Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM KB :

 Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk serta membentuk keluarga yang
berkualitas.
 Pengendalian angka kelahiran atau kehamilan pada program KB dapat dilakukan
dengan banyak cara. Cara-cara tersebut antara lain dengan penggunaan kondom
saat berhubungan intim, baik kondom pria maupun kondom wanita, konsumsi pil KB
bagi wanita, atau pemasangan alat kontrasepsi, misalnya spiral.
 Sasaran utama adalah Pasangan Umur Subur (PUS), sedangkan untuk sasaran
antara adalah tenaga kesehatan

 Kontrasepsi alami. Metode ini bisa kamu lakukan dengan menghitung masa
subur wanita secara manual melalui perhitungan siklus menstruasi. ...Pil KB.
Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi yang banyak orang
gunakan. ...Kondom pria. ...4. Suntik. ...Implan. ...6. IUD. ...7. Kondom wanita.
 Jenis pelayanan KB yang diberikan adalah pil, kondom, suntik, IUD, dan implan, di
tempat pelayanan seperti: Puskesmas, PMB, IMP, Rumah sakit/Faskes, dan
pelayanan KB bergerak.
 TUGAS KAMPUNG KB : Bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi masyarakat melalui kegiatan
pemberian penyuluhan, konseling dan pelayanan terkait hak-hak reproduksi dan
perencanaan keluarga.
 Salah satunya dengan mengajak masyarakat untuk menghindari 4T, yakni Terlalu
Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat, dan Terlalu Banyak.
 Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan di Kampung KB meliputi: a) Kependudukan; b)
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi; c) Ketahanan Keluarga dan
Pemberdayaan Keluarga (Pembangunan Keluarga);
 Pelayanan Keluarga Berencana yang selanjutnya disebut Pelayanan KB adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui
pemberian pelayanan KB termasuk ...
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT :
 tu PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)?Tujuan PHBS adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup melalui kegiatan yang berlandaskan atas
kesadaran diri sendiri. Selain menjaga kualitas hidup diri sendiri, PHBS juga
bertujuan untuk melindungi kesehatan orang terdekat serta melestarikan lingkungan
sekitar.
Gerakan PHBS Sebagai Langkah Awal Menuju Peningkatan Kualitas
Kesehatan Masyarakat

PHBS merupakan kependekan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.


Sedangkan pengertian PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh
anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta
memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya
untuk menularkan pengalaman mengenai perilaku hidup sehat melalui
individu, kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi
sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat
dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta
meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.

PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak


mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu
meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan
sehat.

Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau


pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan
masyarakat dengan tujuan kemampuan mengenal dan tahu masalah
kesehatan yang ada di sekitar; terutama pada tingkatan rumah tangga
sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat.

Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan


melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu –
individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan
sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang
sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk
menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar
kesehatan.

Beberapa Tatanan PHBS

Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari


tempat beraktivitas dalam kehidupan sehari – hari. Berikut ini 5 tatanan
PBHS yang dapat menjadi simpul – simpul untuk memulai proses
penyadartahuan tentang perilaku hidup bersih sehat :

 PHBS di Rumah tangga


 PHBS di Sekolah
 PHBS di Tempat kerja
 PHBS di Sarana kesehatan
 PHBS di Tempat umum

Manfaat PHBS
Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat
bisa mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan
menerapkan PHBS masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat
dan meningkatkan kualitas hidup.

 Manfaat PHBS di Sekolah

PHBS di sekolah merupakan kegiatan memberdayakan siswa, guru dan


masyarakat lingkungan sekolah untuk mau melakukan pola hidup sehat untuk
menciptakan sekolah sehat. Manfaat PHBS di Sekolah mampu menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat, meningkatkan proses belajar mengajar dan
para siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah menjadi sehat.

 Manfaat PHBS di Rumah Tangga

Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat


dan mampu meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di rumah
tangga antara lain, setiap anggota keluarga mampu meningkatkan
kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga sehat mampu
meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan manfaat PHBS rumah
tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola
hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.

 Manfaat PHBS di Tempat Kerja

PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan para pekerja


agar tahu dan mau untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan
berperan dalam menciptakan tempat kerja yang sehat. manfaat PHBS di
tempat kerja yaitu para pekerja mampu meningkatkan kesehatannya dan
tidak mudah sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra
tempat kerja yang positif.

 Manfaat PHBS di Masyarakat

Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu menciptakan


lingkungan yang sehat, mencegah penyebaran penyakit, masyarakat
memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan dan mampu mengembangkan
kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

Tatanan PHBS Rumah Tangga


Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang
bertujuan memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau
dan mampu menjalankan perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta
memiliki peran yang aktif pada gerakan di tingkat masyarakat. Tujuan utama
dari tatanan PHBS di tingkat rumah tangga adalah tercapainya rumah tangga
yang sehat.

Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat
dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktik Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10 indikator
PHBS pada tingkatan rumah tangga :

 Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.


Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan
baik itu dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam
penggunaan peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah
tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi
keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.

 Pemberian ASI eksklusif


Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan
menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan praktek Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat pada tingkat rumah tangga.

 Menimbang bayi dan balita secara berkala


Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi.
Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan
hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau
pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi.
Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan deteksi dini
kasus gizi buruk.

 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih


Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri
sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit
berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman.

 Menggunakan air bersih


Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.

 Menggunakan jamban sehat


Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan
dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.

 Memberantas jentik nyamuk


Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus
hidup makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan
berbagai penyakit.

 Konsumsi buah dan sayur


Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta
serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.

 Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas
bekerja yang melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.

 Tidak merokok di dalam rumah


Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah
kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak
merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai
masalah kesehatan.

SDGS
ebelum pelaksanaan Millennium Development Goals (MDGs) berakhir, pada UN Summit on
MDGs 2010 telah dirumuskan agenda pembangunan dunia pasca 2015. Hal ini diperkuat dengan
disepakatinya dokumen “The Future We Want” dalam UN Conference on Sustainable Development 2012.
Kedua hal ini menjadi pendorong utama penyusunan agenda pembangunan pasca 2015 yang disepakati
dalam Sidang Umum PBB pada September 2015, yaitu Agenda 2030 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs). TPB/SDGs bertujuan untuk menjaga peningkatan
kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial
masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata
kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Beberapa agenda MDGs yang belum tercapai akan dilanjutkan dalam pelaksanaan pencapaian SDGs
hingga tahun 2030. SDGs merupakan penyempurnaan MDGs karena:

1. SDGs lebih komprehensif, disusun dengan melibatkan lebih banyak negara dengan tujuan yang
universal untuk negara maju dan berkembang.
2. Memperluas sumber pendanaan, selain bantuan negara maju juga sumber dari swasta.
3. Menekankan pada hak asasi manusia agar diskriminasi tidak terjadi dalam penanggulangan
kemiskinan dalam segala dimensinya.
4. Inklusif, secara spesifik menyasar kepada kelompok rentan (No one left behind).
5. Pelibatan seluruh pemangku kepentingan: pemerintah dan parlemen, filantropi dan
pelaku usaha, pakar dan akademisi, serta organisasi kemasyarakatan dan media.
6. MDGs hanya menargetkan pengurangan “setengah” sedangkan SDGs menargetkan untuk menuntaskan
seluruh tujuan (Zero Goals).
7. SDGs tidak hanya memuat Tujuan tapi juga Sarana Pelaksanaan (Means of Implementation).

T ujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) adalah


pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan,
pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga
kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola yang
mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. TPB/SDGs
merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat mencakup 17
tujuan yaitu (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4)
Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan
Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10)
Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi
yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem
Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai
Tujuan.
Upaya pencapaian target TPB/SDGs menjadi prioritas pembangunan nasional, yang memerlukan sinergi
kebijakan perencanaan di tingkat nasional dan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Target-target
TPB/SDGs di tingkat nasional telah sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 dalam bentuk program, kegiatan dan indikator yang terukur serta indikasi dukungan
pembiayaannya. TPB/SDGs merupakan penyempurnaan dari Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium
Development Goals/MDGs) yang lebih komprehensif dengan melibatkan lebih banyak negara baik negara
maju maupun berkembang, memperluas sumber pendanaan, menekankan pada hak asasi manusia, inklusif
dengan pelibatan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dan media, Filantropi dan Pelaku Usaha, serta
Akademisi dan Pakar.

Indonesia telah berhasil mencapai sebagian besar target MDGs Indonesia yaitu 49 dari 67 indikator MDGs,
namun demikian masih terdapat beberapa indikator yang harus dilanjutkan dalam pelaksanaan TPB/SDGs.
Beberapa indikator yang harus dilanjutkan tersebut antara lain penurunan angka kemiskinan berdasarkan
garis kemiskinan nasional, peningkatan konsumsi minimum di bawah 1.400 kkal/kapita/hari, penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI), penanggulangan HIV/AIDS, penyediaan air bersih dan sanitasi di daerah
perdesaan serta disparitas capaian target antar provinsi yang masih lebar.

Kementerian PPN/Bappenas dalam melaksanakan TPB/SDGs bersama dengan Kementerian/Lembaga,


Ormas dan Media, Filantropi dan Pelaku Usaha serta Akademisi dan Pakar perlu merumuskan Rencana
Aksi (Renaksi) TPB/SDGs sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan baik di tingkat nasional
(Rencana Aksi Nasional/RAN) maupun di tingkat daerah (Rencana Aksi Daerah/RAD). Renaksi
TPB/SDGs adalah dokumen rencana kerja 5 (lima) tahunan untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang
secara langsung dan tidak langsung mendukung pencapaian target nasional dan daerah. Dengan renaksi
tersebut diharapkan pihak-pihak terkait ditingkat nasional dan daerah memiliki komitmen dan kejelasan
dalam perencanaan dan penganggaran program, serta kegiatan untuk mencapai sasaran TPB/SDGs.

Untuk memudahkan pelaksanaan dan pemantauan, 17 Tujuan dan 169 target TPB/SDGs dikelompokkan
ke dalam empat pilar yaitu;

 Pilar pembangunan sosial: meliputi Tujuan 1, 2, 3, 4 dan 5


 Pilar pembangunan ekonomi: meliputi Tujuan 7, 8, 9, 10 dan 17
 Pilar pembangunan lingkungan: meliputi Tujuan 6, 11, 12, 13, 14 dan 15
 Pilar pembangunan hukum dan tata kelola: meliputi Tujuan 16
Meskipun terbagi dalam masing-masing pilar, namun dalam pelaksanaan keempat pilar tersebut saling
berkaitan dan saling mendukung seperti digambarkan dalam bagan di bawah ini.

T PB/SDGs memuat 17 Tujuan dan sasaran global tahun 2030 yang dideklarasikan baik oleh negara
maju maupun negara berkembang di Sidang Umum PBB pada September 2015. Penggunaan dan
penyebutan istilah Sustainable Development Goals (SDGs) relatif populer secara global dan telah
disosialisasikan melalui berbagai forum, koordinasi, kegiatan komunikasi, advokasi dan liputan media. Di
tingkat nasional, Kementarian PPN/BAPPENAS bersama Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta para pemangku kepentingan telah secara resmi
menerjemahkan istilah SDGs menjadi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) untuk mewujudkan
kesamaan pemahaman tentang SDGs. Lebih lanjut, aturan kapan harus menggunakan istilah SDGs atau
TPB/SDGs yaitu:
 Istilah Sustainable Deveopment Goals (SDGs) dapat digunakan secara umum dalam segala kegiatan,
dokumen dan materi terkait SDGs, misalnya: sosialisasi, workshop, pelatihan, presentasi, laporan,
wawancara, jumpa pers, siaran, berita, materi cetak, brosur, banner, backdrop, media sosial, video, dan
lain-lain.
 Istilah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Deveopment Goals (TPB/SDGs) lebih
dianjurkan untuk penggunaan pada: kegiatan-kegiatan seperti tersebut di atas, materi, pedoman teknis,
laporan dan dokumen resmi pemerintahan. Secara khusus, tujuan penggunaan TPB/SDGs adalah agar
lebih mudah dipahami terutama oleh pemerintah daerah dan masyarakat yang belum memahami
TPB/SDGs dan terjemahan resmi 17 Tujuannya dalam Bahasa Indonesia.

 KOMPAS.com – Sustainable Development Goals (SDGs) adalah program pembangunan


berkelanjutan yang disusun negara-negara anggota PBB pada 2015 dan diharapkan
tercapai pada 2030. SDGs atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan yang berisi 17 tujuan yang ingin dicapai. Dilansir dari situs
web Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), SDGs merupakan
komitmen bersama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sekaligus tetap
melestarikan lingkungan. SDGs adalah cetak biru bersama yang diadopsi semua negara
anggota PBB untuk perdamaian dan kemakmuran bagi manusia dan planet Bumi. SDGs
memiliki prinsip universal, integrasi dan inklusif, untuk meyakinkan bahwa tidak ada
satupun yang tertinggal atau no one left behind. Baca juga: SDGs: Pengertian, Sejarah,
dan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 17 tujuan SDGs Berikut 17 tujuan dari
SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan beserta penjelasannya. 1. Tanpa
kemiskinan (no poverty) Tujuan nomor satu dari 17 tujuan SDGs adalah mengakhiri
kemiskinan dalam segala bentuk di mana pun atau end poverty in all its forms
everywhere. Tujuan ini menjadi tema pembangunan, agenda utama, dan berkelanjutan
yang melatari berbagai tujuan pembangunan lainnya seperti infrastruktur, pariwisata,
pangan dan energi dan lain-lain. 2. Tanpa kelaparan (zero hunger) Tujuan nomor dua
dari 17 tujuan SDGs adalah mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan,
memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. Kelaparan
disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan kronis. Dalam jangka panjang,
kelaparan kronis berakibat buruk pada derajat kesehatan masyarakat dan menyebabkan
tingginya pengeluaran masyarakat untuk kesehatan. 3. Kehidupan sehat dan sejahtera
(good health and well-being) Tujuan nomor tiga dari 17 tujuan SDGs adalah menjamin
kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.
Fokus dari tujuan ini mencakup berbagai hal mulai dari menjamin gizi masyarakat, sistem
kesehatan nasional, akses kesehatan dan reproduksi, keluarga berencana (KB), serta
sanitasi dan air bersih. Baca juga: Indonesia Peringkat 5 Pencapaian SDGs Kawasan
Asia Tenggara, Masih di Bawah Malaysia 4. Pendidikan berkualitas (quality education)
Tujuan nomor empat dari 17 tujuan SDGs adalah pendidikan yang berkualitas dengan
menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan
kesempatan belajar seumur hidup untuk semua orang. Peningkatan pendidikan akan
memacu pencapaian terhadap tujuan dan sasaran lainnya dalam 17 poin SDGs,
terutama untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia. 5. Kesetaraan gender
(gender equality) Tujuan nomor lima dari 17 tujuan SDGs adalah mencapai kesetaraan
gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan. Kesetaraan
gender akan memperkuat kemampuan negara untuk berkembang, mengurangi
kemiskinan, dan memerintah secara efektif. 6. Air bersih dan sanitasi layak (clean water
and sanitation) Tujuan nomor enam dari 17 tujuan SDGs adalah menjamin ketersediaan
dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua orang. Air bersih dan
sanitasi layak adalah kebutuhan dasar manusia. Baca juga: Deadline 2030, Baru 12
Persen Target SDGs Sesuai Jalur 7. Energi bersih dan terjangkau (affordable and clean
energy) Tujuan nomor tujuh dari 17 tujuan SDGs adalah enjamin akses ke energi yang
terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua. Energi dan cara
menggunakannya harus efisien, berkelanjutan dan sebisa mungkin terbarukan. 8.
Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (decent work and economic growth) Tujuan
nomor delapan dari 17 tujuan SDGs adalah mempromosikan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan, inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja penuh dan produktif,
serta pekerjaan yang layak untuk semua. 9. Industri, inovasi dan infrastruktur (industry,
innovation and infrastructure) Tujuan nomor sembilan dari 17 tujuan SDGs adalah
membangun infrastruktur yang tangguh, mempromosikan industrialisasi yang inklusif dan
berkelanjutan, serta mendorong inovasi. Investasi berkelanjutan dalam infrastruktur dan
inovasi adalah penggerak penting pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Baca juga:
Bina UMKM, Forseaa Realisasikan Tujuan SDGs Kikis Kesenjangan 10. Berkurangnya
kesenjangan (reduced inequality) Tujuan nomor 10 dari 17 tujuan SDGs adalah
mengurangi ketimpangan di dalam negara dan di antara negara-negara di dunia. Saat
ini, kesenjangan pendapatan adalah masalah global yang membutuhkan solusi.
Diperlukan pendekatan terpadu untuk memecahkan masalah ini. 11. Kota dan
permukiman yang berkelanjutan (sustainable cities and communities) Tujuan nomor 11
dari 17 tujuan SDGs adalah membuat perkotaan dan permukiman manusia menjadi
inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Menciptakan kota yang aman dan
berkelanjutan adalah tujuan utama. Sekaligus melibatkan investasi pada transportasi
umum, menciptakan ruang hijau bagi publik, dan meningkatkan perencanaan dan
pengaturan perkotaan yang inklusif. 12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
(responsible consumption and production) Tujuan nomor 12 dari 17 tujuan SDGs adalah
enjamin pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Mencapai pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan berkelanjutan berarti harus menyadari pentingnya
pengurangan jejak ekologi dengan mengubah cara produksi, konsumsi makanan, dan
sumber daya lainnya. Baca juga: UI Raih Pendanaan Rp 5 Miliar untuk Proyek
Kolaborasi SDGs 13. Penanganan perubahan iklim (climate action) Tujuan nomor 13 dari
17 tujuan SDGs adalah mengambil tindakan sesegera mungkin untuk memerangi
perubahan iklim dan dampaknya. Tidak ada satu pun negara di dunia yang tidak
mengalami dampak dari perubahan iklim. Emisi gas rumah kaca terus meningkat dan
pemanasan global mengakibatkan perubahan berkepanjangan pada iklim global. 14.
Ekosistem lautan (life below water) Tujuan nomor 14 dari 17 tujuan SDGs adalah
melestarikan dan memanfaatkan samudra, laut, dan sumber daya laut secara
berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan. Segala sesuatu di samudra dan lautan
adalah penggerak sistem global yang membuat Bumi bisa dihuni oleh manusia. Cara
mengelola samudra dan lautan sangat penting bagi kehidupan manusia secara
keseluruhan. 15. Ekosistem daratan (life on land) Tujuan nomor 15 dari 17 tujuan SDGs
adalah melindungi, merestorasi dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem
daratan. Selain itu mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan,
memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati.
Baca juga: Dukung SDGs, Kalbis Institute Gelar Program MM in Sustainable
Development 16. Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh (peace, justice,
and strong institutions) Tujuan nomor 16 dari 17 tujuan SDGs adalah menguatkan
masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan
keadilan untuk semua, dan membangun akses kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan
inklusif di semua tingkatan. 17. Kemitraan untuk mencapai tujuan (partnerships for the
goals) Tujuan terakhir dari 17 tujuan SDGs adalah kerja sama global untuk mencapai
tujuan berkelanjutan. Tujuan ini membidik penguatan kerjasama Dunia Utara dengan
Dunia Selatan dan Dunia Selatan dengan Dunia Selatan lewat mendukung rencana
nasional untuk mencapai target. Baca juga: Dukung SDGs, Kalbis Institute Gelar
Program MM in SustainableDevelopment:

SDGS KESEHATAN :
Program SDGS Kesehatan adalah :
Program yang diusung untuk mewujudkan SDGs dalam bidang kesehatan adalah Program
Indonesia Sehat dengan 3 pilar yakni paradigma sehat, pelayanan kesehatan dan jaminan
kesehatan nasional.

Seluruh isu kesehatan dalam SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan yakni tujuan nomor 3,
yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala
usia. Terdapat 38 target SDGs di sektor kesehatan yang perlu diwujudkan. Selain permasalahan
yang belum tuntas ditangani diantaranya yaitu upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB), pengendalian penyakit HIV/AIDS, TB, Malaria serta peningkatan
akses kesehatan reproduksi (termasuk KB), terdapat hal-hal baru yang menjadi perhatian, yaitu:
1) Kematian akibat penyakit tidak menular (PTM); 2) Penyalahgunaan narkotika dan alkohol; 3)
Kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas; 4) Universal Health Coverage; 5) Kontaminasi
dan polusi air, udara dan tanah; serta penanganan krisis dan kegawatdaruratan.

Fokus dari seluruh target tersebut antara lain gizi masyarakat, sistem kesehatan nasional, akses
kesehatan dan reproduksi, Keluarga Berencana (KB), serta sanitasi dan air bersih.

Pembangunan sektor kesehatan untuk SDGs sangat tergantung kepada peran aktif seluruh
pemangku kepentingan baik pemerintah pusat dan daerah, parlemen, dunia usaha, media massa,
lembaga sosial kemasyarakatan, organisasi profesi dan akademisi, mitra pembangunan serta
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Tantangan terbesar dalam pelaksanaan agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia adalah
reformulasi konsep pembangunan yang terintegrasi dan penempatan kesehatan sebagai satu
rangkaian proses manajemen pembangunan yang meliputi input, process, output, outcome dan
impact pembangunan serta memahamkan bersama akan substansi pembangunan kesehatan yang
harus dilaksanakan bersama di era desentralisasi dan demokratisasi saat ini.

Program yang diusung untuk mewujudkan SDGs dalam bidang kesehatan adalah Program
Indonesia Sehat dengan 3 pilar yakni paradigma sehat, pelayanan kesehatan dan jaminan
kesehatan nasional.

 Paradigma sehat merupakan sebuah pendekatan yang mengedepankan konsep promotif dan
preventif dalam pelayanan kesehatan dan menempatkan kesehatan sebagai input dari sebuah
proses pembangunan.
 Pelayanan kesehatan yang dilakukan dan diarahkan untuk peningkatan Akses dan mutu
pelayanan. Dalam hal pelayanan kesehatan primer diarahkan untuk upaya pelayanan promotif
dan preventif, melalui pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan
baik dalam tatanan tata kelola klinis, tata kelola manajemen dan tata kelola program.
 Jaminan Kesehatan Nasional, negara bertekad untuk menjamin seluruh penduduk dan warga
negara asing yang tinggal di Indonesia dalam pelayanan kesehatannya.

3.1 Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran
hidup.

3.2 Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh
negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH (Kelahiran
Hidup) dan Angka Kematian Balita 25 per 1000.

3.3 Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis yang
terabaikan, dan memerangi hepatitis, penyakit bersumber air, serta penyakit menular lainnya.

3.4 Pada tahun 2030, mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit tidak menular,
melalui pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan.

3.5 Memperkuat pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan zat, termasuk penyalahgunaan narkotika dan
penggunaan alkohol yang membahayakan.

3.6 Pada tahun 2020, mengurangi hingga setengah jumlah kematian global dan cedera dari kecelakaan lalu
lintas.

3.7 Pada tahun 2030, menjamin akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi,
termasuk keluarga berencana, informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke dalam
strategi dan program nasional.

3.8 Mencapai cakupan kesehatan universal, termasuk perlindungan risiko keuangan, akses terhadap
pelayanan kesehatan dasar yang baik, dan akses terhadap obat- obatan dan vaksin dasar yang aman, efektif,
berkualitas, dan terjangkau bagi semua orang.
3.9 Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumlah kematian dan kesakitan akibat bahan kimia
berbahaya, serta polusi dan kontaminasi udara, air, dan tanah.

3.a Memperkuat pelaksanaan the Framework Convention on Tobacco Control WHO di seluruh negara
sebagai langkah yang tepat.
3.b Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin dan obat penyakit menular dan tidak menular yang
terutama berpengaruh terhadap negara berkembang, menyediakan akses terhadap obat dan vaksin dasar
yang terjangkau, sesuai the Doha Declaration tentang the TRIPS Agreement and Public Health, yang
menegaskan hak negara berkembang untuk menggunakan secara penuh ketentuan dalam Kesepakatan atas
Aspek-Aspek Perdagangan dari Hak Kekayaan Intelektual terkait keleluasaan untuk melindungi kesehatan
masyarakat, dan khususnya, menyediakan akses obat bagi semua.
3.c Meningkatkan secara signifikan pembiayaan kesehatan dan rekrutmen, pengembangan, pelatihan, dan
retensi tenaga kesehatan di negara berkembang, khususnya negara kurang berkembang, dan negara
berkembang pulau kecil.

3.d Memperkuat kapasitas semua negara, khususnya negara berkembang tentang peringatan dini,
pengurangan risiko dan manajemen risiko kesehatan nasional dan global.

SKN ( SISTEM KESEHATAN NASIONAL)


 Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya deraja kesehatan masyarakat seting-
tingginya (Perpres no. 72 tentang Sistem Kesehatan Nasional). Banyak tantangan
yang dihadapi dalam membangun sistem kesehatan yang kuat dan handal,
diantaranya kurangnya tenaga kesehatan, kurangnya koordinasi antar lembaga dan
pembiayaan pelayanan kesehatan yang tidak memadai. SKN yang lemah sangat
berbahaya ketika diperhadapkan dengan kondisi tidak normal (bencana dan krisis
kesehatan). Kebijakan dari SKN ini telah banyak melakukan perubahan, salah
satunya dalam hal perubahan sub sistem upaya kesehatan dan pembiayaan
kesehatan. Namun demikian, permasalahan kesehatan yang terus berkembang
menuntut SKN menjadi suatu tatanan yang kuat dalam pembangunan kesehatan.
Penguatan SKN harus mampu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat baik
dalam kondisi normal dan kondisi tidak normal. Laman ini akan menampilkan sub
sistem kesehatan nasional, peraturan, buku, dan jurnal terkait sistem kesehatan
nasional.

 PMK NO 75 TAHUN 2019 TENTANG PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN


 Apa saja program SKN?
SKN sebagaimana telah disebutkan sebelumnya terdiri dari enam subsistem,
yaitu: Upaya kesehatan; Pembiayaan kesehatan; Sumberdaya Manusia
kesehatan; Obat dan perbekalan Kesehatan; Pemberdayaan masyarakat;
Manajemen kesehatan.
 B. DASAR SKN Dalam penyelenggaraan, SKN perlu mengacu pada dasardasar
sebagai berikut: 1. Hak Asasi Manusia (HAM) Sesuai dengan tujuan
pembangunan nasional dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu untuk
meningkatkan kecerdasan bangsa dan kesejahteraan rakyat,

UNDANG UNDANG KESEHATAN :

 UU N0 17 TH 2023 – KESEHATAN : Undang-Undang ini mengatur tentang


kesehatan dengan menetapkan batasan istilah yang digunakan
dalam pengaturannya. UU ini berisi mengenai ketentuan umum, hak
dan kewajiban, tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, penyelenggaraan kesehatan, upaya kesehatan, fasilitas
pelayanan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, perbekalan
kesehatan, ketahanan kefarmasian dan alat kesehatan, teknologi
kesehatan, sistem informasi kesehatan, kejadian luar biasa dan
wabah, pendanaan kesehatan, koordinasi dan sinkronisasi
penguatan sistem kesehatan, partisipasi masyarakat, pembinaan
dan pengawasan, penyidikan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan
dan ketentuan penutup. Pada tanggal 8 Agustus 2023, Presiden RI akhirnya
menandatangani Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan yang
telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR pada tanggal 11 Juli 2023.

 Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang apa Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini


yang dimaksud dengan: 1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah. UUD 36 thn
2009 ttg Kesehatan

Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat
kesehatan. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup - Badan Standardisasi Instrumen LHK
KEBIJAKAN JKN ( JAMINAN KESEHATAN NASIONAL )
 Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mendukung rumah sakit sebagai
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut untuk menyesuaikan standar pelayanan
yang ditetapkan pemerintah mulai dari prosedur administrasi yang jelas dan mudah,
ketersediaan obat dan peralatan medis, serta pelayanan sesuai standar.
 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia dimulai sejak
1 Januari tahun 2014. JKN mempunyai tujuan yang terkait
keadilan kesehatan. UU SJSN No. 40 Tahun (2014) Pasal 2
menyatakan bahwa kebijakan ini mempunyai tujuan untuk
meningkatkan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Dengan
sistem pembayaran klaim untuk pelayanan kesehatan rujukan
dalam JKN, maka ada berbagai isu penting yang akan
mengakibatkan terjadinya kegagalan penyeimbangan fasilitas
dan SDM kesehatan. Dikhawatirkan tujuan JKN untuk
pemberian pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia
akan gagal tercapai. Pada tahun 2014, Pusat Kebijakan dan
Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM melakukan penelitian
untuk monitoring awal pelaksanaan JKN. Penelitian ini
merupakan awal dari penelitian monitoring yang akan berjalan
dari tahun 2014 sampai dengan 2019. Ada beberapa
pertanyaan kritis yang terkait dengan kebijakan JKN adalah:

1. apakah masyarakat di daerah dengan ketersediaan fasilitas


kesehatan dan SDM dokter dan dokter spesialis yang belum
memadai akan mendapatkan manfaat JKN seperti daerah lain yang
lebih baik?;
2. dalam kondisi Indonesia yang sangat bervariasi apakah JKN yang
mempunyai ciri sentralistis dengan peraturan yang relatif seragam
dapat mencapai tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia?;
3. apakah dana pemerintah yang dianggarkan untuk Penerima Bantuan
Iuran (PBI) dapat mencapai sasarannya.

Berdasarkan data sekunder yang dikumpulkan di level propinsi pada


bulan April 2014, propinsi-propinsi ini dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian: (1) kelompok yang sudah maju dan (2) kelompok yang
belum maju.

 UU NO 82 TH 2018 – JAMINAN KESEHATAN


 Kegiatan Sosialisasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2023
tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan.
 5 program dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional yaitu Jaminan Kesehatan,
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan
Kematian.
 Permenkes No 12 Tahun 2013 Tentang apa? PERATURAN PRESIDEN
TENTANG JAMINAN KESEHATAN. perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
 Jaminan Kesehatan Nasional/JKN bertujuan untuk melindungi seluruh penduduk
Indonesia dalam sistem jaminan, sehingga pemerintah dapat memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat yang layak, untuk mendukung kebijakan tersebut
membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial/BPJS Kesehatan.
 Perbedaan KIS dan BPJS selanjutnya yaitu terkait pembayaran iuran. Bagi
peserta KIS, tidak perlu melakukan pembayaran iuran setiap bulannya karena sudah
ditanggung oleh pemerintah. Berbeda dengan BPJS yang mengharuskan pesertanya
membayar iuran setiap bulan sesuai kelas Faskes yang didaftarkan.
 Apa itu JKN dan BPJS dan apa bedanya?
Dari masing-masing definisi ini maka bisa disimpulkan bahwa perbedaan
diantara keduanya ini adalah bahwa JKN merupakan nama programnya,
sedangkan BPJS merupakan badan penyelenggaranya yang kinerjanya nanti
diawasi oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional).

 Manfaat jaminan kesehatan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif,


rehabilitatif, pelayanan obat, bahan medis habis pakai sesuai dengan indikasi medis
yang diperlukan,” tambahnya.
 Kebijakan Kesehatan. Segala arah tindakan yang mempengaruhi tatanan
kelembagaan, organisasi, layanan dan aturan dalam pembiayaan dalam
sistem kesehatan.
KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS & PELAYANAN MINIMAL

 Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada SPM Bidang Kesehatan meliputi: 1.
standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa; 2. standar jumlah dan kualitas
personel/sumber daya manusia kesehatan; dan 3. petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan
standar, untuk setiap jenis pelayanan dasar pada SPM bidang Kesehatan, baik di tingkat
Pemerintah Daerah Provinsi, maupun di tingkat Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
 Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan adalah merupakan ketentuan mengenai
jenis dan mutu pelayanan dasar minimal bidang kesehatan yang merupakan urusan
pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara.
 Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai Jenis dan Mutu
Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak
diperoleh setiap Warga Negara secara minimal. Sebagian substansi Pelayanan
Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
ditetapkan sebagai SPM.
 Apa saja yang termasuk dalam standar pelayanan minimal?
(1) Jenis SPM terdiri atas SPM: a. pendidikan; b. kesehatan; c. pekerjaan
umum; d. perumahan rakyat; e. ketenteraman, ketertiban umum, dan
pelindungan masyarakat; dan f. sosial.
 Bagaimana penerapan SPM? penerapan SPM adalah
pelaksanaan SPM yang dimulai dari tahapan pengumpulan data,
penghitungan kebutuhan pemenuhan Pelayanan Dasar, penyusunan rencana
pemenuhan Pelayanan Dasar dan pelaksanaan pemenuhan Pelayanan
Dasar.
 Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai
kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam
rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan teratur.

 Kebijakan apakah yang mengatur Puskesmas? Keputusan Menteri


Kesehatan Nomor 1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas, sepanjang yang
mengatur mengenai persyaratan lokasi Puskesmas, persyaratan
bangunan Puskesmas, dan prasarana Puskesmas.

PROGRAM CERDIK

 CERDIK adalah singkatan dari Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan rokok,
Rajin melakukan aktivitas fisik (olah raga), Diet dengan makanan
seimbang,istirahat cukup, kelola stress

PROGRAM KESELAMATAN PX :

 Dijelaskan, penerapan SKP ini dilakukan dengan landasan Undang-undang


Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
 Selain itu, juga berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
 Dalam ketentuan yang diatur dalam Permenkes tersebut, terdapat klausul
yang mengharuskan setiap rumah sakit menerapkan standar keselamatan
pasien.
Sasaran keselamatan pasien dimaksud mencakup 6 kriteria SKP, yaitu:

1. Kepatuhan Identifikasi Pasien. Elemen penilaian SKP 1 meliputi :


 Pasien diidentifikasi menggunakan empat identitas yang mencakup nama lengkap,
tanggal lahir, nomor rekam medis dan nomor induk kependudukan (NIK).
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
 Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan.
 Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi.
2. Peningkatan Komunikasi Efektif. Dikatakan efektif, apabila pesan tersampaikan
dan dipahami serta tidak terdapat miskomunikasi pada saat melakukan
perintah/tindakan.
Untuk mencapai SKP 2 ini, dibutuhkan tiga sasaran yang harus dipenuhi/lalui, yakni:
1. Adanya konsultasi antara perawat dengan dokter.
2. Bila nilai kritis keluar segera dilakukan tindakan.
3. Timbang terima atau pertukaran shift.
3. Kewaspadaan Terhadap Obat High-Alert. Ada 3 jenis obat berisiko tinggi yang
pemberiannya tidak boleh terjadi kesalahan, karena bisa berakibat fatal. Obat
kategori high alert tersebut adalah:
1. Obat untuk pasien jantung, anastesi, insulin dan obat berisiko tinggi lainnya.
2. Obat dengan penamaan hampir sama dan rupa obat hampir sama, namun memiliki
kegunaan medis berbeda.
Obat identik dengan manfaat medis berbeda ini jika salah penggunaan pada pasien
bisa berbahaya.
3. Ketiga, elektrolit konsentrat pekat atau obat konsentrasi tinggi, maka pemberian obat
ini harus tepat dan benar untuk menghindari kejadian fatal ke pasien.
Bentuk pelaksanaan SKP 3 di antaranya, melakukan double check di lapangan yang
melibatkan beberapa orang untuk menghindari kesalahan.
Double check ini meliputi 5 benar, yakni benar obat, benar pasien, benar dosis,
benar cara dan benar waktu pemberian.
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi. Maksudnya,
setiap pasien yang akan mengalami tindakan pembedahan dipastikan harus sesuai
dengan hal-hal diatas.
Dan untuk mencapai hal tersebut, praktik yang dilakukan di lapangan mencakup
pemberian tanda yang telah disepakati saat praoperasi dan semua dokumen serta
peralatan yang digunakan tersedia, tepat dan fungsional.
Cara lain yang dilakukan, tim operasi lengkap menerapkan dan mencatat prosedur
sebelum insisi/time out tepat sebelum dilakukan tindakan.
Pada saat tindakan pembedahan dilakukan ceklist ulang, biasanya dilakukan oleh
dokter operator, dokter anastesi, perawat sekuler dan pihak yang terlibat
pembedahan saling bekerja sama untuk menghindari kesalahan.
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan. Penerapannya
adalah dengan melakukan hand hygiene yang efektif dengan enam langkah cuci
tangan yang baik dan benar.
6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh. Hal yang dilakukan meliputi skrining dan
kajian awal seperti melihat risiko jatuh kategori sedang atau tinggi

Tujuh Langkah Keselamatan Pasien :


 Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
 Memimpin dan mendukung staf.
 Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko.
 Mengembangkan sistem pelaporan.
 Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
 Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.

Apakah dasar hukum keselamatan pasien?


Keselamatan pasien telah di atur dalam undang-undang seperti Undang-Undang
nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Permenkes 1691 / VIII / 2011
Tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit, Dan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien dan Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 Tentang KESEHATAN. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
dengan: 1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Definisi

Adalah tim yang bertanggung jawab pada sistem keselamatan pasien yang
memuat asuhan pasien lebih aman , meliputi :assestmen risiko,identifikasi
dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil

Referensi

1. Permenkes No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan pasien


2. Pedoman Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko
3. SK Kepala Puskesmas Godean I tentang Tim Keselamatan Pasien
SRUKTUR ORGANISASI TIM KESELAMATAN PASIEN

Tujuh Standar Keselamatan pasien

 Hak pasien
 Mendidik pasien dan keluarga
 Keselamatan pasien dan berkesinambungan pelayanan
 Penggunaan metode metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
 Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
 Mendidik staf tentang keselamatan pasien
 Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
Enam Sasaran Keselamatan Pasien

 Mengidentifikasi pasien dengan benar


 Meningkatkan komunikasi yang efektif
 Meningkatkan keamanan obat obatan yang harus diwaspadai
 Memastikan lokasi pembedahan yang benar ,prosedur yang benar ,
pembedahan pada pasien yang benar
 Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
 Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien


 Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien
 Memimpin dan mendukung staf
 Mengintegrasikan aktifitas pengelolaan risiko
 Mengembangkan sistem pelaporan
 Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
 Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
Menerapkan solusi solusiuntuk mencegah cederaDefinisi

Adalah tim yang bertanggung jawab pada sistem keselamatan pasien yang
memuat asuhan pasien lebih aman , meliputi :assestmen risiko,identifikasi
dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil

Referensi

1. Permenkes No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan pasien


2. Pedoman Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko
3. SK Kepala Puskesmas Godean I tentang Tim Keselamatan Pasien

SRUKTUR ORGANISASI TIM KESELAMATAN PASIEN


Ruang Lingkup

Tujuh Standar Keselamatan pasien

 Hak pasien
 Mendidik pasien dan keluarga
 Keselamatan pasien dan berkesinambungan pelayanan
 Penggunaan metode metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
 Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
 Mendidik staf tentang keselamatan pasien
 Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
Enam Sasaran Keselamatan Pasien

 Mengidentifikasi pasien dengan benar


 Meningkatkan komunikasi yang efektif
 Meningkatkan keamanan obat obatan yang harus diwaspadai
 Memastikan lokasi pembedahan yang benar ,prosedur yang benar ,
pembedahan pada pasien yang benar
 Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
 Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien

 Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien


 Memimpin dan mendukung staf
 Mengintegrasikan aktifitas pengelolaan risiko
 Mengembangkan sistem pelaporan
 Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
 Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
 Menerapkan solusi solusiuntuk mencegah cedera

Anda mungkin juga menyukai