Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN MINI PROJECT

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

PENYUSUNAN BUKU PENDAMPING KADER POSBINDU

UNTUK PENYAKIT TIDAK MENULAR

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEJAGOAN

Oleh :

Dr. Halisa Asri

Pendamping :

Dr. Timbul Pranoto, M.Sc

PUSKESMAS PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN

ANGKATAN I PROVINSI JAWA TENGAH

PERIODE FEBRUARI – AGUSTUS 2023


LEMBAR PENGESAHAN
MINI PROJECT PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA
ANGKATAN PERIODE FEBRUARI – AGUSTUS 2023

PENYUSUNAN BUKU PENDAMPING KADER POSBINDU

UNTUK PENYAKIT TIDAK MENULAR

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEJAGOAN

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat

Program internship Dokter Indonesia

Disusun oleh :

Dr. Halisa Asri

STR : 33.2.1.100.1.22.262856

Telah disetujiu dan disahkan oleh :

Pendamping Dokter Internship

Puskesmas Pejagoan

Dr. Timbul Pranoto, M.Sc

NIP. 19770409 200701 1 007


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
menyertai, membimbing dan memberkati penulis, sehingga dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Penyusunan Buku Pendamping Kader Posbindu untuk
Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Pejagoan”.

Penulis menyadari bahwa banyak bantuan, bimbingan, dukungan dan kerjasama


yang positif dari berbagai pihak dalam mewujudkan program. Untuk itu pada
kesempatan yang baik ini dengan hati yang tulus dan kerendahan hati, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. dr. Timbul Pranoto, M.Sc selaku Kepala Puskesmas dan Pendamping


Internship di Puskesmas Pejagoan
2. dr. Mery dan dr. Arum selaku Dokter di Puskesmas Pejagoan
3. Semua staff dan karyawan di Puskesmas Pejagoan

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam evaluasi program ini,
untuk itu penulis menerima dengan tangan terbuka apabila ada saran maupun
kritik yang membangun. Semoga hasil buku ini dapat berguna bagi masyarakat
serta membantu bagi pengembangan ilmu kedokteran.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

BAB III METODE PENELITIAN 16

BAB IV HASIL DAN ANALISIS MASALAH 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 34

DAFTAR PUSTAKA 35
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan


saat ini adalah terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular
ke penyakit tidak menular (PTM). Penyakit Tidak Menular (PTM)
merupakan penyakit yang tidak dapat ditularkan sehingga dianggap tidak
mengancam kondisi orang lain. Tingginya prevalensi penyakit tidak
menular membawa dampak terhadap menurunnya produksivitas dan
gangguan pada pemenuhan aktivitas sehari-hari.1 Laporan dari WHO
menunjukkan bahwa PTM sejauh ini merupakan penyebab utama
kematian di dunia, yang mewakili 63% dari semua kematian tahunan.
PTM membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahun. Kematian akibat
penyakit kardiovaskular paling banyak disebabkan oleh PTM yaitu
sebanyak 17,3 juta orang per tahun, diikuti oleh kanker (7,6 juta), penyakit
pernafasan (4,2 juta), dan diabetes melitus (1,3 juta). Keempat kelompok
jenis penyakit ini menyebabkan sekitar 80% dari semua kematian PTM.2
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar Riskesdas) tahun 2018,
menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular di Indonsesia mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker,
stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi.
Prevalensi kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%;
prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal kronik
naik dari 2% menjadi 3,8%. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes
melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan darah,
hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%.3
Dilihat dari beban penyakit (diseases burden) yang diukur dengan
Disability Adjusted Life Years (DALYs), telah terjadi transisi
epidemiologi penyakit tidak menular dalam tiga dekade terakhir yaitu
penyakit tidak menular (PTM) naik secara signifikan dari 39,8% pada
tahun 1990 menjadi 69,9% pada tahun 2017. Indonesia mengalami
perubahan beban penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak
menular. Hal ini dapat dilihat dari perubahan penyebab utama Disability
Adjusted Life Years (DALYs) lost. Penyebab utama DALYs lost tahun
1990 adalah neonatal disorders, lower respiratory infection, diarrheal
disease, tuberculosis dan stroke. Pada tahun 2017, lima penyebab utama
DALYs lost adalah stroke, ischemic heart disease, diabetes, neonatal
disorders dan tuberculosis. Peningkatan yang tajam DALYs lost dari tahun
1990 ke tahun 2017 terutama terlihat pada penyakit diabetes (157,1%),
penyakit jantung iskemik (113,9%) dan kanker paru (113,1%).4
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
prevalensi kejadian penyakit tidak menular semakin meningkat disetiap
tahun. Angka kejadian penyakit hipertensi pada tahun 2018 yaitu 21.5%
meningkat menjadi 58% pada tahun 2019. Angka kejadian diabetes
melitus tahun 2018 14.5% naik menjadi 22% (2019). Penyakit jantung
meningkat dari 42.8% di tahun 2018 menjadi 56.2% ditahun 2019 serta
penyakit stroke yang meningkat dari 3% menjadi 8.3% ditahun 2019.5
Prevalensi angka kejadian penyakit tidak menular di Kabupaten
Kebumen menurut Satu Data Kabupaten Kebumen juga mengalami
peningkatan dari tahun 2020 ke 2021. Angka kejadian penyakit hipertensi
pada tahun 2020 yaitu 69.8% meningkat menjadi 75.4% pada tahun 2021.
Angka kejadian diabetes melitus tahun 2020 10.5% naik menjadi 12.6%
(2021). Penyakit jantung meningkat dari 11.8% di tahun 2020 menjadi
25.8% ditahun 2021 serta penyakit stroke yang meningkat dari 1.7%
menjadi 2.4% ditahun 2021.6
Pola hidup modern telah mengubah sikap dan perilaku manusia,
termasuk pola makan, merokok, konsumsi alkohol serta obat-obatan
sebagai gaya hidup dan kurangnya aktivitas fisik merupakan perilaku yang
menjadi faktor risiko dan berhubungan erat dengan kenaikan kejadian
penyakit tidak menular di Indonesia. Penyakit tidak menular diketahui
sebagai penyakit yang tidak dapat disebarkan dari seseorang terhadap
orang lain. Faktor risiko utama PTM adalah faktor metabolik (tekanan
darah tinggi, gula darah tinggi, obesitas, dislipidemia, gangguan fungsi
ginjal, malnutrisi pada maternal dan anak), faktor perilaku (perilaku diet,
merokok, risiko kesehatan kerja, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol),
dan faktor lingkungan (polusi udara, kekerasan, kemiskinan).7,8
Pola makan tidak sehat berkontribusi pada terjadinya PTM.
Makanan tinggi gula, garam, dan lemak dan rendah serat merupakan
kontributor terjadinya PTM. Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu
tahun 2016, secara nasional penduduk Indonesia mengonsumsi gula
kategori berisiko (>50 gram per orang per hari) sebesar 4,8 persen, serta
mengasup natrium dan lemak kategori berisiko (> 2.000 mg dan - 14 - 67
g) masing-masing sebesar 18,3 persen dan 26,5 persen. Proporsi penduduk
kurang konsumsi sayur dan buah telah meningkat dari 93,5% pada tahun
2013 (Riskesdas 2013) menjadi 95,5% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018).
Hal ini mengindikasikan bahwa diet orang Indonesia berisiko untuk
timbulnya penyakit tidak menular.8
Merokok adalah faktor risiko keempat yang berkontribusi terhadap
DALYs lost. Prevalensi perokok pada remaja (usia 10-18 tahun) telah naik
dari 7,2% pada tahun 2013 (Riskesdas 2013) menjadi 9,1% pada tahun
2018 (Riskesdas 2018). Faktor risiko lain terkait penyakit tidak menular
adalah kurang aktivitas fisik. Telah terjadi peningkatan proporsi kurang
aktivitas fisik pada penduduk umur ≥ 10 tahun dari 26,1% tahun 2013
(Riskesdas 2013) menjadi 33,5% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018).
Dengan kemajuan ekonomi, teknologi, dan transportasi, maka kehidupan
masyarakat cenderung sedentary (kurang gerak).4
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyakit tidak menular
lain yang mendorong munculnya faktor metabolik (penyakit jantung,
diabetes, kanker, hipertensi, dislipidemia). Prevalensi obesitas (Indeks
masa tubuh ≥ 27) meningkat dari 15,4% pada tahun 2013 (Riskesdas
2013) menjadi 21,8% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018). Hal ini sejalan
dengan peningkatan proporsi obesitas sentral dari 26,6% di tahun 2013
(Riskesdas 2013) menjadi 31% di tahun 2018 (Riskesdas 2018).3,4
Tingginya angka kejadian, kematian serta semakin
mengkhawatirkannya faktor risiko penyakit tidak menular, khususnya
faktor metabolik dan faktor perilaku, menjadikan pengendalian PTM
penting dilakukan. Peningkatan upaya promotif dan preventif serta edukasi
kepada masyarakat terkait pencegahan faktor risiko, deteksi dini serta
pengobatan yang tepat membuat pengendalian PTM lebih baik. Surveilans
kasus dan faktor risiko PTM menjadi strategi untuk pencegahan,
pengendalian tepat serta terpadu oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Penyuluhan, pemeriksaan serta surveilans faktor risiko PTM, penguatan
upaya pemberdayaan masyarakat terkait pengendalian penyakit tidak
menular (penguatan posbindu, pos UKK), perbaikan mutu pelayanan
melalui penguatan pelayanan kesehatan primer sebagai garda depan (gate
keeper) dan sistem rujukan antara FKTP dan FKRTL dan peningkatan aksi
multisektoral terkait Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
merupakan bentuk upaya kesehatan dalam mencegah peningkatan
prevalensi penyakit tidak menular.4
Salah satu upaya pengendalian PTM yaitu dengan penguatan
upaya pemberdayaan masyarakat terkait pengendalian penyakit tidak
menular melalui Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM. Pengembangan
Posbindu PTM merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan, diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di
masyarakat dan mencakup berbagai upaya promotif dan preventif serta
pola rujukannya. Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam
melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Pada pelaksanaannya,
peran utama kegiatan Posbindu PTM dilakukan oleh kader posbindu.8,9
Kader adalah setiap orang yang dipilih dari dan oleh masyarakat
dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan atau
masyarakat serta bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayanan kesehatan. Kader posbindu memiliki peran
yang penting karena merupakan pelayanan kesehatan yang berada di dekat
kegiatan sasaran posyandu dan memiliki frekuensi tatap muka lebih sering
daripada petugas kesehatan lainnya sehingga lebih dekat dengan
masyarakat. Kader merupakan masyarakat setempat sehingga alih
pengetahuan dan alih ketrampilan dari kader kepada masyarakat sekitar
menjadi lebih mudah.9
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi penyebab masalah peningkatan kejadian penyakit
tidak menular di Puskesmas Pejagoan serta mencari solusi yang tepat
mengenai penyebab masalah tersebut, sehingga program pengendalian
penyakit tidak menular dapat tercapai. Solusi masalah akan difokuskan
pada upaya promotif dan preventif serta edukasi kepada masyarakat terkait
pencegahan faktor risiko dan deteksi dini PTM. Selain itu, dari hasil
penelitian ini, juga akan menciptakan buku pedoman untuk meningkatkan
pengetahuan & keterampilan kader posbindu. Kader posbindu adalah
garda terdepan menjadi agen perubahan dalam pencegahan dan
pengendalian PTM.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah upaya promotif dan preventif kader posbindu dalam


pengendalian penyakit tidak menular di wilayah kerja Puskesmas
Pejagoan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Meningkatkan capaian cakupan program promotif dan preventif
dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular di wilayah kerja
Puskesmas Pejagoan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan kader mengenai penyakit tidak
menular
2. Meningkatkan ketrampilan kader tentang upaya promotif dan
preventif sebagai upaya pengendalian penyakit tidak menular
di masyarakat

1.4 Sasaran Penelitian

Kader posbindu di wilayah kerja Puskesmas Pejagoan

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Kader


Buku pedoman ini diharapkan memberikan pengetahuan tentang
penyakit tidak menular yang dapat memudahkan kader posbindu
dalam upaya promotif dan preventif pengendalian penyakit tidak
menular di masyarakat
1.5.2 Manfaat Bagi Masyarakat
Buku pedoman ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat
untuk mengenali lebih dini tentang penyakit tidak menular, sehingga
masyarakat dapat menerapkan kegiatan preventif dalam pencegahan
penyakit tidak menular
1.5.3 Manfaat Bagi Penulis
Buku pedoman ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan bagi penulis serta untuk memenuhi salah satu tugas
dalam program internship dokter indonesia
1.5.4 Manfaat Bagi Puskesmas
Buku pedoman ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
para pemegang program khususnya yang bergerak dalam upaya
promotif dan preventif penyakit tidak menular sehingga hasil akhir
program yang bersangkutan dapat tercapai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Demografi Puskemas Pejagoan


2.1.1 Keadaan Demografis Puskesmas Pejagoan
Secara geografis kecamatan Pejagoan terletak antara 7 o27’-7o50’
lintang selatan dan 109o22’-109o55’ bujur timur. Puskesmas
Pejagoan terletak di wilayah Kecamatan Pejagoan, Kabupaten
Kebumen mempunyai luas wilayah kerja dengan batas-batas :

 Sebelah utara : Kecamatan Karanggayam


 Sebelah selatan : Kecamatan Klirong
 Sebelah barat : Kecamatan Sruweng
 Sebelah timur : Kecamatan Karangsambung dan Kecamatan
Kebumen

Kecamatan Pejagoan terdiri dari 13 desa yaitu Desa Logede,


Kuwayuhan, Kedawung, Pejagoan, Kebulusan, Aditirto, Karangpoh,
Jemur, Prigi, Kebagoran, Pengaringan, Watulawang dan Peniron.
Luas wilayah Iecamatan Pejagoan yaitu 1.281,12 km 2 atau 3.458.000
herktar yang terdiri dari tanah sawah seluas 707.000 hektar dan tanah
kering seluas 2.751 hektar. Wilayah terluas yaitu Desa Peniron
sebesar 27.5% dan Desa Logede sebesar 3.48%.

2. 2 Penyakit Tidak Menular


2.2.1 Definisi Penyakit Tidak Menular
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak
dapat ditularkan sehingga dianggap tidak mengancam kondisi orang
lain.1 PTM merupakan beban kesehatan utama di negara-negara
berkembang dan negara industri. Berdasarkan laporan WHO, di
kawasan Asia Tenggara paling serring ditemui lima PTM dengan
tingkat kesakitan dan kematian yang sangat tinggi, beberapa di
antaranya adalah penyakit Jantung (Kardiovaskuler), DM, kanker,
penyakit pernafasan obstruksi kronik dan penyakit karena
kecelakaan. Kebanyakan PTM dikategorikan sebagai penyakit
degeneratif dan cenderung diderita oleh orang yang berusia lanjut. 1,2
Istilah Penyakit Tidak Menular memiliki kesamaan arti dengan :10
1. Penyakit Kronik
Penyakit kronik juga merujuk pada PTM mengingat kasus
PTM yang umumnya bersifat kronik/menahun/lama. Akan
tetapi, beberapa PTM juga bersifat mendadak atau akut,
misalnya keracunan.
2. Penyakit Non Infeksi
Sebutan penyakit non-infeksi digunakan mengingat PTM
umumnya tidak disebabkan oleh mikro-organisme. Meskipun
demikian, mikro-organisme juga merupakan salah satu
penyebab PTM.
3. New Communicable Disease
Hal ini dikarenakan anggapan bahwa PTM dapat menular
melalui gaya hidup (Life Style). Gaya hidup saat ini bisa
dikatakan sebagai penyebab penularan berbagai penyakit,
beberapa contoh di antaranya yaitu pola makan, kehidupan
seksual, dan komunikasi global. Misalnya, asupan makan
dengan kandungan kolestrol tinggi merupakan salah satu
faktor penyebab meningkatnya kasus penyakit jantung.

2.2.2 Epidemiologi Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menular (PTM) menjadi masalah kesehatan utama di
dunia dan di Indonesia. Penyakit tidak menular utama seperti
penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit paru
obstruktif kronik sangat tinggi di Indonesia. Prevalensi stroke
meningkat dari 7% menjadi 10,9%, prevalensi kanker meningkat dari
1,4% menjadi 1,8%, prevalensi diabetes mellitus meningkat dari
6,9% menjadi 8,5%, hipertensi meningkat dari 25,8% menjadi
34,1%. PTM menyebabkan 59,5% kematian di Indonesia pada 2007
dan meningkat menjadi 71% tahun 2014. PTM juga menyerap
pembiayaan tertinggi untuk BPJS Kesehatan, yaitu penyakit jantung,
gagal ginjal, dan kanker.10

2.2.3 Karakteristik Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menular disebabkan oleh adanya interaksi antara
agent (Non living agent) dengan host yang dalam hal ini manusia
(faktor predisposisi, infeksi, dan lain-lain) serta lingkungan sekitar
(source and vehicle of agent).11
1) Agent
a. Agent dapat merujuk pada non living agent, yakni
kimiawi, fisik, mekanik, psikis.
b. Agent penyakit tidak menular terdiri dari berbagai macam
karakteristik, mulai dari yang paling sederhana hingga
yang bersifat sangat komplek, contohnya molekul hingga
zat dengan ikatan yang kompleks.
c. Mengetahui spesifikasi dari agent diperlukan untuk
memberikan penjelasan lengkap tentang penyakit tidak
menular.
d. Suatu agent tidak menular menyebabkan tingkat
keparahan yang bervariasi (dinyatakan dalam skala
pathogenitas). Pathogenitas Agent merujuk pada
kemampuan / kapasitas agent penyakit dalam
menyebabkan sakit pada host.
e. Karakteristik lain dari agent tidak menular yang penting
untuk diperhatikan adalah:
 Kemampuan menginvasi/memasuki jaringan
 Kemampuan merusak jaringan : reversible dan
irreversible
 Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif
2) Reservoir
a. Istilah ini dapat diartikan sebagai organisme hidup, benda
mati (tanah, udara, air batu, dan lain-lain) atau tempat di
mana agent dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh
dengan baik.
b. Pada kasus penyakit tidak menular secara umum,
reservoir dari agent adalah benda mati.
c. Pada penyakit tidak menular, orang yang terpapar dengan
agent sumber/reservoir tidak memiliki potensi ditularkan.
3) Patogenitas
a. Fase Akumulasi pada jaringan Fase ini terjadi jika terkena
paparan dalam waktu lama dan terus-menerus
b. Fase Subklinis Pada fase ini, gejala/sympton dan
tanda/sign belum nampak. Beberapa kerusakan telah
terjadi pada jaringan, hal ini bergantung pada:
 Jaringan yang terkena
 Kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan
berat)
 Sifat kerusakan (reversible dan irreversible/ kronis,
mati dan cacat)
c. Fase Klinis
Agent penyakit telah menyebabkan reaksi pada host
dengan menimbulkan manifestasi (gejala dan tanda).
1) Karakteristik penyakit tidak menular :
 Tidak ditularkan
 Etiologi sering tidak jelas
 Agent penyebab : non living agent
 Durasi penyakit panjang (kronis)
 Fase subklinis dan klinis yang lama untuk penyakit kronis.
2.2.4 Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Faktor penyebab dalam Penyakit Tidak Menular dikenal dengan
istilah faktor risiko (risk factor). Istilah ini berbeda dengan istilah
etiologi pada penyakit menular atau diagnosis klinis. Macam –
macam faktor risiko:11,12
1. Menurut Dapat – Tidaknya Resiko itu diubah :
a. Unchangeable Risk Factors
Faktor risiko yang tidak dapat diubah. Misalnya : Umur,
Genetik
b. Changeable Risk Factors
Faktor risiko yang dapat berubah. Misalnya : kebiasaan
merokok, olah raga.
2. Menurut Kestabilan Peranan Faktor risiko :
a. Suspected Risk Factors (Faktor risiko yg dicurigai)
Yaitu Faktor risiko yang belum mendapat dukungan
ilmiah/penelitian, dalam peranannya sebagai faktor yang
memengaruhi suatu penyakit. Misalnya merokok yang
merupakan penyebab kanker leher rahim.
b. Established Risk Factors (Faktor risiko yang telah
ditegakkan)
Yaitu Faktor risiko yang telah mendapat dukungan
ilmiah/penelitian, dalam peranannya sebagai faktor yang
mempengaruhi kejadian suatu penyakit. Misalnya, rokok
sebagai faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular.

2.2.5 Upaya pencegahan Penyakit Tidak Menular


Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan.
Tingkatan pencegahan dalam Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
terbagi menjadi 4, yaitu :11,12
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi
yang menghalau penyakit untuk dapat berkembang di tengah
masyarakat. Hal ini dilakukan melalui perubahan kebiasaan,
gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan Faktor risiko
untuk munculnya statu penyakit, misalnya, menciptakan
prakondisi dimana masyarakat yakin bahwa merokok adalah
perilaku tidak sehat sehingga mereka memutuskan untuk tidak
lagi merokok.
2. Pencegahan Tingkat Pertama
a. Promosi Kesehatan Masyarakat : Kampanye kesadaran
masyarakat, promosi kesehatan pendidikan kesehatan
masyarakat.
b. Pencegahan Khusus : Pencegahan keterpaparan,
pemberian kemopreventif
1. Pencegahan Tingkat Kedua
a. Diagnosis Dini, misalnya dengan screening
b. Pengobatan, misalnya dengan kemotherapi atau
pembedahan
1. Pencegahan Tingkat Ketiga adalah dengan cara Rehabilitasi

2. 3 Kepatuhan
2.3.1 Definisi Kepatuhan
Kepatuhan merupakan sikap atau ketaatan untuk memenuhi
anjuran petugas kesehatan tanpa dipaksa untuk melalukan tindakan.
Kepatuhan adalah bentuk aplikasi seseorang terhadap pengobatan yang
harus dijalani dalam kehidupannya.13
Ada beberapa macam terminologi yang biasa digunakan dalam
literatur untuk mendeskripsikan kepatuhan pasien diantaranya adalah
compliance, adherence dan persistence. Compliance biasanya mengacu
pada sejauh mana pasien mengikuti instruksi terkait resep dan larangan
dari dokter atau penyedia layanan kesehatan lainnya. WHO (2008)
mendefinisikan adherence sebagai sejauh mana perilaku seseorang minum
obat, mengikuti diet, dan/atau melakukan perubahan gaya hidup sesuai
dengan rekomendasi yang disepakati dari penyedia layanan kesehatan.
Persistence diartikan sebagai kepatuhan yang dilakukan untuk melanjutkan
terapi ke tahap terapi berikutnya.13

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan


Terdapat enam faktor yang dapat menentukan kepatuhan atau
ketidakpatuhan pada individu, yaitu sebagai berikut:13
a. Severity of the Disease
Keparahan penyakit menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan, namun, secara objektif keparahan penyakit kurang erat
hubungannya dengan kepatuhan minum obat. Menurut Brannon &
Feist (2010) terkadang individu peduli mengenai kesehatannya
bukan karena individu tersebut percaya jika dirinya menderita
masalah kesehatan yang serius, namun karena penampilan atau
ketidaknyamanan yang dirasakan akibat penyakit tersebut. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa keparahan penyakit hanya secara subjektif
mempengaruhi kepatuhan karena melibatkan persepsi pasien
terhadap keparahan penyakitnya.

b. Treatment Characteristics
Karakteristik pengobatan yang mempengaruhi kepatuhan termasuk
di dalamnya adalah efek samping obat dan kompleksitas pengobatan.
Efek samping yang berat dan pengobatan yang rumit seperti dosis
obat yang tinggi atau pengobatan yang dilakukan secara rutin
berhubungan dengan tingkat kepatuhan yang rendah.
c. Personal Factors
Faktor personal yang mempengaruhi kepatuhan termasuk
didalamnya adalah usia, gender, pola kepribadian, emosi, dan
keyakinan diri. Orang yang lebih tua menghadapi berbagai situasi
yang membuat kepatuhan sulit untuk dicapai, seperti kemampuan
mengingat yang menurun, kesehatan yang buruk, dan rejimen yang
mencakup banyak pengobatan.

d. Enviromental Factors
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepatuhan termasuk di
dalamnya adalah faktor ekonomi dan dukungan sosial. Penghasilan.
seseorang memiliki dampak besar terhadap kepatuhan minum obat,
keadaan kesehatan dan akses untuk minum obat. Adapun dukungan
sosial secara tersurat maupun tersirat membantu seseorang merasa
diterima oleh anggota keluarga maupun teman-temannya. Sehingga,
tingkat dukungan sosial yang diperoleh menjadi prediktor yang kuat
dalam kepatuhan.

e. Cultural Norms
Keyakinan dan norma budaya memiliki pengaruh yang kuat tidak
hanya pada tingkat kepatuhan namun mendasari terjadinya
kepatuhan. Sebagai contoh, seseorang yang berlatar belakang budaya
yang memiliki kepercayaan kuat terhadap keampuhan pengobatan
tradisional, cenderung tidak mengindahkan pengobatan modern yang
direkomendasikan oleh ahli medis.

f. Practitioner-Patient Interaction
Interaksi antara ahli medis dan pasien yang mempengaruhi
kepatuhan termasuk di dalamnya adalah komunikasi verbal dan
karakteristik pribadi practitioner. Komunikasi verbal yang baik akan
membuat pasien merasa percaya bahwa dokter mengerti alasan
pasien menjalani pengobatan dan keduanya sama-sama menyetujui
pengobatan yang akan dilakukan, sehingga membuat kepatuhan
menjadi meningkat. Petugas medis juga berperan dalam
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya. Dengan
adanya pengetahuan yang baik maka tingkat kepatuhan
tinggi,begitupun sebaliknya. Pengetahuan merupakan faktor yang
penting untuk terbentuknya suatu tindakan.

2. 4 g
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik
dengan pendekatan cross-sectional.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juni-Agustus 2023 di Puskemas
Pejagoan Kabupaten Kebumen.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah penderita penyakit tidak menular seperti
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung) yang tinggal di Kecamatan
Pejagoan berusia ≥15 tahun.
3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penderita penyakit
tidak menular seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung) yang
berkunjung ke Puskesmas Pejagoan dan jaringannya serta di diagnosis
diabetes oleh tenaga medis pada bulan Januari-Juni 2023.
3.3.3 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
b. Berusia ≥15 tahun
c. Menderita penyakit tidak menular seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung)
d. Melakukan kunjungan ke Puskesmas Pejagoan dan jaringannya
3.3.4 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Bukan penderita diabetes
b. Tidak melakukan kunjungan ke Puskesas Pejagoan dan
jaringannya
3.4. Alur Penelitian
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara dengan penanggung jawab program PTM
di Puskesmas Pejagoan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan
capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyakit Tidak Menular
(PTM) Puskesmas Pejagoan mulai bulan Januari-Juni 2023.
3.6. Cara Analisis
a) Menetapkan Prioritas Masalah
Masalah bisa lebih dari satu, tergantung dari indikator yang
dipakai.Sehingga perlu dibuat prioritas masalah. Tujuan menetapkan
prioritas masalah adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan
masalahnya terlebih dahulu. Jika masalah lebih dari satu, maka
penetapan prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria
matriks. Kriteria ini dibedakan atas tigamacam, yaitu USG:
 Urgency (kemendesakan isu) : masalah harus segera
dipecahkan berkaitan dengan ketersediaan waktu.
 Seriousness (kegawatan isu) : seberapa serius suatu masalah
dapat menimbulkan masalah lain yang lebih serius.
 Growth (berkembangnya isu) : kemungkinan masalah
berkembang semakin memburuk jika tidak ditanggulangi.
Keterangan pemberian skor:
 5 = Sangat penting
 4 = Penting
 3 = Netral
 2 = Tidak penting
 1 = Sangat tidak Penting

Menghitung nilai P (prioritas) yaitu dengan menjumlahkan nilai


U+S+G. Prioritas masalah yang diambil yaitu yang memiliki nilai P
tertinggi.
b) Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan
Untuk menentukan penyebab masalah, gambarkan terlebih dahulu
proses terjadinya masalah atau kerangka konsep prioritas masalah,
sehingga diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui
dan diidentifikasi.
c) Identifikasi penyebab masalah
Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan unsur masukan,
proses. umpan balik dan lingkungan sebagai faktor yang
diperkirakan berpengaruh terhadap prioritas masalah. Selanjutnya
menentukan tolok ukur dari masing- masing unsur tersebut.
d) Memprioritaskan penyebab masalah
Bila penyebab masalah telah diketahui, teliti kembali apakah
semua penyebab tersebut saling berkaitan.Bila saling berkaitan, tidak
perlu dibuat prioritas penyebab masalah. Bila ternyata penyebab
masalah amat bervariasi, usahakan untuk mengelompokkan
berdasarkan keterkaitan masing-masing penyebab tersebut. Bisa saja
dari 10 penyebab masalah dikelompokkan menjadi 3 kelompok
besar. Tiga kelompok penyebab masalah ini yang perlu dicari
prioritasnya.
Prioritas penyebab masalah dapat diperoleh dengan cara
melakukan teknik kriteria matriks yang telah dipelajari, bisa juga
dengan metode lainnya seperti misalnya teknik kelompok nominal
(Nominal Group Technique), yaknimetode untuk memperoleh
beberapa prioritas utama dari sedemikian banyak pilihan.
e) Membuat alternatif pemecahan masalah
Setelah kita mengetahui prioritas penyebab masalah, tindakan
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membuat 2 sampai 3
alternatif pemecahan masalah yang diperkirakan dapat mengatasi
penyebab masalah tersebut. Alternatif pemecahan masalah ini dibuat
dengan memperhatikan kemampuan serta situasi dan kondisi fasilitas
kesehatan. Alternatif penyebab masalah hendaknya dibuat secara
rinci, sehingga jelas sekali tujuan umumnya, tujuan khusus, sasaran,
metode, jadwal kegiatan, serta rincian dananya. Dana sering tidak
ditulis secara rinci. Padahal dana sangat penting dalam menentukan
apakah suatu alternatif pemecahan masalah nantinya akan
terpilihpada waktu melakukan pemilihan prioritas masalah. Rincian
dana ini harus dikembangkan oleh penilai.
f) Menentukan prioritas cara pemecahan masalah
Setelah membuat alternatif jalan keluar yang dianggap paling baik
dan memungkinkan, laangkah selanjutnya adalah menentukan
prioritas cara pemecahan masalah. Pemilihan cara pemecahan
masalah ini dengan memakai metode USG (Urgency, Seriousness,
Growth).
g) Cara Evaluasi
 Melakukan pengumpulan Data
 Melakukan pengolahan data dilakukan secara manual dengan
data di tabel-tabel yang tersedia.
BAB IV
HASIL PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS MASALAH

4.1. Profil Komunitas Umum


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen,
Kecamatan Pejagoan pada tahun 2022, memiliki jumlah penduduk
sebanyak 55.857 jiwa yang tersebar di 13 Desa di Kecamatan Pejagoan
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 28.502 jiwa dan perempuan sebanyak
27.355 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 13.795 rumah tangga.

Hipertensi DM Tipe 2
DESA
Ja Fe Ma Ap Me Ju Ja Fe Ma Ap Me Ju
n b r r i n n b r r i n
Logede 7 15 8 7 46 5 1 2 4 3 7 0
Kuwayuha 5 10 39 2 17 18 4 5 3 0 0 13
n
Kedawung 17 9 47 21 24 21 4 4 9 3 7 2
Pejagoan 13 17 31 5 31 6 2 2 3 3 7 11
Kebulusan 13 12 18 42 25 3 1 2 4 13 2 0
Aditirto 9 9 27 17 13 2 1 1 4 1 2 0
Karangpoh 2 16 29 23 13 1 1 4 2 2 0 1
Jemur 0 18 14 16 0 6 1 5 0 2 0 0
Kebagoran 26 56 32 22 7 0 4 11 0 2 5 0
Prigi 2 8 0 0 2 16 0 2 2 0 0 0
Pengaringa 19 12 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0
n
Watulawan 29 22 0 0 0 10 3 5 0 0 0 0
g
Peniron 2 23 32 3 5 13 1 8 5 1 0 13
Jumlah 14 22 290 158 183 10 27 51 36 30 30 40
4 7 1
4.2. Rekapitulasi Kasus Penyakit Tidak Menular di Kecamatan
Pejagoan Periode Bulan Januari-Juni 2023

4.3. Cakupan Skrining PTM Usia Produktif Posbindu Puskesmas


Pejagoan Perdesa Bulan Januari-Juni 2023

NO DESA Sasaran Jan Jml (%) Feb Jml (%) Mar Jml (%)
1 LOGEDE 1712 60 60 4% 14 74 4% 36 110 6%
2 KUWAYUHAN 2382 91 91 4% 70 161 7% 190 351 15%
3 KEDAWUNG 2969 245 245 8% 123 368 12% 58 426 14%
4 PEJAGOAN 2201 130 130 6% 105 235 11% 51 286 13%
5 KEBULUSAN 2155 79 79 4% 46 125 6% 342 467 22%
6 ADITIRTO 1690 40 40 2% 56 96 6% 46 142 8%
7 KARANGPOH 1641 57 57 3% 26 83 5% 41 124 8%
8 JEMUR 1705 62 62 4% 34 96 6% 92 188 11%
9 KEBAGORAN 722 173 173 24% 170 343 48% 133 476 66%
10 PRIGI 864 14 14 2% 38 52 6% 33 85 10%
11 PENGARINGAN 211 84 84 40% 67 151 72% 57 208 99%
12 WATULAWANG 564 272 272 48% 139 411 73% 17 428 76%
13 PENIRON 1655 61 61 4% 35 96 6% 208 304 18%
TOTAL 20471 1368 1368 7% 923 2291 11% 1304 3595 18%
NO DESA Sasaran Apr Jml (%) Mei Jml (%) Jun Jml (%)

1 LOGEDE 1712 59 169 10% 221 390 23% 200 590 34%
2 KUWAYUHAN 2382 78 429 18% 660 1089 46% 358 1447 61%
3 KEDAWUNG 2969 198 624 21% 288 912 31% 243 1155 39%
4 PEJAGOAN 2201 67 353 16% 229 582 26% 251 833 38%
5 KEBULUSAN 2155 434 901 42% 849 1750 81% 186 1936 90%
6 ADITIRTO 1690 95 237 14% 118 355 21% 205 560 33%
7 KARANGPOH 1641 90 214 13% 152 366 22% 99 465 28%
8 JEMUR 1705 131 319 19% 67 386 23% 63 449 26%
9 KEBAGORAN 722 56 532 74% 266 798 111% 99 897 124%
10 PRIGI 864 15 100 12% 89 189 22% 63 252 29%
11 PENGARINGAN 211 2 210 100% 7 217 103% 70 287 136%
12 WATULAWANG 564 2 430 76% 6 436 77% 66 502 89%
13 PENIRON 1655 35 339 20% 208 547 33% 163 710 43%
TOTAL 20471 1262 4857 24% 3160 8017 39% 2066 10083 49%
4.4. Cakupan Standart Pelayanan Minimal (SPM) Penderita
Penyakit Tidak Menular (Hipertensi) Puskesmas Pejagoan Bulan
Januari-Juni 2023

NO DESA Sasaran Jan Jml (%) Feb Jml (%) Mrt Jml (%)
1 LOGEDE 61 7 7 11% 15 22 36% 8 30 49%
2 KUWAYUHAN 199 5 5 3% 10 15 8% 39 54 27%
3 KEDAWUNG 140 17 17 12% 9 26 19% 47 73 52%
4 PEJAGOAN 108 13 13 12% 17 30 28% 31 61 56%
5 KEBULUSAN 102 13 13 13% 12 25 25% 18 43 42%
6 ADITIRTO 101 9 9 9% 9 18 18% 27 45 45%
7 KARANGPOH 84 2 2 2% 16 18 21% 29 47 56%
8 JEMUR 82 0 0 0% 18 18 22% 14 32 39%
9 KEBAGORAN 75 26 26 35% 56 82 109% 32 114 200%
10 PRIGI 26 2 2 8% 8 10 38% 0 10 38%
11 PENGARINGAN 17 19 19 112% 12 31 182% 13 44 200%
12 WATULAWANG 75 29 29 39% 22 51 68% 0 51 68%
13 PENIRON 130 2 2 2% 35 37 28% 32 69 53%
TOTAL 1200 144 144 12% 239 383 32% 290 673 56%
N
DESA Sasaran
O Apr Jml (%) Mei Jml (%) Jun Jml (%)
1 LOGEDE 61 7 37 61% 46 83 136% 5 88 144%
2 KUWAYUHAN 199 2 56 28% 17 73 37% 18 91 46%
3 KEDAWUNG 140 21 94 67% 24 118 84% 21 139 99%
4 PEJAGOAN 108 5 66 61% 31 97 90% 6 103 95%
5 KEBULUSAN 102 42 85 83% 25 110 108% 3 113 111%
6 ADITIRTO 101 17 62 61% 13 75 74% 2 77 76%
7 KARANGPOH 84 23 70 83% 13 83 99% 1 84 100%
8 JEMUR 82 16 48 59% 0 48 59% 6 54 66%
9 KEBAGORAN 75 22 136 181% 7 143 191% 0 143 191%
10 PRIGI 26 0 10 38% 2 12 46% 16 28 108%
11 PENGARINGAN 17 0 44 259% 0 44 259% 0 44 259%
12 WATULAWANG 75 0 51 68% 0 51 68% 10 61 81%
13 PENIRON 130 3 72 55% 5 77 59% 13 90 69%
TOTAL 1200 158 831 69% 183 1014 85% 101 1115 93%
4.5. Cakupan Standart Pelayanan Minimal (SPM) Penderita
Penyakit Tidak Menular (DM Tipe II) Puskesmas Pejagoan Bulan
Januari-Juni 2023

NO DESA Sasaran Jan Jml (%) Feb Jml (%) Mrt Jml (%)
1 LOGEDE 12 1 1 8% 2 3 25% 4 7 58%
2 KUWAYUHAN 55 4 4 7% 5 9 16% 3 12 22%
3 KEDAWUNG 52 5 5 10% 4 9 17% 9 18 35%
4 PEJAGOAN 23 2 2 9% 2 4 17% 3 7 30%
5 KEBULUSAN 21 1 1 5% 2 3 14% 4 7 33%
6 ADITIRTO 14 1 1 7% 1 2 14% 4 6 43%
7 KARANGPOH 25 1 1 4% 4 5 20% 2 7 28%
8 JEMUR 14 1 1 7% 5 6 43% 0 6 43%
9 KEBAGORAN 21 4 4 19% 11 15 71% 0 15 71%
10 PRIGI 2 0 0 0% 2 2 100% 2 4 200%
11 PENGARINGAN 2 2 2 100% 0 2 100% 0 2 200%
12 WATULAWANG 14 4 4 29% 5 9 64% 0 9 64%
13 PENIRON 45 1 1 2% 8 9 20% 5 14 31%
TOTAL 300 27 27 9% 51 78 26% 36 114 38%
N
DESA Sasaran
O Apr Jml (%) Mei Jml (%) Jun Jml (%)
1 LOGEDE 12 3 10 83% 7 17 142% 0 17 142%
2 KUWAYUHAN 55 0 12 22% 0 12 22% 13 25 45%
3 KEDAWUNG 52 3 21 40% 7 28 54% 2 30 58%
4 PEJAGOAN 23 3 10 43% 7 17 74% 11 28 122%
5 KEBULUSAN 21 13 20 95% 2 22 105% 0 22 105%
6 ADITIRTO 14 1 7 50% 2 9 64% 0 9 64%
7 KARANGPOH 25 2 9 36% 0 9 36% 1 10 40%
8 JEMUR 14 2 8 57% 0 8 57% 0 8 57%
9 KEBAGORAN 21 2 17 81% 5 22 105% 0 22 105%
10 PRIGI 2 0 4 200% 0 4 200% 0 4 200%
11 PENGARINGAN 2 0 2 100% 0 2 100% 0 2 100%
12 WATULAWANG 14 0 9 64% 0 9 64% 0 9 64%
13 PENIRON 45 1 15 33% 0 15 33% 13 28 62%
TOTAL 300 30 144 48% 30 174 58% 40 214 71%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa target persentase cakupan


pelayanan kesehatan penderita PTM di puskesmas pejagoan dalam waktu
6 bulan sudah tercapai yaitu 93% untuk penyakit hipertensi dan 71% untuk
penyakit DM tipe II (>25%). Jumlah penderita hipertensi di Puskemas
Pejagoan pada bulan Januari-Juni 2023 adalah sebanyak 1103 penderita
dari jumlah sasaran sebanyak 1200 dengan presentase total 93 %.
Sedangkan jumlah penderita DM tipe II di Puskemas Pejagoan pada bulan
Januari-Juni 2023 adalah sebanyak 214 penderita dari jumlah sasaran
sebanyak 300 dengan presentase total 71 %. Desa dengan populasi
penderita PTM tertinggi yaitu desa Kebagoran dengan jumlah penderita
PTM 165 orang dan desa dengan populasi penderita PTM terendah yaitu
desa Pengaringan dengan jumlah 44 orang.

4.6. Hasil Wawancara dengan Pemegang Program PTM


Puskesmas Pejagoan
Dari hasil wawancara dengan pemegang program PTM Puskesmas
Pejagoan diperoleh hasil sebagai berikut.

 Posbindu dilakukan setiap bulan di balai desa, PKD Pustu, atau


Posyandu, dimana setiap desa sudah memiliki posbindunya masing-
masing
 Pada setiap posbindu memiliki ± 5-10 kader.
 Posbindu melakukan screening PTM setiap 2 bulan sekali dan
dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas (perawat dan bidan),
yang dibantu oleh kader dari masing-masing desa
 Kebanyakan peserta yang datang ke posbindu dominasi oleh ibu-ibu
dan lansia. Hal ini dikarenakan bapak-bapak dan masyarakat usia
produktif (15-59 tahun) tidak bisa dating karena alasan sedang
bekerja atau bersekolah
 Setiap 6 bulan sekali dilakukan refreshing materi, evaluasi dan
monitoring PTM untuk para kader. Kegiatan diwakili kader tiap
posbindu dengan pemateri petugas Kesehatan di puskesmas pejagoan
 Sumber dana kegiatan posbindu berasal dari dana desa dan
puskesmas
4.7. Analisis Penyebab Masalah
Permasalahan penyakit tidak menular yang ditemukan di Puskesmas
Pejagoan kemudian dianalisis dengan 5M dan IE yaitu dari sisi Man,
Machine and Materials, Methods, Money, Measurement dan Environment.
Berikut adalah hasil analisis yang dilakukan:

Input Proses Output


Fakta Harapan Fakta Harapan
Dana (Money)  Sumber dana Menurunkan
kegiatan angka
posbindu kejadian
berasal dari PTM dengan
dana cara
puskesmas meningkatka
dan dana n Upaya
desa promotif dan
 Dana dari preventif
puskesmas pengendalian
dan desa PTM di
sudah wilayah
mencukupi puskemas
untuk pejagoan
menyeleng-
garakan
setiap
kegiatan
posbindu
SDM (Man)  Jumlah  Perlunya 
kader di upaya untuk
setiap meningkat-
posbindu kan
sudah pengetahuan
mencukupi kader
 Kurangnya mengenai
pengetahuan promotif dan
kader preventif
tentang pengendalian
upaya PTM berupa
promotif dan media
preventif edukasi yang
pengendalia mudah untuk
n PTM di jangkau
 Kurangnya dan di
peran kader mengerti
dalam setiap kader
kegiatan desa
edukasi pada
masyarakat
tentang PTM
Metode  Sudah  Diharapkan  Tidak  Diharapka
(Method) lakukan dilakukan semua kader n kader
refreshing periode memiliki dapat
materi, pertemuan pengetahua selalu
evaluasi dan yang lebih n yang baik belajar dan
monitoring sering (3 mengenai mendapat-
PTM untuk bulan sekali) PTM kan buku
para kader guna  Kader tidak panduan
setiap 6 monitoring banyak kader
bulan sekali, dan evaluasi terlibat sebagai
yang kinerja kader dalam media
diwakili oleh yang lebih kegiatan belajar dan
kader tiap terpantau penyuluhan edukasi
desa, dengan dengan baik edukasi pada
pemateri  Perlunya kepada masyarakat
petugas metode masyarakat  Diharapka
kesehatan di penyuluhan mengenai n kader
puskesmas pada kader Upaya dapat
pejagoan yang lebih promotif berperan
menarik dan dan aktif dalam
efektif preventif penyuluha
seperti PTM n edukasi
diadakannya mengenai
buku Upaya
panduan promotif
mengenai dan
PTM untuk preventif
kader yang PTM pada
mudah masyarakat
dimengerti
Alat/Bahan  Belum  Diharapkan  Sudah  Diharapka
(Machine) semua semua dilakukan n semua
posbindu posbindu Upaya posbindu
memiliki alat memiliki alat pengadaan memiliki
untuk untuk alat untuk alat untuk
skrining skrining skrining skrining
Kesehatan, Kesehatan, Kesehatan Kesehatan
seperti alat seperti alat yang yang
pengukur pengukur berkaitan berkaitan
gula darah, gula darah, dengan dengan
kolesterol kolesterol PTM untuk PTM
dan asam dan asam setiap
urat urat posbindu
Pengukuran  Kurangnya  Diharapkan 
(Measurement) ketrampilan adanya
dan pelatihan
pengetahuan kader untuk
kader dalam assesment
assesment deteksi dini
deteksi dini dan factor
dan factor risiko PTM
risiko PTM pada
pada masyarakat
masyarakat  Dilakukan
 Kurang monitoring
optimalnya dan evaluasi
monitoring rutin
dan evaluasi mengenai
pelaporan pelaporan
data data PTM
mengenai dari kegiatan
PTM dari posbindu
kegiatan
posbindu
rutin
Lingkungan  Kurangnya  Diharapkan  Kegiatan  Dilakukan
(Environtment partisipasi masyarakat posbindu kegiatan
) masyarakat berpartisipas sebagian diwaktu
dalam i aktif dalam besar hanya yang tepat
kegiatan setiap dihadiri oleh sehingga
posbindu kegiatan kalangan sasaran
rutin setiap posbindu ibu-ibu dan seperti
desa lansia bapak-
bapak dan
masyarakat
usia
produktif
dapat
berpartisi-
pasi dalam
kegiatan
posbindu
4.8. Kerangka Konsep Masalah dengan Fish Bone

4.9. Prioritas Masalah

No Daftar Masalah U S G Jumlah Ranking

1 Kurangnya partisipasi masyarakat 5 5 4 14 1


dalam kegiatan posbindu rutin
setiap desa

2 Kurangnya pengetahuan dan peran 5 4 4 13 2


kader tentang upaya promotif dan
preventif pengendalian PTM

3 Kurangnya ketrampilan dan 4 3 3 10 3


pengetahuan kader dalam
assesment deteksi dini dan factor
risiko PTM pada masyarakat

4 Belum adanya metode penyuluhan 3 3 3 9 4


yang lebih menarik dan efektif
mengenai PTM

5 Kurang optimalnya monitoring dan 2 2 3 7 5


evaluasi pelaporan data mengenai
PTM dari kegiatan posbindu rutin

Keterangan :
U : Urgency (kemendesakan isu)
S : Seriousness (kegawatan isu)
G : Growth (berkembangnya isu)

4.10. Alternatif Pemecahan Masalah

Permasalahan Kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan posbindu rutin setiap desa
Solusi Dilakukan kegiatan diwaktu yang tepat sehingga sasaran seperti bapak-
bapak dan masyarakat usia produktif dapat berpartisi-pasi dalam kegiatan
posbindu
Pelaksana Perawat, bidan dan kader desa
Waktu Menyesuaikan
Tempat Menyesuaikan
Materi Edukasi mengenai penyakit tidak menular
Sasaran Masyarakat
Tujuan Meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga angka cakupan deteksi dini
PTM meningkat
Cara  Dilakukan posbindu bersamaan dengan acara perkumpulan warga
(pengajian, acara RT/RW)
 Petugas Kesehatan dan kader melakukan skinning deteksi dini PTM dan
melakukan penyuluhan berupa edukasi mengenai PTM

Permasalahan Kurangnya pengetahuan dan peran kader tentang upaya promotif dan
preventif pengendalian PTM
Solusi Meningkatkan pengetahuan kader mengenai upaya promotif dan preventif
pengendalian PTM berupa media edukasi yang mudah untuk di jangkau dan
di mengerti setiap kader desa seperti pembuatan buku pedoman kader
Pelaksana Dokter internsip Puskesmas Pejagoan
Waktu Bulan Juli 2023
Tempat Puskesmas Pejagoan
Materi Edukasi mengenai penyakit tidak menular
Sasaran Kader Desa diwilayah kerja Puskesmas Pejagoan
Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan peran kader dalam upaya promotif dan
preventif pengendalian PTM di masyarakat
Cara  Melakukan pemaparan materi di buku pedoman kader pada perwakilan
kader tiap desa
 Membagikan buku panduan kader agar dapat menjadi pedoman kader
dalam edukasi mengenai PTM

Permasalahan Kurangnya keterampilan dan pengetahuan kader dalam assesment deteksi


dini dan factor risiko PTM pada masyarakat
Solusi Meningkatkan keterampilan kader dalam assesment deteksi dini dan factor
risiko PTM pada masyarakat dengan mengadakan pelatihan secara rutin
untuk kader mengenai assesment deteksi dini dan factor risiko PTM
Pelaksana Tenaga kesehatan Puskesmas Pejagoan
Waktu Bulan Juli 2023
Tempat Puskesmas Pejagoan
Materi Edukasi mengenai assesment deteksi dini dan factor risiko PTM
Sasaran Kader Desa diwilayah kerja Puskesmas Pejagoan
Tujuan Meningkatkan keterampilan kader dalam assesment deteksi dini dan factor
risiko PTM pada masyarakat
Cara  Mengagendakan pertemuan kader secara rutin (missal 1 bulan sekali)
untuk mengevaluasi keterampilan kader dalam assesment deteksi dini
dan factor risiko PTM pada masyarakat

Permasalahan Belum adanya metode penyuluhan yang lebih menarik dan efektif
mengenai PTM
Solusi Meningkatkan variasi metode penyuluhan berupa media promosi dengan
membuat leaflet, Powerpoint dan buku panduan mengenai PTM
Pelaksana Dokter internsip Puskesmas Pejagoan
Waktu Bulan Juli 2023
Tempat Puskesmas Pejagoan
Materi Edukasi mengenai penyakit tidak menular
Sasaran Kader Desa diwilayah kerja Puskesmas Pejagoan dan masyarakat
Tujuan Meningkatkan variasi metode penyuluhan berupa media promosi mengenai
PTM
Cara  Membuat media promosi yang menarik untuk dibaca dan memberikan
informasi yang sinkat, jelas dan mudah dimengeri dalam bentuk leaflet,
PPT dan buku panduan untuk kader

Permasalahan Kurang optimalnya monitoring dan evaluasi pelaporan data mengenai PTM
dari kegiatan posbindu rutin
Solusi Melakukan koordinasi dengan kader, bidan desa dan penanggung jawab
program PTM
Pelaksana Penanggung jawab program PTM
Waktu 1 bulan sekali
Tempat Menyesuaikan
Materi Data pasien yang terdiagnosis PTM dan data hasil skrining PTM
Sasaran Kader, bidan desa dan penanggung jawab program PTM Puskemas
Pejagoan
Tujuan Meningkatkan cakupan dan keakuratan data mengenai PTM di wilayah
kerja Puskesmas Pejagoan
Cara  Bidan desa berkoordinasi dengan kader tiap desa untuk melaporkan data
hasil kasus PTM setiap bulan
 Bidan desa secara rutin melaporkan data capaian kasus PTM pada PJ
PTM
 Membuat Whatsapp grup untuk memudahkan koordinasi antar kader,
bidan desa dan PJ PTM
4.11. Prioritas Pemecahan Masalah

No Alternatif pemecahan Masalah U S G Jumlah Ranking

1 Dilakukan kegiatan diwaktu yang 5 5 4 14 1


tepat sehingga sasaran seperti
bapak-bapak dan masyarakat usia
produktif dapat berpartisi-pasi
dalam kegiatan posbindu

2 Meningkatkan pengetahuan kader 5 4 4 13 2


mengenai upaya promotif dan
preventif pengendalian PTM berupa
media edukasi yang mudah untuk di
jangkau dan di mengerti setiap
kader desa seperti pembuatan buku
pedoman kader

3 Meningkatkan keterampilan kader 4 3 3 10 3


dalam assesment deteksi dini dan
factor risiko PTM pada masyarakat
dengan mengadakan pelatihan
secara rutin untuk kader mengenai
assesment deteksi dini dan factor
risiko PTM

4 Meningkatkan variasi metode 3 3 3 9 3


penyuluhan berupa media promosi
dengan membuat leaflet, Powerpoint
dan buku panduan mengenai PTM

5 Melakukan koordinasi dengan 2 2 3 7 5


kader, bidan desa dan penanggung
jawab program PTM
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan
Kesimpulan evaluasi Cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
penyakit tidak menular di Puskemas Pejagoan bulan Januari - Juni 2023,
yaitu :
1. Target persentase cakupan pelayanan kesehatan penderita PTM
puskesmas dalam waktu 6 bulan sudah tercapai yaitu 93% untuk
penyakit hipertensi dan 71% untuk penyakit DM tipe II (>25%).
2. Prioritas masalah berdasarkan metode USG adalah kurangnya
partisipasi masyarakat dalam kegiatan posbindu rutin setiap desa
3. Alternatif dari prioritas masalah tersebut yaitu dengan dilakukan
kegiatan diwaktu yang tepat sehingga sasaran seperti bapak-bapak
dan masyarakat usia produktif dapat berpartisi-pasi dalam kegiatan
posbindu

5. 2 Saran
a. Bagi Puskesmas
Melakukan kerjasama dan mengoptimalkan kinerja kader desa untuk
melakukan edukasi mengenai PTM pada masyarakat

b. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat menerapkan pola hidup sehat sesuai
dengan edukasi mengenai PTM dan lebih peduli

c. Bagi Peneliti Selanjutnya


Dengan adanya penelitian ini diharakan dokter Internsip periode
selanjutnya dapat menggunakan penelitian ini sebagia dasar penelitian
selanjutnya dan dapat melengkapi serta mengembangkan penelitian
dan inovasi lain yang nantinya bermanfaat untuk Puskesmas dan
masyarakat Pejagoan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Buku


Pedoman Manajement Penyakit Tidak Menular. Kementerian Kesehatan
RI. 2019
2. Asmin E, Tahitu R, Que BJ, Astuty E. Penyuluhan Penyakit Tidak
Menular pada Masyarakat. Community Development Journal. 2021. 2(3)
3. Kementerian Kesehatan RI. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018.
Kemenkes RI. 2018
4. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Rencana Aksi Program Penyakit Tidak Menular. Kementerian Kesehatan
RI. 2020
5. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Provinsi Jawa Tengah Riset
Kesehatan Dasar 2018. Kemenkes RI. 2018
6. Badan Perencanaan, Penelitain dan Pengembangan. Satu Data Kabupaten
Kebumen Tahun 2022. Pemerintah Kabupaten Kebumen. 2022
7. Warganegara E, Nur NN. Faktor Resiko Perilaku Penyakit Tidak Menular.
Medical journal of Lampung University. 2020. 5(2)
8. Wahidin M, Agustiya RI, Putro G. Beban Penyakit dan Program
Pencegahan Penyakit Tidak Menular di Indonesia. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Indonesia. 2022. 6(2)
9. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM). Kementerian Kesehatan RI. 2019
10. Irwan. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Trans Info Media: Jakarta.
2019
11. Djauzi S. Penyakit Tidak Menular Antisipasi dan Pencegahannya. Kompas
Penerbit Buku: Jakarta. 2021
12. Bustan MN. Manajement Penyendalian Penyakit Tidak Menular. Trans
Info Media: Jakarta. 2020
13. Edi MS. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien pada
pengobatan. Jurnal Ilmiah Medicamentosa. 2018. 1(1)

Anda mungkin juga menyukai