Anda di halaman 1dari 4

Latar Belakang

Pada september 2015, PBB mengeluarkan sebuah program ,yaitu Suistainable Development
Goals  (SDGs) atau tujuan pembangunan  berkelanjutan.  berkelanjutan. Program ini merupakan
s Program ini merupakan strategi dunia untuk mengat trategi dunia untuk mengatasi masalah asi
masalah yang ada hingga tahun 2030 (undp.org, 2019). Salah satu programnya ialah
pembangunan infrastruktur, industri, dan mendorong inovasi. Indonesia saat ini saat ini   belum
dapat memenuhi target yang ditetapkan yang ditetapkan PBB, banyak sekali infrastruktur yang
belum layak bagi masyarakat, mulai dari jalanan, akses ke sekolah dan ke  puskesmas,
kurangnya air bersih, infrasturukutur maritim, jalur perdagangan perdagangan darat, internet,
listrik, dan masih banyak lagi.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) adalah
pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara
berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat,
pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin
keadilan dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu
generasi ke generasi berikutnya. TPB/SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam
upaya untuk menyejahterakan masyarakat mencakup 17 tujuan yaitu (1) Tanpa Kemiskinan; (2)
Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan
Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan
Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya
Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang
Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem
Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk
Mencapai Tujuan.
Upaya pencapaian target TPB/SDGs menjadi prioritas pembangunan nasional, yang memerlukan
sinergi kebijakan perencanaan di tingkat nasional dan di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota. Target-target TPB/SDGs di tingkat nasional telah sejalan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dalam bentuk program, kegiatan
dan indikator yang terukur serta indikasi dukungan pembiayaannya. TPB/SDGs merupakan
penyempurnaan dari Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
yang lebih komprehensif dengan melibatkan lebih banyak negara baik negara maju maupun
berkembang, memperluas sumber pendanaan, menekankan pada hak asasi manusia, inklusif
dengan pelibatan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dan media, Filantropi dan Pelaku Usaha,
serta Akademisi dan Pakar. Indonesia telah berhasil mencapai sebagian besar target MDGs
Indonesia yaitu 49 dari 67 indikator MDGs, namun demikian masih terdapat beberapa indikator
yang harus dilanjutkan dalam pelaksanaan TPB/SDGs. Beberapa indikator yang harus
dilanjutkan tersebut antara lain penurunan angka kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan
nasional, peningkatan konsumsi minimum di bawah 1.400 kkal/kapita/hari, penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI), penanggulangan HIV/AIDS, penyediaan air bersih dan sanitasi di daerah
perdesaan serta disparitas capaian target antar provinsi yang masih lebar.
Konsep Sustainable Development atau Pembangunan Berkelanjutan pertama kalidiperkenalkan
sebagai tujuan sosial pada konferensi pertama PBB dalam bidangLingkungan Hidup di
Stockholm pada tahun 1972. Latar belakang diadakan konferensitersebut dipicu oleh
kekhawatiran global akan kemiskinan yang berlarut-larut danmeningkatnya ketidakadilan sosial,
ditambah dengan kebutuhan pangan dan masalahlingkungan global serta kesadaran bahwa
ketersedian sumber daya alam untukmendukung pembangunan ekonomi amatlah terbatas.
Dengan memahami konsep dan tujuan Pembangunan Berkelanjutan, diyakinibahwa
keberlangsungan hidup manusia dan kesejahteraan sosial, ekonomi danlingkungan masyarakat
akan terus terjaga dalam kurun waktu yang lama dan berkelanjutan.
PB/SDGs memuat 17 Tujuan dan sasaran global tahun 2030 yang dideklarasikan baik oleh
negara maju maupun negara berkembang di Sidang Umum PBB pada September 2015.
Penggunaan dan penyebutan istilah Sustainable Development Goals (SDGs) relatif populer
secara global dan telah disosialisasikan melalui berbagai forum, koordinasi, kegiatan
komunikasi, advokasi dan liputan media. Di tingkat nasional, Kementarian PPN/BAPPENAS
bersama Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
serta para pemangku kepentingan telah secara resmi menerjemahkan istilah SDGs menjadi
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) untuk mewujudkan kesamaan pemahaman tentang
SDGs.

Pada makalah kali ini kami akan membahas tentang tujuan ke 9 dari SDGs yaitu Industri, Inovasi
dan Infrastruktur. Tujuan 9 bertujuan untuk membangun infrastruktur yang tangguh,
meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi. Target-target dari
Tujuan 9 meliputi pengembangan infrastruktur yang berkualitas, andal, berkelanjutan dan
tangguh, mempromosikan industrialisasi inklusif dan berkelanjutan dan meningkatkan proporsi
industri dalam lapangan kerja dan produk domestik bruto, meningkatkan akses industri dan
perusahaan skala kecil terhadap jasa keuangan, meningkatkan infrastruktur dan retrofit industri
agar dapat berkelanjutan, memperkuat riset ilmiah, meningkatkan kapabilitas teknologi sektor
industri, mendorong inovasi, dan meningkatkan akses terhadap teknologi informasi dan
komunikasi, serta mengusahakan penyediaan akses universal dan terjangkau internet.

Simpulan

Indonesia belum dapat mencapai target dari Suistainable Development Goals (SDG’s) atau
tujuan pembangunan  berkelanjutan. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa daerah di Indonesia
yang belum mendapatkan akses listrik bahkan internet yang layak, kondisi jalanan yang buruk
yang dapat menghambat perkembangan industri di beberapa daerah di Indonesia, juga minimnya
lulusan tenaga kerja dari perguruan tinggi dapat menunjukan sedikitnya inovasi baru yang
dikeluarkan. Infrastruktur yang kurang memadai bukan hanya menggangu aktivitas masyarakat
melainkan juga mempengaruhi industri di Indonesia. Infrastruktur sangat mendukung industri,
sebagai akses perdagangan untuk menjual hasil  produksi  produksi ke pasar. Infrastruktur
Infrastruktur yang tidak memadai memadai bagi industri industri dapat menggangu efektivitas
produksi dan investasi di Indonesia sehingga menyebabkan pendapatan negara menyebabkan
pendapatan negara berkurang. Kurang berkurang. Kurang ratanya ratanya infrastruktur
infrastruktur di indonesia merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi indonesia, hal ini
karena indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas. Pembangunan infrastruktur
yang lebih berfokus pada pusat industri menyebabkan sebagian daerah tertinggal dan hal ini
tidak adil untuk masyarakat Indonesia yang memegang pancasila sebagai ideologi negara.
Maka dari itu, bila rakyat diposisikan sebagai subjek yang memiliki seperangkat hak yang harus
dipenuhi dan diberikan kuasa untuk memikirkan, menyusun, merencanakan, dan memutuskan
apa yang seharusnya dilakukan dalam mecapai target dan tujuan dalam proses pembangunan.
Tujuan pembangunan berkelanjutan bukanlah sesuatu yang taken for granted yang serta merta
harus diikuti tanpa pernah memikirkan bagaimana dampak dan kontribusinya bagi rakyat
banyak. Pada intinya proses pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan pada tiga komponen
yakni sosial, lingkungan, dan ekonomi yang saling terhubung. Tercapainya tujuan dan target
SDGs yang akan berlaku mulai tahun 2015 dan akan ditargetkan akan tercapai pada 2030
merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan membutuhkan upaya yang serius dari pemerintah.
Selain itu, upaya serius dari pemerintah belumlah cukup bila tidak ada dukungan dari berbagai
pihak yang menyokong terlaksananya tujuan tersebut. Partisipasi berbagai pihak dibutuhkan
dalam upaya memberikan kontribusi yang positif bagi pembangunan berkelanjutan. Pemerintah
perlu merangkul pihak lain seperti organisasi masyarakat sipil (NGO), masyarakat, pelaku usaha,
hingga kaum muda dalam berpatisipasi dan memberikan kontribusi sesuai dengan kapabilitas
masing-masing. Karena, tujuan utama digagasnya pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana
pembangunan yang mendatangkan kesejahteraan dapat dipertahankan untuk masa depan atau
generasi mendatang.

Saran
Upaya yang dilakukan masyarakat untuk menyokong kemajuan infrastruktur adalah dengan
kegiatan swadaya masyarakat. Lembaga keswadayaan masyarakat atau yang disebut lembaga
kemasyarakatan dibentuk oleh masyarakat di setiap desa/kelurahan itu sendiri untuk bertanggung
jawab atas  pengorganisasian,perencanaan  pengorganisasian, perencanaan (inovasi), dan
pengelolaan dalam membangun membangun infrastruktur.
Upaya pemerintah yang disampaikan Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara
pada Seminar berjudul "1st Annual Islamic Finance Conference/Forum on Sukuk for
Infrastructure Development” di Jakarta Convention Center pada Selasa (17/05).adalah
1. Pemerintah telah berupaya mengalokasikan anggaran untuk belanja modal di sektor BUMN.
2. Dengan mengajak perusahaan swasta untuk membangun infrastruktur, baik melalui skema
Public-Private Partnership (PPP/Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha) atau murni swasta.
Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia, yang selama ini lebih berorientasi pada
paradigma pertumbuhan, dengan karakteristik berupa memperluas pengembangan teknologi dan
pembangunan infrastruktural dalam meningkatkan produksi (prinsisp produktivitas), pada
kenyataannya telah gagal mewujudkan trickle down effect development, dan menimbulkan
kesenjangan antara yang kaya dan miskin, ketidakadilan dalam penguasaan dan akses dalam
bidang ekonomi atau monopoli dan oligopoli ekonomi serta pemerataan hasil pembangunan.
Dengan kata lain, timbulnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang mengarah pada
permasalahan politik. Kegagalan tersebut mengilhami timbulnya paradigm kesejahteraan, yang
menjanjikan kesejahteraan dan keadilan, serta cenderung memandang rakyat sebagai objek
alamiah melalui charity strategy, pendekatan patronizing, asuk danproteksi .
Dalam kenyataannya, pada pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan
tersebut masih melekat bahwa rakyat dipandang sebagai objek pembangunan, bukan sebagai
subjek pembangunan. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi sangat bergantung kepada
pemerintah dalam melindungi, menyelamatkan, dan menyejahterakan kehidupan mereka. Hal ini
akan memperlemah daya juang rakyat dalam memecahkan permasalahannya ataupun
menumbuhkan partisipasi dalam pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan masyarakat di
mana pun juga bukan semata-mata merupakan suatu bentuk usaha pemerintah, tatapi pada
hakekatnya merupakan sikap dan sistem kerja baru untuk membina suatu masyarakat.
Sumber:
https://www.undp.org/sustainable-development-goals

https://sdgs.bappenas.go.id/sekilas-sdgs/
Ngoyo, M. F. (2015). Mengawal sustainable development goals (SDGs); meluruskan orientasi
pembangunan yang berkeadilan. SOSIORELIGIUS: JURNAL ILMIAH SOSIOLOGI
AGAMA, 1(1). https://doi.org/10.24252/sosioreligius.v1i1.4525

Anda mungkin juga menyukai