Anda di halaman 1dari 12

Pengertian SDGs adalah singkatan atau kepanjangan dari sustainable

development goals, yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah


acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di
dunia.
Konsep SDGs melanjutkan konsep pembangunan Millenium Development
Goals (MDGs) di mana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi,
kerangka pembangunan yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia
yang semula menggunakan konsep MGDs sekarang diganti SDGs.
Tujuan SDGs
Ada banyak tujuan dari konsep SDGs. Namun ada tiga tujuan yang
dirangkum redaksi Berberita.com dari materi yang disampaikan Menteri
Sosial Republik Indonesia (RI) Khofifah Indar Parawansa.
Pertama, SDGs diharapkan bisa mengakhiri segala bentuk kemiskinan di
semua negara manapun.
Kedua, SDGs bertujuan mengakhiri segala bentuk kelaparan, mencapai
ketahanan pangan dan meningkatkan gizi dan mendorong pertanian
secara berkelanjutan.
Ketiga, target SDGs adalah menjamin adanya kehidupan yang sehat, serta
mendorong kesejahteraan untuk semua orang di dunia pada semua usia.

Target SDGs

Target utamanya mengentaskan kemiskinan. Tapi, Indonesia akan


menggunakan tiga indikator terkait dengan dokumen SDGs, yaitu
pembangunan manusia atau human development yang meliputi pendidikan
dan kesehatan, lingkungan dalam skala kecil atau social economic
development dan lingkungan yang besar atau environmental development
berupa ketersediaan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang baik.

Perbedaan dengan MGDs


Pada dasarnya MDDs dan SDGs punya persamaan dan kesamaan tujuan
yang sama. Yakni, SDGs melanjutkan cita-cita mulia MGDs yang ingin
konsen menganggulangi kelaparan dan kemiskinan di dunia.

Namun, dokumen yang disepakati pimpinan dunia pada tahun 2000


tersebut habis pada tahun 2015. Para pemimpin dunia merasa agenda
Millenium Development Goals perlu dilanjutkan, sehingga muncul sebuah
dokumen usulan bernama sustainable development goals.

Namun, ada sejumlah perbedaan dan pengembangan konsep yang lebih


mendalam lagi. Untuk mempelajari lebih lanjut perbedaan antara MDGs

dan SDGs, sebaiknya Anda cari format dalam bentuk PDF yang diunggah
instansi yang memiliki otoritas. Biasanya berbentuk bahasa Inggris.

Tujuh alasan SDGs


lebih baik dari MDGs
Oleh : Ronna Nirmala
15:00 WIB - Kamis , 08 Oktober 2015

12SEBARAN
UNTUK INFORMASI LEBIH LENGKAP, IKUTI KAMI DI MEDIA
SOSIAL

Potret ilustrasi kemiskinan Mast Irham /EPA


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru saja
meluncurkan program pembangunan berkelanjutan yang

diberi nama Sustainable Development Goals (SDGs),


menggantikan program sebelumnya Millennium
Development Goals (MDGs) yang akan selesai pada akhir
tahun 2015.
SDGs tersebut akan otomatis berlaku bagi negara-negara
maju dan berkembang untuk 15 tahun ke depan.
Tujuan dari agenda baru PBB tersebut tidak berbeda jauh
dari program sebelumnya, yang di antaranya mengakhiri
kemiskinan, menjamin kehidupan sehat, mempromosikan
pendidikan dan memerangi perubahan iklim.
The Guardian menulis 7 alasan mengapa SDGs akan jauh
lebih baik dari MDGs, yakni:
1. SDGs lebih global dalam mengkolaborasikan programprogramnya. MDGs sebelumnya dibuat oleh anggota negara
OECD dan beberapa lembaga internasional. Sementara
SDGs dibuat secara detail dengan negosiasi internasional
yang juga terdiri dari negara berpendapatan menengah dan
rendah.
2. Sekarang, sektor swasta juga akan memiliki peran yang
sama, bahkan lebih besar.
3. MDGs tidak memiliki standar dasar hak asasi manusia
(HAM). MDGs dianggap gagal untuk memberikan prioritas
keadilan yang merata dalam bentuk-bentuk diskriminasi dan
pelanggaran HAM, yang akhirnya berujung kepada masih
banyaknya orang yang terjebak dalam kemiskinan.

Sementara SDGs dinilai sudah didukung dengan dasar-dasar


dan prinsip-prinsip HAM yang lebih baik.
4. SDGs adalah program inklusif. Tujuh target SDG sangat
eksplisit tertuju kepada orang dengan kecacatan, dan
tambahan enam target untuk situasi darurat, ada juga tujuh
target bersifat universal dan dua target ditujukan untuk
antidiskriminasi.
5. Indikator-indikator yang digunakan memberikan
kesempatan untuk keterlibatan masyarakat sipil.
6. PBB dinilai bisa menginspirasi negara-negara di dunia
dengan SDGs.
7. COP21 di Paris adalah salah satu kesempatan untuk maju.
Sementara itu, Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia
menagih komitmen pemerintah melaksanakan SDGs
pascapenandatangan di New York dalam Sidang Umum
PBB (25-27 September 2015) lalu.
"Presiden Joko Widodo harus memimpin langsung
implementasi SDGs sebagai bentuk keseriusan
pemerintah," kata Direktur Program Transparansi
Internasional Indonesia, Muhamad Ilham Saenong, seperti
yang dikutip Republika Online, Kamis (8/10/2015).
Ia menilai jika implementasi di bawah Bappenas, seperti
yang disampaikan pemerintah selama ini, pelaksanaan
SDGs tidak akan berhasil karena Bappenas merupakan
lembaga teknis perencanaan pembangunan. Untuk

memperkuat komitmen itu, Presiden perlu mengeluarkan


Keputusan Presiden (Kepres) mengawal SDGs.
Di sisi lain, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa
Millenium Development Goals (MDGs) yang akan berakhir
pada 2015 belum berhasil mencapai target.
"Ketidaksetaraan dan kemiskinan menjadi masalah global
hingga kini. Bahkan sejumlah tantangan baru muncul
seperti kesenjangan energi, infrastruktur, pola konsumsi,
keterbatasan produksi, dan perubahan iklim," kata Jusuf
Kalla, dalam pidato KTT Pengesahan Agenda
Pembangunan Pasca-2015 di Markas Besar PBB, New
York, seperti dalam siaran pers yang diterima Tempo.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyoroti pentingnya
meningkatkan upaya dan tanggung jawab dalam
melaksanakan agenda pembangunan yang baru, capaian
Indonesia dalam agenda pembangunan global, dan
pentingnya memperkuat kemitraan dalam agenda
pembangunan global.
Selain itu, perencanaan pembangunan nasional telah
disesuaikan dengan agenda pembangunan global.
"Indonesia telah berhasil menurunkan presentase
kemiskinan hingga setengahnya, sesuai target MDGs,"
kata dia.

pengendalian (IN8F) | Rabu, 23 September 2015 - 10:39:32 WIB | dibaca: 3831


pembaca
8

Sustainable Development Goals (SDGs)


Masih segar dalam ingatan, bahwa Indonesia pernah mencanangkan program Indonesia Sehat tahun
2010, sebagai bagian dari upaya pemenuhan terhadap tuntuntan konstitusi yaitu untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial, tetapi setelah tahun yang dimaksud sudah berlalu selama empat tahun, apakah
Indonesia sudah sehat? Kemudian ada lagi program pembangunan nasional yang mengacu pada agenda
internasional, yaitu pembangunan pada abad milenium yang diikuti oleh 189 negara, termasuk Indonesia,
dan akan memasuki tahap akhir evaluasinya pada tahun 2015.

Pantauan sementara dari 8 program dengan masing-masing indikatornya, nampaknya ada sejumlah
program yang tidak mungkin untuk dicapai pada tahun tersebut, bahkan ada salah satu indikator di
bidang kesehatan yang justru terjun bebas dari tahun sebelumnya.

Melihat perkembangan hasil pembangunan dibeberapa negara yang masih belum sesuai dengan target
maka Millennium Development Goals (MDGs) pun siap-siap akan ganti baju dan bernama menjadi SDGs
(Sustainable Development Goals). Pertanyaannya adalah sampai kapan pembangunan ini, khususnya di
Indonesia, mampu mencapai batas akhir yaitu terwujudnya kesejahteraan sosial?

Era Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan telah dimulai saat
negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk Indonesia, menyepakati Outcome
Document SDGs pada tanggal 2 Agustus lalu. Dokumen ini berisi tentang deklarasi, tujuan, target dan
cara pelaksanaan SDGs hingga tahun 2030. Dokumen ini adalah kerangka kerja pembangunan global
baru pengganti Millenium Development Goals (MDGs) yang berakhir tahun 2015 ini, dengan 17 tujuan
dan 169 target.
SDGs untuk tahun 2016 2030. SDGs ini, merupakan program yang kegiatanya meneruskan agendaagenda MDGs sekaligus menindaklanjuti program yang belum selesai. Bidang kesehatan yang menjadi
sorotan adalah sebaran balita kurang gizi di Indonesia, proporsi balita pendek, status gizi anak, tingkat
kematian ibu, pola konsumsi pangan pokok, dan sebagainya.
Ketika menilik untuk mengukur kesejahteraan negara melalui delapan indikator, yaitu pendidikan,
kesehatan, perekonomian, keamanan, kebebasan, modal sosial, kewirausahaan dan kesempatan dalam
pemerintahan, posisi Indonesia berdasarkan Legatum Prosperity Index (LPI),ternyata prestasi Indonesia
ini sangat mengagumkan. Tingkat kenaikkan kesejahteraannya adalah yang terbaik di dunia sejak tahun
2009. Tatkala diukur menggunakan indikator lain, yaitu MDGs, hasilnya ternyata berbeda, tidak
secemerlang itu. Meskipun hasilnya masih lumayanlah, masuk katagori Top Five Performer.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kedua model pengukur kesejahteraan tersebut, baik
menggunakan indikator LPI maupun MDGs.
Menurut laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia yang di rilis SUSENAS tahun
2011 silam, dari 8 tujuan yang selanjutnya dijabarkan menjadi 64 indikator, hasilnya tidak buruk-buruk
amat, diperlihatkan ada 8 indikator sasaran sudah tercapai, 39 indikator sasaran akan tercapai (on track)
dan 17 indikator sasaran yang perlu perhatian khusus. Upaya percepatan pencapaian sasaran MDGs ini
pun, sesungguhnya telah dilengkapi dengan regulasi, yaitu Inpres No 3 tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan. Kebijakan ini sebenarnya merupakan cambuk yang diarahkan bagi
setiap kementerian/Lembaga, Gubernur dan para Bupati/Walikota sebagai eksekutor, pelaksana tugas
dan fungsi melalui kewenangan masing-masing, setelah melihat hasil capaian sasaran MDGs tahun 2009
masih belum semuaon track.
Sebuah realita di lapangan yang sudah terjadi, dan arah jarum jam tidak dapat diputar kembali. Segetir
apapun, kalau itu obat, harus diminum kalau pingin sembuh. Mestinya perlu dibangun sikap yang sejuk,
sehingga hati menjadi jernih dan mampu memilah dan memilih rencana aksi apa yang tepat ke depan.
Secara teknis, dari delapan tujuan pembangunan milenium ini masing-masing telah memiliki program
yang berkelanjutan untuk dilaksanakan serta memiliki alokasi anggaran baik dari pemerintah pusat,
daerah maupun lembaga donor.

Sasaran pertama, dalam penanggulangan kemiskinan, ada program klaster PKH, Raskin, PNPM
mandiri, KUR dan UKM serta program pemenuhan kebutuhan fasilitas dasar.
Program sasaran kedua, dalam rangka mencapai pendidikan dasar untuk semua, pemerintah telah
menyelenggarakan pendidikan dasar yang terjangkau dan berkualitas, yang ditempuh antara lain melalui
program Bantuan Operasional Sekolah yang dilaksanakan sejak tahun 2005 dan cakupan pada tahun
2011 sebesar 42,1 juta orang.
Program sasaran ketiga, dalam mendorong Kesetaraan Gender Dan Pemberdayaan Perempuan upaya
peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia ini secara umum dicapai
karena gencarnya upaya pengarusutamaan gender (PUG) yang dilakukan sejak tahun 1999.
Sasaran keempat, dalam menurunkan Angka Kematian Anak, berbagai upaya yang dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan kesehatan anak Indonesia, yakni melalui continuum of care berdasarkan siklus
hidup, continuum of care berdasarkan pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif), continuum of care pathway sejak anak di rumah, di masyarakat (pelayanan posyandu dan
poskesdes), di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, dan di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
Sasaran kelima, dalam meningkatkan Kesehatan Ibu, pemerintah mengatasi berbagai hambatan yang
dihadapi ibu-ibu dalam persalinan antara lain dikembangkan tiga program penting, yaitu Jaminan
Persalinan, Kelas Ibu Hamil, dan Rumah Tunggu Ibu Hamil. Selain itu penurunan angka kematian ibu
diperkuat oleh program keluarga berencana.
Sasaran keenam, dalam Memerangi Hiv Dan Aids, Malaria Dan Penyakit Menular Lainnya telah
dilakukan berbagai upaya pencegahan. Salah satu upaya tersebut yakni penggunaan kondom pada
hubungan seksual yang berisiko tinggi menularkan HIV dan AIDS.
Sasaran ketujuh, dalam memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dalam rangka meningkatkan rasio
luas kawasan tertutup pepohonan dan rasio luas kawasan lindung, Pemerintah Indonesia telah
melakukan kegiatan prioritas rehabilitasi hutan dan lahan kritis, termasuk hutan mangrove, pantai,
gambut dan rawa pada Daerah Aliran Sungai prioritas di seluruh Indonesia dengan target pada periode
2010-2014 seluas 2,5 juta hektar.
Sasaran kedelapan, dalam Membangun Kemitraan Global Untuk Pembangunan, Berbagai langkah
dilakukan untuk meningkatkan rasio besarnya ekspor dan impor terhadap PDB, antara lain melalui
kebijakan peningkatan daya saing produk ekspor nonmigas melalui diversifikasi pasar serta peningkatan
keberagaman dan kualitas produk, yang didukung oleh strategi, mendorong upaya diversifikasi pasar
tujuan ekspor untuk mengurangi tingkat ketergantungan kepada pasar ekspor tertentu; meningkatkan
keberagaman dan kualitas produk terutama untuk produk-produk manufaktur yang bernilai tambah lebih
besar, berbasis pada sumber daya alam, dan permintaan pasarnya besar; dan meningkatkan kualitas
perluasan akses pasar, promosi, dan fasilitasi ekspor nonmigas di berbagai tujuan pasar ekspor melalui

pemanfaatan skema kerjasama perdagangan baik bilateral, regional maupun multilateral; serta
melakukan pengendalian impor produk-produk yang berpotensi menurunkan daya saing produk domestik
di pasar dalam negeri.
Evaluasi secara menyeluruh terhadap berbagai strategi pelaksanaan program masing-masing
kementerian/lembaga terkait, dalam rangka mewujudkan tercapainya sasaran pembangunan milenium,
menurut hemat saya bahwa kurangnya komitmen, koordinasi dan komunikasi antar pemangku
kepentingan, dalam mencapai target MDGs.
Barangkali setiap Kementerian/Lembaga terkait dapat mengerahkan kekuatan dan kemampuannya
dengan didukung oleh keunggulan teknologi informasi yang hebat saat ini, semestinya sasaran MDGs itu
bukanlah termasuk sesuatu yang jauh panggang dari apinya. Ini barang nyata, teraba dan dapat
dirasakan.
Untuk memastikan dilaksanakannya SDGs dalam kerangka pembangunan Indonesia, baik di tingkat
nasional maupun daerah. Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
menyambut baik diadopsinya Outcome Document SDGs ini dan mendesak Pemerintah Indonesia untuk
sesegara mungkin menyiapkan berbagai hal baik dari sisi proses dan subtansi. Pemerintah Indonesia
harus pro-aktif dalam upaya pencapaian SDGs, sebagai tindak lanjut atas inisiatif proaktif Indonesia
dalam proses penyiapan agenda SDGs sejak tahun 2012.
Meskipun SDGs tidak bersifat mengikat secara hukum (legally binding), namun SDGS merupakan hasil
kesepakatan pimpinan negara yang mengikat secara moral bagi tiap negara untuk bertanggungjawab
dan berkewajiban memastikan tujuan dan target yang ada di SDGs bisa dilaksanakan dan dicapai pada
tahun 2030.
Indonesia memerlukan persiapan yang lebih matang terhadap upaya adopsi SDGs, terutama Rencana
Aksi yang dibutuhkan terkait tujuan prioritas dan strategis dalam RKP dan Pagu Indikatif 2016/2017,
payung hukum yang diperlukan, mobilisasi pembiayaan jangka menengah yang dibutuhkan,
kelembagaan permanen yang mencerminkan keterlibatan dari semua pemangku kepentingan (inklusif),
serta kerangka kerja pengawasan yang dibutuhkan, termasuk perbaikan metode dan sistem pendataan.
Keterlibatan pemerintah daerah dan parlemen dibutuhkan untuk memastikan pencapaian tujuan dan
penyesuaian yang dibutuhkan berjalan sesuai rencana. Secara ringkas Indonesia perlu menyiapkan
segera Rencana Aksi terkait; (i) regulatory framework, (ii) institutional framework, (iii) financing
framework, dan yang baru saja dibahas di NY, yaitu(iv) accountability framework,
Indonesia tidak boleh mengulangi kesalahan MDGs, yang baru dipikirkan secara serius oleh Pemerintah
10 tahun setelah MDGs disepakati. Pemerintah perlu segera membuka keran partisipasi masyarakat sipil
dalam pelaksanaan SDGs. Berkaca dari pengalaman masa lalu (MDGs), keberhasilan pencapaian
Tujuantujuan MDGs tidak hanya ditentukan oleh pemerintah dan badan multilateral semata, melainkan

juga kontribusi dari berbagai pemangku kepentingan, terutama aktor masyarakat sipil. Sebagaimana
diamanatkan oleh SDGs, keterlibatan masyarakat sipil dalam penyusunan dan pelaksanaan agenda
pembangunan global memerlukan kemitraan yang sejajar dari berbagai pemangku kepentingan (inklusif).
Bukankah para founding fathers sudah meninggalkan warisan kemerdekaan dan sebuah komitmen
bangsa, yang bahkan sudah ada sebelum lahirnya indikator MDGs dan SDGs? yaitu, pemerintah negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia.
Ini adalah visi yang semestinya mampu memberi semangat bagaikan api abadi dari Mrapen yang tak
pernah padam. Tinggal kitalah sebagai generasi penerus, apakah juga memiliki semangat kepahlawanan
yang serupa dengan para pendahulu, guna merealisasikan cita-cita bangsa itu.
Ayo Indonesiaku, bangkit! Dari bisa ke serba bisa, demi menuju Indonesia yang luar biasa!

Sumber Berita: www.swarakalibata.com


http://bappeda.bekasikota.go.id/berita-diganti-dengan-sdgs-apa-kabarmdgs.html#ixzz3xAgKTqR7

Anda mungkin juga menyukai