaluasi.
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tahap Persiapan
- Penetapan sasaran menggunakan data angka kesakitan PTM,
PRB, temuan dan rujukan faktor risiko di FKTP.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskes- mas memastikan ketersedian alat kesehatan, bahan
habis pakai dan obat-obatan yang mendukung PANDU.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas memastikan ketersedian pedoman PPK 1 dan Pedoman
pengendalian PTM terpadu sebagai acuan bagi petugas di
FKTP.
b. Tahap Pelaksanaan
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas memastikan kegiatan tercatat di dalam Rekam Medis dan
dilaporkan sesuai ketentuan.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas memastikan rujukan FKRTL sesuai indikasi medis dan
menangani kasus rujuk balik sesuai standar.
5. Pelaksana 21
a. Dokter
b. Perawat
c. Bidan
D. PROGRAM PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI SEKOLAH
1. Pengertian
a. Kegiatan penerapan KTR di sekolah adalah suatu kegiatan pence-
gahan perilaku merokok pada warga sekolah.
b. Kegiatan meliputi :
Penetapan KTR.
pembentukan satgas.
memenuhi 8 indikator penerapan KTR.
2. Sasaran
Setiap warga yang berada di sekolah (siswa, guru, penjaga sekolah,
penjaja makanan dan pengunjung lainnya) di SD, SMP, SMA, dan
sederajat di suatu wilayah.
3. Tahapan Kegiatan
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Pembinaan dan Monitoring Evaluasi.
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tahap Persiapan
- Pengelola Program Kab/Kota menetapkan jumlah target
sasaran sekolah yang harus dicakup dalam 1 tahun
menggunakan data jumlah sekolah di suatu wilayah.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas menetapkan target dan sasaran sekolah
22 di wilayah kerja
Puskesmas.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskes- mas bekerjasama dengan Dinas Pendidikan
mensosialisasikan Permendikbud No. 64 tahun 2015 tentang
KTR kepada sekolah yang dijadikan target.
b. Tahap Pelaksanaan
- Pengelola Program Kab/Kota bekerjasama dengan Dinas
Pendidikan membuat usulan pembentukan Satgas tingkat
kabupaten/kota melalui Kadinkes kepada Bupati/Walikota.
- Satgas terdiri dari unsur : Dinkes, Disdik, Satpol PP, masyarakat
dan lainnya sesuai kebutuhan.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas mendorong agar Kepala Sekolah yang menjadi target
menetapkan kebijakan KTR di sekolahnya.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskes- mas mendorong terbentuknya satgas KTR di
sekolah yang terdiri dari unsur : guru, orangtua murid, satpam,
murid dan warga sekolah lainnya.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskes- mas memastikan aturan KTR disekolah telah
disosialiasasikan dan dideklarasikan sebagai komitmen
bersama.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskes- mas melatih guru dan siswa sebagai agen
perubahan di sekolah.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas memastikan kegiatan dilakukan tercatat dan dilaporkan.
c. Tahap Pembinaan Dan Monev
23
- Pengelola Program Kab/Kota melakukan pembinaan, monitoring
dan evaluasi secara berkala.
- Pengelola Program provinsi, kab/Kota dan puskesmas
melakukan pendampingan dan penilaian penerapan KTR di
sekolah secara berjenjang.
5. Pelaksana
a. Satgas Kab/Kota (meliputi unsur-unsur : dinas pendidikan, dinas
kesehatan, satpol pp, bagian hukum pemda, kanwil agama).
c. Satgas sekolah (meliputi unsur : Guru BK, Satpam, Kader Murid).
E. PROGRAM LAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK (UBM)
1. Pengertian
a. Kegiatan Layanan UBM adalah pemberian konseling kepada
perokok untuk berhenti merokok di FKTP dan di sekolah.
b. Kegiatan meliputi :
- Identifkasi klien.
- Evaluasi dan motivasi .
- Penentuan pilihan terapi yang akan diberikan.
- Penyusunan rencana untuk menindaklanjuti/follow up yang sudah
dilakukan.
2. Sasaran
Setiap warga negara perokok yang berkunjung ke faskes/ klinik UBM.
3. Tahapan Kegiatan
Penetapan sasaran menggunakan data pengunjung FKTP yang memiliki
perilaku merokok dan data warga sekolah yang merokok.
a. Tahap Persiapan.
b. Tahap Pelaksanaan.
c. Tahap Pembinaan dan Monitoring Evaluasi.
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tahap Persiapan
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas memastikan pedoman Tata laksana mengacu pada
Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok
24
di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tahun 2016 dan Petunjuk Teknis
Konseling Berhenti Merokok pada anak usia sekolah/Madrasah
bagi guru pembina Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
(UKS/M) tahun 2016 tersedia di FKTP dan sekolah.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas memastikan ketersediaan alat kesehatan dan bahan habis
pakai untuk mendukung pelaksanaan UBM.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskes- mas mensosialisasikan layanan UBM kepada
perokok.
b. Tahap Pelaksanaan
- Pengelola Program Puskesmas membuat tanda rokok
pada rekam medis pasien yang merokok, untuk
memudahkan petugas kesehatan memberikan layanan UBM.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas memastikan kegiatan tercatat dalam rekam medik dan
dilaporkan sesuai ketentuan.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas memastikan rujukan berjenjang dari sekolah ke fasyankes
sesuai indikasi.
c. Tahap Pembinaan dan Monev
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskes- mas melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi
secara berkala.
5. Pelaksana
a. Dokter
b. Perawat 25
c. Bidan
d. Guru Bimbingan dan Konseling (BK).
F. PROGRAM DETEKSI DINI KANKER
1. Pengertian
a. Kegiatan Deteksi Dini Kanker adalah kegiatan deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher rahim pada wanita usia 30-50 tahun
atau wanita yang pernah berhubungan seksual, yang dilakukan di
FKTP.
b. Kegiatan ini meliputi :
- Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS).
- Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
2. Sasaran
Setiap warga negara wanita usia 30-50 tahun atau wanita yang pernah
berhubungan seksual.
3. Tahapan Kegiatan
a. Tahap Persiapan.
b. Tahap Pelaksanaan.
c. Tahap Pembinaan dan Monitoring Evaluasi.
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tahap Persiapan
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas menetapkan target dan sasaran di satu wilayah.
Penetapan sasaran menggunakan data wanita usia 30-50
tahun atau wanita yang pernah berhubungan seksual.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola26Program Puskes-
mas melakukan sosialisasi kepada target untuk mau
mendatangi FKTP melakukan deteksi dini kanker.
- Pengelola Program Kab/Kota memastikan ketersediaan tenaga
terlatih sebagai pelaksana.
- Pengelola Program Kab/Kota dan puskesmas memastikan
ketersediaan alat dan bahan habis pakai yang dibutuhkan.
b. Tahap Pelaksanaan
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas memastikan pelaksanaan sesuai standar yang ditetapkan.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas memastikan kegiatan tercatat dalam rekam medik dan
dilaporkan sesuai ketentuan.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskes- mas memastikan tatalaksana IVA positif
menggunakan krioterapi oleh dokter terlatih.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskes-
mas memastikan rujukan sesuai indikasi medis.
c. Tahap Pembinaan dan Monev
- Pengelola Program Kab/Kota melakukan pembinaan, monitoring
dan evaluasi secara berjenjang dan berkala.
- Pelaksana
- Dokter
- Bidan
Pelaksana
- Dokter
- Perawat
- Analis Teknik Lab Medik (ATLN).
32
BAB V LOGISTIK
36
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien ( patient safety ) adalah suatu system dimana
psukesmas membuat asuhan kebiadan lebih awal. Hal ini termasuk asesmen
resiko, identifikasi dan pengolahan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan anilsa insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya implementasi solusi untuk menimbulkan timbulnya resiko. System ini
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oelh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
1. Tujuan
Keselamatan Pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan fasilitas
pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko dalam seluruh
aspek pelayanan yang disediakan oelh fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Penyelenggaraan Keselamatan Pasien
Kriteria standar keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
meliputi :
1. Pelayanan secara menyeluruh dan terkoordinasi mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, pemindahan pasien, rujukan, dan saat pasien keluar dari fasilitas
pelayanan kesehatan
2. Koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
ketersediaan sumber daya fasilitas pelayanan kesehatan
3. Koordinasi pelayanan dalam meningkatkan komunikasi untuk memfasilitasi
37
dukungan keluarga, asuhan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi,
rujukan, dan tindak lanjut lainnya
4. Komunikasi dan penyampaian informasi antar profesi kesehatan sehingga
tercapai proses koordinasi yang efektif.
5. Standar Keselamatan Pasien fasilitas Pelayanan Kesehatan
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan
dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi,
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien untuk mendapat informasi
2. Mendidik pasien dan keluarga tentang hak dan kewajiban pasien
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
8. Sasaran Keselamatan Pasien
Untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap
sasaran-sasaran keselamatan pasien. Indikator pengukuran sasaran
keselamatan pasien seperti pada tabel berikut ini :
No Indikator Sasaran Keselamatan Pasien Puskemas Gekbrong Target
1 Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien 100%
2 Peningkatan komunikasi efektif 100%
3 Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien 100%
4 Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan 100%
keperawatan
5 Pengurangan terjadinya risiko infeksi di Puskesmas 100%
6 Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh 100%
aktivitas
pengelolaan
risiko.
Bangun
sistem
dan
40
proses
untuk
mengelola
risiko
dan mengindentifikasi kemungkinan terjadinya kesalahan
d. Mengembangkan sistem pelaporan. Pastikan staf anda mudah
untuk melaporkan insiden secara internal (lokal) maupun
eksternal (naisonal)
e. Melibatkan
dan
berkomunikasi
dengan
pasien
kembangkan
cara-cara
berkomunikasi
cara
terbuka
Target
1 Persentase merokok penduduk usia 10-18 tahun (%) 9,1%*) 9,0 % 8,9 % 8,8 % 8,7 %
21,8%
2 Prevalensi Obesitas pada penduduk Umur > 18 tahun **) 21,8% 21,8% 21,8% 21,8%
*) Capaian: Riskesdas 2018 = 9,1%. Untuk Capaian tahun 2020-2022 tidak tersedia
**) Capaian Riskesda 2028 = 21,8 %. Untuk Capaian tahun 2020-2022 tidak tersedia
PMK no 13 tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 >>Renstra Kemenkes 2020-2024
44
Indikator Renstra 2020-2024
Indikator Kinerja Program (IKP)
Target
45
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Target
46
Persentase penyandang hipertensi yang tekanan
darahnya terkendali di puskesmas/FKTP 43 63 90
47
BAB IX PENUTUP
48