net/publication/361227504
CITATIONS READS
0 1,548
2 authors, including:
Lamtiur Ruth
Universitas Pembanguan Nasional "Veteran" Jakarta
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Lamtiur Ruth on 14 June 2022.
Ari Febriansyah
2110112134
S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta
2110112134@mahasiswa.upnvj.ac.id
Abstrak
Ari Febriansyah, Lamtiur R J Lumban Gaol, Implementasi Visi Sustainable Development Goals (SDGs)
Pada Kesehatan dan Kesejahteraan Gen Z. Jurnal Ilmiah Jakarta : Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, 2021.
Sustainable development goals (SDGs) merupakan program aksi global yang akan dijadikan acuan bentuk
kegiatan pengabdian masyarakat. Penelitisan ini bertujuan untuk mengetahui implementasi tujuan SDGs
03 pada tingkat kualitas kesehatan dan kesejahteraan generasi Z sebagai wujud pembangunan nasional.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan teknik studi literatur dengan kajian
kepustakaan (library research). Dari penelitian ini diperoleh hasil terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan dan tingkat kesehatan generasi z dalam keberlangsungan pembangunan
nasional. Data tersebut diperoleh dari kajian pustaka dengan membandingkan beberapa penelitian
terdahulu. Dapat dijadikan sumber informasi serta sumber pengetahuan selama pengkajian materi
pengaruh citra produk pada keputusan pembelian.
Kata Kunci: Generasi Z, Kesejahteraan, Sustainable Development Goals.
Abstract
Sustainable development goals (SDGs) are the global actions that will be referred to as the community
service program. This study aims to determine the implementation of SDGs 03 goals at the level of quality
of health and welfare of Generation Z as a form of national development. This research was conducted
with a qualitative approach with a literature study technique with library research. From this research,
the results are related to the factors that affect the welfare and health level of generation z in the
sustainability of national development. The data was obtained from a literature review by comparing
several previous studies. Can be used as a source of information and a source of knowledge during the
study of the effect of product image on purchasing decisions.
Keywords: Generation Z, Well-being, Sustainable Development Goals.
5
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
6
mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca 2015-MDGs. Terutama yang
berkaitan dengan perubahan situasi dunia sejak tahun 2000.
SDGs memiliki 5 pondasi yaitu manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan
kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030 berupa mengakhiri
kemiskinan, mencapai kesetaraan dan mengatasi perubahan iklim. Untuk mencapai tiga
tujuan mulia tersebut, maka disusunlah 17 Tujuan Global berikut ini:
1. Tanpa kemiskinan. Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru
dunia.
2. Tanpa kelaparan. Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan,
perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3. Kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Menjamin kehidupan yang sehat serta
mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur.
4. Pendidikan berkualitas. Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan
meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang.
5. Kesetaraan gender. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu
dan perempuan.
6. Air bersih dan sanitasi. Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua orang.
7. Energi bersih dan terjangkau. Menjamin akses terhadap sumber energi yang
terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8. Pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak. Mendukung perkembangan
ekonomi yang berkelanjutan, lapangan kerja yang produktif dan layak.
9. Industri, inovasi dan infrastruktur. Membangun infrastruktur yang berkualitas,
mendorong peningkatan industri yang berkelanjutan serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi kesenjangan. Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah
negara maupun di antara negara-negara di dunia.
11. Keberlanjutan kota dan komunitas. Membangun kota-kota serta pemukiman yang
berkualitas, aman dan berkelanjutan.
12. Konsumsi dan produksi bertanggung jawab. Menjamin keberlangsungan
konsumsi dan pola produksi.
13. Aksi terhadap iklim. Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya.
14. Kehidupan bawah laut. Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan
kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan yang berkelanjutan.
15. Kehidupan di darat. Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan
keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara
berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah.
16. Institusi peradilan yang kuat dan kedamaian. Meningkatkan perdamaian termasuk
masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan
7
bagi semua orang termasuk lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh
kalangan.
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan. Memperkuat implementasi dan menghidupkan
kembali kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan
Tujuan pertama dari Sustainable Development Goals adalah tanpa kemiskinan (no
poverty) yaitu mengakhiri kemiskinan dimanapun dan dalam semua bentuk. Adapun
target-target yang memuat tujuan tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Menghapus kemiskinan ekstrim (penduduk di bawah garis kemiskinan) dengan
daya beli kurang dari $1,25 PPP (Purchasing Power Parity) atau sekitar Rp. 7.800,
per hari.
2. Mengurangi setidaknya separuh dari jumlah penduduk miskin berdasarkan
definisi nasional.
3. Di tingkat nasional mengimplementasikan sistem dan ukuran perlindungan sosial
yang tepat bagi semua level masyarakat.
4. Memastikan semua penduduk, terutama penduduk miskin dan rentan mendapat
hak setara mengakses sumber ekonomi. Kepemilikan hak akses pada lahan.
5. Membangun yang dibutuhkan dan layanan keuangan termasuk keuangan mikro,
daya tahan dan kesiapan masyarakat miskin dan kelompok rentan menghadapi
perubahan iklim, krisis lingkungan, ekonomi, sosial dan bencana.
Generasi Z
Menurut (Nasution 2020), Generasi saat ini dikelompokan beberapa bagian, ada
generasi X, generasi Y, dan generasi Z. Generasi Z merupakan generasi muda yang saat
ini masih duduk dibangku sekolah, atau bahkan sudah mulai memasuki dunia
perkuliahan. Menggunakan kemajuan teknologi dalam kesehariannya menjadi ciri
utama generasi ini. Penggunaan teknologi memiliki beraneka ragam kegunaannya, dari
mulai mencari informasi, melakukan jual beli secara online, dan yang paling utama
adalah tidak terlepasnya dalam menggunakan media sosial. Generasi Z adalah generasi
yang sudah dikenalkan dengan kemajuan teknologi sejak lahir, bahkan cara mengasuh
generasi ini banyak dilibatkan oleh teknologi dan internet. Generasi ini lahir di antara
tahun 1995 sampai 2012 membuat mereka tidak dapat merasakan kehidupan tanpa
teknologi dan internet (Hastini, Fahmi, and Lukito 2020). Generasi Z sering juga
disebut sebagai generasi internet. Hal ini dikarenakan generasi ini berkembang dan
bertumbuh diiringi dengan kemajuan teknologi diberbagai aspek kehidupan. Generasi
ini memiliki keahlian dalam mengoperasikan berbagai media teknologi ditambah
multi-tasking yang menjadi pembeda dengan generasi sebelumnya (Christiani and
Ikasari 2020). Generasi Z memiliki karakteristik multitasking dengan melakukan
beberapa pekerjaan bersamaan. Generasi ini gemar mengambil keputusan yang cepat
dalam berbagai persoalan. Pengambilan keputusan tersebut dibekali dengan internet
8
yang merupakan sumber melimpah untuk mengambil keputusan (Purnomo et al. 2020).
Kebiasaan sehari-hari generasi Z secara langsung terpengaruh akibat penggunaan dan
pemanfaatan smartphone. Hal ini dicontohkan dengan adanya dampak pada sisi
pembelajaran. Dengan dibekali kemahiran dalam menggunakan teknologi, membuat
generasi ini mudah untuk menemukan informasi yang berguna dalam proses belajarnya.
Banyaknya konten-konten yang mudah ditemukan menjadi pendukung pernyataan
bahwa dampak dari penggunaan kemajuan teknologi berpengaruh dalam pembelajaran
generasi ini (Nasution 2020).
Pembangunan Nasional
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif atau studi
literatur dengan kajian kepustakaan (library research), dimana peneliti berusaha mencari
informasi melalui jurnal penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kesehatan dan
9
kesejahteraan generasi Z dalam mewujudkan pembangunan nasional. Lalu
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau dimasa
lampau.
HASIL
Generasi Z merupakan generasi yang akan mewarisi masa depan bangsa. Dalam
pendewasaannya, generasi ini mengalami berbagai macam permasalahan, salah satunya
adalah masalah kesehatannya. Masalah kesehatan ini dapat berupa masalah kesehatan
fisik, maupun masalah kesehatan non-fisik dengan kata lain masalah kesehatan mental
dan jiwa. Maka dari itu, kualitas kesehatan generasi Z merupakan faktor penting yang
dapat mewujudkan pembangunan nasional. Berikut adalah penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan kesehatan generasi Z yang dirangkum ke dalam table.
Hart dkk dalam Maria Yustina Masalah kesehatan yang kerap dialami
Suprihatining Tyas, Ahmad Guntur oleh Generasi Z adalah masalah
Alfianto, dan Wenny Rahmawati psikososial.
10
Akhmad Azmiardi Penggunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang pada remaja akan berpengaruh
terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara.
11
Ade Maya Saraswati, Arif Widodo Generasi Z diharapkan sudah mampu
Nugroho mengelola keuangan dan mengatasi
berbagai masalah keuangan yang
dihadapi dengan pengetahuan,
keterampilan, keyakinan serta sikap yang
telah dimiliki, serta dapat merencanakan
keuangan baik jangka pendek maupun
jangka panjang
PEMBAHASAN
Masa remaja atau Generasi Z adalah fase dimana fungsi fisik seseorang hampir
mencapai puncaknya. Pada masa ini akan membentuk pola kesehatan di masa dewasa
karena kesehatan Generasi Z mencapai titik optimal. Kesehatan generasi Z menempati
posisi terpenting dalam skala global. Status kesehatan Generasi Z saat ini akan
menentukan gambaran kondisi kesehatan penduduk dewasanya dalam dekade atau
12
tahun yang akan datang. Banyaknya permasalahan mengenai penyelewengan terhadap
kesehatan seperti penggunaan tembakau, penyalahgunaan napza, dan juga alkohol
menjadi penghambat Generasi Z untuk memperoleh status kesehatan yang normal.
Selain itu perilaku merokok, alkohol, pola makan, aktivitas fisik, perilaku berlalu lintas
dan distress emosional menjadi faktor yang dapat mengganggu kesehatan Generasi Z.
Sikap tersebut akan sangat beresiko dan berpengaruh terhadap penyakit kronis dalam
dekade berikutnya. (Isfandari et al. 2014). Maka dari itu, Generasi Z perlu untuk
menyaring masuknya budaya yang dapat mengancam kesehatan. Karena untuk
membangun bangsa, diperlukan jiwa yang sehat dan bersih sebagai salah satu wujud
pembangunan nasional.
Berbagai jenis penyakit dapat masuk dengan mudah kepada generasi Z, baik yang
mengancam kesehatan fisik, maupun kesehatan mental. Terjadinya pubertas pada masa
remaja tentu menyebabkan pula terjadinya perubahan hormonal. Menurut Sohibbulbet,
Destiani, dan Fatimah (2014), masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat pada diri generasi Z. Perkembangan tersebut merupakan
gabungan efek perubahan hormonal yang dimulai saat pubertas dengan faktor-faktor
psikologis dalam berkembangnya kemandirian dan hal ini juga dapat menimbulkan
masalah kesehatan pada Generasi Z. Pubertas juga dapat menyebabkan masalah mental
pada generasi Z, karena terjadinya perubahan tubuh, anemia, kebugaran serta masalah
kesehatan wajah seperti komedo dan jerawat yang dapat membuat mereka canggung
dan tidak percaya diri. Masalah kesehatan pada saat pubertas tersebut mungkin
dianggap ringan dan biasa, namun para remaja harus waspada karena hal tersebut dapat
menyebabkan masalah yang beresiko. Kepercayaan diri merupakan faktor penting bagi
generasi Z untuk dapat menyuarakan dan mempresentasikan kemampuannya didepan
banyak orang.
Masalah mengenai kesehatan mental bagi generasi Z juga masih menjadi
masalah utama yang harus segera diatasi, karena dari tahun ketahun banyak
ditemukannya kasus kematian yang disebabkan oleh masalah kesehatan mental. Hal ini
dijelaskan oleh Hart (dalam Tyas, Alfianto, dan Rahmawati ,2022). Menurutnya
masalah kesehatan yang sering dialami oleh generasi Z adalah masalah psikososial.
Masalah psikososial yang sering terjadi pada generasi Z diantaranya adalah cemas,
depresi hingga resiko bunuh diri.
Depresi dan cemas juga memiliki keterkaitan dengan penyalahgunaan narkoba dan
juga obat-obatan terlarang lainnya. Masih terdapat celah bagi penyalur obat-obatan ini
menjadi masalah utama bagi negara untuk mengatasi masalah penyalahgunaan
obat-obatan terlarang. Menurut Azyumardi (2020) Penggunaan narkotika dan
obat-obatan terlarang oleh generasi Z dinilai sangat mengkhawatirkan. Hal ini dapat
dibuktikan pada hasil riset dari Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 2017, bahwa
berdasarkan data, 2,2% dari total populasi orang di Indonesia terjerat narkoba. Tentunya
hal ini sangat mengancam masa depan bangsa, terlebih lagi bila penggunaan narkoba ini
13
dilakukan oleh para remaja. Penyalahgunaan narkoba pada generasi Z dapat
menimbulkan masalah yang berhubungan dengan pendidikannya, seperti prestasi dan
munculnya sikap malas untuk belajar.
Dengan adanya masalah kesehatan yang dapat menyerang generasi Z tentunya
dapat menghambat pembangunan nasional dan juga dapat berdampak pada masa depan
bangsa. Maka dari itu seluruh elemen masyarakat perlu untuk membangun kualitas
kesehatan generasi Z yang baik, dan juga menjaganya. Menurut Siswantara,
Soerdirham, dan Muthmainnah (2019) Program peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan peduli remaja (PKPR) yang meliputi pemberian informasi kesehatan generasi
Z dan pelayanan konseling dapat menjadi upaya atau program untuk meningkatkan
kualitas remaja. Program PKPR perlu ditingkatkan dengan mengkoordinasikan program
seperti kesehatan reproduksi remaja. Selain itu, program lainnya juga perlu untuk
dilaksanakan dan juga disinkronisasikan satu sama lain agar tujuan utama untuk
menjaga kesehatan generasi Z dapat terwujud. Untuk mewujudkan program ini,
diperlukannya strategi yang dibangun untuk melaksanak kebijakan tersebut, diantaranya
adalah pelaksanaan kesehatan remaja yang dilakukan dengan melibatkan generasi Z
secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Program PKPR
juga memiliki prinsip yang dapat memudahkan generasi Z untuk berkonsultasi yang
diantaranya adalah dapat terakses oleh semua golongan generasi Z, menyenangkan,
menerima dengan tangan terbuka, menghargai, menjaga kerahasiaan, peka serta efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan.
Selain dari program yang tersedia, lingkungan sekitar generasi Z juga sangat berperan
penting dalam membangun kualitas kesehatan generasi Z yang baik. Menurut Fitria dan
Maulidia (2018) Dukungan sosial yang datangnya dari keluarga, sekolah, maupun
lingkungan luar adalah faktor penting bagi kesehatan generasi Z, baik kesehatan fisik
dan kesehatan jiwa dalam menjalani masa-masa transisi menjadi dewasa.
Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat kesejahteraan Generasi Z saat ini diantaranya adalah literasi keuangan/finansial
di kalangan muda, kualitas pendidikan karakter, tingkat ketergantungan sosial media
dan hubungannya dengan kecemasan atau gangguan mental lainnya.
14
Menurut Pipit Fitriyani (2018) Pendidikan berkarakter harus berjalan secara baik
dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik dalam mempersiapkan generasi
muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Selain itu, salah satu karakteristik Generasi Z akan produktif jika tetap terhubung
internet dan media sosial. Karenanya lembaga pendidikan harus memasukan nilai-nilai
karakter yang baik dalam memanfaatkan teknologi ini sebagai media pembelajaran agar
para Generasi Z produktif dalam menggunakan teknologi namun tetap menjaga nilai
karakter yang dimiliki setiap peserta didik.
Hal ini tentunya juga berkaitan dengan faktor selanjutnya yaitu tingkat
ketergantungan sosial media. Kemudahan yang diberikan teknologi komunikasi baru
membuat penggunanya menjadi ketergantungan. Dependency Theory mendefinisikan
bahwa ketergantungan berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan atau pencapaian
tujuan dengan bergantung pada sumber daya lain, dalam hal ini media sosial (Schrock,
2006: 4). Media tersebut dianggap oleh mereka sebagai satu-satunya cara untuk
memenuhi kebutuhan. Seolah-olah manusia tidak bisa hidup tanpa bantuannya.
Sehingga masyarakat mencari kepuasaan dalam teknologi dan menerima perintah dari
teknologi. Keberadaannya dianggap sebagai kekuatan sosial yang dominan. Seperti
halnya yang diungkapkan Neil Postman, bahwa teknologi mendorong budaya
technopoly yaitu suatu budaya dimana masyarakat di dalamnya mendewakan teknologi
dan teknologi tersebut mengontrol semua aspek kehidupan (Straubhaar, 2010: 50). Para
ahli menilai bahwa seseorang mengalami kecanduan atau ketergantungan pada internet
disebabkan rasa cemas yang dimiliki oleh individu (Young, 2011: 39). Seseorang
dengan kecemasan sosial menggunakan internet berfungsi sebagai cara untuk mengobati
kesendirian dan sebagai pengganti hubungan tatap muka yang tidak diperolehnya dalam
kehidupan sehari-hari karena takut untuk melakukan kontak langsung dengan orang lain
dan lebih memilih hanya komunikasi online.
15
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
16
View publication stats
Isfandari, S., & Dina Bisara Lolong. (2014). Analisa Faktor Risiko Dan Status
Kesehatan Remaja Indonesia Pada Dekade Mendatang Risk Factor and Health Status of
Indonesia Young Adults : Indonesia Picture of Next Decade. 122–130.
Janitra, P. A., Prihandini, P., & Aristi, N. (2021). Pemanfaatan Media Digital
Dalam Pengelolaan Kesehatan Mental Remaja Di Era Pandemi. Buletin Udayana
Mengabdi, 20.
Laturette, K., Widianingsih, L. P., & Subandi, L. (2021). Literasi Keuangan Pada
Generasi Z. Jurnal Pendidikan Akuntansi (JPAK), 9(1), 131-139.
Nasution, Awal Kurnia Putra. 2020. “Integrasi Media Sosial Dalam
Pembelajaran Generasi Z.” Jurnal Teknologi Informasi Dan Pendidikan 13(1):80–86.
doi: 10.24036/tip.v13i1.277.
Prasetyo, Yudik. 2015. “Kesadaran Masyarakat Berolahraga Untuk Peningkatan
Kesehatan Dan Pembangunan Nasional.” Medikora 11(2):219–28. doi:
10.21831/medikora.v11i2.2819.
Purnomo, Agus, Nurul Ratnawati, Nevy Farista Aristin, The Comparative
Morphology, Agusmanto Hutauruk, Ropinus Sidabutar, Nur Isnaini Parihah, Sari
Hartini, Juarni Siregar, Asnaini, Noor Hafidhoh, and M. Riza. Rifa’i. 2020.
“Karakteristik Penilaian Pembelajaran Pada Kurikulum 2013 Di MI.” Journal of
Mathematics Education and Applied 1(1):10–16.
Saraswati, A. M., & Nugroho, A. W. (2021). Perencanaan Keuangan dan
Pengelolaan Keuangan Generasi Z di Masa Pandemi Covid 19 melalui Penguatan
Literasi Keuangan. Warta LPM, 24(2), 309-318.
Siswantara, P., Soedirham, O., & Muthmainnah, M. (2019). Remaja Sebagai
Penggerak Utama dalam Implementasi Program Kesehatan Remaja. Jurnal Manajemen
Kesehatan Indonesia, 7(1), 55–66. https://doi.org/10.14710/jmki.7.1.2019.55-66
Sohibbulbet, I., & Fatimah, D. D. S. (2015). Perancangan Sistem Pakar Masalah
Kesehatan Remaja Berbasis Android. Jurnal Algoritma, 14(2), 323–332.
https://doi.org/10.33364/algoritma/v.14-2.323
Soliha, S. F. (2015). Tingkat ketergantungan pengguna media sosial dan
kecemasan sosial. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1), 1-10.
Tyas, M. Y. S., Alfianto, A. G., & Rahmawati, W. (2022). GAMBARAN
KESEHATAN JIWA PADA GENERASI Z DI KELOMPOK PEMUDA GEREJA
KOTA MALANG: LAPORAN KASUS. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti,
10(January), 29–34. https://doi.org/10.47794/jkhws
Yorisca, Yenny. 2020. “Pembangunan Hukum Yang Berkelanjutan: Langkah
Penjaminan Hukum Dalam Mencapai Pembangunan Nasional Yang Berkelanjutan.”
Journal of Chemical Information and Modeling 17(1):100.
17