Anda di halaman 1dari 19

Kondisi Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas : Tantangan Dalam

Mewujudkan Sustainable Development Goals

Winsherly Tan
Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam
winsherly@uib.ac.id

Submit: 02-10-2020; Review: 01-06-2021; Terbit: 10-06-20121

Abstract
Sustainable development or commonly called Sustainable Development Goals
(SDGs) is a goal achieved by many countries, including Indonesia. One of the
goals of the SDGs is to create jobs for all parties without exception. Then the
principle used in the SDGs is "no one leaves". This is a challenge for the
Indonesian state to create jobs for all, including people with disabilities.
However, the data shows that the workforce for people with disabilities is still
low. The purpose of this research is to analyze the implementation of the right to
work for persons with disabilities in Indonesia. The research method used in this
research is normative juridical. The type of data used is secondary data which
consists of primary legal material, namely the 1945 Constitution and Law Number
8 of 2016 concerning Persons with Disabilities and uses the Law Effectiveness
Theory from Soerjono Soekanto. The results of this study indicate that the
implementation of the fulfillment of the right to work for persons with disabilities
has increased quite well from 2016 to 2020, but it is still not optimal and effective
due to several factors, including legal factors, law enforcement, society and
culture.

Keywords: SDGs, Disabilities, Rights to Work.

Abstrak
Pembangunan berkelanjutan atau biasa disebut dengan Sustainable
Development Goals (SDGs) merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh banyak
negara termasuk Indonesia. Salah satu tujuan dari SDGs adalah untuk
menciptakan lapangan pekerjaan bagi semua pihak tanpa terkecuali. Kemudian
prinsip yang digunakan dalam SDGs adalah “no one leave behind”. Hal ini
menjadi tantangan bagi negara Indonesia untuk menciptakan lapangan pekerjaan
untuk semua termasuk kaum penyandang disabilitas. Namun, data menunjukkan
bahwa angka tenaga kerja penyandang disabilitas masih tergolong rendah. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis pelaksanaan pemenuhan hak bekerja bagi
penyandang disabilitas di Indonesia. Metode Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yuridis normatif. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu Undang-Undang Dasar 1945
dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas serta
menggunakan Teori Efektivitas Hukum dari Soerjono Soekanto.

18
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 19

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pemenuhan hak bekerja bagi
penyandang disabilitas mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun 2016
hingga 2020, namun tetap belum maksimal dan efektif dikarenakan beberapa
faktor yaitu baik dari faktor hukum, penegak hukum, masyarakat dan kebudayaan.

Kata Kunci: SDGs, Disabilitas, Hak Bekerja.

Pendahuluan menjadi 5,90 persen pada tahun


Pada September 2000 telah 2008. Pemerintah juga telah berhasil
dikeluarkannya sebuah deklarasi menurunkan ketimpangan gender di
yang dikenal dengan The Millenium tingkat pendidikan lanjutan. Hal ini
Development Goals (MDG’s) yang dapat dilihat dari penurunan yang
diikuti oleh 189 negara yang dimana signifikan pada indikator rasio APM
salah satu target dari deklrasi ini perempuan terhadap laki-laki
adalah untuk mengurangi jumlah SMA/MA/Paket C dari 93,67 persen
penduduk miskin hingga 50% pada ada tahun 1993 menjadi 101,40
tahun 2015. Kemudian, setelah persen pada tahun 2011. Selain itu,
berakhirnya era MDGs yang berhasil angka kejadian tuberkulosis di
mengurangi penduduk miskin dunia Indonesia sudah berhasil mencapai
hampir setengahnya (Ishartono, target MDGs yaitu dari 343 pada
2016). Di Indonesia, pelaksanaan tahun 1990 menjadi 189 kasus per
MDGs telah memberikan perubahan 100.000 penduduk pada tahun 2011
yang positif. Walaupun masih ada (BPS, 2014).
beberapa target MDGs yang masih Selanjutnya saat ini memasuki
diperlukan kerja keras untuk era SDGs (sustainable development
mencapainya, tetapi sudah banyak goals), yang dimulai dengan
target yang telah menunjukan pertemuan yang dilaksanakan pada
kemajuan yang signifikan bahkan tanggal 25-27 September 2015 di
telah tercapai. Indonesia berhasil markas besar Perserikatan Bangsa-
menurunkan proporsi penduduk Bangsa (PBB), New York, Amerika
dengan pendapatan kurang dari US$ Serikat yang dihadiri perwakilan dari
1,00 (PPP) per kapita per hari dari 193 negara. Suistainable
20,60 persen pada tahun 1990 Development Goals (SDG’S) adalah
20 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

singkatan atau kepanjangan dari Kelaparan, tidak ada lagi kelaparan,


sustainable development goals, yaitu mencapai ketahanan pangan,
sebuah dokumen yang akan menjadi perbaikan nutrisi, serta mendorong
sebuah acuan dalam kerangka budidaya pertanian yang
pembangunan dan perundingan berkelanjutan. 3) Kesehatan yang
negara-negara di dunia. Post-2015, Baik dan Kesejahteraan Menjamin
juga dikenal sebagai Sustainabale kehidupan yang sehat serta
Development Goals (SDGs) mendorong kesejahteraan hidup
didefinisikan sebagai kerangka kerja untuk seluruh masyarakat di segala
untuk 15 tahun ke depan hingga umur. 4) Pendidikan Berkualitas,
tahun 2030. Berbeda dengan MDGs Menjamin pemerataan pendidikan
yang lebih bersifat birokratis dan yang berkualitas dan meningkatkan
teknokratis, penyusunan butir-butir kesempatan belajar untuk semua
SDGs lebih inklusif melibatkan orang. 5) Kesetaraan Gender,
banyak pihak termasuk organisasi mencapai kesetaraan gender dan
masyarakat sipil atau Civil Society memberdayakan kaum ibu dan
Organization (CSO). Penyusunan perempuan. 6) Air Bersih dan
SDGs sendiri memiliki beberapa Sanitasi, menjamin ketersediaan air
tantangan karena masih terdapat bersih dan sanitasi yang
beberapa butir-butir target MDGs berkelanjutan untuk semua orang. 7)
yang belum bisa dicapai dan harus Energi Bersih dan Terjangkau,
diteruskan di dalam SDGs. Seluruh menjamin akses terhadap sumber
tujuan, target dan indikator dalam energi yang terjangkau, terpercaya,
dokumen SDGs juga perlu berkelanjutan dan modern untuk
mempertimbangkan perubahan semua orang. 8) Pertumbuhan
situasi global saat ini Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak,
(Wahyuningsih, 2017). mendukung perkembangan ekonomi
Tujuan SDGs antara lain : 1) yang berkelanjutan, lapangan kerja
Tanpa Kemiskinan, tidak ada yang produktif serta pekerjaan yang
kemiskinan dalam bentuk apapun di layak untuk semua orang. 9) Industri,
seluruh penjuru dunia. 2) Tanpa Inovasi dan Infrastruktur,
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 21

membangun infrastruktur yang untuk pembangunan berkelanjutan,


berkualitas, mendorong peningkatan menyediakan akses untuk keadilan
industri yang berkelanjutan serta bagi semua orang termasuk lembaga
mendorong inovasi. 10) Mengurangi dan bertanggung jawab untuk
Kesenjangan, mengurangi seluruhkalangan. 17) Kemitraan
ketidaksetaraan baik di dalam sebuah untuk Mencapai Tujuan,
negara maupun di antara negara- Memperkuat implementasi dan
negara di dunia. 11)Keberlanjutan menghidupkan kembali kemitraan
Kota dan Komunitas, membangun global untuk pembangunan yang
kota-kota serta pemukiman yang berkelanjutan.
berkualitas, aman dan bekelanjutan. Salah satu tujuan dari SDGs
12) Konsumsi dan Produksi adalah meningkatkan pertumbuhan
Bertanggung Jawab, menjamin Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak,
keberlangsungan konsumsi dan pola mendukung perkembangan ekonomi
produksi.13) Aksi Terhadap Iklim, yang berkelanjutan, lapangan kerja
bertindak cepat untuk memerangi yang produktif serta pekerjaan yang
perubahan iklim dan dampaknya. 14) layak untuk semua orang (tujuan
Kehidupan bawah laut, melestarikan kedelapan). Setiap manusia
dan menjaga keberlangsungan laut memiliki hak asasi yang sama. Hak
dan kehidupan sumber daya laut manusia tidak dibedakan
untuk perkembangan yang olehperbedaan fisik, warna kulit, ras,
berkelanjutan.15) Kehidupan di suku maupun kepercayaan yang
Darat, melindungi, mengembalikan, dianutnya. Hak asasi manusia
dan meningkatkan keberlangsungan berlaku bagi seluruh orang di dunia.
pemakaian ekosistem darat, Begitu pula dengan penyandang
mengelola hutan secara disabilitas, mempunyai hak yang
berkelanjutan, mengurangi tanah setara dengan orang lain (Geminastiti
tandus serta tukar guling tanah. 16) Purinami, 2018). Tujuan kedelapan
Institusi Peradilan yang Kuat dan dari SDGs ini menyatakan dengan
Kedamaian, meningkatkan tegas bahwa negara harus dapat
perdamaian termasuk masyarakat menciptakan lapangan pekerjaan
22 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

yang layak bagi semua orang tanpa (SAKERNAS) yang memungkinkan


terkecuali termasuk penyedian analisis yang lebih dalam tentang
lapangan pekerjaan bagi kaum kondisi penyandang disabilitas di
disabilitas. pasar tenaga kerja Indonesia.
Namun, berdasarkan data pada Estimasi jumlah penyandang
tahun 2016 dari Badan Pusat Statistik disabilitas di Indonesia sebesar
(BPS) menerbitkan Survey 12.15% dengan keterangan sebagai
Ketenagakerjaan Nasional berikut:

Tabel 1. Kategori Penyandang Disabilitas


Katergori Sedang Kategori Berat
10,29% 1,87%
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Kemudian terkait dengan tingkat disabilitas yang 87,31%


pendidikan penyandang disabilitas, berpendidikan SD ke atas.
jumlah penyandang disabilitas Kemudian terkait dengan data
berdasarkan jenis kelamin terdiri dari penyandang disabilitas yang berada
45,74% tidak pernah/tidak lulus SD, di pasar kerja Indonesia yaitu sebagai
jauh dibandingkan non-penyandang berikut:

Tabel 2. Data Partisipasi Penyandang Disabilitas di Pasar Kerja Indonesia


No Kategori Pekerja Persentase
1 Non- Penyandang Disabilitas 70,40%
2 Penyandang Disabilitas 51,12%
3 Penyandang Disabilitas dengan kategori 20,27%
berat
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Kemudian, berikut adalah data terkait perbandingan sektor pekerjaan di
formal dan informal, yaitu:
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 23

Tabel 3. Perbandingan Pekerjaan pada Sektor Formal dan Informal


No Keterangan Persentase
1 Dibandingkan dengan non penyandang 49,17%
disabilitas
2 Pekerja penyandang disabilitas kebanyakan 65,54%
bekerja di sektor informal
3 Pekerja informal untuk penyandang 75,8%
disabilitas berat jauh lebih besar lagi
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Oleh sebab itu, Indonesia mulai berkualitas, adil, sejahteralahir dan


mengeluarkan sebuah regulasi dalam batin, mandiri, serta bermartabat; d.
melindungi hak penyandang melindungi Penyandang Disabilitas
disabilitas, khususnya hak dalam dari penelantaran dan eksploitasi,
memperoleh pekerjaan, yaitu pelecehan dan segala tindakan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun diskriminatif, serta pelanggaran hak
2016 tentang Penyandang asasi manusia; dan e. memastikan
Disabilitas. Pasal 3 menyatakan pelaksanaan upaya Penghormatan,
bahwa tujuan dari undang-undang ini pemajuan, Perlindungan, dan
yaitu: a. mewujudkan Pemenuhan hak Penyandang
Penghormatan, pemajuan, Disabilitas untuk mengembangkan
Perlindungan, dan Pemenuhan hak diri serta mendayagunakan seluruh
asasi manusia serta kebebasan dasar kemampuan sesuai bakat dan minat
Penyandang Disabilitas secara penuh yangdimilikinya untuk menikmati,
dan setara; b. menjamin upaya berperan serta berkontribusi secara
Penghormatan, pemajuan, optimal, aman,leluasa,dan
Perlindungan, dan Pemenuhan hak bermartabat dalam segala aspek
sebagai martabat yang melekat pada kehidupan berbangsa, bernegara,dan
diri Penyandang Disabilitas; c. bermasyarakat.
mewujudkan taraf kehidupan Berdasarkan hal tersebut, maka
Penyandang Disabilitas yang lebih terdapat satu rumusan masalah yang
24 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

akan dikaji dalam penelitian ini yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun


bagaimana pemenuhan hak bekerja 2016 tentang Penyandang
bagi penyandang disabilitas di Disabilitas.
Indonesia dalam hal mewujudkan
b) Bahan Hukum Sekunder.
tujuan kedelapan dari SDGs.
Sumber bahan hukum ini yaitu
bahan-bahan yang erat kaitannya
Metode Penelitian
dengan bahan hukum primer, dan
Peneliti melaksanakan penelitian
dapat membantu menganalisis dan
ini dengan metode penelitian yuridis
memahami bahan hukum primer,
normatif. Jenis data yang digunakan
misalnya rancangan peraturan
dalam penelitian ini yaitu data
perundang-undangan, hasil karya
primer dan data sekunder. Data
ilmiah para sarjana, hasil-hasil
primer adalah data yang diperoleh
penelitian, jurnal dan sebagainya.
dari website Badan Pusat Statistik,
Dalam penelitian ini, bahan hukum
berita terkait dengan tenaga kerja
sekunder meliputi Peraturan Hukum,
penyandang disabilitas.
Buku-buku, Jurnal Hukum, Makalah
Sedangkan Data sekunder
Hukum, serta Artikel Hukum.
terdiri dari:
a) B a h a n H u k u m P r i m e r c) Bahan Hukum Tersier

Sumber bahan hukum ini Sumber bahan hukum Tersier

merupakan bahan-bahan hukum yang merupakan bahan hukum yang

mempunyai kekuatan mengikat, yang memberikan petunjuk maupun

dapat berupa norma dasar penjelasan terhadap bahan hukum

(Pancasila), peraturan dasar seperti primer dan sekunder; contohnya

Batang Tubuh Undang-Undang adalah kamus, indeks kumulatif, dan

Dasar 1945, Peraturan Perundang- seterusnya (Soerjono Soekanto,

undangan, Hukum yang tidak 2009). Bahan hukum tersier yang

dikodifikasi, hukum adat, hukum terdapat dalam penelitian ini, yakni:

Islam, yurisprudensi, traktar dan Kamus Hukum dan Kamus Besar

doktrin. Bahan hukum primer dalam Bahasa Indonesia.

penelitian ini adalah UUD 1945,


RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 25

Hasil dan Pembahasan yakni sebanyak 4.537 pekerja pada


Data Tentang Tanaga Kerja 2018 dibanding tahun sebelumnya
Penyandang Disabilitas Tahun yang sebanyak 4.286 pekerja
2017 (Republika, 2020). Namun, catatan
tersebut masih relatif jauh dari total
Berdasarkan data yang masuk ke
penyandang disabilitas yang ada.
sistem Kementerian Ketenagakerjaan
Menurut data Badan Pusat Statistik
bulan Agustus 2017, Menteri
(BPS) tahun 2019, jumlah penduduk
Ketenagakerjaan Muhammad Hanif
usia kerja penyandang disabilitas
Dhakiri menyatakan bahwa terdapat
tercatat sebesar 20,9 juta jiwa dan
440 perusahaan dengan jumlah
angkatan kerja penyandang
tenaga kerja sekitar 237 ribu orang.
disabilitas sebanyak 10,19 juta jiwa.
Dari jumlah itu, tenaga kerja
Sementara jumlah penyandang
disabilitas yang terserap baru sekitar
disabilitas yang bekerja hanya 9,91
2.851 orang atau sekitar 1,2 persen
juta jiwa. Jumlah pengangguran
yang berhasil ditempatkan dalam
terbuka dari penyandang disabilitas
sektor tenaga kerja formal.
sebanyak 289 ribu orang.
Berdasarkan data Sakernas pada
Berdasarkan data Kemenaker tahun
Agustus 2017, penduduk usia kerja
2019, jumlah tenaga kerja
disabilitas nasional sebanyak 21,9
penyandang disabilitas di BUMN
juta orang. Dari angka itu, sebanyak
dan swasta terus mengalami
10,8 juta disabilitas sudah bekerja
peningkatan. Jika di tahun 2017
(Tempo, 2017).
jumlah tenaga kerja difabel
mencapai, 4.286 orang, angka
Data Tentang Tanaga Kerja
tersebut naik di tahun 2018 menjadi
Penyandang Disabilitas Tahun
4.537 orang (BUMN, 2020).
2019

Berdasarkan data Kemenaker Pernyataan dari Kementerian


tahun 2019, jumlah tenaga kerja Ketenagakerjaan
penyandang disabilitas di BUMN Berdasarkan data dari BPS bulan
dan swasta mengalami peningkatan Februari 2019 tercatat jumlah
26 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

penduduk usia kerja penyandang memberdayakan tenaga kerja melalui


disabilitas sebesar 20,9 juta orang. beberapa program kewirausahaan
Dari angka tersebut, angkatan kerja sebagai bagian program perluasan
terdata sebesar 10,19 juta dan yang kesempatan kerja. Kami berikan
bekerja 9,91 juta orang. Sementara secara proporsional, termasuk
itu, jumlah pengangguran terbuka program-program lainnya untuk
untuk penyandang disabilitas tercatat memenuhi hak pekerja disabilitas.
sebesar 289 ribu orang. Menaker Ida
Fauziyah mengatakan (Sindo News, Pemenuhan Hak Bekerja Bagi
2021), penelitian menunjukkan Penyandang Disabilitas Di
tingkat partisipasi tenaga kerja Indonesia Dalam Hal Mewujudkan
tenaga disabilitas lebih rendah Tujuan Kedelapan Dari SDGs.
dibandingkan TPAK pekerja non Sustanaible Development Goals
disabilitas, dan upahnya relatif lebih atau biasa disebut dengan SDGs
rendah. Ada pula tingkat merupakan agenda yang disepakati
pengangguran terbuka yang lebih pada bulan September 2015 di New
tinggi pada penyandang disabilitas York, Amerika Serikat. Kesepakatan
berat. Pada tanggal 22 Juli 2020, tersebut menjadi titik sejarah baru
Menteri Ketenagakerjaan dan dalam pembangunan global. SDGs
Menteri Badan Usaha Milik Negara disepakati dengan harapan dapat
(BUMN) Erick Thohir mengakomodasi masalah-masalah
menandatangani Nota Kesepahaman pembangunan secara lebih
(MoU) tentang Pelatihan Kerja dan komprehensif. Baik secara kualitatif,
Penempatan Tenaga Kerja maupun kuantitatif menargetkan
Penyandang Disabilitas Pada BUMN penyelesaian tuntas terhadap setiap
(AntaraNews, 2021). Menteri tujuan dan sasaranya. SDGs juga
Ketenagakerjaan dan Menteri bersifat universal dan memberikan
BUMN menyatakan bahwa semua peran yang seimbang kepada seluruh
BLK harus memberikan kesempatan negara baik negara maju, negara
kepada saudara-saudara penyandang berkembang, dan negara kurang
disabilitas, kami juga berkembang untuk berkontribusi
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 27

penuh terhadap pembangunan, golongan akan ikut melaksanakan


sehingga masing-masing negara dan merasakan manfaat SDGs,
memiliki peran dan tanggung jawab dengan memprioritaskan kelompok-
yang sama antara satu dengan yang kelompok yang termarginalkan.
lain dalam mencapai SDGs (Pupin, Semangat bahwa tidak ada
2020). seorang pun yang akan ditinggalkan
SDGs membawa 5 prinsip- (no one leave behind) memberikan
prinsip mendasar yang sebuah tantangan besar untuk setiap
menyeimbangkan dimensi ekonomi, kepala negara dalam
sosial, dan lingkungan, yaitu 1) mewujudkannya. Pada tujuan
People (manusia), 2) Planet (bumi), kedelapan SDGs dijelaskan bahwa
3) Prosperity (kemakmuran), 4) pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan
Peace (perdaiaman), dan 5) yang layak, mendukung
Partnership (kerjasama). Kelima perkembangan ekonomi yang
prinsip dasar ini dikenal dengan berkelanjutan, lapangan kerja yang
istilah 5 P dan menaungi 17 Tujuan produktif serta pekerjaan yang layak
dan 169 Sasaran yang tidak dapat untuk semua orang. Pada tujuan
dipisahkan, saling terhubung, dan kedelapan SDGs ini menyinggung
terintegrasi satu sama lain guna tentang penyelenggaraan pekerjaan
mencapai kehidupan manusia yang layak untuk semua orang. Hal ini
lebih baik (Infid, 2020). merupakan salah satu wujud
Kepala negara dan pemerintahan semangat SDGs yaitu no one leave
yang menyepakati SDGs telah behind. Penyelenggaraan lapangan
meneguhkan komitmen bersama kerja untuk semua tanpa terkecuali
untuk menghapuskan kemiskinan, ini juga berlaku dan diperuntukkan
menghilangkan kelaparan, bagi kaum penyandang disabilitas.
memperbaiki kualitas kesehatan, SDGs memiliki prinsip yang
meningkatkan pendidikan, dan paling dasar yaitu “tidak ada seorang
mengurangi ketimpangan. Agenda pun yang ditinggalkan”. SDGs juga
pembangunan ini juga menjanjikan mengandung prinsip kesetaraan antar
semangat setiap orang dari semua negara dan antar warga negara.
28 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

SDGs tersebut diimplementasikan jangka waktu lama yang dalam


oleh Indonesia melalui 9 (Sembilan) berinteraksi dengan lingkungan dapat
agenda prioritas Presiden Joko mengalami hambatan dan kesulitan
Widodo (Nawacita) yang salah untuk berpartisipasi secara penuh dan
satunya adalah meningkatkan efektif dengan warga negara lainnya
produktivitas rakyat dan daya saing berdasarkan kesamaan hak.”. Pasal 2
di pasar internasional sehingga menyatakan bahwa “Pelaksanaan dan
bangsa Indonesia bisa maju dan Pemenuhan hak Penyandang
bangkit bersama bangsa-bangsa Asia Disabilitas berasaskan:
lainnya (Winsherly Tan, 2020). a.Penghormatan terhadap martabat;
Dalam hal menciptakan b.otonomi individu; c.tanpa
lapangan pekerjaan dan atau Diskriminasi; d. partisipasi penuh;
menjamin hak bekerja bagi e.keragaman manusia dan
penyandang disabilitas. Indonesia, kemanusiaan; f. Kesamaan
sebagai Negara yang bermartabat Kesempatan; g. kesetaraan;
sangat menghormati, menghargai, h.Aksesibilitas; i.kapasitas yang terus
memenuhi dan memberikan berkembang dan identitas anak;
perlindungan bagi setiap warga j.inklusif; dan perlakuan khusus dan
negaranya tanpa kecuali. Hal ini Perlindungan lebih.” Kemudian
tersurat dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal pasal 5 menyebutkan bahwa salah
11, Pasal 20, dan Pasal 28 I ayat (2) satu hak dari penyandang disabilitas
UUD NRI Tahun 1945. Indonesia yaitu berhak mendapatkan pekerjaan.
telah mengeluarkan regulasi yang Kemudian pasal 11 menyatakan
secara eksplisit memberikan jaminan bahwa: Hak pekerjaan,
hak bekerja bagi penyandang kewirausahaan, dan koperasi untuk
disabilitas yaitu di Undang-Undang Penyandang Disabilitas meliputi hak:
Nomor 8 Tahun 2016. Pada pasal 1 a. memperoleh pekerjaan yang
definisi “Penyandang Disabilitas” diselenggarakan oleh Pemerintah,
adalah setiap orang yang mengalami Pemerintah Daerah, atau swasta
keterbatasan fisik, intelektual, tanpa Diskriminasi; b. memperoleh
mental, dan/atau sensorik dalam upah yang sama dengan tenaga kerja
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 29

yang bukan Penyandang Disabilitas diminta untuk dapat melindungi hak


dalam jenis pekerjaan dan kaum minioritas tersebut dan
tanggungjawab yang sama; c. pendekatan sosial selalu menjadi
memperoleh Akomodasi yang Layak jalur utama untuk memberikan
dalam pekerjaan; d. tidak perlindungan bagi kaum minoritas
diberhentikan karena alasan tersebut (Alia, Winda, Rizkisyabana,
disabilitas; e. mendapatkan program 2020).
kembali bekerja; f. penempatan kerja Pemikiran yang negatif tentang
yang adil, proporsional, dan penyandang disabilitas berasal dari
bermartabat; g. memperoleh pola pikir masyarakat yang
kesempatan dalam mengembangkan didominasi oleh konsep normalitas.
jenjang karier serta segala hak Melalui sejarah telah membuktikan
normatif yang melekat di dalamnya; bahwa banyak orang akan
dan h.memajukan usaha, memiliki memandang aneh dan tidak normal
pekerjaan sendiri, wiraswasta, terhadap orang yang memiliki
pengembangan koperasi, dan kondisi fisik atau mental yang
memulai usaha sendiri. berbeda dengan orang normal pada
Konotasi masyarakat tentang umumnya (Dini Widinarshi, 2019).
penyandang disabilitas selalu negatif. Mengenai pemenuhan hak
Masyarakat sering menganggap bekerja bagi penyandang disabilitas
penyandang disabilitas adalah orang merupakan masalah yang cukup
yang memiliki penyakit sehingga serius (Rozali, 2017). Mendapatkan
dianggap tidak layak atau tidak dapat pekerjaan merupakan kebutuhan
untuk bekerja (Hamidi, 2016). yang vital bagi penyandang
Pemikiran kelompok yang disabilitas karena banyak
konservatif adalah bahwa keadaan penyandang disabilitas adalah
penyandang disabilitas merupakan pengangguran dan sering dikucilkan
sebuah kehendak Tuhan sehingga secara sosial (Susiana, Wardah,
penyandang disabilitas seringkali 2019).
juga dianggap kaum yang kurang Realita menunjukkan bahwa
beruntung sehingga setiap orang masih banyak penyandang disabilitas
30 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

yang belum terpenuhi peningkatan/perbaikan. Berdasarkan


aksesibilitasnya untuk bekerja. data sebelumnya, dapat dilihat bahwa
Bahkan, diskriminasi dan pembeda- adanya peningkatan penyerapan
bedaan perlakuan masih terus terjadi tenaga kerja penyandang disabilitas
(Anisa, 2019). di sektor formal dari tahun 2017
Pada bagian perusahaan, hingga 2019. Hal positif yang dapat
perusahan memiliki alasan umum dipertahankan dan harus ditingkatkan
tidak memperkerjakan penyandang kerena jumlah penyandang
disabilitas yaitu dikarenakan hal disabilitas berdasarkan Badan Pusat
tersebut dapat menghambat proses Statistik (BPS) Februari 2019 tercatat
produksi yang sudah ditentukan jumlah penduduk usia kerja
(Utami Dewi, 2015). penyandang disabilitas sebesar 20,9
Pada pasal 53 : (1) Pemerintah, juta orang. Dari angka tersebut,
Pemerintah Daerah, Badan Usaha angkatan kerja terdata sebesar 10,19
Milik Negara,dan Badan Usaha juta dan yang bekerja 9,91 juta
Milik Daerah wajib mempekerjakan orang. Sementara itu, jumlah
paling sedikit 2% (dua persen) pengangguran terbuka untuk
Penyandang Disabilitas dari jumlah penyandang disabilitas tercatat
pegawai atau pekerja; (2) Perusahaan sebesar 289 ribu orang. Menteri
swasta wajib mempekerjakan paling Ketenagakerjaan (Menaker) Ida
sedikit 1% (satupersen) Penyandang Fauziyah mengatakan, penelitian
Disabilitas dari jumlah pegawai atau menunjukkan tingkat partisipasi
pekerja. tenaga kerja disabilitas lebih rendah
Jika dibandingkan kondisi dibandingkan TPAK pekerja non
pekerja penyandang disabilitas disabilitas, dan upahnya relatif lebih
sebelum dengan sesudah munculnya rendah. Ada pula tingkat
Undang-Undang Nomor 8 Tahun pengangguran terbuka yang lebih
2016 Tentang Penyandang tinggi pada penyandang disabilitas
Disabilitas, kondisi penyandang berat.
disabilitas dapat dikatakan sudah Jika dikaitkan dengan Teori
mulai mengalami Efektivitas Hukum Soerjono
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 31

Soekanto, yang menjelaskan terdapat atau pekerja. Pasal 53 (2)


5 (lima) faktor yang dapat dijadikan Perusahaan swasta wajib
acuan dalam menentukan efektivitas mempekerjakan paling sedikit
hukum dalam penerapannya yaitu (1) 1% (satu persen) Penyandang
subtansi hukum yaitu subtansi dalam Disabilitas dari jumlah pegawai
peraturan undang-undang; (2) atau pekerja. Hal ini merupakan
penegak hukum yaitu pihak-pihak langkah baik dalam mendukung
yang berwenang dalam menegakan terpenuhinya hak bekerja bagi
hukum; (3) masyarakat yaitu mereka penyandang disabilitas. Namun,
yang memiliki sifat taat terhadap dalam undang-undang ini tidak
hukum; (4) kebudayaan yaitu hukum mengatur tentang adanya sanksi
harus dapat mencerminkan bagi Pemerintah, Pemerintah
kebudayaan yang hidup di Indonesia Daerah, Badan Usaha Milik
(Soerjono Soekanto 2007). Berikut Negara (BUMN), dan Badan
adalah hasil analisis nya yaitu: Usaha Milik Daerah (BUMD)
a) Faktor Subtansi Hukum: dan perusahaan swasta jika tidak
Indonesia telah mempunyai melakukan amanat pasal 53 (1)
perangkat hukum dalam dan (2) tersebut.
melakukan penjaminan hak b) Faktor Penegak hukum: yang
bekerja bagi penyandang dimaksud oleh penegak hukum
diabilitas yaitu pada Undang- yaitu pihak-pihak yang
Undang Nomor 8 Tahun 2016 berwenang dalam menegakan
tentang penyandang disabilitas. hukum. Dalam hal ini, pihak
Bahkan dalam pasal 53 (1) yang berperan dalam memenuhi
menyatakan bahwa Pemerintah, hak bekerja bagi penyandang
Pemerintah Daerah, Badan disabilitas yaitu Kementerian
Usaha Milik Negara,dan Badan Ketenagakerjaan, Kementerian
Usaha Milik Daerah wajib BUMN, Pemerintah Daerah,
mempekerjakan paling sedikit BUMN, dan BUMD dan
2% (dua persen) Penyandang perusahaan swasta. Berdasarkan
Disabilitas dari jumlah pegawai hasil penelitian, kementerian
32 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

ketenagakerjaan dan penyandang disabilitas dengan


kementerian BUMN sudah pekraj normal, masih rendahnya
bekerja dengan baik dengan tingkat pendidikan penyandang
saling berkoordinasi dan disabilitas, dan masih adanya
membuat MoU untuk sikap diskriminatif masyarakat
meningkatkan jumlah tenaga terhadap penyandang disabilitas
kerja penyandang disabilitas. (Geminastiti, 2018). Oleh sebab
Namun, perlu adanya kesadaran itu, kementerian BUMN
juga dari pihak perusahaan melaksanakan pelatihan kerja
swasta dalam memahami adanya untuk penyandang disabilitas
kewajiban sebagaimana yang sebagai upaya dalam membekali
diatur pada pasal 52 (2) tersebut keterlampilan tenaga kerja
karena tingkat penyerapan penyandang disabilitas.
tenaga kerja penyandang d) Kebudayaan : yang dimaksud
disabilitas di sektor swasta dengan kebudayaan yaitu hukum
masih tergolong kecil. harus dapat mencerminkan
c) Masyarakat : yang dimaksud kebudayaan yang hidup di
dengan masyarakat disini adalah Indonesia. Dalam hal ini,
mereka yang memiliki sifat taat kebudayaan yang dimaksud
terhadap hukum. Masyarakat adalah kebudayaan yang
dalam penelitian ini adalah membawa pengaruh kepada
tenaga kerja penyandang tingkat penyerapan tenaga kerja
disabilitas. Berdasarkan penyandang disabilitas.
penelitian terdahulu, ditemukan
bahwa alasan rendahnya
Perusahaan masih berkehendak
persentase partisipasi
untuk mencari sumber daya manusia
penyandang disabilitas dalam
yang berkualitas tanpa kecacatan.
dunia kerja disebabkan oleh
Hal ini terlihat dari proses seleksi
berbagai hal. Beberapa faktor
yang dijalankan baik itu di
penyebab yaitu adanya
perusahaan swasta, BUMD, BUMN
kesenjangan keterampilan antara
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 33

dan organisasi pemerintahan. lapangan pekerjaan untuk semua


Persyaratan yang digunakan dalam pihak dan prinsip yang dipegang oleh
proses seleksi masih banyak yang SDGs adalah “no one leave behind”.
mensyaratkan kesempurnaan jasmani Hal ini semakin memberikan
dan mental dari para pelamar. tantangan bagi Indonesia dalam
Menurut Noemijati (2008 : 561), menyediakan lapangan kerja untuk
permasalahan yang sering dihadapi semua tanpa terkecuali termasuk
organisasi adalah kenyataan bias kaum penyandang disabilitas.
ketika proses tes untuk seleksi Indonesia sendiri telah memiliki
dilaksanakan. Kusumardani S., Diah regulasi dalam menjamin
(2005 : 76) mengidentifikasi bahwa terpenuhinya hak bekerja bagi
mengelola diversitas tenaga kerja penyandang disabilitas yaitu di
dengan jalan menghormati karyawan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
merupakan salah satu tantangan yang 2016 Tentang Penyandang
dihadapi oleh perusahaan saat ini. Disabilitas. Namun, jika diukur
Tenaga kerja dengan berbeda dengan Teori Efektivitas Hukum
karakteristik akan muncul pula Soerjono Soekanto yang melihat dari
tantangan terkait cara bertindak dan beberapa faktor yaitu subtansi
berkomunikasi yang berbeda hukum, penegak hukum, masyarakat
(Kusumardani S., Diah, 2005: 84). dan kebudayaan hukum, maka
terdapat beberapa kelemahan pada
faktor hukum, masyarakat dan
Simpulan
kebudayaan hukum. Oleh sebab itu,
SDGs merupakan salah satu
terdapat beberapa rekomendasi
langkah negara di dunia dalam
dalam penelitian ini yaitu: 1) perlu
melakukan pembangunan
adanya koordinasi kerja antar
berkelanjutan. Hal ini dilaksanakan
kementerian yang lebih
di negara maju dan negara
komprehensif lagi, khususnya antara
berkembang. Indonesia merupakan
kementerian ketenagakerjaan dan
negara yang juga berkomitmen
kementerian BUMN; 2) perlu adanya
dalam mewujudkan SDGs. Salah
ratifikasi pada Undang-Undang
satu tujuan SDGs adalah penyediaan
34 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Jurnal


Aji, Abdul Latief Danu, Tiyas Nur
Penyandang Disabilitas terkait
Haryani, 2017. “Diversitas
pemberiaan sanksi bagi pihak yang dalam Dunia Kerja: Peluang
dan Tantangan bagi
tidak memberikan kuota/kesempatan
Disabilitas”, Jurnal Spirit
kerja bagi penyandang disabilitas Publik Volume 12, Nomor
2, Oktober.
sebagaimana yang diatur pada pasal
53 (1) dan (2); 3) Meningkatkan Anisa, 2019, “Kelompok Difabel
Dan Kesempatan Kerja:
pelatihan kerja/ pembekalan kerja
Penanggulangan
bagi penyandang disabilitas agar Diskriminasi Di Dunia
Kerja Dalam Perspektif
mereka juga siap bersaing di dunia
Pekerjaan Sosial”, Jurnal
kerja; 4) Perlu adanya revisi atau Pengembangan Masyarakat
Islam, Volume 5 Nomor 2,
perubahan rekrutmen pekerja agar
Juli-Desember.
penyandang disabilitas juga memiliki
Dewi, Utami. 2015, “Implementasi
peluang untuk dapat diterima bekerja
Kebijakan Kuota bagi
di sektor swasta. Penyandang Disabilitas
untuk mendapatkan
Pekerjaan Di Kota
Daftar Pustaka Yogyakarta”, Jurnal
Natapraja, Volume 3,
Buku Nomor 2.
Badan Pusat Statistik,2014, Kajian
Indikator Lintas .Hamidi, Jazim. 2016, “Perlindungan
Sektor:Kajian Indikator Hukum terhadap Disabilitas
Sustainable Development dalam Memenuhi Hak
Goals (SDGs), Jakarta: Mendapatkan Pendidikan
Badan Pusat Statistik. dan Pekerjaan”, JH Ius
Quia Iustum, Volume 23,
Soekanto, Soekanto. 2007, Faktor- Issue 4, Oktober.
Faktor yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum. Jakarta: Ishartono, Santoso Tri Raharjo,
Penerbit PT. Raja Grafindo “Sustainable Development
Persada Goals (SDGs) Dan
Pengentasan Kemiskinan”,
Soekanto, Soerjono. 2009, Pengantar Social Work Journal,
Penelitian Hukum, 3rd ed. Volume 6 Nomor 2.
Jakarta: Restu Agung.
Pupin Astuti, Nur Hanifah JS, Aulia
Nur Aziza, Nurfadilah
Alwan, Fahira, 2020.
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 35

“Gambaran Pengetahuan Hukum, Vol. 29, No.1,


Dan Sikap Mahasiswa Januari.
Universitas Hasanuddin
Tentang Perwujudan Wahyuningsih, 2017. “Millenium
Sustainable Development Develompent goals (MDGs)
Goals (SDGs) 2030 Di Dan Sustainable
Indonesia”, Jurnal Abdi, Development Goals (SDGs)
Vol.2 No.1 Januari. Dalam Kesejahteraan
Sosial”, Jurnal Bisnis dan
Purinami, A Geminastiti, Nurliana Manajemen Vol. 11, No. 3
Cipta Apsari, Nandang September 2017.
Mulyana. 2018,
“Penyandang Disabilitas Widinarsih, Dini. 2019, “Penyandang
Dalam Dunia Kerja”, Jurnal Disabilitas di Indonesia:
Pekerjaan Sosial, Volume 1 Perkembangan Istilah dan
Nomor 3, Desember. Definisi”, Jurnal Ilmu
Kesejahteraan Sosial, Jilid
Rozali, Norhasyiki, Shuhairimi, 20, Nomor 2, Oktober.
Abdullah, Ishak, Siti Intan
Diyana, Azmi, Alia Ashrani, Widjaja, Alia Harumdani, Winda
&Akmar,Nurul Husna. Wijayanti, Rizkisyabana
2017. “Challenges faced By Yulistyaputri. 2020,
People with Disability for “Perlindungan Hak
Getting Jobs: Penyandang Disabilitas
Entrepreneurship Solution dalam Memperoleh
for Unemployment”. Pekerjaan dan Penghidupan
International Journal of yang Layak bagi
Academic Research in Kemanusiaan”, Jurnal
Business and Social Konstitusi, Volume 11
Science,Vol.7, No.3. Nomor 1, Maret.

Susiana, Wardah. 2019, “Pemenuhan


Hak Penyandang Disabilitas Peraturan Perundang-undangan
Dalam Mendapatkan Undang-Undang Dasar 1945
Pekerjaan di BUMN”,
Jurnal Law Reform, Volume Undang-Undang Nomor 8 Tahun
15, Nomor 2. 2016 Tentang Penyandang
Disabilitas
Tan, Winsherly. 2020, “Pemenuhan
Hak Pendidikan Anak Website
Jalanan Di Kota Batam: BUMN, “Menteri BUMN dan
Tantangan Dalam Menteri Ketenagakerjaan
Mewujudkan Sustainable Tandatangani MoU”,
Development Goals https://bumn.go.id/media/pr
(SDGs)”, Jurnal Supremasi ess-conference/menteri-
bumn-dan-menteri -
36 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

ketenagakerjaan-
tandatangani-mou-x5,
diakses 28 Oktober 2020

Infid, “Perkembangan Pelaksanaan


Sustainable Development
Goals (SDGs) di Indonesia”,
https://www.sdg2030indone
sia.org/an-
component/media/upload-
book/Briefing_paper_No_1
_SDGS_-2016-
Meila_Sekar.pdf, diakses 28
Oktober 2020.

Republika, “Sepanjang 2020, BUMN


Sudah Serap 178 Tenaga
Kerja Difabel”
https://republika.co.id/berita
/qduzp1370/sepanjang-
2020-bumn-sudah-serap-
178-tenaga-kerja-difabel,
diakses 27 Oktober 2020.

Tempo, “Baru 1 Persen Teman


Disabilitas yang Bekerja di
Sektor Formal”,
https://difabel.tempo.co/read
/1143835/baru-1-persen-
teman-disabilitas-yang-
bekerja-di-sektor-
formal/full&view=ok,
diakses 27 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai