Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia pada saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari


penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Prevalensi beberapa
PTM utama meningkat, sementara penyakit menular masih tinggi, lebih
diperparah lagi oleh munculnya penyakit baru dan penyakit lama yang muncul
kembali.

Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan


msyarakat yang besar di Indonesia. Prevalensi PTM dan cedera di Indonesia
berdasarkan Riskesdas 2013, hipertensi usia ˃18 tahun (25,8%), rematik
(24,7%), cedera semua umur (8,2%) dengan cedera akibat transportasi darat
(47,7%), asma (4,5%), PPOK umur ≥ 30 tahun(3,8%), diabetes melitus
(2,1%), PJK umur ≥ 15 tahun (1,5%), batu ginjal (0,6%), hipertiroid umur ≥ 15
tahun berdasarkan diagnosis (0,4%), gagal jantung (0,3%), gagal ginjal kronik
(0,2%), stroke (12,1‰), dan Kanker (1,4‰).

Penyakit tidak menular (PTM) terjadi akibat berbagai faktor risiko,


seperti merokok, diet tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi
minuman beralkohol. Faktor risiko tersebut akan menyebabkan terjadinya
perubahan fisiologis di dalam tubuh manusia, sehingga menjadi faktor risiko
antara lain tekanan darah meningkat, gula darah meningkat, kolesterol darah
meningkat, dan obesitas. Selanjutnya dalam waktu yang relatif lama terjadi
PTM. Berdasarkan Riskesdas 2013 prevalensi obesitas pada laki-laki umur ˃
18 tahun (19,7%) dan pada perempuan (32,9%), obesitas sentral (26,6%),
konsumsi tembakau usia ≥ 15 tahun (36,3%), kurang konsumsi sayur-buah
(93,5%).

Program pengendalian PTM dan faktor risikonya dilaksanakan mulai


dari pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan, dan rehabilitasi. Kegiatan
pencegahan dan deteksi dini dapat dilaksanakan melalui pemberdayaan

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


1
masyarakat melalui Posbindu PTM, sedangkan deteksi dini, pengobatan, dan
rehabilitasi di fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP) maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL).

Sesuai dengan Permenkes No 45 tahun 2014 tentang


Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, instansi kesehatan
pemerintah lainnya, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib
menyelenggarakan Surveilans Kesehatan sesuai kewenangannya, termasuk
penyelenggaraan surveilans faktor risiko penyakit tidak menular (PTM).
Surveilans faktor risiko PTM merupakan bagian penting dalam upaya
pengendalian PTM di Indonesia guna menghasilkan data dan informasi yang
valid sebagai bahan perencanaan, monitoring, dan evaluasi program.

Penyelenggaraan surveilans faktor risiko PTM menggunakan suatu


sistem informasi kesehatan. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah No
46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan, di mana kegiatan
surveilans ini wajib dikelola oleh pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang
dikelola secara berjenjang, terkoneksi, dan terintegrasi serta didukung
dengan kegiatan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi. Surveilans ini
dilaksanakan mulai dari tingkat Posbindu PTM, Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP), maupun Fasilias Kesehatan Rujukan Tingkat Rujukan
(FKRTL).

Menurut Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2014 tentang pengelolaan


dan pemanfaatan dana kapitasi jaminan kesehatan nasional pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama milik pemerintah daerah, yang dimaksud Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah fasilitas kesehatan yang
melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik
untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau
pelayanan kesehatan lainnya. Adapun Pusat Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


2
dan preventif,untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No 75 tahun 2014).

Salah satu kegiatan FKTP adalah melaksanakan pencatatan,


pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan
kesehatan. termasuk PTM. Surveilans PTM di FKTP dilaksanakan sejalan
dengan kegiatan FKTP tersebut guna mendukung penyelenggaran program
pengendalian penyakit di masyarakat. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan terus-menerus.

Penyelenggaraan surveilans PTM di FKTP akan dapat menjadi sarana


untuk mengukur capaian indicator global PTM (Resolusi PBB No 68271),
Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan, dan Rencana Strategis kesehatan daerah.
Selain itujuga bermanfaat bagi fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan
surveilans PTM dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.

Dalam rangka pelaksanaan surveilans faktor risiko PTM baik berbasis


Posbindu maupun FKTP, diperlukan panduan teknis dan sistem surveilans
informasi surveilans yang menjadi acuan pelaksanaan di lapangan.
Selanjutnya, data dan informasi yang dihasilkan dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya bagi pengembangan dan penguatan program pengendalian
PTM.

Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan perlu


direvitalisasi, agar mampu memberikan kontribusi besar dalam upaya
pengendalian PTM. Dibutuhkan komitmen yang tinggi dari semua pihak untuk
meningkatkan kualitas pelayanan puskesmas. Jejaring yang efektif dan
efisien perlu diciptakan, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia
hendaknya ditingkatkan, tersedianya standar pelayanan minimum (SPM)
yang komprehensif (holistik)dansarana/prasarana diagnostik, serta
pengobatan sesuai SPM, jugadidukungoleh sistem informasi yang memadai.

Kombinasi antara teknologi mengelola PTM yang sudah tersedia


dengan personil yang terlatih dan sistem rujukan yang terorganisir,

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


3
memungkinkan kebanyakan kasus PTM dapat ditangani dan dikelola di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

Berdasarkanhaltersebutperludisusunpetunjukteknis PPTM
sebagaiacuandalampenyelenggaraankegiatanpelayanankesehatan di
puskesmas

B. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Tersedianya data daninformasiepidemiologi PTM
sebagaidasarpengambilankeputusandalamperencanaan, pemantauan,
evaluasi program pengendalian PTM, cederadantindakkekerasan

2) Tujuan Khusus :
a. Tersedianya data dan informasi faktor risiko PTM sebagai bahan
perencanaan, pemantauan, penilaian dan evaluasi program pengendalian
PTM
b. Tersedianya informasi faktor risiko PTM secara terus menerus sebagai
dasar penentuan strategi pengendalian PTM
c. Tersedianya informasi faktor risiko PTM sebagai bahan monitoring dan
kewaspadaan dini masyarakat
d. Tersedianya informasi faktor risiko PTM dan cedera sebagai bahan awal
penelitian
e. Tersedianya data dan informasi kunjungan PTM, cedera, dan tindak
kekerasan, sebagai bahan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi
kebutuhan sumberdaya dalam pengendalian PTM
f. Tersedianya data dan informasi kasus PTM, cedera, dan tindak
kekerasan sebagai bahan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi
pencapaian indikator kinerja pengendalian PTM
g. Tersedianya data dan informasi PTM, cedera, dan tindak kekerasan
sebagai bahan pengembangan kebijakan pengendalian PTM .

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


4
C. Ruang lingkup dan Sasaran
Ruang lingkup
Program PTM ( Posbindu ) dapat dilaksanakan terintegrasi dengan
upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja
atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana
masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin,
misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik
maupun kemasyarakatan.
Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan
Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian
waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.

Sasaran
1) Pengelola program pengendalian penyakit tidak menular
2) Petugas pelaksana Posbindu

D. Batasan Operasional
1) Mengembangkan dan memperkuat kegiatan pencegahan dan
penanggulangan factor risiko PTM berbasis masyarakat.
2) Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini (skrining) factor risiko
PTM
3) Meningkatkan tata kelola pelayanan PTM sesuai standar.
4) Meningkatkan monitoring pelaksanaan kegiatan pengendalian PTM.
5) Meningkatkan dan memperkuat manajemen, pemerataan, dan kualitas
peralatan deteksi dini factor risiko PTM dengan merencanakan, menyediakan
dan memanfaatkannya secara optimal.
6) Meningkatkan peran masyarakat dalam melakukan KIE yang benar tentang
factor risiko PTM
7) Meningkatkan advokasi dan sosialisasi (kepada camat, lurah/kepala desa,
tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan, Lembaga ketahanan
masyarakat desa/dewan kelurahan, Lembaga social masyarakat)
pengendalian PTM
8) MemperkuatProgram PPTM
9) Mengembangkan dan memperkuat system informasi pengendalian PTM

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


5
10) Merencanakan dan menyepakati pembiayaan pengendalian PTM
11) Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja pengendalian PTM

E. Landasan Hukum
1. Undang – undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah
2. Undang – undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. Kemenkes RI No.1479/MENKES/SK/X/2003 tentang pedoman
penyelenggaraan sistem surveilan epidemiologi penyakit menular dan
penyakit tidak menular terpadu
4. Kemenkes RI No. 430/MENKES/SK/IV/2007 tentang pedoman pengendalian
penyakit kanker
5. Kemenkes RI No. 1022/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian
penyakit paru obstruktif kronik
6. Kemenkes RI No. 1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian
penyakit asma
7. Kemenkes RI No. 854/MENKES/SK/IX/2009 tentang pengendalian penyakit
jantung
8. Kemenkes RI No. 796/Menkes/SK/VII/2010 tentang pedoman teknis
pengendalian kanker payudara dan kanker leher rahim
Rencana Program Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular tahun 2010 – 2014

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


6
BAB II

STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

N KUALIFIKASI
NAMA JABATAN KETERANGAN
O FORMASI

Penanggung jawab
1 Dokter
program UKM
Pengelola program
2 Perawat
PTM
Melaksanakan pelayanan
3 Petugas Pelaksana Perawat
program PTM dan Posbindu

B. Distribusi Ketenagaan

Pelaksanaan kegiatan Program PTM di koordinir oleh penanggung jawab UKM


dan pengelola program PTM disesuaikan dengan tugas dan penanggung jawab
desa

C. Jadwal Pelaksanaan kegiatan


Pelaksanaan kegiatan Posbindu dilaksanakan setiap bulan

JADWAL POSBINDU TAHUN 2017

N JU
NAMA POSBINDU JAN FEB MAR APR MEI JUN AGT SEPT OKT NOV DES
O L
1 KAI ZEN 18 23 23 17 22 17 17 22 21 23 21 21

2 DANAU TOBA 17 20 16 22 23 21 19 21 20 19 20 20

3 MOJOPAHIT 10 14 14 13 15 13 12 14 14 12 13 14

4 KENDEDES 17 18 22 18 18 19 18 17 18 18 16 18

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


7
BAB III
STANDART FASILITAS

A. STANDART Fasilitas
1. Fasilitas dan Sarana
Kegiatan pelayanan Program PTM dilaksanakan di poliklinik
Puskesmas,Polindes, Ponkesdes , Pusling, Posyandu Lansia dan Posbindu.

Peralatan kegiatan program PTM :


a) Untuk standar minimal lima set meja-kursi, pengukur tinggi badan,
timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensimeter serta
buku pintar kader tentang cara pengukuran tinggi badan dan berat badan,
pengukuran lingkar perut, alat ukur analisa lemak tubuh dan pengukuran
tekanan darah dengan ukuran manset dewasa dan anak, alat uji fungsi
paru sederhana (peakflowmeter) dan media bantu edukasi.
b) Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah, alat ukur
kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar pernafasan alkohol,
tes amfetamin urin kit, dan IVA kit.
c) Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan ruangan
khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (Dokter ataupun
Bidan di kelompok masyarakat/lembaga/institusi) yang telah terlatih dan
tersertifikasi.
d) Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan Posbindu PTM
diperlukan kartu menuju sehat Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (KMS
FR-PTM) dan buku pencatatan ( register posbindu ).
e) Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan media KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang memadai, seperti serial buku
pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur, model makanan (food model) dan
lainnya.

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


8
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

Menurut Permenkes no. 45 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan surveilans


kesehatan, yang dimaksud surveilans faktor risiko adalah kegiatan pengamatan
yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kondisi
yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan, sehingga memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pengendalikan dan penanggulangan secara efektif dan efisien.

Posbindu PTM merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan


bersumberdaya masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM yang
berada dibawah pembinaan puskesmas.

Pelaksanaan Posbindu PTM dapat dilakukan di masyarakat umum atau


kelompok masyarakat khusus (Posbindu PTM Khusus) seperti: Tempat kerja
(Instansi Pemerintah/UPT/Swasta), Jamaah Haji, Terminal/PO Bus, Sekolah,
Lembaga Permasyarakatan, Komunitas Agama.

Penyelenggaraan Surveilans faktor risiko PTM berbasis posbindu PTM


dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan
diseminasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk menghasilkan
informasi yang objektif, terukur, dapat diperbandingkan antar waktu, antar wilayah,
dan antar kelompok masyarakat sebagai bahan pengambilan keputusan.

A. Lingkup kegiatan
1) Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM secara
terpadu
2) Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM
3) Persentase Perempuan usia 30- 50 tahun yang dideteksi dini kanker leher
rahim dan payudara
4) Persentase Kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) minimal 50% sekolah

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


9
5) Persentase Kab/kota yang melakukan pemeriksaan kesehatan pengemudi di
terminal utama.

B. Langkah – Langkah Kegiatan

Data dikumpulkan dari data individu peserta Posbindu PTM yang berkunjung
secara manual dan/atau menggunakan sistem informasi PTM. Data yang
dikumpulkan berupa data sosial, data wawancara, data pengukuran, data
konseling, dan rujukan.Data sasaran PTM usia > 15 tahun

C. Pencatatan
 Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data, maka dilakukan penyajian
dalam bentuk narasi, tabel, grafik, spot map, area map, dan lainnya
 Analisis data dilakukan secara diskriptif menurut variabel orang (umur, jenis
kelamin, pendidikan, dan lainnya), tempat (antar wilayah) dan waktu (antar
waktu).

Pada kegiatan posbindu pencatatan pada KMS dan Register Posbindu

D. Pengolahan Data
1) Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan/atau dengan
bantuan software Sistem Informasi Surveilans PTM
2) Data yang diolah adalah faktor risiko PTM dengan memperhitungkan jumlah
penduduk di suatu wilayah
3) Produk pengolahan dan analisis berupa proporsi hasil pemeriksaan faktor
risiko dan cakupan penduduk yang melakukan pemeriksaan
 Proporsi faktor risiko PTM dari peserta Posbindu
 Proporsi perokok aktif
 Proporsi kurang aktivitas fisik (<150 menit per minggu)
 Proporsi kurang konsumsi sayur dan buah (<5 porsi sehari)
 Proporsi konsumsi minuman beralkohol sebulan terakhir
 Proporsi stres
 Proporsi obesitas
 Proporsi obesitas sentral
 Proporsi hipertensi

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


10
 Proporsi hiperglikemia
 Proporsi hiperkolesterolemia
 Proporsi hipertrigliserida
 Proporsi gangguan fungsi paru
 Proporsi amfetamin urin positif
 Proporsi alkohol dalam pernafasan positif
 Proporsi IVA positif
 Proporsi benjolan payudara positif
 Proporsi konseling berhenti merokok
 Proporsi konseling diet sehat
 Proporsi konseling IVA dan SADANIS
 Proporsi konseling potensi cedera
 Cakupan pemeriksaan faktor risiko dari penduduk berusia ≥15 tahun di
suatu wilayah
 Cakupan kunjungan penduduk ke posbindu PTM
 Cakupan penduduk yang diwawancara merokok
 Cakupan penduduk yang diwawancara kurang aktivitas fisik (<150
menit per minggu)
 Cakupan penduduk yang diwawancara kurang konsumsi sayur dan
buah (<5 porsi sehari)
 Cakupan penduduk yang diwawancara konsumsi minuman beralkohol
sebulan terakhir
 Cakupan penduduk yang diwawancara mengalami stres
 Cakupan penduduk yang memeriksakan tinggi dan berat badan
 Cakupan penduduk yang memeriksakan lingkar perut
 Cakupan penduduk yang memeriksakan tekanan darah
 Cakupan penduduk yang memeriksakan gula darah
 Cakupan penduduk yang memeriksakan kolesterol darah
 Cakupan penduduk yang memeriksakan trigliserida darah
 Cakupan penduduk yang memeriksakan fungsi paru
 Cakupan penduduk yang memeriksakan amfetamin urin
 Cakupan penduduk yang memeriksakan alkohol dalam pernafasan

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


11
 Cakupan penduduk yang memeriksakan IVA
 Cakupan penduduk yang memeriksakan SADANIS
 Cakupan penduduk yang mengikuti konseling berhenti merokok
 Cakupan penduduk yang mengikuti konseling diet sehat
 Cakupan penduduk yang mengikuti konseling IVA dan SADANIS
 Cakupan penduduk yang mengikuti konseling potensi cedera

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


12
BAB V

LOGISTIK

Logistik kebutuhan pelayanan program PTM antara lain :

1) KMS Posbindu
2) Register Posbindu
3) Komputer untuk pengolahan data

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


13
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat


asuhan keperawatan lebih aman. Hal ini termasuk assesmen resiko , identifikasi dan
pengelolaanhal yang berhubungan dengan resiko pasien,pelaporan dan analisis
insiden,kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya implementasi solusi
untuk menimbulkan timbulnya resiko.

Tujuan penerapan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya


keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat,menurunkan kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di
puskesmas,terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan

Pelayanan kegiatan Posbindu memperhatikan keselamatan pasieen dengan cara:

a. Identifikasi Potensi
 Kemungkinan kesalahan penimbangan
 Kemungkinan kesalahan pengukuran TB
 Kemungkinan blood lancet lupa di ganti
 Kemungkinan alat pengukuran GDA,kolesterol error / rusak

b. Pencegahan Terjadinya Kesalahan


 Sebelum kegiatan dimulai petugas harus mengecek semua alat – alat
yang digunakan pada saat kegiatan
 Menggunakan blood lancet yang disposible

c. Pelaporan
Pengaduan alat – alat yang error / rusak dilaporkan ke pengelola barang
puskesmas atau dilaporkan langsung ke dinas kesehatan ( bidang terkait )

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


14
d. Penanganan / Tindak lanjut
 Mengembalikan alat yang error/rusak ke pengelola barang puskesmas/ ke
dinas kesehatan
 Mengecek alat sebelum pelaksanaan kegiatan

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


15
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. TUJUAN
 Petugas kesehatan di dalm menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi
 Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat
kerjanya.untuk menghindari paparan tersebut setiap petugas harus
menerapkan prinsip universal precaution

B. TINDAKAN YANG BERISIKO TERPANJANG


 Tidak memakai sarung tangan
 Cuci tangan yang kurang benar
 Masker

C. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


 Cuci tangan untuk mencegah infeksi silang
 Pemakaian alat pelindung di antaranya pemakaian masker dan sarung
tangan

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


16
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan program PTM PUSKESMAS JELBUK dalam


memberikan pelayanan adalah :
a. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM secara
terpadu
Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini faktor
risiko PTM terpadu minimal melalui kegiatan Posbindu PTM pada minimal 10%
desa/kelurahan di wilayah kerjanya dan melaksanakan pengendalian Hipertensi
dan Diabetes Melitus terintegrasi
b. Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM
Persentase Desa / kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu
PTM yaitu deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM secara rutin minimal
pada 10% penduduk usia ≥ 15 tahun di wilayah tersebut
c. Persentase Perempuan usia 30- 50 tahun yang dideteksi dini kanker
leherrahim dan payudara
Jumlah perempuan usia 30-50 tahun yang dilakukan deteksi dini melalui
metoda Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) atau papsmear untuk kanker
leher rahim dan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) untuk kanker payudara

Indikatormutu akan dipantau oleh tim mutu Puskesmas melalui monitoring dan
evaluasi pelaksanaan

Pencapaian indikator mutu dibahas dalam pertemuan tinjauan manajemen dan


dilaporkan kepada kepala puskesmas

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


17
BAB IX

PENUTUP

Program PTM terdiri dari program PTM berbasis Posbindu dan program PTM
berbasis FKTP. Pelaksanaan program PTM tersebut melibatkan semua pihak mulai
dari Posbindu PTM, Puskesmas, Dinas Kesehatan kabupaten//kota, dinas
kesehatan provinsi, dan Kementerian Kesehatan. Dalam pelaksanaannya
menggunakan sistem sistem informasi surveilans PTM untuk memudahkan
pengumpulan, pengolahan dan analisa data, diseminasi, dan tindak lanjut.

Dengan pengembangan surveilans PTM yang baik, kondisi riil fakor risiko di
masyarakat Indonesia dapat diketahui secara akurat, lengkap, dan update. Hal ini
akan menjadikan masyarakat lebih mawas diri menuju perilaku hidup sehat, dengan
perilaku CERDIK, yaitu Cek Kesehatan secara berkala, Enyahkan Asap Rokok, rajin
aktivitas fisik, Diet yang sehat, Istirahat yang cukup, dan kelola stress. Selanjutnya,
berbasis data dan informasi yang lebih akurat, program pengendalian PTM dapat
dikembangkan dan diperkuat untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat PTM.

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PTM


18

Anda mungkin juga menyukai