PUSKESMAS LABUAPI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36
(63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, dimana sekitar 29 juta
kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15 % (44
juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat
perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada
negara-negara berkembang.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda
klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak
mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan
Dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 69,6% dari kasus Diabetes Melitus dan 63,2%
dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan
Penyandang PTM memerlukan biaya yang relative mahal, terlebih bila kondisinya
Data Pusat Pembiayaan Jaminan kesehatan kementrian Kesehatan RI pada tahun 2012
memperlihatkan bahwa PTM menghabiskan biaya pengobatan yang cukup besar bila
PTM dapat dicegah dengan mengendalikan factor risikonya, yaitu merokok, diet yang
tidak sehat,kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol. Mencegah dan
mengendalikan faktor resiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan
PTM. Penngendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah PTM, bagi
masyarakat sehat, yang mempunyai faktor risiko dan bagi penyandang PTM, dengan tujuan
bagi yang belum memiliki faktor risiko agar tidak timbul faktor risiko PTM, kemudian bagi
yang mempunyai faktor risiko diupayakan agar kondisi faktor risiko PTM menjadi normal
kembali dan atau mencegah terjadinya PTM, dan bagi yang sudah menyandang PTM, untuk
mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup.
Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan
dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan
untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali
pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, pemanntauan faktor risiko
PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) TPM.
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM serta tindak lanjut dini yang dilaksanakan secara
terpadu, rutin dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap
mawas diri masyarakat terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat
dicegah. Sikap mawas diri ini ditujukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang
lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit,
Berkaitan dengan hak tersebut diatas maka dalam penyelenggaraan Posbindu PTM
diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiatan
sekaligus sebagai sumber daya dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM dan tindak lanjutnya.
B. Tujuan Pedoman
Sebagai panduan pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM bagi pengelola program Posbindu PTM di
Puskesmas Labuapi dan institusi serta organisasi lainnya dalam terlaksananya pencegahan dan
pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin dan
periodik.
C. SASARAN
Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan terkait dalam hal ini
adalah pengelola program Posbindu PTM di puskesmas Labuapi untuk bekerjasama dengan
masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik dalam terlaksananya program Posbindu PTM.
Ruang lingkup pedoman ini meliputi tujuan dan strategi kegiatan, konsep dasar
E. Batasan Operasional
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini,
pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.
Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap PTM mengingat
hampir semua faktor risiko PTM tidak memberikan gejala pada yang mengalaminya.
Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat atau UKM
Kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM meliputi wawancara untuk
perilaku merokok, kurang konsumsi sayur dan buah, kurang aktifitas fisik, konsumsi
alkohol, kemudian pengukuran secara berkala tinggi badan dan berat badan, menghitung
nilai indeks massa tubuh (IMT), mengukur lingkar perut, tekanan darah,dan pemeriksaan
Jika pada saat wawancara, pengukuran, pemeriksaan ditemukan faktor risiko PTM,
maka dilakukan tindak lanjut dini berupa pembinaan secara terpadu melalui penyuluhan
individu, kelompok atau konseling secara perorangan sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya
bagi yang memerlukan penanganan lebih lanjut dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP).
1. Posbindu PTM dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang dilakukan
mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah diderita
sebelumnya, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, IMT, pemeriksaan
2. Posbindu PTM utama meliputi kegiatan Posbindu PTM dasar ditambah dengan
Posbindu PTM utama dilaksanakan bila memiliki sumber daya berupa peralatan,
di masyarakat ini belum memiliki sumber daya yang mencukupi, maka pengembangan
dilakukan pada tahap awal dengan Posbindu PTM dasar. Seiring dengan perkembangan
sumber daya yang dimiliki, maka Posbindu PTM dasar dapat ditingkatkan menjadi Posbindu
PTM utama.
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam situasi kondisi
tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut
berupa pelayanan deteksi dini, monitoring terhadap faktor risiko penyakit tidak menular dan
F. Landasan Hukum
Kedokteran
Daerah.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.7 tahun 2007 tentan Petugas
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.741 Tahun 2008 tentang standar
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2269 tahun 2011 tentang
12. Peraturan menteri dalam negeri republik Indonesia No.40 tahun 2013 tentang
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.45 tahun 2014 tentang
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.40 Tahun 2013 tentang peta jalan
15. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1479 tahun 2003 tentang
terpadu
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.430 tahun 2007 tentang
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1529 tahun 2010 tentang
STANDAR KETENAGAAN
Penyelenggaraan Posbindu PTM dilakukan oleh petugas pelaksana Posbindu PTM yang
berasal dari kader kesehatan yang telah ada atau beberapa orang dari masing-masing
yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko
Pelaksana Posbindu PTM dibina oleh Puskesmas penanggung jawab wilayah tersebut
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Setempat. Petugas Pelaksana Posbindu PTM memiliki
kriteria antara lain : mau dan mampu melakukan kegiatan Posbindu PTM minimal bisa
membaca dan menulis, lebih diutamakan berpendidikan minimal SLTA atau sederajat.
B. Distribusi Ketenagaan
puskesmas termasuk kader kesehatan yang telah ada atau beberapa dari masing-masing
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM disepakati dan disusun bersama dengan
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
oleh Penanggung Jawab Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM yang menempati ruang
Gizi dari gedung puskesmas. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di Aula Puskesmas
B. Standar Fasilitas
buah
8. Tensimeter : 1 buah
TATALAKSANA PELAYANAN
1. Posbindu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang
berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian PTM dengan
sekaligus sebagai sumber daya. Dalam pelaksanaan selanjutnya kegiatan Posbindu PTM
menjadi upaya kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dimana kegiatan ini
kebutuhan masyarakat.
2. Substansi Posbindu PTM mengacu kepada kegiatan, bukan terhadap tempat. Hal ini
yang membedakan Posbindu PTM dengan UKBM lainnya. Kegiatan berupa deteksi dini,
pemantauan faktor risiko PTM serta tindak lanjut dini faktor risiko PTM. Persiapan
potensial yang ada di masyarakat, sosialisasi dan advokasi, pelatih petugas pelaksana
Posbindu PTM atau fasilitas tekhnis, fasilitas logistik, pengaturan mekanisme kerja
antara petugas pelaksana Posbindu PTM dengan pembinanya, serta sumber pembiayaan.
dapat berasala dari berbagai sumber. Pada awal pelaksanaan mendapat stimulasi atau
harus dilakukan dengan membandingkan indikator yang telah ditetapkan sejak awal dan
sebagai bahan dasar perencanaan dan pengembangan kegiatan. Hasil evaluasi ini
Untuk mencapai keberhasilan program kegiatan Posbindu PTM perlu dikembangkan strategi
1. Sosialisasi dan advokasi kepada pemerintah, pihak legislatif, pemerintah daerah serta
pemangku kepentingan.
2. Pemberdayaan masyarakat
3. Pendekatan integratif pada kelompok masyarakat khusus dan pada berbagai tatanan
4. Peningkatan jejaring kerja PTM dengan melibatkan lintas program,lintas sektor dan
pemangku kepentingan terkait baik di pusat maupun propinsi , dan kabupaten/kota dan
puskesmas.
PTM
Dalam upaya mencapai tujuan Posbindu PTM diperlukan peran petugas pelaksana
Posbindu PTM yang berasal dari kader kesehatan yang telah ada atau beberapa dari masing-
Tujuan dilakukannya kegiatan ini agar pengembangan Posbindu PTM dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya di masyarakat sehingga dapat berjalan
besaran masalah PTM yang ada. Informasi ini bisa didapat secara langsung dari masyarakat
a) Wawancara
b) Pengamatan
c) Angket
Selain itu, informasi juga didapatkan dari data Rumah Sakit, Puskesmas, Profil
kesehatan daerah, riskesdas, atau hasil survey lainnya. Informasi ini berupa besaran masalah
pengumpulan data dan informasi besaran masalah PTM yang ada, sarana dan prasarana
pendukung dan sumber daya manusia yang tersedia dalam kelompok tersebut.
sasaran yang akan menjadi subyek atau obyek dalam pengembangan Posbindu PTM ini.
Tujuan dilakukannya kegiatan ini agar pengembangan Posbindu PTM dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya di masyarakat dapat berjalan secara
taklim, kelompok kebaktian , LSM, organisasi profesi, swasta, klub olah raga, koperasi
dan kelompok masyarakat di tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi dan lain-lain.
2. Sosialisasidan Advokasi
tentang besarnya permasalahan PTM yang ada, dampaknya bagi masyarakat dan dunia
usaha, strategi pencegahan dan pengendalian serta tujuan dan manfaat kegiatan deteksi
dini dan pemantauan faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM. Kegiatan ini dilakukan
Pertemuan sosialisasi dan advokasi dapat dilakukan beberapa kali. Pada pertemuan
dampak, dan upaya yang diperlukan dalam pencegahan dan pengendalian PTM,
keterampilan dalam memantau faktor risiko PTM dan memberikan keterampilan dalam
berlangsung efektif, jumlah seluruh peserta maksimal 30 orang yang berarti puskesmas
akan melatih 6 posbindu PTM yang masing-masing posbindu PTM terdiri dari 5 orang.
Waktu pelatihan disesuaikan dengan kondisi setempat dengan modul yang telah
dipersiapkan.
peranan masing-masing.
Pelaksanaan kegiatan posbindu PTM yang rutin dilaksanakn sebulan sekali disuatu
tempat yang sudah disepakati dapat ditambahkan dengan melakukan kegiatan posbindu
PTM secara bergerak dengan mendatangi tiap-tiap rumah dalam lingkup desa untuk
Posbindu dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam kondisi tertentu dapat
pelayanan deteksi dini, pemantauan terhadap faktor risiko penyakit tidak menular dan
a. Registrasi
b. Wawancara
c. Pengukuran
d. Pemeriksaan
Penilaian faktor risiko PTM dilakukan pada setiap indivisu untuk masing-masing
faktor risiko PTM. Selanjutnya akan dianalisa dan dilakukan langkah-langkah atau
intervensi yang harusdilakukan oleh individu tersebut sesuai dengan faktor risiko yang
dimiliki.
Tindak lanjut dan pembinaan yang dilakukan dapat berupa penyuluhan dan edukasi
lebih mendalam terhadapa para peserta posbindu PTM yang beresiko, peningkatan
kesehatan.
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dan dan logistik untuk pelaksanaan posbindu PTM di rencanakan dalam
pertemuan sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode Posbindu PTM yang akan
pemerintah, swasta, kelompok masyarakat/lembaga atau pihak lain yang peduli terhadap
Kesehatan (BOK).
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
dengan penilaian dan evaluasi kegiatan perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan
melakukan identifkasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap
KESELAMATAN KERJA
Dalam persiapan sampai dengan pelaksanaan kegiatan posbindu PTM perlu diperhatikan
keselamatan kerja semua petugas penyelenggara posbindu PTM dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiata. Upaya pencegahan risiko terhadap kegiatan harus dilakukan untuk tiap-tiap
PENGENDALIAN MUTU
Untuk melihat sejauh mana keberhasilan posbindu PTM dalam melakukan pengelolaan
faktor risiko bagi pesertanya, perlu dilakukan penilaian terhadap proporsi faktor risiko PTM pada
posbindu PTM yang merupakan perhitungan persentase hasil pengukuran faktor risiko PTM dari
semua peserta posbindu yang diperiksa. Proporsi faktor risiko dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
merah jika proporsi faktor risiko PTM tinggi dan hijau jika proporsi faktor risiko PTM rendah.
Kondisi tersebut menjadi dasar bagi koordinator posbindu PTM untuk merencanakan pembinaan
pada anggotanya secara optimal lagi.Kinerja pelaksanaan posbindu di monitor dan dievaluasi
1. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM dengan ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan jadwal
melaksanakan kegiatan
3. Terlaksananya tindak lanjut dini faktor risiko PTM dengan ketepatan metode yang
digunakan
4. Terlaksanaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan dan pembinaan posbindu PTM dengan tetap memperhatikan prinsip proses
Keberhasilan kegiatan posbindu PTM tergantung pada komitmen yang kuat dari semua
pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran serta aktif