Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SEMINAR

ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI

RANCANGAN STETOSKOP ELEKTRONIK

ABDULLAH IBNU HASAN


13/347513/PA/15275

PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER DAN ELEKTRONIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH SEMINAR ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI

RANCANGAN STETOSKOP ELEKTRONIK

Telah dipersiapkan dan disusun oleh

ABDULLAH IBNU HASAN


13/347513/PA/15275

Telah didiseminasikan pada tanggal


……………………..2016

Dosen Pembimbing, Dosen Penguji,

Bakhtiar Alldino A. S., S.Si, M.Cs. …….……………………………….


NIP. 19871221015041001 NIP.
RANCANGAN STETOSKOP ELEKTRONIK
Abdullah Ibnu Hasan
Program Studi Elektronika dan Instrumentasi
Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika, FMIPA, UGM
abdullah.ibnu.h@mail.ugm.ac.id

Abstract - Stethoscope is the most important thing of disebut stetoskop. Namun, 10-20% kesalahan
auscultation for the human body. Auscultation process penanganan pasien terjadi akibat kesalahan
will produce a diagnosis that will be used by medical diagnosis. Salah satu penyebab kesalahan
personnel to give the treatment for the patient. diagnosis pada pasien adalah perbedaan persepsi
However, 10-20% of patients occurred due to
tenaga medis. Perbedaan persepsi tersebut dapat
mishandling of misdiagnosis. One of the causes of
misdiagnosis in patients is a difference in perception of dicegah dengan menyamakan persepsi bunyi
medical personnel. The differences perceptions can be auskultasi pada proses pembelajaran di institusi
prevented with synchronyzing perception of pendidikan kesehatan.
auscultation’s sound in the learning process. So in this Secara umum, teknik mendengarkan suara
paper designed an electronic stethoscope by modifying tubuh untuk mendeteksi kondisi kesehatan pasien
the acoustic stethoscope, to clear the heartbeat's sound, disebut auskultasi. Auskultasi dilakukan
record it, and analyze the BPM. This stethoscope made menggunakan instrumen yang disebut dengan
by placing a condenser microphone on the stetoskop. Masalah yang timbul dalam auskultasi
stethoscope's pipe to convert the heartbeat's sound into adalah suara biologis biasanya menempati
electrical signals, then amplified it and passed to a
frekuensi yang rendah sekitar 20 – 400 Hz,
filter to clear the heartbeat sound to be heard in the
headphones. Segmentation is also performed to change amplitudo yang rendah, masalah kebisingan
the heartbeat sound's signals into a pulse to be counted lingkungan, kepekaan telinga dan pola suara yang
in order to calculate the BPM (Beat Per Minute) and mirip antara jenis suara jantung yang satu dengan
conclude whether the value is normal / not. The yang lain [1]. Selama ini pembelajaran di ruang
measuring process is done by attaching the kelas maupun di ruang skill laboratorium dalam
stethoscope's chestpiece to the patient's chest at least mengauskultasi bunyi jantung, paru dan bising
for 15 seconds to measure the BPM. When compared usus hanya menggunakan stetoskop akustik biasa
with the OMRON SEM-1, BPM measurement can be maupun stetoskop dengan dual earpiece.
performed two times faster with a low error value Penggunaan stetoskop tersebut memiliki
3,14%. The recording files can be saved to the
kelemahan yaitu bunyi yang ditangkap oleh
computer's storage so it is very flexible.
telinga pengajar tidak dapat didengar oleh seluruh
Keywords- auscultation, electronic stethoscope, BPM, mahasiswa sehingga memicu adanya perbedaan
flexible persepsi bunyi. Kelemahan lain adalah data suara
yang menjadi pedoman itu tidak pernah tersimpan
1. PENDAHULUAN sehingga tidak bisa didengarkan bersama-sama
sebagai bahan diskusi. Karena faktor-faktor
1.1 Auskultasi dan Diagnosis tersebut kesalahan diagnosis dan malpraktik bisa
terjadi apabila prosedur auskultasi tidak dilakukan

T enaga kesehatan merupakan kunci utama


dalam keberhasilan pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan. Seiring
meningkatnya kebutuhan tenaga kesehatan di
Indonesia, jumlah institusi kesehatan juga
dengan benar [2].
Analisis sinyal bunyi jantung berbasis
komputer untuk mendeteksi adanya kelainan atau
penyakit jantung telah banyak dilakukan.
mengalami peningkatan. Dalam proses Diantaranya dengan menggunakan digital filter,
pendidikan di institusi para mahasiswa kesehatan frequency spectrum and time period analysis, dan
dididik mengenai berbagai keterampilan yang time-frequency techniques. [3],[4],[5]. Pada
menunjang untuk merumuskan diagnosis. ketiga makalah tersebut sinyal bunyi jantung dan
Diagnosis merupakan hal penting dalam medis, paru direkam lalu dianalisis menggunakan teknik
karena diagnosis menentukan tindak lanjut yang pengolahan sinyal digital, yang cukup kompleks,
akan diberikan tenaga medis kepada pasien. sehingga memerlukan sebuah komputer dan
Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit keahlian khusus untuk melakukannya. Dengan
berdasarkan tanda dan gejala. Salah satu proses demikian solusi yang ditawarkan tidak cocok
diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan untuk menggantikan stetoskop yang sifatnya
auskultasi yaitu mendengarkan bunyi yang portabel. [7]
dihasilkan oleh tubuh menggunakan alat yang
Melihat betapa pentingnya bunyi auskultasi 2. METODE PENELITIAN
saat penegakan diagnosa pada pasien, memahami 2.1 Perancangan Alat
bunyi auskultasi dengan benar sangat dibutuhkan. Berdasarkan pendahuluan di atas, maka
Terlebih dalam pembelajaran saat ini yang masih
ditetapkan spesifikasi stetoskop elektronik
menggunakan stetoskop manual dan belum
memfasilitasi mahasiswa kesehatan dalam sebagai berikut :
penyamaan persepsi. Sehingga insidensi
kesalahan diagnosa dan malpraktik yang  memiliki penguat depan audio dengan
membahayakan pasien sangat mungkin terjadi. penguatan 40 dB dengan tapis (filter) bunyi
suara jantung 20-660 Hz.
1.2 Stetoskop  memiliki sarana interaksi dengan pengguna
berupa tombol, layar LCD 16x2, dan LED
Suara jantung dan paru-paru pada umumnya
yang akan menyala seirama dengan bunyi
dideteksi tenaga medis menggunakan stetoskop jantung.
biasa (stetoskop akustik). Auskultasi dengan  memiliki fasilitas perekaman dan playback
stetoskop akustik tidak mudah dilakukan karena yang terintegrasi dengan SD-card dan USB.
bisa terganggu oleh adanya bunyi sekitar,  memiliki output sinyal audio yang dapat
sedangkan intensitas bunyi jantung dan paru-paru dihubungkan pada headphone dan pengeras
sendiri relatif rendah. Selain itu telinga pengguna suara eksternal.
harus peka agar hasil deteksi akurat. Terdapat  menggunakan catu daya DC sebesar ±9V.
 menggunakan mikrokontroler Arduino UNO.
sejumlah laporan bahwa lulusan sekolah
kedokteran tidak dapat menggunakan stetoskop 2.2 Blok Diagram Sistem
dengan benar untuk mendiagnosis kondisi
kesehatan. Jika dokter mengandalkan ahli ECG
(Electro Cardio Graph) untuk mengartikan sinyal
jantung maka biaya pengobatan akan menjadi
tinggi. [6].
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuat sebuah stetoskop yang mampu merekam
dan melakukan analisa dari bunyi auskultasi
jantung manusia. Sehingga mempermudah Gambar 1. Diagram Blok Keseluruhan Sistem.
manusia dalam melakukan diagnosis dari bunyi
auskultasi tersebut. Ada beberapa manfaat dari
penelitian ini :
a. Manfaat bagi mahasiswa kesehatan
- Mahasiswa kesehatan dapat
mendengarkan bunyi auskultasi tubuh
manusia secara langsung sehingga
Gambar 2. Rangkaian Keseluruhan Sistem.
dapat menghindari perbedaan persepsi
menganai bunyi auskultasi tubuh Bagian pertama pada blok diagram tersebut
manusia dalam proses pembelajaran. adalah mikrofon yang berfungsi sebagai sensor
- Menambah pengetahuan mengenai untuk menangkap bunyi auskultasi tubuh manusia.
kelainan atau gangguan pada tubuh Mikrofon yang digunakan pada penelitian kali ini
adalah mikrofon condenser berdiameter 10mm,
melalui rekaman bunyi auskultasi
yang dimasukkan ke dalam pipa stetoskop.
tubuh manusia.
b. Manfaat bagi tenaga medis
- Menghindari perbedaan persepsi
dalam mendiagnosa penyakit dengan
auskultasi tubuh manusia.
Gambar 3. Penempatan Mikrofon pada Stetoskop.
- Menghindari terjadinya malpraktik
oleh tenaga kesehatan saat melakukan Ketika bell stetoskop ditempelkan pada
pelayanan kepada pasien. bagian tubuh manusia, gelombang suara akan
ditangkap oleh mikrofon condenser dan di
teruskan menuju rangkaian pre-amplifier untuk
menguatkan suara yang ditangkap oleh mikrofon.
Tanpa adanya pre-amplifier mikrofon condenser
tidak bisa bekerja karena selain sebagai penguat,
rangkaian ini juga sebagai catu daya dari mikrofon
condenser tersebut.

Gambar 7. Diagram alir perancangan sistem.

Bagian pertama adalah perancangan


hardware dari sistem. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, prototipe stetoskop ini
menggunakan filter dan amplifier sebagai
ragkaian pengolah sinyal suara yang ditangkap
Gambar 4. Rangkaian Pre-Amplifier [7]. oleh microphone. Lalu menggunakan
mikrokotroler Arduino Uno sebagai pemroses
Penguatan yang diberikan adalah sebesar 40 utama dari sistem. Alat ini menggunakan casing
dB. Setelah dikuatkan, gelombang suara akan dari bahan acrylic karena lebih mudah didesain
dilanjutkan menuju rangkaian filter supaya dan lebih murah dibandingkan dengan 3D
gelombang suara yang diloloskan tidak terganggu printing.
oleh suara lain yang tidak diinginkan. Bagian kedua adalah perancangan software,
menggunakan Arduino IDE karena menggunakan
mikrokontroler Arduino Uno. Software yang
dibuat berupa perekaman suara, penyimpanan file
rekaman suara, dan memutar kembali file suara
yang telah disimpan. Serta menampilkan pada
LCD untuk memudahkan pengguna dalam
megoperasikan prototipe stetoskop elektronik ini.
Gambar 5. Rangkaian Filter 20-660Hz [7]. Pada bagian pengujian alat, prototipe akan
diuji dengan menggunakan stetoskop akustik oleh
Keluaran dari rangkaian filter bercabang tenaga medis sehingga dapat terdeteksi perbedaan
menjadi dua jalur. Jalur yang pertama menuju antara prototipe stetoskop elektronik dengan
masukan ADC0 (analog to digital converter) pada stetoskop akustik.
mikrokontroler yang akan diubah menjadi data
digital untuk analisis dan perekaman. Jalur kedua 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
menuju ke rangkaian pengubah sinyal denyut Proses segmentasi, merupakan salah satu
jantung menjadi pulsa yang siap dicacah oleh bagian terpenting dari alat yang dibuat. Tahap
mikrokontroler. [7] pertama segmentasi adalah mengubah sinyal S1
dan S2 menjadi pulsa-pulsa digital, yang
dilakukan oleh rangkaian pengubah denyut ke
pulsa. Pengujian rangkaian in dilakukan dengan
menempelkan chestpiece ke dada kiri atau leher,
lalu mengamati keluarannya menggunakan
osiloskop, dengan hasil seperti ditunjukkan pada
Gambar 7.
Gambar 6. Rangkaian pengubah sinyal denyut jantung
menjadi pulsa [7].

2.3 Prosedur Penelitian


Berikut ini adalah diagram alur perancangan
sistem yang akan diterapkan dalam prototipe Gambar 8. Output rangkaian pengubah sinyal denyut
stetoskop elektronik. jantung menjadi pulsa, (a) saat responden bernafas secara
halus, (b) saat responden bernafas dalam-dalam [7].
Pengujian klinis sudah dilakukan kepada 3
orang responden dengan cara meletakkan
chestpiece pada bagian dada atau leher untuk
mendengarkan bunyi jantung dan paru-parunya.
Selama pengukuran berlangsung, responden
diminta untuk bernafas dengan halus supaya suara
jantung tidak terganggu oleh suara paru-paru.
Pada saat ini bunyi jantung terdengar lebih jelas
daripada menggunakan stetoskop akustik. [7] Gambar 9. Tampilan hasil pengukuran BPM pada LCD [7].
Stetoskop juga dapat digunakan secara
realtime dengan cara menambah percabangan
pada jalur keluaran amplifier untuk dihubungkan Selain itu rancangan stetoskop ini dapat
langsung ke headphone/headset yang digunakan, merekam suara denyut jantung dan
sehingga pengguna bisa mengetahui bagaimana menyimpannya pada SD-Card untuk pemutaran
bunyi yang direkam oleh stetoskop tersebut. ulang sebagai media pembelajaran bagi tenaga
Pengujian kedua dilakukan untuk medis. Berkas rekaman suara tersebut juga dapat
membandingkan rancangan stetoskop elektronik dipindahkan ke penyimpanan komputer sehingga
dengan alat OMRON tipe SEM-1 terkait dengan sangat fleksibel untuk diperdengarkan dimana saja
jumlah denyut jantung per menit atau BPM. menggunakan headphone ataupun speaker.
Masing – masing responden diukur sebanyak 10
kali dengan masing-masing alat dan hasilnya 4. KESIMPULAN
ditunjukkan pada Tabel 1. Stetoskop elektronik yang dirancang dapat
memperjelas bunyi jantung manusia sehingga bisa
mempermudah proses auskultasi yang akan
Tabel 1. Perbandingan hasil pengukuran BPM dengan alat dilakukan oleh tenaga medis. Selain itu, stetoskop
OMRON SEM-1 [7] dapat mengukur jumlah denyut jantung setiap
Responden Dengan Dengan Nilai menit (BPM) responden dan menampilkannya
rancangan OMRON Eror pada LCD. Jika dibandingkan dengan alat
yang SEM-1 (%) OMRON SEM-1 [7]. Pengukurannya dapat
dibuat
dilakukan dua kali lebih cepat dengan nilai error
Rata-rata Rata-rata
BPM BPM yang rendah yaitu 3,14 %.
Responden 80 78,8 1,5% Pengukuran dilakukan dengan cara
I menempelkan bell/chestpiece stetoskop ke dada
Responden 69,8 72,8 4,29% responden yang akan diukur dan diusahakan untuk
II tidak dipindahkan selama 15 detik untuk
Responden 79,5 76,6 3,64% keperluan analisa oleh alat tersebut [7]. Selain itu,
III rancang bangun stetoskop ini portable karena
Rata-rata Error 3,14% tidak memerlukan sebuat komputer sebagai
pemroses sinyal sehingga lebih mudah dibawa.

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa 5. SARAN


alat yang dirancang dapat menghasilkan hasil Saran untuk penelitian berikutnya supaya
pengukuran yang cukup konsisten, terlihat dari mengembangkan fitur untuk analisa bunyi jantung
nilai pengukuran dan nilai error yang hanya dengan visualisasi gelombang bunyi jantung
bernilai 3,14%. Waktu yang diperlukan untuk menggunakan perangkat pemrosesan sinyal digital
mengukur BPM oleh rancang bangun stetoskop supaya analisis lebih tepat dan akurat.
yang dibuat adalah 15 detik sedangkan untuk alat
OMRON SEM-1 diperlukan waktu minimal 35 6. PERNYATAAN
detik, sehingga rancangan stetoskop elektronik
Makalah yang telah dibuat ini diambil dari
yang dibuat dapat lebih cepat dalam proses
berbagai macam sumber seperti yang telah
pengambilan data. Selain itu alat dapat
disebutkan pada daftar pustaka dan hanya
menunjukkan apakah kondisi BPM tersebut
digunakan untuk latihan membuat sebuah
tergolong pada kondisi normal atau tidak, yang
makalah pada mata kuliah Seminar Elektronika
ditampilkan pada LCD seperti pada Gambar 8
dan bukan untuk dipublikasikan untuk seminar,
berikut.
jurnal baik nasional maupun internasional.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan dan
mohon maaf bila ada kekurangan di dalam
penyusunan makalah ini.

7. UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Bakhtiar Alldino Ardi Sumbodo sebagai
pembimbing Seminar Elins yang telah
membimbing dan memberikan masukan sehingga
penulisan makalah ini dapat terleselaikan dengan
baik.

8. DAFTAR PUSTAKA
[1] Kaelin & Mark.2001. Auscultation: Listening to
Determine Dysfunction . Professionalization of
Exercise Physiology online, An international
electronic journal for exercise physiologists.ISSN
1099-5862, Vol 4 No 8 August, 2001.
[2] Saptaji, Jun, J Haryatno, A Rizal. 2006. Deteksi
Kelainan Jantung Melalui Phonocardiogram (PCG)
Menggunakan MetodenJaringan Saraf Tiruan
Adaptive Resonance Theory 2. Proceeding Tekno
Insentif 2006, Juli 2006, Kopwil IV, Bandung.
[3] Wah W Mynt, Bill Dillard, 2001, An Electronic
Stethoscope with Diagnosis Capability, Ohio, The
33rd Southeastern Symposium on System Theory.
[4] Rizal, A, Soegijoko S, 2006, Stetoskop Elektronik
Sederhana Berbasis PC dengan Fasilitas Pengolahan
Sinyal Digital untuk Auskultasi Jantung dan Paru,
Bandung, Seminar Instrumentasi Berbasis Fisika
2006.
[5] A. Mahabuba, J. Vijay Ramnath and G. Anil, 2009,
Analysis of Heart Sounds and Cardiac Murmurs for
Detecting Cardiac Disorders Using
Phonocardiography, Journal of Instrumumentation
Soc. of India.
[6] Manginone S, L Nieman, 1997, Cardiac Aucusltatory
Skills of Internal Medicine dan Family Practice
Trainees, Journal of the American Medicine
Association, vol. 278.
[7] F. Dalu Setiaji, Daniel Santoso, Deddy Susilo. 2011.
Rekayasa Stetoskop Elektronik dengan Kemampuan
Analisis Bunyi Jantung.

Anda mungkin juga menyukai