USULAN
PENELITIAN PEMULA
Oleh:
Maret 2015
i
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN PEMULA
Judul Penelitian :
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Iva Atyna,M.T.
b. NIDN : 0615098801
c. Jabatan Fungsional :-
d. Program Studi : Teknik Elektro
e. Nomor HP : 085659287487
f. Alamat surel (e-mail) : atyna.iva@gmail.com
Anggota Peneliti (1)
a. Nama Lengkap :
b. NIDN :
c. Perguruan Tinggi : Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Biaya Penelitian : -Diusulkan ke DIKTI Rp 15.000.000,-
Semarang,
Mengetahui, Ketua Peneliti,
Dekan Fak. Teknik Udinus
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................V
RINGKASAN..........................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1 KARDIOVASCULER........................................................................................
2.2. PHOTOPLETHISMOGRAPH...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN.........................................................................................
iii
LAMPIRAN 1. JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN...............................................
Rekapitulasi Justifikasi Anggaran Penelitian.....................................................
LAMPIRAN 2. SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS........
LAMPIRAN 3. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA.....................................................
BIODATA KETUA TIM PENELITI.................................................................
BIODATA ANGGOTA TIM PENELITI...........................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1.
v
DAFTAR TABEL
vi
RINGKASAN
Menurut WHO, lebih dari 80% kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh
darah terjadi pada negara dengan tingkat penghasilan rendah-menengah seperti
Indonesia. Tentunya penanganan masalah akan menjadi salah satu beban yang cukup
tinggi bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan di berbagai negara berkembang.
Solusi yang diharapkan lebih efektif dan murah untuk menghadapi kenyataan ini
adalah dengan mempromosikan tindakan preventif serta mengembangkan metode
dan perangkat deteksi dini.
Sistem yang akan digunakan untuk melakukan berbagai eksperimen dan pengukuran
awal (development system) terdiri atas sensor PPG yang terintegerasi dengan
computer untuk akuisisi sinyal serta pengolahan sinyal hasil akuisisi secara digital.
Setelah menentukan model matematika yang tepat disertai pengembangan algoritma
1
yang dibutuhkan, pada akhir penelitian akan dihasilkan suatu perangkat deteksi dini
penyakit kardiovaskuler (target system).
2
BAB 1 PENDAHULUAN
Indonesia memiliki lebih dari 1700 Rumah Sakit, hampir 10.000 Puskesmas dan
ribuan Rumah Bersalin dan Klinik yang jumlahnya tiap tahun bertambah. Semua
fasilitas layanan kesehatan ini didukung oleh alat kesehatan (alkes) yang secara
umum terbagi menjadi bahan habis pakai (consumables, 25%), alat diagnostik (15%)
dan peralatan medis (60%).
Belanja alkes nasional saat ini mencapai 17 triliyun rupiah/tahun tetapi hanya mampu
dipenuhi oleh produsen dalam negeri sekitar 2% atau ekivalen dengan nilai 260
milyar rupiah (Aspaki, 2008). Bahan habis pakai dan peralatan medis sebagian besar
(85%) masih dipenuhi oleh produk impor. Hal ini menunjukkan bahwa volume pasar
alat kesehatan dalam negeri masih terbuka luas tetapi belum dimanfaatkan secara
optimal oleh produsen nasional.
3
memerlukan pengobatan pencegahan dini.
Menurut WHO penyakit jantung dan pembuluh darah masih merupakan penyebab
utama kematian di dunia. Pada tahun 2008 diketahui sebanyak 17,3 juta penduduk
meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah (30% dari angka seluruh
kematian). Diantara kematian ini, sebanyak 7,3 juta diakibatkan oleh penyakit
jantung koroner dan 6,2 juta oleh stroke. Disamping itu, lebih dari 80% kematian
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah terjadi pada negara dengan tingkat
penghasilan rendah-menengah termasuk Indonesia, dan terjadi sama banyaknya
antara pria dan wanita. Diperkirakan hingga tahun 2030 kurang lebih sebanyak 25
juta penduduk akan meninggal akibat penyakit jantung dan stroke.
Penyediaan obat-obatan penyakit jantung koroner dan stroke yang berkualitas, murah
dan terjangkau sudah banyak diproduksi di dalam negeri. Namun, penyediaan
peralatan medis di Indonesia sampai saat ini sangat mahal dan sangat tergantung
pada produk import.
4
Salah satu cara untuk deteksi dini penyakit kardiovaskuler dapat dilakukan melalui
pengukuran ‘tingkat kesehatan’ fungsi endotel (pembuluh darah). Pembuluh darah
secara fungsional mempunyai aktivitas mengembang dan kembali ke diameter
normal secara teratur. Fungsi ini diatur oleh zat Nitric Oxide (NO) yang diproduksi
oleh lapisan endotel pembuluh darah. Aliran darah yang lancar akan memacu sel
endotel untuk memproduksi NO lebih banyak. Ini menyebabkan diameter
mikrovaskuler melebar dan mengakibatkan volume darah di tempat tersebut
bertambah. Sebaliknya, aliran darah yang tidak lancar akan menurunkan produksi
NO dan semakin mempersempit diameter pembuluh darah. Selain fungsinya untuk
mengembangkan ukuran pembuluh darah, NO juga berfungsi memelihara lapisan
endotel tetap utuh untuk mencegah proses pembentukan aterosklerosis maupun
proses pembentukan pembekuan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah
tersebut. Semakin besar sumbatan pada pembuluh darah maka semakin rendah pula
produksi NO. Penurunan produksi NO berhubungan dengan penyakit
hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan hipertensi yang menjadi penyebab
kelainan fungsi sel endotel. Produksi NO yang terganggu berdampak pada
menurunnya elastisitas pembuluh darah yang berkorelasi dengan resiko terkena
penyakit jantung dan pembuluh darah. Dengan mengukur secara kuantitatif jumlah
perubahan volume darah mikrovaskuler dapat digambarkan secara tidak langsung
jumlah NO yang diproduksi oleh endotel yang terkait dengan fungsinya terhadap
pembuluh darah.
Dengan latar belakang yang telah diurai sebelumnya, penelitian yang akan
dilakukan sebagai berikut:
5
1. Bagaimana menghasilkan perangkat deteksi dini penyakit kardiovaskuler?
Dalam implementasi pola berjalan yang diterapakan pada kaki robot sebagai
berikut:
6
4. Hasil dari penelitian dapat dievaluasi untuk dikembangkan dan refrensi
penelitian berikutnya.
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kardiovasculer
Jantung manusia merupakan suatu alat yang berdenyut[3], suatu pompa yang terdiri dari
empat kamar: atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri. Empat bagian
jantung tersebut 2 beraktifitas selaras dalam dua tahap pemompaan, jantung sebelah kanan
menyuplai darah ke paru - paru untuk pengikatan oksigen melalui sirkulasi pulmonary,
sedangkan jantung sebelah kiri menyuplai darah keseluruh tubuh melalui sirkulasi sistemik.
Darah masuk ke jantung melalui atrium kanan kemudian atrium kanan berkontraksi
mendorong darah melalui katup 12 trikuspit menuju ventrikel kanan yang kemudian
berkontraksi memompa darah menuju sirkulasi pulmonary, kemudian darah yang
mengandung oksigen masuk melalui atrium kiri, dan didorong menuju ventrikel kiri melalui
katup bikuspit. Tekanan terendah (resting) pada jantung disebut diastolis dan pada saat
kontraksi pemompaan yaitu pada tekanan yang paling tinggi disebut sistolis, Pergerakan
yang teratur dari atrium dan ventrikel disebabkan adanya muatan elektrik yang membentuk
pada koordinasi seri dari kejadian elektrik di jantung. Koordinat kontruksi dari atrium dan
ventrikel diatur dari bentuk yang spesifik dengan aktifnya sinyal listrik di susunan otot,
keaktifan sinyal listrik di dinding atrium dan ventrikel dibentuk oleh suatu koordinasi seri
dari system sumber gerak jantung yang merupakan bagian yang kecil dari jantung. Dinding
kiri ventrikel adalah 3 kali lebih[2] tebal dinding ventrikel sebelah kanan, sementara sekat
pemisah diantara kedua ventrikel jantung hampir setebal dinding ventrikel sebelah kiri,
sebagian besar dinding ventrikel sebelah kanan dan kiri serta sekat pemisah jantung sebagai
sunber bioelektrik dari sekumpulan otot yang aktif, sehingga atrium dengan dindingnya yang
bergerak bebas dan sekat pemisah kedua ventrikel dianggap sebagai penyebar utama diluar
bidang potensial jantung. Gambar 2.1 Jantung dan Bagiannya secara keseluruhan[3].
Rangsangan terhadap kontraksi otot jantung bukan dari system pusat syaraf langsung seperti
sebagian besar otot yang lain, tetapi merupakan inisiatif dari simpulsinoatrial (S-A) yaitu
sekelompok sel perangsang khusus yang terdapat di antara superior vena cava dan atrium
kanan, kemudian rangsangan tersebut menuju simpul atrio ventricular (A-V) melalui tiga
jalur khusus, anterior middle, posterior internodal track dan menuju ventrikel kiri. Rangsang
yang diterima oleh simpul AV kemudian diteruskan menuju bundle of hiss, right bundle
bruch, common left bundle bruch, anterior bundle bruch, posterior bundle bruch dan
purkinye network. Right bundle bruch menyebar di sepanjang sisi kanan interventrikuler
8
septum menuju puncak ventrikel kanan kemudian menuju cabang – cabang yang penting, left
common bundle bruch yang memotong sisi kiri septum dan membelah menuju bagian
interior yang tipis panjang serta melalui katup aortic pada outflow track menuju anterolateral
papillary muscle atau bagian posterior yang lebar pendek menuju posterior papillary muscle
pada inflow track. Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa sinyal ECG timbul karena
adanya biopotensial listrik yang terjadi pada dinding - dinding otot jantung. Sel-sel otot
jantung atau serabut otot jantung terbungkus dalam suatu selaput pembungkus sel atau
dinding sel, bila otot tersebut dalam keadaan tenang, maka permukaan bagian luar dinding
sel ini akan bermuatan positif dan permukaan bagian dalam dinding sel bermuatan negative
yang besar kedua muatan pada dinding sel tersebut sama. Keadaan ini dinamakan keadaan
polarisasi, keadaan polarisasi ini terjadi karena adanya permeabilitas selaput sel otot. Pada
keadaan tersebut potensial listrik pada seluruh permukaan otot adalah sama. Jadi, bila pada
kedua ujung serabut otot itu diberi dua buah electrode, maka dalam keadaan polarisasi, hasil
pengukuran beda potensial yang terjadi pada kedua electrode menunjuk pada garis nol yang
biasa disebut dengan istilah garis isoelektrik. Bila pada salah satu ujung serabut otot
mendapat rangsangan listrik maka akan terjadi perubahan permeabilitas. Pada selaput sel, hal
ini mengakibatkan berkurangnya daya pemisah muatan listrik pada permukaan luar dan
dalam selaput sel tersebut, sehingga muatan - muatan listrik ini akan saling meniadakan.
Keadaan ini dinamakan juga keadaan depolarisasi. Setelah keadaan depolarisasi ini, maka
muatan listrik tidak terdapat lagi pada kedua permukaan selaput sel dan keadaannya menjadi
isoelektrik, selanjutnya keadaan serabut otot mengalami perubahan lagi setelah terjadinya
kontraksi otot, keadaan ini dinamakan keadaan repolarisasi. Dalam keadaan repolarisasi ini
muatan listrik pada serabut otot secara bertahap akan kembali menjadi keadaan semula,
dimana jumlah muatan positif pada permukaan luar dan muatan negative pada permukaan
dalam berharga sama, jadi keadaan ini sama dengan keadaan semula yaitu keadaan
polarisasi, demikian proses ini bekerja berulang - ulang seperti yang telah dijelaskan diatas. 3
Gambar 2.2 ECG normal dengan masing-masing gelombangnya[2].
9
kondisi jantung seseorang. Biasanya merupakan hasil dari fluktuasi darah atau udara yang
terkandung didalamnya. Photoplethysmograph yang bekerja menggunakan sensoroptik. PPG
menggunakan pulse oximeter. Pulse oximeter merupakan perangkat medis yang dapat
mengukur banyaknya kandungan oksigen dalam darah dan perubahan volume darah pada
kulit. Pulse oximeter dapat dibuat menggunakan LED dan LDR. PPG memiliki kekurangan
yaitu hanya dapat mengukur atau mengamati perubahan volume tetapi besaran yang di
hasilkan tidak dapat di kalibrasi amplitudonya. Gambar 2.3 Pulse oximeter[5] Gambar 2.1
adalah contoh signal PPG diambil dari pulse oximeter yang ditempatkan di telinga dalam
teknik photoplethysmograph dikenal dua macam mode konfigurasi pemasangan sensor pulse
oximeter. Mode transmisi : Sumber cahaya Led (lighting Emited Diode) dipasang
berhadapan dengan sensor cahaya LDR (light dependen Resistor) seperti pada gambara
dibawah. Phototransistor mendeteksi perubahan cahaya yang di pancarkan oleh infra red
akibat penyerapan organ (darah, kulit, daging, dan otot) secara langsung. Mode refleksi :
dalam mode refleksi LED dan phototrasistor dipasang sejajar. Sinyal atau perubahan cahaya
yang dideteksi oleh LDR adalah sinyal pantulan atau refleksi. Gambar 2.4 Peletakan mode
photoplethsmograph[5] Sinyal PPG(photoplethsmograph) dapat dimanfaatkan dalam bidang
kedokteran untuk : Menghitung atau monitoring denyut jantung. Mengamati kinerja dan
kelainan jantung. Memonitor pernafasan. Mengatur saturasi oksigen dalam darah. Sensor
yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu : sensor transmitter dan sensor receiver. Sensor
transmitter yang digunakan adalah LEF sedangkan sensor penerima yang digunakan yaitu
LDR. Sebagai pemancar, LED memancarkan cahayanya merspon kulit dan peredaran darah
yang dipompa oleh jantung yang ada pada jari. Kemudian sebagai penerima, LDR akan
merspon adanya denyut jantung yang di respon oleh LED tadi.
10
satu cuff tekanan darah yang diletakkan pada lengan yang bukan merupakan lengan
dominan. RHI dihitung menggunakan rumus seperti berikut:
Range nilai RHI berdasarkan EndoPAT score tampak pada Tabel 3 berikut:
11
Gambar 2 Gelombang PPG
2. dan Zavalic pada Diagnostic Value of Finger Thermometry and
Photoplethysmography in The Assessment Amplitudo sistol (x)
Lebar pulsa berkorelasi dengan resistansi pembuluh darah sistemik. Lebar pulsa
merupakan setengah dari tinggi puncak sistolik (Gambar 4).
y
AI =
x
IPA merupakan jumlah total volume darah dalam pembuluh darah yang diukur dari
waktu awal sistol sampai waktu akhir. Gambar 5 menunjukkan pembagian area
gelombang PPG yang digunakan untuk menghitung Inflection Point Area
menggunakan rumus sebagai berikut:
12
A2
IPA=
A1
Berdasarkan Gambar 6, pulse interval merupakan jarak antara awal dan akhir
gelombang PPG. Pulse interval menunjukkan waktu antara dua denyut nadi pada
pembuluh darah yang diukur. Nilai normal pulse interval berkisar antara 0,6 – 1
detik.
Stiffness index (SI) arteri besar dihitung dari tinggi badan subjek dibagi dengan
waktu transit nadi (waktu antara puncak volume sistol dan puncak volume aliran
balik diastol). Stiffness Index (SI) dihitung menggunakan rumus berikut:
h
SI=
∆T
13
Gambar 5 Delta T untuk perhitungan Stiffness Index (SI)
Hasil perhitugan tersebut dapat menggambarkan derajat kekakuan dinding pembuluh
darah yang dikur. Nilai rata-rata indeks kekakuan arteri besar dari 87 naracoba yang
diteliti oleh Millasseau dkk. pada Determination of Age-Related Increases in Large
Artery Stiffness by Digital Pulse Contour Analysis adalah 8,4 m/s.
8. Age Index
Gelombang APG merupakan gelombang turunan kedua dari gelombang PPG seperti
tampak pada Gambar 8 (b). Gelombang APG memiliki nilai a, b, c, d, dan e. Indeks
(b-c-d-e)/a bertambah seiring dengan usia yang dapat digunakan untuk evaluasi umur
pembuluh darah (age index) dan skrining penyakit arteriosklerotik. Umur pembuluh
darah dihitung menggunakan rumus berikut:
45,5∗b−c−d −e
Age index= ∗65,9tahun
a
Gambar 6 (a) gelombang PPG sedangkan (b) turunan kedua gelombang PPG
14
Age index dapat menggambarkan “usia klinis” seseorang. Usia ini akan berbeda
dengan usia orang tersebut yang dihitung berdasarkan tanggal lahir karena usia ini
menunjukkan usia pembuluh darah berdasarkan sinyal APG dari sinyal PPG. Apabila
age index lebih besar daripada usia sesungguhnya orang tersebut, diperkirakan
bahwa kondisi pembuluh darah orang tersebut lebih buruk daripada kondisi
pembuluh darah kebanyakan orang dengan usia yang sama dengan usia orang
tersebut. Nilai normal age index adalah sesuai atau lebih rendah dari usia sebenarnya.
15
BAB 3 METODE PENELITIAN
Dalam penelitian akan meliputi beberapa tahan untuk mencapai tujuan yang
diingingkan dalam mengimplementasikan pola berjaan pada kaki robot. Mula-mula
kaki robot akan dibuat dengan menggunakan motor dynamixle sebagai sendi pada
lower limb yaitu pada sendi hip,knee dan ankle sehingga akan menyerupai kaki
manusia. Sedangkan pola berjalan yang akan digunakan pada penelitian ini
merupakan pola berjalan yang diambil dengan menggunakan kamera khusus yaitu
Optotrak Cetrus3020, kemudian hasil dari pengukuran tersebut akan di ekstrak
menjadi variabel-variabel berupa pola yang nantinya kan digunakan pada masukan
pada kaki robot. Disini akan menggunakan mikrokontroler sebagai otak yang akan
mengolah masukan pola berjalan yang berupa sudut menjadi gerakan-gerakan pada
kai robot.
Pada bagian ini akan dijelaskan pengolahan sinyal PPG dan EKG untuk perhitungan PWV
(Pulse Wave Velocity). Metode yang digunakan terdiri atas dua bagian:
16
a. Pulse Transit Time (PTT) antara Puncak Q-R-S pulse sinyal ECG dengan puncak
sinyal PPG
17
PPG_2
PPG Data 1 PPG Main Max Index
Processing
PWV Data
PWV
Calculation
PPG_1
PPG Data 2 PPG Main Max Index
Processing
Pada bagian ini, dibahas pengolahan sinyal PPG dan ECG untuk perhitungan PWV.
18
Posisi puncak sinyal PPG didapatkan dengan melakukan pengujian nilai turunan
pertama dan kedua sinyal PPG[1], seperti ditunjukkan pada Gambar 42.
Karena pencarian nilai f’(x) = 0 tidak bisa dipastikan diperoleh pada sinyal diskrit
maka persamaan di atas didekati dengan menggunakan persamaan berikut:
f ' ( x ) 0 →|f ' ( x )|≤ δ , dengan δ adalah suatu nilai mendekati nol.
Nilai ini selanjutnya disebut zero threshold.
19
f ' ( x i ) <0 dan f ' ( x j ) > 0→ x adalahtitik minimum
dengan:
f ' ( x i ) adalah nilai turunan pertama di area kiri posisi kandidat maksimum atau
minimum {x 1 , x 2 , … , x n }
f ' ( x j ) adalah nilai turunan pertama di area kanan posisi kandidat maksimum atau
minimum {x 1 , x 2 , … , x n }
Untuk mengantisipasi nilai-nilai yang fluktuatif akibat sampling error dan noise pada
data diskrit, maka untuk mendapatkan nilai turunan ini dicari nilai rata-rata dari
beberapa sampel di sebelah kiri dan kanan kandidat posisi ekstrem. Sehingga syarat
titik minimum dan maksimum dimodifikasi menjadi seperti berikut :
x−1 x+N
1
N
∑ f ( x i ) <0 dan N1
'
∑ f ' ( x i ) >0 → x adalah titik minimu m
x− N x+1
x− N x+ N
1
N
∑ f ( x i ) <0 dan 21N
'
∑ f ' ( xi ) > 0→ x adalahtitik minimum
x− N x+1
Pada persamaan di atas N adalah jumlah sampel, disebut juga search range.Tahap ini
disebut coarse search, karena baru diputuskan kandidat posisi minimum atau
maksimum. Gambar berikut adalah ilustrasi untuk kasus titik maksimum.
20
Tahap selanjutnya adalah fine search, yaitu memilih indek posisi kandidat yang
memberikan nilai maksimum. Pemilihan dilakukan dengan mencari nilai maksimum
dari setiap kandidat.
x max =max {f ( x 1) , f ( x 2 ) , … , f ( x n ) }
x min =max {f ( x 1) , f ( x2 ) , … , f ( x n ) }
∆L
PWV = , dengan ∆ L adalah jarak antara dua titik sensor
∆T
Karena dalam pengukuran sinyal PPG terdapat beberapa titik puncak, maka nilai indeks
PWV diambil dari rata-rata nilai PWV.
∆L
PWV i=
∆Ti
∆ T i=x 1i −x 2i
N
´ = 1 ∑ PWV i
PWV
N i=1
dengan:
21
∆ T i adalah PTT siklus ke−i
x 1i adalah indeks posisi puncak dari sinyal pertama ( ECG ata u PPG )
x 2i adalah indeks posisi puncak dari sinyal pertama ( PPG 1atau PPG 2 )
Interpretation &
DSP Signal Processing
Statistical Analysis
Setting
parameter
22
Pulse Wave Velocity - 3 : 0.0545
Pulse Transit Time - 4 : 19
Pulse Wave Velocity - 4 : 0.0316
Pulse Transit Time - 5 : 11
Pulse Wave Velocity - 5 : 0.0545
Pulse Transit Time - 6 : 16
Pulse Wave Velocity - 6 : 0.0375
Pulse Transit Time - 7 : 11
Pulse Wave Velocity - 7 : 0.0545
Pulse Transit Time - 8 : 7
Pulse Wave Velocity - 8 : 0.0857
Pulse Transit Time - 9 : 10
Pulse Wave Velocity - 9 : 0.0600
Pulse Transit Time - 10 : 11
Pulse Wave Velocity - 10 : 0.0545
Pulse Transit Time - 11 : 11
Pulse Wave Velocity - 11 : 0.0545
Pulse Transit Time - 12 : 17
Pulse Wave Velocity - 12 : 0.0353
Pulse Transit Time - 13 : 15
Pulse Wave Velocity - 13 : 0.0400
Average PTT : 12.6923
Average PWV : 0.0506
StdDev PWV : 0.0142
Dengan menggunakan algoritma pengujian turunan pertama dan kedua, ada beberapa
parameter sinyal PPG yang dapat diekstrak, beberapa parameter masih perlu dilakukan
penyesuaian dalam algoritma. Parameter yang dapat diukur antara lain sebagai berikut.
a. Amplitudo Sistol
Gambar 48 berikut menunjukkan sinyal PPG.
23
Gambar 20 Sinyal PPG
Dengan menggunakan tes turunan pertama seperti yang digunakan pada proses
perhitungan PWV, amplitudo sistol dapat ditentukan. Gambar 49 menunjukkan hasil
simulasi ekstraksi amplitudo sistol menggunakan MATLAB.
Peak-to-Peak - 1 : 133
Peak-to-Peak - 2 : 140
Peak-to-Peak - 3 : 149
Peak-to-Peak - 4 : 147
Peak-to-Peak - 5 : 150
Peak-to-Peak - 6 : 153
Peak-to-Peak - 7 : 162
Peak-to-Peak - 8 : 149
24
Peak-to-Peak - 9 : 143
Peak-to-Peak - 10 : 143
Peak-to-Peak - 11 : 143
Peak-to-Peak - 12 : 133
Peak-to-Peak - 13 : 129
c. Lebar pulsa (pulse width)
Gambar 52 menunjukkan amplitudo sistol (x) dan amplitudo diastol (y). Amplitudo
diastol dihitung berdasarkan turunan kedua sinyal PPG. Pada ilustrasi tersebut
didapat bahwa nilai x adalah 1,7404 sedangkan nilai y adalah 0,7679 sehingga
didapat AI = y/x = 0,0275/1.7404 = 0,0158.
25
e. Stiffness Index
26
Gambar 26 Ilustrasi perhitungan Age Index menggunakan MATLAB
g. Reactive Hyperemia Index (RHI)
27
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN-LAMPIRAN
30
Lampiran 2. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas
No Nama/ NIDN Fakultas Bidang Ilmu Alokasi Uraian
Waktu Tugas
(Jam/Minggu)
1. Iva Atyna, F. Teknik Instrumentasi 8 Jam/ Minggu Perancangan
M.T. Elektronik Hardware
dan
Pengambilan
Data
2. Dedi Nurcipto, F. Teknik Pemrosesan 8 Jam/ Minggu Perancangan
MT Sinyal Software
dan Analisis
Data
31
32
Lampiran 3. Biodata Ketua Dan Anggota
33