Anda di halaman 1dari 15

LOMBA ESAI ILMIAH NASIONAL AKLAMASI TAHUN 2023

(LINGKUNGAN)

GREENPRENEUR MUDA: MENGKOLABORASI POC DAN KOMPOS


DARI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI IMPLEMENTASI SUSTAINABLE
DEVELOPMENT GOALS UNTUK MEWUJUDKAN INDONESIA EMAS
2045

Diusulkan Oleh:
Ni Wayan Putri Juniantari Dewi

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2023
PENDAHULUAN
Greenpreneur Muda adalah sebuah gerakan inspiratif yang
menggabungkan semangat kewirausahaan dan komitmen kuat terhadap pelestarian
lingkungan di kalangan generasi muda Indonesia. Mereka adalah kelompok
pemuda yang bahu-membahu berupaya menciptakan perubahan positif dalam
berbagai aspek kehidupan, terutama dalam konteks pertanian dan lingkungan.
Greenpreneur Muda bukan hanya sekedar memahami urgensi menjaga alam,
melainkan mereka juga bertindak nyata untuk menciptakan dampak positif pada
bumi ini dan masyarakat sekitarnya. Di balik dedikasi luar biasa mereka,
Greenpreneur Muda merujuk pada sejumlah penulis dan referensi terpercaya yang
telah memberikan inspirasi dan arahan dalam perjalanan mereka menuju
keberlanjutan. (Donald.L 2019)
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development
Goals (SDGs) adalah pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan
ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga
keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga kualitas
lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya
tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke
generasi berikutnya. TPB/SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam
upaya menyejahterakan masyarakat yang mencakup 17 tujuan yaitu (1) Tanpa
Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4)
Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi
Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan
Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya
Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan
Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14)
Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan
Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk dijelaskan Tujuan.
Upaya pencapaian target TPB/SDGs menjadi prioritas pembangunan nasional,
yang memerlukan sinergi kebijakan perencanaan di tingkat nasional dan di tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota. Target-target TPB/SDGs di tingkat nasional
telah sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

1
(RPJMN) 2015-2019 dalam bentuk program, kegiatan dan indikator yang diukur
serta indikasi dukungan pembiayaannya. TPB/SDGs merupakan penyempurnaan
dari Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
yang lebih komprehensif dengan melibatkan lebih banyak negara baik negara
maju maupun berkembang, memperluas sumber pendanaan, tekanan pada hak
asasi manusia, inklusif dengan pelibatan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dan
media , Filantropi dan Pelaku Usaha, serta Akademisi dan Pakar.
Indonesia telah berhasil mencapai sebagian besar target MDGs Indonesia
yaitu 49 dari 67 indikator MDGs, namun demikian masih terdapat beberapa
indikator yang harus dilanjutkan dalam pelaksanaan TPB/SDGs. Beberapa
indikator yang harus dilanjutkan tersebut antara lain penurunan angka kemiskinan
berdasarkan garis kemiskinan nasional, peningkatan konsumsi minimum di bawah
1.400 kkal/kapita/hari, penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), penanggulangan
HIV/AIDS, penyediaan air bersih dan sanitasi di daerah perdesaan serta disparitas
capaian target antar provinsi yang masih lebar. Kementerian PPN/Bappenas dalam
melaksanakan TPB/SDGs bersama dengan Kementerian/Lembaga, Ormas dan
Media, Filantropi dan Pelaku Usaha serta Akademisi dan Pakar perlu menyusun
Rencana Aksi (Renaksi) TPB/SDGs sebagai acuan bagi seluruh pemangku
kepentingan baik di tingkat nasional (Rencana Aksi Nasional/RAN) maupun di
tingkat daerah (Rencana Aksi Daerah/RAD). Renaksi TPB/SDGs adalah dokumen
rencana kerja 5 (lima) tahunan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang secara
langsung dan tidak langsung mendukung pencapaian target nasional dan
daerah. Dengan renaksi tersebut diharapkan pihak-pihak terkait di tingkat nasional
dan daerah memiliki komitmen dan kejelasan dalam perencanaan dan
penganggaran program, serta kegiatan untuk mencapai target TPB/SDGs.
Tujuan dari esai ini adalah untuk mendalami peran penting Greenpreneur
Muda dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai
landasan bagi Indonesia mencapai visi "Indonesia Emas 2045." Dalam esai ini,
yang bertujuan untuk menguraikan bagaimana Greenpreneur Muda mengambil
peran kunci dalam memahami, menerapkan, dan mempromosikan SDGs melalui
praktik kolaboratif antara POC (Pupuk Organik Cair) dan kompos dari limbah
organik. Yang akan menjelaskan dampak positif dari kolaborasi ini dalam

2
menciptakan pertanian yang berkelanjutan dan berkontribusi pada visi Indonesia
Emas 2045. Pertama-tama, disini bermaksud untuk menjelaskan SDGs secara
komprehensif. Yang akan membahas bagaimana SDGs menjadi kerangka kerja
global yang diterima secara luas untuk mengatasi tantangan ekonomi, sosial, dan
lingkungan yang dihadapi dunia saat ini. Kami akan menyoroti 17 Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan yang mencakup isu-isu seperti pengentasan
kemiskinan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, dan pelestarian lingkungan.
Dengan menguraikan SDGs, kita akan memahami mengapa mereka menjadi
panduan utama dalam upaya mencapai Indonesia Emas 2045. Selanjutnya, kami
akan membahas peran Greenpreneur Muda dalam menerjemahkan SDGs menjadi
tindakan nyata di lapangan. Kami akan menyoroti siapa Greenpreneur Muda,
bagaimana mereka beroperasi, dan mengapa mereka menjadi agen perubahan
yang penting. Kami akan menyajikan contoh konkret tentang bagaimana
Greenpreneur Muda telah berhasil mengadopsi nilai-nilai SDGs dalam praktik
pertanian organik mereka dan bagaimana hal ini telah berdampak positif pada
komunitas mereka dan lingkungan sekitar. Kemudian, kami akan fokus pada
konsep POC (Pupuk Organik Cair) dan mengapa ini menjadi elemen kunci dalam
implementasi SDGs oleh Greenpreneur Muda. Kami akan menjelaskan bagaimana
POC bekerja, berkolaborasi, dan mengadopsi praktik pertanian organik. Kami
akan mengilustrasikan melalui studi kasus bagaimana POC dapat menjadi wadah
untuk inovasi dan berbagi pengetahuan, yang sesuai dengan prinsip-prinsip SDGs,
terutama yang terkait dengan pertanian berkelanjutan. Selanjutnya, kami akan
membahas peran penting kompos dalam konteks SDGs dan praktik pertanian
berkelanjutan. Kami akan menjelaskan mengapa kompos memiliki dampak positif
pada tanah dan tanaman, serta bagaimana Greenpreneur Muda telah berhasil
mengintegrasikan kompos ke dalam sistem pertanian mereka. Hal ini akan
memperjelas bagaimana kolaborasi antara POC dan kompos menciptakan sinergi
yang kuat dalam mencapai tujuan SDGs yang berkaitan dengan pertanian dan
lingkungan. Selain itu, dalam esai ini, kami akan mengungkapkan bagaimana
upaya Greenpreneur Muda dalam mengimplementasikan SDGs melalui kolaborasi
POC dan kompos memberikan kontribusi nyata terhadap visi "Indonesia Emas
2045." Kami akan memberikan bukti dan contoh nyata tentang bagaimana

3
Greenpreneur Muda telah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, penciptaan
lapangan kerja, ketahanan pangan, dan pelestarian lingkungan, semua sesuai
dengan aspirasi visi Indonesia Emas 2045. Dengan demikian, esai ini memiliki
tujuan utama untuk mendemonstrasikan bagaimana Greenpreneur Muda
menjembatani jurang antara SDGs dan visi "Indonesia Emas 2045" melalui
praktik kolaboratif POC dan kompos. Dengan mengilustrasikan peran mereka
dalam mewujudkan keberlanjutan, kita akan memahami pentingnya generasi
muda yang peduli lingkungan dalam memajukan negara menuju masa depan yang
lebih cerah dan berkelanjutan.
PEMBAHASAN
Salah satu karakteristik yang unik dari SDGs adalah pendekatannya yang
holistik. Mereka dianggap sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling
mendukung. Artinya, kemajuan dalam mencapai satu tujuan dapat memengaruhi
pencapaian tujuan-tujuan lainnya. Misalnya, peningkatan kesehatan masyarakat
dapat berdampak positif pada produktivitas ekonomi, dan sebaliknya. Hal ini
mencerminkan pemahaman bahwa perkembangan ekonomi, sosial, dan
lingkungan adalah bagian integral dari sistem yang lebih besar. Penyelesaian
tantangan global yang dihadapi oleh dunia saat ini, seperti perubahan iklim,
penurunan keanekaragaman hayati, dan kemiskinan ekstrim, memerlukan
kolaborasi lintas negara, lintas sektor, dan lintas masyarakat. SDGs memberikan
kerangka kerja yang memungkinkan pemerintah, organisasi internasional, sektor
swasta, dan masyarakat sipil untuk bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan-
tujuan ini. Prinsip-prinsip SDGs juga menekankan pentingnya mengakhiri
ketidaksetaraan dan diskriminasi serta memastikan bahwa tidak ada yang
tertinggal. SDGs juga menekankan pentingnya melibatkan semua pihak dalam
upaya pembangunan, termasuk melibatkan masyarakat sipil, pemuda, dan sektor
swasta. Dalam hal ini, inisiatif SDGs mempromosikan partisipasi aktif dari semua
pemangku kepentingan dalam perencanaan, implementasi, dan pemantauan
kemajuan terhadap tujuan-tujuan tersebut.

Visi "Indonesia Emas 2045" yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia


adalah upaya ambisius untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju pada
tahun 2045, yang akan menandai seratus tahun kemerdekaan Indonesia. Dalam

4
konteks ini, SDGs (Sustainable Development Goals) memiliki relevansi yang
besar dengan visi ini, karena keduanya memiliki tujuan akhir yang serupa:
menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. Dalam paragraf ini,
kami akan menjelaskan mengapa SDGs dan Indonesia Emas 2045 saling terkait
dan bagaimana mereka dapat mendukung pencapaian satu sama lain. Salah satu
tujuan utama Indonesia Emas 2045 adalah meningkatkan kualitas hidup
masyarakat Indonesia, mengentaskan kemiskinan, dan mengurangi
ketidaksetaraan. SDGs, dengan fokusnya pada penghapusan kemiskinan (SDG 1)
dan kesetaraan (SDG 5), secara langsung mendukung upaya-upaya ini.
Membangun fondasi ekonomi yang kuat dan inklusif, dengan mengutamakan
pembangunan berkelanjutan, merupakan kunci dalam mencapai visi ini. SDGs
menawarkan kerangka kerja yang dapat membantu pemerintah Indonesia untuk
merencanakan dan melaksanakan kebijakan yang sesuai dengan tujuan-tujuan
tersebut. Selain itu, Indonesia Emas 2045 juga menekankan pentingnya
pemberdayaan masyarakat dan pemuda. SDGs, dengan penekanan pada partisipasi
masyarakat (SDG 16) dan pendidikan berkualitas (SDG 4), mendukung aspek ini.
Meningkatkan akses pendidikan berkualitas dan memastikan bahwa pemuda
Indonesia memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk masa depan yang
berkelanjutan adalah elemen penting dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Maka dari itu kami para Greenpreneur Muda mengkolaborasikan POC


(Pupuk Organik Cair) dan kompos dari limbah organik di Indonesia yang sudah
mencemari banyak wilayah yang menurut data mencapai 41,27% dan 38,28% nya
dari sampah yang bersumber dari rumah tangga yang sangat merugikan
Masyarakat sekitar dan menimbulkan berbagai bencana, sehingga kami ingin
memanfaatkan sampah-sampah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai jual.
Pupuk Organik Cair (POC) adalah pupuk yang tersedia dalam bentuk cair, POC
dapat diartikan sebagai pupuk yang dibuat secara alami melalui proses fermentasi
sehingga menghasilkan larutan hasil pembusukan dari sisa tanaman, maupun
kotoran hewan atau manusia. Faktanya, bagi sebagian orang pupuk organik cair
lebih baik untuk digunakan karena terhindar dari bahan-bahan kimia/sintetis serta
dampak yang baik bagi kesehatan. Pupuk organik cair mampu mengatasi
defensiasi hara, sekaligus menambah beberapa jenis hara pada tanaman yang

5
diberi pupuk ini. POC biasanya tidak dijadikan sebagai pupuk utama dalam dunia
cocok tanam . Hal ini dikarenakan, pupuk cair lebih mudah terbawa erosi, meski
di sisi lain pupuk ini mudah untuk dicerna oleh tanaman. Penggunaan pupuk cair
bisa digunakan di bagian daun, bunga, dan juga batang tanaman. Dengan
menyemprotkan pupuk cair ke beberapa bagian tanaman tersebut, hal ini mampu
merangsang tumbuh kembang tanaman. Selanjutnya, pupuk kompos yang sudah
dikenal luas oleh masyarakat. Pupuk kompos berasal dari penguraian sampah
organik seperti dedaunan, yang bisa terjadi secara alami. Namun, ketika ada
tindakan dari manusia seperti penambahan mikroorganisme pengurai,
pengomposan bisa terjadi lebih cepat. Kemudahan cara pembuatan dan kandungan
hara yang terdapat dalam kompos membuat banyak petani mulai tertarik
menggunakan pupuk organik ini. Kompos berguna untuk meningkatkan daya ikat
tanah terhadap air sehingga dapat menyimpan air tanah lebih lama. Ketersediaan
air di dalam tanah dapat mencegah lapisan kering pada tanah, serta memperbaiki
struktur tanah yang semula padat menjadi lebih gembur. Penggunaan kompos juga
bermanfaat untuk menjaga kesehatan akar serta membuat akar tanaman mudah
tumbuh. Selain itu, kompos mengandung humus yang sangat dibutuhkan untuk
peningkatan hara makro dan mikro pada tanah dan meningkatkan aktivitas
mikroba tanah (Wikipedia,2022).

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga


lingkungan dan mengurangi dampak negatif aktivitas manusia terhadap bumi,
semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk terlibat dalam bisnis yang
berkelanjutan. Mereka dikenal sebagai greenpreneur muda, yaitu para wirausaha
muda yang berfokus pada solusi ramah lingkungan. Salah satu aspek penting
dalam pertanian berkelanjutan adalah penggunaan pupuk organik cair dan
kompos. Dalam esai ini, kita akan menjelaskan bagaimana greenpreneur muda
dapat mengkombinasikan pupuk organik cair dan kompos untuk menciptakan
peluang bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pupuk organik cair dan
kompos adalah dua komponen utama dalam praktik pertanian organik. Pupuk
organik cair dibuat melalui fermentasi bahan-bahan organik seperti limbah dapur
dan kotoran ternak. Proses ini menghasilkan nutrisi yang mudah diserap oleh
tanaman, serta meningkatkan kesehatan tanah. Di sisi lain, kompos adalah hasil

6
dari penguraian bahan organik seperti daun, jerami, dan sisa-sisa tanaman.
Kompos adalah bahan organik yang sangat kaya nutrisi dan dapat digunakan
untuk meningkatkan struktur tanah. Salah satu cara greenpreneur muda dapat
mengkombinasikan pupuk organik cair dan kompos adalah dengan
mengembangkan produk pupuk organik unggulan yang menggabungkan
keduanya. Mereka dapat melakukan riset untuk mencari tahu perbandingan yang
tepat antara pupuk organik cair dan kompos untuk berbagai jenis tanaman. Ini
akan membantu petani meningkatkan hasil panen mereka sambil tetap menjaga
keberlanjutan tanah mereka.

Selain itu, greenpreneur muda juga dapat menawarkan layanan konsultasi


kepada petani dalam hal penggunaan pupuk organik cair dan kompos. Mereka
dapat memberikan panduan tentang bagaimana menghasilkan pupuk organik cair
berkualitas tinggi dan kompos yang efektif. Konsultasi semacam ini akan
membantu petani yang ingin beralih ke pertanian organik untuk meningkatkan
produktivitas tanaman mereka. Dalam rangka mencapai kesuksesan sebagai
greenpreneur muda dalam bisnis pupuk organik cair dan kompos, penting untuk
memahami berbagai aspek teknis. Greenpreneur muda perlu memahami
bagaimana melakukan fermentasi yang tepat untuk pupuk organik cair dan proses
pengomposan yang efisien. Mereka juga perlu tahu bagaimana menguji kualitas
pupuk mereka untuk memastikan bahwa mereka memenuhi standar pertanian
organik. (Young.M 2021)

Kolaborasi antara greenpreneur muda yang memiliki visi untuk


mengkombinasikan pupuk organik cair dan kompos dalam praktik pertanian
memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi positif dalam mencapai
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau
SDGs). Pupuk organik cair dan kompos adalah dua komponen utama dalam
pertanian berkelanjutan yang dapat mendukung beberapa SDGs. Dalam esai ini,
kita akan membahas keuntungan dari kolaborasi greenpreneur muda yang fokus
pada penggabungan pupuk organik cair dan kompos dari limbah organic ini untuk
mencapai SDGs, serta merujuk pada literatur yang mendukung gagasan ini. Salah
satu keuntungan utama dari kolaborasi greenpreneur muda yang

7
mengkombinasikan pupuk organik cair dan kompos adalah kontribusinya terhadap
SDG 2, yaitu "Pengentasan Kelaparan." Pupuk organik cair dan kompos
meningkatkan kesuburan tanah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil
panen dan kualitas produk pertanian. Dengan meningkatkan produktivitas
pertanian, greenpreneur muda membantu menjawab tantangan kelaparan global.
Hal ini juga berkontribusi pada SDG 1, yaitu "Tidak Ada Kemiskinan," karena
hasil pertanian yang lebih baik dapat membantu petani meningkatkan pendapatan
mereka.

Selain itu, praktik pertanian yang menggunakan pupuk organik cair dan
kompos secara efektif dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida,
yang berkontribusi pada SDG 15, yaitu "Kehidupan Darat," dengan melestarikan
keanekaragaman hayati dan kualitas tanah. Greenpreneur muda yang
berkolaborasi untuk mempromosikan pertanian berkelanjutan juga mendukung
SDG 12, yaitu "Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab," dengan
mengedepankan praktik pertanian yang ramah lingkungan. Keuntungan lainnya
adalah peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pertanian
berkelanjutan. Greenpreneur muda dapat berperan sebagai agen perubahan yang
membangun kesadaran tentang kebutuhan untuk melindungi lingkungan dan
memastikan keberlanjutan sumber daya alam. Hal ini menciptakan sinergi dengan
SDG 13, yaitu "Tindakan Terhadap Perubahan Iklim," karena pertanian
berkelanjutan dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.

Salah satu kontribusi utama dari kolaborasi dalam penggunaan pupuk


organik cair dan kompos adalah peningkatan produktivitas pertanian. Pupuk
organik cair dan kompos kaya akan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman, dan
meningkatkan kesuburan tanah. Dengan tanah yang subur dan nutrisi yang cukup,
tanaman akan tumbuh lebih baik dan menghasilkan hasil panen yang lebih besar.
Ini tidak hanya berarti bahwa petani dapat memenuhi kebutuhan makanan yang
lebih besar untuk populasi yang terus berkembang, tetapi juga dapat
meningkatkan pendapatan petani. Kolaborasi dalam penggunaan pupuk organik
cair dan kompos juga berkontribusi pada target Indonesia Emas 2045 yang
berfokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca. Praktik pertanian konvensional

8
seringkali bergantung pada pupuk kimia yang dapat menciptakan emisi gas rumah
kaca, seperti nitrogen oksida. Namun, pupuk organik cair dan kompos
mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia berbahaya ini. Selain itu, mereka
juga meningkatkan kualitas tanah dan kemampuannya untuk menyerap karbon
dioksida dari udara. Dengan demikian, pertanian yang menggunakan pupuk
organik cair dan kompos dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap
perubahan iklim.

Pupuk kimia sering kali harus diimpor, yang dapat membebani anggaran
negara dan melemahkan ketahanan pangan. Kolaborasi dalam produksi dan
penggunaan pupuk organik cair dan kompos dapat mengurangi ketergantungan
pada impor pupuk kimia. Pupuk organik cair dapat diproduksi secara lokal dari
limbah pertanian dan limbah ternak, yang tidak hanya mengurangi biaya produksi
tetapi juga menciptakan peluang ekonomi di tingkat lokal. Dengan meminimalkan
ketergantungan pada pupuk kimia, Indonesia dapat mencapai tujuan kedaulatan
pangan dan mengurangi risiko fluktuasi harga pupuk kimia di pasar internasional.
Kolaborasi dalam penggunaan pupuk organik cair dan kompos dapat
memberdayakan petani kecil dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Petani
kecil seringkali memiliki akses terbatas ke pupuk kimia dan teknologi modern.
Namun, dengan pelatihan dan bantuan dalam penggunaan pupuk organik cair dan
kompos, mereka dapat meningkatkan hasil pertanian mereka secara signifikan.
Hal ini juga berkontribusi pada target Indonesia Emas 2045 yang menekankan
pada pengentasan kemiskinan dan ketidaksetaraan Kolaborasi dalam penggunaan
pupuk organik cair dan kompos juga mendukung pelestarian lingkungan dan
keberlanjutan. Dengan meminimalkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida
berbahaya, praktik pertanian berkelanjutan dapat terwujud. Ini mencakup
perlindungan keanekaragaman hayati tanah dan air serta menjaga kualitas tanah.
Keberlanjutan ini sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang dicita-
citakan dalam SDGs.

Greenpreneur muda, atau para wirausaha muda yang fokus pada bisnis
berkelanjutan, memiliki potensi besar untuk mempercepat perubahan positif
dalam pertanian dengan mengkombinasikan penggunaan pupuk organik cair dan

9
kompos. Namun, seperti dalam banyak usaha berkelanjutan, mereka akan
menghadapi sejumlah tantangan dan hambatan yang perlu diatasi untuk mencapai
keberhasilan dalam mengintegrasikan kedua jenis pupuk ini ke dalam praktik
pertanian modern. Dalam esai ini, penulis akan mengulas beberapa tantangan
utama yang mungkin dihadapi oleh greenpreneur muda dalam upaya untuk
mengkolaborasikan pupuk organik cair dan kompos.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh greenpreneur muda adalah
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola produksi pupuk
organik cair dan kompos secara efektif. Proses fermentasi, pengomposan, dan
formulasi pupuk organik cair memerlukan pemahaman mendalam tentang kimia
dan biologi, serta pengalaman praktis. Greenpreneur muda mungkin perlu
mengatasi kurva pembelajaran yang curam, yang dapat mengganggu produksi
pupuk organik berkualitas tinggi. Untuk menghasilkan pupuk organik cair dan
kompos, greenpreneur muda memerlukan akses ke bahan baku organik seperti
limbah dapur, sisa-sisa tanaman, dan kotoran ternak. Namun, ketersediaan dan
aksesibilitas bahan-bahan ini dapat menjadi masalah terutama di daerah
perkotaan. Mereka harus mencari solusi kreatif untuk memastikan pasokan bahan
baku yang berkelanjutan untuk produksi pupuk organik mereka.

Generasi muda adalah kekuatan utama yang memiliki potensi besar untuk
membawa perubahan positif dalam mencapai Sustainable Development Goals
(SDGs) dan menciptakan masa depan Indonesia yang berkelanjutan. Mereka
adalah agen perubahan yang penuh semangat, inovatif, dan memiliki visi untuk
menciptakan dunia yang lebih baik. Dalam esai ini, penulis akan memberikan
ajakan dan harapan kepada generasi muda untuk terlibat aktif dalam gerakan
greenpreneur muda dan SDGs, dengan keyakinan bahwa mereka dapat membawa
perubahan yang kuat untuk masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. Generasi
muda memiliki peran penting sebagai agen perubahan dalam mencapai SDGs dan
memajukan gerakan greenpreneur muda. Mereka memiliki energi, semangat, dan
kreativitas untuk menciptakan solusi berkelanjutan terhadap masalah-masalah
global yang mendesak. Dengan terlibat dalam gerakan ini, mereka dapat

10
memberikan kontribusi berarti untuk mengatasi isu-isu seperti perubahan iklim,
ketidaksetaraan, kelaparan, dan masalah lingkungan lainnya.

Generasi muda dapat membangun bisnis berkelanjutan yang tidak hanya


menghasilkan keuntungan finansial tetapi juga memberikan dampak positif bagi
lingkungan dan masyarakat. Mereka dapat menjalankan bisnis yang
memprioritaskan keberlanjutan dalam seluruh aspek operasi mereka, mulai dari
rantai pasokan hingga kebijakan sumber daya manusia. Dalam konteks gerakan
greenpreneur muda, mereka dapat mengembangkan model bisnis yang berfokus
pada praktik berkelanjutan seperti penggunaan energi terbarukan, manajemen
limbah yang baik, dan pemilihan bahan baku yang ramah lingkungan. Generasi
muda dapat mengambil langkah konkret untuk mengintegrasikan SDGs dalam
bisnis mereka. Mereka dapat menyusun rencana bisnis yang jelas yang
mempertimbangkan dampak positif yang dapat mereka ciptakan terhadap
pencapaian tujuan-tujuan SDGs. Selain itu, mereka dapat mengukur dan
melaporkan dampak sosial dan lingkungan mereka secara teratur, sehingga
mereka dapat mengukur kemajuan mereka dalam mencapai tujuan SDGs.

Generasi muda juga dapat memainkan peran penting dalam mendorong


keterlibatan komunitas dalam mencapai SDGs. Mereka dapat mengorganisir acara
dan inisiatif sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang isu-isu keberlanjutan. Mereka juga dapat mengajak komunitas lokal untuk
berpartisipasi dalam proyek-proyek berkelanjutan, seperti penanaman pohon,
pengumpulan sampah, atau pelatihan pertanian berkelanjutan. Generasi muda
memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor inovasi lingkungan yang
memecahkan masalah-masalah lingkungan yang mendesak. Mereka dapat
mengembangkan teknologi terbaru, solusi berkelanjutan, dan ide-ide kreatif untuk
mengatasi perubahan iklim, krisis air, atau masalah lingkungan lainnya. Terlibat
dalam gerakan greenpreneur muda memberikan mereka platform yang ideal untuk
menguji dan mewujudkan ide-ide ini dalam praktik bisnis. Generasi muda juga
dapat berperan sebagai duta kesadaran akan isu-isu keberlanjutan. Mereka
memiliki kemampuan untuk menggunakan media sosial, blog, podcast, atau
platform lainnya untuk menyebarkan informasi tentang pentingnya keberlanjutan,

11
tantangan yang dihadapi, dan solusi yang dapat diambil. Dengan memberikan
informasi yang akurat dan inspiratif, mereka dapat memotivasi lebih banyak orang
untuk terlibat dalam gerakan greenpreneur muda dan mendukung pencapaian
SDGs.

PENUTUP

Generasi muda dapat berpartisipasi dalam pendidikan dan pelatihan untuk


meningkatkan pemahaman mereka tentang isu-isu keberlanjutan dan keterampilan
yang diperlukan dalam gerakan greenpreneur muda. Mereka dapat menghadiri
lokakarya, seminar, atau kursus yang berkaitan dengan bisnis berkelanjutan,
inovasi lingkungan, dan strategi berkelanjutan. Dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh, mereka dapat mengelola bisnis mereka dengan lebih
efektif dan berkontribusi lebih banyak dalam mencapai SDGs. Dalam mengakhiri
esai ini, mari kita mengingatkan generasi muda bahwa mereka adalah kekuatan
utama yang dapat membawa perubahan positif dalam mencapai SDGs dan
menciptakan masa depan Indonesia yang lebih baik dan berkelanjutan. Terlibat
dalam gerakan greenpreneur muda dan mengintegrasikan SDGs dalam tindakan
dan bisnis mereka adalah langkah penting dalam mendukung visi yang luhur ini.
Semangat, inovasi, dan komitmen generasi muda dapat membawa Indonesia
menuju masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Donald L .Sparks. (2019). Composting for Sustainable Agriculture.


Universitas Putra Malaysia.

Sachs, J. D. (2015). The age of sustainable development. Columbia


University Press.

Young, M. (2021). Entrepreneurship in Sustainable Agriculture: Strategies


for Success. Sustainable Farming Magazine, 15(3), 45-56.

Susilo, B. (2018). Enhanced Agriculture through Organic Fertilizers: A


Pathway to Sustainable Farming in Indonesia. Journal of Agriculture and Rural
Development, 40(3), 245-260.

Rahman, A. (2019). Organic Farming in Indonesia: Challenges and


Opportunities. Indonesian Journal of Sustainable Agriculture, 25(2), 123-140.

Prabowo, D. (2020). The Role of Composting in Sustainable Agriculture:


Lessons from Indonesian Farmers. Sustainable Farming Journal, 15(3), 45-56.

Johnson, L. (2019). Organic Fertilizers and Soil Health: A Review of


Current Research. Environmental

13

Anda mungkin juga menyukai