Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU-PTM)


DI WILAYAH PUSKESMAS SIDOSERMO

I. Pendahuluan
Menurut Permenkes No. 71 Tahun 2015 tentang penanggulangan penyakit
tidak menular,bahwa penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang menimbulkan kesakitan,kecacatan dan kematian yang tinggi,serta
menimbulkan beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu di kakukan
penyelenggaraan penanggulangan melalui pencegahan,pengendalian,dan
penanganan yang komperhensif,efisien,efektif dan berkelanjutan..
Posbindu PTM merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor resiko PTM yang berada dibawah
pembinaan puskesmas. Pelaksana posbindu PTM dapat dilakukan di masyarakat
umum atau kelompok masyarakat khusus (Posbindu PTM Khusus) seperti : tempat
kerja (instansi Pemerintah/UPT/swasta), jamaah haji, terminal/PO Bus, Sekolah,
Lembaga Pemasyarakatan, Komunitas Agama.
Penyelenggaraan Surveilans faktor risiko PTM berbasis posbindu PTM
dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
diseminasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk menghasilkan
informasi yang objektif, terukur, dapat diperbandingkan antar waktu, antar wilayah,
dan antar kelompok masyarakat sebagai bahan pengambilan keputusan

II. Latar Belakang


Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama
sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, di
mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO,
2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan
terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun
2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan
yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang. Pada awal
perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara
khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak
mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya.
Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus
diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis.
Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan
berakibat kematian lebih dini. Dalam kurun waktu tahun 1995 -2007, kematian akibat
PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000, Penyakit
Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal
0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%.
PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu merokok, diet
yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol. Mencegah
dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya
pengobatan PTM. Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk
mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko,
mengembalikan kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau
mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang
sudah menyandang PTM, pengendalian bertujuan untuk mencegah komplikasi,
kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup.
Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan
fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko
PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini,
monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos
pembinaan terpadu (Posbindu) PTM.
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan
kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM
diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor risiko
PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri ini
ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatantidak hanya pada saat sakit, melainkan
juga pada keadaan sehat. Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan
suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiatan bagi
para pemangku kepentingan serta pelaksana di lapangan.
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan, Puskesmas Sidosermo selalu
mencerminkan budaya kerja “RASA” (RA = Ramah, SA = Santun) dan tata nilai
Puskesmas Sidosermo :
B = Bekerja Giat = Melakukan pekerjaan dengan sungguh
A = Amanah = Melaksanakan tugas dengan jujur dan tanggung jawab
I = Ikhlas = Berusaha menyelesaikan masalah dengan inovasi
K = Kompak = Setiap pekerjaan dilakukan bersama-sama untuk mencapai
tujuan bersama.
III. Tujuan
A. Tujuan Umum
Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran
serta masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik di Puskesmas Sidosermo.

B. Tujuan Khusus
1) Terlaksananya deteksi dini faktor resiko PTM khusus usia 15 sampai 59
tahun di wilayah kerja Puskesmas Sidosermo yaitu sebanyak 28.314 orang
2) Terlaksananya monitoring bagi penduduk yang memiliki faktor resiko PTM di
wilayah Puskesmas Sidosermo.
3) Terlaksananya tindak lanjut dini bagi penduduk yang memiliki faktor resiko
PTM.

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
a. Kegiatan penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara sederhana
tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta
b. Kegiatan pengukuran Berat Badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT)
lingkar perut, analisa lemak tubuh
c. Kegiatan pemeriksaan gula darah
d. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total
e. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
f. Kegiatan konseling dan penyuluhan
g. Kegiatan aktivitas fisik atau olah raga bersama
h. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar

2. Peran Lintas Program dan Lintas Sektor


a. Lintas Program
1) Dokter :
a) Sebagai konsultan;
b) Memberikan materi kesehatan terkait dengan permasalahan faktor
risiko PTM dalam penyuluhan maupun kegiatan lainnya;
c) Menerima, menangani dan memberi umpan balik kasus rujukan dari
Posbindu PTM
2) Perawat :
a) Memberikan bimbingan teknis kepada para kader Posbindu PTM
dalam penyelenggaraan;
b) Mengambil dan menganalisa hasil kegiatan Posbindu PTM;
c) Menerima, menangani dan memberi umpan balik kasus rujukan dari
Posbindu PTM
b. Lintas Sektor
1) Kader posbindu ;
Membantu pelaksanaan kegiatan posbindu di meja 1,2,3,dan 4 dalam
kegiatan.
2) kelurahan : Membantu pembuatan SK Kader Bindu dan membantu
perijinan tempat yang akan di gunakan untuk posbindu.

V. Cara melaksanakan kegiatan


1. Berkoordinasi dengan tim pelaksanaan Posbindu PTM;
2. Pendaftaran, pencatatan dilakukan oleh petugas Posbindu PTM;
3. Teknik wawancara terarah dilakukan oleh petugas Posbindu PTM (Dokter);
4. Pengukuran TB, BB, IMT, Lingkar Perut, dan analisa lemak tubuh;
5. Pengukuran Tekanan darah, Gula, kolesterol, pemeriksaan klinis payudara,
IVA;
6. Konseling, edukasi, dan tindak lanjut lainnya.

VI. Sasaran Progam


1. Sasaran target : 12 kali pertahun (Dari Dinas Kesehatan);
2. Sasaran kegiatan : Kelompok masyarakat sehat, beresiko dan penyandang
PTM baik laki-laki atau perempuan yang usia 15 tahun ke atas.

VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Bulan ke
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Posbindu PTM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

VIII. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


Setelah pelaksanaan kegiatan posbindu dilakukan evaluasi untuk menilai
kehadiran (para anggotanya, kader, dan undangan lainnya), mengisi catatan
pelaksanaan, mengidentifikasi masalah yang dihadapi, mencatat hasil penyelesaian
masalah, melakukan tindak lanjut berupa kunjungan rumah bila diperlukan,
melakukan konsultasi teknis dengan pembina Posbindu PTM.

IX. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan


Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan secara
manual dan/atau menggunakan sistem informasi manajemen PTM oleh Petugas
Pelaksana Posbindu PTM maupun oleh Petugas Puskesmas. Petugas Puskesmas
mengambil data hasil pencatatan posbindu PTM atau menerima hasil pencatatan
dari petugas pelaksana posbindu PTM. Hasil pencatatan ini dianalisis untuk
digunakan dalam pembinaan, sekaligus melaporkan ke instansi terkait secara
berjenjang. Hasil pencatatan dan pelaporan kegiatan posbindu PTM merupakan
sumber data yang penting untuk pemantauan dan penilaian perkembangan kegiatan
posbindu PTM.
Laporan hasil kegiatan bulanan/ triwulan/ tahunan yang berisi laporan tingkat
perkembangan. Posbindu PTM, proporsi faktor risiko PTM, cakupan kegiatan
Posbindu di tingkat Puskesmas, kab /kota, provinsi dan nasional. Melalui kegiatan
surveilans faktor risiko PTM berbasis posbindu PTM, dilakukan analisis secara
sistematis dan terus menerus terhadap faktor risiko PTM secara efektif dan efisien
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada peserta, penyelengara program maupun pihak yang
bertanggung jawab terhadap kegiatan posbindu PTM untuk dilakukan intervensi
dalam rangka pengembangan kegiatan, pencegahan dan pengendalian faktor risiko
PTM. (sumber: Kemenkes RI, Dir. Pengendalian PTM,2014, Pedoman umum
Posbindu PTM ).

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Penanggung Jawab Program


Posbindu PTM

Dr.Arista Agung Santoso Indriani Eka sari


Pembina /4a
NIP. 1981042020110110004
KERANGKA ACUAN KEGIATAN

POS PEMBINAAN PENYAKIT TIDAK


MENULAR (POSBINDU-PTM)

DI WILAYAH PUSKESMAS SIDOSERMO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SIDOSERMO
2022

Anda mungkin juga menyukai