Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH RANCANGAN ALAT ELEKTRONIKA MEDIS

BERBASIS MICROPHONE
MATA KULIAH PRAKTIK INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA MEDIS
03 Oktober 2018
Dosen Pengampu : Ahmad Awaluddin Baiti, S.Pd.T. M.Pd.

Oleh :
Kelompok 2

Fardiansyah Nur Aziz 17502241002


Utami Nur Melyasari 17502241007
Muhammad Zaki Zain 17502241021

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
1. PENDAHULUAN
 Judul :
Alat Bantu Pendengaran untuk Tuna Rungu Berbasis Microphone

 Latar Belakang :
Berkurangnya fungsi pendengaran merupakan penurunan fungsi pendengaran
baik sebagian telinga maupun keduanya. Hal ini disebabkan oleh virus, obat-
obatan, serta faktor usia. Penurunan fungsi pendengaran juga bisa diakibatkan
karena terlalu sering mendengarkan suara yang memiliki tingkat dB yang tinggi.
Penurunan fungsi pendengaran ini dapat mempengaruhi aktivitas seseorang dalam
merespon pembicaraan sehingga dapat terjadi kesalah pahaman mengenai apa
yang dibicarakan.
Untuk mengatasi penurunan fungsi pendengaran dikembangkan sebuah Alat
Bantu Pendengaran Untuk Tuna Rungu Berbasis Micropone. Alat ini memiliki
peran penting bagi seseorang yang mengalami penurunan fungsi pendengaran atau
Tuna Rungu untuk meningkatkan kembali pendengaran dalam merespon
pembicaraan. Dengan demikian bagi yang mengalami gangguan pendengaran
dapat kembali merespon suara secara normal.

2. KAJIAN TEORI
Sebagai panca indera yang berfungsi menangkap suara, telinga kita memiliki
batas maksimal suara  yang dapat ditolerir agar kesehatan telinga tetap terjaga.
Beragamnya suara yang masuk ke telinga kita setiap hari secara tidak disadari
memiliki potensi untuk menurunkan kualitas pendengaran. Namun, penurunan
kualitas atau kemampuan mendengar ini sering luput dari perhatian karena proses
terjadinya yang bertahap. Selain itu, kita sudah sangat terbiasa mendengar suara-
suara bising di sekitar kita karena kita menganggap hal tersebut adalah bagian dari
aktivitas sehari-hari.

Umumnya, suara dengan intensitas 0 – 50 dB adalah suara yang tergolong


aman untuk didengar oleh telinga manusia, contohnya seperti suara orang yang
sedang bercakap-cakap. dB adalah singkatan dari desibel, yakni satuan ukuran
untuk intensitas suara. Telinga akan terasa sakit jika mendengar suara >90 dB.
Gangguan pendengaran yang terjadi dapat dikategorikan dalam beberapa
tingkat/derajat sesuai dengan ambang dengar yang diperoleh dari tes pendengaran tes
audiometri dan atau ASSR.
Berikut adalah derajat gangguan pendengaran, berdasarkan ambang dengar
hantaran udara :
 Normal : 0 - 20 dB
 Kurang Dengar:
Ringan (mild hearing loss) : 21 - 40 dB
Sedang (moderate hearing loss) : 41 - 70 dB
Berat (severe hearing loss) : 71 - 90 dB
 Tuli (deaf) : > 90 dB

3. PERANCANGAN DAN HASIL


 Skema Rangkaian :

 Kinerja Alat :

Sesuai dengan pokok bahasan kita sebelumnya, alat ini bekerja dengan
memanfaatkan microphone sebagai sensor inputannya. Saat aktif, microphone
akan menangkap suara yang ada di lingkungan sekitar. Suara yang ditangkap oleh
microphone sesuai dengan frekuensi yang bisa didengar oleh manusia yakni
berkisar antara 20Hz - 20KHz dengan intesitas 10-50 dB yang aman untuk
didengar.
Gambar diatas merupakan blok diagram sistem instrumentasi dan elektronika
medis. Dari gambar tersebut dapat kita pahami bahwa suara yang ditangkap oleh
microphone akan masuk ke bagian pengkondisi sinyal. Di dalam bagian ini
terdapat rangkaian pre amp mic, rangkaian tone control serta rangkaian amplifier.
Untuk bagian output menggunakan headset/earphone.
 Rangkaian pre amp mic atau biasa disebut dengan penguat awal difungsikan untuk
menguatkan sinyal audio yang sudah ditangkap oleh microphone.
 Rangkaian tone control berfungsi untuk mem-filter sinyal audio yang masuk.
Dengan adanya rangkaian ini maka frekuensi yang dihasilkan dapat diatur sesuai
dengan keinginan, apakah dominan ke bass ( frekuensi rendah ) , trebble
( frekuensi tinggi ) atau balance ( seimbang )
 Rangkaian amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal audio yang sudah difilter
untuk kemudian diteruskan ke bagian output (headset/earphone). Rangkaian
amplifier yang digunakan berjenis non inverting. Di dalam rangkaian ini juga
terdapat potensiometer yang difungsikan untuk mengatur volume. Jadi diharapkan
pengguna dapat menyesuaikan tingkat kekerasan headset/earphone sesuai dengan
kebutuhannya.
 Headset/earphone berfungsi untuk mengubah sinyal audio menjadi getaran suara
yang dapat didengar oleh pengguna.

 Desain Alat :
4. KESIMPULAN

Alat bantu pendengaran dibuat untuk membantu orang yang mengalami


penurunan fungsi pendengaran diamana orang tersebut tidak dapat mendengar suara
dengan frekuensi dan intensitas tetentu. sehingga dengan alat ini orang orang yang
mengalami penurunan pendengaran dapat merespon suara sperti orang yang
memiliki pendengaran yang normal.
5. DAFTAR PUSTAKA
Lab Elektronika. 2017. Cara Program LCD Karakter 16x2 menggunakan Arduino
dan Simulasi Proteus. Diakses dari
http://www.labelektronika.com/2017/03/cara-program-lcd-karakter-16x2-
Arduino-dan-Proteus.html?m=1
Pipit Utami & Muklas Fajar. 2015. Pengembangan Trainer Indikator Denyut
Jantung. Journal Elinvo (Electronics, Informatics, and Vocational
Education), Volume 1
Pusat Alat Bantu Dengar. 2018. Derajat Gangguan Pendengaran. Diakses dari
.http://pusatalatbantudengarmelawai.com/pendengaran/derajat-gangguan-
pendengaran.html
The Hearing Solution Group. 2017. Tingkat Kebisingan Suara. Diakses dari
https://www.pusatalatbantudengar.com/blog/tingkat-kebisingan-suara/
Valencell, Team. 2015. Optical heart rate monitoring: what you need to
know,Valencell. Diakses dari http://valencell.com/blog/2015/10/optical-heart-
rate-monitoring-what-you-need-to-know/

Anda mungkin juga menyukai