Anda di halaman 1dari 19

PEDOMAN

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU)

PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS LABUAPI

PUSKESMAS LABUAPI

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36

(63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, dimana sekitar 29 juta

(80%) justru terjadi di Negara yang sedang berkembang (WHO,2010). Peningkatan

kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15 % (44

juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat

perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada

negara-negara berkembang.

Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda

klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak

mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan

Dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 69,6% dari kasus Diabetes Melitus dan 63,2%

dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan

menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian dini.

Dalamkurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan

dari 41,7% menjadi 59,5%. Peningkatan prevalensi PTM berdampak terhadap

peningkatan,sebab pembiayaan kesehatan yang harus di tanggung Negara dan masyarakat.

Penyandang PTM memerlukan biaya yang relative mahal, terlebih bila kondisinya

berkembang semakin lama (menahun) dan terjadi komplikasi.

Data Pusat Pembiayaan Jaminan kesehatan kementrian Kesehatan RI pada tahun 2012

memperlihatkan bahwa PTM menghabiskan biaya pengobatan yang cukup besar bila

dibandingkan dengan biaya pengobatan tertinggi dari seluruh penyakit menular.

PTM dapat dicegah dengan mengendalikan factor risikonya, yaitu merokok, diet yang

tidak sehat,kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol. Mencegah dan

mengendalikan faktor resiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan
PTM. Penngendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah PTM, bagi

masyarakat sehat, yang mempunyai faktor risiko dan bagi penyandang PTM, dengan tujuan

bagi yang belum memiliki faktor risiko agar tidak timbul faktor risiko PTM, kemudian bagi

yang mempunyai faktor risiko diupayakan agar kondisi faktor risiko PTM menjadi normal

kembali dan atau mencegah terjadinya PTM, dan bagi yang sudah menyandang PTM, untuk

mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup.

Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan

dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan

untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali

pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, pemanntauan faktor risiko

PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos Pembinaan Terpadu

(Posbindu) TPM.

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan

deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM serta tindak lanjut dini yang dilaksanakan secara

terpadu, rutin dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap

mawas diri masyarakat terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat

dicegah. Sikap mawas diri ini ditujukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang

lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit,

melainkan juga pada keadaan sehat.

Berkaitan dengan hak tersebut diatas maka dalam penyelenggaraan Posbindu PTM

diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiatan

Posbindu bagi para pemangku kepentingan serta petugas pelaksana lapangan.

Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen pengubah

sekaligus sebagai sumber daya dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk

melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM dan tindak lanjutnya.

B. Tujuan Pedoman

Sebagai panduan pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM bagi pengelola program Posbindu PTM di

Puskesmas Labuapi dan institusi serta organisasi lainnya dalam terlaksananya pencegahan dan
pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin dan

periodik.

C. SASARAN

Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan terkait dalam hal ini

adalah pengelola program Posbindu PTM di puskesmas Labuapi untuk bekerjasama dengan

masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik dalam terlaksananya program Posbindu PTM.

D. Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang lingkup pedoman ini meliputi tujuan dan strategi kegiatan, konsep dasar

program Posbindu PTM, pengorganisasian Posbindu PTM, pemantauan, penilaian dan

pembinaan serta peran pemangku kepentingan.

E. Batasan Operasional

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini,

pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.

Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap PTM mengingat

hampir semua faktor risiko PTM tidak memberikan gejala pada yang mengalaminya.

Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat atau UKM

yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber daya masyarakat

(UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM di bawah pembinaan puskesmas.

Kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM meliputi wawancara untuk

perilaku merokok, kurang konsumsi sayur dan buah, kurang aktifitas fisik, konsumsi

alkohol, kemudian pengukuran secara berkala tinggi badan dan berat badan, menghitung

nilai indeks massa tubuh (IMT), mengukur lingkar perut, tekanan darah,dan pemeriksaan

gula darah sewaktu , kolesterol total, trigliserida.

Jika pada saat wawancara, pengukuran, pemeriksaan ditemukan faktor risiko PTM,

maka dilakukan tindak lanjut dini berupa pembinaan secara terpadu melalui penyuluhan

individu, kelompok atau konseling secara perorangan sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya
bagi yang memerlukan penanganan lebih lanjut dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat

pertama (FKTP).

Posbindu PTM dapat dikelompokkan menjadi dua bagian :

1. Posbindu PTM dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang dilakukan

dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrument atau formulir untuk

mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah diderita

sebelumnya, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, IMT, pemeriksaan

tekanan darah, serta konseling.

2. Posbindu PTM utama meliputi kegiatan Posbindu PTM dasar ditambah dengan

pemeriksaan guladarah, kolesterol total,yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih

(dokter,bidan,perawat kesehatan/tenaga ahli teknologi laboratorium medik/lainnya).

Posbindu PTM utama dilaksanakan bila memiliki sumber daya berupa peralatan,

tenaga kesehatan dan tempat pemeriksaan yang memadai. Bila kelompok/organisasi/institusi

di masyarakat ini belum memiliki sumber daya yang mencukupi, maka pengembangan

dilakukan pada tahap awal dengan Posbindu PTM dasar. Seiring dengan perkembangan

sumber daya yang dimiliki, maka Posbindu PTM dasar dapat ditingkatkan menjadi Posbindu

PTM utama.

Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam situasi kondisi

tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut

berupa pelayanan deteksi dini, monitoring terhadap faktor risiko penyakit tidak menular dan

tindak lanjut dini seperti konseling serta rujukan ke puskesmas.

F. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek

Kedokteran

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perundangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

7. Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang

Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana

pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.7 tahun 2007 tentan Petugas

Pelaksana Pemberdayaan Masyarakat

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.741 Tahun 2008 tentang standar

pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota

11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2269 tahun 2011 tentang

pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat

12. Peraturan menteri dalam negeri republik Indonesia No.40 tahun 2013 tentang

pemberdayaan masyarakat melalui gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga.

13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.45 tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan surveilans kesehatan

14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.40 Tahun 2013 tentang peta jalan

pengendalian dampak konsumsi rokok

15. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat

16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1479 tahun 2003 tentang

Pedoman Penyelenggaraan system surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan PTM

terpadu

17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.430 tahun 2007 tentang

Pedoman pengendalian Penyakit kanker.

18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1529 tahun 2010 tentang

Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga.


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Penyelenggaraan Posbindu PTM dilakukan oleh petugas pelaksana Posbindu PTM yang

berasal dari kader kesehatan yang telah ada atau beberapa orang dari masing-masing

kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM,

yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko

PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya.

Pelaksana Posbindu PTM dibina oleh Puskesmas penanggung jawab wilayah tersebut

dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Setempat. Petugas Pelaksana Posbindu PTM memiliki

kriteria antara lain : mau dan mampu melakukan kegiatan Posbindu PTM minimal bisa

membaca dan menulis, lebih diutamakan berpendidikan minimal SLTA atau sederajat.

Semua Pegawai Puskesmas Wajib berpartisipasi dalam kegiatan Posbindu

PTM.Penanggung jawab Posbindu PTM merupakan koordinator dalam penyelenggaraan

kegiatan Posbindu PTM.

B. Distribusi Ketenagaan

Pengaturan dan penjadwalan Penanggung Jawab Posbindu PTM, dan Pegawai

puskesmas termasuk kader kesehatan yang telah ada atau beberapa dari masing-masing

kelompok yang bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM yang dikoordinir oleh

penanggung jawab Posbindu PTM sesuai dengan kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan

Jadwal pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM disepakati dan disusun bersama dengan

sektor terkait yang biasanya di laksanakan sebulan sekali.


BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Koordinasi pelaksanaan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM dilakukan

oleh Penanggung Jawab Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM yang menempati ruang

Gizi dari gedung puskesmas. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di Aula Puskesmas

Labuapi yang terletak di depan Ruang Imunisasi.

B. Standar Fasilitas

1. Pedoman umum Pos Pembinaan terpadu PTM : 1 buah

2. Panduan pengukuran Faktor Risiko PTM : 1 buah

3. Panduan Penyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko : 1 buah

4. Petunjuk teknis Penyelenggaraan pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular : 1

buah

5. Panduan Upaya Pengendalian Faktor Risiko PTM : 1 buah

6. Panduan Penyakit Kanker : 1 buah

7. Panduan Penyelenggaraan Posbindu PTM : 1 buah

8. Tensimeter : 1 buah

9. Alat Pengukur Tinggi Badan : 1 buah

10. Timbangan : 1 buah

11. Pita Pengukur : 1 buah

12. Alat pengukur Gula darah,kolesterol dan asam urat : 1buah


BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu PTM

Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu PTM Puskesmas mencakup :

1. Posbindu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang

berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian PTM dengan

melibatkan masyrakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan evaluasi.

Masyarakat di perankan sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen perubahan,

sekaligus sebagai sumber daya. Dalam pelaksanaan selanjutnya kegiatan Posbindu PTM

menjadi upaya kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dimana kegiatan ini

diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya, kemampuan dan

kebutuhan masyarakat.

2. Substansi Posbindu PTM mengacu kepada kegiatan, bukan terhadap tempat. Hal ini

yang membedakan Posbindu PTM dengan UKBM lainnya. Kegiatan berupa deteksi dini,

pemantauan faktor risiko PTM serta tindak lanjut dini faktor risiko PTM. Persiapan

dalam penyelenggaraan Posbindu PTM didahului dengan identifikasi kelompok

potensial yang ada di masyarakat, sosialisasi dan advokasi, pelatih petugas pelaksana

Posbindu PTM atau fasilitas tekhnis, fasilitas logistik, pengaturan mekanisme kerja

antara petugas pelaksana Posbindu PTM dengan pembinanya, serta sumber pembiayaan.

3. Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara, pengukuran,

pemeriksaan dan tindak lanjut dini.Biaya penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM

dapat berasala dari berbagai sumber. Pada awal pelaksanaan mendapat stimulasi atau

subsidi dari pemerintah. Secara bertahap di harapkan masyrakat mampu membiayai

penyelenggaraan kegiatan secara mandiri.Kegiatan posbindu PTM dalam situasi kondisi

tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.

4. Pemantauan dan penilaian keberhasilan dari penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM

harus dilakukan dengan membandingkan indikator yang telah ditetapkan sejak awal dan

dibandingkan dengan hasil pencapaiannya. Penilaian tingkat perkembangan Posbindu


PTM berdasarkan penilaian terhadap tingkat perkembangan Posbindu yang dilakukan

sebagai bahan dasar perencanaan dan pengembangan kegiatan. Hasil evaluasi ini

digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan yang bekelanjutan.

B. Metode Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu PTM

Untuk mencapai keberhasilan program kegiatan Posbindu PTM perlu dikembangkan strategi

pelaksanaan kegiatan, yaitu :

1. Sosialisasi dan advokasi kepada pemerintah, pihak legislatif, pemerintah daerah serta

pemangku kepentingan.

2. Pemberdayaan masyarakat

3. Pendekatan integratif pada kelompok masyarakat khusus dan pada berbagai tatanan

seperti sekolah, tempat kerja, lingkungan pemukiman.

4. Peningkatan jejaring kerja PTM dengan melibatkan lintas program,lintas sektor dan

pemangku kepentingan terkait baik di pusat maupun propinsi , dan kabupaten/kota dan

puskesmas.

5. Peningkatan peran pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan

pemantauan dan evaluasi.

6. Peningkatan kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam pengendalian faktor risiko

PTM

7. Faslitas ketersediaan sarana dan prasarana

8. Berbasis bukti ilmiah dan sesuai kearifan local

Dalam upaya mencapai tujuan Posbindu PTM diperlukan peran petugas pelaksana

Posbindu PTM yang berasal dari kader kesehatan yang telah ada atau beberapa dari masing-

masing kelompok yang bersedia menyelenggarakan posbindu.

Tujuan dilakukannya kegiatan ini agar pengembangan Posbindu PTM dapat disesuaikan

dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya di masyarakat sehingga dapat berjalan

secara mandiri dan berkesinambungan.


Langkah persiapan Posbindu PTM diawali dengan pengumpulan data dan informasi

besaran masalah PTM yang ada. Informasi ini bisa didapat secara langsung dari masyarakat

melalui berbagai metode sebagai berikut:

a) Wawancara

b) Pengamatan

c) Angket

d) Tehnik Participatory Rural Appraisal (PRA) atau pemahaman Partisipatif pedesaan

e) Fokus diskusi kelompok terarah

Selain itu, informasi juga didapatkan dari data Rumah Sakit, Puskesmas, Profil

kesehatan daerah, riskesdas, atau hasil survey lainnya. Informasi ini berupa besaran masalah

penyakit tidak menular dan dampaknya terhadap pembiayaan kesehatan.

C. Langkah Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu

1. Identifikasi kelompok potensial yang ada dimasyarakat.

Langkah persiapan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat diawali dengan

pengumpulan data dan informasi besaran masalah PTM yang ada, sarana dan prasarana

pendukung dan sumber daya manusia yang tersedia dalam kelompok tersebut.

Identifikasi merupakan kegiatan mencari, menemukan, mencatat data yang belum

diketahui mengenai kelompok-kelompok masyarakat potensial yang ada yang merupakan

sasaran yang akan menjadi subyek atau obyek dalam pengembangan Posbindu PTM ini.

Tujuan dilakukannya kegiatan ini agar pengembangan Posbindu PTM dapat disesuaikan

dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya di masyarakat dapat berjalan secara

mandiri dan berkesinambungan.Kelompok masyarakat potensial antara lain : Kelompok

masyarakat di tatanan desa seperti karang taruna, PKK/dasa wisma,pengajian, majelis

taklim, kelompok kebaktian , LSM, organisasi profesi, swasta, klub olah raga, koperasi

dan kelompok masyarakat di tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi dan lain-lain.

2. Sosialisasidan Advokasi

Sosialisasi dan advokasi dilakukan kepada kelompok masyarakat potensial terpilih

tentang besarnya permasalahan PTM yang ada, dampaknya bagi masyarakat dan dunia

usaha, strategi pencegahan dan pengendalian serta tujuan dan manfaat kegiatan deteksi
dini dan pemantauan faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM. Kegiatan ini dilakukan

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar diperoleh dukungan dan komitmen

dalam menyelenggarakan Posbindu PTM.

Pertemuan sosialisasi dan advokasi dapat dilakukan beberapa kali. Pada pertemuan

sosialisasi dan advokasi tersebut akan teridentifikasi kelompok yang bersedia

menyelenggarakan Posbindu PTM.Tindak lanjut dari advokasi adalah kesepakatan

bersama berupa penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM yaitu:

1) Menetapkan klasifikasi Posbindu PTM sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan

2) Menetapkan dan membagi peran dan fungsi petugas pelaksana dalam

penyelnggaraan Posbindu PTM

3) Menetapkan jadwal pelaksanaan Posbindu PTM

4) Merencanakan besaran dan sumber pembiayaan

5) Melengkapi sarana dan prasarana

6) Menetapkan mekanisme kerja dengan petugas kesehatan pembinanya.

3. Pelatihan Tenaga Pelaksana Posbindu PTM

Kegiatan ini dapat diselenggerakan oleh masyarakat/kelompok/institusi yang bersedia

menyelenggarakan posbindu PTM dengan difasilitasi oleh puskesmas maupun Dinas

Kesehatan. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan tentang PTM faktor resiko,

dampak, dan upaya yang diperlukan dalam pencegahan dan pengendalian PTM,

memberikan pengetahuan tentang posbindu PTM, memberikan kemapuan dan

keterampilan dalam memantau faktor risiko PTM dan memberikan keterampilan dalam

melakukan konseling serta tindak lanjutnya.

Peserta pelatihan adalah petugas pelaksana posbindu PTM, agar pelatihan

berlangsung efektif, jumlah seluruh peserta maksimal 30 orang yang berarti puskesmas

akan melatih 6 posbindu PTM yang masing-masing posbindu PTM terdiri dari 5 orang.

Waktu pelatihan disesuaikan dengan kondisi setempat dengan modul yang telah

dipersiapkan.

4. Pengorganisasian dan Pembagian Peran


Setelah petugas pelaksana posbindu PTM dilatih, mereka harus memahami semua

peranan masing-masing.

5. Pelaksanaan Posbindu PTM

Pelaksanaan kegiatan posbindu PTM yang rutin dilaksanakn sebulan sekali disuatu

tempat yang sudah disepakati dapat ditambahkan dengan melakukan kegiatan posbindu

PTM secara bergerak dengan mendatangi tiap-tiap rumah dalam lingkup desa untuk

meningkatkan cakupan peserta posbindu PTM di wilayah tersebut.

Posbindu dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam kondisi tertentu dapat

disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.Kegiatan tersebut berupa

pelayanan deteksi dini, pemantauan terhadap faktor risiko penyakit tidak menular dan

tindak lanjut sederhana seperti konseling serta rujukan ke puskesmas.

Dalam pelaksanaannya ada 5 tahap :

a. Registrasi

b. Wawancara

c. Pengukuran

d. Pemeriksaan

e. Identifikasi faktor risiko PTM dan konseling

6. Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Posbindu PTM

Penilaian faktor risiko PTM dilakukan pada setiap indivisu untuk masing-masing

faktor risiko PTM. Selanjutnya akan dianalisa dan dilakukan langkah-langkah atau

intervensi yang harusdilakukan oleh individu tersebut sesuai dengan faktor risiko yang

dimiliki.

Tindak lanjut dan pembinaan yang dilakukan dapat berupa penyuluhan dan edukasi

lebih mendalam terhadapa para peserta posbindu PTM yang beresiko, peningkatan

aktifitas fisik bersama, merujuk ke puskesmas dan berkonsultasi dengan tenaga

kesehatan.
BAB V

LOGISTIK

Kebutuhan dan dan logistik untuk pelaksanaan posbindu PTM di rencanakan dalam

pertemuan sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode Posbindu PTM yang akan

dilaksanakan.Dalam Penyelenggaraan Posbindu PTM agar dapat berlangsung secara

berkelanjutan, diperlukan pembiayaan yang memadai. Pembiayaan dapat berasal dari

pemerintah, swasta, kelompok masyarakat/lembaga atau pihak lain yang peduli terhadap

persoalan penyakit tidak menular.

Puskesmas dapat memanfaatkan sumber pembiayaan yang potensial untuk mendukung

dan memfasilitasi terselenggaranya posbindu PTM, melalui pemanfaatan Bantuan Operasional

Kesehatan (BOK).
BAB VI

KESELAMATAN SASARAN

Pelaksanaan posbindu PTM mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai

dengan penilaian dan evaluasi kegiatan perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan

melakukan identifkasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat

pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap

kegiatan yang akan dilaksanakan.


BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam persiapan sampai dengan pelaksanaan kegiatan posbindu PTM perlu diperhatikan

keselamatan kerja semua petugas penyelenggara posbindu PTM dan lintas sektor terkait dengan

melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat

pelaksanaan kegiata. Upaya pencegahan risiko terhadap kegiatan harus dilakukan untuk tiap-tiap

kegiatan yang akan dilaksanakan.


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Untuk melihat sejauh mana keberhasilan posbindu PTM dalam melakukan pengelolaan

faktor risiko bagi pesertanya, perlu dilakukan penilaian terhadap proporsi faktor risiko PTM pada

posbindu PTM yang merupakan perhitungan persentase hasil pengukuran faktor risiko PTM dari

semua peserta posbindu yang diperiksa. Proporsi faktor risiko dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

merah jika proporsi faktor risiko PTM tinggi dan hijau jika proporsi faktor risiko PTM rendah.

Kondisi tersebut menjadi dasar bagi koordinator posbindu PTM untuk merencanakan pembinaan

pada anggotanya secara optimal lagi.Kinerja pelaksanaan posbindu di monitor dan dievaluasi

dengan menggunakan indikator sebagai berikut :

1. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM dengan ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan jadwal

2. Terlaksananya pemantauan faktor risiko PTM dengan kesesuaian petugas yang

melaksanakan kegiatan

3. Terlaksananya tindak lanjut dini faktor risiko PTM dengan ketepatan metode yang

digunakan

4. Terlaksanaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta

masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik.


BAB IX

PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas puskesmas dan lintas sektor terkait dalam

pelaksanaan dan pembinaan posbindu PTM dengan tetap memperhatikan prinsip proses

pembelajaran dan manfaat.

Keberhasilan kegiatan posbindu PTM tergantung pada komitmen yang kuat dari semua

pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran serta aktif

masyarakat dalam bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai