Anda di halaman 1dari 12

FR

1. Nawacita: program P2PL yg mendukung nawacita, kebijakan nawacita RPJMN


2015-2018 bidang kesehatan dlm revitalisasi puskesmas

2. Visi kemenkes
Visi kemenkes 2015-2019

Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan

Misi
-Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk n dan masyarakat madani.
-Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
-Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
-Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Program p2pl yg mendukung nawacita?


#JAWABANFR
Pelayanan promotif dan preventif

#JAWABANFR
Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan

Sesuai edaran menteri PPN/Bappenas TANGGAL 20 DESEMBER 2019 Terwujudnya


masyarakat sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan untuk menuju Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong- royong

3. Misi Kemenkes

Sesuai edaran menteri PPN/Bappenas TANGGAL 20 DESEMBER 2019

1. Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh penduduk

inondeisa

2. Memberdayakan masyrakat dan mengarusutamakan pembangungan kesehatan


3. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan sumber daya kesehatan
4. Memantapkan tat kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif

4. Indikator arah kebijakan pembangunan kesehatan

1. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)


 Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pembina kesehatan wilayah melalui 4 jenis
upaya yaitu:

a. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat.

b. Melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat.


c. Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan.

d. Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan.

Untuk penguatan ke tiga fungsi tersebut, perlu dilakukan Revitalisasi Puskesmas,


dengan fokus pada 5 hal, yaitu: 1) peningkatan SDM 2) peningkatan kemampuan
teknis dan manajemen Puskesmas 3) peningkatan pembiayaan 4) peningkatan Sistem
Informasi Puskesmas (SIP) 5) pelaksanaan akreditasi Puskesmas.

2. Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care).

Pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan mutu, dan


keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu, bayi,
balita, remaja, usia kerja dan usia lanjut.

3. Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan.

Program-program khusus untuk menangani permasalahan kesehatan pada bayi, balita


dan lansia, ibu hamil, pengungsi, dan keluarga miskin, kelompok- kelompok berisiko,
serta masyarakat di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan, dan daerah bermasalah
kesehatan.

5. Hari aids tgl berapa


1 Desember

6. UU BPJS
UU No 24 tahun 2011

7. Bpjs singkatn dari


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

8. PBI dibayarkan oleh


Pemerintah

Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok yaitu:

1. PBI Jaminan Kesehatan.


Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mam
yang iurannya dibayari Pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fak
dan diatur melalui Peraturan Pemerintah. 

2. Bukan PBI jaminan kesehatan.


Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri dari:
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
Pekerja penerima upah terdiri atas:
1. Pegawai Negeri Sipil.
2. Anggota TNI.
3. Anggota POLRI.
4. Pejabat Negara.
5. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri.
6. Pegawai Swasta.
7. Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.

2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya.


Pekerja bukan penerima upah terdiri dari:
1. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri.
2. Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja bukan penerima upah.

3) Buka pekerja dan anggota keluarganya


 

9. Indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga

Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang


bertujuan memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu
menjalankan perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki peran yang
aktif pada gerakan di tingkat masyarakat. Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat
rumah tangga adalah tercapainya rumah tangga yang sehat.

Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat


dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktik Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan
rumah tangga :

1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.


Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter,
bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih,
steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang
beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.

2. Pemberian ASI eksklusif


Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi
bagian penting dari indikator keberhasilan praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
pada tingkat rumah tangga.
3. Menimbang bayi dan balita secara berkala
Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi. Penimbangan
dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu
dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan
imunisasi. Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi
buruk.

4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih


Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus
langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan
bebas dari kuman.

5. Menggunakan air bersih


Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.

6. Menggunakan jamban sehat


Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan unit
pembuangan kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.

7. Memberantas jentik nyamuk


Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup
makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai penyakit.

8. Konsumsi buah dan sayur


Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat yang
dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang
melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.

10. Tidak merokok di dalam rumah


Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan bagi
perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah
dapat menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.

10. Cerdik
Program CERDIK adalah langkah preventif yang dibuat agar masyarakat yang
masih sehat dan bugar dapat terhindar dari berbagai penyakit tidak menular (PTM).
Program  ini terdiri atas:

 Cek kesehatan secara berkala


 Enyahkan asap rokok
 Rajin Olahraga
 Diet sehat dengan kalori seimbang
 Istirahat yang cukup
 Kelola stress
11. Aspek mendasar SDGs

12. Tujuan pertama SDG


PB/SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk
menyejahterakan masyarakat mencakup 17 tujuan yaitu
(1) Tanpa Kemiskinan;
(2) Tanpa Kelaparan;
(3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera;
(4) Pendidikan Berkualitas;
(5) Kesetaraan Gender;
(6) Air Bersih dan Sanitasi Layak;
(7) Energi Bersih dan Terjangkau;
(8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi;
(9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur;
(10) Berkurangnya Kesenjangan;
(11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan;
(12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab;
(13) Penanganan Perubahan Iklim;
(14) Ekosistem Lautan;
(15) Ekosistem Daratan;
(16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh;
(17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan

13. 15 oktober hari apa


Hari Mencuci tangan sedunia

14. Bentuk implementasi SKN di puskesmas

15. Pencegahan narkoba


1. Pencegahan primer (Primary Prevention ); 
Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang belum mengenal Narkoba serta
komponen masyarakat yang berpotensi dapat mencegah penyalahgunaan narkoba.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Penyuluhan tentang bahaya narkoba.
- Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya narkoba.
- Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.
2. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention );
Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang sedang coba-coba menyalahgunakan
Narkoba serta komponen masyarakat yang berpotensi dapat membantu agar berhenti dari
penyalahgunaan narkoba.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Deteksi dini anak yang menyalahgunaan narkoba
- Konseling
- Bimbingan sosial melalui kunjungan rumah
- Penerangan dan Pendidikan pengembangan individu 
- (life skills) antara lain tentang ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan menolak
tekanan orang lain dan ketrampilan mengambil keputusan dengan baik.
3. Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention );
Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang sedang menggunakan narkoba dan yang
pernah/mantan pengguna narkoba, serta komponen masyarakat yang berpotensi dapat
membantu agar berhenti dari penyalahgunaan narkoba dan membantu bekas korban
naroba untuk dapat menghindari
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok
lingkungannya
- Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna agar mereka tidak terjerat
untuk kembali sebagai pengguna narkoba.

16. Imunisasi yg diberikan bersamaan

17. Nilai ekonomis dari imunisasi dasar

18. Manfaat program KB

19. Aborsi boleh dilakukan oleh nakes yg berwenang, terdapat dlm pasal …
PASAL 76 UU KESEHATAN

Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (”UU


Kesehatan”) dengan tegas melarang tindakan aborsi, yang menyatakan sebagai
berikut:
 
Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
 
Namun terdapat pengecualian untuk dua hal, yaitu sebagaimana yang diatur dalam
kentuan Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan yang menyatakan:
 
Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.
 
Kemudian suatu tindakan aborsi dapat dinyatakan sebagai sebuah tindakan yang legal
juga harus memperhatikan kententuan Pasal 75 ayat (3) UU Kesehatan yang
menerangkan sebagai berikut:
 
Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
 
Sehingga tindakan aborsi yang diatur dalam Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan itu pun
hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan
dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor.
 
Dan lebih jauh dari pada hal itu, UU Kesehatan juga telah mengatur batas suatu
tindakan aborsi, hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam ketentuan Pasal 76
UU Kesehatan yang menerangkan:
 
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.

20. Syarat izin produksi industri kosmetik golongan A


Izin produksi industri kosmetika Golongan A diberikan dengan persyaratan:
a. memiliki apoteker sebagai penanggung jawab;
b. memiliki fasilitas produksi sesuai dengan produk yang akan dibuat;
c. memiliki fasilitas laboratorium; dan
d. wajib menerapkan CPKB.

21. Indikator dampak desa SIAGA


Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut (Depkes,
2006) :

1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-
kurangnya 2 orang kader desa.
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan dan
perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal
dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal :
 Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi
kejadian luar biasa serta faktor-faktor risikonya.
 Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta
kekurangan gizi.
 Kesiapsiagaan    penanggulangan    bencana    dan kegawatdaruratan kesehatan.
 Pelayanan    kesehatan    dasar,    sesuai    dengan kompetensinya.
 Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan
lingkungan dan lain-lain.

Prinsip pengembangan desa siaga (Depkes, 2008), yaitu :


1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat yang terorganisir.
2. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan masyarakat
dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat tentang situasi dan
masalah-masalah yang mereka hadapi.
3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka
melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah
tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu,
puskesmas, Dinkes, dan RSUD).
4. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan berbagai program kesehatan.
Secara organisasi, koordinasi dan kontrol proses pengembangan desa siaga
dilakukan oleh sebuah organisasi desa siaga. Organisasi desa siaga ini berada di
tingkat desa/kelurahan dengan penanggung jawab umum kepala desa atau lurah.
Sedangkan pengelola kegiatan harian desa siaga, bertugas melaksanakan kegiatan
lapangan seperti pemetaan balita untuk penimbangan dan imunisasi, pemetaan ibu
hamil, membantu tugas administrasi di poskesdes dan lain-lain.

Kegiatan pokok desa siaga


1. Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga akan dicatat
dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua informasi tersebut akan
direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial) dan peta tersebut dipaparkan di
poskesdes.
2. Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan melal ui survei
mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui SMD, desa
siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya, melalui MMD, desa siaga
menentukan target dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai target
tersebut. Selanjutnya melakukan penyusunan anggaran.
3. Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga, masyarakat dihimbau
memberikan kontribusi dana sesuai dengan kemampuannya. Dana yang terkumpul
bisa dipergunakan sebagai tambahan biaya operasional poskesdes. Desa siaga juga
bisa mengembangkan kegiatan peningkatan pendapatan, misalnya dengan koperasi
desa. Mobilisasi sumber daya masyarakat sangat penting agar desa siaga
berkelanjutan (sustainable).
4. Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang efektif
mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan kegiatan tersebut
adalah pedoman standar yang sudah ada untuk program tertentu, seperti malaria,
TBC dan lain-lain. Dalam mengembangkan kegiatan khusus ini, pengurus desa siaga
dibantu oleh fasilitator dan pihak puskesmas.
5. Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai bagian dari
surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu Kesehatan Keluarga untuk
diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga tersebut. Kemudian pengurus desa siaga
atau kader secara berkala mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan Keluarga untuk
dimasukkan dalam peta desa.
6. Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant) setiap
tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai dengan proposal
yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya sudah direview oleh Dewan
Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan Puskesmas. Untuk menjaga transparansi
dan akuntabilitas, penggunaan dana tersebut harus dicatat dan dilaporkan sesuai
dengan pedoman yang ada.

Tahapan pengembangan desa siaga


Pengembangan desa siaga merupakan aktivitas yang berkelanjutan dan bersifat siklus.
Setiap tahapan meliputi banyak aktivitas.
1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan kegiatan
antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk kelompok masyarakat
yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader dan warga desa untuk
merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi dan menentukan masalah prioritas
yang akan diatasi.
2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri dari
penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan masalah. Aktivitas
tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 2 (MMD-2). Selanjutnya,
penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 3
(MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain memutuskan prioritas masalah,
menentukan tujuan, menyusun rencana kegiatan dan rencana biaya, pemilihan
pengurus desa siaga, presentasi rencana kegiatan kepada masyarakat, serta koreksi
dan persetujuan masyarakat.
3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan berupa
pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
4. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa pertanggung
jawaban.
Pada pelaksanaannya, tahapan diatas tidak harus berurutan, namun disesuaikan
dengan kondisi masing-masing desa/kelurahan.

Indikator keberhasilan desa siaga


Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator,
yaitu : indikator input, proses, output dan outcome (Depkes, 2009).
1.    Indikator Input
a.    Jumlah kader desa siaga.
b.    Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
c.    Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
d.    Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
e.    Tersedianya dana operasional desa siaga.
f.    Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
g.    Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang
dijumpai dalam warna yang sesuai.
h.    Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi
kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).
2.    Indikator proses
a.    Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan
sebagainya).
b.    Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
c.    Berfungsi/tidaknya poskesdes.
d.    Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
e.    Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan berbasis
masyarakat.
f.    Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
g.    Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.
3.    Indikator Output
a.   Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
b.  Jumlah kunjungan neonates (KN2).
c•    Jumlah BBLR yang dirujuk.
d•    Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
e•    Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
f•    Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
g•    Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
h•    Jumlah keluarga yang punya jamban.
i•    Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
j•    Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
k•    Adanya data kesehatan lingkungan.
l•    Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang
menjadi masalah setempat.
m•    Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.
4.    Indikator outcome
a•    Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.
b•    Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
c•    Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
d•    Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

22. Suhu Penyimpanan udang dan ikan


 Suhu penimpanan yang baik
Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan tergantung kepada
besar dan banyaknya makanan dan tempat penyimpanannya. Sebagian besar dapat
dikelompokkan menjadi:

1. Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya


 Menyimpan sampai 3 hari : -50 sampai 00 C
 Penyimpanan untuk 1 minggu : -190 sampai -50 C
 Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100 C
2. Makanan jenis telor, susu dan olahannya
 Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70 C
 Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50 C
 Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : dibawah -50 C
3. Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1
minggu yaitu 70 sampai 100 C
4. Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).

23. ada ttg bpom, berdasarkan keputusan kepala bpom nokor (sekian sekian) kadar
maksimal triclosan di obat kumur sama kadar zinc oxide di kosmetik brapa persen?

FR :
Sy slesai ujian sesi 1 lokasi di tanjung selor, kalimntan utara.
Soal krg lebih sama dg FR yg d share dg kk yg dari sorong
1. Visi misi kemenkes
2. Eso propanolol
Efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan propranolol adalah:

 Mual dan muntah


 Konstipasi
 Diare
 Kram perut
 Insomnia
 Impotensi

Selain itu, ada beberapa efek samping lain yang mungkin terjadi dan bersifat lebih serius.
Segera hubungi dokter jika mengalami efek samping berikut ini:

 Pusing, seperti ingin pingsan.


 Gangguan penglihatan.
 Tangan dan kaki terasa dingin.
 Sesak napas.
 Detak jantung melambat atau tidak beraturan.
 Hilangnya keseimbangan.
 Depresi dan halusinasi.
 Gangguan hati yang ditandai dengan rasa mual, nyeri perut di bagian atas, gatal,
nafsu makan hilang, urine berwarna gelap, dan mata atau kulit menguning.
 Kadar gula darah rendah, ditandai dengan sakit kepala, berkeringat, disorientasi,
dan detak jantung cepat

3. Tahun ini hari kesehatan nasional yg keberapa 56

4. Imunisasi yang diberikan bersamaan


5. Hitung clcr
6. Jumlah minimal apt di produksi industri farmasi
7. Apt baru lulus d jakarta dan mau kembali m kmpung halaman, apa yg diurus di kemenkes

8. Pencegahan tersier penyalahgunaan narkoba


Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention );
Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang sedang menggunakan narkoba dan yang
pernah/mantan pengguna narkoba, serta komponen masyarakat yang berpotensi dapat
membantu agar berhenti dari penyalahgunaan narkoba dan membantu bekas korban
naroba untuk dapat menghindari
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok
lingkungannya
- Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna agar mereka tidak terjerat
untuk kembali sebagai pengguna narkoba.

9. Yg termasuk PBI adalah


Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan
orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari
Pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin
yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah. 

10. JKN diselenggarakan oleh...


11. PT.askes melayani jaminan di bidang...
12. Anak sekolah keracunan makanan, apa terapi yg direkomendasikan
13. Nilai ekonomis imunisasi
14. Terapi nyeri dada akut pada pasien pjk
15. Hari kesehatan nasional
12 November

 hari cuci tangan sedunia - 15 Oktober

 langkah cuci tangan mnurut WHO


Selama 60 detik
1 Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2 Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3 Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4 Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5 Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6 Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan. Bilas dengan air
bersih dan keringkan

Anda mungkin juga menyukai