2020
Rizki Nur Rachman Putra Gofur dr.
1. Visi Kementerian Kesehatan
• Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan
Sumber :
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/profil/
kemenkes/#prettyPhoto
2. Misi Kementerian Kesehatan
• Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk
swasta dan masyarakat madani.
• Melindungi kesehatan masyarakat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
• Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber
daya kesehatan.
• Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang
baik.
Sumber :
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/profil/
kemenkes/#prettyPhoto
3. Target SDgs di bidang kesehatan
• 3.1 Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu hingga kurang
dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.
• 3.2 Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang
dapat dicegah,
• 3.3 Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, dan
penyakit tropis yang terabaikan, dan memerangi hepatitis, penyakit
bersumber air, serta penyakit menular lainnya.
• 3.4 Pada tahun 2030, mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini
akibat penyakit tidak menular, melalui pencegahan dan pengobatan, serta
meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan.
• 3.5 Memperkuat pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan zat,
termasuk penyalahgunaan narkotika dan penggunaan alkohol
Sumber :
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-3/
3. Target SDgs di bidang kesehatan
• 3.6 Pada tahun 2020, mengurangi hingga setengah
jumlah kematian global dan cedera dari kecelakaan lalu
lintas.
• 3.7 Pada tahun 2030, menjamin akses universal
terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi
• 3.8 Mencapai cakupan kesehatan universal, termasuk
perlindungan risiko keuangan, akses terhadap
pelayanan kesehatan dasar yang baik
• 3.9 Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi
jumlah kematian dan kesakitan akibat bahan kimia
berbahaya, serta polusi dan kontaminasi udara, air,
dan tanah.
Sumber :
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-3/
3. Target SDgs di bidang kesehatan
• 3.a Memperkuat pelaksanaan the Framework
Convention on Tobacco Control WHO di seluruh negara
sebagai langkah yang tepat.
• 3.b Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin
dan obat penyakit menular dan tidak menular.
• 3.c Meningkatkan secara signifikan pembiayaan
kesehatan
• 3.d Memperkuat kapasitas semua negara, khususnya
negara berkembang tentang peringatan dini,
pengurangan risiko dan manajemen risiko kesehatan
nasional dan global.
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-3/
4. Target SDGs di bidang sanitasi dan
air bersih
• 6.1 Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata
terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua.
• 6.2 Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan
kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan
menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka,
memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum
perempuan, serta kelompok masyarakat rentan.
• 6.3 Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan
mengurangi polusi, menghilangkan pembuangan, dan
meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia
berbahaya
• 6.4. Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan
efisiensi penggunaan air di semua sektor
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/
4. Target SDGs di bidang sanitasi dan
air bersih
• 6.5 Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumber
daya air terpadu di semua tingkatan,
• 6.6 Pada tahun 2020, melindungi dan merestorasi
ekosistem terkait sumber daya air, termasuk
pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, air tanah, dan
danau.
• 6.a Pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan
dukungan internasional dalam hal pembangunan
kapasitas bagi negara-negara berkembang
• 6.b Mendukung dan memperkuat partisipasi
masyarakat lokal dalam meningkatkan pengelolaan air
dan sanitasi.
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/
5. Sustainable Development Goals
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/
6. Prinsip pelaksanaan SDGs
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/
6. Prinsip pelaksanaan SDGs
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/
7. Goal SDGs
7. Goal SDGs
7. Goal SDGs
8. Tahap Rehabilitasi NAPZA
• 1. Tahap rehabilitasi medis
• Tahap detoksifikasi
• Dokter menentukan apakah penderita perlu
obat tertentu untuk gejala putus obat
• Pemberian obat tergantung dari narkoba yang
digunakan dan berat ringannya gejala
Sumber :
https://rehabilitasi.bnn.go.id/public/news/read/267
8. Tahap Rehabilitasi NAPZA
• 2. Tahap rehabilitasi nonmedis,
• Tahap rehabilitasi selanjutnya
• Program yang termasuk adalah 12 steps,
therapeutic communities, pendekatan
keagamaan dan sebagainya
• 3. Tahap bina lanjut (after care)
• Diberikan kegiatan sesuai minat dan bakat
• Dapat kembali ke sekolah/tempat kerja tp diawasi
https://rehabilitasi.bnn.go.id/public/news/read/
267
9.UU SJSN
3 Azas 5 Program 9 Prinsip
Jaminan Kegotong-royongan
Kemanusiaan
Kesehatan Nirlaba
Manfaat Keterbukaan
Jaminan Kehati-hatian
Keadilan sosial Kecelakaan Kerja Akuntabilitas
bagi seluruh
Jaminan Hari Tua Portabilitas
rakyat Kepesertaan wajib
Indonesia Jaminan Pensiun
Dana amanat
Jaminan Hasil pengelolaan dana
Kematian digunakan seluruhnya
untuk pengembangan
program dan sebesar-
besarnya untuk
kepentingan peserta
Sumber : http://promkes.kemkes.go.id/hari-kesehatan-
nasional-hkn-ke-55-tahun-2019-generasi-sehat-indonesia-
unggul
12. Imunisasi dasar pada anak
• Imunisasi Hepatitis B (HB-O) untuk bayi yang usianya kurang dari 24
jam.
• Imunisasi BCG, Polio 1 untuk anak usia satu bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib, Polio 2 untuk anak usia dua bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3 untuk anak usia tiga bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4, dan IPV untuk anak usia empat
bulan.
• Imunisasi Campak/MR untuk anak usia sembilan bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib lanjutan dan MR lanjutan untuk anak usia 18
bulan.
• Imunisasi DT dan campak/MR untuk anak kelas 1 SD/Madrasah dan
sederajat.
• Imunisasi TD untuk anak kelas 2 SD/Madrasah dan sederajat.
• Imunisasi TD untuk anak kelas 5 SD/Madrasah dan sederajat.
Sumber :
http://promkes.kemkes.go.id/?p=8986
12. Imunisasi dasar pada anak
https://www.ida
i.or.id/artikel/kli
nik/imunisasi/ja
dwal-imunisasi-
13. Tindakan yang tidak ditanggung
BPJS
• Pelayanan yang tidak sesuai prosedur
• Pelayanan di faskes yang tidak bekerja sama
(kecuali gadar)
• Telah dijamin oleh jaminan kecelakaan kerja
• Telah dijamin oleh jaminan lakalantas
• Yankes di luar negeri
• Yankes estetik
• Masalah infertilitas
Sumber : BPJS Kesehatan
13. Tindakan yang tidak ditanggung
BPJS
• Ortodonsi
• Gangguan akibat ketergantungan obat
• Self harm/hobi membahayakan diri
• Obat komplementer tradisional
• Obat eksperimen
• Pelayanan kesehatan saat
wabah/bencana/KLB
• Kejadian lain yang ditetapkan menteri
Sumber :
Tatalaksana
Dengue
WHO
Sumber : Tatalaksana Dengue
WHO
25. Tatalaksana DBD tanpa shock
Sumber :
25.
Tatala
ksana
DBD
tanpa
shock
Sumber :
26.
Tatalaks
ana DBD
dengan
syok
Sumber :
Tatalaksana
Dengue
WHO
27. Produk darah untuk transfusi
• Whole blood : seluruh komponen darah, sudah
jarang digunakan, kecuali kondisi tertentu seperti
trauma berat
• Packed red cell (PRC) : berisi sel darah merah,
umum digunakan untuk pasien anemia
• Platelet/trombosit : cukup jelas, pada pasien
trombositopenia
• Fresh frozen plasma : pendarahan dengan
defisiensi berbagai faktor pembekuan seperti
pada pasien DIC
Sumber : https://www.transfusionguidelines.org/transfusion-handbook/3-providing-safe-
blood/3-3-blood-
products#:~:text=These%20are%20classified%20as%20blood,%2C%20coagulation%20factors%
28. Tatalaksana Kehamilan Ektopik
Terganggu
• Airway, Breathing, Circulation, Disability
• Terbagi menjadi terapi metotrexate,
pembedahan, dan ekspektan
• Jika terjadi pendarahan berat maka terapi
pembedahan adalah pilihan
• Terapi metotrexate dilakukan jika tidak ada
komplikasi, belum terjadi pendarahan,
keadaan umum baik
Sumber :
https://www.aafp.org/afp/2014/0701/p3
28. Tatalaksana Kehamilan Ektopik
Terganggu
• Dosis metotrexate pada hari 1 50 mg per meter persegi
• Kontraindikasi
– Penyakit paru aktif
– Alkohol
– Menyusui
– Disfungsi hematologi
• Terapi pembedahan salpingectomy/salpingostomy
• Terapi ekspektan dilakukan pada pasien dengan tingkat
beta hCG yang menurun. Namun jika hCG meningkat
maka harus dilakukan terminasi
Sumber : https://www.aafp.org/afp/2014/0701/p34.html
29. Tatalaksana Entamoeba Histolytica
• Rehidrasi sesuai derajat dehidrasi, jika ringan
sedang dan masih bisa minum koreksi dengan
rehidrasi oral sebagai tambahan
• Tirah baring
• Suportif simptomatis
• Metronidazole 3x500 mg diberikan selama 3-5
hari
Sumber : https://www.jems.com/2014/10/03/treating-smoke-inhalation-and-airway-
bur/#:~:text=Even%20mild%20cases%20of%20smoke,those%20experienced%20at%20sea%20
level.
35. Tatalaksana Trauma Thoraks (pre
hospital life support)
• Airway : bebaskan jalan napas head tilt chin lift, jika
ada curiga trauma cervical jaw thrust
• Breathing : berikan oksigen jika saturasi menurun,
periksa gerak dada, perkusi, auskultasi, jika ada
pneumothoraks, dekompresi dengan jarum besar
• Circulation : pasang infus, terapi
simptomatis/suportif
• Disability : status neurologis, fraktur, deformitas
Sumber : Ludwig C, Koryllos A. Management of chest trauma. J
Thorac Dis. 2017;9(Suppl 3):S172-S177. doi:10.21037/jtd.2017.03.52
36. Pengobatan DM Tipe 1
• Tatalaksana umum untuk diabetes melitus tipe
1 adalah injeksi insulin prandial dan basal atau
infus insulin berkelanjutan
• Untuk mencegah hipoglikemia, dapat
diberikan insulin dengan jenis rapid
• Modifikasi gaya hidup, kontrol hipertensi,
dislipidemia, dan obesitas
Sumber : https://www.emsworld.com/article/10615556/ems-recap-apgar-
scoring
41. Diagnosis dan Tatalaksana PPOK
• Anamnesis : sesak napas, kadang disertai
mengi, batuk kering/dahak, rasa berat di dada
• Pemfis : pursed lips breathing, rr meningkat,
hemidiafragma mendatar, penurunan suara
napas, wheezing, ronki basah kasar saat
inspirasi
• Penunjang : Spirometri, pulse oximetri
Sumber : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/drug-addiction/symptoms-
causes/syc-20365112
45. Tanda & Gejala Klinis Drug Abuse
• Meth, cocaine (stimulan) :
– Merasa bersemangat dan percaya diri
– Pupil dilatasi
– Agresif dan perubahan perilaku
• MMDA, ekstasi
– Halusinasi
– Paranoia
– Pupil dilatasi
Sumber : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/drug-addiction/symptoms-
causes/syc-20365112
45. Tanda & Gejala Klinis Drug Abuse
• Halusinogen (LSD, PCP)
– Halusinasi
– Perubahan status mental
– Tremor
• Inhalan (lem, thinner cat, bensin)
– Kehilangan inhibisi
– Mual muntah
– Euforia dan intoksikasi
Sumber : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/drug-addiction/symptoms-
causes/syc-20365112
45. Tanda & Gejala Klinis Drug Abuse
• Opioid
– Presepsi nyeri yang menurun
– Agitasi dan sedasi
– Bicara melantur
– Pupil konstriksi
Sumber : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/drug-addiction/symptoms-
causes/syc-20365112
46. Diagnosis Pre-eklampsia Berat
• Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia
kehamilan > 20 minggu
• Tes celup urin proteinuria +2 atau pemeriksaan
protein kuantitatif memiliki hasil > 5g/24 jam
• Keterlibatan organ lain:
– Trombositopenia < 100.000
– Peningkatan SGOT/SGPT
– Sakit kepala, Edema paru
– Oliguria
Sumber : PPK IDI
47. Tatalaksana Pre Eklampsia Berat
• Rujukan ke faskes sekunder
• Stabilisasi pasien, suportif simptomatis
• MgSO4 4g dosis awal dengan syarat
– Tersedia Ca glukonas 10%
– Ada refleks patella
– Jumlah urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam
Sumber :
https://www.aafp.org/afp/2004/0401/p1707.html#afp20040401p1707-f2
49. Tatalaksana Pendarahan Post
Partum akibat Atonia Uteri
• Pendarahan > 500 cc dari traktus genitalia
setelah lahir
• Tatalaksana e.c. Atonia uteria
– Manajemen aktif kala III
– Misoprosotol 2-3 tab (400-600 µ g) setelah bayi
lahir
– Manajemen syok
– Masase fundus uteri dan rangsang putting
– Pemberian oksitosin secara IM, IV, atau SC
Sumber :
54. Tatalaksana Demam Typhoid pada
Kehamilan
• Suportis simptomatis
• Tirah baring
• Rehidrasi cairan dan diet seimbang
• Antipiretik parasetamol 3x 500
• Antibiotik yang aman untuk ibu hamil adalah
amoksisilin 1,5-2 gr/hari selama 7-10 hari
Sumber :
58. Gout Artritis
• Anamnesis : bengkak pada sendik, mendadak,
malam hari, rasa panas dan kemerahan
• Pemeriksaan fisik : artritis satu sendi, biasanya
pada metatarsophalang 1.
• Penunjang : kadar asam urat > 7 mg/dL, foto
polos : bengkak sendi asimetris, kista
subkortikal tanpa erosi
Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/1289560-
overview
63. Laringitis
• Anamnesis : suara
parau/hilang/serak/bernada rendah, nyeri
tenggorokan, malaise, demam, dapat terjadi
edema laring pada kasus berat
• Laring hiperemis, dan edema. Pada kasus
kronis ditemukan nodul dan ulkus
• Tatalaskana : suportif simptomatis, antibiotik
jika dicurigai akibat streptokokus grup A, PPI
bila disebabkan GERD.
Sumber :
https://pediatrics.aap
publications.org/cont
ent/136/Supplement
_2/S196
65. Profilaksis Malaria
• Profilaksis malaria dilakukan dengan
pemberian doksisiklin 1 kapsul 100 mg/hari
diminum 2 hari sebelum pergi hingga 4
minggu setelah keluar/pulang dari daerah
endemis
Sumber :
https://eccguidelines.heart.org/wp-
content/uploads/2015/10/2015-AHA-
Guidelines-Highlights-Indonesian.pdf
67. Basic Life
Support
Sumber :
https://eccguidelines.heart.org/wp-
content/uploads/2015/10/2015-AHA-
Guidelines-Highlights-Indonesian.pdf
68. Tatalaksana TB HIV
• Pengobatan TB HIV=TB tanpa HIV
• Semua pasien denga HIV dan TB aktif yang tidak
mengkonsumsi ART harus diberikan ART pada
keadaan di bawah ini
– CD4 < 50 sel/mm3, mulai ART dengan jarak 2 minggu
dari mulai terapi TB
– CD4 ≥ 50 sel/mm3, mulai ART dengan selisih 8
minggu dari terapi TB
– Pasien hamil
– Pasien dengan meningitis tuberkulosis
Sumber : https://aidsinfo.nih.gov/guidelines/html/1/adult-and-
adolescent-arv/27/tb-hiv
68. Tatalaksana TB HIV
• Pemberian ART dan OAT secara bersamaan
dapat menurunkan compliace, menyebabkan
efek samping, dan immunre reconstitution
infalmaatory syndrome
• Pada pasien yang mendapat injeksi
sterptomisin, pastikan injeks dilakukan dengan
aseptik dan spuit dibuang dengan baik
Sumber : https://aidsinfo.nih.gov/guidelines/html/1/adult-and-
adolescent-arv/27/tb-hiv
69. Kontraindikasi imunisasi
• Kontraindikasi mutlak : riwayat reaksi alergi
berat terhadp vaksin atau konstituen vaksin
• Kehamilan : OPV, Measles
• Defisiensi imun : BCG, DTwP, OPV,Measles
• Pasien HIV asimptomatis atau yang mendapat
pengobatan teratur dapat diberikan vaksin
seperti biasa (kecuali BCG)
Sumber : https://aidsinfo.nih.gov/guidelines/html/1/adult-and-
adolescent-arv/27/tb-hiv
70. Rehabilitasi pasien Lepra
• Rehabilitasi pasien lepra disesuaikan dengan
regio yang terdampak
• Rehabilitasi dilakukan dengan terapi okupasi
menggunakan alat untuk mengkompensasi
kecacatan pasien dengan tujuan
meningkatkan kemampuan fungsional.
• Contoh : menggunakan sarung tangan untuk
melindungi tangan yang anestesi dari
panas/luka
Sumber : https://internationaltextbookofleprosy.org/chapter/physical-
rehabilitation#:~:text=In%20the%20process%20of%20rehabilitation,maintaining%
2C%20or%20improving%20functional%20skills.