Anda di halaman 1dari 107

Pembahasan FR SKB September

2020
Rizki Nur Rachman Putra Gofur dr.
1. Visi Kementerian Kesehatan
• Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan

Sumber :
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/profil/
kemenkes/#prettyPhoto
2. Misi Kementerian Kesehatan
• Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk
swasta dan masyarakat madani.
• Melindungi kesehatan masyarakat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
• Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber
daya kesehatan.
• Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang
baik.
Sumber :
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/profil/
kemenkes/#prettyPhoto
3. Target SDgs di bidang kesehatan
• 3.1 Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu hingga kurang
dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.
• 3.2 Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang
dapat dicegah,
• 3.3 Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, dan
penyakit tropis yang terabaikan, dan memerangi hepatitis, penyakit
bersumber air, serta penyakit menular lainnya.
• 3.4 Pada tahun 2030, mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini
akibat penyakit tidak menular, melalui pencegahan dan pengobatan, serta
meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan.
• 3.5 Memperkuat pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan zat,
termasuk penyalahgunaan narkotika dan penggunaan alkohol

Sumber :
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-3/
3. Target SDgs di bidang kesehatan
• 3.6 Pada tahun 2020, mengurangi hingga setengah
jumlah kematian global dan cedera dari kecelakaan lalu
lintas.
• 3.7 Pada tahun 2030, menjamin akses universal
terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi
• 3.8 Mencapai cakupan kesehatan universal, termasuk
perlindungan risiko keuangan, akses terhadap
pelayanan kesehatan dasar yang baik
• 3.9 Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi
jumlah kematian dan kesakitan akibat bahan kimia
berbahaya, serta polusi dan kontaminasi udara, air,
dan tanah.

Sumber :
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-3/
3. Target SDgs di bidang kesehatan
• 3.a Memperkuat pelaksanaan the Framework
Convention on Tobacco Control WHO di seluruh negara
sebagai langkah yang tepat.
• 3.b Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin
dan obat penyakit menular dan tidak menular.
• 3.c Meningkatkan secara signifikan pembiayaan
kesehatan
• 3.d Memperkuat kapasitas semua negara, khususnya
negara berkembang tentang peringatan dini,
pengurangan risiko dan manajemen risiko kesehatan
nasional dan global.

http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-3/
4. Target SDGs di bidang sanitasi dan
air bersih
• 6.1 Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata
terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua.
• 6.2 Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan
kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan
menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka,
memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum
perempuan, serta kelompok masyarakat rentan.
• 6.3 Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan
mengurangi polusi, menghilangkan pembuangan, dan
meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia
berbahaya
• 6.4. Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan
efisiensi penggunaan air di semua sektor
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/
4. Target SDGs di bidang sanitasi dan
air bersih
• 6.5 Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumber
daya air terpadu di semua tingkatan,
• 6.6 Pada tahun 2020, melindungi dan merestorasi
ekosistem terkait sumber daya air, termasuk
pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, air tanah, dan
danau.
• 6.a Pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan
dukungan internasional dalam hal pembangunan
kapasitas bagi negara-negara berkembang
• 6.b Mendukung dan memperkuat partisipasi
masyarakat lokal dalam meningkatkan pengelolaan air
dan sanitasi.
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/
5. Sustainable Development Goals

http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/
6. Prinsip pelaksanaan SDGs

http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/
6. Prinsip pelaksanaan SDGs

http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/
7. Goal SDGs
7. Goal SDGs
7. Goal SDGs
8. Tahap Rehabilitasi NAPZA
• 1. Tahap rehabilitasi medis
• Tahap detoksifikasi
• Dokter menentukan apakah penderita perlu
obat tertentu untuk gejala putus obat
• Pemberian obat tergantung dari narkoba yang
digunakan dan berat ringannya gejala

Sumber :
https://rehabilitasi.bnn.go.id/public/news/read/267
8. Tahap Rehabilitasi NAPZA
• 2. Tahap rehabilitasi nonmedis,
• Tahap rehabilitasi selanjutnya
• Program yang termasuk adalah 12 steps,
therapeutic communities, pendekatan
keagamaan dan sebagainya
• 3. Tahap bina lanjut (after care)
• Diberikan kegiatan sesuai minat dan bakat
• Dapat kembali ke sekolah/tempat kerja tp diawasi

https://rehabilitasi.bnn.go.id/public/news/read/
267
9.UU SJSN
3 Azas 5 Program 9 Prinsip
Jaminan Kegotong-royongan
Kemanusiaan
Kesehatan Nirlaba
Manfaat Keterbukaan
Jaminan Kehati-hatian
Keadilan sosial Kecelakaan Kerja Akuntabilitas
bagi seluruh
Jaminan Hari Tua Portabilitas
rakyat Kepesertaan wajib
Indonesia Jaminan Pensiun
Dana amanat
Jaminan Hasil pengelolaan dana
Kematian digunakan seluruhnya
untuk pengembangan
program dan sebesar-
besarnya untuk
kepentingan peserta

Sumber : UU No 40 tahun 2004 tentang


SJSN
9.UU SJSN
 Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
 Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
Pemerintah.
 Anggota keluarga peserta berhak menerima manfaat
jaminan kesehatan.
 Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 6
(enam) bulan belum memperoleh pekerjaaan dan tidak
mampu, iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Sumber : UU No 40 tahun 2004 tentang


SJSN
9.UU SJSN
Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan
perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis
habis pakai yang diperlukan.
Manfaat jaminan kesehatan diberikan pada fasilitas
kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang
menjalin kerjasama dg BPJS
Dalam keadaan darurat, dpt diberikan pada fasilitas
kesehatan yg tidak menjalin kerja sama dg BPJS.
Sumber : UU No 40 tahun 2004 tentang
SJSN
9.UU SJSN
BPJS mengembangkan sistem pelayanan kesehatan,
sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem
pembayaran pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Daftar dan harga tertinggi obat-obatan, serta bahan
medis habis pakai yang dijamin oleh BPJS
ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
Jenis2 pelayanan yg tdk dijamin BPJS akan diatur
lebih lanjut dlm Peraturan Presiden.
Sumber : UU No 40 tahun 2004 tentang
SJSN
10. Landasan hukum Jaminan
Kesehatan
• UUD 1945 Pasal 28 H
– Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin
• UUD 1945 Pasal 34
– Negara mengembakan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat
• UU No 40 tahun 2004
– Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial untuk
memenuhi kebutuhan dasar
– Jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, hari tua,
pensiun, dan kematian
Sumber : http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20131227/009480/dasar-hukum-jaminan-
kesehatan/
11. Hari Kesehatan Nasional
• Hari Kesehatan Nasional atau HKN diperingati
setiap tanggal 12 November
• HKN tahun 2019 atau HKN ke-55 diperingati
dengan tema “Generasi Sehat, Indonesia
Unggul”

Sumber : http://promkes.kemkes.go.id/hari-kesehatan-
nasional-hkn-ke-55-tahun-2019-generasi-sehat-indonesia-
unggul
12. Imunisasi dasar pada anak
• Imunisasi Hepatitis B (HB-O) untuk bayi yang usianya kurang dari 24
jam.
• Imunisasi BCG, Polio 1 untuk anak usia satu bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib, Polio 2 untuk anak usia dua bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3 untuk anak usia tiga bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4, dan IPV untuk anak usia empat
bulan.
• Imunisasi Campak/MR untuk anak usia sembilan bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib lanjutan dan MR lanjutan untuk anak usia 18
bulan.
• Imunisasi DT dan campak/MR untuk anak kelas 1 SD/Madrasah dan
sederajat.
• Imunisasi TD untuk anak kelas 2 SD/Madrasah dan sederajat.
• Imunisasi TD untuk anak kelas 5 SD/Madrasah dan sederajat.

Sumber :
http://promkes.kemkes.go.id/?p=8986
12. Imunisasi dasar pada anak

https://www.ida
i.or.id/artikel/kli
nik/imunisasi/ja
dwal-imunisasi-
13. Tindakan yang tidak ditanggung
BPJS
• Pelayanan yang tidak sesuai prosedur
• Pelayanan di faskes yang tidak bekerja sama
(kecuali gadar)
• Telah dijamin oleh jaminan kecelakaan kerja
• Telah dijamin oleh jaminan lakalantas
• Yankes di luar negeri
• Yankes estetik
• Masalah infertilitas
Sumber : BPJS Kesehatan
13. Tindakan yang tidak ditanggung
BPJS
• Ortodonsi
• Gangguan akibat ketergantungan obat
• Self harm/hobi membahayakan diri
• Obat komplementer tradisional
• Obat eksperimen
• Pelayanan kesehatan saat
wabah/bencana/KLB
• Kejadian lain yang ditetapkan menteri

Sumber : BPJS Kesehatan


14. Tindakan yang ditanggung BPJS
• Rawat Jalan dan Inap Tingkat Pertama
– Penyuluhan Kesehatan Perorangan
– Imunisasi Dasar
– Keluarga berencana
– Skrining Kesehatan (DM, HT, Ca Cervix, CA Payudara)
– Pemeriksaan ibu hamil, nifas, menyusui
– Pelayanan gigi
– Pelayanan gawat darurat

Sumber : BPJS Kesehatan


14. Tindakan yang ditanggung BPJS
• Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
– Pelayanan spesialistik (pemeriksaan, tindakan,
obat)
– Rehabilitasi medis
– Pelayanan darah
– Alkes lain (kacamata, alat bantu dengar, prostesa,
dst)
– Pelayanan Gawat Darurat

Sumber : BPJS Kesehatan


15. Pengelola Jaminan Kesehatan di
Indonesia
• 1968 Badan Penyelenggara Dana
Pemerliharaan Kesehatan (bagi pegawai
negara)
• 1984 BPPDK berubah menjadi Perum Husada
Bhakti
• 1992 PHB berubah menjadi PT Askes
• 2011 PT Askes berubah menjadi BPJS
Kesehatan
Sumber : https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/d
etail/2013/4
16. Tujuan program KB untuk Keluarga
Indonesia
• Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan
ibu, anak, keluarga dan bangsa
• Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan
taraf hidup rakyat dan bangsa
• Menurunkan angka kematian ibu, bayi, anak
• Penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi Sumber : Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga
Berencana.
Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
bkkbn.go.id
17. Tujuan program KB untuk Negara
• Menurunkan laju pertumbuhan penduduk
• Menurunkan angka kelahiran total
• Meningkatnya kontrasepsi
• Meningkatnya rata-rata usia perkawinan
• Meningkatnya partisipasi keluarga dalam
pembinaan tumbuh kembang anak
• Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera
dan keluarga sejahtera Sumber : Buku Acuan Nasional
Pelayanan Keluarga Berencana.
Makalah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia.
18. Peran Masyarakat dalam
pembangunan Kesehatan di
Puskesmas
• Contoh peran masyarakat dalam
pembangunan kesehatan di puskesmas
– Menjadi kader dalam berbagai kegiatan posyandu,
posbindu, polindes
– Berpartisipasi dalam berbagai program puskesmas
seperti penyuluhan dan screening kesehatan
– Menjaga kesehatan dengan mempertahankan
lingkungan yang bersih
– Berperan aktif dalam pencegahan penyakit
menular dan tidak menular

Sumber : Berbagai sumber


19. Edukasi untuk penderita TBC
• Memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga tentang penyakit tuberkulosis
• Pengawasan ketaatan minum obat dan kontrol
secara teratur
• Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan
• Kepatuhan pengobatan
• Etika batuk

Sumber : PPK Faskes Primer IDI


20. Marasmus Kwarshiorkor dan
Mekanisme Pelaporan
• Kwarshiorkor : edema, wajah sembab,
pandangan sayu, rambut tipis mudah rontok
• Marasmus : sangat kurus, cengeng, rewek,
kulit keriput
• Kombinasi dari kedua gejala mungkin terjadi
• Lapora kejadian kasus gizi buruk dilaporkan ke
Dinkes Prov dan Direktorat bina gizi
masyarakat dalam waktu 1x 24 am dengan
formulir laporan KLB GIZI
Sumber : PPK IDI, BPPSDMK KEMKES
20. Marasmus Kwarshiorkor dan
Mekanisme Pelaporan

Sumber : PPK IDI, BPPSDMK KEMKES


21. Metode Kontrasepsi untuk Pasien
Post KET
• Pasien yang menggunakan IUD memiliki peningkatan
risiko terkena kehamilan ektopik
• Menstruasi kembali setelah 2-10 minggu setelah
kehamilan ektopik
• Pilihan metode kontrasepsi tergantung dengan
preferensi pasien, riwayat medis, dan komplikasi
yang terjadi
• Alternatif lain pil, implan, suntik
Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6366366/
https://www.fpa.org.uk/sites/default/files/contraceptive-choices-after-miscarriage-or-ectopic-
pregnancy-info-sheet.pdf
22. Jenis KB untuk Perempuan
• Pil KB : Konsumsi pil hampir setiap hari, KB
hormonal, tidak untuk usia di atas 35 dan
perokok, ES : mood wing, nausea, nyeri
kepala, bekerja dengan mencegah ovulasi
• Implan : ditanam di lengan, untuk pasien
dengan kepatuhan buruk, dapat terjadi
amenoreha, melepaskan hormon progesteron
sehingga menghambat ovulasi
Sumber :
https://www.nhs.uk/conditions/contraception/contraceptive-
injection/
22. Jenis KB untuk Perempuan
• Suntik : Suntik periodik, umumnya 3 bulan,
kesuburan baru kembali setelah kurang lebih 1
tahun, berisi progesteron, menghambat
ovulasi
• IUD : Alat berbentuk T dimasukkan ke rahim,
ES menstruasi berat, tidak boleh digunakan
pada pasien riwayat infeksi pelvis, bekerja
dengan mengalterasi mukus serviks,
menghambat implantasi
Sumber :
https://www.nhs.uk/conditions/contraception/contraceptive-
injection/
23. Edukasi Pasien untuk Vasektomi
• Vasektomi 99% efektif
• Dianggap kontrasepsi permanen, untuk yang
tidak ingin memiliki anak lagi
• Tetap butuh kontrasepsi lain 8-12 minggu
setelah prosedur
• Vasektomi dilakukan dengan cara memotong
atau mengikat saluran sperma
• Setelah prosedur butuh 2x tes ejakulasi untuk
menentukan ketiadaan sperma
Sumber :
https://www.nhs.uk/conditions/contrace
ption/vasectomy-male-sterilisation/
24. Tatalaksana Peritonitis ec App
perforasi
• Manifestasi klinis : nyeri perut, perut kaku
seperti papan, mual muntah, penurunan suara
perut, demam
• Anibtiotic broad spectrum, untuk peritonitis
generalisata 5-7 hari atau sampai leukositosis
hilang
• Terapi pembedahan tergantung kontaminasi,
infeksi, dan sepsis
• Suportif symptomatis
Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK6950/
24. Pemeriksaan penunjang pada
pasien DBD

Sumber : Tatalaksana Dengue


WHO
24. Pemeriksaan penunjang pada pasien DBD

Sumber :
Tatalaksana
Dengue
WHO
Sumber : Tatalaksana Dengue
WHO
25. Tatalaksana DBD tanpa shock

Sumber :
25.
Tatala
ksana
DBD
tanpa
shock

Sumber :
26.
Tatalaks
ana DBD
dengan
syok
Sumber :
Tatalaksana
Dengue
WHO
27. Produk darah untuk transfusi
• Whole blood : seluruh komponen darah, sudah
jarang digunakan, kecuali kondisi tertentu seperti
trauma berat
• Packed red cell (PRC) : berisi sel darah merah,
umum digunakan untuk pasien anemia
• Platelet/trombosit : cukup jelas, pada pasien
trombositopenia
• Fresh frozen plasma : pendarahan dengan
defisiensi berbagai faktor pembekuan seperti
pada pasien DIC
Sumber : https://www.transfusionguidelines.org/transfusion-handbook/3-providing-safe-
blood/3-3-blood-
products#:~:text=These%20are%20classified%20as%20blood,%2C%20coagulation%20factors%
28. Tatalaksana Kehamilan Ektopik
Terganggu
• Airway, Breathing, Circulation, Disability
• Terbagi menjadi terapi metotrexate,
pembedahan, dan ekspektan
• Jika terjadi pendarahan berat maka terapi
pembedahan adalah pilihan
• Terapi metotrexate dilakukan jika tidak ada
komplikasi, belum terjadi pendarahan,
keadaan umum baik

Sumber :
https://www.aafp.org/afp/2014/0701/p3
28. Tatalaksana Kehamilan Ektopik
Terganggu
• Dosis metotrexate pada hari 1 50 mg per meter persegi
• Kontraindikasi
– Penyakit paru aktif
– Alkohol
– Menyusui
– Disfungsi hematologi
• Terapi pembedahan salpingectomy/salpingostomy
• Terapi ekspektan dilakukan pada pasien dengan tingkat
beta hCG yang menurun. Namun jika hCG meningkat
maka harus dilakukan terminasi

Sumber : https://www.aafp.org/afp/2014/0701/p34.html
29. Tatalaksana Entamoeba Histolytica
• Rehidrasi sesuai derajat dehidrasi, jika ringan
sedang dan masih bisa minum koreksi dengan
rehidrasi oral sebagai tambahan
• Tirah baring
• Suportif simptomatis
• Metronidazole 3x500 mg diberikan selama 3-5
hari

Sumber : PPK IDI 2017


30. Tatalaksana Infeksi Cacing
• Askariasis : pirantel pamoat 10 mg/kgBB/hari
single dose, albendazole 400 mg single dose
(tidak boleh pada ibu hamil dan anak < 2
tahun)
• Cacing tambang (ankilostomiasis) : pirantel
pamoat 10 mg/kgbb, mebendazole 100 mg
2dd selama 3 hari

Sumber : PPK IDI, 2017


30. Tatalaksana Infeksi Cacing
• Schistosoma mansoni/hematobium/intecalatum :
prazikuantel 40 mg/kgBB per hari 2dd
• Schistosoma japonicum/mekongi : prazikuantel
60 mg/kgbb per hari 2 dd
• Taeniasis : Albendazole 400 mg 1dd, 3 hari ATAU
mebendazole 100 mg 3x sehari 2-4 mingggu
• Strongiloidiasis : Albendazole 400 mg 1-2x sehari
selama 3 hari

Sumber : PPK IDI, 2017


31. Pendekatan Etiologi Diare Anak
Mekanisme Primer Defek Pemeriksaan tinja Contoh
Sekretorik Terjadi penurunan Cair, osmoalalitas Koler, E. Coli,
absorbsi, normal Clostridium deficille
peningkatan sekresi
: transport elektroit
Osmotik Maldigesti, Cair, asam Defisiensi laktase,
gangguan malabsorbsi
transport, knosumsi glukosa, laktulosa,
cairan yang tidak pemberian laksatif
dapat diserap yang berlebihan
Peningkatan Penurunwan waktu Tinja dengan Irritable bowel
motilitas transit bentuk normal syndrome,
sampai lembek, tirotoksikosis

Sumber : Nelson Ilmu Kesehatan Anak


31. Pendekatan Etiologi Diare Anak
Mekanisme Primer Defek Pemeriksaan tinja Contoh
Penurunan Gangguan sistem Bentuk tinja yang Pseudoobstruksi,
motilitas neuromuskular, normal sampai blind loop
terjadinya stasis tidak berbentuk
dan bakteri tumbuh (lembek)
lampau
Invasi mukosa Inflamasi, Terdapat darah dan Penyakir Celiac,
penurunan luas peningkatan infeksi salmonella,
permukaan mukosa leukosit di dalam shigellosis,
dan/atau reabsorbsi tinja amebiasis,
oleh kolon, yersinosis,
peningkatan rotavirus, enteritis
motilitas usus

Sumber : Nelson Ilmu Kesehatan Anak


31. Pendekatan Etiologi Diare Anak
• Rehidrasi sesuai derajat dehidrasi
• Lanjutkan pemberian ASI
• Zinc, usia < 6 bulan 10 mg/hari, usia > 6 bulan
20 mg per hari
• Antibiotik sesuai indikasi, terutama pada diare
lendir darah
• Edukasi, jaga higenitas, tanda warning sign

Sumber : Nelson Ilmu Kesehatan Anak


32. Etiologi Malaria
• Trias
malaria
panas –
menggig
il -
berkerin
gat
Poostchi, Mahdieh & Silamut,
Kamolrat & Maude, Richard &
Jaeger, Stefan & Thoma, George.
(2018). Image analysis and
machine learning for detecting
malaria. Translational Research.
194. 10.1016/j.trsl.2017.12.004.
Sumber :
33. Tatalaksana Pneumothoraks
• Deviasi trakea, suara napas
menghilang/menurun, perkusi hipersonor,
gerakan dada asimetris
• Tatalaksana tergantung etiologi/underlying
disease
• Prinsipnya :
– Elimnasi udara
– Turunkan kebocoran udara
– Tangani fistula pelura
– Kembangkan paru
– Pencegahan komplikasi
Sumber : Huang Y, Huang H, Li Q, et al. Approach of the treatment for
pneumothorax. J Thorac Dis. 2014;6(Suppl 4):S416-S420.
doi:10.3978/j.issn.2072-1439.2014.08.24
33. Tatalaksana Pneumothoraks
Needle aspiration/catehter drainage

Sumber : Huang Y, Huang H, Li Q, et al. Approach of the treatment for


pneumothorax. J Thorac Dis. 2014;6(Suppl 4):S416-S420.
doi:10.3978/j.issn.2072-1439.2014.08.24
34. Tatalaksana Luka Bakar Inhalasi
• Curiga trauma inhalasi : luka bakar di wajah, jejas
asap/api di rongga mulut, pasien sesak setelah luka
bakar
• Pemeriksaan fisik : suara parau/stridor, ronkhi,
wheezing, edema paru
• Bebaskan jalan napas
• High flow oxygen
• Monitoring jalan napas secara berkelanjutan,
perhatikan tanda hipoksia
• Pasang jalur intravena untuk persiapan medikasi
• Rujuk ke faskes lanjutan
Sumber : https://www.jems.com/2014/10/03/treating-smoke-inhalation-and-airway-
bur/#:~:text=Even%20mild%20cases%20of%20smoke,those%20experienced%20at%20sea
%20level.
34. Tatalaksana Luka Bakar Inhalasi
• Indikasi intubasi: Serak, stridor, luka bakar 40-
50%, luka bakar wajah ekstensif, luka bakar
intraoral, tanda obsturksi napas, oksigenasi
yang buruk

Sumber : https://www.jems.com/2014/10/03/treating-smoke-inhalation-and-airway-
bur/#:~:text=Even%20mild%20cases%20of%20smoke,those%20experienced%20at%20sea%20
level.
35. Tatalaksana Trauma Thoraks (pre
hospital life support)
• Airway : bebaskan jalan napas head tilt chin lift, jika
ada curiga trauma cervical jaw thrust
• Breathing : berikan oksigen jika saturasi menurun,
periksa gerak dada, perkusi, auskultasi, jika ada
pneumothoraks, dekompresi dengan jarum besar
• Circulation : pasang infus, terapi
simptomatis/suportif
• Disability : status neurologis, fraktur, deformitas
Sumber : Ludwig C, Koryllos A. Management of chest trauma. J
Thorac Dis. 2017;9(Suppl 3):S172-S177. doi:10.21037/jtd.2017.03.52
36. Pengobatan DM Tipe 1
• Tatalaksana umum untuk diabetes melitus tipe
1 adalah injeksi insulin prandial dan basal atau
infus insulin berkelanjutan
• Untuk mencegah hipoglikemia, dapat
diberikan insulin dengan jenis rapid
• Modifikasi gaya hidup, kontrol hipertensi,
dislipidemia, dan obesitas

Sumber : American Diabetes Association


37. Non proliferatif diabetic
retinopathy
• Merupakan tahap paling awal dari penyakit
mata diabetik
• Tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
• Dicirikan dengan ditemukanya
mikroaneurisma yang dapat pecah dan
mencapai retina
• Dapat menyebabkan makular edema dan
makula iskemia, dapat menyebabkan
kebutaan
Sumber : https://healthengine.com.au/info/diabetic-eye-disease-non-proliferative-diabetic-
retinopathy#:~:text=Non%2Dproliferative%20diabetic%20retinopathy%2C%20previously,visi
ble%20to%20the%20naked%20eye.
38. Komplikasi Pada Diabetes Melitus
• Mikrovaskular
– Retinopati
– Nefropati
– Neuropati
• Maksrovaskular
– PJK
– Stroke

Sumber : American Diabetes Association


39. Malaria Cerebral
• Disebabkan oleh P. Falciparum
• Ditemukan berbagai gejala neurologis seperti
koma dan kejang
• Sering dikaitkan dengan asidosis metabolik,
anemia, dan hipoglikemia
• Harus dikonfirmasi dengan temuan P.
Falciparum pada blood smear
• Terapi suportif simptomatis, sesgera mungkin
dirujuk ke faskes sekunder
Sumber : Rénia L, Howland SW, Claser C, et al. Cerebral malaria: mysteries at the blood-brain
barrier. Virulence. 2012;3(2):193-201. doi:10.4161/viru.19013
40. Apgar Score

Sumber : https://www.emsworld.com/article/10615556/ems-recap-apgar-
scoring
41. Diagnosis dan Tatalaksana PPOK
• Anamnesis : sesak napas, kadang disertai
mengi, batuk kering/dahak, rasa berat di dada
• Pemfis : pursed lips breathing, rr meningkat,
hemidiafragma mendatar, penurunan suara
napas, wheezing, ronki basah kasar saat
inspirasi
• Penunjang : Spirometri, pulse oximetri

Sumber : PPK IDI


41. Diagnosis dan Tatalaksana PPOK
• Tatalaksana
– Oksigenasi
– Bronkodilator aminofilin bolus 5 mg/kgBB dengan
pengenceran
– Kortikosteroid 30 mg/hari
– Antibiotik sesuai indikasi

Sumber : PPK IDI


42. Tatalaksana Kejang Demam
Komplikata
• Diagnosis
– Kejang fokal atau fokal menjadi umum
– Durasi > 15 menit
– Kerjang berulang dalam 24 jam
• Tatalaksana
– Diazepam rektal 0,5 mg/kgbb ( BB < 10 kg berikan 5
mg, BB > 10 kg berikan 10 mg)
– Jika 2x pemberian tidak respon, fenitoin iv 20
mg/kgbb loading diencerkan dengan dosis 10 mg
fenitoin dalam 1 ml NaCl 0,9%
– Atasi demam

Sumber : PPK IDI


43. Overview Gangguan Jiwa Umum
• Gangguan jiwa harus menyebabkan HENDAYA
• Gangguan jiwa dibagi menjadi
psikotik/neurotik
• Kelompok psikotik adalah schizophrenia,
gangguan waham menetap
• Kelompok neurotik adalah depresi, mania,
cemas
• Dibedakan dari bentuk pikir realistis/non
realistis
Sumber : PPDGJ
44. ADHD
• Diagnosis ADHD Attention Deficit Hyperactivity
Disorder ditegakkan dari 6 poin dari beberapa kriteria
yang ada
– Sering gagal memberikan perhatian di sekolah
– Sering sulit mempertahankan perhatian
– Sering tidak mendengar apa yang dikatakan
– Sering tidak bisa mengikuti perintah dan gagal dalam tugas
– Tampak tidak rapi dan tidak terorganisasi
– Menghindari pekerjaan yang sulit
– Sering menghilangkan barang-barang penting
– Sering terdistraksi
– Pelupa
Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/289350-overview#a4
45. Tanda & Gejala Klinis Drug Abuse
• Tergantung obat yang digunakan
• Barbiturat, benzodiazepine:
– Mengantuk
– Kurang koordinasi
– Gangguan memori
• Marijuana
– Merasa “high”
– Mata merah
– Mulut kering
– Cemas atau paranoid

Sumber : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/drug-addiction/symptoms-
causes/syc-20365112
45. Tanda & Gejala Klinis Drug Abuse
• Meth, cocaine (stimulan) :
– Merasa bersemangat dan percaya diri
– Pupil dilatasi
– Agresif dan perubahan perilaku
• MMDA, ekstasi
– Halusinasi
– Paranoia
– Pupil dilatasi

Sumber : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/drug-addiction/symptoms-
causes/syc-20365112
45. Tanda & Gejala Klinis Drug Abuse
• Halusinogen (LSD, PCP)
– Halusinasi
– Perubahan status mental
– Tremor
• Inhalan (lem, thinner cat, bensin)
– Kehilangan inhibisi
– Mual muntah
– Euforia dan intoksikasi

Sumber : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/drug-addiction/symptoms-
causes/syc-20365112
45. Tanda & Gejala Klinis Drug Abuse
• Opioid
– Presepsi nyeri yang menurun
– Agitasi dan sedasi
– Bicara melantur
– Pupil konstriksi

Sumber : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/drug-addiction/symptoms-
causes/syc-20365112
46. Diagnosis Pre-eklampsia Berat
• Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia
kehamilan > 20 minggu
• Tes celup urin proteinuria +2 atau pemeriksaan
protein kuantitatif memiliki hasil > 5g/24 jam
• Keterlibatan organ lain:
– Trombositopenia < 100.000
– Peningkatan SGOT/SGPT
– Sakit kepala, Edema paru
– Oliguria
Sumber : PPK IDI
47. Tatalaksana Pre Eklampsia Berat
• Rujukan ke faskes sekunder
• Stabilisasi pasien, suportif simptomatis
• MgSO4 4g dosis awal dengan syarat
– Tersedia Ca glukonas 10%
– Ada refleks patella
– Jumlah urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam

Sumber : PPK IDI


47. Tatalaksana Pre Eklampsia Berat
• Pemberian MgSO4
– Ambil 4g larutan MgSO4, (10 ml larutan MgSO4
40%) larutkan dalam 10 ml akuades,
– Berikan secara IV pelan selama 20 menit

– Jika akses intravena sulit, berikan 5 gr MgSO4


(12,5 larutan MgSO4 dalam 40%) IM masing-
masing bokong kanan dan bokong kiri

Sumber : PPK IDI


48. Manuver Untuk Distosia Bahu
• Panggil bantuan
• Pertimbangkan episiotomi
• Manuver McRoberts
– Fleksi dan abduksi dari pinggul ibu, paha diangkat
mendekati perut
• Tekanan suprapubik
– Tangan asisten diletakann suprapubik di antas bahu
anterior, ditekan dengan cara mirip pijat jantung
dengan gerakan ke bawah dan lateral dari bagian
posterior dari bahu
Sumber :
https://www.aafp.org/afp/2004/0401/p1707.html#afp20040401p1707-f2
48. Manuver Untuk Distosia Bahu

Sumber :
https://www.aafp.org/afp/2004/0401/p1707.html#afp20040401p1707-f2
49. Tatalaksana Pendarahan Post
Partum akibat Atonia Uteri
• Pendarahan > 500 cc dari traktus genitalia
setelah lahir
• Tatalaksana e.c. Atonia uteria
– Manajemen aktif kala III
– Misoprosotol 2-3 tab (400-600 µ g) setelah bayi
lahir
– Manajemen syok
– Masase fundus uteri dan rangsang putting
– Pemberian oksitosin secara IM, IV, atau SC

Sumber : KAPITA SELEKTA UI


50. Tatalaksana Pendarahan Post
Partum akibat Sisa Plasenta
• Uterotonika
• Eksplorasi dengan manual plasenta
• Kuretase

Sumber : KAPITA SELEKTA UI


51. Gonoreha
• Pria : kencing nanah, rasa panas di sital uretra,
disuria, kencing darah, nyeri ereksi.
• Wanita : jarang ada keluhan
• Pemfis : tampak eritem, edema pada orifisium
uetra eksterna, duh tubuh mukopurulen,
pembesaran KGB inguinal
• Penunjang : pewarnaan gram menemukan kuman
gonokokus gram negatif
• Tatalaksana : tiamfenikol 3,5 gr per oral single
dose, ofloksasin 400 mg per oral single dose

Sumber : PPK IDI


52. Tatalaksana Awal Stroke
• Airway, bebaskan jalan napas, jika GCS buruk
pertimbangkan airway device
• Oksigenasi sesuai dengan saturasi oksigen
• Pasang infus, normal salin/RL 500 ml/12 jam
• Periksa GDA, atasi hipoglikemia jika ada
• Rujukan ke faskes sekunder

Sumber : PPK IDI


53. Tatalaksana Asma

Sumber :
54. Tatalaksana Demam Typhoid pada
Kehamilan
• Suportis simptomatis
• Tirah baring
• Rehidrasi cairan dan diet seimbang
• Antipiretik parasetamol 3x 500
• Antibiotik yang aman untuk ibu hamil adalah
amoksisilin 1,5-2 gr/hari selama 7-10 hari

Sumber : PPK IDI


55. Diagnosis Rheumatoid Artritis
• Gejala sendi (bengkak, nyeri) diperburuk
dengan gerakan, umumnya terjadi pagi hari.
Simetris pada seluruh sendi paling sering pada
proksimal interphalangeal,
metacarophalangeal, metatarasophalangeal,
pergelangan tangan, lutut, bahu, kaki
• Pemfis : bengkak, nyeri tekan, teraba hangat,
deformitas (swan neck)

Sumber : PPK IDI


55. Diagnosis Rheumatoid Artritis
• Pemeriksaan penunjang :
– LED
– Rematoid factor serum
– Foto polos
– CRP
– Analisis cairan sendi

Sumber : PPK IDI


56. Tatalaksana Rheumatoid Artritis
• Edukasi
• Proteksi sendi (misal dengan decker)
• NSAID
– Diklofenak 50-100 mg 2dd
– Meloksikam 7,5-15 mg/hari
• Steroid dosis rendah seperti prednison atau
metil prednisolon

Sumber : PPK IDI


57. Osteoartritis
• Gejala : nyeri sendi, ROM menurun, kaku pagi
hari, krepitasi
• F. Risiko : usia > 60 tahun, menopause,
obesitas, menggunakan sendi terus menerus
• Pemfis : ROM menurun, krepitasi, bengkak
sendi asimetris
• Tatalaksana : Modifikasi gaya hidup,
fisioterapi.
– NSAID seperti diklofenak, ibuprofen, piroksikam

Sumber :
58. Gout Artritis
• Anamnesis : bengkak pada sendik, mendadak,
malam hari, rasa panas dan kemerahan
• Pemeriksaan fisik : artritis satu sendi, biasanya
pada metatarsophalang 1.
• Penunjang : kadar asam urat > 7 mg/dL, foto
polos : bengkak sendi asimetris, kista
subkortikal tanpa erosi

Sumber : PPK IDI


58. Gout Artritis
• Tatalaskana
– NSAID , natrium diklofenak 25-50 mg selama 3-5
hari
– Kortikosteroid jangka pendek, prednisone 2x5 mg
per hari
– Allupurinol 100 mg 1dd, naikkan perlahan sesuai
respon terapi. Dosis maksimal 800 mg/hari. Target
terapi < 6 mg/dL

Sumber : PPK IDI


59. Congenital Rubella Syndrome
• 58% pasien menderita tuli sensorineural, bisa
menjadi satu-satunya manifestasi
• 43% menderita katarak, glaukoma, retinopati
pigmentari. Dapat terjadi pada kedua mata
• Penyakit jantung kongenital, paling sering
adalah patent ductus arteriosus pada 50%
pasien
• Temuan lain: IUGR, prematur, abortus,
retardasi mental, hepatosplenomegaly
Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/968523-clinical#b6
60. Morbili/Measles/Campak
• Anamnesis : demam, malaise, batuk pilek,
konjungtivitis, belum imunisasi campak
• Pemfis : lesi makula/papula eritem, mulai dari
kepala hingga ke dahi, ke inferior hingga
ekstremitas. Muncul koplik spot sebelum
eksantem

Sumber : PPK IDI


60. Morbili/Measles/Campak
• Tatalaskana :
– suportif simptomatis
– Suplemtntasi vitamin A
• < 6 bulan 50.000 IU/hari 2 dosis
• 6-11 bulan 100.000 IU/hari 2 dosis
• > 1 tahun 200.000 IU/hari PO 2 dosis
• Anak dengan defisiensi vitamin A, diberi 2 dosis sesuai
usia, kemudian dosis ketiga sesuai usia diberian 2-4
minggu kemudian

Sumber : PPK IDI


61. Skabies
• Anamnesis : gatal pada malam hari, hebat, lesi
di tempat yang startum korneum tipis (sela
jari, pergelangan tangan, aksila, imbilikus,
inframamae)
• Pemfis : lesi kulit berupa terowongan,
berwarna putih atau abu-abu dengan panjang
1 cm. Teradpat papul, vesikel, dan infeksi
sekunder

Sumber : PPK IDI


61. Skabies
• Cuci baju, seprai, sarung bantal, dsbg dengan
air hangat
• Edukasi gaya hidup
• Medikamentosa
– Salep 2-4 dioleskan di seluruh tubuh selama 3 hari
beruturut-turut
– Permetrin 5% di seluruh tubuh selama 10 jam, lalu
dibersihkan dengan sabun

Sumber : PPK IDI


62. Tumor Jinak Parotis
• Anamnesis (pada inflamasi) : nyeri mendadak,
bengkak, di area parotis, wajah perot (jarang,
lebih sering pada malignansi)
• Pemfis : Masa kenyal, soliter, tidak keras.
Periksa rongga oral, cari adanya lesi, benjolan,
ulkus.
• Pemeriksaan lanjutan: USG, FNAB

Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/1289560-
overview
63. Laringitis
• Anamnesis : suara
parau/hilang/serak/bernada rendah, nyeri
tenggorokan, malaise, demam, dapat terjadi
edema laring pada kasus berat
• Laring hiperemis, dan edema. Pada kasus
kronis ditemukan nodul dan ulkus
• Tatalaskana : suportif simptomatis, antibiotik
jika dicurigai akibat streptokokus grup A, PPI
bila disebabkan GERD.

Sumber : PPK IDI


64. Resusitasi
Neonatus

Sumber :
https://pediatrics.aap
publications.org/cont
ent/136/Supplement
_2/S196
65. Profilaksis Malaria
• Profilaksis malaria dilakukan dengan
pemberian doksisiklin 1 kapsul 100 mg/hari
diminum 2 hari sebelum pergi hingga 4
minggu setelah keluar/pulang dari daerah
endemis

Sumber : PPK IDI


66. Terapi Utama Malaria Vivax
• Dihidroartemisinin + Piperakuin, per oral satu
kali per hari selama 3 hari + primakuin
0,25mg/kgBB.hari selama 14 hari
• Lini kedua, kina + primakuin, dosis kina 10
mg/kgbb/x (3x/hari selama 7 hari), primakuin
0,25 mg/kgbb selama 14 hari

Sumber : PPK IDI


67. Basic Life
Support

Sumber :
https://eccguidelines.heart.org/wp-
content/uploads/2015/10/2015-AHA-
Guidelines-Highlights-Indonesian.pdf
67. Basic Life
Support

Sumber :
https://eccguidelines.heart.org/wp-
content/uploads/2015/10/2015-AHA-
Guidelines-Highlights-Indonesian.pdf
68. Tatalaksana TB HIV
• Pengobatan TB HIV=TB tanpa HIV
• Semua pasien denga HIV dan TB aktif yang tidak
mengkonsumsi ART harus diberikan ART pada
keadaan di bawah ini
– CD4 < 50 sel/mm3, mulai ART dengan jarak 2 minggu
dari mulai terapi TB
– CD4 ≥ 50 sel/mm3, mulai ART dengan selisih 8
minggu dari terapi TB
– Pasien hamil
– Pasien dengan meningitis tuberkulosis
Sumber : https://aidsinfo.nih.gov/guidelines/html/1/adult-and-
adolescent-arv/27/tb-hiv
68. Tatalaksana TB HIV
• Pemberian ART dan OAT secara bersamaan
dapat menurunkan compliace, menyebabkan
efek samping, dan immunre reconstitution
infalmaatory syndrome
• Pada pasien yang mendapat injeksi
sterptomisin, pastikan injeks dilakukan dengan
aseptik dan spuit dibuang dengan baik

Sumber : https://aidsinfo.nih.gov/guidelines/html/1/adult-and-
adolescent-arv/27/tb-hiv
69. Kontraindikasi imunisasi
• Kontraindikasi mutlak : riwayat reaksi alergi
berat terhadp vaksin atau konstituen vaksin
• Kehamilan : OPV, Measles
• Defisiensi imun : BCG, DTwP, OPV,Measles
• Pasien HIV asimptomatis atau yang mendapat
pengobatan teratur dapat diberikan vaksin
seperti biasa (kecuali BCG)

Sumber : https://aidsinfo.nih.gov/guidelines/html/1/adult-and-
adolescent-arv/27/tb-hiv
70. Rehabilitasi pasien Lepra
• Rehabilitasi pasien lepra disesuaikan dengan
regio yang terdampak
• Rehabilitasi dilakukan dengan terapi okupasi
menggunakan alat untuk mengkompensasi
kecacatan pasien dengan tujuan
meningkatkan kemampuan fungsional.
• Contoh : menggunakan sarung tangan untuk
melindungi tangan yang anestesi dari
panas/luka
Sumber : https://internationaltextbookofleprosy.org/chapter/physical-
rehabilitation#:~:text=In%20the%20process%20of%20rehabilitation,maintaining%
2C%20or%20improving%20functional%20skills.

Anda mungkin juga menyukai