Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEBIJAKAN PUBLIK

IMPLEMENTASI SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS


(SDG’s) DI KABUPATEN LEBAK PADA GERAKAN
MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GEMAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kebijakan Publik

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ronni Juandi, M.Pd.

Disusun Oleh :

Dedi Sumardi
(2286200017)

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia sebagai negara berkembang harus ikut berkomitmen
merealisasikan tercapainya SDGs. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015)
perhatian khusus sektor kesehatan dalam mendukung agenda SGDs adalah.
Merealisasikan SDGs diperlukan peran aktif dan pemberdayaan masyarakat
dibidang kesehatan melalui gerakan pembangunan kesehatan masyarakat, mulai
dari masyarakat desa atau yang disebut gerakan pembangunan kesehatan
masyarakat desa (PKMD) sampai masyarakat perkotaan. Kegiatan ini tentu harus
didukaung seluruh sektor baik organisasi masyarakat, dunia usaha dan pemangku
kepentingan (Steakholder).
Negara-negara berkembang dihadapkan pada tuntutan pencapain Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs)
dalam periode 2016 - 2030. Kesepakatan tentang SDGs disahkan dalam
pertemuan tanggal 25-27 September 2015 di markas besar PBB yang dihadiri
perwakilan dari 193 negara. Pada tanggal 2 Agustus 2015 dokumen SDGs telah
disepakati dalam pertemuan yang dihadiri 193 negara dengan judul
”Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development”
(Ishartono, 2016). SDGs merupakan kelanjutan dari Millennium Development
Goals (MDGs), namun keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. MDGs
sangat birokratis dan eksklusif tanpa melibatkan unsur nonpemerintah, sedangkan
SDGs memiliki tujuan luas dan tuntas, mengakomodasi unsur nonpemerintah,
serta bersifat universal. SDGs disusun melalui proses partisipatif, sangat inklusif
dengan cara konsultasi dengan semua kalangan (pemerintah, masyarakat sipil,
media, akademisi, pihak swasta dan masyarakat filantropi), baik dari negara maju
maupun berkembang (SMERU, 2017). SDGs menekankan kesetaraan antar–
negara dan antar–warga negara (Hoelman, dkk, Infid, 2015). Sifat inklusif juga
tercermin dari adanya prinsip “no one left behind”, tidak ada satupun pihak yang
tertinggal/ terpinggirkan.
Dari aspek tujuan, jika sebelumnya MDGs berorientasi mengurangi, paling
tidak setengahnya, namun di dalam SDGs target capaian adalah menghilangkan
samasekali, bersifat ”Zero Goals”. Tujuan Pembangunan Milenium/ SDG‟s
menekankan pada 5P yaitu: People (manusia), Planet (bumi), Peace (perdamaian),
Prosperity (kesejahteraan), dan Partnerships (kemiteraan). Tujuan akhir di tahun
2030 program SDG‟s untuk mencapai tiga tujuan mulia berupa: mengakhiri
kemiskinan, mencapai kesetaraan, dan mengatasi perubahan iklim. SDGs terdiri
dari 17 tujuan, 169 target dan 241 indikator dalam skala global. Target dan
indikator tersebut tidak dapat dipisahkan, saling terhubung, dan terintegrasi satu
sama lain guna mencapai kehidupan manusia yang lebih baik (Panuluh & Fitri,
2016). Namun tidak semua indikator sesuai untuk Indonesia, dan juga ditingkat
daerah. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017
tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB/SDGs). Selain itu Tim Sekretariat Nasional SDGs (Bappenas) juga telah
menyusun panduan metadata nasional. Terdapat 319 indikator nasional yang
sudah diidentifikasi, dan 235 diantaranya sesuai untuk tingkat provinsi.
Di Indonesia, 17 tujuan SDGs dikelompokkan ke dalam 4 pilar, yaitu ; (1)
pilar sosial berisi 5 tujuan; (2) pilar ekonomi berisi 5 tujuan; (3) pilar lingkungan
berisi 6 tujuan; (4) pilar hukum dan tata kelola berisi 1 tujuan. Dengan semakin
tingginya target capaian, serta bertambahnya tujuan di dalam SDGs memerlukan
kerja keras semua pihak. Sebagai perbandingan, berdasarkan laporan Bappenas,
bahwa pelaksanaan di MDGs di Indonesia dari 67 indikator, sebanyak 49
indikator telah tercapai dan 18 belum tercapai. Hal tersebut menunjukkan adanya
kendala di dalam pencapaian indikator yang telah ditetapkan. Di era SDGs
memerlukan upaya lebih karena tujuan yang diharapkan adalah menghilangkan
sama sekali, serta bersifat inklusif dan keterlibatan semua.
SDGs/TPB merupakan komitmen pembangunan global yang perlu
diimplementasikan ke dalam pembangunan nasional dan daerah. Pemerintah pusat
dan pemerintah daerah melakukan beberapa langkah untuk mengintegrasikan
target dan indikator SDGs ke dalam pembangunan daerah. Sesuai dengan amanat
Peraturan Presiden (Perpres) 59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), pasal 15 bahwa “Untuk
pencapaian sasaran TPB Daerah, Gubernur menyusun RAD TPB 5 (lima) tahunan
bersama Bupati/Walikota di wilayahnya masing-masing dengan melibatkan
Ormas, Filantropi, Pelaku Usaha, Akademisi, dan pihak terkait lainnya. Dengan
demikian, Pemerintah Provinsi diwajibkan menyusun Rencana Aksi Daerah
(RAD) SDGs bersama-sama pemerintah kabupaten/kota dengan melibatkan
berbagai unsur terkait. Sekretariat Nasional SDGs telah menyusun metadata
nasional tentang SDGs yang bisa digunakan sebagai panduan bagi pemerintah
daerah. Metadata tersebut memuat target dan indikator nasional yang sebagian
sama persis dengan indikator global, sebagian merupakan proksi atau
pengembangan dari indikator global. Di dalam dokumen metadata tersebut telah
dijelaskan konsep, sumber data dan disagregasi data baik untuk tingkat nasional,
provinsi, maupun kabupaten dan kota. Di dalam panduan metadata tersebut,
keseluruhan terdapat 319 indikator TPB/SDGs nasional yang dikembangkan dari
indikator global awalnya sejumlah 241. Dari 319 indikator nasional tersebut,
daerah dwajib menetapkan indikatornya, atau membuat proksi sendiri, sebagian
indikator yang datanya sudah dihitung oleh BPS, wajib masuk dalam Rencana
Aksi Daerah. Pemilihan indikator di daerah didasarkan panduan metadata nasional
tersebut memperhatikan disagregasi data (nasional, provinsi dan kabupaten/kota).
Dengan berdasarkan panduan metadata data tersebut, pemerintah provinsi dapat
mengetahui potensi ketersedaan data di lingkup urusan masing-masing sebagai
dasar penyusunan rencana aksi daerah.
Ada beberapa jenis indikator ditentukan oleh sekretariat Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan Nasional, yaitu: 1) Indikator negara berdasarkan
indikator Global adalah indikator nasional konsep dan pengukuran yang sama
Memiliki metadata metrik global (misalnya: Angka Kematian Ibu) 2) Indikator
negara sebagai proksi untuk indikator global, konsep indikator nasional dan
Metode pengukuran adalah proxy Jawaban Metadata Indikator Global (misalnya
air minum dan sanitasi yang layak); 3) Indikator global yang harus dimiliki
Dikembangkan, yaitu indikator global Indonesia belum punya, belum ada
Proksinya bersifat nasional karena metadata global belum tersedia (misalnya:
keasaman (pH) Samudera); 4) Indikator global Tidak masalah di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI dalam mendukung SDGs meluncurkan program
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
ditetapkan pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas) pada tanggal 27 Februari 2017. Inpres Nomor
1 Tahun 2017 mengamanatkan bahwa dalam rangka mempercepat dan
menyelaraskan tindakan dari usaha promotive serta preventif hidup sehat untuk
meningkatkatkan produktivitas masyarakat serta menurunkan beban biaya yang
dikeluarkan terhadap pelayanan kesehatan yang disebabkan penyakit.
Perkembangan Kesehatan merupakan hal yang terpenting dalam pencapaian
program Germas. Germas adalah suatu tindakan terencana dan terstruktur serta
dilakukan bersama-sama oleh semua lini masyarakat dengan kemauan, kesadaran
serta kemampuan berperilaku sehat agar dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pengembangan dan pembinaan Germas salah satu program pemerintah untuk
merealisasikan agenda SDGs tersebut. Kabupaten Lebak merupakan Kabupaten
yang mengimplementasikan program Germas.
Beberapa penelitian berkaitan dengan gerakan masyarakat hidup secara
keseluruhan (Germs). belajar sebelumnya Indradewi dkk. (2019) Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat mengarah pada penemuan bahwa perilaku hidup
dipengaruhi oleh tiga faktor persepsi karyawan yang sehat di lingkungan kerja,
yaitu. diet sehat dengan skor 0,307, kemudian resistensi terhadap rokok dengan
skor 0,193 dan skor kebugaran jasmani sebesar 0,269. Kemudian penelitian
Pangalila et al (2019). Dari Germas di Kota Tomohon. Salah satu kesimpulan dari
penelitian ini adalah sekitar kondisi lingkungan pelaksanaan kesehatan
masyarakat dan sosial budaya. Kota Tomohon merupakan salah satu daerah
promotor Penyakit Menular (PTM) di Indonesia Indonesia akibat kurangnya
aktivitas fisik akibat konsumsi makanan yang berlebihan. Yarmaliza dan
Zakiyuddin (2019) juga melakukan penelitian tentang pencegahan dini penyakit
tidak menular (PTM) melalui program Germas. Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa ibu harus sadar akan perilaku sehat untuk mengurangi jumlahnya
penyakit, terutama penyakit tidak menular seperti kolesterol dan diabetes mellitus
Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat (Jerman) merupakan program pemerintah
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui upaya bidang kesehatan.
Menurut Ilham (2019) Germa adalah gerakan terencana dengan sistem dan
serentak dengannya semua elemen masyarakat melalui kesadaran dan kemauan
diri keterampilan gaya hidup sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Namun,
menurut Moeloek (2017) berpendapat bahwa kuman bersifat promotif dan
preventif pendekatan berorientasi keluarga. Sedangkan menurut
Promkes.Kemenkes.go.id (2021). Salah satu meingkatkan kesehatan adalah
dengan meminum air bersih.
Air minum merupakan sumber kehidupan dan kebutuhan dasar manusia
yang sangat vital terutama di Indonesia yang mengalami 2 musim yaitu kemarau
dan musim hujan. Pada musim kemarau, keberadaan air menjadi sumber
kebutuhan di beberapa geo-dibatasi dan Keterbatasan lapisan tanah tidak
memungkinkan untuk mendapatkannya (Pirngadi et al., 2021). Kekurangan air
minum juga menurunkan produktivitas Kampanye masyarakat untuk menjadikan
air minum sebagai infrastruktur Landasan pembangunan suatu negara, khususnya
di pedesaan. mengembangkan dimaknai sangat penting dalam suatu negara untuk
menciptakan masyarakat Kemakmuran. Revitalisasi pedesaan hanya dapat dicapai
melalui partisipasi seluruh masyarakat Unsur masyarakat dan pemerintah desa
dalam proses perencanaan mengembangkan. Rencana Pembangunan Desa
Disetujui memberdayakan, melibatkan, pro-masyarakat, terbuka, akuntabel,
Selektif, efisien, prudent, berkelanjutan, dan melalui proses yang iteratif Sehingga
memperoleh hasil yang efektif (Ariadi, 2019).
Menurut UU No 6 Tahun 2014 dijelaskan bahwa Pembangunan desa
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup
manusia serta pemberantasan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pengembangan sarana dan prasarana desa, Pemanfaatan potensi ekonomi lokal
dan pemanfaatan sumber daya alam dan Menjaga lingkungan secara
berkelanjutan. Sustainable Development Goals (SDG‟s) adalah program
pembangunan dunia yang merupakan lanjutan dari Millenium Development Goals
(MDG‟s), Sustainable Development Goals (SDG‟s) adalah pembangunan yang
dilakukan bukan hanya untuk generasi saat ini, namun menyiapkan hal yang sama
untuk generasi selanjutnya tanpa menghabiskan sumber daya yang ada pada saat
ini. Sustainable Development Goals (SDG‟S) memiliki 17 tujuan, dimana salah
satunya mengenai Air Minum dan Sanitasi, yaitu pada Tujuan ke 6, Menjamin
Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan untuk
Semua menurut UNDP (United Nation Development Programme). Selama tahun
2011-2015, persentase rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses air minum
yang layak terus meningkat. Secara agregat (perkotaan dan perdesaaan),
persentase rumah tangga yang memiliki akses air minum yang layak meningkat
setiap tahunnya, yaitu dari 63,95% pada tahun 2011 menjadi 70,97% pada tahun
2015 (Badan Pusat Statistik, 2016).
Pelayanan Air Minum di Kabupaten Lebak dilakukan oleh PDAM Tirta
Multatuli, dimana cakupan pelayanan administratif masih rendah yaitu 14,46%
dan baru menjangkau 18 kecamatan dari 28 kecamatan atau baru 86 desa dari 350
desa/kelurahan (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Lebak tahun 2019-2024). Kabupaten Lebak juga menerima Program Penyediaan
Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), yang merupakan
platform pembangunan air minum dan sanitasi perdesaan yang dilaksanakan
dengan pendekatan berbasis masyarakat. Saat ini, Program Pamsimas sudah
memasuki fase ketiga (Pamsimas III) yang dilaksanakan untuk mendukung dua
agenda nasional untuk meningkatkan cakupan penduduk terhadap pelayanan air
minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan, yaitu 100% akses air minum
dan 100% akses sanitasi. Tujuan program Pamsimas III adalah Meningkatkan
jumlah warga masyarakat kurang terlayani di wilayah perdesaaan dan peri-urban
yang dapat mengakses air minum dan sanitasi yang berkelanjutan.
(Pamsimas.org). Program Pamsimas yang dilaksanakan di Kabupaten Lebak
dilanjutkan dengan dibentuknya Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi (BP-SPAMS) pasca konstruksi program Pamsimas guna melayani
penyediaan Air Minum di Kabupaten Lebak. Badan ini dibentuk oleh masyarakat
kemudian difomalkan melalui pembuatan angka pendirian dan SK Kepala Daerah
Kabupaten Lebak. Program ini sangat membantu masyaraat perdesaan dalam
menyediakan kelangkaan air minum pada masa kemarau panjang lebih dari 4
bulan dan kondisi kemarau yang tidak menentu. Sehingga masyarakat dalam hal
ini bukan hanya sebagai objek yang dibantu tetapi memiliki peran penting dalam
pengelolaan yang dapat meningkatkan social capital dan juga sisi bisnisnya.
(Syarifudin & Fathoni, 2020). Program ini tentunya akan meningkatkan
kecukupan air untuk masyarakat terutama penyediaan air baku yang syarat dengan
ketentuan fisik dan ambang batas kimia air layak untuk kebutuhan manusia
(Pirngadi & Nurwulandari, 2018). Perpres Nomor 59 Tahun 2017
mengamanatkan kepada masing-masing pemerintah daerah untuk
mengintegrasikan SDGs kedalam Perencanaan pembangunan dan menyusun
Rencana Aksi Daerah (RAD) SDGs yang juga selaras dengan Rencana Aksi
Nasional (RAN) SDGs.
Implementasi skema Pamsimas di Kabupaten Lebak dilanjutkan dengan
pembentukan Badan Pengelola Air Bersih dan Sanitasi Pasca Konstruksi (BP-
SPAMS) untuk melayani penyediaan air minum di Kabupaten Lebak.
Kelembagaan tersebut dibentuk oleh masyarakat kemudian diresmikan dengan
surat keputusan pembentukan tokoh kelembagaan dan kepala daerah Kabupaten
Lebak. Program ini sangat membantu dalam memberikan akses kelangkaan air
minum masyarakat pedesaan pada saat musim kemarau panjang dan kondisi
kemarau tidak menentu lebih dari 4 bulan. Oleh karena itu, dalam hal ini
masyarakat tidak hanya sebagai obyek bantuan, tetapi juga memiliki peran penting
dalam pengelolaan yang dapat meningkatkan modal sosial, dan juga dalam dunia
usaha 3 (Syarifudin & Fathoni, 2020). Program tersebut tentunya akan
meningkatkan kecukupan air masyarakat, terutama penyediaan air baku yang
memenuhi ambang batas fisik dan kimia kebutuhan manusia (Pirngadi dan
Nurwulandari, 2018).
Kecamatan Bayah yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Lebak, pada Peraturan Daerah kabupaten Lebak Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak tahun 2014-2034,
ditetapkan sebagai PKWp dengan fungsi utama sebagai pusat kegiatan kawasan
perdagangan dan jasa, pusat pendidikan, pusat kesehatan, pusat pengembangan
permukiman perkotaan, pusat pariwisata, dan pusat pelayanan sosial ekonomi,
mengingat pertumbuhan dan perkembangan kecamatan tersebut semakin
meningkat dengan adanya berbagai macam kegiatan, seperti pariwisata dan
industri, membuat kebutuhan akan Air Minum pun meningkat.
Selain sistem penyediaan air minum yang dilaksanakan oleh PDAM
Multatuli, dimana kecamatan Bayah terdapat di 5 kecamatan Jumlah klien PDAM
terbesar adalah Kabupaten Lebak dengan 6,42%, Warga Jalan Bayah juga sudah
menerima program Pamsimas dan memiliki 4 orang Badan Pengatur Air Minum
dan Sanitasi (BP-SPAMS) Kecamatan Bayah yang salah satunya terletak di Desa
Sawarna akan dikembangkan menjadi Bidang penelitian dari penelitian ini. Saat
ini Desa Sawarna sudah dimulai Ditunjuk sebagai kabupaten dan dikembangkan
dari sudut pandang pariwisata Kuantitas Wisata Strategis Desa Wisata Sawarna
Provinsi Banten Jumlah wisatawan mencapai 11.149 pada tahun 2014 (Dinas
Pariwisata Banten, 2017). Seiring dengan semakin tingginya pariwisata di desa
Sawarna Kebutuhan air perpipaan untuk kegiatan wisata juga harus dipertanyakan
Masyarakat setempat membutuhkan air minum.
Di sisi lain, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lebak (RPJPD) 2005-2025 yaitu “Lebak menjadi daerah perdesaan
yang maju dan religius” dan tujuan pembangunan berkelanjutan untuk menjamin
kecukupan pasokan. dan pengelolaan air bersih dan sanitasi, mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian terkait dampak Program Pamsimas dan Badan
Pengelola Air Minum (BP-SPAMS) terhadap pembangunan desa untuk mencapai
tujuan Sustainable Development Goals (SDG). Seiring kebutuhan air minum yang
tinggi dan pasokan jaringan pipa PDAM yang masih minim, Pamsimas juga akan
membantu menyediakan air minum yang cukup untuk kepentingan masyarakat
desa Sawarna, sementara kegiatan pariwisata di desa Sawarna meningkat. dan
kebutuhan air minum juga semakin meningkat dan semakin bersaing dengan
kebutuhan air minum masyarakat setempat. Isu ini menarik untuk diteliti karena
perlu adanya strategi dan sistem pengelolaan pengisian air minum yang
diterapkan oleh masyarakat dalam program Pamsimas. Masyarakat yang
mendefinisikan kehidupan pembangunan harus merasa berdaya dan terlibat aktif
dalam berbagai kegiatan strategis dalam kehidupannya (Suntari et al., 2018).
Studi terdahulu yang mengkaji Pamsimas yang permah dilakukan telah
peneliti sebelumnya telah banyak dilakukan terutama yang berfokus kepada
evaluasi program yang telah dilaksanakan (Fitriyani & Rahdriawan, 2017; Astuti
& Rahdriawan,2013; Yati, et al., 2021) yang mengevaluasi kegiatan pamsimas
dari sisi implementasi program. Penelitian lain berfokus kepada peran serta
masyarakat dalam penyediaan air minum melalui pamsimas, dimana proses
inisiasi, proses perancangan, implementasi sangat menentukan keberjasilan
Pamsimas (Daniel et al., 2001). Kajian lainnya adalah mengenai metoda pencarian
sumber air (Taufik & Mega, 2021), penilaian Aset Pamsimas (Ahmad, Nursyaifi
& Heldi, 2021), dan kualitas air dari aspek fisik, bio kimia dan bakteriologi
(Korniasih, Sudiartawan & Sudaryati, 2021). Oleh sebab itu dilakukan penelitian
dengan judul Strategi Pembangunan Desa melalui Program Pamsimas untuk
mencapai target Sustainable Development Goals (SDG‟s) yang belum pernah
dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian ini memberikan konribusi kepada bidang
ilmu pembangunan sanitasi perdesaan dalam pembangunan perdesaan melalui
Pamsimas ditinjau dari aspek pencapaian target SDG‟s pada wilayah perdesaan
sangatlah penting untuk dilaksanakan dan membawa dampak terhadap perubahan
mind-set bahwa tujuan pembangunan juga sangat penting.
Germas adalah gerakan yang bertujuan untuk mempromosikan budaya gaya
hidup sehat dan meninggalkan kebiasaan yang tidak sehat. Kemudian menurut
Kementerian Kesehatan (2017) bahwa tujuan langkah Germas dapat menjadi
panduan untuk kehidupan yang lebih memuaskan Sehat untuk berolahraga, makan
buah dan sayuran, tidak merokok, Hindari minuman beralkohol, periksa kesehatan
secara teratur, jaga ketertiban selalu menjaga kebersihan lingkungan dan
menggunakan toilet saniter.
Beberapa penelitian merujuk pada pergerakan manusia secara keseluruhan
(bakteri). sebelumnya dipelajari oleh Indradewi et al. (2019) Gerakan masyarakat
untuk gaya hidup sehat mengarah pada pengamatan bahwa perilaku gaya hidup
dipengaruhi oleh tiga faktor dalam persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja
yang sehat, yaitu. pola makan sehat dengan skor 0,307, kemudian ketahanan
terhadap rokok 0,193 dan kebugaran jasmani 0,269. Kemudian penelitian
Pangalila et al (2019). Dari Germas di Kota Tomohon. Salah satu kesimpulan
penelitian ini menyangkut kondisi lingkungan untuk penyelenggaraan kesehatan
masyarakat dan sosial budaya. Kota Tomohon merupakan salah satu penggagas
penyakit menular (PTM) di Indonesia akibat kurangnya aktivitas fisik akibat
konsumsi makanan yang berlebihan. Yarmaliza dan Zakiyuddin (2019) juga
melakukan penelitian pencegahan dini penyakit tidak menular melalui program
Germas. Hasil penelitian ini memperjelas bahwa ibu harus sadar akan perilaku
sehat untuk mengurangi timbulnya penyakit, terutama penyakit tidak menular
seperti kolesterol dan diabetes. Gerakan Masyarakat untuk Gaya Hidup Sehat
(Jerman) merupakan program pemerintah untuk meningkatkan kualitas. melalui
upaya bidang kesehatan. Menurut Ilham (2019), Germa adalah gerakan terencana
yang secara sistematis dan serentak melibatkan seluruh elemen masyarakat
melalui kesadaran dan kemandirian keterampilan pola hidup sehat untuk
meningkatkan kualitas hidup. Namun, Moeloek (2017) mengklaim bahwa bakteri
menguntungkan dan bersifat preventif dalam pendekatan yang berpusat pada
keluarga. Sedangkan menurut Promkes.Kemenkes.go.id (2021). Germas adalah
gerakan yang bertujuan untuk mempromosikan gaya hidup sehat dan membuang
kebiasaan tidak sehat. Kemudian, menurut Kemenkes (2017), tujuan langkah-
langkah dalam Germas dapat menjadi pedoman untuk hidup lebih berkecukupan,
bergerak sehat, makan buah dan sayur, tidak merokok, hindari alkohol, periksa
kesehatan secara teratur, jaga kesehatan. ketertiban, menjaga kebersihan
lingkungan dan menggunakan sanitasi toilet menganalisis tidak hanya dari sudut
pandang masalah dan karakteristik politik, tetapi juga untuk menganalisis
lingkungan yang mempengaruhi ini.
Teori Implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier bila dikaitkan dengan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dapat menganalisis bagaimana
masalah (tractability of the problems) yang terjadi pada saat implementasi
Gerakan Masayarakat Hidup sehat (Germas), Dapat menganalisisis bagaimana
karakteristik kebijakan (ability of statute to structure implementation) tentang
implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan bagaimana kondisi
lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation) pada saat
implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

2.1 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Karakteristik Kabupaten Lebak?
2. Bagaimana Implementasi SDG‟s di Kabupaten Lebak pada Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK KABUPATEN LEBAK
Kabupaten Lebak berbatasan langsung dengan beberapa Kabupaten di
Propinsi Banten dan sebagian berbatasan langsung dengan Kabupaten di Propinsi
Jawa Barat. Kabupaten Lebak memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah
Selatan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, Sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang, Sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Bogor dan Sukabumi, Sebelah Utara sampai Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Serang dan Ujung Utara berbatasan dengan Kabupaten
Tangerang. Kabupaten Lebak memiliki 28 Kecamatan dengan 340 desa dan
memiliki lima kelurahan. Terdapat pula sekira 5.995 Rukun Tetangga (RT) dan
1.680 Rukun Warga (RW). Kabupaten Lebak mempunyai panjang pantai 91,42
km2 dan memiliki wilayah laut sekitar 73,3 km2 (RPJMD Kabupaten Lebak
2019-2024). Luas wilayah Kabupaten Lebak adalah 330.507,16 Ha atau 3.305,07
Km2. Kabupaten Lebak memiliki luas sekitar 34,20 % dari Provinsi Banten.
Lokasi Kabupaten Lebak berada diantara 60 18‟ sampai 70 00‟ Lintang Selatan
serta 1050 25‟ sampai dengan 1060 30‟ Bujur Timur (RPJMD Kabupaten Lebak
2019-2024).
g (lebakkab, 2019). Pengurus Kabupaten Lebak mendapat penghargaan atas
tata kelola pemerintahan yang baik. Sebelumnya, pada tahun 2012 puluhan desa
terbengkalai dari 340 desa (Mardiani, 2012). Demikian pula dengan masalah desa
miskin. Kabupaten Lebak memiliki desa terparah di Provinsi Banten, lebih dari
50% (Nahib, 2013). Untuk memitigasi hal tersebut, pada tahun 2017 Kabupaten
Lebak bekerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika melakukan
inovasi pelayanan publik yang berkualitas dengan mengembangkan layanan
publik secara online (Abdullah, 2017). Dengan aplikasi Lebak Smart City,
masyarakat dapat dengan cepat dan akurat menemukan informasi seputar
pendidikan, kesehatan, kuliner, keamanan, lalu lintas, pariwisata, budaya dan isu
lainnya. Pada tahun 2014, terdapat 768.668 orang yang memiliki jaminan
kesehatan di bidang kesehatan. Rinciannya 675.221 eks peserta Jamkesma,
66.956 mantan. Asuransi Askes Kedinasan, TNI dan Polri serta Asuransi Sosial,
17.405 peserta mandiri dan 9.086 peserta kartu Lebak Sehat (Setiawan, 2014). Di
bidang pendidikan, pengetahuan bahasa Latin penduduk usia 15 tahun ke atas
cukup tinggi pada tahun 2016, yaitu sebesar 97,57 persen. Angka tersebut
menunjukkan peningkatan sebesar 1,23 poin dibandingkan tahun sebelumnya
(lebakkab.bps.go.id, 2018). Kabupaten Lebak Banten dua kali mendapat
penghargaan efisiensi dan tata kelola yang baik. Salah satunya pada Oktober
2019. Kabupaten Lebak di bawah kepemimpinan Iti Octavia berhasil menerima
Penghargaan Pandu Tanah 2019 dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Indonesia (IIPG), lembaga independen milik mantan Wakil Presiden RI, Dr. H.
Boediono (Kabar Banten, 2019a ). . Penghargaan ini merupakan ajang
penghargaan tahunan bagi pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota Indonesia
yang memiliki kinerja dan tata kelola yang baik serta pemimpin yang inovatif
(RMOL, 2019).
Pantai Lebak dan wilayah sekitarnya mempunyai potensi daya tarik wisata
domestik maupun internasional. Variasai atraksi yang tersedia meliputi pantai,
laut, batuan karang, bukit, rimba lindung dan goa. Salah satu atraksi yaitu pantai
Ciantir dengan barisan pasir putih serta jejeran pohon kelapa dan ombak laut yang
menarik perhatian. Wilayah sekitar pantai selatan Kabupaten Lebak didominasi
oleh penggunaan lahan pertanian dan sebagian besar belum dimanfaatkan secara
intensif, kuantitas dan kualitas penduduk reltif rendah Susilowati. MH Dewi, Tuty
H, Ratna S, 2012 dan 2013). Peningkatan produktifitas dan perbaikan kualitas
produk termasuk pengembangan produk pariwisata merupakan faktor yang sangat
strategis. Perbaikan dan modernisasi teknologi merupakan isu yang sangat krusial
yang harus diupayakan secara sungguh-sungguh untuk mendorong proses
peningkatan pendapatan masyarakat Ajala OA & Aliu IR, 2013; Gruber, Denis,
2008).
B. IMPLEMENTASI SDG’S DI KABUPATEN LEBAK PADA GERAKAN
MASYARAKAT HIDUP SEHAT?

Kebijakan Germas sudah sesuai dengan Inpres Nomor 1 tahun 2017 dan
Kabupaten melalui Surat Edaran Bupati Nomor 866 tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas) cukup jelas. Kebijakan yang telah diterbitkan
sebagai surat edaran Bupati Kabupaten Lebak yang berkaitan dengan lima klaster
dalam mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) adalah :

a. Surat Edaran Bupati Nomor 866 tahun 2018 tentang Gerakan


Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
b. Surat Edaran Bupati no 132 tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM)
c. Surat Edara Bupati no 315 tahun 2015 tentang Langkah-
langkah pengelolaan sampah
d. Surat Edaran Bupati no 132 tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM)
e. Surat Edara Bupati no 315 tahun 2015 tentang Langkah-
langkah pengelolaan sampah
f. Surat Edaran Bupati no 268 tahun 2019 tentang Pelaksanaan
Skrining Kesehatan Anak Sekolah
g. Surat Edaran Bupati Lebak no 1788 tahun 2019 tentang
Pemberian Tablet Tambah Darah ( TTD) pada Remaja Putri
h. Surat Edaran Bupati nomor 4.20tahun 2019 tentang
Penggunaan Botol Kemasan Air Minum Isi Ulang.

Kelemahan dari surat edaran adalah hanya berupa himbauan tidak mengikat
sebagaimana Peraturan Daerah/Peraturan Bupati. Seharusnya kebijakan yang
diterbitkan dalam mendukung Germas adalah Peraturan Bupati/Peraturan Daerah
sesuai dengan amanat dari Inpres Nomor 1 Tahun 2017. Peraturan
daerah/Peraturan Bupati bersifat mengikat dan harus dijalankan. Apabila tidak
dijalankan oleh sasaran dari kebijakan dapat dikenakan sangsi sesuai dengan
tingkat pelanggaran yang dilakukan. Menurut Maria Indarti Farida Guru Besar
Ilmu PerundangUndang Universitas Indonesia dalam Hukum online.com
menyampaikan bahwa Surat Edaran bukan termasuk dalam kategori peraturan
perundang-undangan, meskipun terkesan sebagai peraturan, Surat Edaran
seharusnya hanya internal dan tidak mengikat pihak luar.

Sedangkan kebijakan berupa Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati yang


telah diterbitkan di Kabupaten Lebak adalah :

a. Perda No 17 tahun 2006 pasal 24 tentang penyelenggaraan


ketertiban, kebersihan dan keindahan serta Kawasan Tanpa
Rokok
b. Peraturan Bupati Lebak Nomor 660 tahun 2015 tentang
penetapan Kawasan hari bebas kenderaan bermotor (Car Free
Day), Bebas asap rokok, bebas sampah dan senam massal
c. Peraturan Bupati Nomor 20 tahun 2017 tentang
penyelenggaraan kesehatan ibu dan bayi
d. Peraturan Bupati Nomor 90 tahun 2018 tentang pelayanan
program jaminan persalinan
e. Peraturan Daerah Nomor 42 Tahun 2019 tentang Percepatan
Penurunan dan Pencegahan Stunting Terintegrasi di
Kabupaten Lebak.

Kesehatan lingkungan merupakan salah satu faktor terpenting dalam


pembangunan kesehatan hadirin Kondisi lingkungan yang sehat mendukung
kesehatan keluarga dan individu. Kesehatan lingkungan dipengaruhi oleh
karakter masyarakat yang bersih dan sehat. Tempat yang bagus Kepadatan
penduduk berdampak besar terhadap kesehatan lingkungan. hal ini dikarenakan
sanitasi yang buruk seperti drainase, polusi udara dan pengelolaan limbah secara
tidak sengaja Penyakit akibat kondisi lingkungan yang buruk seperti ISPA masih
terjadi di Kabupaten Lebak dan gastritis. Penyakit ini masuk sepuluh besar kasus
di seluruh Puskesmaa Pemerintahan Libanon. Pengujian kualitas air minum
merupakan salah satu prioritas Pemkab Lebak dalam penanganan dampak
lingkungan. Kondisi minum Orang sakit menyebabkan gastritis. Budaya
masyarakat yang gaya hidupnya tidak memenuhi standar kehidupan suci dan sana
masih membutuhkan bimbingan dan bantuan terutama dari instansi pemerintah
Badan Kesehatan Masyarakat. Masih ada orang yang buang air besar
sembarangan penggunaan toilet sanitasi. Situasi seperti itu tentu sangat berbahaya
bagi kesehatan masyarakat. Hasil survei menunjukkan bahwa pemerintah
Kabupaten Lebak berupaya mengatasi masalah ini ini adalah untuk menerapkan
intervensi sanitasi yang disebut Sanitasi Berbasis masyarakat (STBM). STBM
berupaya untuk mencapai kondisi sanitasi secara umum hadirin Perubahan
perilaku masyarakat menuju masyarakat yang higienis. STBM tujuannya adalah
untuk mencapai kondisi higienis umum di masyarakat. Untuk mengganti perilaku
masyarakat menuju masyarakat yang higienis. Data menunjukkan bahwa di Pada
tahun 2017 jumlah desa yang menghentikan BABS sebanyak 17 desa (4,93%),
kemudian pada tahun 2017. Pada tahun 2019 meningkat menjadi 103 desa atau
29,9%. (Profil Kesehatan 2019), lalu naik signifikan menjadi 254 desa (66,8%)
pada tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sangat memperhatikan
pola hidup bersih dan sehat menghindari bangku terbuka.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1.


Ciri-ciri kebijakan dalam pelaksanaan Germas di Kabupaten Lebak: a) Kebijakan
gerakan masyarakat pola hidup sehat (Kuman) di wilayah Lebak saat ini sudah
ada, namun hanya dalam bentuk Surat Edaran Bupati. Jika melihat UU no. 10
2004 bahwa surat edaran (SE) tentu tidak termasuk dalam kualifikasi seperti
ketentuan hukum (Online Law.com); b) Kebijakan Germas tertuang dalam
Inpres Nomor 1 tahun ini Perpres 2017 jelas mengarahkan kabupaten/kota seluruh
Indonesia harus diperintah oleh Kuman; C. Kurangnya partisipasi dan dukungan
stakeholder terhadap program Germas disebabkan oleh: kebijakan yang
dipublikasikan hanya berupa surat edaran sehingga bukan badan lembaga
Kesehatan tidak merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya sendiri. . Berikut
permasalahan dalam pelaksanaan Germas di Kabupaten Lebak: A. Kesulitan
pelaksanaan program Germas di Kabupaten Lebak sejak tahun 2019 hingga tahun
2020, karena mobilitas orang sangat terbatas Pandemi Covid-19 yang membuat
masyarakat sulit untuk berkumpul banyak melakukan Gerakan masyarakat untuk
hidup sehat; b) Pelaksanaan Germas di Kabupaten Lebak juga mengalami
kesulitan karena masih ada banyak orang yang berpendidikan rendah, meskipun
masih ada orang yang berpendidikan rendah belum abjad. Semakin rendah tingkat
pendidikan, semakin sulit memahami program; C. Bagian dari kelompok sasaran
penduduk dalam pelaksanaan program di Germa Sebagian besar pertumbuhan
terjadi di Kabupaten Lebak, meskipun ada pertumbuhan Beberapa di antaranya
tidak signifikan dan cakupannya juga menurun vaksinasi primer lengkap. 3.
Kondisi lingkungan selama penugasan Germas ke Kabupaten Lebak: a) Beberapa
kondisi lingkungan masyarakat di Kabupaten Lebak telah membaik setelah
pelaksanaan program Germas menuju lingkungan yang sehat; b) Keadaan
ekonomi masyarakat Kabupaten Lebak secara umum buruk kelas bawah sehingga
menjadi tantangan untuk mengimplementasikan Germas Kabupaten Lebak; C.
Perangkat, terutama perangkat kerasnya, membutuhkan banyak dedikasi dan
pengetahuan Industri kesehatan mendukung program Germas, meskipun
jumlahnya masih sedikit kekurangan, terutama tenaga promosi kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Korniasih, N. W., Sudiartawan, I. P., & Sudaryati, N. L. G. (2021). Kualitas Air


Pamsimas Desa Saba Kabupaten Gianyar Ditinjau Dari Sifat Fisik, Kimia
Dan Mikrobiologi. JURNAL WIDYA BIOLOGI, 12(02), 139-148.
Kusnaedi, 2010, Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum, Penebar Swadaya,
Jakarta Lindawati, Sri Dan Hendri, M, 2016, “Penggunaan Metode
Deskriptif Kualitatif Untuk Analisis Strategi Pengembangan Kepariwisataan
Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara”, Hal. 833-837, Nusa Tenggara Barat
Machado, AVM, Santos, JAN, Quindeler, N & Alves, MNC, 2019, „Critical
Factors for the Success of Rural Water Supply Services in Brazil‟, Basel,
Switzerland
Maryono & Nugroho, A. A, 2016, “Peluang Keberlanjutan Program
Penyediaanair Minum Berbasis Komunitas (Pamsimas) Di Kabupaten
Kendal”, Biro Penerbit Planologi Undip Volume 12(2), Hal 140-153,
Semarang
Nain, U, 2019 Pembangunan Desa Dalam Perspektif Sosiohistoris, Garis
Khatulistiwa, Makassar Ockelford, J & Reed B, 2002, Participatory
Planning For Integrated Rural Water Supply and Sanitation Programmes:
Guidelines and Manual, WEDC, Loughborough University, Inggris
Pamsimas 2020, Profil Pamsimas, Bappenas, Kementerian PUPR,
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Desa, dilihat pada 21 Desember
2020, http://pamsimas.org/profil/ringkas-program/
Pirngadi, B. H., Karlina, A. D., & Syarifudin, D. (2021, April). Potential of
rainwater harvesting in Cimahi, West Java, Indonesia. In IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science (Vol. 737, No. 1, p. 012077). IOP
Publishing. Pirngadi, B., & Nurwulandari, F. (2018).
Analisis Statistik Variabel Internal Perusahaan Daerah Air Minum Di Indonesia
Yang Berpengaruh Pada Peningkatan Cakupan Pelayanan. INFOMATEK:
Jurnal Informatika, Manajemen Dan Teknologi, 20(2), 69 – 78.
doi:10.23969/infomatek.v20i2.1207.
Prayitno, G & Subagiyo, A, 2018, Membangun Desa : Merencanakan Desa
dengan Pendekatan Partisipatif dan Berkelanjutan, UB Press, Malang
Publikasi Bank Dunia, 2014,
„PAMSIMAS : Menjawab Tantangan Air Minum dan Sanitasi di Wilayah
Perdesaan Indonesia‟, Harapan Prima Printing, Jakarta Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Permukiman Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum.
2012. Pedoman Pembangunan Sarana Dan Prasarana Air Minum
Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat
Arachchi, N. S. M., Ganegama, R., Husna, A. W. F., Chandima, D. L., Hettigama,
N.,
Premadasa, J., Herath, J., Ranaweera, H., Agampodi, T. C., & Agampodi, S. B.
2019.
Suicidal ideation and intentional self-harm in pregnancy as a neglected agenda in
maternal
health; An experience from rural Sri Lanka. Reproductive Health, 16 (1).
https://doi.org/10.1186/s12978-019-0823-5
Arsyita, N., Aryani, & Wahyono, B. 2020. Program Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan
(PMT-P) untuk Penderita Balita Gizi Buruk. HIGEIA (Journal of Public Health
Research
and Development), 4(3), 460–470. https://doi.org/10.15294/higeia/v4i3/31955
Bailey, J., Opondo, C., Lelijveld, N., Marron, B., Onyo, P., Musyoki, E. N.,
Adongo, S. W.,
Manary, M., Briend, A., & Kerac, M. 2020. A simplified, combined protocol
versus
standard treatment for acute malnutrition in children 6–59 months (ComPAS
trial): A
cluster-randomized controlled non-inferiority trial in Kenya and South Sudan.
https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1003192
Bappenas. 2017. Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
Jdih.Bappenas.go.id
BTKLPP. 2016. revisi Rencana Aksi Kegiata Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Manado Tahun 2015-2019.
Chasanah, S. U. 2017. Peran Petugas Kesehatan Masyarakat dalam Upaya
Penurunan Angka
Kematian Ibu Pasca MDGs 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 9(2), 73.
https://doi.org/10.24893/jkma.v9i2.190
Das, J. K., Salam, R. A., Saeed, M., Kazmi, F. A., & Bhutta, Z. A. (n.d.).
Effectiveness of

Anda mungkin juga menyukai