Target SDGs
dan SDGs, sebaiknya Anda cari format dalam bentuk PDF yang diunggah
instansi yang memiliki otoritas. Biasanya berbentuk bahasa Inggris.
12SEBARAN
UNTUK INFORMASI LEBIH LENGKAP, IKUTI KAMI DI MEDIA
SOSIAL
Pantauan sementara dari 8 program dengan masing-masing indikatornya, nampaknya ada sejumlah
program yang tidak mungkin untuk dicapai pada tahun tersebut, bahkan ada salah satu indikator di
bidang kesehatan yang justru terjun bebas dari tahun sebelumnya.
Melihat perkembangan hasil pembangunan dibeberapa negara yang masih belum sesuai dengan target
maka Millennium Development Goals (MDGs) pun siap-siap akan ganti baju dan bernama menjadi SDGs
(Sustainable Development Goals). Pertanyaannya adalah sampai kapan pembangunan ini, khususnya di
Indonesia, mampu mencapai batas akhir yaitu terwujudnya kesejahteraan sosial?
Era Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan telah dimulai saat
negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk Indonesia, menyepakati Outcome
Document SDGs pada tanggal 2 Agustus lalu. Dokumen ini berisi tentang deklarasi, tujuan, target dan
cara pelaksanaan SDGs hingga tahun 2030. Dokumen ini adalah kerangka kerja pembangunan global
baru pengganti Millenium Development Goals (MDGs) yang berakhir tahun 2015 ini, dengan 17 tujuan
dan 169 target.
SDGs untuk tahun 2016 2030. SDGs ini, merupakan program yang kegiatanya meneruskan agendaagenda MDGs sekaligus menindaklanjuti program yang belum selesai. Bidang kesehatan yang menjadi
sorotan adalah sebaran balita kurang gizi di Indonesia, proporsi balita pendek, status gizi anak, tingkat
kematian ibu, pola konsumsi pangan pokok, dan sebagainya.
Ketika menilik untuk mengukur kesejahteraan negara melalui delapan indikator, yaitu pendidikan,
kesehatan, perekonomian, keamanan, kebebasan, modal sosial, kewirausahaan dan kesempatan dalam
pemerintahan, posisi Indonesia berdasarkan Legatum Prosperity Index (LPI),ternyata prestasi Indonesia
ini sangat mengagumkan. Tingkat kenaikkan kesejahteraannya adalah yang terbaik di dunia sejak tahun
2009. Tatkala diukur menggunakan indikator lain, yaitu MDGs, hasilnya ternyata berbeda, tidak
secemerlang itu. Meskipun hasilnya masih lumayanlah, masuk katagori Top Five Performer.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kedua model pengukur kesejahteraan tersebut, baik
menggunakan indikator LPI maupun MDGs.
Menurut laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia yang di rilis SUSENAS tahun
2011 silam, dari 8 tujuan yang selanjutnya dijabarkan menjadi 64 indikator, hasilnya tidak buruk-buruk
amat, diperlihatkan ada 8 indikator sasaran sudah tercapai, 39 indikator sasaran akan tercapai (on track)
dan 17 indikator sasaran yang perlu perhatian khusus. Upaya percepatan pencapaian sasaran MDGs ini
pun, sesungguhnya telah dilengkapi dengan regulasi, yaitu Inpres No 3 tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan. Kebijakan ini sebenarnya merupakan cambuk yang diarahkan bagi
setiap kementerian/Lembaga, Gubernur dan para Bupati/Walikota sebagai eksekutor, pelaksana tugas
dan fungsi melalui kewenangan masing-masing, setelah melihat hasil capaian sasaran MDGs tahun 2009
masih belum semuaon track.
Sebuah realita di lapangan yang sudah terjadi, dan arah jarum jam tidak dapat diputar kembali. Segetir
apapun, kalau itu obat, harus diminum kalau pingin sembuh. Mestinya perlu dibangun sikap yang sejuk,
sehingga hati menjadi jernih dan mampu memilah dan memilih rencana aksi apa yang tepat ke depan.
Secara teknis, dari delapan tujuan pembangunan milenium ini masing-masing telah memiliki program
yang berkelanjutan untuk dilaksanakan serta memiliki alokasi anggaran baik dari pemerintah pusat,
daerah maupun lembaga donor.
Sasaran pertama, dalam penanggulangan kemiskinan, ada program klaster PKH, Raskin, PNPM
mandiri, KUR dan UKM serta program pemenuhan kebutuhan fasilitas dasar.
Program sasaran kedua, dalam rangka mencapai pendidikan dasar untuk semua, pemerintah telah
menyelenggarakan pendidikan dasar yang terjangkau dan berkualitas, yang ditempuh antara lain melalui
program Bantuan Operasional Sekolah yang dilaksanakan sejak tahun 2005 dan cakupan pada tahun
2011 sebesar 42,1 juta orang.
Program sasaran ketiga, dalam mendorong Kesetaraan Gender Dan Pemberdayaan Perempuan upaya
peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia ini secara umum dicapai
karena gencarnya upaya pengarusutamaan gender (PUG) yang dilakukan sejak tahun 1999.
Sasaran keempat, dalam menurunkan Angka Kematian Anak, berbagai upaya yang dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan kesehatan anak Indonesia, yakni melalui continuum of care berdasarkan siklus
hidup, continuum of care berdasarkan pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif), continuum of care pathway sejak anak di rumah, di masyarakat (pelayanan posyandu dan
poskesdes), di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, dan di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
Sasaran kelima, dalam meningkatkan Kesehatan Ibu, pemerintah mengatasi berbagai hambatan yang
dihadapi ibu-ibu dalam persalinan antara lain dikembangkan tiga program penting, yaitu Jaminan
Persalinan, Kelas Ibu Hamil, dan Rumah Tunggu Ibu Hamil. Selain itu penurunan angka kematian ibu
diperkuat oleh program keluarga berencana.
Sasaran keenam, dalam Memerangi Hiv Dan Aids, Malaria Dan Penyakit Menular Lainnya telah
dilakukan berbagai upaya pencegahan. Salah satu upaya tersebut yakni penggunaan kondom pada
hubungan seksual yang berisiko tinggi menularkan HIV dan AIDS.
Sasaran ketujuh, dalam memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dalam rangka meningkatkan rasio
luas kawasan tertutup pepohonan dan rasio luas kawasan lindung, Pemerintah Indonesia telah
melakukan kegiatan prioritas rehabilitasi hutan dan lahan kritis, termasuk hutan mangrove, pantai,
gambut dan rawa pada Daerah Aliran Sungai prioritas di seluruh Indonesia dengan target pada periode
2010-2014 seluas 2,5 juta hektar.
Sasaran kedelapan, dalam Membangun Kemitraan Global Untuk Pembangunan, Berbagai langkah
dilakukan untuk meningkatkan rasio besarnya ekspor dan impor terhadap PDB, antara lain melalui
kebijakan peningkatan daya saing produk ekspor nonmigas melalui diversifikasi pasar serta peningkatan
keberagaman dan kualitas produk, yang didukung oleh strategi, mendorong upaya diversifikasi pasar
tujuan ekspor untuk mengurangi tingkat ketergantungan kepada pasar ekspor tertentu; meningkatkan
keberagaman dan kualitas produk terutama untuk produk-produk manufaktur yang bernilai tambah lebih
besar, berbasis pada sumber daya alam, dan permintaan pasarnya besar; dan meningkatkan kualitas
perluasan akses pasar, promosi, dan fasilitasi ekspor nonmigas di berbagai tujuan pasar ekspor melalui
pemanfaatan skema kerjasama perdagangan baik bilateral, regional maupun multilateral; serta
melakukan pengendalian impor produk-produk yang berpotensi menurunkan daya saing produk domestik
di pasar dalam negeri.
Evaluasi secara menyeluruh terhadap berbagai strategi pelaksanaan program masing-masing
kementerian/lembaga terkait, dalam rangka mewujudkan tercapainya sasaran pembangunan milenium,
menurut hemat saya bahwa kurangnya komitmen, koordinasi dan komunikasi antar pemangku
kepentingan, dalam mencapai target MDGs.
Barangkali setiap Kementerian/Lembaga terkait dapat mengerahkan kekuatan dan kemampuannya
dengan didukung oleh keunggulan teknologi informasi yang hebat saat ini, semestinya sasaran MDGs itu
bukanlah termasuk sesuatu yang jauh panggang dari apinya. Ini barang nyata, teraba dan dapat
dirasakan.
Untuk memastikan dilaksanakannya SDGs dalam kerangka pembangunan Indonesia, baik di tingkat
nasional maupun daerah. Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
menyambut baik diadopsinya Outcome Document SDGs ini dan mendesak Pemerintah Indonesia untuk
sesegara mungkin menyiapkan berbagai hal baik dari sisi proses dan subtansi. Pemerintah Indonesia
harus pro-aktif dalam upaya pencapaian SDGs, sebagai tindak lanjut atas inisiatif proaktif Indonesia
dalam proses penyiapan agenda SDGs sejak tahun 2012.
Meskipun SDGs tidak bersifat mengikat secara hukum (legally binding), namun SDGS merupakan hasil
kesepakatan pimpinan negara yang mengikat secara moral bagi tiap negara untuk bertanggungjawab
dan berkewajiban memastikan tujuan dan target yang ada di SDGs bisa dilaksanakan dan dicapai pada
tahun 2030.
Indonesia memerlukan persiapan yang lebih matang terhadap upaya adopsi SDGs, terutama Rencana
Aksi yang dibutuhkan terkait tujuan prioritas dan strategis dalam RKP dan Pagu Indikatif 2016/2017,
payung hukum yang diperlukan, mobilisasi pembiayaan jangka menengah yang dibutuhkan,
kelembagaan permanen yang mencerminkan keterlibatan dari semua pemangku kepentingan (inklusif),
serta kerangka kerja pengawasan yang dibutuhkan, termasuk perbaikan metode dan sistem pendataan.
Keterlibatan pemerintah daerah dan parlemen dibutuhkan untuk memastikan pencapaian tujuan dan
penyesuaian yang dibutuhkan berjalan sesuai rencana. Secara ringkas Indonesia perlu menyiapkan
segera Rencana Aksi terkait; (i) regulatory framework, (ii) institutional framework, (iii) financing
framework, dan yang baru saja dibahas di NY, yaitu(iv) accountability framework,
Indonesia tidak boleh mengulangi kesalahan MDGs, yang baru dipikirkan secara serius oleh Pemerintah
10 tahun setelah MDGs disepakati. Pemerintah perlu segera membuka keran partisipasi masyarakat sipil
dalam pelaksanaan SDGs. Berkaca dari pengalaman masa lalu (MDGs), keberhasilan pencapaian
Tujuantujuan MDGs tidak hanya ditentukan oleh pemerintah dan badan multilateral semata, melainkan
juga kontribusi dari berbagai pemangku kepentingan, terutama aktor masyarakat sipil. Sebagaimana
diamanatkan oleh SDGs, keterlibatan masyarakat sipil dalam penyusunan dan pelaksanaan agenda
pembangunan global memerlukan kemitraan yang sejajar dari berbagai pemangku kepentingan (inklusif).
Bukankah para founding fathers sudah meninggalkan warisan kemerdekaan dan sebuah komitmen
bangsa, yang bahkan sudah ada sebelum lahirnya indikator MDGs dan SDGs? yaitu, pemerintah negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia.
Ini adalah visi yang semestinya mampu memberi semangat bagaikan api abadi dari Mrapen yang tak
pernah padam. Tinggal kitalah sebagai generasi penerus, apakah juga memiliki semangat kepahlawanan
yang serupa dengan para pendahulu, guna merealisasikan cita-cita bangsa itu.
Ayo Indonesiaku, bangkit! Dari bisa ke serba bisa, demi menuju Indonesia yang luar biasa!