Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325312873

Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam Pembangunan


Kota Berkelanjutan di Jakarta

Article · May 2018

CITATIONS READS

3 78,144

1 author:

Diah Riski Hardiana


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Diah Riski Hardiana on 23 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam Pembangunan Kota
Berkelanjutan di Jakarta
Diah Riski Hardiana
Government Affairs and Administration
Jusuf Kalla School of Government
diah.riski.2015@fisipol.umy.ac.id / diahriskihardiana@gmail.com

I. Pendahuluan
Sustainable Development Goals (SDGs) yang disepakati tahun 2015 merupakan
keberlanjutan dari Millennium Development Goals (MDGs). SDGs menjadi sejarah baru
dalam pembangunan global, karena dalam kesepakatan SDGs dalam Sidang Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke 70 ini memiliki tujuan pembangunan universal
baru yang dimulai pada tahun 2016 hingga tahun 2030. Menurut Panuluh (2016) SDGs
membawa 5 prinsip-prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi ekonomi, sosial
dan lingkungan, yaitu 1) People (manusia), 2) Planet (bumi), 3) Prosperty
(kemakmuran), 4) Peace (perdamaian), dan 5) Partnership (kerjasama). Kesepakatan
SDGs ini memiliki 17 tujuan dan 169 sasaran, berbeda dengan MDGs yang hanya
memiliki 8 tujuan dan 21 sasaran. Secara proses MDGs juga memiliki kelemahan karena
penyusunan hingga implementasinya ekslusif dan sangat birokratis tanpa melibatkan
peran stakeholder non-pemerintah, seperti civil society organization,
universitas/akademisi, sektor bisnis dan swasta, serta kelompok lainnya (Panuluh & Fitri,
2016). Akan tetapi, penyusunan SDGs sendiri memiliki beberapa tantangan karena masih
terdapat beberpa butir-butir target MDGs yang belum bisa dicapai dan harus diteruskan
di dalam SDGs (Erwandari, 2017). SDGs disepakati oleh 193 kepala negara dan
pemerintahan yang merupakan anggota PBB dan termasuk Negara Indonesia.
Penerapan SDGs di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59
Tahun 2017. Pemerintah Indonesia berusaha untuk menghindari keterlambatan
implementasi SDGs, hal ini dikarenakan sebelumnya dalam implementasi MDGs
Indonesia mengalami keterlambatan 10 tahun dari pengesahannya pada tahun 2000.
Pemerintah Indonesia menjelaskan bahwa keterlambatan tersebut dikarenakan Indonesia
pada saat itu masih dalam proes peulihan dari situasi ekonomi setelah terjadinya krisis
pada tahun 1998. Dalam Perpres tersebut menguraikan 17 tujuan dari implementasi
SDGs yang mana termasuk dalam sasaran nasional Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 di Indonesia. Penerapan Sustainable
Development Goals dalam Perpres Nomor 59 tahun 2017 memuat antara lain:
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di mana pun.
2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
meningkatkan pertanian berkelanjutan.
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh
penduduk semua usia.
4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan
kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.
6. Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan
untuk semua.
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk
semua.
8. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan
kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua.
9. Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan
berkelanjutan, serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara.
11. Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
13. Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.
14. Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan
samudera untuk pembangunan berkelanjutan.
15. Melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem
daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan
degradasi lahan, serta menghenti-kan kehilangan keanekaragaman hayati.
16. Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun
kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan.
17. Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk
pembangunan berkelanjutan (Humas Setkab, 2017).
Terdapat sasaran pembangunan dalam berbagai macam aspek, mulai dari aspek sosial, aspek
kesehatan, dan aspek lingkungan. Dalam pembangunan berkelanjutan aspek lingkungan
adalah hal yang terpenting, termasuk pembangunan kota berkelanjutan. Tingkat urbanisasi di
Indonesia setiap tahun selalu meningkat dan kota yang selalu populer adalah Jakarta yag
merupakan Ibu Kota Negara Indonesia. Dilansir dari sindonews.com data pendatang baru
setelah Lebaran di Jakarta tahun 2017 sebanyak 70.752 orang. Perpindahan penduduk ke
Jakarta akan berdampak pada lingkungan Ibu Kota, yang mana akan semakin padat dan
sesak. Sehingga dirasa sangat penting untuk membangun Jakarta yang berkelanjutan, yang
siap, aman, dan tangguh untuk generasi yang akan datang.

II. Analisis
Menurut Girardet dalam (Muluk, 2017), kota berkelanjutan adalah kota yang
memungkinkan semua warganya memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan
kesejahteraannya, tanpa menurunkan kondisi lingkungan alam atau kehidupan orang lain,
di masa kini dan di masa depan. Dalam membentuk kota berkelanjutan dibutuhkan
pedoman dalam pengimplementasikan pembangunan berkelanjutan, yaitu dengan
diputuskannya Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 yang memuat pembangunan
kota berkelanjutan, yaitu terdapat pada poin kesebelas yang berbunyi menjadikan kota
dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Dengan menjadikan kota
dan permukiman inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan salah satu harapannya adalah
meminimalisir dampak buruk dari pembangunan yang terjadi pada saat ini dan
mengtransformasikan dunia yang lebih baik. Selain itu dalam perspektif pemerintah dan
masyarakat harapanya adalah semakin tinggi angka harapan hidup masyarakat kota di
masa sekarang dan masa yang akan mendatang.
Selanjutnya dalam membentuk sustainable and resilent city dibutuhkan kerjasama
antar stakeholders yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam merumuskan
perencanaan wilayah/kota yang berkelanjutan terdapat beberapa isu yang harus
diperhatikan menurut Wheeler dalam (Muluk, 2017). Isu-isu tersebut antara lain:
1. Pengelolaan pertumbuhan dan perencanaan tata ruang
2. Transportasi
3. Perlindungan dan restorasi lingkungan, ruang terbuka hijau
4. Kesetaraan dan keadilan
5. Pengembangan ekonomi
6. Zonasi dan perijinan pemanfaatan ruang
7. Perencanaan kota, perencanaan lanskap
8. Bentuk perkotaan (kepadatan, compact, mixed-use development)
9. Kesehatan masyarakat
10. Perumahan
11. Penggunaan energi dan sumberdaya

Secara keseluruahan isu-isu diatas telah berintegrasi dengan isu-isu pembangunan


berkelanjutan yang ada di Jakarta. Salah satunya adalah isu pembangunan transportasi
yang masih dalam proses pengerjaan di Jakarta, yaitu Pembangunan Mass Rapid Transit
(MRT). MRT yang ditargetkan dapat beroperasi di tahun 2018 ini, diharapkan banyak
mempengaruhi dan mengurangi angka kemacetan di Ibu Kota. Dengan berkurangnya
angka kemacetan berarti berkurangnya masyarakat yang menggunakan transportasi
pribadi dan berubah menggunakan transportasi massal, akan berdampak pada
pengurangan polusi udara yang dapat mengurangi efek rumah kaca. Sehingga
pengimplemantasian pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) tentu berdampak pada
pembangunan berkelanjutan, karena sesuai dengan Perpres tentang implementasi SDGs
pada poin ke sembilan yaitu membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan
industri inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi.

Akan tetapi pada dasarnya Jakarta telah mempunyai latar belakang permasalahan
yang sangat kompleks mulai dari jumlah penduduk yang terus meningkat yang
berdampak pada kepadatan penduduk, dengan kepadatan penduduk yang berdampak
pada kawasan kumuh di lingkungan masyarakat. Pada saat ini dibutuhkan upaya untuk
menyelesaikan permasalahan yang kompleks tersebut. Selain itu, memahami pemangku
kepentingan dapat menjadi cara yang tepat untuk menyelesaikannya (Purnomo, 2010).
Dan pada ada saat ini terdapat 16 titik kawasan kumuh yang menjadi prioritas penataan
oleh pemerintah Jakarta antara lain yaitu di Muara Angke dan Kampung Akuarium (Haq,
2017). Tidak hanya itu dengan adanya kawasan kumuh di perkotaan maka akan
berdampak pada meningatnya angka kesenjangan sosial masyarakat. Permasalahan
lainnya yaitu banjir yang sudah menjadi langganan, transportasi yang menyebabkan
macet dan polusi udara. Sangat kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di
Jakarta, padahal Jakarta merupakan wajah dari Negara Indonesia.
Upaya dalam mengurangi dampak-dampak dari permasalahan yang ada di Jakarta
sebelum di putuskannya Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang Sustainable
Development Goals ini pembangunan kota yang berkelanjutan sebenarnya ada beberapa
yang sudah terlaksana. Pembangunan kota berkelajutan tersebut terjadi pada era
Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang mana terdapat pembangunan dan
revitaliasi untuk menjadikan Jakarta sebagai salah satu kota yang berkelanjutan. Ahok
berhasil mengubah beberapa tempat menjadi ruang Publik, sebut saja kawasan waduk
Pluit yang menjadi taman dan kawasan Kalijodoh yang saat ini bisa menjadi taman
bermain anak-anak (Hisabi, 2017). Sebelumnya kawasan waduk Pluit adalah kawasan
kumuh yang dipenuhi oleh sampah dan limbah dari masyarakat sehingga membuat
pengendapan air dan kemudian mengakibatkan banjir. Akan tetapi pada saat ini telah
menjadi taman Publik dan terdapat fasilitas-fasilitas yang bermain, bersantai dan bahkan
olahraga seperti lapangan tenis dan basket yang dapat digunakan oleh masyarakat secara
gratis. Kemudian dari kawasan Kalijodo yang dulunya merupakan tempat lokalisasi
dengan bangunan-bangunan liar di sepanjang kawasan tersebut, pada saat ini telah
berganti menjadi ruang terbuka hijau yang terdapat berbagai fasilitas yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.

Pembangunan di Jakarta dalam membentuk resilent city bergantung pada Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun berjalan. Selain itu pada pada
sebelum diputuskannya Peraturan Presiden mengenai implementasi SDGs, pada saat era
Ahok terdapat revitalisasi sungai. Merubah wajah baru sungai di Jakarta yang dulunya
banyak sekali sampah dan limbah. Sungai di Jakarta, kususnya sungai Ciliwung sebelum
dilakukan revitalisasi dapat dikatakan sungai Ciliwung bukan seperti sungai lagi, tetapi
lebih terlihat seperti Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sungai yang seharusnya sesuai
dengan fungsinya yaitu sebagai tempat menampung hujan, mengalirkan air ke dataran
rendah, tempat hidup ekosisitem sungai dan lainnya. Akan tetapi berubah menjadi tempat
yang penuh dengan sampah, hal ini tentu berdampak pada lingkungan masyarakat
khususnya pemukiman bantaran sungai. Yang mana akan terkena dampak banjir yang
tidak hanya dirasakan oleh masyarakat bantaran sungai akan tetapi banjir tersebut akan
meluap hingga hampir ke seluruh kota. Selain itu dengan datangnya banjir akan
berdampak pada kesehatan masyarakat yang mengakibatkan semakin tinggi pertumbuhan
penyakit. Dengan adanya revitalisasi sungai Ciliwung, akan menjadikan sungai Ciliwung
sesuai dengn fungsinya. Hal ini tentu berhubungan dengan SDGs, karena dengan
merevitalisasi sungai akan berdampak pada keberlanjutan kota tersebut, yang mana
dulunya menjadi tempat pembuangan sampah oleh sebagian masyarakat, kemudian
menjadi ruang terbuka hijau dan terdapat fasilitas-fasilitas bagi masyarakat. Revitalisasi
sungai Ciliwung tentu berkaitan dengan pengimplementasian SDGs, yaitu sesuai poin
yang terdapat pda Perpres tentang SDGs pada poin ke enam yaitu menjamin ketersediaan
serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua makhluk hidup.

Hal yang harus diperhatikan lainnya adalah dalam aspek pembangunan di Jakarta
yang terkenal dengan gedung-gedung pencakar langit (bangunan tinggi) seharusnya
pemerintah juga memperhatikan dan mengimplementasikan sustainable construction.
Tidak hanya untuk gedung-gedung instansi pemerintah, tetapi gedung milik swasta atau
bangunan hotel milik swasta juga harus mengimplementasikan sustainable construction.
Dalam pengimplementasian sustainable construction milik swasta, pemerintah dpaat
melakukannya dengan memulai dari perizinan pembangunan gedung. Sehingga nantinya
dengan pengimplementasian sustainable construction diharapkan dapat meningkatkan
peenerapan dari SDGs di Jakarta. Kemudian menurut CIB terdapat tujuan dari
sustainable construction adalah menciptakan bangunan berdasarkan desain yang
memperhatikan lingkungan, efisien dalam penggunaan sumberdaya alam, dan ramah
lingkungan selama operasional bangunan (Ervianto, 2015).

Beberapa kebijakan pembangunan di Jakarta pada dasarnya telah mengarah pada


penerapan SDGs, baik dibidang ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan. Dalam
bidang pendidikan juga telah terlaksana dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang
inklusif dan merata, yaitu dengan diberlakukan Kartu Jakartaa Pintar. Dengan
diputuskannya program mengenai Kartu Jakarta Pintar dengan tujuan untuk memberikan
akses bagi masyarakat Jakarta dari kalagan masyarkat yang kurang mampu untuk
mendapatkan pendidikan dasar sampai dengan jenjang SMA/SMK dengan dibiayai
penuh oleh pemerintah dari dana APBD Provinsi Jakarta. Kemudian dalam bidang
kesehatan, kebijakan pemerintah DKI Jakarta telah memberlakukan Kartu Jakarta Sehat,
dimana dalam sasaran pelaksanaannnya semua penduduk DKI Jakarta yang mempunyai
identias sebagai warga DKI Jakarta yang belum memiliki jaminan kesehatan atau
asuransi kesehatan. Dengan demikian pemerintah DKI Jakarta telah
mengimplementasikan poin dari SDGs, yaitu menjamin kehidupan masyarakat Jakarta
yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk Jakarta. Kemudian dalam
aspek lingkungan, ruang terbuka hijau juga menjadi agenda pemerintah DKI Jakarta.
Salah satu agenda yang telah terlaksana untuk ruang terbuka hijau adalah Taman
Suropati. Taman Suropati merupakan ruang terbuka hijau yang dapat digunakan atau
diakses oleh masyarakat umum khususnya masyarakat Jakarta. Taman ini merupakan
salah satu fasilitas publik yang disediakan oleh pemerintah yang terletak di tengah-
tengah kota, sehingga dengan demikian dapat mempermudah masyarakat dalam
memanfaatkan taman ini dengan baik.

Implementasi dari Sustainable Development Goals (SDGs) di Jakarata belum


terealisasi dalam semua aspek. Meskipun sebagian pembangunan di Jakarta telah
mengarah pada pembangunan berkelanjutan. Terdapat aspek yang belum terealisasikan
yaitu dalam aspek ekonomi dan sosial. Dalam aspek sosial yang mana berdasarkan
Perpres terkit SDGs yaitu mengakiri bentuk kemiskinan di mana pun. Kemiskinan belum
bisa diakhiri di Jakarta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, jumlah
penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret tahun 2017 sebesar 389,69 ribu orang
yaitu jika diprosentasikan mencapai 3,77% dari jumlah penduduk DKI Jakarta. Dan
dibandingkan dengan data bulan September tahun 2016 terdapat 385,84 ribu orang dan
jika diprosentasikan terbilang 3,75%. Jumlah penduduk miskin di Jakarta bertambah 3,85
ribu orang. Dengan kata lain pemerintah Jakarta belum bisa mengatasi permasalahan
kemiskinan yang ada di Jakarta. Dapat dikatakan juga bahwa agenda pemerintah DKI
Jakarta kurang memperioritaskan tentang masalah kemiskinan. Padahal pada dasarnya
kemiskinan adalah permasalahan yang penting karena dengan meningkatnya angka
kemiskinan pasti akan berdampak pada aspek yang lain, seperti lingkungan. Dalam aspek
lingkungan dengan meningkatnya angka kemiskinan akan mengakibatkan semakin
banyak kejahatan di masyarakat karena biasanya jika orang tersebut tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya, orang tersebut akan semakin ‘nekat’ dalam mendapatkan
uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu dampak dari kemiskinan juga akan
mempengaruhi generasi yang akan mendatang. Pada umumnya masyarakat yang
tergolong miskin akan mengesampingkan pendidikan. Kurangnya kesadaran pentingnya
pendidikan akan mengakibatkan genersi tersebut kurang memahami atau toleransi, atau
juga kurangnya wawasan akan mengakibatkan dapat dengan mudah diperalat atau
dimanfaatkan oleh orang lain. Hal ini jika dikesampingkan tentu akan berakibat pada
Bangsa Indonesia.

Kompleksnya permasalahan yanga ada di Indonesia khususnya di Jakarta membuat


tidak mudahnya pengimplemtasian dari Sustainable Development Goals (SDGs) ini.
Selain itu hambatan yang dialami oleh pemerintah dalam ini adalah kurangnya biaya dan
fasilitas yang digunakan dalam pengimplementasian SDGs. Dapat diartikan bahwa
terbatasnya anggaran pemerintah dalam memaksimalkan pembangunan yang
berkelanjutan. Selain itu terdapat hambatan yang bersifat non-materil yaitu seperti
hambatan kurangnya dukungan ataupun kepercayaan masyarakat untuk stakeholders
dalam pengimplementasian pembangunan berkelanjutan ini. Dalam hal ini, integrasi
kepentingan para stakeholders sehingga mendukung terealisasinya perencanaan yang
sudah disusun sangat diperlukan (Nugroho, 2012). Dukungan ataupun kepercayaan
masyarakat dalam hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
pengimplementasian Sustainable Development Goals/Pembangunan Berkelanjutan ini.
Apabila masyarakat kurang sadar akan pentingnya SDGs akan berpengaruh besar
terhadap kinerja stakeholders dalam pengimplementasian SDGs. Hal ini dapat
mengakibatkan jika pemerintah telah berusaha untuk melakukan pembangunan kota
berkelanjutan akan tetapi masyarakat tidak bisa atau tidak paham dalam pemanfaatan
sarana dan fasilitas publik yang disediakan, hal tersebut dapat merugikan. Terlebih lagi
jika masyarakat tidak paham dan tidak bisa menjaga (merusak) pembangunan kota
berkelanjutan maka akan berdampak besar pada keberlanjutan kota tersebut. Pada
dasarnya hal utama sebelum pengimplementasian SDGs adalah menyadarkan masyarakat
sebagai stakeholders akan pentingnya pengimplementasian SDGs itu sendiri.

Setelah dilakukannya implementasi SDGs oleh pemerintah khususnya di Jakarta,


maka tahapan selanjutnya adalah evaluasi dari pengimplementasian SDGs. Dengan
adanya upaya evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat
diharapkan dapat mengetahui sejauhmana keberhasilan dari adanya implementasi
pembangunan berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah.

III. Kesimpulan
Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) di Jakarta dapat dikatakan
baru terealisasi, mengingat baru diputuskannya Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun
2017 mengenai SDGs sebagai pedoman pemerintah dalam pengimplementasian
pembangunan berkelanjutan. Akan tetapi sebelum diputuskannya Peraturan Presiden
Nomor 59 Tahun 2017 tersebut pemerintah DKI Jakarta telah membuat kebijakan yang
mengarah pada pembangunan berkelanjutan. Tidak hanya kebijakan akan tetapi terdapat
beberapa pembangunan yang sudah menerapkan prinsip-prinsip dari Sustainable
Development Goals (SDGs). Selain itu dalam penerapan SGDs di Jakarta dari
keseluruhan stakeholders terdapat kurang pemahaman akan pentingnya implementasi
SDGs, yaitu dari segi masyarakat. Masyarakat Jakarta tidak sepenuhnya paham akan
pentingnya penerapan pembangunan berkelanjutan ini. Hal ini menjadi tugas dari
pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan SDGs. Sehingga
harapannya para stakeholders dapat saling memaksimalkan dan mendukung akan
implementasi dari Sustainable Development Goals di Jakarta. Selain itu tugas lain dari
pemerintah adalah lebih memperhatikan pembangunan resilent city dan penerapan dari
sustainable construction. Hal ini dilakukan mengingat pengimplementasian resilent city
dan sustainable construction sudah dibutuhkan di wilayah Jakarta yang terkenal dengan
sesak, padat, dan pembangunannya kurang ramah lingkungan. Selain itu dengan
mengimplementasikan resilent city dan susutainable construction dapat meningkatkan
pembangunan berkelanjutan di Jakarta. Tidak hanya itu pemerintah juga seharusnya
mengevalauasi dari penerapan pembangunan berkelanjutan. Hal ini diperlukan untuk
dapat menilai sejauh mana efektifitas dan efisiensi dari penerapan Sustainable
Development Goals di Jakarta.
Daftar Pustaka

Ervianto, W. I. (2015). IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION SEBAGAI UPAYA


MENCAPAI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Wulfram I.
Ervianto 1. Yogyakarta.

Erwandari, N. (2017). IMPLEMENTASI SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG


’ s) DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN, 5(3), 875–888.

Haq, M. F. U. (2017). Sandiaga Sebut Ada 16 Kawasan Kumuh yang Jadi Prioritas Penataan.
Retrieved from https://m.detik.com/news/berita/d-3721747/sandiaga-sebut-ada-16-
kawasan-kumuh-yang-jadi-prioritas-penataan

Hisabi, F. (2017). Jakarta dan Konsep Pembangunan Berkelanjutan #BangunJakarta.


Retrieved from https://www.kompasiana.com/fazinhisabi/jakarta-dan-konsep-
pembangunan-berkelanjutan-bangunjakarta_5876f858c322bd0011823a5e

Humas Setkab. (2017). Inilah Perpres Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan


Berkelanjutan SDGs. Retrieved from http://setkab.go.id/inilah-perpres-pelaksanaan-
pencapaian-tujuan-pembangunan-berkelanjutan-sdgs/

Muluk, S. (2017). Jakarta Menuju Kota Yang Berkelanjutan. Analisis Pembangunan, 0–8.

Nugroho, W. D. (2012). Evaluasi Penerapan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam


Pembangunan di Kabupaten Boyolali. Tesis, PROGRAM MAGISTER ILMU
LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2012. UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG.

Panuluh, S., & Fitri, M. R. (2016). Perkembangan Pelaksanaan Sustainable Development


Goals (SDGs) di Indonesia. Retrieved from www.infid.org

Purnomo, E. P. (2010). The Stakeholders’ Analysis and Development Indicator of


Sustainability on The Community Project, 1–19. https://doi.org/10.2139/ssrn.1818584

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai